Mangrove Economic Center (MEC): Alternatif Sumber ... · PDF filedata dinas perikanan dan...
Transcript of Mangrove Economic Center (MEC): Alternatif Sumber ... · PDF filedata dinas perikanan dan...
2
1
2
1
Mangrove Economic Center (MEC): Alternatif Sumber Penghasilan
Masyarakat Pesisir Ketika Masa Paceklik di Pulau Madura
Afriliyanti Ismei, M. Rizky Dimi S., Novi Ardianto,
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Jurusan Sosiologi Fakultas FISIB
Universitas Trunojoyo Madura
RINGKASAN
Pulau Madura adalah pulau yang luasnya kurang lebih 5.250 km2.
Menurut data BPS 2010 jumlah penduduk pulau Madura dari 4 kabupaten
bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep sekitar 3.63 juta jiwa. Mengutip
data dinas perikanan dan kelautan, pada tahun 2006, jumlah nelayan (Biasanya
bermukim dipesisir pantai) di pulau Madura sekitar 11.394 yang tersebar di
pantai utara dan pantai selatan. Dan dengan kapasitas volume produksi usaha
penangkapan ikan di wilayah pesisir tersebut mencapai 17.652,69 ton.
Dengan adanya data tersebut sebenarnya nelayan masih bisa
meningkatkan kapasitas jumlah penangkapan ikan, akan tetapi karena adanya
masa paceklik yang berkepanjangan, hal tersebut mempengaruhi aktivitas
nelayan untuk tidak melaut selama berbulan-bulan. Sehingga mempengaruhi
penghasilan nelayan, karena ketika masa paceklik datang nelayan tidak ada
pemasukan atau tidak adanya sumber penghasilan sama sekali, dan yangmereka
lakukan adalah hanya memperbaiki perahu atau jaring-jaring yang telah rusak
dan mengharap bantuan dari pemerintah.
Berbagai solusi telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kondisi
paceklik bagi para masyarakat pesisir, seperti dengan diadakannya tabungan
paceklik bagi nelayan dan lembaga-lembaga pengkreditan untuk nelayan. Akan
tetapi hal tersebut belum bisa mengatasi permasalahn nelayan ketika masa
paceklik datang, karena para nelayan masih saja terus menganggur dan hanya
mengharapkan bantuan dari pemerintah setempat. Oleh karena itu dengan
adanya hal tersebut penulis memberikan solusi yang tepat bagi mayarakat pesisir
ketika masa paceklik datang, agar dapat digunakan sebagai alternatif sumber
penghasilan masyarakat pesisir pantai ketika masa paceklik yaitu dengan
Mangrove Economic Center dan Penyuluhan serta pelatihan.
Dengan demikian gagasan tersebut dapat dilakukan dengan adanya kerja
sama antara pemerintah daerah, dinas perikanan dan kelautan, dinas pariwisata,
serta Dinas UMKM dengan pihak swasta dan masyarakat pesisir pantai melalui
program Mangrove Economic Center. Dimana mangrove Economic Center ini
adalah program pemanfaatan Mangrove dengan konsep mengoptimalkan
mangrove sebagai tempat wisata yang mana didalamnya didesain sekaligus
menjadi tempat pusat kegiatan ekonomi masyarakat pesisir dengan 5 bidang
antara lain Bidang Budidaya Ikan Mangrove, Budidaya Pohon Bakau,
Pengembangan Kedai mangrove, pengembangan kerajinan tangan, dan
pengembangan wisata mangrove. Dan nantinya masyarakat pesisir akan dibentuk
kelompok untuk mengembangkan bidang-bidang tersebut, tentunya dengan
diberikan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan kepada mereka.
2
Sehingga dengan adanya kegiatan tersebut, mampu digunakan dan
dimanfaatkan masyarakat pesisir untuk mendapatkan penghasilan ketika mereka
tidak melaut atau sedang mengganggur karena musim paceklik. Dengan demikian
dapat digunakan sebagai alternatif sumber penghasilan ketika masa paceklik.
Dan secara tidak langsung dapat mensejahterakan masyarakat pesisir yang
berpenghasilan rendah dengan menumbuhkan jiwa entrepreniurship pada
masyarakat pesisir melalui penyuluhan dan pelatihan-pelatihan yang telah
diberikan.
Kata Kunci : Paceklik, Mangrove, Kewirausahaan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulau Madura adalah salah satu pulau yang terletak di jawa timur. Pulau
madura besarnya kurang lebih 5.168 km2 dan pulau ini lebih kecil dari pada pulau
bali. Menurut data BPS 2010 jumlah penduduk pulau madura dari 4 kabupaten
bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep sekitar 3.63 juta jiwa. Mengutip
data dinas perikanan dan kelautan, pada tahun 2006, jumlah nelayan (Biasanya
bermukim dipesisir pantai) di pulau Madura sekitar 11.394 yang tersebar di pantai
utara dan pantai selatan. Dan dengan kapasitas volume produksi usaha
penangkapan ikan di wilayah pesisir tersebut mencapai 17.652,69 ton. Akan tetapi
dengan jumlah nelayan yang demikian banyak tersebut masih berada di bawah
garis kemiskinan atau berpendapatn rendah.
Menurut data BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2002 yang diolah data oleh
Smeru, menyebutkan bahwa masyarakat pesisir, termasuk di dalamnya para
nelayan, memiliki nilai poverty headcome index (PHI) sekitar 0,3214 atau 32,14
persen di bawah garis kemiskinan. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan
akses permodalan dan kultur yang tidak kondusif, serta adanya faktor cuaca dan
iklim yang menyebabkan nelayan harus mengalami 2 masa yaitu masa panen
(Mei-September) dan masa paceklik (Oktober-April).
Dari ketiga hal tersebut yang paling mempengaruhi penghasilan
masyarakat pesisir (nelayan) adalah ketika masa paceklik. Masa paceklik
dipengaruhi karena factor alam seperti cuaca ekstrim, angin dan badai dimana-
dimana, ini membuat para nelayan untuk berpikir ulang jika tetap melaut. Kondisi
seperti ini tidak terjadi sehari atau dua hari saja, akan tetapi terjadi sampai
berbulan-bulan dan ini menyebabkan nelayan harus berhenti total dari aktivitas
melaut yang merupakan mata pencaharian dan sumber utama penghasilan mereka.
Ketika masa paceklik seperti ini hal yang mereka lakukan hanyalah
memperbaiki perahu dan jaring yang sudah rusak, tidak ada sumber penghasilan
yang mereka peroleh. Jalan satu-satunya adalah menunggu bantuan dari
pemerintah agar mereka terus dapat bertahan hidup. Jika mereka terus
menggantungkan hidup kepada pemerinth dan tidak ada pekerjaan lain untuk
dikerjakan, hal tersebut malah akan membuat beban bagi diri mereka sendiri
bukan malah meringankan, karena selalu bergantung pada bantuan. Jika bantuan
telah habis, mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencukupi kebutuhannya
1
dan jalan satu-satunya hanya berhutang kepada para tengkulak. Dan itu sangat
membebankan bagi kehidupan mereka. Berbeda lagi jika mereka memiliki
pekerjaan lain yang dimana dapat digunakan sebagai alternatif sumber
penghasilan ketika masa paceklik, hal itu lebih baik dan efektif. Karena hal
tersebut tidak menggantungkan diri pada bantuan siapapun, sehingga jika pasokan
bantuan telah habis tidak ada lagi kepanikan dan kecemasan bagi mereka untuk
melangsungkan hidupnya.
Dengan melihat adanya permasalahan tersebut, penulis memberikan solusi
Mangrove Economic Center (MEC): alternatif sumber penghasilan masyarakat
pesisir ketika dilanda masa paceklik di Pulau Madura khusunya, agar para
masyarakat pesisir ketika masa paceklik memiliki pekerjaan lain atau sumber
penghasilan lain ketika mereka tidak melaut berbulan-bulan, yang telah
mengganggu kesejahteraan hidupnya menjadi menurun. Sehingga secara tidak
langsung diharapkan dengan adanya solusi ini dapat membantu masyarakat pesisir
untuk mendapatkan hidup yang lebih baik dan layak.
Tujuan
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui:
1. Cara alternatif sumber penghasilan masyarakat pesisir ketika masa Paceklik di
Pulau Madura
2. Cara pemanfaatan Mangrove Economic Center (MEC)
3. Cara mengimplementasikan program Mangrove Economic Center (MEC)
Manfaat
1. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah untuk merealisasikan
program Mangrove Economic Center sebagai alternatif sumber penghasilan
masyarakat pesisir ketika masa paceklik di Pulau Madura.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat pesisir tentang bagaimana
memanfaatkan Mangrove economic center dengan baik.
3. Memberikan masukan kepada masyarakat pesisir pantai untuk menerapkan
pelatihan-pelatihan, dan pembinaan serta penyuluhan tentang Mangrove
Economic Center yang telah diberikan.
GAGASAN
Kondisi Terkini
Mengutip data dinas perikanan dan kelautan, pada tahun 2006, jumlah
nelayan (Biasanya bermukim dipesisir pantai) di pulau Madura sekitar 11.394
yang tersebar di pantai utara dan pantai selatan. Dan dengan kapasitas volume
produksi usaha penangkapan ikan di wilayah pesisir tersebut mencapai 17.652,69
ton. Dengan adanya data tersebut sebenarnya nelayan masih bisa meningkatkan
kapasitas jumlah penangkapan ikan, akan tetapi adanya masa paceklik yang
berkepanjangan mempengaruhi aktivitas nelayan untuk tidak melaut selama
berbulan-bulan. Sehingga secara langsung kondisi tersebut juga mempengaruhi
penghasilan nelayan, karena ketika masa paceklik datang nelayan tidak ada
pemasukan atau tidak adanya sumber penghasilan sama sekali, dan yang mereka
lakukan adalah hanya memperbaiki perahu atau jaring-jaring yang telah rusak
Kondisi seperti ini disebabkan, karena para masyarakat pesisir hanya
mengandalkan melaut sebagai sumber penghasilan atau mata pencaharian utama
2
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Mereka tidak mempunyai pekerjaan lain
untuk menghadapi masa paceklik, istri dan anak-anak mereka membutuhkan
penghasilan untuk melangsungkan hidup sehari-hari. Dan dengan adanya kondisi
tersebut mau atau tidak mau yang harus mereka lakukan adalah berhutang atau
melakukan kredit kepada tengkulak atau lembaga-lembaga yang telah disediakan
pemerintah. Dan hal tersebut secara tidak langsung menambah beban bagi
masyarakat pesisir, karena ketika masa ikan datang mereka harus secepatnya
membayar hutang-hutang tersebut dan itu berarti akan mengurangi penghasilan
mereka ketika masa ikan datang.
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat kita lihat bahwa beban hidup yang
dirasakan masyarakat pesisir begitu berat ketika masa paceklik datang. Hasil
ketika masa ikan, harus mereka gunakan untuk membayar hutang. Dan hal itu
Seringkali bersamaan dengan Tahun Baru Imlek, dan di Pulau Madura sendiri
berkirasaran antar bulan desember hingga Maret, dan tahun 2013 puncaknya pada
bulan Januari-Februari. Karena kondisi tersebut dipengaruhi oleh factor alam
seperti ombak tinggi, disertai hujan dan angin, sehingga membahayakan nelayan
untuk pergi melaut. Apabila badai laut yang terjadi bersifat lokal, nelayan
kadangkala menyesuaikan diri dengan berpindah daerah penangkapan.
Solusi yang Pernah di Ajukan Sebelumnya
Berbagai solusi telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kondisi
paceklik bagi para masyarakat pesisir. Pada tahun 2008 DKP telah melakukan
berbagai langkah. Dalam upaya mengambil fungsi rentenir telah didirikan 256
Lembaga Keuangan Mikro, diopersionalkan Perum Pegadaian, dan disediakan
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi untuk UKM dengan pagu Rp.1,3 trilyun.
Kepada nelayan dibantu sertifikasi tanah nelayan sebanyak 1500 sertifikat, serta
sertifikasi kapal, guna memperoleh kredit antara Rp.25 juta – Rp.50 juta per-
nelayan, dengan total Rp.5 milyar.
Dan untuk menekan biaya operasi, telah didirikan 225 stasiun bahan bakar
solar di sentra nelayan, agar harganya tidak meningkat dikarenakan oleh biaya
distribusi yang mahal pada lokasi terpencil. Guna meningkatkan produktivitas,
diserahkan 823 alat bantu penangkapan ikan, serta 4.265 unit sarana penanganan
untuk meningkatkan kualitas produk. Serta penggalakan tabungan paceklik juga
telah dilakukan, yang hal tersebut bertujuan agar dapat dimanfaatkan untuk
mencukupi kebutuhan hidup masyarakat pesisir ketika masa paceklik dan
pemberian bantuan sembako juga diberikan oleh pemerintah..
Akan tetapi hal tersebut belum bisa membantu masyarakat pesisir
menghadapi masa paceklik yang berkepanjangan. Yang ada secara tidak langsung
menambah beban hidup mereka, karena jika mereka melakukan peminjaman uang
kepada lembaga-lembaga tersebut ketika masa ikan mereka harus melunasi hutang
tersebut padahal penghasilan ketika masa ikan itu tidak seberapa ditambah lagi
harus membayar hutang. Dengan adanya hal tersebut ternyata solusi bagi nelayan
untuk menghadapi masa paceklik yang berkepanjangan adalah alternatif mata
pencaharian selain melaut yang dapat digunakan sebagai sumber penghasilan
masyarakat pesisir, dan secara tidak langsung juga dapat memecahkan masalah
kemiskinan dikawasan pesisir Pulau Madura.
Gagasan yang di Ajukan
1
Gagasan tentang adanya Mangrove Economic Center sebagai alternatif
sumber pengahasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik di Pulau Madura
berangkat dari adanya kondisi masyarakat pesisir yang menganggur ketika masa
paceklik datang. Mereka yang biasanya melaut untuk menangkap ikan, lebih
memilih untuk didarat memperbaiki perahu atau jaring-jaring yang telah rusak.
Hal tersebut dipicu adanya kondisi faktor alam yang sedang tidak bersahabat
kepada nelayan seperti cuaca yang ekstrim, angin dan badai yag biasanya
berlangsung cukup lama hingga berbulan-bulan, dan di Pulau Madura sendiri
biasanya berlangsung bulan desember hingga maret. Sehingga masyarakat pesisir
khususnya nelayan kehilangan sumber mata pencaharian yang secara langsung
akan berdampak pada penghasilan mereka.
Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah telah melakukan banyak usaha-
usaha yangyang bertujuan untuk membantu kelangsungan hidup para nelayan
ketika masa paceklik. Salah satunya pemerintah mengambil alih peran renterin
dengan mendirikan lembaga-lembaga pengkreditan, bahkan tabungan paceklik
juga telah dilakukan. Akan tetapi masih saja belum bisa mengatasi permasalahan
tersebut. Oleh sebab itu penulis memberikan solusi alternatif sebagai sumber
penghasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik dengan cara sebagai berikut :
1. Mangrove Economic Center (MEC)
Mangrove Economic Center (MEC) adalah program pemanfaatan mangrove yang
ada di pesisir pantai sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat pesisir ketika
masa paceklik ataupun masa ikan. Selama ini yang kita ketahui tentang mangrove
adalah hanya bermanfaat untuk menahan ombak, abrasi dan lain sebagainya. Di
Pulau Madura ada banyak lokasi Mangrove yang berpotensi untuk dijadikan
Mangrove Economic Center, sperti di Kabupaten bangkalan Kawasan hutan bakau
atau mangrove seluas 200 ha diantaranya, terkonsentrasi di Desa Tengkat,
Kecamaan Arosbaya. Sementara 100 ha lainnya, terhampar di tiga desa di
Kecamatan Bangkalan Kota, masing-masing di Desa Kramat, Kelurahan
Pangeranan dan Kelurahan Bancaran, di Kabupaten Sampang tepatnya di
Camplong dan desa Sreseh, dan Kabupaten Pamekasan di Tanjung, serta di
Kabupaten Sumenep di Kecamatan Seronggi. Dari lokasi-lokasi tersebut, dapat
mewakili masing-masing kabupaten yang ada di Pulau Madura.
Setelah masing-masing pemerintah daerah menyediaan kawasan
mangrove yang akan di jadikan mangrove economic center, kemudian
mangrove tersebut dikelola oleh dinas pariwisata dengan bekerjasama dengan
masyarakat pesisir pantai untuk membangun mangrove menjadi tempat wisata.
Disini bukan hanya tempat wisata saja yang akan dibangun, akan tetapi ada
beberapa tempat yang akan dibangun antara lain tempat budidaya ikan, tempat
budidaya pohon bakau, tempat kedai mangrove, dan tempat kerajinan tangan.
Dengan adanya tempat-tempat ini nantinya masyarakat pesisir akan dibagi
menjadi 5 bidang antara lain bidang pengembangan wisata mangrove, bidang
budidaya ikan, bidang budidaya pohon bakau, bidang pengembangan kedai,
dan bidang kerajinan tangan.
Pada program ini, masyarakat pesisir tidak mendapatkan gaji secara
langsung dari pemerintah. Akan tetapi mereka akan diberi modal untuk
mengelola dan mengembangkan Mangrove Economic Center melalui
bidangnya. Dalam masing-masing bidang, mereka harus mengembangkan
2
usahanya untuk mendapatkan keuntungan. Yang mana keuntungan tersebut
merupakan penghasilan mereka. Jika masing-masing bidang ada 20 orang
setiap harinya mendapat keuntungan Rp 500.000 dengan cara menjual produk-
produk yang telah mereka hasilkan, masing-masing orang akan mendapatkan
Rp 25.000 per hari, jika dihitung satu bulan penghasilannya adalah Rp. 25.000
x 30 hari = Rp 750.000. Penghasilan itu lebih besar dibandindang melaut yang
setiap harinya hanya Rp 15.000 dan setiap bulannya dapat diperoleh Rp.
15.000 x 30 = Rp 450.000 yang mana terkadang hasil tersebut tidak pasti
tergantung jumlah penangkapan ikannya.
Jika dihitung ketika masa paceklik 4 bulan sama artinya 120 hari
mereka tidak melaut, tetapi mereka turut serta dalam mengembangkan
mangrove economic center dapat dihitung penghasilan mereka selama
paceklik adalah Rp. 750.000 x 4 = Rp. 3000.000. Kondisi tersebut lebih baik
jika mereka harus menganggur atau hanya memperbaiki perahu atau jaring-
jaring yang rusak. Ditambah lagi meskipun mereka kehilangan sumber
penghasilan sebagai nelayan ketika masa paceklik, mereka tetap mampu
melangsungkan kehidupannya tanpa harus menumpuk hutang atau menunggu
bantuan. Dan secara tidak langsung masyarakat pesisir dapat meningkatkan
penghasilannya tanpa harus meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan.
Dengan adanya kondisi tersebut, masyarakat pesisir pantai masih terus
dapat meningkatkan keuntungangnya melalui bidang usaha yang
dijalankannya di Mangrove Economic Center, dengan cara menarik para
pengunjung serta meningkatkan kualitas dari barang-barang produksinya,
seperti meningkatkan kualiatas budidaya ikan mangrove dan pohon bakau,
serta meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam pengembangan kedai
mangrove dan pembuatan kerajinan tangan. Dan tidak kalah pentingnya, perlu
adanya suatu gebrakan inovasi dalam pengembangan wisata mangrove agar
pengunjung semakin tertarik untuk bersinggah dan membeli hasilproduksi
yang ada didalamnya.
Sehingga dengan adanya hal tersebut masyarakat pesisir mendapatkan
alternatif sumber penghasilan untuk melangsungkan kehidupannya agar tidak
ada lagi yang menumpuk hutang dan menganggur, meskipun masa paceklik
melanda mereka. Dan secara tidak langsung masyarakat pesisir bisa terus
berproduktivitas serta dapat meningkatkan penghasilannya tanpa harus
meninggalkan pekerjaan nelayan sebagai sumber penghasilan utama mereka.
2. Penyuluhan dan pelatihan
Penyuluhan dan pelatihan merupakan tahap kelanjutan dari program
Mangrove Economic Center (MEC). Pada tahap ini pemerintah dan dinas-
dinas yang terkait berperan untuk melakukan penyuluhan dan pelatihan untuk
memberdayakan masyarakat pesisir pantai untuk memanfaatkan mangrove
yang akan digunakan sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat pesisir.
Disini pemerintah berkewajiban menyediakan lokasi atau kawasan mangrove
yang akan dijadikan mangrove economic center, kemudian pemerintah
mendata masyarakat pesisir pantai yang ikut serta dalam pengembangan
mangrove. Kemudian jika masyarakat telah terdaftar sebagai anggota
Mangrove Economic Center, pemerintah mengelompokan mereka dalam
bidang-bidang yang telah dibentuk. Tidak hanya nelayan saja yang dapat turut
1
serta akan tetapi istri-istri nelayan juga dapat turut serta dalam pengembangan
Mangrove Economic Center.
Pada pelatihan ini akan diadakan setiap satu minggu sekali, dan 1
bulan sekali untuk evaluasi pelatihan. Untuk bidang budidaya ikan dan
budidaya pohon bakau akan diadakan pelatihan, pengawasan dan pengecekan
oleh dinas perikanan dan kelautan secara intensif agar hasil dan kualitas yang
diperoh dapat dicapai secara maksimal. Dan untuk bidang pengembangan
kedai mangrove dan bidang keranjinan tangan akan dilakukan oleh dinas
UMKM yang bekerjasama dengan pihak swasta yaitu seperti para perajin atau
pengusaha untuk memberikan pelatihan kewirausahaan, sehingga masyarakat
pesisir mempunyai skill dan pengetahuan untuk mengembangkan usahanya.
Dan untuk bidang pengembangan wisata mangrove akan diberikan pelatihan,
pengawasan, dan pengecekan secara khusus dan sangat intensif oleh dinas
pariwisata dan dinas perikanan dan kelautan, karena ujung tombak dari
Mangrove Economic Center ini adalah wisatanya agar menarik perhatian
pengunjung. Sehingga program ini dapat tepat pada sasaran yang diharapkan
untuk alternatif sumber penghasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik.
Dengan demikian kedua program mangrove economic center tersebut
diharapkan dapat memberikan solusi kepada pemerintah untuk mengatasi
permasalahan paceklik yang berkepanjangan bagi masyarakat pesisir
khususnya nelayan, yang dapat digunakan sebagai alternatif mata pencarian
ketika masa paceklik, sehingga dapat dijadikan sumber penghasilan ketika
mereka tidak melaut.
Pihak-Pihak yang Membantu Mengimplementasikan Gagasan
1. Pemerintah menyediakan kawasan hutan mangrove dan menyediakan ikan-
ikan dan pohon bakau yang akan di budidaya, serta mendata masyarakat
pesisir yang ikut serta dalam pengembangan mangrove economic center,
yang kemudian memberikan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan kepada
masyarakat pesisir tentang bagaimana memanfaatkan dan mengembangkan
mangrove economic center dengan baik.
2. Swasta memberikan modal seperti menyuplay perlengkapan dan bahan baku
kerajinan kepada masyarakat pesisir untuk membuka kedai, dan membuat
kerajinan tangan, serta memberikan pelatihan entrepreniurship kepada
masyarakat pesisir agar dapat memanfaatkan bidang-bidang usaha yang ada
di mangrove economic center.
3. Masyarakat pesisir mengimplementasikan program mangrove economic
center sesuai dengan penyuluhan dan pelatihan tentang pengembangan
entrepreniurship dan skill yang telah diberikan oleh dinas – dinas yang terkait
di Pulau Madura antara lain dinas pariwisata, dinas perikanan dan kelautan,
dan dinas UMKM yang bekerja sama dengan pihak swasta.
Langkah-Langkah yang Dapat di Capai
1. Pemerintah menyediakan dan mengoptimalkan kawasan mangrove yang ada
dikawasan pesisir pantai dengan menciptakan mangrove economic center
sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat pesisir pantai dengan merelokasi
menjadi kawasan wisata. Setelah itu pemerintah memberikan modal kepada
masyarakat pesisir untuk mengembangkan bidang-bidang usaha yang telah
2
dibentuk. Dalam hal ini harus ada kerja sama antara pemerintah daerah, dan
dinas-dinas terkait dengan masyarakat pesisir khusunya, agar terealisasi
Mangrove Economic Center di Pulau Madura. Kerja sama yang dilakukan
pemerintah adalah pemerintah memberikan modal, penyuluhan, dan pelatihan-
pelatihan kepada masyarakat pesisir yang telah bergabung dalam kegiatan ini
dan masyarakat pesisir mengaplikasikannya dengan baik dan benar, sehingga
hasil yang diperoleh dapat maksimal.
2. Swasta juga ikut berperan dalam memberikan modal seperti memasok bahan
baku kerajinan tangan dan perlengkapan untuk kedai mangrove. Selain itu
memberikan pelatihan kerajinan tangan dan entrepreniurship yang bekerja
sama dengan dinas UMKM kepada masyarakat pesisir yang ada di Pulau
Madura, khusnya kelompok bidang pengembangan kedai dan kerajinan
tangan. Hal tersebut diberikan agar mereka mempunyai skil dan wawasan
untuk mengembangkan usahanya dan hasil yang diperoleh bisa secara optimal.
Sehingga ketika masa paceklik datang, hal tersebut dapat dimanfaatkan secra
optimal oleh masyarakat pesisir sebagai sumber penghasilan.
3. Masyarakat pesisir mengembangkan mangrove economic center dengan cara
mengembangkan modal yang telah diberikan pemerintah melalui
pengembangan bidang-bidang usaha yang telah dibentuk, dengan
mengaplikasikan penyuluhan dan pelatihan yang telah diberikan oleh
pemerintah dan pihak swasta.
KESIMPULAN
Gagasan yang di Ajukan
Dari yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
program Mangrove Economic Center dapat digunakan sebagai pusat kegiatan
ekonomi masyarakat pesisir dengan mengoptimalkan mangrove sebagai kawasan
wisata dengan bidang-bidang pengembangan usaha didalamnya yang dapat
digunakan sebagai alternatif sumber penghasilan masyarakat pesisir pantai ketika
masa paceklik datang.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui pengoptimalan wisata mangrove
yang mampu menjadi daya tarik pengunjung, sehingga ketika banyak pengunjung
yang datang mereka akan melihat apa saja yang ada didalamnya. Ketika mereka
tertarik untuk membeli produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat pesisir,
berarti akan ada yang namanya transaksi dan dari transaksi itu mereka akan
mendapatkan laba yang berarti dari laba itu merupakan sumber penghasilan bagi
masyarakat pesisir.
Dan dengan demikian secara tidak langsung program Mangrove
Economic Center dapat membantu pemerintah untuk mengatasi pengangguran
bagi nelayan ketika masa paceklik serta dapat meningkatkan penghasilan
masyarakat pesisir tanpa harus meninggalkan mata pencaharian sebagai nelayan
khususnya di Pulau Madura.
Teknik Implementasi yang akan di Lakukan
Teknik pengimplementasian gagasan tersebut dapat dilakukan dengan
adanya kerja sama antara pemerintah daerah, dinas-dinas terkait dan pihak swasta
serta masyarakat pesisir pantai melalui program Mangrove Economic Center.
1
Sehingga dapat digunakan sebagai alternatif sumber penghasilan masyarakat
pesisir ketika masa paceklik di Pulau Madura.
Prediksi Hasil yang akan di Peroleh
Dari hasil yang diperoleh dalam pengajuan gagasan ini adalah dengan
adanya program mangrove economic center dapat memberikan dampak positif
bagi masyarakat pesisir baik dari segi ekonomi atau segi kemampuan. Biasanya
ketika masa paceklik datang masyarakat pesisir hanya memperbaiki perahu dan
jaring-jaring yang rusak. Tidak ada kegiatan produktivitas yang mereka lakukan,
hanya menganggur dan menunggu nasib untuk menerima bantuan, karena dari
situlah mereka menggantungkan hidupnya.
Hal tersebut dapat dilihat melalui penghasilan masyarakat pesisir
khusunya nelayan ketika masa ikan adalah Rp 15.000 perhari, dan melihat masa
paceklik di Pulau Madura antara bulan Desember hingga Maret yang berarti
mereka harus menganggur untuk tidak melaut dan kehilangan sumber
penghasilannya kurang lebih selama 4 bulan. Kondisi tersebut setara dengan
masyarakat pesisir harus kehilangan penghasilannya sebesar ( Rp 15.000 x 30) x 4
= Rp 1.800.000. Jika setiap tahunnya masyarakat pesisir tidak kehilangan sumber
penghasilan selama 4 bulan dalam satu tahun, berarti penghasilan total yang dapat
diperoleh dalam satu tahun adalah seharusnya (Rp 15.000 x 30) x 12 bulan = Rp
5.400.000, tetapi karena dengan adanya paceklik yang membuat pendapatan
masyarakat pesisir menurun total pendapatan mereka selama satu tahun adalah Rp
5.400.000 – Rp 1.800.000 = Rp 3.600.000.
Dengan adanya kondisi tersebut nelayan harus mengalami kerugian ketika
masa paceklik datang sebesar Rp 1.800.000, hal tersebut disebabkan karena tidak
adanya produktivitas nelayan untuk melaut. Mereka hanya menganggur dan
beraktivitas seperlunya seperti membenahi perahu dan jaring – jaring yang rusak.
Dengan adanya hal tersebut tidak akan menggantikan sumber penghasilan yang
telah hilang. Akan tetapi jika masyarkat pesisir memanfaatkan dan ikut serta
dalam pengembangan Mangrove Economic Center, maka mereka akan tetap
mendapatkan alternatif sumber penghasilan dari mengembangkan bidang-bidang
usaha yang ada didalamnya. Jika sehari keuntungan masing-masing bidang usaha
sebesar Rp 500.000, dan jumlah anggota masing-masing bidang adalah 20 orang.
Maka hasil yang diperoleh masyarakat pesisir setiap orangnya adalah Rp 500.000
: 20 orang = Rp 25.000 per hari, penghasilan itu lebih besar daripada dengan hasil
melaut.
Untuk melihat penghasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik jika
mereka bergabung dan turut serta dalam mengembangkan usaha Mangrove
Economic Center bisa dimuali dari menghitung penghasilan masyarakat pesisir
perbulannya Rp 25.000 x 30 = Rp 750.000, dan setelah itu kita bisa melihat
penghasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik selama 4 bulan mereka akan
mendapatkan penghasilan Rp 750.000 x 4 = 3.000.000. Dan secara tidak langsung
dengan adanya kondisi tersebut ada peningkatan pendapatan ketika masyarakat
pesisir mengembangkan bidang-bidang usaha Mangrove Economic Center yang
telah dibentuk oleh pemerintah. Karena bisa kita lihat dari pendapatan total
masyarakat pesisir dalam satu tahun ketika mereka memanfaatkan dan
mengembangkan mangrove adalah Rp 3.600.000 (masa ikan) + Rp 3.000.000
(masa paceklik) = Rp 6.600.000 setiap tahunnya, dan penghasilan itu lebih besar
2
dari pada masyarakat pesisir harus menganggur dan memperbaiki perahu dan
jaring – jaring yang rusak ketika masa paceklik.
Dengan adanya hasil tersebutlah, masyarakat pesisir dapat tetap
berpenghasilan meskipun mereka tidak melaut, dan dengan mengembangkan
Mangrove Economic Center dapat digunakan sebagai alternatif sumber
penghasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik datang, serta secara tidak
langsung dapat meningkatkan penghasilan masyarakat pesisir tanpa harus
meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan.
DAFTAR PUSTAKA
Ackley,gardner. ”Macroeconomic theory,( terj.paul sitohang: teori ekonomi
makro)”.Jakarta : Yayasan penerbit Universitas Indonesia
S. Mulyadi, 2005. ”Ekonomi Kelautan Ed.1”.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dr. Ir. Winarno, M.Kom., 2011. ”Pengembangan Sikap Entrepreniurship dan
Intrapreneurship”. Jakarta: PT.Indeks.
Indahsari, Kurniyati, 2010. ”Perencana Pembangunan”. Yogjakarta: Elmater
www.BPS.go.id
www.Analisadaily.com
www.Forumnusantara.net
www.Kabarmadura.blogspot.com
1
2
1
2