Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

54
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Keadaan Umum BBL Batam Balai Budidaya Laut Batam terletak di Pulau Setoko Jalan Raya Barelang III Kecamatan Bulang Kota Batam Kepulauan Riau, dengan luas ± 6,5 Ha. BBL Batam berada di atas bukit pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan tanah 5º dimana tekstur tanah liat berbatu. Perairan lautnya jernih dengan subrat pasir berlumpur dan terdapat ekosistem terumbu karang, rumput laut, dan vegetasi hutan mangrove di kawasan pesisirnya serta terdapat juga padang lamun. IV.1.1. Sejarah Berdirinya Balai Budidaya Laut Batam Balai Budidaya Laut Batam merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya di bidang pengembangan budidaya laut. Balai Budidaya Laut Batam berdiri sejak tahun 1986 dengan nama Stasiun Budidaya Laut yang berkantor di Tanjung Pinang, kemudian pada tahun 1990 berganti nama menjadi

Transcript of Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

Page 1: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Keadaan Umum BBL Batam

Balai Budidaya Laut Batam terletak di Pulau Setoko Jalan Raya Barelang III

Kecamatan Bulang Kota Batam Kepulauan Riau, dengan luas ± 6,5 Ha. BBL

Batam berada di atas bukit pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut

dengan kemiringan tanah 5º dimana tekstur tanah liat berbatu. Perairan lautnya

jernih dengan subrat pasir berlumpur dan terdapat ekosistem terumbu karang,

rumput laut, dan vegetasi hutan mangrove di kawasan pesisirnya serta terdapat

juga padang lamun.

IV.1.1. Sejarah Berdirinya Balai Budidaya Laut Batam

Balai Budidaya Laut Batam merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat

(UPTP) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya di bidang pengembangan

budidaya laut. Balai Budidaya Laut Batam berdiri sejak tahun 1986 dengan nama

Stasiun Budidaya Laut yang berkantor di Tanjung Pinang, kemudian pada tahun

1990 berganti nama menjadi Sub Balai Budidaya Laut yang berkantor di Tanjung

Riau, Sekupang, Batam.

Sejak tahun 1994 Sub Balai Budidaya Laut resmi terbentuk dengan nama

Loka Budidaya Laut Batam melalui surat Keputusan Menteri No.

347/KPTS/OT.210/5/94 tanggal 06 Mei 1994, lalu disempurnakan dengan SK

Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan Nomor : 64 Tahun 2000 tanggal 31 Juli

2000, kemudian disempurnakan lagi dengan surat Keputusan Menteri Kelautan

dan Perikanan Nomor : KEP.26C/MEN/2001 tanggal 01 Mei 2001.

Page 2: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

12

Pada Juni 2002 Loka Budidaya Laut Batam menempati lokasi baru di

Pulau Setoko, Kecamatan Bulang, Kota Batam dan pada tahun 2006 melalui

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.10/MEN/2006. Pada tanggal

12 Januari 2006 Loka Budidaya Laut Batam resmi menjadi Balai Budidaya Laut

Batam dan seluruh kegiatan dipusatkan di lokasi dengan luas 6,5 Ha tersebut.

IV.1.2. Fungsi dan Tugas pokok Balai Budidaya Laut Batam

1. Fungsi

Adapun fungsi dari Balai Budidaya Laut Batam adalah sebagai berikut :

1) Pengkajian, pengujian dan bimbingan penerapan standar pembenihan dan

pembudidayaan ikan laut.

2) Pengkajian standar dan pelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan sertifikasi

personil pembenihan serta pembudidayaan ikan laut.

3) Pengkajian sistem dan tata laksana produksi dan pengelolaan induk penjenis

dan induk dasar ikan laut.

4) Pelaksanaan pengujian pembenihan dan pembudidayaan ikan laut.

5) Pengkajian standar pengawasan benih, pembudidayaan serta pengendalian

hama dan penyakit ikan laut.

6) Pengkajian dan pengendalian lingkungan dan sumberdaya induk / benih ikan

laut.

7) Pelaksanaan sistem jaringan laboratorium pengujian, pengawasan benih dan

pembudidayaan laut.

8) Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi dan publikasi pembenihan dan

pembudidayaan ikan laut.

9) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Page 3: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

13

2. Tugas Pokok

Tugas pokok dari Balai Budidaya Laut Batam adalah melaksanakan

penerapan teknik pembenihan dan pembudidayaan ikan laut serta pelestarian

sumberdaya induk / benih ikan laut dan lingkungan.

IV.1.3. Visi dan Misi

1. Visi

Visi Balai Budidaya Laut Batam adalah Mewujudkan Balai Budidaya Laut

Batam sebagai institusi pelayanan dalam pembangunan dan pengembangan sistem

budidaya air laut yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan.

2. Misi

Adapun misi dari Balai Budidaya Laut Batam adalah sebagai berikut :

1) Mengembangkan rekayasa teknologi budidaya berbasis agribisnis dan

melaksanakan alih teknologi kepada dunia usaha.

2) Meningkatkan kapasitas kelembagaan.

3) Mengembangkan sistem informasi IPTEK perikanan.

4) Meningkatkan pelayanan jasa dan sertifikasi.

5) Memfasilitasi upaya pelestarian sumberdaya ikan dan lingkunganya.

IV.1.4. Organisasi dan Tata Kerja

Dalam keorganisasian Balai Budidaya Laut Batam dipimpin oleh Kepala

Balai yang dalam kerjanya dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala

Seksi Pelayanan Teknis dan Informasi, Kepala Seksi Sarana Teknik dan

Kelompok Pejabat Fungsional. Tugas dari masing-masing pembantu Kepala Balai

adalah sebagai berikut :

Page 4: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

14

1. Kepala Sub Bagian Tata Usaha bertugas melaksanakan urusan tata usaha balai

serta memberi pelayanan teknis dan administrasi kepada semua satuan

organisasi dalam lingkungan Balai Budidaya Laut Batam yang terdiri dari sub

bagian keuangan dan sub bagian umum.

2. Seksi Pelayanan Teknis dan Informasi bertugas melaksanakan teknik kegiatan

dan penerapan teknik budidaya air laut yang pelaksanaannya dibantu oleh sub

seksi pelayanan teknis dan sub pelayanan informasi dan publikasi.

3. Seksi Sarana Teknik bertugas melaksanakan penyediaan, pengelolaan dan

pemeliharaan sarana teknik kegiatan dan penerapan teknik budidaya air laut

yang terdiri dari sub seksi budidaya dan sub seksi laboratorium.

4. Kelompok Pejabat Fungsional bertugas melakukan perekayasaan teknik

budidaya air laut sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Berdasarkan SK. Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan No. 64 Tahun

2000 Tanggal 31 Juli 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Budidaya

Laut Batam yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya BBL Batam, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Sesuai SK Menteri Eksplorasi Laut dan

Perikanan No. 64 Tahun 2000 tersebut di dalam struktur organisasi terdapat

kelompok jabatan fungsional yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

perekayasaan, pengujian, penerapan dan bimbingan penerapan standar teknik alat

dan mesin, serta sertifikasi pembenihan dan pembudidayaan, pengendalian hama

dan penyakit ikan, pengawasan benih budidaya, penyuluhan dan kegiatan lain

yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fugsional berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Kelompok jabatan fungsional terdiri dari perekayasa, pengawas benih

ikan, pengawas perikanan, pengendalian hama dan penyakit ikan dan jabatan

Page 5: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

15

fungsional lain yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Sesuai dengan SK Menteri Kelautan dan Perikanan nomor

KEP.47/MEN/2002 Tanggal 18 November 2002, struktur organisasi Balai

Budidaya Laut Batam sebagai berikut:

a. Kepala Balai Budidaya Laut Batam

b. Sub Bagian Tata Usaha

c. Sei Pelayanan Teknis

d. Sei Standarisasi dan Informasi

e. Kelompok Jabatan Fugsional

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Balai Budidaya Laut Batam

Untuk mempermudah koordinasi dan mempelancar pelaksanaan kegiatan

sesuai dengan SK keputusan Balai Budidaya Laut Batam No.PER.10/MEN/2006

tanggal 12 Januari 2006 dibentuk kelompok kegiatan perekayasaan sebagai

berikut :

1. Kelompok Kegiatan Pembenihan Ikan.

2. Kelompok Kegiatan Pembesaran Ikan.

3. Kelompok Kegiatan Pembesaran Non Ikan.

4. Kelompok Kegiatan Kultur Pakan Alami.

Kepala Balai Budidaya Laut Batam

Sub Bagian Tata Usaha

Sei Pelayanan TeknisSei Standarisasi dan

informasi

Kelompok Jabatan Fungsional

Page 6: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

16

5. Kelompok Kegiatan Manajemen Kesehatan Hewan Aquatic.

6. Kelompok Kegiatan Pengendalian Lingkungan.

IV.1.5. Sumber Daya Manusia

Balai Budidaya Laut Batam merupakan suatu institusi yang melakukan

perekayasaan dan kaji terap akan berbagai informasi ilmu pengetahuan teknologi

yang berhubungan dengan teknologi budidaya laut yang baru dan

menyempurnakan teknologi yang sudah ada sehingga dapat diterapkan oleh

masyarakat.

Untuk mendukung Tugas dan Fungsinya, Balai Budidaya Laut Batam

didukung oleh sumberdaya manusia sebanyak 94 orang yang terdiri atas 65 orang

PNS, 3 orang CPNS dan 26 orang tenaga kontrak. Berdasarkan Status

kepegawaiannya Tahun Anggaran 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jumlah Pegawai Balai Budidaya Laut Batam Berdasarkan Status Kepegawaiannya

No Status Golongan / Ruang JumlahIV III II I1. PNS 3 25 32 5 652. CPNS - 1 2 - 33. Tenaga Kontrak - - - - 26Sumber: Laporan Tahunan Balai Budidaya Laut Batam Tahun 2011

Selain itu, untuk mendukung tugas dan fungsinya sehingga tercapai visi

dan misi Balai Budidaya Laut Batam maka diperlukan adanya sumberdaya

manusia yang berkualitas. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi maju dan berkembangnya suatu usaha serta menjadi

indikator kualitas sumberdaya manusia yang ada di Balai Budidaya Laut Batam.

Untuk itu, perlunya di tinjau kondisi pegawai di Balai Budidaya Laut Batam dari

segi pendidikan pada tabel 4.2 dibawah ini.

Page 7: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

17

Tabel 4.2. Kondisi Pegawai Balai Budidaya Laut batam Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Bidang / Jurusan Jumlah / Orang

1. Doktor Sain veteriner 1

2. Pasca Sarjana (S2) Aquqculture 1

Manajemen Sumberdaya Pantai 2

Chef de project Et D’Exloitation 1

Ilmu Lingkungan 1

Pengelolaan Sumberdaya Hayati Lingkungan Hidup Tropika

1

3. Sarjana (S1/D4) Perikanan 16

Sumberdaya Perairan 3

Biologi 1

Kelautan 1

Sistem Informasi 1

Kimia 1

4. Diploma III Perikanan 11

Kimia 1

Teknik Mesin Perkapalan 1

Akuntansi 2

5. SUPM / SMA Perikanan 12

Umum 6

6. SD / SMP 5

7. Tenaga Kontrak 26

Jumlah 94

Sumber : Laporan Tahunan Balai Budidaya Laut Batam Tahun 2011

Selain itu, pengembangan sumberdaya manusia juaga dapat dilihat dari

kondisi pegawai berdasarkan umur. Pegawai di Balai Budidaya Laut Batam

Page 8: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

18

memiliki rentang umur 21-25 hingga 56-60. Pegawai Balai Budidaya Laut Batam

yang terbanya rentang umur dari 26-30 sebanyak (32,98%). Kondisi pegawai

Budidaya Laut Batam berdasarkan umur dapat di lihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3. Kondisi Pegawai Balai Budidaya Laut Batam Berdasarkan Tingkat Umur

Umur Frekuensi Presentase21-25 7 7,45%26-30 31 32,98 %31-35 20 21,28%36-40 13 13,83%41-45 8 8,51%46-50 5 5,32%51-55 5 5,32%56-60 5 5,32%Total 94 100%

Sumber : Laporan Tahunan Balai Budidaya Laut Batam Tahun 2011

IV.1.6. Sarana dan Prasana

Balai Budidaya Laut Batam memiliki sarana dan prasarana untuk

operasional kegiatan budidaya, mulai dari pemilihan induk, pemijahan,

pemeliharaan larva, pendederan dan pembesaran. Secara garis besar fasilitas yang

dimiliki Balai Budidaya Laut Batam dapat dilihat Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana Fisik yang Dimiliki Balai Budidaya Laut Batam

No Fasilitas Jumlah (unit)

Fungsi

1 Keramba Jaring Apung 49 Pemeliharaan induk, pembesaran dan penggelondongan

2 Bak Induk Beton (255 ton) 5 Pemeliharaan Induk3 Bak Beton (8 - 10 Ton) 20 Pemeliharaan larva dan penyediaan

pakan alami4 Bak Fiberglass (1-8 Ton) 64 Pemeliharaan larva, pendederan

dan pakan alami7 Indoor hatchery 2 Lokasi pemeliharaan larva8 Outdoor hatchery 2 Lokasi pendederan9 Laboratorium penyakit 1 Identifikasi mengenai penyakit

ikan10 Laboratorium plankton 1 Perekayasaan dan penyediaan

pakan alami

Page 9: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

19

14 Sistem Filter 1 Menyaring air15 Tandon air laut (100 ton) 1 Stock air laut16 Tandon air tawar (125 ton) 1 Stock air laut17 Pompa 4 Pengisi air18 Mess operator 4 Tempat tinggal karyawan19 Kantor 2 Kelancaran kegiatan administrasi

dan program proyek21 Kendaraan Operasional 2 Kelancaran operasional pegawai

dan produksi22 Genset 3 Sumber energy23 Asrama 10 Penginapan peserta diklat24 Ruang pelatihan 2 Pendidikan dan latihan25 Komputer 5 Sarana dan penunjang kegiatan

administrasi dan perekayasaan26 Rumah Genset 2 Fasilitas penerangan dan

operasional27 Rumah pompa 2 Penyedia air laut28 Pos jaga 1 Keamanan29 Perpustakaan 1 Pengadaan buku-buku perikananSumber : Modul Pelatihan Balai Budidaya Laut Batam Tahun 2011

IV.1.7. Produksi Balai Budidaya Laut Batam

Balai Budidaya Laut Batam telah memproduksi berbagai macam

komoditas perikanan seperti Ikan Kakap Putih, Ikan Kerapu Macan dan Ikan

Bawal Bintang. Komoditas lain yang diproduksi Balai Budidaya Laut Batam

adalah komoditas yang diharapkan mencapai produksi stabil menjadi komoditas

unggulan (Komoditas Harapan). Komoditas Harapan meliputi produksi Ikan

Kerapu Kertang, Ikan Kerapu Cantang, Abalon dan Lobster.

Tabel 4.5. Data Produksi Pembesaran Balai Budidaya Laut BatamTahun Target Produksi

(kg)Capaian Produksi

(kg)Persentase Capaian

(%)2011 12.000 17.611,2 146,7%2012 13.000 18.193,4 139,94%2013 14.000 17.495,3 124,96%

Sumber: Arsip Koordinator Produksi Pembesaran BBL Batam Tahun 2014

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa capaian jumlah produksi pembesaran

Balai Budidaya Laut Batam tahun 2011 mencapai 17.611,2 kg, angka ini

Page 10: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

20

menunjukkan ketercapaian target produksi sebesar 146% dari target produksi

yang ditetapkan yaitu 12.000 kg. Pada tahun 2012 capaian produksi mencapai

18.193,4 kg dari julmh target yang ditetapkan yaitu 13.000 kg. Sedangkan capaian

jumlah produksi pada tahun 2013 sebesar 124,96% dari target tahun 2013 sebesar

14.000 kg, yaitu sebanyak 17.493,5 kg.

IV.2. Kegiatan Magang

Pada hari pertama (Sabtu, 25 Januari 2014) kegiatan yang dilakukan adalah

melaporkan kedatangan peserta magang kepada pihak Balai Budidaya Laut

Batam. Selanjutnya mendapat intruksi untuk hadir pada hari Senin pukul 08.00

WIB dan mengikuti kegiatan apel pagi. Hari berikutnya adalah melakukan

pengamatan tempat mulai dari Kantor, Labor Pakan Alami, Hatchery,

Pembenihan hingga Keramba Jaring Apung.

Senin, 27 Januari 2014, mengikuti kegiatan apel pagi pukul 08.00 WIB.

Selanjutnya menerima pembagian pembimbing lapangan untuk mahasiswa

magang dari Universitas Riau. Pembimbing lapangan saya selama praktek

magang adalah Bapak Sahidan Muhlis S.Pi, MP yang menjabat sebagai

Koordinator Produksi Pembesaran di Keramba Jaring Apung BBL Batam.

Selanjutnya saya menemui pembimbing lapangan dan menyerahkan proposal

magang untuk menerima pengarahan dalam pelaksanaan magang.

IV.2.1. Pemberian Pakan Ikan

Minggu pertama magang saya ditempatkan di Keramba Jaring Apung

Divisi Pembesaran Ikan Kerapu Macan. Kegiatan yang diikuti adalah pemberian

pakan ikan di keramba Ikan Kerapu Macan. Pakan yang diberikan berupa pakan

Page 11: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

21

rucah, yaitu pakan dari ikan non ekonomis (trash fish) yang berasal dari sisa-sisa

ikan yang tidak laku terjual di TPI.

Sebelum pakan rucah ditebar di keramba, ikan rucah harus dipotong-

potong sesuai dengan besar bukaan mulut ikan. Alat yang digunakan dalam

pemotongan ikan rucah adalah gunting, pisau, ember, baskom dan keranjang.

Pemotongan rucah dilakukan setiap pagi pada pukul 07.00, setelah itu kembali ke

kantor untuk mengikuti kegiatan apel pukul 08.00, kemudian turun kembali ke

KJA untuk memberi pakan ikan.

Pakan ikan diberikan setiap jam 9 pagi, 11 siang dan jam 3 sore.

Pemberian pakan ikan memiliki teknik tersendiri berdasarkan kebiasaan makan

ikan. Ikan Kerapu Macan termasuk ikan karang yang bergerak pasif dan

cenderung berdiam diri di dasar perairan. Pada saat pemberian makan pun, ikan

ini tidak terlalu aktif untuk memangsa makanannya. Sehingga pemberian pakan

ikan tidak selalu bisa mengikuti prosedur yang baku, yaitu pemberian pakan 3 kali

sehari. Namun pemberian pakan yang baik adalah dengan menebar pakan sedikit

demi sedikit dengan frekuensi sesering mungkin. Jika ikan terlihat tidak lagi

memangsa makanan, maka pemberian pakan dihentikan dan diberikan lagi kira-

kira satu jam kemudian dan lebih baik jika diulangi sesering mungkin. Hal ini

dilakukan agar tidak ada pakan ikan yang terbuang percuma. Selain itu, pakan

yang tersisa akan menumpuk di dasar jaring sehingga memancing ikan di luar

jaring untuk memangsa pakan yang dapat mengakibatkan kerusakan jaring.

Dari kegiatan pemberian pakan, diperoleh pengetahuan dan pengalaman

dalam mempersiapkan pakan, cara pemberian pakan, manajemen faktor produksi

(pakan) dan perlakuan terhadap ikan budidaya yang berhubungan dengan pakan.

Page 12: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

22

IV.2.2. Mencuci Jaring

Kegiatan selanjutnya yang dilakukan pada minggu pertama adalah

mencuci jaring. Alat yang diperlukan dalam pencucian jaring adalah pompa

penyemprot air. Pencucian jaring dilakukan di tempat yang terpisah dengan KJA.

Sebelum dicuci, jaring dijemur terlebih dahulu selama 1-2 hari untuk mematikan

biota yang menempel pada jaring. Setelah kering, jaring dicuci dengan cara

disemprot dengan pompa penyemprot air. Setelah itu jaring dijemur kembali. Jika

terdapat banyak kerang atau tritip yang menempel pada jaring, maka jaring harus

dibersihkan dengan cara memukul-mukul mata jaring dengan palu agar kerangnya

hancur dan lepas dari jaring.

Dari kegiatan ini, diperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai cara

membersihkan wadah budidaya dan permasalahan beserta solusinya dalam

penanganan aset untuk memperpanjang masa pakai.

IV.2.3. Memasang Jaring

Kegiatan selanjutnya yang saya ikuti adalah membantu teknisi memasang

jaring pada keramba. Sebelum jaring dipasang, dilakukan pengecekan terhadap

kondisi jaring jika jaring masih kotor atau terdapat kerusakan pada jaring. Jika

terdapat jaring yang robek atau rusak, dilakukan perbaikan dengan menyulam

kembali jaring yang robek.

Dalam pemasangan jaring, dibutuhkan pemberat. Pemberat yang

digunakan adalah pemberat dengan beban 5 kg sebanyak 4 buah. Pemberat

berfungsi untuk mempertahankan jaring dalam ukuran maksimal sehingga

memberi ruang gerak yang luas bagi ikan. Selain itu fungsi pemberat adalah

memberi tekanan pada jaring untuk menahan arus di sekitar keramba. Pemberat

Page 13: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

23

yang digunakan dapat berupa beton atau batu dan dipasang dengan

mengikatkannya pada tali yang sudah disulam disepanjang bujur sudut jaring.

Cara ini dapat mempermudah pemasangan dan pelepasan pemberat baik ketika

jaring diangkat maupun diturunkan.

Langkah-langkah pemasangan jaring yang pertama adalah mengikat tali ris

pada sudut jaring dengan sudut rangka keramba. setelah itu pemberat dipasang

pada empat sudut bawah jaring. Setelah pemberat terpasang, dilakukan

pengecekan kembali terhadap jaring. Adapun prosedur pemeliharaan jaring dapat

dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.3. Prosedur Pemeliharaan Wadah Budidaya (Jaring)

Dari kegiatan, diperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai persiapan

wadah budidaya, alat dan bahan yang diperlukan dan hal-hal apa saja yang harus

Mengangkat jaring kotor

Memasang jaring baru ditempat kosong

Mengangkat jaring kotor ke tempat penjemuran

Menghitung dan memindahkan ikan kejaring baru

Penjemuran jaringDilakukan 2-3 hari

dibawah terik matahari

Pembersihan jaring dengan mesin semprot

Penyimpanan

Page 14: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

24

diperhatikan dalam pelaksanaannya. Serta bagaimana teknis mengerjakan tugas

bersama-sama dengan anggota tim dan koordinasi di dalam tim.

IV.2.4. Sampling dan Grading

Memasuki minggu kedua magang, saya ditugaskan untuk melakukan

sampling dan membantu teknisi melakukan grading. Sampling dilakukan untuk

mengetahui tingkat pertumbuhan ikan agar bisa menentukan dosis pakan dan

kelulushidupan ikan. Sampling ikan dilakukan sebulan sekali dengan mengambil

ikan secara acak sebanyak 10% dari jumlah ikan yang ada. Sampling juga

dilakukan ketika akan dilaksanakan pemanenan untuk mengetahui apakah ukuran

ikan sudah mencapai ukuran panen.

Selama pelaksanaan magang, saya telah melakukan 3 kali kegiatan

sampling. Hal ini dilakukan atas rekomendasi pembimbing lapangan untuk

mengetahui bagaimana cara mengukur pertumbuhan ikan dari data hasil sampling.

Sampling saya lakukan pada tanggal 3, 11 dan 17 Februari 2014. Adapun data

sampling yang saya peroleh adalah:

Tabel 4.6. Data Hasil Sampling Ikan Kerapu Macan

Sampling

Jumlah Sample

Berat Total

Berat Rata-rata

Rentang Waktu

Sampling

Pertumbuhan Rata-rata

1 10 ekor 2,9 kg 290 gr - -2 10 ekor 3,0 kg 300 gr 8 hari 1,3 gr/hari3 10 ekor 3,1 kg 310 gr 7 hari 1,4 gr/hari

Sumber: Arsip Pribadi. Keramba Jaring Apung BBL Batam, 2014

Dengan mengetahui pertumbuhan rata-rata ikan, dapat diperhitungkan pula

berapa lamanya waktu yang dibutuhkan ikan untuk dapat mencapai ukuran panen.

Jika pertumbuhan rata-rata ikan adalah 1,3 gr/hari, maka untuk mencapai berat

500 gr dibutuhkan waktu sekitar 5-6 bulan mulai dari sampling dilakukan.

Page 15: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

25

Selain itu sampling juga dilakukan untuk mengetahui rentang perbedaan

ukuran ikan yang berada dalam keramba. Dari selisih ukuran ikan yang

disampling, dapat diketahui tingkat keragaman ukuran ikan dalam suatu keramba.

Jika keragaman ukuran ikan cukup tinggi, maka perlu dilakukan grading.

Grading adalah kegiatan pemilahan ikan berdasarkan ukuran. Variasi

ukuran ikan Kerapu Macan dalam suatu keramba dapat merangsang sifat kanibal

bagi Ikan Kerapu Macan terutama ikan yang berukuran lebih besar. Hal ini dapat

menyebabkan ikan yang lebih kecil takut untuk mengejar makanan sehingga dapat

mengganggu pertumbuhannya. Munculnya sifat kanibalisme juga dapat

menyebabkan ikan yang lebih kecil menjadi stress sehingga ikan menjadi lebih

rentan terserang penyakit.

Sebelum grading dilaksanakan, perlu dilakukan persiapan wadah yaitu 2

lobang keramba yang kosong dengan jaring yang sudah bersih dan layak pakai.

Setelah itu ikan dipuasakan selama 24 jam. Alat dan bahan yang digunakan dalam

kegiatan grading adalah scope-net, cold box, keranjang plastik, pena dan kertas

untuk mencatat jumlah ikan.

Cara melakukan grading adalah dengan mengangkat jaring terlebih

dahulu, kemudian menyerok ikan dengan scope-net dan dimasukkan ke dalam

cold box yang sudah diisi air laut. Setelah itu ikan diambil sedikit demi sedikit

dengan keranjang plastik dan dipilah berdasarkan ukuran. Ikan dengan ukuran

kecil dimasukkan ke dalam keramba kosong yang pertama dan ikan yang lebih

besar dimasukkan ke keramba kosong yang lainnya. Jumlah ikan yang masuk

kedalam masing-masing keramba dicatat kemudian dijumlahkan sebagai arsip.

Adapun prosedur sampling dan grading dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 16: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

26

Gambar 4.4. Prosedur Sampling dan Grading

Dari kegiatan sampling dan grading, diperoleh pengetahuan dan

pengalaman mengenai pengukuran dan pemilahan beserta tujuannya. Selanjutnya

dapat diperoleh pengetahuan mengenai persiapan serta pelaksanaan sampling dan

grading.

IV.2.5. Pemeliharaan Kesehatan Ikan

Pemeliharaan kesehatan ikan perlu dilakukan untuk mengurangi tingkat

kematian ikan yang dapat menurunkan hasil produksi ikan Kerapu Macan. Untuk

itu perlu dilakukan pengawasan rutin terhadap konsdisi kesehatan ikan. Ikan yang

terserang penyakit biasanya menunjukkan tanda-tanda yang dapat diamati dari

permukaan tubuhnya.

Mencatat data hasil sampling dan grading

Menentukan jaring dan ikan yang akan disampling

Persiapan peralatan dan bahan sampling dan grading

Menghitung populasi ikan per jaring

Mengukur berat dan panjang ikan

Mengambil ikan sampel dimasukan kedalam ember

Ikan yang disampling max. 10% dari

setiap/populasi/jaring

Tingkat ketidakseragaman tinggi dilakukan grading

Page 17: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

27

Adapun tanda-tanda penyakit pada ikan yang umum terjadi yaitu

hilangnya nafsu makan, perubahan warna tubuh (ikan stress biasanya lebih gelap),

berenang lambat, anatomi abnormal seperti: mata menonjol sirip bengkok dan

luka, serta pertumbuhan lambat.

Pada minggu ke-3 pelaksanaan magang, saya ikut membantu teknisi untuk

melakukan perendaman ikan (treatment). Perendaman ikan dilakukan untuk

mematikan bakteri dan parasit yang menempel pada tubuh ikan seperti kutu dan

cacing insang. Alat dan bahan yang digunakan dalam perendaman ikan adalah

scope-net, cold box, aerator, batu aerasi dan air tawar. Aerator berfungsi untuh

menambah suplai oksigen selama perendaman dan batu aerasi berfungsi memecah

oksigen untuk mempermudah respirasi pada ikan.

Prosedur perendaman ikan adalah, mengisi air tawar ke dalam cold box,

memasang aerator untuk mengalirkan oksigen selama perendaman, memasang

batu aerasi untuk memecah oksigen, mengisi ikan ke dalam cold box lalu ikan

direndam selama 10-20 menit.

Dari kegiatan seputar pemeliharan kesehatan ikan, diperoleh pengetahuan

dan pengalaman mengenai pencegahan dini terhadap permasalahan yang terjadi

pada kesehatan ikan untuk menghindari kerugian yang dapat terjadi akibat ikan

sakit.

IV.2.6. Panen

Kegiatan yang diikuti pada minggu ke-4 adalah mengikuti kegiatan panen.

Kegiatan panen yang saya ikuti disini bukan panen ikan Kerapu Macan melainkan

ikan Bawal Bintang. Karena selama pelaksanaan magang, ikan Kerapu Macan

belum mencapai ukuran panen sehingga kegiatan panen yang dapat saya ikuti

Page 18: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

28

adalah kegiatan panen ikan Bawal Bintang. Namun, secara teknis pemanenan ikan

Bawal Bintang dengan ikan Kerapu Macan tergolong sama.

Sebelum kegiatan pemanenan dilakukan, ikan dipuasakan terlebih dahulu

selama 24 jam. Setelah itu mempersiapkan alat yang diperlukan seperti keranjang

jaring, scope-net, timbangan dan bilah kayu. Pemanenan dilakukan dengan

mengangkat jaring terlebih dahulu dan mmebelah jaring dengan bilah kayu agar

ikan berkumpul di satu sisi. Kemudian ikan diangkat dengan scope-net dan

dimasukkan ke dalam keranjang jaring. Setelah itu ikan ditimbang dan dapat

dijual.

Dari kegiatan panen diperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai

bagaimana perlakuan yang baik terhadap produk yang siap dipasarkan, persiapan

panen dan kerjasama tim dalam pemanenan.

IV.2.7. Pengemasan (Packing)

Packing ikan dapat dibagi menjadi 2 yaitu packing tertutup dan packing

terbuka. Packing tertutup adalah pengemasan ikan di dalam wadah yang dibatasi

sehingga terpisah dari lingkungan di luarnya. Sedangkan packing terbuka adalah

pengemasan di dalam wadah tanpa batas pemisah dengan lingkungan di luarnya.

Kegiatan packing yang saya ikuti selama praktek magang adalah kegiatan packing

ikan Bawal Bintang yang menggunakan packing terbuka. Adapun teknis packing

ikan Bawal Bintang dengan ikan Kerapu Macan tergolong sama.

Alat dan bahan yang digunakan dalam packing terbuka adalah keranjang

jaring, drum atau ember besar, aerator dan es batu. Penggunaan es batu

dimaksudkan agar ikan tidak memberontak selama transportasi. Prosedur packing

terbuka adalah memasukkan air laut ke dalam drum atau ember besar, setelah itu

Page 19: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

(b)

29

memasang aerator, memasukkan es batu ke dalam air lalu ikan dimasukkan ke

dalam wadah. Setelah itu ikan ditransportasikan mengunakan kendaraan terbuka

seperti sepeda motor, mobil pick-up dan kapal.

Gambar 4.5. Packing dan Transportasi Terbuka. (a) dan (b) Trasnportasi Darat, (c) Transportasi Laut

IV.2.8. Seminar Laporan Magang

Setelah rangkaian kegiatan magang dilaksanakan, saya menyusun laporan

kegiatan magang untuk diserahkan kepada pembimbing lapangan. Pada tanggal 20

Februari 2014 saya melaksanakan seminar laporan kegiatan magang. Seminar ini

dilakukan untuk validasi data yang telah saya peroleh selama pelaksanaan

magang, dimana peserta seminar dapat memberikan saran dan masukan untuk

melengkapi data yang saya telah peroleh.

IV.3. Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di Keramba Jaring Apung BBL Batam.

(a)

(c)

Page 20: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

30

Selama kegiatan magang dilakukan, saya memperoleh banyak pengetahuan

mengenai manajemen produksi Ikan Kerapu Macan untuk ukuran konsumsi.

Selain itu saya juga mendapatkan pengetahuan mengenai bagaimana menjadi

seorang koordinator atau manajer yang baik. Pengetahuan ini saya peroleh dari

kegiatan magang yang saya ikuti, diskusi dengan para teknisi hingga cerita santai

bersama koordinator sembari monitoring lapangan.

Dari berbagai informasi yang saya peroleh, dapat saya deskripsikan

mengenai manajemen produksi ikan Kerapu Macan di Keramba Jaring Apung

BBL Batam yang meliputi Perencanaan (Planning), Pengorganisasian

(Organizing), Pelaksanaan (Actuating) dan Pengawasan (Controlling).

IV.3.1.Perencanaan

Beishline dalam Manullang (2006) menyebutkan bahwa:

“... perencanaan menentukan apa yang harus dicapai dan apabila itu harus dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa yang bertanggung jawab dan mengapa hal itu harus tercapai.”

Maka kegiatan dalam fungsi perencanaan meliputi penetapan tujuan dan

target, merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target, menentukan

sumberdaya yang diperlukan (faktor produksi) dan menetapkan standar/indikator

keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.

1. Target Produksi

Target produksi yang ditetapkan oleh Koordinator Divisi Pembesaran adalah

target untuk semua komoditas budidaya per tahunnya, dimana indikator

keberhasilan dilihat dari total pencapaian produksi budidaya dari seluruh

komoditas.

Page 21: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

31

Sebelum target ditetapkan, tim dari koordinator masing-masing komoditas

mengajukan rencana kerja dan kebutuhan berdasarkan fasilitas yang ada. Setelah

pengajuan disetujui, maka itu menjadi rujukan untuk membuat target produksi.

Berdasarkan input yang tersedia, koordinator masing-masing komoditas

(koordinator pembesaran ikan Kakap Putih, Ikan Bawal Bintang, Ikan Kerapu

Macan dan Komoditas Harapan) menetapkan target lalu total keseluruhan

komoditas yang menjadi target produksi pembesaran di keramba jaring apung.

2. Faktor Produksi

Selama pelaksanaan kegiatan magang, dapat saya amati bahwa produksi ikan

Kerapu Macan di Keramba Jaring Apung Balai Budidaya Laut Batam melibatkan

beberapa faktor produksi yang mempengaruhi output, antara lain Sarana dan

Prasarana, Tenaga Kerja, Bahan Baku dan Manajerial.

Gunawan, dkk. (1997), menyatakan bahwa produksi mencakup setiap

pekerjaan yang menciptakan atau menambah nilai dan guna suatu barang atau

jasa. Agar produksi yang dijalankan dapat menciptakan hasil maka diperlukan

beberapa faktor produksi (input). Dan untuk menghasilkan output, maka faktor-

faktor produksi yang merupakan input perlu diproses bersama-sama dalam suatu

proses produksi (metode produksi).

Menurut Maryono (1996), dalam mengusahakan produk, diperlukan

sumberdaya atau beberapa faktor produksi. Alokasi sumberdaya dalam jumlah

yang tepat akan memberikan pendapatan yang maksimal dan sebaliknya.

Penggunaan sumberdaya yang tidak tepat akan menyebabkan ketidakefisienan

yang dapat mengurangi keuntungan atau pendapatan.

Page 22: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

32

1) Sarana dan Prasarana

Dalam kegiatan produksi ikan Kerapu Macan diperlukan sarana dan prasarana

yang mendukung. Adapun sarana yang dibutuhkan terdiri dari sarana pokok dan

sarana penunjang. Sarana pokok meliputi Keramba Jaring Apung, Rumah Jaga,

Waring dan Jaring. Sarana pokok ini merupakan fasilitas yang berhubungan

langsung dengan produksi ikan Kerapu Macan.

Sarana penunjang yang dibutuhkan dalam produksi ikan Kerapu Macan

antara lain: freezer, cold box, mesin penyemprot jaring dan peralatan pendukung

lainnya seperti timbangan, keranjang, scope-net, ember dan gayung serta beberapa

peralatan lainnya yang dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari.

Keramba Jaring Apung

Sumber: Dokumentasi Pribadi. Keramba Jaring Apung BBL Batam, 2014.

Kegiatan produksi ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

dilaksanakan di Keramba Jaring Apung Balai Budidaya Laut Batam. Keramba

jaring apung adalah bingkai yang dilengkapi dengan pelampung untuk tempat

melekatkan atau mengikatkan waring dan jaring dan dipasang menggunakan

pelampung di sepanjang sisinya.

Gambar 4.6. Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu Macan

Page 23: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

33

Tabel 4.7. Jenis Keramba Jaring Apung di BBL BatamNo Jenis Jumlah

1 Keramba ukuran 3x3 30 unit2 Keramba ukuran 4x4 hitam 6 unit3 Keramba ukuran 4x4 biru 11 unit4 Keramba ukuran 4x8 2 unit

Total 49 unitSumber: Arsip Koordinator Produksi Pembesaran BBL Batam Tahun 2014

Dari tabel diatas, dapat dilihat total jumlah keramba jaring apung yang ada

di BBL Batam adalah 49 unit, dimana 1 unit terdiri dari 4 keramba. Keramba

ukuran 3x3 diperuntukkan dalam pemeliharaan induk. Keramba 4x4 difungsikan

untuk pembesaran dan keramba 4x8 untuk penggelondongan (pemeliharaan

lanjutan bagi benih sebelum dipelihara di dalam jaring).

Keramba yang dialokasikan untuk produksi ikan Kerapu Macan adalah

keramba ukuran 4x4 biru sebanyak 3 unit (12 keramba). Selama kegiatan magang

dilaksanakan, keramba yang digunakan untuk produksi ikan Kerapu Macan adalah

sebanyak 2 keramba. Hal ini dikarenakan ketebatasan benih yang tersedia

sehingga hanya 2 keramba saja yang dapat terisi. Berdasarkan data hasil grading

terakhir (Januari 2014), jumlah ikan Kerapu Macan yang di masing-masing

keramba berjumlah ±400 ekor dengan ukuran 250-300 gr. Penggunaan jaring dan

penentuan padat tebar dilakukan berdasarkan Standar Operasional Prosedur yang

dapat dilhat pada tabel berikut.

Tabel 4.8. Kepadatan benih Ikan Kerapu Macan (SNI 01-6488.5-2000)

Fase pemeliharaan

Ukuran tebar Padat tebar (Ekor/m3) Keterangangram Cm

Pendederan 15-25 5-7 150-200 Waring (3x1x1m)Pengelondongan 50-75 8-10 75-100 Jaring (3x3x3m)Pembesaran 500-600 25-30 20-25 Jaring (3x3x3m)

Page 24: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

34

Waring dan Jaring

Sebelum benih ikan kerapu macan ditebar ke dalam jaring, terlebih dahulu

ditebar dalam waring yang berukuran 1x1x1,2 meter dengan mesh size 4 mm.

Setelah ukuran ikan bertambah besar, jaring perlu diganti dengan ukuran mata

jaring yang lebih besar untuk mengimbangi kebutuhan oksigen dari sirkulasi air

laut melalui mata jaring. Jaring yang digunakan dalam pembesaran ikan Kerapu

Macan ada yang berukuran 3x3x3 meter dan ada juga yang berukuran 4x4x3

meter berbahan polyethilene yang bersifat kuat dan memiliki resistensi abrasi

yang tinggi.

Selama pelaksanaan kegiatan magang, jaring yang digunakan dalam

pembesaran ikan Kerapu Macan adalah jaring dengan mesh size antara 0,75 – 1,5

inchi. Penggunaan jaring ukuran ini untuk menyesuaikan wadah budidaya dengan

ukuran ikan dan kebutuhan sirkulasi oksigen ikan Kerapu Macan. Jika mesh size

berukuran kecil, sirkulasi oksigen akan lebih mudah terhambat akibat

pertumbuhan biota penempel pada jaring.

Rumah Jaga

Rumah jaga merupakan tempat istirahat untuk teknisi yang bekerja di unit

pembesaran ikan. Rumah jaga juga berfungsi sebagai tempat menyimpan barang

kelengkapan budidaya seperti jaring, coldbox, pakan pellet dan peralatan kerja

lainnya.

Rumah jaga pada pembesaran di Balai Budidaya Laut Batam dibuat secara

terapung berdekatan dengan keramba, berjumlah 3 unit yang ditempatkan di

tengah dan di ujung lokasi budidaya. Akses yang digunakan untuk mencapai

Page 25: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

35

rumah jaga adalah dengan rakit yang ditarik dengan tali di kedua sisinya.

Penggunaan rakit sebagai akses ke rumah jaga, dan bukan jembatan permanen,

dimaksudkan untuk memungkinkan teknisi selalu dapat mencapai rumah jaga saat

air laut pasang ataupun surut.

Freezer

Freezer merupakan tempat pendingin yang digunakan untuk menyimpan

persediaan ikan rucah. Freezer yang digunakan untuk menyimpan rucah

berjumlah 3 unit.

Cold Box

Cold box digunakan sebagai wadah perendaman ikan dan penampungan

sementara ikan saat pelaksanaan grading.

Lampu

Lampu dipasang dengan tujuan memberikan tanda keberadaan keramba

kepada kapal atau perahu yang melewati perairan sekitar keramba. Lampu yang

digunakan memanfaatkan tenaga surya sehingga otomatis hidup pada malam hari.

Lampu tenaga surya sangat bermanfaat untuk kegiatan budidaya di tepi laut yang

jauh dari sumber listrik.

Mesin Penyemprot Jaring

Mesin penyemprot jaring digunakan untuk mengalirkan air laut ke pompa

untuk menyemprot jaring yang akan dicuci. Mesin penyemprot yang digunakan

berjumlah 1 unit yang mendukung aktivitas pembersihan wadah budidaya.

Aerator (Alat Penambah Oksigen)

Page 26: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

36

Aerator digunakan untuk menambah jumah oksigen di dalam air saat

perendaman (treatment), grading dan packing terbuka. Adapun jumlah aerator

yang digunakan dalam kegiatan produksi berjumlah 1 unit.

Page 27: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

37

Batu Aerasi (Alat Pemecah Oksigen)

Batu aerasi digunakan bersamaan dengan aerator dalam kegiatan perendaman

(treatment) untuk memecah oksigen sehingga mempermudah respirasi ikan di

tempat yang sempit dalam waktu yang lama.

Benang Nylon

Benang nylon digunakan untuk menyulam jaring dan scope-net yang robek

Timbangan

Timbangan digunakan dalam kegiatan panen untuk mengukur berat ikan yang

dipanen. Adapun timbangan yang digunakan dalam kegiatan produksi berjumlah 3

unit.

Keranjang Plastik

Keranjang plastik digunakan dalam kegiatan sampling, grading, dan

pemotongan pakan rucah. Keranjang plastik yang digunakan dalam kegiata

produksi berjumlah 4 unit.

Scope-net (Serok)

Scope-net digunakan dalam kegiatan sampling, grading, perendaman

(treatment) dan panen. Scope-net yang digunakan dalam kegiatan produksi

berjumlah 5 unit dengan diameter 30 cm.

Ember

Ember digunakan sebagai tempat penampungan pakan rucah dan menyiduk

air laut untuk membersihkan lokasi sekitar keramba. Adapun ember yang

digunakan dalam kegiatan produksi berjumlah 5 buah ember dengan volume 5

liter.

Page 28: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

38

Gunting

Gunting digunakan sebagai alat pemotong rucah dan digunakan juga dalam

perbaikan jaring yang robek. Gunting yang digunakan dalam kegiatan produksi

berjumlah 5 buah.

2) Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang ditempatkan di Divisi Pembesaran Ikan Kerapu Macan

terdiri dari seorang Pelaksana yang dibantu oleh 4 orang Pembantu Pelaksana.

Pelaksana, yaitu Pak Saiful Bahri, S.St.Pi, tiap harinya melaksanakan tugas seperti

mengkoordinasikan pemberian pakan bagi anak-anak magang, menetapkan waktu

pemberian vitamin ikan, perendaman ikan, monitoring kesehatan ikan, dan

mengatur segala aktvitas di keramba ikan Kerapu Macan. Adapun Pelaksana

bertanggungjawab langsung kepada Koordinator Divisi Pembesaran. Pembantu

pelaksana yaitu Victorius NI, A.Md, Andi dan Yidi, bertugas untuk membantu

pelaksana dalam hal teknis.

3) Bahan Baku

Bahan baku dalam produksi ikan Kerapu Macan meliputi:

Benih

Benih ikan Kerapu Macan yang ditebar adalah benih yang berukuran 5-7 cm.

Benih yang digunakan berasal dari pembenihan BBL Batam, karena memiliki

keunggulan ukuran yang seragam serta kualitas dan kuantitas yang terjaga.

Adapun kriteria benih yang berkualitas untuk ditebar adalah bentuk tubuh

proporsional antara kepala dan badan, tidak cacat, sehat dan tidak terserang

penyakit, gerakan atau perilaku aktif, lincah dan bergerombol serta mempunyai

respon yang baik terhadap pakan

Page 29: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

39

Pakan

Pakan yang digunakan adalah ikan rucah. Ikan rucah dibeli dari TPI yang

berjarak ± 2 km dari BBL Batam. Ikan rucah tiap minggunya diantar ke BBL

Batam dalam keadaan beku melalui jalur darat, namun permintaan ikan rucah

bisa ditambah secara kondisional jika pakan di KJA BBL Batam sudah mulai

habis. Adapun jumlah ikan rucah yang diantar ke BBL Batam tidak memiliki

patokan tertentu karena tergantung dengan berapa jumlah sisa ikan yang tersedia

di TPI. Menurut informasi dari Koordinator Divisi Pembesaran, stok ikan rucah

minimal untuk Ikan Kerapu Macan sebanyak 20 kg/minggu. Ikan rucah dibeli

dengan harga Rp. 5.000/kg. Harga ini bisa meningkat mencapai Rp. 12.000/kg

saat tangkapan ikan rucah sedang menurun.

Pakan rucah merupakan pakan alami Ikan Kerapu Macan. Namun

kandungan nutrisi dari pakan rucah tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisi untuk

pertumbuhan ikan, berbeda dengan pakan pellet yang telah memiliki takaran

nutrisi yang pas dengan kebutuhan ikan. Pakan pellet jarang diberikan karena

seringkali tidak dimakan oleh Ikan Kerapu Macan, hal ini terkait dengan

kebiasaan makan Ikan Kerapu Macan yang bersifat karnivor (pemakan daging).

Agar kebutuhan nutrisi ikan dapat terpenuhi, diperlukan makanan tambahan

(suplemen) yaitu pakan moise yang diberikan 2 kali dalam seminggu. Pakan

moise merupakan pakan yang terbuat dari campuran ikan rucah, pellet dan biovit.

Adapun kegunaan pencampuran biovit adalah:

1. Meningkatkan pertumbuhan ikan

2. Menyediakan nutrisi tambahan dari pakan alami/buatan

3. Mempertahankan daya hidup ikan (survival rate)

Page 30: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

40

4) Manajerial

Selama pelaksanaan magang, dapat saya amati bahwa manajerial produksi

berpatokan pada sistem manajemen yang ditetapkan oleh Koordinator Produksi

Pembesaran di Keramba Jaring Apung BBL Batam. Mulai dari perencanaan yang

meliputi persiapan sarana dan prasarana, pengelolaan bahan baku, penempatan

tenaga kerja hingga penyusunan strategi pencapaian target produksi.

Dari diskusi saya dengan Koordinator Produksi Pembesaran, yang juga

merupakan pembimbing lapangan saya, saya diajarkan bagaimana cara mengatur

strategi agar target dapat tercapai setiap tahunnya. Disini saya mendapatkan

pengetahuan yaitu sebelum melakukan perencanaan, terutama sekali yang harus

dilakukan adalah mengumpulkan data. Data ini berupa informasi mengenai jenis

dan jumlah input dan bahan baku yang tersedia serta data hasil evaluasi produksi

tahun sebelumnya.

Setelah itu Koordinator Produksi Pembesaran bersama Pelaksana

memperhitungkan tingkat ketercapaian target dengan modal dan strategi yang

dimiliki. Jika menurut perhitungan target tidak bisa tercapai, maka Koordinator

Produksi Pembesaran mengambil kebijakan pencapaian target seperti:

1. Menetapkan Divisi Ikan Kerapu Macan untuk membudidayakan komoditas

yang dapat dipanen dalam waktu yang paling singkat dibandingkan

komoditas lainnya, seperti Ikan Bawal Bintang. Walaupun ikan yang

dibudidaya adalah ikan Bawal Bintang, namun segala pertanggungjawaban

selama pemeliharaan hingga panen ada pada Divisi Ikan Kerapu Macan.

2. Mempercepat waktu panen. Misalnya, ikan Kerapu Macan ukuran 600 gr

yang dapat dipanen dalam waktu 10 bulan, dipercepat waktu panennya

Page 31: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

41

sehingga ikan sudah dipanen ketika masih berukuran 300-400 gr (5-6 bulan).

Hal ini dilakukan agar dalam satu tahun dapat dilakukan 2 kali pemanenan

dan menambah kapasitas produksi mendekati target yang diharapkan.

Selama saya melaksanakan praktek magang, saya mengamati bahwa tiap

harinya Koordinator Produksi Pembesaran datang sejak pagi namun tidak terlibat

langsung di dalam kegiatan teknis. Setelah memasuki minggu ketiga magang saya

baru mengerti bahwa tiap harinya Koordinator telah melaksanakan tugasnya yaitu

memantau aktivitas di KJA (monitoring), menerima laporan kegiatan masing-

masing divisi, melakukan pengambilan keputusan jika diperlukan dan

mengadakan rapat informal di KJA untuk menyusun agenda produksi di KJA

setiap bulannya.

Setiap hari kerja, Koordinator Produksi Pembesaran selalu hadir dan

melakukan koordinasi dengan para teknisi di KJA mulai dari Pelaksana,

Pembantu Pelaksana hingga mahasiswa dan siswa magang yang bertugas di KJA.

Sehingga masing-masing personil teknisi dapat melaksanakan tugas dan

kewajiban dengan saling membantu (gotong-royong) tapi tetap fokus pada

tanggungjawab masing-masing.

Dari diskusi saya dengan Koordinator Produksi Pembesaran, saya juga

mendapatkan pengetahuan mengenai bagaimana seorang manajer harus bisa

mengambil langkah-langkah bijak dalam penanggulangan resiko. Ketika stok

pakan yang dijatah pertahunnya tidak mencukupi untuk produksi ikan selama satu

tahun, maka Koordinator Produksi Pembesaran harus mengambil langkah bijak

seperti:

Page 32: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

42

1. Mengurangi frekuensi pemberian pakan pada hari minggu. Dari 3x sehari

menjadi 1 kali sehari.

2. Memodali pembelian pakan sesuai jumlah yang dibutuhkan. Dana pribadi

yang digunakan nantinya akan diganti dengan dana hasil penjualan ikan.

IV.3.2. Pengorganisasian (Organizing)

Gambar 4.6. Struktur Organisasi Divisi Pembesaran

Dalam menjalankan aktifitas produksi ikan Kerapu Macan, diorganisir

oleh seorang Pelaksana Pembesaran untuk ikan Kerapu Macan. Pelaksana

bertanggung jawab langsung kepada Koordinator Produksi Pembesaran atas segala

aktifitas produksi mulai dari pengelolaan pakan, pengelolaan wadah budidaya,

pemeliharaan kesehatan ikan Kerapu Macan dan pengorganisiran tenaga kerja

termasuk siswa/i dan mahasiswa/i magang. Pelaksana Pembesaran Kerapu Macan

dibantu oleh 4 orang Pembantu Pelaksana yang bertugas untuk membantu

Pelaksana dalam hal yang bersifat teknis.

KEPALA BALAI BUDIDAYA LAUT BATAM

KOORDINATOR PRODUKSI PEMBESARAN

ADMINISTRASI PASCA PANEN

Pelaksana Pembesaran Kakap Putih

Pelaksana Pembesaran Bawal Bintang

Pelaksana Pembesaran Kerapu Macan

Pembantu Pelaksana Pembantu Pelaksana Pembantu Pelaksana

Page 33: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

43

IV.3.3. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan kegiatan produksi meliputi persiapan sarana dan prasarana,

penebaran benih, pengelolaan pakan, pengelolaan wadah (jaring) dan

pengendalian kesehatan ikan.

Penyediaan sarana dan prasarana dilakukan setiap tahunnya dan diperbarui

lagi ketika terdapat kekurangan peralatan atau banyak peralatan yang rusak.

Dalam penebaran benih dilakukan aklimatisasi yaitu penyesuaian kondisi

lingkungan benih terhadap lingkungannya yang baru. Aklimatisasi dilakukan

karena adanya perbedaan suhu dan salinitas antara lingkungan benih dan

lingkungan di keramba. Aklimatisasi dilakukan dengan cara mencelupkan wadah

benih yang masih tertutup selama 10 menit, setelah itu wadah dibuka dan

dimiringkan sedikit demi sedikit hingga benih berenang keluar wadah dengan

sendirinya.

Pengelolaan wadah pemeliharaan meliputi kegiatan pembersihan jaring,

monitoring dan perbaikan jaring. Jaring pada keramba harus dicuci 1 kali sebulan.

Ikan Kerapu Macan sangat senang bergerak menggesekan tubuh di sekitar sisi

jaring dan berdiam diri disana. Untuk itu jaring harus rutin dibersihkan karena

kotoran yang menempel pada jaring, seperti lumut dan kerang-kerangan, dapat

menjadi tempat tumbuhnya bakteri yang menjadi sumber penyakit bagi ikan.

Selain itu, biota penempel seperti teritip dan kerang, yang dapat menutupi

permukaan jaring dapat menghambat pertukaran oksigen melalui arus air yang

melewati jaring.

Monitoring wadah pemeliharaan dilakukan setiap hari untuk mengecek

kebersihan jaring yang seringkali ditumbuhi biota penempel seperti lumut dan

Page 34: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

44

kerang-kerangan serta untuk mengetahui kerusakan-kerusakan yang terjadi pada

jaring. Sedangkan perbaikan jaring dilakukan sebelum jaring dipasang pada

rangka keramba. Jaring yang rusak diperbaiki dengan cara disulam menggunakan

benang nylon.

Untuk pengendalian kesehatan ikan, perlu dilakukan pencegahan dini

terhadap penyakit antara lain:

1. Mengunakan benih yang berkualitas dan bebas penyakit.

2. Menggunakan pakan yang berkualitas dan terdaftar di Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya (DJPB).

3. Melakukan perendaman ikan dengan air tawar secara rutin sesuai kondisi ikan

1-2 menit untuk ikan berukuran kecil dan 10-30 menit untuk ikan berukuran

>200gram.

4. Melakukan perendaman ikan dengan air tawar yang diberi aerasi.

5. Memisahkan ikan yang mati dan musnahkan diluar area budidaya (KJA)

6. Memberikan suplemen (Vitamin C atau multivitamin)

Untuk pemanenan, ukuran ikan Kerapu Macan yang ideal untuk dipanen

adalah ukuran 500-700 gr atau masa pemeliharaan 10 bulan hingga 1 tahun. Ikan

yang dipanen biasanya dibeli oleh pengusaha restoran seafood dan pedagang

pengumpul di sekitar Pulau Setoko. Ikan Kerapu Macan dijual dengan harga

Rp100.000-Rp120.000/kg.

Permintaan untuk ikan Kerapu Macan masih mencakup sekitar Kota

Batam sehingga pengemasan yang dilakukan cukup menggunakan pengemasan

terbuka. Wadah yang digunakan untuk pengemasan ikan Kerapu Macan adalah

drum plastik dan ember besar. Packing terbuka membutuhkan es batu untuk

Page 35: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

45

mengurangi pemberontakan ikan di dalam wadah selama transportasi, serta

membutuhkan aerator untuk menyuplai oksigen selama perjalanan.

IV.3.4. Pengawasan (Monitoring)

Pengawasan adalah proses pengamatan, pemeriksaan, pengendalian dan

pengkoreksian daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin

agar semua pekerjaan/kegiatan organisasi yang dilakukan berjalan sesuai dengan

rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Selama pelaksanaan magang, dapat diamati bahwa Koordinator Divisi

Pembesaran melakukan monitoring setiap hari kerja mulai pukul 08.00 – 12.00.

Koordinator mengawasi seputar kegiatan dan kondisi di lapangan melalui

pengamatan dan laporan yang diterima selama berada di lapangan. Sementara itu,

pelaksana masing-masing komoditas juga melakukan monitoring setiap harinya.

Pengawasan yang dilakukan seputar kehadiran tenagan kerja termasuk siswa/i

magang, pengecekan wadah budidaya dan kesehatan ikan, mengawasi

pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal, dll.

Setiap bulan, koordinator dan seluruh teknisi melaksanakan rapat informal

di Keramba Jaring Apung. Dalam rapat dibahas mengenai laporan dari pelaksana

masing-masing komoditas, evaluasi pelaksanaan kerja bulan sebelumnya,

perencanaan kerja dalam waktu dekat, permasalahan yang ada di lapangan,

pengumpulan aspirasi dari para teknisi, dll.

IV.4. Permasalahan dan Solusi

Permasalahan yang kerap terjadi dalam kegiatan produksi ikan Kerapu Macan

di Balai Budidaya Laut Batam adalah:

1. Keterbatasan stok input produksi yaitu pakan ikan.

Page 36: Manajemen Produksi Ikan Kerapu Macan di BBL Batam Provinsi Kepulauan Riau

46

2. Kurang telitinya teknisi dalam pengawasan jaring sehinga terdapat kerusakan

jaring yang tidak langsung diketahui.

3. Kurangnya ketersediaan air tawar untuk perendaman ikan.

Mengenai permasalahan di atas, dapat diambil beberapa langkah tindak lanjut

yaitu:

1. Keterbatasan stok pakan dapat dilakukan dengan penghematan pemberian

pakan pada hari Minggu.

2. Untuk meminimalisir kesalahan dalam pengawasan perlu peningkatan

kedisiplinan dan ketelitian dalam monitoring sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.

3. Kekurangan stok air tawar dapat diatasi dengan membuat tempat

penampungan air tawar sementara serta menyimpan cadangan air tawar untuk

pemakaian selanjutnya.