Teknik Hibridisasi Kerapu Macan Dan Kerapu Kertang

9
TEKNIK HIBRIDISASI IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN IKAN KERAPU KERTANG (Epinephelus lanceolatus) ABSTRAK Untuk mendukung target produksi budidaya yang diharapkan sampai tahun 2014 adalah sebesar 16,8 juta ton, Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Dirjen Perikanan Budidaya KKP terus melakukan inovasi teknologi, salah satunya adalah dengan keberhasilan tim perekayasa Balai Budidaya Air Payau Situbondo (BBAP Situbondo) dalam mengkawinsilangkan (hibridisasi) ikan Kerapu Macan X ikan Kerapu Kertang. Seiring dengan hal tersebut maka tim perekayasa (divisi induk) Balai Budidaya Laut Batam (BBL Batam) juga melakukan kegiatan serupa. Didukung dengan perairan Kepulauan Riau yang sering ditemukan indukan ikan Kerapu Kertang dan koleksi induk ikan Kerapu Kertang yang sudah mencapai berat 30-70 kg, sehingga memudahkan dalam penyediaan sperma sebagai sumber daya genetik. Tujuan dari kegiatan ini untuk mempelajari dan mengetahui perkembang biakan dan teknik kawin silang (hibridisasi) ikan Kerapu Macan X ikan Kerapu Kertang. Dalam kegiatan ini teknik pemijahan ikan yang digunakan adalah teknik pemijahan intensif, yaitu pemijahan ikan yang dilakukan dengan diberikan rangsangan hormon untuk mempercepat pematangan gonad, serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik pengurutan (stripping). Induk betina dinyatakan siap memijah ditunjukkan saat pengecekan dengan cara kanulasi terdapat telur yang sudah memisah dan cepat kering apabila diletakkan pada punggung tangan. Tahap berikutnya adalah dilakukan penyuntikan menggunakan hormon HCG dengan dosis 250 IU/kg. Penyuntikan pertama dilakukan pada bagian punggung sebelah kanan. Selang penyuntikan kedua 10- 12 jam dilakukan pada bagian punggung sebelah kiri dengan dosis 500 IU/kg. Kemudian induk dimasukkan ke dalam bak fiber 10m³ yang dilengkapi dengan aerasi dan bak kolektor telur. Selanjutnya adalah seleksi induk jantan ikan Kerapu Kertang. Minimal berat induk ikan Kerapu Kertang yang diseleksi untuk mendapatkan jantan adalah 40 kg. Setelah seleksi induk jantan, kemudian induk diberikan obat bius (anesthesia) agar induk tenang dan tidak berontak pada saat pengambilan cairan sperma dengan cara pengurutan (stripping). Cairan sperma ikan Kerapu Kertang ditampung dalam suatu wadah, dan tidak boleh bercampur dengan air laut maupun air kencing (urine) dari induk ikan Kerapu Kertang tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam ruang pendingin (kulkas). Pengecekan induk betina ikan Kerapu Macan dimulai pada jam 22.00. Kemudian induk betina dikanulasi pada bagian genitalnya untuk melihat kondisi telurnya. Telur yang sudah siap untuk dilakukan kawin buatan dicirikan dengan ukuran diameter telur yang semakin membesar (750μ- 800μ), warnanya bening dan apabila dimasukkan ke dalam air laut terapung atau minimal melayang. Proses kawin buatan dimulai dengan cara mengurut bagian perut induk betina ikan Kerapu Macan secara perlahan-lahan, setelah telur keluar dan ditampung dalam baskom semprotkan sperma ikan Kerapu Kertang dengan dosis satu miiliter sperma untuk satu juta butir telur ikan Kerapu Macan. Kemudian diaduk dengan menggunakan bulu ayam agar sperma tercampur merata. Proses pengadukan sperma dengan telur berlangsung sekitar 10-15 menit, setelah itu biarkan atau diamkan telur sekitar 5-10 menit agar proses pembuahan berlangsung dengan sempurna. Proses selanjutnya adalah pengambilan sampel telur untuk mengetahui apakah telur dibuahi atau tidak dilakukan pengecekan di bawah mikroskop. Setelah ada kepastian telur dibuahi, maka telur di masukkan ke dalam bak inkubasi yang dilengkapi dengan air mengalir dan aerasi. Dari satu ekor induk betina ikan Kerapu Macan yang matang gonad menghasilkan 3.500.000 butir telur. Pada saat pelaksanaan kegiatan telur benar-benar matang gonad terjadi pada jam 00.00. Kata Kunci : Hibridisasi, Kerapu Macan, Kerapu Kertang

description

TEKNIK HIBRIDISASI IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN IKAN KERAPU KERTANG (Epinephelus lanceolatus)ABSTRAK Untuk mendukung target produksi budidaya yang diharapkan sampai tahun 2014 adalah sebesar 16,8 juta ton, Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Dirjen Perikanan Budidaya KKP terus melakukan inovasi teknologi, salah satunya adalah dengan keberhasilan tim perekayasa Balai Budidaya Air Payau Situbondo (BBAP Situbondo) dalam mengkawinsilangkan (hibridisasi) ikan Kerapu Macan X

Transcript of Teknik Hibridisasi Kerapu Macan Dan Kerapu Kertang

Page 1: Teknik Hibridisasi Kerapu Macan Dan Kerapu Kertang

TEKNIK HIBRIDISASI IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus)

DENGAN IKAN KERAPU KERTANG (Epinephelus lanceolatus)

ABSTRAK

Untuk mendukung target produksi budidaya yang diharapkan sampai tahun 2014 adalah sebesar 16,8 juta ton, Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Dirjen Perikanan Budidaya KKP terus melakukan inovasi teknologi, salah satunya adalah dengan keberhasilan tim perekayasa Balai Budidaya Air Payau Situbondo (BBAP Situbondo) dalam mengkawinsilangkan (hibridisasi) ikan Kerapu Macan X ikan Kerapu Kertang. Seiring dengan hal tersebut maka tim perekayasa (divisi induk) Balai Budidaya Laut Batam (BBL Batam) juga melakukan kegiatan serupa. Didukung dengan perairan Kepulauan Riau yang sering ditemukan indukan ikan Kerapu Kertang dan koleksi induk ikan Kerapu Kertang yang sudah mencapai berat 30-70 kg, sehingga memudahkan dalam penyediaan sperma sebagai sumber daya genetik.

Tujuan dari kegiatan ini untuk mempelajari dan mengetahui perkembang biakan dan teknik kawin silang (hibridisasi) ikan Kerapu Macan X ikan Kerapu Kertang.

Dalam kegiatan ini teknik pemijahan ikan yang digunakan adalah teknik pemijahan intensif, yaitu pemijahan ikan yang dilakukan dengan diberikan rangsangan hormon untuk mempercepat pematangan gonad, serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik pengurutan (stripping). Induk betina dinyatakan siap memijah ditunjukkan saat pengecekan dengan cara kanulasi terdapat telur yang sudah memisah dan cepat kering apabila diletakkan pada punggung tangan. Tahap berikutnya adalah dilakukan penyuntikan menggunakan hormon HCG dengan dosis 250 IU/kg. Penyuntikan pertama dilakukan pada bagian punggung sebelah kanan. Selang penyuntikan kedua 10-12 jam dilakukan pada bagian punggung sebelah kiri dengan dosis 500 IU/kg. Kemudian induk dimasukkan ke dalam bak fiber 10m³ yang dilengkapi dengan aerasi dan bak kolektor telur. Selanjutnya adalah seleksi induk jantan ikan Kerapu Kertang. Minimal berat induk ikan Kerapu Kertang yang diseleksi untuk mendapatkan jantan adalah 40 kg. Setelah seleksi induk jantan, kemudian induk diberikan obat bius (anesthesia) agar induk tenang dan tidak berontak pada saat pengambilan cairan sperma dengan cara pengurutan (stripping). Cairan sperma ikan Kerapu Kertang ditampung dalam suatu wadah, dan tidak boleh bercampur dengan air laut maupun air kencing (urine) dari induk ikan Kerapu Kertang tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam ruang pendingin (kulkas). Pengecekan induk betina ikan Kerapu Macan dimulai pada jam 22.00. Kemudian induk betina dikanulasi pada bagian genitalnya untuk melihat kondisi telurnya. Telur yang sudah siap untuk dilakukan kawin buatan dicirikan dengan ukuran diameter telur yang semakin membesar (750µ-800µ), warnanya bening dan apabila dimasukkan ke dalam air laut terapung atau minimal melayang. Proses kawin buatan dimulai dengan cara mengurut bagian perut induk betina ikan Kerapu Macan secara perlahan-lahan, setelah telur keluar dan ditampung dalam baskom semprotkan sperma ikan Kerapu Kertang dengan dosis satu miiliter sperma untuk satu juta butir telur ikan Kerapu Macan. Kemudian diaduk dengan menggunakan bulu ayam agar sperma tercampur merata. Proses pengadukan sperma dengan telur berlangsung sekitar 10-15 menit, setelah itu biarkan atau diamkan telur sekitar 5-10 menit agar proses pembuahan berlangsung dengan sempurna. Proses selanjutnya adalah pengambilan sampel telur untuk mengetahui apakah telur dibuahi atau tidak dilakukan pengecekan di bawah mikroskop. Setelah ada kepastian telur dibuahi, maka telur di masukkan ke dalam bak inkubasi yang dilengkapi dengan air mengalir dan aerasi. Dari satu ekor induk betina ikan Kerapu Macan yang matang gonad menghasilkan 3.500.000 butir telur. Pada saat pelaksanaan kegiatan telur benar-benar matang gonad terjadi pada jam 00.00. Kata Kunci : Hibridisasi, Kerapu Macan, Kerapu Kertang

Page 2: Teknik Hibridisasi Kerapu Macan Dan Kerapu Kertang

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2011 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan target

budidaya sebesar 6.847 juta ton, dan sampai 2014 diharapkan target produksi ikan budidaya

berada di posisi 16,8 juta ton, sebagaimana tertulis dalam Rencana Strategis (Renstra KKP

2010-2014).

Sejalan dengan target budidaya tersebut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP

memprioritaskan jenis ikan laut, tawar dan payau. Setidaknya ada lima komoditas perikanan

budidaya yang dapat didorong dan dipacu pengembangannya yaitu rumput laut, ikan lele,

ikan patin, ikan kakap dan ikan kerapu.

Untuk mendukung target tersebut Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Dirjen

Perikanan Budidaya KKP terus melakukan inovasi teknologi, salah satunya adalah dengan

keberhasilan tim perekayasa Balai Budidaya Air Payau Situbondo (BBAP Situbondo) dalam

mengkawinsilangkan (hibridisasi) ikan Kerapu Macan X ikan Kerapu Kertang. Seiring

dengan hal tersebut maka tim perekayasa (divisi induk) Balai Budidaya Laut Batam (BBL

Batam) juga melakukan kegiatan serupa. Didukung dengan perairan Kepulauan Riau yang

sering ditemukan indukan ikan Kerapu Kertang dan koleksi induk ikan Kerapu Kertang yang

sudah mencapai berat 30-70 kg, sehingga memudahkan dalam penyediaan sperma sebagai

sumber daya genetik.

Berdasarkan informasi yang didapat persilangan antara dua ikan Kerapu ini

menghasilkan benih (hibrid) dengan morfologi berupa kombinasi antara ikan Kerapu Kertang

dengan ikan Kerapu Macan. Corak warna mirip dengan ikan Kerapu Macan, tetapi loreng

atau batikannya lebih tegas dan morfologinya lebih cenderung kearah ikan Kerapu Kertang.

Sedangkan pengamatan pertumbuhan sementara, di awal pemeliharaan larva pertumbuhannya

hampir sama dengan larva Kerapu Macan, tetapi setelah memasuki pemeliharan tahap

pendederan (di atas umur 60 hari) mulai percepatan pertumbuhannya melebihi ikan Kerapu

Macan. Selama pemeliharaan di Karamba Jaring Apung (KJA) percepatan pertumbuhan ikan

hibrid ini sangat cepat bahkan melebihi kecepatan pertumbuhan ikan Kerapu Macan itu

sendiri, dimana selama masa pemeliharaan enam bulan di KJA sudah mencapai berat 800-

900 gram.

Page 3: Teknik Hibridisasi Kerapu Macan Dan Kerapu Kertang

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah :

Untuk mempelajari dan mengetahui perkembangbiakan dan teknik kawin silang

(hibridisasi) ikan Kerapu Macan X ikan Kerapu Kertang.

C. Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilakukan pada bulan Februari 2011, bertempat di Balai Budidaya Laut

Batam, Jembatan III Pulau Setoko Batam.

II. METODOLOGI

A. Bahan Dan Peralatan

Bahan yang diperlukan adalah :

- Induk ikan Kerapu Kertang dengan berat >40kg (koleksi induk BBL Batam).

- Induk ikan Kerapu Macan dengan berat > 4kg.

- Hormon HCG.

- Obat bius (anesthesia)

Peralatan yang diperlukan meliputi:

- Bak induk dari bahan fiber (volume 10m³) dilengkapi dengan aerasi dan bak kolektor telur.

- Bulu Angsa/ayam

- Serok kain dan screen net (serok telur).

- Kanulasi/kateter

- Baskom kecil.

- Suntikan 5 ml (injeksi).

- Mikroskop.

- Bak inkubasi telur (volume 1m³).

- Seperangkat Peralatan Kerja lainnya

B. Metode Kerja

1. Persiapan Induk Betina Ikan Kerapu Macan

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan gelap (dark moon), pada saat musim pemijahan

ikan Kerapu Macan (di perairan Kepri siklus pemijahan Ikan Kerapu Macan dimulai tanggal

2-4 bulan Hijriah atau penanggalan Jawa). Seleksi induk ikan Kerapu Macan betina yang

siap memijah atau matang gonad dengan berat minimal 4 kg. Induk yang siap memijah atau

Page 4: Teknik Hibridisasi Kerapu Macan Dan Kerapu Kertang

matang gonad di cirikan dengan bagian perut yang membuncit, lubang genital (kloaka)

bengkak dan memerah. Untuk lebih pasti perlu dilakukan pengecekan dengan menggunakan

kanula yang dimasukkan ke dalam lubang genital. Induk betina dinyatakan siap memijah

ditunjukkan saat pengecekan dengan cara kanulasi terdapat telur yang sudah memisah atau

tidak menggumpal dan relatif besar. Untuk lebih menyakinkan telur diperiksa di bawah

mikroskop untuk mengetahui besaran diameternya. Apabila diameter telur 450µ-500µ, maka

induk betina tersebut siap untuk dilakukan penyuntikan hormon.

Penyuntikkan dan penggunaan hormon tergantung kebiasaan pemakaian. Ada

sebagian praktisi lapangan yang terbiasa menggunakan hormon LHR-Ha, ada yang terbiasa

menggunakan merk Ovaprim dan dalam kegiatan ini menggunakan hormon HCG. Induk ikan

Kerapu Macan betina yang sudah diseleksi disuntik dengan menggunakan hormon HCG

dengan dosis 250 IU/kg. Penyuntikan pertama dilakukan pada bagian punggung sebelah

kanan. Selang penyuntikan kedua 10-12 jam dilakukan pada bagian punggung sebelah kiri

dengan dosis 500 IU/kg. Kemudian induk dimasukkan ke dalam bak fiber 10m³ yang

dilengkapi dengan aerasi dan bak kolektor telur.

A. Seleksi Induk Betina Ikan Kerapu Macan B. Pengecekan Telur Menggunakan Kanula

C. Penyuntikan dengan Hormon HCG D. Bak Induk dengan Kolektor Telur

Page 5: Teknik Hibridisasi Kerapu Macan Dan Kerapu Kertang

2. Persiapan Induk Ikan Kerapu Kertang

Pada saat hari kedua penyuntikan hormon induk ikan Kerapu Macan betina, sore

harinya dilakukan seleksi induk ikan Kerapu Kertang jantan. Minimal berat induk ikan

Kerapu Kertang yang diseleksi untuk mendapatkan jantan adalah 40 kg. Setelah seleksi induk

jantan, kemudian induk diberikan obat bius (anesthesia) agar induk tenang dan tidak berontak

pada saat pengambilan cairan sperma dengan cara pengurutan (stripping). Cairan sperma

ikan Kerapu Kertang ditampung dalam suatu wadah, dan tidak boleh bercampur dengan air

laut maupun air kencing (urine) dari induk ikan Kerapu Kertang tersebut, kemudian

dimasukkan ke dalam ruang pendingin (kulkas).

A. Seleksi Induk Jantan Ikan Kerapu Kertang B. Proses Pembiusan (Anesthesia)

C. Proses Pengurutan Sperma (Stripping) D. Pengambilan Sperma

3. Kawin Silang (Hibridisasi)

Hibridisasi atau persilangan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kombinasi

antara populasi yang berbeda dan diharapkan menghasilkan individu-individu yang unggul

atau menghasilkan strain baru.

Page 6: Teknik Hibridisasi Kerapu Macan Dan Kerapu Kertang

Hibridisasi pada ikan Kerapu Macan X ikan Kerapu Kertang dengan cara kawin

buatan (pemijahan intensif), dimana pemijahan ikan yang terjadi diberikan rangsangan

hormon untuk mempercepat pematangan gonad, serta proses ovulasinya dilakukan secara

buatan yaitu dengan teknik pengurutan (stripping).

Pengecekan induk betina ikan Kerapu Macan dimulai pada jam 22.00. Pada saat

pengecekan air bak diturunkan sampai setinggi 30cm. Tanda-tanda induk betina sudah siap

atau matang gonad dicirikan dengan perut yang semakin membesar, pergerakkan lambat dan

cenderung miring, lubang genitial semakin membengkak dan memerah, warna tubuh

terutama pada bagian insang putih memucat. Kemudian induk betina dikanulasi pada bagian

genitialnya untuk melihat kondisi telurnya. Telur yang sudah siap untuk dilakukan kawin

buatan dicirikan dengan ukuran diameter telur yang semakin membesar (750µ-800µ),

warnanya bening dan apabila dimasukkan ke dalam air laut terapung atau minimal melayang.

Proses kawin buatan dimulai dengan cara mengurut bagian perut induk betina ikan

Kerapu Macan secara perlahan-lahan, setelah telur keluar dan ditampung dalam baskom

semprotkan sperma ikan Kerapu Kertang dengan dosis satu miiliter sperma untuk satu juta

butir telur ikan Kerapu Macan. Kemudian diaduk dengan menggunakan bulu ayam agar

sperma tercampur merata. Proses pengadukan sperma dengan telur berlangsung sekitar 10-15

menit, setelah itu biarkan atau diamkan telur sekitar 5-10 menit agar proses pembuahan

berlangsung dengan sempurna. Proses selanjutnya adalah pengambilan sampel telur untuk

mengetahui apakah telur dibuahi atau tidak dilakukan pengecekan di bawah mikroskop.

Setelah ada kepastian telur dibuahi, maka telur di masukkan ke dalam bak inkubasi yang

dilengkapi dengan air mengalir dan aerasi.

Apabila induk ikan Kerapu Macan betina pada saat itu belum matang gonad, maka

induk ikan dikembalikan ke dalam bak dan air ditinggikan kembali. Selang waktu

pengecekan sebaiknya dilakukan 2 jam sekali, agar induk ikan Kerapu Macan tidak

mengeluarkan telurnya dalam bak, sehingga proses kawin buatan tidak bisa dilakukan.

Page 7: Teknik Hibridisasi Kerapu Macan Dan Kerapu Kertang

A. Kondisi Ikan Siap Matang Gonad B. Proses Pengurutan Telur

C

. Proses Pengadukan Sperma dengan Telur D. Proses Telur dimasukkan Bak Inkubasi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan informasi dari data sekunder satu induk betina ikan Kerapu Macan

dengan berat 4-6 kg akan menghasilkan telur 3.000.000 - 4.000.000 butir. Dari hasil kegiatan

tiga ekor induk betina ikan Kerapu Macan yang terseleksi dengan berat rata-rata 6 kg,

kemudian dirangsang dengan cara disuntik hormon HCG sebanyak 2 kali secara bertahap.

Setelah beberapa kali pengecekan telur, induk ikan Kerapu Macan yang matang gonad hanya

satu ekor saja. Dari satu ekor induk betina ikan Kerapu Macan yang matang gonad

menghasilkan 3.500.000 butir telur. Waktu pengecekan telur matang gonad pada saat

pelaksanaan kegiataan dimulai jam 22.00, apabila telur belum matang gonad induk ikan

betina Kerapu Macan dikembalikan ke dalam bak dan air ditinggikan kembali. Selang

pengecekan telur sebaiknya dilakukan 2 jam sekali agar induk ikan Kerapu Macan tidak

mengeluarkan sendiri telurnya dalam bak, sehingga proses kawin buatan tidak dapat

dilaksanakan. Pada saat pelaksanaan kegiatan telur benar-benar matang gonad terjadi pada

jam 00.00.

Page 8: Teknik Hibridisasi Kerapu Macan Dan Kerapu Kertang

Setelah selesai kegiatan kawin buatan, induk betina ikan Kerapu Macan sebelum

dikembalikan ke dalam jaring atau ke dalam bak asal, sebaiknya sisa telur yang ada dalam

perut induk ikan dikeluarkan semuanya sampai benar-benar habis atau kosong, karena

dikhawatirkan sisa telur yang tidak dikeluarkan akan membusuk dalam perut dan

menyebabkan induk ikan mati.

Sperma ikan Kerapu Kertang dapat disimpan dalam lemari pendingin (kulkas). Daya

tahan sperma disimpan dalam kulkas dapat bertahan selama 4 hari. Pada saat kegiatan sperma

yang digunakan adalah dari induk ikan Kerapu Kertang jantan yang dirangsang dengan

hormon implant (Ovaplant) dengan dosis 250 IU. Sehingga sperma lebih encer dan tingkat

telur yang dibuahi (fertil) berkisar 70%. Berdasarkan pengalaman dan informasi dari data

sekunder mengatakan sperma induk jantan ikan Kerapu Kertang yang alami akan lebih kental

dan digunakan pada saat hari pertama pengambilan akan menghasilkan telur yang fertil diatas

90%. Sedangkan sperma yang disimpan dalam lemari pendingin selama 3 hari masih dapat

membuahi berkisar 50-65%.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

- Hasil seleksi induk ikan Kerapu Macan betina didapat 3 ekor yang memenuhi kriteria

dengan berat rata-rata 6 kg. Dari 3 ekor tersebut setelah dilakukan penyuntikan hormon

HCG sebanyak 2 kali hanya satu ekor yang matang gonad.

- Dari 1 ekor induk betina ikan Kerapu Macan yang matang gonad menghasilkan telur

sekitar 3.500.000 butir dengan tingkat pembuahan (fertil) 70%.

B. Saran

- Perlu dicoba penggunaan hormon lainnya untuk merangsang tingkat kematangan gonad

induk betina ikan Kerapu Macan, sehingga jumlah induk ikan Kerapu Macan yang matang

gonad lebih banyak.

- Penggunaan sperma ikan Kerapu Kertang sebaiknya yang alami (tanpa dirangsang dengan

hormon), sehingga diharapkan tingkat pembuahan (fertil) diatas 90%.

Page 9: Teknik Hibridisasi Kerapu Macan Dan Kerapu Kertang

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2011.http://bbapsitubondo.com/index.php?option=com_content&view=article & d=66:inovasi-budidaya-kerapu&catid=40:produksi&Itemid=2. Disunting bulan Januari 2011.

Anonim, 2009.http://giantgrouper-cent.blogspot.com/Kerapu Kertang. Disunting bulan

April 2009. Gusrina,2008.Buku Ajar SMK_ Budidaya Ikan Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional. Sudrajat. A. dkk. 2001. Teknologi Budidaya Laut dan Pengembangan Sea Farming di

Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan Bekerjasama dengan Japan International Coorperation Agency 2001.