Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

89
Manajemen Perbankan

Transcript of Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

Page 1: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

Manajemen Perbankan

Page 2: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

Manajemen Perbankan

Page 3: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

Manajemen Perbankan

Page 4: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

Manajemen Perbankan

Page 5: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Kegiatan Bank dalam Perekonomian

Setiap negara menetapkan rencana pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk

mencapai dan mempertahankan kemakmuran bagi seluruh anggota masyarakatnya. Dalam

mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan rencana pembangunannya sering dihadapkan pada

berbagai kendala, seperti kendala keterbatasan modal, ketidaktersediaan tenaga kerja yang

handal dan kendala lainnya. Kendala-kendala tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu

agar tidak menghambat jalannya pelaksanaan pembangunan. Umumnya, kendala pelaksanaan

pembangunan dalam perekonomian terbuka seperti Indonesia, lebih sulit dihindari daripada

kendala pelaksanaan pembangunan dalam perekonomian tertutup karena kendala dalam

perekonomian terbuka lebih luas, lebih rumit, dan penyelesaiannya sering diluar kemampuan

pemerintah dan masyarakat jika dibandingkan dalam perekonomian tertutup. Kendala

pelaksanaan pembangunan dalam perekonomian terbuka terjadi karena pengaruh perubahan

perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah negara.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintah dan masyarakat berharap supaya perubahan

perekonomian dunia membawa dampak yang menguntungkan pada perekonomian dalam

negeri sebuah negara. Jika dampak tersebut menguntungkan, orang mengatakan bahwa

pemerintah berhasil dalam menyelesaikan masalah. Sebaliknya, jika perubahan itu membawa

dampak kemerosotan ekonomi dalam negeri, orang mengatakan bahwa pemerintah dan

masyarakat gagal dalam menyelesaikan permasalahan. Walaupun pengaruh perubahan

perekonomian dunia menguntungkan perekonomian dalam negeri, pemerintah juga harus

menetapkan berbagai kebijakan.

Secara umum dalam perekonomian terbuka, pemerintah menetapkan kebijakan fiskal,

moneter, dan kebijakan luar negeri. Tidak jarang pemerintah menetapkan salah satu dari tiga

(3) kebijakan tersebut, atau menetapkan berbagai kombinasi dari dua (2) atau tiga (3)

kebijakan tersebut. Pelaksanaan suatu kebijakan melewati suatu proses yang didalamnya

berperan institusi atau lembaga seperti lembaga keuangan. Lembaga keuangan terdiri dari

lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan berperan

sebagai sarana dalam pelaksanaan kebijakan keuangan, misalnya lembaga keuangan bank

Page 6: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

2

berperan sebagai lembaga penyedia dana untuk pembiayaan atau investasi. Dengan peranan

lembaga keuangan sebagai penyedia dana, pembiayaan dan investasi menjadi meningkat.

Peningkatan tersebut mendorong peningkatan produksi barang dan jasa sehingga penyediaan

barang dan jasa di pasar semakin meningkat. Dalam hal pembiayaan dan investasi, peranan

lembaga keuangan bank di Indonesia sangat besar. Peranan tersebut telah terjadi sejak zaman

Orde Baru (tahun 1965 - 1979) hingga saat ini. Penyediaan dana oleh lembaga keuangan

bank dapat dilakukan melalui mobilisasi dana masyarakat dalam suatu perekonomian seperti

contoh dalam Gambar 1. Peranan lembaga keuangan bank akan dapat terwujud jika kondisi

lembaga keuangan bank adalah sehat. Agar peringkat kesehatan sebuah bank tetap terjaga,

maka pembinaan dan pengawasan pada semua bank oleh institusi yang memiliki otoritas

untuk itu seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi sangat penting, tidak terkecuali

pemeriksaan oleh lembaga tertentu yang ditugaskan untuk itu seperti akuntan publik. Dengan

sehatnya lembaga keuangan bank, sarana pelaksanaan kebijakan moneter akan berjalan

dengan baik dan Bank Sentral sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kebijakan

moneter akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Bank Indonesia

Bunga dana Bunga kredit

Pemilik dana Bank-bank Pengguna dana

Aliran dana Aliran kredit

Catatan : = aliran dana, aliran kredit, aliran bunga kredit atau dana.

Gambar 1 Bank sebagai Mata Rantai Perekonomian

Page 7: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

3

Untuk memahami peranan lembaga keuangan bank di Indonesia, penting diketahui

tentang fungsi, jenis, dan kepemilikan bank sehingga tugas dan tanggung jawab pihak yang

terlibat di dalam bank berjalan sesuai dengan aturan yang ada. Menurut fungsinya, lembaga

keuangan bank dibedakan menjadi dua (2) yaitu Bank Sentral dan Bank Pelaksana atau atau

bank-bank atau Bank Komersiil.

Menurut jenisnya, bank pelaksana atau bank komersiil dapat dibedakan menjadi dua

(2) yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat atau BPR. Menurut kegiatannya, bank

umum dapat dibedakan menjadi dua (2) yaitu Bank Umum Devisa dan Bank Umum Non

Devisa. Menurut Arsitektur Perbankan Indonesia atau API tahun 2004, bank dibedakan

menjadi :

a. Bank yang mengarah pada cakupan usaha secara internasional dengan kapasitas dan

kemampuan beroperasi di wilayah internasional.

b. Bank yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi secara nasional.

c. Bank yang kegiatan usahanya terpusat pada segmen usaha tertentu.

d. Bank Perkreditan Rakyat dan bank yang kegiatan usahanya terbatas.

Berdasarkan kepemilikannya, bank pelaksana atau bank komersiil yang terdiri dari bank

umum dan BPR dapat dibedakan menjadi dua (3) jenis yaitu:

a. Bank milik pemerintah atau daerah,

b. Bank milik swasta domestik,

c. Bank campuran.

Fungsi, jenis, dan kepemilikan sebuah bank akan dibahas dalam bab tersendiri. Dalam

Gambar 1, dapat dilihat keterkaitan antara pemilik dana dengan pengguna dana melalui

perantara lembaga keuangan bank. Masyarakat penabung atau deposan yang disebut juga

kreditur yang terdiri atas perorangan, lembaga atau badan usaha dan pemerintah. Masyarakat

pengguna dana atau peminjam yang disebut debitur terdiri atas perorangan, pengusaha,

lembaga atau badan usaha dan pemerintah. Dana yang dihimpun oleh bank yang kemudian

disalurkan kepada peminjam atau debitur yang utamanya digunakan untuk meningkatkan

usaha dalam bentuk kredit dengan jenis kredit investasi atau modal kerja sehingga dapat

meningkatkan produksi barang dan jasa disamping juga dalam jenis kredit konsumsi.

1.2 Posisi Bank dalam Pasar Uang

Sebagaimana telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya bahwa lembaga keuangan

bank berperan dalam sektor moneter seperti memobilisasi dana masyarakat untuk mendorong

Page 8: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

4

pertumbuhan ekonomi disektor barang dan jasa serta di sektor luar negeri. Mobilisasi dana

tersebut dilakukan dengan menghimpun dana masyarakat dan kemudian disalurkan dalam

bentuk kredit kemasyarakat. Mobilisasi dana tersebut terjadi melalui suatu proses atau

mekanisme moneter yang dimulai dari kebijakan moneter dengan piranti atau istrumen

tertentu seperti instrumen tingkat bunga uang. Suatu kebijakan moneter misalnya dengan

menurunkan tingkat bunga uang menyebabkan permintaan atas kredit meningkat, maka

produksi barang dan jasa menjadi meningkat sehingga barang dan jasa yang dipasarkan di

dalam negeri maupun di luar negeri menjadi meningkat yang akhirnya pendapatan masyarakat

menjadi meningkat atau sebaliknya. Dari proses tersebut, terlihat adanya keterkaitan antara

perubahan ekonomi disektor moneter, disektor barang atau jasa, dan disektor luar negeri.

Dengan keterkaitan itu, jika ada gangguan disalah satu sektor, akan mempengaruhi sektor

yang lain dan keseimbangan disalah satu sektor akan mempengaruhi keseimbangan sektor

lainnya. Keseimbangan disemua sektor merupakan tujuan pembangunan ekonomi sebuah

negara. Seimbang atau tidaknya semua sektor adalah karena terjadinya interaksi antar sektor

atau interaksi antara pasar uang, pasar barang, dan pasar luar negeri. Keseimbangan ekonomi

dalam perekonomian terbuka dapat ditunjukan dalam Gambar 2, dengan titik keseimbangan

ekonomi pada titik E. Tingkat bunga

IS NPI

LM

i* E

0 Y* Pendapatan

Gambar 2 Keseimbangan Ekonomi

Catatan :

i = Tingkat bunga ; Y = Pendapatan ; IS = Keseimbangan pasar barang ; LM = Keseimbangan pasar uang ; NPI = Keseimbangan pasar luar negeri. Tentang kurve keseimbangan IS, LM dan NPI akan dibahas dalam bab tersendiri.

Masing-masing kurva dalam Gambar 2 diturunkan dari interaksi antara kurva investasi, kurva

tabungan, tingkat bunga, atau kurva permintaan akan uang, kurva penawaran uang, kurs

valuta asing yang sangat detail diuraikan dalam teori ekonomi makro.

Page 9: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

5

Operasional lembaga keuangan bank terjadi dalam pasar uang, yang mana pasar uang

digambarkan dengan kurva LM, seperti pada Gambar 2. Bank senantiasa berjalan searah

dengan kebijakan moneter dan kebijakan perbankan nasional karena lembaga keuangan bank

merupakan sarana pelaksanaan kebijakan moneter nasional. Dengan kondisi ekonomi yang

seimbang, terwujud sistem perbankan nasional yang baik atau sebaliknya jika sistem

keuangan terganggu, keseimbangan ekonomi juga akan terganggu. Dapat juga dikatakan

dengan kalimat lain bahwa dengan lembaga keuangan bank yang sehat akan dapat diciptakan

suatu keseimbangan moneter dan kemudian mampu mempertahankan keseimbangan

ekonomi. Lembaga keuangan bank yang sehat adalah lembaga keuangan bank yang dikelola

sesuai dengan aturan yang ada. Tentang lembaga keuangan bank yang sehat akan diuraikan

dalam bank tersendiri.

Telah dipahami bersama bahwa dalam pasar uang, terdapat sebuah kekuatan yang

saling mempengaruhi, yaitu kekuatan penawaran terhadap uang dan permintaan akan uang.

Dengan kekuatan itu, lembaga keuangan bank memiliki posisi sentral dalam perekonomian.

Posisi itu dapat digambarkan dalam Gambar 3. Dalam Gambar 3 terlihat adanya perubahan

di pasar uang dapat menyebabkan perubahan di pasar barang dan jasa atau sebaliknya.

Perubahan pasar uang ditunjukan oleh perubahan tingkat bunga uang dan kemudian

mempengaruhi perubahan investasi. Menurunnya tingkat bunga uang akan mendorong

naiknya investasi atau modal kerja atau sebaliknya. Naiknya investasi atau modal kerja

disebabkan oleh menurunnya tingkat bunga uang karena tingkat bunga uang dipandang

sebagai biaya investasi dan biaya modal kerja yang menurun. Naiknya investasi akan

mendorong naiknya produksi atau sebaliknya. Jika kenaikan produksi searah dengan naiknya

permintaan terhadap hasil produksi, kestabilan tingkat harga barang atau jasa otomatis akan

terjadi. Jika faktor produksi berada dalam kapasitas penuh atau full employment, naiknya

produksi menyebabkan naiknya harga faktor yang kemudian menaikkan harga barang atau

jasa. Artinya, kenaikan harga barang atau jasa tidak disebabkan oleh sektor moneter tetapi

disebabkan oleh sektor riil. Jika masalahnya demikian, maka penyelesaiannya dapat diatasi

dengan substitusi faktor produksi atau produk yang dipasarkan diisi oleh produk impor.

Sebaliknya, jika harga produk di pasar adalah rendah atau terjadi kelebihan produk di pasar

sehingga pengusaha menderita kerugian, dapat diselesaikan dengan peningkatan ekspor.

Peningkatan ekspor akan meningkatkan jumlah devisa atau jumlah mata uang asing di

otoritas moneter karena dengan ekspor terjadi pertambahan mata uang asing yang masuk ke

dalam negeri. Jika masuknya mata uang asing lebih besar dari keluar akan terjadi surplus

stock mata uang asing, atau sebaliknya terjadi defisit mata uang asing. Surplus atau defisit

Page 10: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

6

mata uang asing dapat dibaca dalam neraca pembayaran. Jika lembaga keuangan bank tidak

berjalan dengan baik dan kondisi perekonomian unemployment, pemilik dana tidak akan

menyimpan uangnya di bank. Pemilik dana atau masyarakat mungkin membelanjakan

uangnya atau melakukan pengeluaran yang konsumptif. Bank Sentral

Penawaran Bank-bank Permintaan terhadap uang akan uang

Tingkat bunga Uang

Tingkat harga

Perubahan Investasi

Perubahan produksi Catatan :

= aliran dana, aliran kredit, aliran bunga kredit atau dana. Gambar 3

Posisi Bank dalam Pasar Uang

Oleh karena itu, dalam jangka pendek, pengeluaran masyarakat dapat mendorong naiknya

produksi, namun dalam jangka panjang kenaikan produksi sulit dilakukan jika terjadi inflasi

yang disebabkan oleh pengeluaran masyarakat. Lebih lanjut, kondisi yang demikian yaitu

inflasi yang terjadi terus menerus dan disertai dengan kenaikan tingkat bunga uang, akan

menyebabkan turunnya produksi sehingga terjadi kemandegan ekonomi dengan inflasi, yang

disebut stagflasi. Dalam perekonomian yang stagflasi, perubahan investasi menjadi tidak

sensitif terhadap perubahan tingkat bunga uang. Kondisi yang demikian sangat sulit

diselesaikan, walaupun diselesaikan dengan kredit prioritas, apalagi bila lembaga keuangan

bank tidak berjalan dengan baik. Dengan kondisi perbankan yang baik, kebijakan kredit

prioritas sangat penting dilakukan oleh bank sehingga produksi meningkat, yang pada

akhirnya tingkat harga akan kembali menurun. Dengan itu, bukanlah tidak mungkin bahwa

partumbuhan ekonomi dapat diwujudkan kembali.

Page 11: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

7

Dari uraian di atas, terlihat bahwa lembaga keuangan bank dapat mempengaruhi

jumlah uang beredar di masyarakat dan bahkan uang yang beredar dapat dihitung baik melalui

pendekatan tradisional maupun melalui pendekatan baru (Slovin dan Suska, 1977). Jumlah

uang beredar dapat dihitung namun tidak demikian tentang permintaan akan uang yaitu hanya

dapat diperkirakan karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan akan uang tidak semuanya dapat dikuasai oleh pemerintah.

Dengan jumlah uang beredar yang dapat dihitung dibalik jumlah permintaan akan uang yang

diestimasi, maka sasaran kebijakan moneter sering tidak sepenuhnya tercapai. Karena itu,

kebijakan moneter sering diubah-ubah oleh pemerintah dan Bank Sentral sehingga setiap bank

pelaksana harus mengikuti perubahan itu. Dapat ditambahkan bahwa dalam pendekatan

tradisional, jumlah uang beredar dapat diukur dan dihitung dengan dasar angka pengganda

uang atau money multiplier yang sering diberi notasi mm dikalikan dengan uang inti atau

reserve money yang sering diberi notasi RM. Data tentang uang inti, angka pengganda uang

dan yang lainnya tercatat di Bank Sentral.

Soal-soal untuk latihan :

1. Sebutkan dan uraikan peranan lembaga perbankan dalam suatu perubahan

kebijaksanaan moneter yang ekspansif dan kontraktif !

2. Pertambahan jumlah uang beredar menyebabkan pertambahan produksi. Jelaskan

mekanisme terjadinya pertambahan itu !

3. Perubahan tingkat bunga uang dapat mempengaruhi penurunan tingkat produksi di

sektor riil sehingga peranan lembaga perbankan menjadi sentral. Jelaskan maksud

tersebut !

Page 12: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

8

BAB II BANK DAN MASYARAKAT

2.1. Pengertian Lembaga keuangan di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua (2) jenis yaitu lembaga

keuangan bank atau LKB dan lembaga keuangan bukan bank atau LKBB. Contoh lembaga

keuangan bukan bank adalah asuransi, pegadaian, modal ventura, leasing, dan sejenisnya dan

contoh lembaga keuangan bank adalah Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan

Rakyat atau BPR. Bank Sentral adalah lembaga keuangan yang memiliki otoritas di bidang

moneter. Bank Sentral Negara Republik Indonesia adalah Bank Indonedsia dengan status,

fungsi, dan peranannya diatur dalam Undang-undang Bank Sentral. Demikian juga bank

sentral negara lain. Bank Umum dan BPR sering disebut bank komersiil atau bank pelaksana

karena bank yang mencari laba atau bank yang melaksanakan kebijakan bank sentral. Dalam

bahasa sehari-hari bank umum dan BPR disebut bank dan didefinisikan sesuai dengan

perkembangan ekonomi Indonesia.

Untuk di Indonesia, pada mulanya pengertian bank diartikan sebagai lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan

dalam peredaran uang (Undang-undang nomor 14,1967). Kemudian, bank didefinisikan

menjadi badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkan kembali dana yang terkumpul tersebut ke masyarakat dalam rangka

meningkatkan taraf hidup orang banyak (Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang

Perbankan yang telah disempurnakan dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998).

Lembaga keuangan yang diatur dengan Undang-undang diluar Undang-undang nomor 7 tahun

1992 tentang Perbankan yang telah disepurnakan dengan Undang-undang nomor 10 tahun

1998 termasuk dalam lembaga keuangan bukan bank.

Page 13: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

9

Lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan bukan bank sangat berperan pada

perekonomian masyarakat karena lembaga tersebut sebagai lembaga penyedia jasa keuangan

bagi masyarakat seperti jasa penyimpanan dana, jasa penyediaan kredit, jasa penyediaan

sistem pembayaran dan bentuk jasa lainnya. Pengertian masyarakat dalam perekonomian

adalah individu, lembaga, dan badan. Individu dapat berupa penduduk domestik maupun

asing, lembaga dan badan dapat berupa swasta dan pemerintah.

Untuk memudahkan dalam memahami arti dan peranan lembaga keuangan bank, dapat

dicermati Gambar 4. Gambar 4 menunjukan bahwa masyarakat menyimpan dananya di bank

dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito. Dengan itu, bank memberikan bunga dan

keamanan atas dana yang disimpan oleh masyarakat, dan memberikan manfaat-manfaat

lainnya.

Dana Bunga kredit

Pemilik Dana Pengguna Dana (individu, lembaga, Bank (individu, lembaga atau badan) atau badan)

Bunga dana Kredit

Gambar 4

Hubungan Bank dengan Masyarakat

Dana yang tersimpan di sebuah bank yang bersumber dari masyarakat baik masyarakat

individu, masyarakat lembaga atau badan disebut dana pihak ketiga atau DPK yang terdiri

dari beberapa bentuk, yaitu :

a. Giro adalah simpanan di sebuah bank yang penyimpanan atau penyetorannya dan

penarikannya dapat dilakukan sekaligus atau setiap saat dan penyimpan mendapatkan

bunga uang. Tingkat bunga uang atas simpanan yang berbentuk giro lebih rendah dari

tingkat bunga uang atas simpanan yang berbentuk tabungan atau deposito atau tabungan

bewrjangka karena simpanan yang berbentuk giro dipakai bertransaksi oleh

penyimpannya dan penarikannya dilakukan setiap saat. Penarikan simpanan berbentuk

Page 14: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

10

giro dilakukan oleh penyimpannya dengan memakai buku check. Check tersebut

diterbitkan oleh bank penerima simpanan.

b. Tabungan adalah simpanan di sebuah bank yang penyimpanannya atau penyetorannya

dapat dilakukan sekaligus atau terus menerus dan frekuensi penarikannya dibatasi oleh

bank. Penyimpan diberikan buku tabungan sebagai bukti menabung dan buku tabungan

dibawa saat menarik dan menyetor dana simpanan. Penyimpan mendapatkan bunga yang

umumnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan bunga simpanan berbentuk giro dan lebih

rendah dari bunga simpanan berbentuk tabungan berjangka karena motifnya digunakan

untuk berjaga-jaga sehingga penarikannya relative lebih jarang dari giro. Bunga tabungan

umumnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan pasar uang.

c. Tabungan berjangka atau Deposito atau Time Deposit adalah simpanan di sebuah bank

yang penyetorannya dilakukan sekaligus selama jangka waktu yang diperjanjikan dan

penyimpan mendapatkan bunga dengan tingkat bunga tetap setiap bulan yang umumnya

lebih tinggi jika dibanding dengan bunga simpanan giro dan tabungan karena

penyimpanan dana oleh penyimpan atas dasar motif untuk spekulasi sehingga

penarikannya dilakukan hanya sekali setelah masa perjanjian berakhir. Penyimpan

mendapatkan bukti menyimpan dana di bank berupa bilyet deposito. Penyimpan dapat

menarik tabungannya setelah jatuh tempo atau sesuai dengan perjanjian dengan

menunjukan dan menyerahkan bilyet deposito yang asli.

d. Deposit on Call adalah simpanan yang hanya dapat ditarik dengan syarat pemberitahuan

sebelumnya.

e. Sertifikat deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti

simpanannya dapat dipindahtangankan. Catatan : Simpanan berjangka yang diblokir tidak

termasuk dalam simpanan berjangka.

Masyarakat yang menyimpan uang atau dana di bank adalah dengan berbagai motif.

Pertama, penyimpanan uang di bank untuk motif berjaga-jaga sehingga penyimpan tidak

mensyaratkan tingkat bunga tinggi. Artinya, tingkat bunga simpanan itu relatif lebih rendah

jika dibandingkan dengan tingkat bunga dalam bentuk simpanan deposito berjangka. Dalam

menganalisis simpanan uang untuk motif berjaga-jaga sering diberi notasi Mj. Kedua,

penyimpanan uang di bank untuk motif transaksi atau sebagai alat untuk membayar sesuatu

jika ingin memenuhi kebutuhan dan keinginannya terhadap barang atau jasa, misalnya

membeli mobil, membeli beras, dan sejenisnya. Karena dana yang disimpan tersebut adalah

untuk motif bertransaksi, maka penyimpan tidak mensyaratkan tingkat bunga yang tinggi

seperti dalam bentuk simpanan untuk spekulasi. Simpanan untuk bertransaksi umumnya

Page 15: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

11

berupa giro dengan bunga paling rendah di antara tingkat bunga simpanan yang lain di bank,

seperti tingkat bunga tabungan dan deposito. Dalam menganalisis simpanan uang untuk

motif bertransaksi diberi notasi Mtr. Ketiga, penyimpanan uang di bank untuk motif supaya

memperoleh penghasilan bunga sering disebut simpanan bermotifkan spekulasi. Untuk motif

yang terakhir ini, penyimpan ingin mendapatkan bunga tetap dan tinggi atas uang yang

disimpannya, seperti simpanan dalam bentuk tabungan berjangka atau deposito. Dalam

menganalisis simpanan uang untuk motif spekulasi diberi notasi Msp. Dengan adanya

beberapa motif dalam memegang uang, bank membentuk jenis produk dalam bentuk giro,

tabungan dan deposito.

Hubungan antara bank dan masyarakat menjadi sangat penting yaitu bank membayar

bunga atas dana yang disimpan oleh masyarakat di bank dan masyarakat yang meminjam

dana dari bank membayar bunga pada bank. Masyarakat penyimpan dana di bank disebut

kreditur dan masyarakat peminjam dana dari bank disebut debitur. Dalam analisis, tingkat

bunga uang sering diberi notasi i. Bank mampu memberi bunga atas dana yang tersimpan di

bank karena bank mendapatkan hasil bunga atas kredit yang disalurkan kepada masyarakat

dan dari hasil-hasil lainnya. Berkenaan dengan hasil bunga, bank memperoleh keuntungan

atas penyaluran kredit karena adanya perbedaan antara bunga dana dan bunga kredit setelah

dikurangi biaya dan pengeluaran bank. Pendapatan bank selain bunga kredit dapat berupa

hasil bunga dari penempatan dana di bank lain atau di lembaga keuangan bukan bank dan

pendapatan lain selain bunga uang seperti jasa pengiriman uang. Penempatan dana yang

dilakukan oleh bank dapat berupa simpanan di bank lain atau pinjaman kepada bank lain.

Penanaman dana bank dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan. Bank memiliki

kemampuan dalam menghimpun dana karena tugas dan fungsinya, sehingga bank memiliki

kemampuan dalam menyalurkan kredit, melakukan penempatan dan penanaman dana.

Dengan kemampuan itu, bank disebut sebagai lembaga perantara keuangan (Insukindro,

1993). Sebagai tambahan, dengan peranan bank sebagai lembaga perantara keuangan, berarti

bank tidak membuat produk yang berwujud barang melainkan produk bank berwujud jasa

bank.

Dalam hubungan antara dana dan kredit, peranan bank sebagai lembaga perantara

keuangan terlihat dari kegiatannya sebagai penyalur dana ke pengguna atau peminjam dana

dan penghimpun dana dari masyarakat. Dengan interaksi tersebut, proses peredaran uang di

masyarakat menjadi lancar.

Dengan dasar pengertian, peranan dan fungsinya, bank dapat dibedakan dalam

beberapa jenis. Sebelum tahun 1983, bank dibedakan menjadi bank umum, bank tabungan,

Page 16: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

12

bank pembangunan dan bank sentral. Jenis tersebut terbentuk karena adanya pengertian

tentang bank yang didasarkan pada pangsa pasar bank yang ada dan jenis produk yang

ditawarkan oleh bank atau bank dibentuk berdasarkan fungsinya. Setelah tahun 1983 hingga

saat ini, pengertian bank di Indonesia mengalami perubahan yaitu tidak dibedakan

berdasarkan pada fungsinya, tetapi dibedakan berdasarkan pada jenisnya yaitu Bank Umum

dan Bank Perkreditan Rakyat. Dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang

Perbankan yang telah disempurnakan dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998, dengan

jelas memberikan pengertian tentang bank. Bank Umum adalah sebuah bank yang dapat

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan Bank Perkreditan Rakyat atau

BPR adalah bank yang menerima simpanan yang hanya dalam bentuk deposito berjangka,

tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

Dalam perbedaan itu, kedudukan bank sentral yaitu Bank Indonesia tidak lagi

termasuk dalam bank pelaksana sebagaimana kedudukan Bank Indonesia sebelum tahun

1983. Peranan Bank Indonesia adalah sebagai lembaga yang memiliki otoritas atau kuasa

penuh dibidang moneter namun mulai bulan Januari 2014 pembinaan, pengawasan dan

pemeriksaan pada bank-bank pelaksana dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dalam kapasitasnya sebagai Bank Sentral yang merupakan lembaga negara, Bank Indonesia

ikut bertanggung jawab atas dilaksanakannya Undang-undang Perbankan di Indonesia dengan

baik. Sampai dengan saat ini, tentang Bank Indonesia sebagai Bank Sentral diatur dalam

Undang-undang tersendiri seperti UU nomor 23 tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU

nomor 3 tahun 2004.

Jenis bank berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 yang telah

disempurnakan dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, merupakan

bank pelaksana yang terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat atau BPR, yang

dapat mengkhususkan diri dalam melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian

yang lebih besar dalam kegiatan tertentu. Dengan pengertian tentang perbankan yang

terakhir, pembahasan dalam buku ini berpijak pada perbankan menurut Undang-undang

nomor 7 tahun 1992 yang telah disempurnakan dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998

dan Undang-undang nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan.

Akan lebih jelas perbedaan antara Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat atau

BPR dengan berdasarkan tugas-tugasnya, yaitu :

a. Bank Umum mempunyai tugas :

a) Menghimpun dana dari masyarakat berbentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat

deposito dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

Page 17: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

13

b) Memberikan kredit kepada masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat.

c) Menerbitkan surat pengakuan hutang terhadap nasabah yang memiliki kewajiban

membayar dalam transaksi utang- piutang.

d) Membeli, menjual dan menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan

atau atas nama nasabah, seperti surat wesel, surat pengakuan hutang, surat jaminan

pemerintah, Sertifikat Bank Indonesia, obligasi, surat dagang dengan jangka waktu 1

tahun, instrument surat berharga lain yang berjangka waktu sampai 1 tahun.

e) Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat.

f) Menempatkan dana pada peminjam dana atau meminjamkan dana kepada pihak lain

dengan menggunakan surat maupun dengan sarana telekomunikasi atau wesel unjuk,

cek atau sarana lainnya.

g) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan

dengan atau antar pihak ketiga.

h) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga yang dimiliki

oleh masyarakat karena berhubungan dengan bank.

i) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu

kontrak.

j) Melakukan penempatan dana dari nasabah pada nasabah lain dalam bentuk surat

berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

k) Membeli melalui pelelangan agunan dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya

kepada bank, dengan catatan agunan tersebut dicairkan secepatnya.

l) Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat.

m) Penyediaan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

n) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak

bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

o) Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan terlebih memenuhi ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

p) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang

keuangan, seperti perusahaan sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek,

asuransi serta usaha clearing, penyimpanan dengan memenuhi ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Page 18: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

14

q) Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat

kegagalan kredit dengan syarat menarik kembali penyertaannya dengan memenuhi

ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

r) Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan

ketentuan dalam peraturan perundang- undangan dana pensiun yang berlaku.

s) Larangan bagi Bank Umum :

1) Penyertaan modal kecuali kedua tugas terakhir diatas.

2) Dilarang melakukan usaha perasuransian.

3) Dilarang melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud

dalam semua angka di atas.

b. Bank Perkreditan Rakyat mempunyai tugas :

a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito

berjangka, tabungan dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

b) Memberikan kredit pada masyarakat untuk kesejahteraan.

c) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

d) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka,

sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank lain.

e) Bank Perkreditan Rakyat dilarang :

1) Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.

2) Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

3) Melakukan penyertaan modal.

4) Melakukan usaha perasuransian.

5) Melakukan usaha diluar kegiatan usaha diatas.

Kegiatan usaha perbankan di Indonesia didasarkan pada asas demokrasi ekonomi

dengan menggunakan prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga

penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas

nasional, sehingga dapat terwujudnya kesejahteraan rakyat banyak. Untuk mengatasi masalah

hukum yang mungkin terjadi dalam kegiatan sebuah bank, bentuk hukum Bank Umum dapat

berupa salah satu dari bentuk hukum :

a. Perusahaan Perseroan atau Persero,

b. Perusahaan Daerah atau PD,

Page 19: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

15

c. Koperasi,

d. Perseroan Terbatas atau PT.

Bentuk hukum Bank Perkreditan Rakyat atau BPR berupa salah satu dari bentuk hukum :

a. Perusahaan Daerah atau PD,

b. Koperasi,

c. Perseroan Terbatas atau PT,

d. Bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Kekuatan hukum semua jenis bank di Indonesia adalah Undang-undang nomor 7

tahun 1992 tentang Perbankan yang telah disempurnakan dengan Undang-undang nomor 10

tahun 1998 tentang Perbankan. Disamping kekuatan hukum dalam bentuk Undang-undang,

setiap bank yang didirikan dalam bentuk hukum tertentu didasarkan juga dengan Undang-

undang yang mengatur bentuk hukum tersebut seperti Undang-undang Perseroan Terbatas

untuk bank yang berbentuk hukum PT dan Persero, Undang-undang Koperasi untuk bank

yang berbentuk hukum koperasi, dan dengan peraturan pemerintah atau daerah.

2.2. Perkembangan Bank di Indonesia Lembaga keuangan bank atau lembaga perbankan di Indonesia berdiri dan tumbuh

sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional karena lembaga perbankan merupakan

lembaga perantara keuangan dalam perekonomian dan berperan sebagai lembaga yang

menyediakan alat pembayaran serta sekaligus juga sebagai salah satu institusi sumber dana

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, dapat diperkirakan betapa

sulitnya perekonomian nasional jika tidak ada lembaga perbankan sehingga kegiatan

pendanaan dilakukan oleh para pelepas uang dengan tingkat bunga tinggi dengan kemampuan

menyalurkan kredit yang terbatas karena pelepas uang tidak berhak menghimpun dana

masyarakat. Disamping tugasnya sebagai penyedia dana, lembaga perbankan juga sebagai

lembaga yang melaksanakan kebijakan moneter melalui instrumen tingkat bunga dan jumlah

uang beredar. Perubahan jumlah uang beredar akan mempengaruhi produksi dan

perekonomian. Pengaruh tersebut terjadi karena adanya perubahan konsumsi masyarakat

sehingga mendorong kenaikan harga. Pengaruh tersebut mendorong investor untuk

meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan akan barang dan jasa.

Peningkatan produksi akan dapat menghindari kenaikan harga barang dan jasa, dengan asumsi

tidak terjadi kenaikan harga faktor produksi atau ekonomi belum berada dalam kapasitas

penuh, atau sebaliknya. Menurunnya jumlah uang beredar akan menyebabkan kondisi yang

sebaliknya. Dalam kebijakan moneter tertentu akan menyebabkan perubahan tingkat bunga.

Page 20: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

16

Kebijakan moneter yang kontraksi menyebabkan naiknya tingkat bunga uang dan dalam

kebijakan moneter yang ekspansi menyebabkan turunnya tingkat bunga uang. Naiknya

tingkat bunga uang akan mengurangi investasi sehingga mengurangi produksi dan turunnya

tingkat bunga uang akan meningkatkan investasi yang akhirnya meningkatkan produksi.

Berdasarkan data yang ada, cepatnya peredaran uang dalam perekonomian didominasi oleh

lembaga perbankan atau lembaga keuangan bank. Dengan itu menjadi jelas bahwa, lembaga

keuangan bank tumbuh sejalan dengan perkembangan perekonomian.

Sejarah menunjukan bahwa mulai abad ke 18 di Indonesia telah berdiri lembaga

pemberi kredit yang tahap awalnya bukan merupakan bank. Dalam beberapa tahun

kemudian, muncul lembaga kredit yang khusus memberi kredit pada petani miskin dengan

bunga yang ringan. Tahun 1895 Patih Aria Wiryaatmadja di Purwokerto Jawa Tengah

mendirikan Bank Priyayi atau Bank Pegawai, yang memberikan kredit pada pegawai negeri

pribumi, tukang, buruh, dan pada buruh tani. Tahun 1897 bank tersebut disempurnakan oleh

Asisten Residen Purwokerto yang bernama De Wolf van Westerrode menjadi Bank Tabungan

dan Kredit Pertanian. Dengan adanya bank tersebut, kesejahteraan masyarakat menjadi

meningkat dan banyak kabupaten di Indonesia melihat manfaat bank tersebut dan kemudian

ikut mendirikan bank sehingga beberapa tahun berikutnya (sampai dengan tahun 1965),

hampir seluruh kabupaten di Indonesia mendirikan bank.

Setelah kemerdekaan sampai dengan tahun 1966, semua bank disatukan menjadi Bank

Rakyat Indonesia atau BRI dan lembaga keuangan bank sangat diperlukan oleh masyarakat

terutama untuk menandingi para pelepas uang atau rentenir. Di samping De Wolf van

Westerrode membentuk bank, dia juga mendirikan 250 buah lumbung desa di kabupaten

Purwokerto. Seperti lembaga keuangan bank, lumbung desa juga berkembang dengan baik

dan menyebar di Indonesia dan kemudian diubah menjadi lembaga perkreditan. Kegiatan

lembaga perkreditan tersebut berdampingan dengan lembaga keuangan bank sampai saat ini.

Periode tahun 1967 hingga 1983, merupakan kondisi perekonomian yang penuh

kelangkaan faktor produksi atau scarcity economy dan awal tahun 1967 tingkat inflasi yang

sangat tinggi yaitu berkisar 650% yang mendorong masyarakat tidak mau menabung sehingga

sumber dana dari masyarakat menjadi langka. Dengan kondisi tersebut, lembaga perbankan

dengan teknologi dan prasarana yang masih sederhana diproteksi oleh pemerintah yang dalam

hal itu adalah Bank Indonesia dengan cara mengatur suku bunga simpanan dan kredit, semua

devisa dalam perekonomian dikumpulkan di Bank Indonesia, pengembangan pasar modal

walaupun masih bersifat embrio. Bank Umum yang ingin menjadi bank devisa dibatasi dan

piranti atau instrumen keuangan masih terbatas. Dengan dasar Undang-undang 14 Tahun

Page 21: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

17

1967, jenis bank dibagi menjadi bank umum, bank tabungan, bank pembangunan, dan bank

rural. Disamping Bank Indonesia sebagai pembina bank, pengawas bank, dan otoritas

moneter, Bank Indonesia juga sebagai pemberi pinjaman dana kepada bank pelaksana atau

sebagai lender of the last resort. Sifat persaingan antar bank terkonsentrasi karena setiap

bank pemerintah ditugasi membiayai sektor utama tertentu. Bank BNI 1946 ditugasi

membiayai sektor industri, Bank Dagang Negara (saat ini tergabung dalam Bank Mandiri)

ditugasi membiayai sektor pertambangan, Bank BRI ditugasi membiayai sektor koperasi,

pertanian, dan nelayan. Bank Bumi Daya (saat ini tergabung dalam Bank Mandiri)

membiayai sektor perkebunan, Bank Ekaspor Impor Indomesia (saat ini tergabung dalam

Bank Mandiri) membiayai sektor pengolahan barang untuk ekspor dan Bank Pembangunan

(saat ini tergabung dalam Bank Mandiri) membiayai kredit jangka panjang. Tahun 1969

Bank Indonesia memberikan kredit likuiditas kepada bank pelaksana dengan bunga 3 s/d 4%

per tahun, kredit program seperti kredit Bimas dan kredit prioritas tinggi (seperti kredit ekspor

dan perkebunan). Dengan terjadinya oil boom tahun 1971 sampai dengan 1981, pendapatan

pemerintah dari ekspor meningkat hingga mencapai 45% dari GDP sehingga terjadi surplus

neraca pembayaran dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi mencapai 8% per tahun dibalik

pada tahun 1980 terjadi resesi ekonomi di negara-negara maju. Dampak resesi ekonomi di

negara maju mulai terasa di Indonesia pada tahun 1982 sehingga perkembangan ekonomi

nasional menjadi merosot. Kemerosotan itu menyebabkan risiko kredit dalam dunia

perbankan yang kebetulan juga risiko tersebut dipicu oleh jumlah kredit dan penyebarannya

tidak sesuai dengan perubahan ekonomi, serta risiko likuiditas akibat risiko kredit dan sumber

dana musiman. Saat itu, bank-bank tidak terkena risiko suku bunga karena tingkat suku

bunga diatur oleh Bank Indonesia. Dalam pelaksanaan kegiatan di semua bank, belum

dikenal tugas atau jabatan account officer karena dalam periode tersebut nasabah bersedia

datang ke kantor bank dalam hal menabung dan meminjam serta nasabah bank bersedia

menunggu jawaban kantor bank jika mereka memohon kredit. Hal ini terjadi karena semua

peraturan kredit diatur oleh Bank Indonesia.

Periode tahun 1984-1988 adalah periode yang sangat berat bagi perekonomian

Indonesia karena turunnya harga minyak di pasaran dunia sehingga diakhir tahun 1983 terjadi

defisit transaksi berjalan dan menurunnya dana pembangunan ekonomi yang pada akhirnya

terjadi kemerosotaan ekonomi nasional. Untuk mengatasi kemerosotasn ekonomi nasional,

pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Januari 1982 yang memuat kebebasan masyarakat

menjual mata uang asingnya ke Bank Indonesia, berikutnya pemerintah menjadwalkan

proyek-proyek yang membutuhkan devisa, melakukan penghematan dengan mengurangi

Page 22: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

18

subsidi bahan bakar minyak (BBM), subsidi pupuk, pangan, dan terakhir melakukan devaluasi

rupiah terhadap mata uang US dolar pada bulan Maret 1983. Bank Indonesia memberikan

bantuan berupa kredit likuiditas untuk ekspor tahun 1982. Kebijakan lain juga dilakukan di

bidang pertanian dan perkebunan serta di sektor perbankan. Pada tanggal 1 Juni 1983,

dikeluarkan paket kebijakan dibidang perbankan yang disebut Paket 1 Juni 1983. Paket ini

merupakan titik awal dari serangkaian deregulasi perbankan untuk periode berikutnya.

Tujuan Paket 1 Juni 1983 adalah untuk mendorong perbankan dalam upaya meningkatkan

fungsi intermediasinya khususnya dalam memobilisasi dana dalam negeri dan menyalurkan

dana tersebut dalam bentuk kredit ke sektor ekonomi yang produktif. Pokok-pokok

ketentuan dalam Paket 1 Juni 1983, adalah :

a. Penghapusan pagu kredit perbankan,

b. Memberikan kebebasan pada bank untuk menetapkan besarnya suku bunga kredit,

deposito, dan tabungan kecuali tabungan pembangunan nasional (tabanas) dan kredit

prioritas oleh Bank Indonesdia.

c. Bank Indonesia tidak lagi memberikan bantuan kredit likuiditas kecuali kredit prioriotas

dan kredit program.

Dengan Paket 1 Juni 1983 membuka cakrawala baru bagi dunia perbankan Indonesia dari

lingkungan yang protected ke lingkungan yang lebih bebas walaupun masih terbatas. Suku

bunga simpanan dan kredit yang sebelumnya diatur oleh Bank Indonesia mulai dibebaskan

kecuali tabungan pembangunan nasional atau Tabanas dan tabungan asuransi berjangka atau

Taska. Mata uang asing yang dimiliki oleh masyarakat boleh bebas dijual atau tidak harus

ditukar ke Bank Indonesia. Pelayanan kredit terhadap sektor ekonomi mulai bebas dilakukan

oleh perbankan sehingga mulai terlihat adanya persaingan antar bank, instrumen keuangan

mulai meningkat dan mulai muncul perkembangan teknologi perbankan. Dengan perubahan

itu, derajad risiko yang dialami perbankan juga meningkat. Disamping telah adanya risiko

kredit dan likuiditas, mulai juga muncul risiko suku bunga dan risiko valuta asing. Dengan

adanya persaingan antar bank dan adanya resiko, setiap bank mulai memperkuat manajemen

risikonya untuk memperkokoh bank dan perlunya dibuat panduan kebijakan untuk menangkal

risiko. Dalam meredam risiko suku bunga, mulai muncul prinsip-prinsip gap management

dan dalam meredam risiko valuta asing diperlukan kemampuan treasury dalam menarik dana,

trading, dan kemampuan forex management. Berdasarkan kenyataan, tahun 1983 tidak

sedikit bank yang belum siap menghadapi perubahan lingkungan perbankan pasca paket 1

Juni 1983 karena lembaga perbankan belum berpengalaman. Dalam lingkungan baru,

lembaga perbankan melakukan langkah penyesuaian produk dan marketingnya.

Page 23: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

19

Menjelang krisis moneter 1997 yaitu dalam periode tahun 1988-1996 yang diawali

dengan dentuman Paket 27 Oktober 1988 yang lebih dikenal dengan Pakto 88, pada dasarnya

bertujuan untuk mendorong lebih lanjut pengerahan dana masyarakat melalui perluasan

jaringan lembaga perbankan, mendorong ekspor non migas dan perkembangan pasar modal.

Pada intinya, Pakto 27, 1988 memberikan kesempatan untuk pendirian bank umum atau

kantor cabang bank umum baru serta bank perkreditan rakyat atau BPR. Untuk mendorong

kemampuan bank umum dalam memberikan kredit kepada masyarakat, giro wajib minimum

bank diturunkan dari 15 % menjadi 2%. Dengan Pakto 27, 1988 secara struktural telah

mengubah lingkungan perbankan Indonesia menjadi lingkungan perbankan yang bebas.

Dalam lingkungan perbankan yang baru yaitu lingkungan yang bebas, dunia perbankan

memperlihatkan keberhasilannya yang terlihat dari perkembangan kelembagaan dan kinerja

bank yang terus meningkat hingga akhir tahun 1996. Mulai tahun 1988 hingga tahun 1996

jumlah bank umum meningkat jumlahnya dari 63 bank umum menjadi 240 bank dan BPR

juga meningkat dari 423 bank meningkat menjadi 1.987 bank. Kinerja bank umum yang

diukur dengan volume usaha juga meningkat. Paket 29 Januari 1990 yang sering disebut

Pakjan 90 yang merupakan kebijakan uang ketat atau tight money policy dengan cara

mengurangi Kredit Likuiditas Bank Indonesia atau KLBI dan menarik kembali fasilitas KLBI

yang diberikan kepada lembaga perbankan yang pelaksanaannya dimulai bulan Mei 1990 dan

KLBI berakhir tahun 1995. Kebijakan uang ketat berdampak kepada peningkatan suku bunga

deposito, terjadi pelanggaran atas azas-azas perbankan yang sehat, tindakan spekulatif dari

bank-bank dan penanaman dana di pasar modal. Dalam beberapa tahun kemudian pasca

1988, perbankan nasional mengikuti standard Bank for International Settlement (BIS) antara

lain berupa pemenuhan kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio atau CAR 8 % dari

aktiva tertimbang menurut risiko. Keadaan tersebut mendorong Bank Indonesia menerbitkan

kebijakan baru yaitu Paket Februari 1991 atau Pakfeb 1991 yang mendorong pentingnya

prudential banking sebagaimana telah dianut oleh perbankan dikebanyakan negara. Dengan

paket tersebut, bank-bank didorong menerapkan prinsip kehati-hatian seperti pemenuhan

kesehatan bank dengan komponen CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earnings,

dan Liquidity), BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit), dan sistem informasi

manajemen tertentu dalam pengelolaan bank, serta peningkatan kualitas manajemen

perbankan.

Undang-undang nomor 14 Tahun 1967 yang diganti dengan Undang-undang nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana disempurnakan dengan Undang-undang nomor

10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank disederhanakan menjadi bank umum dan BPR

Page 24: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

20

dengan ketentuan kegiatan yang dibolehkan dan yang tidak dibolehkan. Paket Februari 1991

telah menetapkan supaya bank menerapkan prinsip prudential karena sebelumnya tidak

sedikit kredit dalam kondisi non lancar atau non performing. Penekanan ini diteruskan

kemudian dengan kebijakan baru yaitu Paket Mei 1993 yang berisikan :

a. Kelonggaran dasar perhitungan Capital Adequacy Ratio atau CAR dimana laba tahun lalu

bank yang semula hanya diakui 50% diubah boleh diakui seluruhnya atau 100%

b. Kredit kepada Badan Usaha Milik Negara atau BUMN dan fasilitas kredit yang belum

digunakan semula diberikan bobot risiko 100% diturunkan menjadi 50%.

c. Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif atau PPAP atas penanaman dana pada Sertifikat

Bank Indonesia atau SBI tidak perlu dibentuk PPAP dan pembentukan PPAP semula

untuk kredit lancar sebesar 1% diturunkan menjadi 0,5%.

d. Penyesuaian penghitungan Loan to Deposit Ratio atau LDR semula yang tergolong hanya

dana pihak ketiga diperluas termasuk modal bank.

e. Penyesuaian tatacara penilaian tingkat kesehatan bank, bobot manajemen diturunkan dari

30% menjadi 25%

Pelanggaran BMPK banyak terjadi melalui debitur terkait dengan pengurus bank dan

adanya perubahan lingkungan perbankan. Lingkungan baru perbankan memiliki ciri-ciri yaitu

diperketatnya prinsip kehati-hatian, persaingan antar bank meningkat, meningkatnya

keanekaragaman produk bank dengan ciri-ciri yang khas, kecanggihan teknologi perbankan

meningkat, rambu-rambu perbankan diperketat, munculnya risiko perbankan (risiko kredit,

risiko likuiditas, risiko suku bunga, risiko valas dan risiko operasional) dengan derajad yang

sangat tinggi.

Periode tahun 1997-2000 merupakan periode krisis moneter yang ditandai oleh

tingginya suku bunga uang dibanding dengan periode sebelum krisis moneter. Suku bunga

deposito berjangka mencapai 30% pertahun yang disebabkan oleh :

a. Dampak kebijakan uang ketat dalam bentuk penarikan Kredit Likuiditas Bank Indonedeia

atau KLBI mulai Mei 1990 yang tertuang dalam Paket Januari 1990 walaupun berhasil

menurunkan inflasi namun berdampak meningkatkan suku bunga uang.

b. Para bankir kurang berhati-hati dalam menyalurkan kredit yang akhirnya membengkakan

kredit non lancar atau non performing loans atau NPL mulai tahun 1989 sampai dengan

tahun 1990.

c. Bank tidak mampu beroperasi secara efisien karena terbiasa tidak efisien sejak

sebelumnya.

Page 25: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

21

Dengan suku bunga uang didalam negeri yang tinggi sebagai dampak kebijakan uang ketat

dan adanya pembatasan pemberian kredit melalui kebijakan Batas Maksimum Pemberian

Kredit atau BMPK, para pengusaha memalingkan sumber pendanaan usahanya dari luar

negeri dengan suku bunga yang lebih murah dan dengan prosedur yang lebih sederhana.

Dampak dari pendanaan itu berkontribusi pada stabilnya nilai tukar dolar US terhadap rupiah

dan membaiknya neraca pembayarn Indonesia dengan surplus yang cukup besar menjelang

krisis moneter. Kreditur luar negeri memberi pinjaman kepada pengusaha di Indonesia karena

mereka yakin dengan stabilitas ekonomi Indonesia dengan ukuran inflasi rendah, neraca

pembayaran menjadi surplus, nilai tukar rupiah stabil walaupun pinjaman itu berjangka

pendek. Dana pinjaman yang diterima oleh pengusaha Indonesia tidak digunakan untuk

meningkatkan produksi yang berorientasi ekspor yang dapat menghasilkan devisa tetapi

digunakan untuk sektor properti dan sejenisnya serta pengusaha Indonesia tidak melakukan

penyelamatan atau hedging atas pinjaman luar negerinya yang nantinya diangsur atau dilunasi

dengan mata uang asing. Pinjaman luar negeri yang besar menyebabkan perbankan di

Indonesia rawan terhadap risiko mata uang (currency), risiko likuiditas, risiko kredit, dan

rawan risiko kondisi negara (country risk).

Bank Indonesia telah membatasi bank devisa dalam menerima pinjaman luar negeri

yaitu maksimal 20% dari besarnya modal bank namun bank-bank devisa mungkin memiliki

cara lain untuk memperbesar pinjamannya yaitu mungkin dengan membukukan pinjaman luar

negerinya di lembaga usaha pembiayaan atau di usaha terkait walaupun dibawah pengawasan

departemen keuangan. Disamping suku bunga yang tinggi, pelanggaran BMPK, utang luar

negeri yang besar, perubahan lingkungan perbankan Indonesia, bank-bank telah menyidap

risiko operasional yang tinggi yang rawan terhadap guncangan ekonomi, karena :

a. Para pemilik bank cenderung menggunakan bank sebagai sumber pembiayaan usahanya

sendiri atau kelompoknya atau pihak yang terkait dengan berbagai rekayasa untuk lolos

dari pemeriksaan Bank Indonesia. Sangat sedikit orang yang mendirikan bank memiliki

ilmu moneter dan perbankan. Tindakan itu membawa dampak bahwa bank tergantung

pada kinerja debitur tertentu yang kemudian ternyata merupakan penyebab

membengkaknya NPL sehingga menyebabkan timbulnya risiko likuiditas.

b. Profesionalisme pengurus (Dewan Komisaris dan Dewan Direksi) dan karyawan bank

sangat rendah yang tercermin masih banyak pelanggaran terhadap ketentuan seperti

pelanggaran BMPK, Loans to Deposit Ratio atau LDR, lemahnya internal control dan

internal audit, pelanggaran wewenang, terjadinya kecurangan dan manipulasi, praktik

bank dalam bank dll.

Page 26: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

22

c. Bank Indonesia dalam membina bank belum dalam posisi independent yang pada

gilirannya melemahkan law enforcement. Belum adanya mekanisme hukum yang jelas

untuk menindak pelanggaran BMPK selain dengan cara konvensional dan pinalty

terhadap kesehatan bank dan menindak para bankir yang tercatat dalam daftar orang

tercela.

d. Adanya persaingan yang tidak sehat antar bank yang timbul sebagai dampak dari sikap

nasabah dalam menggunakan haknya. Misalnya bunga tidak dibebani pajak sehingga

pajak ditanggung bank, kredit take over dengan informasi yang tidak benar dan lain-

lainnya.

e. Sikap pihak yang terafiliasi (akuntan, notaris, dan appraisal) yang tidak transfaran

sehingga informasi yang sebenarnya sulit didapat.

f. Pemberian ijin bank baru yang tidak efisien.

Krisis moneter 1997 pada hakekatnya merupakan perwujudan terjadinya risiko nilai

mata uang atau currency risk khususnya nilai dolar US terhadap Rupiah sebagai dampak dari

kewajiban valuta asing cq utang luar negeri swasta yang sangat besar berjangka pendek dan

tidak dilakukannya hedging (perlindungan nilai). Pada saat peminjam atau pengutang

membayar kewajiban dalam bentuk mata uang asing dalam jumlah yang sangat besar

melebihi pasokan mata uang asing sehingga mendorong meningkatnya nilai tukar dolar

terhadap rupiah. Dalam keadaan yang demikian, peningkatan nilai tukar akan berada jauh

diatas nilai kewajaran karena juga ada permintaan untuk tujuan spekulasi dan berjaga-jaga.

Risiko valuta asing berdampak pada timbulnya risiko likuiditas perbankan yang pada

gilirannya akan menimbulkan risiko suku bunga. Risiko suku bunga berdampak pada krisis

perbankan karena bank tidak sanggup lagi berfungsi sebagai lembaga intermediasi dan

kemudian akan berdampak kepada sektor riil. Berbagai risiko yang timbul dan tidak mampu

diselesaikan dalam jangka pendek berpotensi menimbulkan komplikasi seperti hilangnya

kepercayaan investor luar negeri terhadap perekonomian Indonesia, risiko politik, risiko

negara, risiko ekonomi dan sosial sehingga terjadi risiko multi dimensi. Munculnya multi

risiko dibarengi oleh melemahnya mata uang Thailand hampir 30 % terhadap dolar yang

diikuti oleh mata uang Korea, Philipina, Malaysia, Singapura dan sebagian terbesar mata uang

negara-negara di Asia.

Penyebab utama melemahnya nilai rupiah terhadap dolar US adalah karena

menurunnya kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia karena dikatakan

ada kesamaan karakteristik dengan perekonomian Thailand yang telah runtuh sehingga

Page 27: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

23

menurunnya arus masuk modal luar negeri. Langkah dan kebijakan yang ditempuh

Pemerintah dan Bank Indonesia dalam menstabilkan nilai tukar rupiah adalah :

a. Pada saat nilai tukar melemah dengan cepat dan besar Bank Indonesia melakukan

tindakan konvensional yaitu melakukan intervensi di pasar uang.

b. Pertengahan Juli 1997, Bank Indonesia menetapkan kebijakan kisaran nilai tukar

intervensi dari 8% menjadi 12%.

c. Karena tekanan terhadap nilai rupiah semakin besar, tanggal 14 Agustus 1997 Bank

Indonesia merubah sistem nilai tukar dari mengambang terkendali menjadi sistem

mengambang bebas.

d. Untuk menahan depresiasi rupiah lebih lanjut piranti atau instrumen moneter yang tidak

berdampak ekspansi moneter seperti lelang Surat Berharga Pasar Uang atau SBPU,

Fasilitas Diskonto I, pembelian SBI repo dihentikan sedangkan yang berdampak ekspansi

moneter diefektifkan dengan cara menaikan suku bunga SBI. Kebijakan pengetatan

likuiditas ini berdampak pada risiko suku bunga yang ditandai dengan meningkatnya suku

bunga antar bank dan suku bunga deposito yang kemudian menghambat pemberian kredit

oleh perbankan sehingga menghambat pertumbuhan sektor riil. Pertumbuhan PDRB

menurun menjadi 4% tahun 1999 dibanding tahun 1998 sebesar 6% dan inflasi meningkat

34,2% akhir tahun 1997.

e. Kebijakan stabilisasi makro ekonomi ditetapkan untuk mengatasi perekonomian yang

semakin terpuruk seperti sektor moneter (memberikan kelonggaran likuiditas dengan cara

menurunkan suku bunga SBI secara bertahap dan mencairkan kembali dana SBI milik

BUMN), fiskal (penghematan anggaran), dan pasar modal (menghapus batasan pembelian

saham oleh asing).

f. Pemerintah kemudian mereformasi sektor moneter, fiskal, keuangan, dan sektor riil.

Tujuan jangka panjang menghapus berbagai distorsi dalam perekonomian dan

memperbaiki pengelolaan pemerintahan.

Pada tahun 1997, dihapusnya atau dilikuidasinya atau dicabutnya ijin usaha 15 bank umum

yang dinilai oleh Menteri Keuangan tidak solvable walaupun tindakan ini tidak

menguntungkan bagi sistem perbankan sehingga masyarakat menarik simpanannya di bank-

bank dan bank-bank tertimpa risiko likuiditas.

Memasuki tahun 1998 yang merupakan puncak krisis moneter dan semua sektor

ekonomi mengalami permasalahan. Sektor fiskal terganggu dengan merosotnya nilai rupiah

terhadap mata uang asing dimana pengeluaran pemerintah meningkat tajam, adanya subsidi

bahan bakar minyak (BBM) dan dilakukannya pengadaan pangan yang menyebabkan defisit

Page 28: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

24

anggaran pemerintah. Pemerintah dan Bank Indonesia mempercepat proses stabilisasi dan

reformasi ekonomi yang dipertegas dengan memorandum kesepakatan (letter of intent)

dengan International Monetary Funds (IMF) tanggal 15 Januari 1998. Disektor moneter

terjadi gangguan berupa merosotnya nilai rupiah terhadap mata uang asing akibat dari

kebutuhan mata uang asing karena besarnya utang luar negeri swasta yang jatuh tempo yang

dibarengi dengan spekulasi terhadap mata uang asing oleh masyarakat. Berbarengan dengan

kemarau panjang, adanya isyu kelangkaan barang-barang kebutuhan pokok sehingga

mendorong naiknya harga-harga atau inflasi yang lebih mendorong jatuhnya nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika hingga Rp. 16.000,0 per satu dolar US Januari 1998. Maret 1998

inflasi meningkat setinggi 34% dan jumlah uang beredar meningkat 52%. Disektor riil terjadi

pemutusan hubungan kerja dan ditutupnya beberapa unit usaha sehingga menimbulkan

kekawatiran memburuknya ekonomi Indonesia. Reformasi yang dilakukan oleh pemerintah

adalah mempercepat privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kewenangan Badan

Urusan Logistik (BULOG) dibatasi hanya untuk beras, penghapusan hak monopoli dalam tata

niaga cengkeh, semen, kertas dan kayu. Disektor politik terjadi ketidakpastian terlebih-lebih

dengan Sidang Umum MPR 1997 dan berbagai isyu reformasi di bidang politik yang semakin

menambah keragu-raguan tentang prospek perekonomian Indonesia.

Disektor perbankan, kinerja perbankan pada tahun 1998 semakin memburuk. Risiko

nilai tukar rupiah terus berdampak buruk terhadap risiko likuiditas bank karena semakin

banyak masyarakat menarik dananya di bank dan pemenuhan dana untuk membayar utang

yang jatuh tempo. Pengetatan uang tetap berdampak kepada bank disamping suku bunga

uang yang terus meningkat dan kesulitan likuiditas tidak terhenti, akhirnya bank-bank hanya

tergantung kepada dana dari Bank Indonesia yang disebut Bantuan Likuiditas Bank Indonesia

atau BLBI. Dengan semakin tingginya suku bunga uang sehingga kualitas kredit juga

semakin merosot dibalik likuiditas bank semakin turun, nyaris fungsi intermediasi perbankan

terhenti. Kepercayaan masyarakat terhadap bank mulai merosot dibalik masyarakat

membutuhkan alat bayar yang meningkat dan kelihatan bahwa beberapa bank mengalami

kesulitan karena lemahnya pengawasan intern, penerapan self regulatory yang tidak efektif,

terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang, pemberian kredit yang

terkonsentrasi, kurang hati-hati dan pelanggaran ratio likuiditas dan kecukupan modal atau

bank tertimpa risiko operasional. Bank yang dilikuidasi belum memperoleh jaminan atas

simpanan masyarakat di bank sehingga meresahkan masyarakat. Bank Indonesia memberikan

bantuan kepada bank-bank dalam bentuk fasilitas diskonto, Surat Berharga Pasar Uang,

pinjaman sub ordinasi, pemberian fasilitas saldo giro wajib minimum negatif. Akhirnya

Page 29: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

25

Bantuan Likuiditas Bank Indonesia mencapai jumlah Rp. 244,5 triliun pada tahun 1999 dan

kebijakan Pemerintah serta Bank Indonesia adalah :

a. Upaya memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Januari 1998 semua

kewajiban bank umum nasional terhadap deposan dan kreditur dalam dan luar negeri

dijamin oleh Pemerintah. Kemudian dibentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional atau

BPPN yang bertugas melakukan menyehatan restrukturisasi bank-bank bermasalah.

Setelah itu dilakukan kebijakan moneter dengan menaikan suku bunga sehingga penarikan

dana besar-besaran di bank berhenti di akhir tahun 1998.

b. Upaya menciptakan sistem perbankan yang sehat. Bank Indonesia menetapkan

restrukturisasi perbankan yang bersifat menyeluruh termasuk likuidasi perbankan.

Program tersebut difokuskan pada 4 pilar kebijakan yaitu :

a) Program penyehatan perbankan dengan kebijakan rekapitalisasi berupa :

1) merekapitalisasi seluruh bank pesero dengan dana pemerintah

2) merekapitalisasi bank BPD dengan dana pemerintah

3) merekapitalisasi bank campuran

4) merekapitalisasi bank umum swasta nasional yang memiliki Capital Adequacy

Ratio (CAR) antara negatif 25% sampai positip 4% dengan bantuan dana

pemerintah apabila memenuhi syarat rekapitalisasi.

Untuk menetapkan kebutuhan akan dana rekapitalisasi, Bank Indonesia melakukan

due deligence terhadap seluruh bank, yang hasilnya diumumkan tanggal 13 Maret

1999 dan langkah-langkah yang ditempuh adalah :

1 74 bank umum yang masuk dalam katagori A dapat meneruskan operasinya

tanpa ikut rekapitalisasi.

2 37 bank umum masuk katagori B (CARnya antara minus 25% - positip 4%)

dengan rincian 7 bank diambil alih oleh pemerintah karena penabung dan

jaringannya yang luas, 9 bank mengikuti rekapitalisasi, dan 21 bank dilikuidasi

atau divabut ujin usahanya.

3 17 bank umum termasuk dalam katagori C (CARnya lebih kecil dari minus

25%) tidak memiliki prospek untuk hidup dan dilikuidasi atau dicabut ijin

usahanya.

Sebanyak 27 bank Pembangunan Daerah bank BPD, 12 bank diantaranya tidak

memenuhi CAR sesuai dengan peraturan diikutkan dalam program rekapitalisasi.

32 bank campuran, 15 bank diantaranya masuk dalam katagori A tanpa

memerlukan tambahan modal, 15 bank telah menambah modal dan sisanya

Page 30: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

26

menghentikan kegiatannya. Disamping program rekapitalisasi, penyehatan sistem

perbankan ditempuh dengan penyerahan pengawasan bank bermasalah kepada

Badan Penyehatan Perbankan Nasional atau BPPN. 54 dari 222 bank bermasalah

dialihkan pengawasannya ke BPPN yang terdiri dari 4 bank persero, 23 Bank

Umum Swasta Nasional Devisa atau BUSN Devisa, 14 BUSN Non devisa, 11 bank

BPD, dan 2 bank campuran. Pemerintah dan Bank Indonesia mengambil langkah :

1. Penggabungan 4 bank pemerintah (Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara,

Bank Ekspor Impor Indonesia, Bank Bapindo) menjadi Bank Mandiri.

2. Pembekuan 7 bank tanggal 4 April 1998 yaitu Bank Kredit Asia, Bank Centris

Internasional, Bank Deka, Bank Subentra, Bank Pelita, Bank Hokindo, dan

Bank Surya. Dasar pembekuan bank adalah karena menggunakan dana

likuidasi Bank Indonesia melebihi 75% dari total asset dan melampaui 500%

dari modal setor bank.

3. Pengalihan manajemen 7 BUSN ke BPPN. Dasar pengalihan itu adalah bank

yang memiliki CAR dibawah 5% dan menggunakan dana likuiditas Bank

Indonesia melebihi 500% dari modal setor bank dan atau menggunakan dana

likuiditas Bank Indonesia lebih dari Rp. 2 triliun.

4. 7 BUSN yang diserahkan ke BPPN, 3 bank diantaranya dibekukan yaitu Bank

Dagang Nasional Indonesia, Bank Umum Nasional, Bank Modern dan 4 bank

kepemilikannya diambil alih oleh pemerintah yaitu Bank Danamon, Bank

Central Asia, Bank Tiara Asia, dan Bank PDFCI.

b) Perbaikan kondisi internal perbankan dengan memulihkan profitabilitas bank sekaligus

meningkatkan daya tahap terhadap gejolak eksternal. Bank Indonesia menyempurnakan

ketentuan tentang kehati-hatian dan supaya bank-bank mengoperasikan bank dalam

batas-batas risiko yang dapat diterima.

c) Penyempurnaan perangkat hukum perbankan yaitu terbitnya Undang-undang nomor 10

tahun 1998 tentang Perbankan sebagai penyempurnaan Undang-undang nomor 7 tahun

1992 tentang Perbankan.

d) Peningkatan fungsi pengawasan bank dengan cara langsung dan tidak langsung dan

dilakukan peningkatan integritas dan kompetensi para pengawas bank.

Perbankan Indonesia dalam tahun 1999 memperlihatkan tanda-tanda pemulihan yang

tercermin dari aspek sumber dana, permodalan, profitabilitas, dan Kualitas Aktiva Produktif

atau KAP. Kepercayaan masyarakat terhadap bank mulai pulih yang tercermin dari

Page 31: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

27

peningkatan dana pihak ketiga. Risiko suku bunga mulai menurun sejalan dengan

meningkatnya jumlah simpanan yang dihimpun oleh bank dan bank-bank telah memperoleh

spread bunga. Fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya berjalan karena

rekapitalisasi perbankan belum tuntas dan perekonomian belum pulih sepenuhnya, jumlah

utang pemerintah berupa obligasi pemerintah cukup tinggi yang pada akhirnya ditanggung

oleh rakyat. Kebijakan restrukturisasi perbankan dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Penyehatan perbankan dengan membentuk Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS,

memperkuat modal bank, memperkuat sisi aktiva bank dengan memperbaiki KAP.

Berkaitan dengan program penjaminan simpanan, 29 Mei 1999 pemerintah menerbitkan

obligasi Rp. 58,3 triliun untuk memenuhi kewajiban bank umum dan BPR yang

dibekukan tahun 1998 dan 1999. Bulan Juli 1999 dibentuk tim persiapan pendirian LPS

untuk bank umum yang terdiri dari Bank Indonesia, Sekretaris Negara, dan BPPN dengan

koordinator Departemen Kauangan. Dilakukan pembekuan 21 bank yang termasuk

dalam katagori C yang tidak memiliki prospek yang baik dan 9 bank yang diambil alih

dan direkapitalisasi. Penyertaan modal pemerintah pada bank umum dan BPD mencapai

Rp. 4,3 triliun seperti pada BPD Aceh, BPD Sumatera Utara, BPD Bengkulu, BPD

Lampung, BPD Kaltim, BPD kalbar, BPD Sulut, BPD Sulteng, BPD NTB, dan BPD

NTT. Disamping itu, restrukturisasi dilakukan oleh bank-bank, disamping juga dibentuk

satuan tugas oleh Bank Indonesia.

b. Pemantauan ketahanan sistem perbankan untuk membangun sistem perbankan yang sehat

dan kuat adalah untuk mencegah terjadinya krisis. Dalam mewujudkan program tersebut,

Bank Indonesia menempuh beberapa langkah :

a) Penyempurnaan ketentuan perbankan. Ketentuan Kecukupan Pemenuhan Modal

Minimal atau KPMM atau Capital Adycuacy Ratio atau CAR, Penyisihan Pengapusan

Aktiva Produktif atau PPAP, Batas Maksimum Pemberian Kredit atau BMPK atau

Legal Lending Limit atau L3, Posisi Devisa Netto atau PDN disempurnakan dalam hal

permodalan milik asing, kantor cabang bank asing, sistem informasi debitur,

portofolio obligasi pemerintah dan lain-lainnya.

b) Pemantapan pengawasan bank. Merupakan upaya intern Bank Indonesia dalam

pengawasan tentang reorganisasi pengawasan, tugas-tugas pengawasan, dan

pendekatan pengawasan kepada bank menuju risk base supervisor.

c) Pelaksanaan programn fit and proper untuk mengubah mutu pengelolaan bank dengan

cara mengevaluasi kompetenti dan integritas para pemegang saham, komisaris dan

direksi dalam mengendalikan operasional bank. Bagi pemegang saham yang tidak

Page 32: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

28

lulus wajib mengalihkan sahamnya dan pengurus yang tidak lulus wajib

mengundurkan diri.

d) Wawancara terhadap calon pemilik dan pengurus bank. Untuk supaya bank dikelola

oleh orang-orang berakhlak dan bermoral.

e) Pembentukan direktur kepatuhan. Bank Indonesia mewajibkan salah satu dari anggota

direksinya sebagai direktur kepatuhan yang bertugas:

1 Memastikan bahwa bank telah memenuhi seluruh peraturan Bank Indonesia dan

perundang-undangan yang lain yang berlaku dalam rangka pelaksanaan prinsip

kehati-hatian.

2 Memantau dan menjaga agar kegiatan usaha bank tidak menyimpang dari

ketentuan perbankan yang berlaku dan memantau dan menjaga kepatuhan bank

terhadap seluruh perjanjian dan komitmen yang dibuat oleh bank kepada Bank

Indinesia.

Bank Indonesia mewajibkan bank menerbitkan laporan tahunan dan triwulanan yang

dipublikasikan melalui surat kabar. Selain menyajikan neraca dan rugi laba, bank juga wajib

menyajikan tambahan informasi tentang rincian CAR, PPAP, KPMM. Bersamaan dengan

itu, dilakukan penyempurnaan laporan bulanan bank ke Bank Indonesia.

Mulai tahun 2000 hingga tahun 2011 kepercayaan masyarakat kepada perbankan

sudah pulih dan perbankan terus dapat mempertahankan pertumbuhannya yang tercermin dari

meningkatnya simpanan masyarakat di bank. Profitabilitas bank-bank mulai meningkat dan

permodalan bank terpenuhi walapun sebagian disebabkan karena rekapitalisasi serta kinerja

perbankan mulai membaik. Risiko kredit masih ada karena baru dilakukan restrukturisasi

kredit dan suhu politik masih tidak menentu. Disamping itu sektor riil belum berkembang

dengan baik sehingga dana bank masih ditanamkan di Bank Indonesia. Kebijakan pemerintah

dalam tahun 2000 adalah melanjutkan kebijakan yang ditetapkan sebelumnya yaitu :

a. Penyehatan perbankan seperti program penjaminan simpanan, rekapitalisasi bank umum,

dan restrukturisasi kredit.

b. Perbaikan infrastruktur perbankan seperti persiapan pelaksanaan LPS dan fit and proper,

penyempurnaan ketentuan perbankan seperti fit and proper, status bank, BMPK,

restrukturisasi kredit, penilaian aktiva produktif, pendanaan jangka pendek, bank syariah,

laporan bulanan dan lain-lainnya, pemantapan pengawasan bank seperti pengawasan

khusus dikenakan pada bank yang CAR-nya dibawah 4% dan kredit non lancarnya atau

non performing loan atau NPL lebih dari 35%, ketentuan tentang Bank Beku Kegiatan

Usaha atau BBKU, investigasi tindak pidana perbankan seperti membentuk unit kerja

Page 33: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

29

khusus yaitu Unit Khusus Investigasi Perbankan atau UKIP yang hasil kerjanya diserahkan

kepenegak hukum.

Dari perkembangan itu, terlihat ada lima (5) tonggak sejarah perubahan lingkungan

perbankan di Indonesia. Pertama, titik awal mulai adanya pengaturan perbankan adalah sejak

dikeluarkannya Undang-undang Pokok Perbankan No. 14 tahun 1967 dan Undang-undang

No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral. Kedua, deregulasi perbankan pada tahun 1983 yang

ditandai dengan dimulai adanya kebebasan bank-bank dalam menjalankan usahanya. Ketiga,

ketentuan deregulasi lanjutan yang disebut Paket 27 Oktober 1988 atau pakto 1988 yang

memberikan kemudahan didalam pendirian bank umum atau kantor cabang bank umum dan

BPR yang secara struktural telah mengubah pasar perbankan dari seller market menjadi buyer

market. Keempat, adalah periode krisis perbankan yang dimulai tahun 1997. Kelima, adalah

fase penguatan bank dengan terbitnya arsitektur perbankan Indonesia mulai berlaku dari tahun

2004 hingga 2010. Setiap periode perkembangan perbankan tersebut menciptakan

lingkungan perbankan yang khas yang tidak sedikit mempengaruhi kinerja bank minimal

dengan ukuran CAMEL (Capital, Asset quality, Management, Earnings, Liquidity) sehingga

tidak sedikit bank yang terakuisisi, merger, take over, dan bahkan terlikuidasi, khususnya

dalam periode tahun 1997 hingga tahun 2005.

Setelah diterapkan arsitektur perbankan Indonesia hingga saat ini, bank-bank

dikelompok menurut setoran modalnya, sebagai berikut :

a. BPR sejumlah 1500 bank,

b. Bank Umum kecil (modal setornya diatas Rp. 100M - <1 T sejumlah 53 bank,

c. Bank Umum menengah (modal setornya Rp. 1T - < 5 T) sejumlah 27 bank,

d. Bank Umum besar (modal setornya Rp. 5 T keatas) sejumlah 14 bank.

2.3. Sistem Perbankan di Indonesia Sebagaimana telah diuraiakan didepan, salah satu sarana dalam melaksanakan

kebijakan moneter adalah lembaga keuangan bank atau perbankan. Kebijakan moneter

ditetapkan oleh Bank Indonesia agar tujuan antara atau intermediate target berupa penentuan

indikator ekonomi dapat tercapai sehingga dengan itu tujuan akhir pembangunan dapat

diwujudkan. Dengan lembaga perbankan yang baik sehingga tujuan antara yang ditetapkan

dapat dicapai, maka bank dalam sistem keuangan nasional merupakan bagian yang sangat

penting. Sistem keuangan di Indonesia terdiri atas sistem keuangan bank atau sistem

perbankan dan sistem keuangan non bank. Dapat diungkap bahwa, sebelum diundangkannya

Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, sistem perbankan terdiri dari :

Page 34: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

30

a. Bank Indonesia, dan

b. Bank Umum Pemerintah, dan

c. Bank Umum Swasta Nasional, dan

d. Bank Asing dan Bank Campuran, dan

e. Bank Pembangunan Pemerintah, dan

f. Bank Pembangunan Daerah, dan

g. Bank Pembangunan Swasta, dan

h. Bank Tabungan Pemerintah, dan

i. Bank Tabungan Swasta, dan

j. Kelompok Bank Perkreditan Rakyat.

Sesudah diundangkannya Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang telah

disempurnakan dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, sistem

perbankan di Indonesia menjadi :

a. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, dan

b. Bank-bank Umum, yang dibedakan menjadi dua :

a) Bank umum devisa, dan b) Bank umum non devisa.

c. Bank Perkreditan Rakyat dan kelompok Bank Perkreditan Rakyat.

Perubahan sistem perbankan seperti diatas dimaksudkan untuk memperkokoh

landasan dunia perbankan sehingga perbankan Indonesia menjadi lebih sehat di masa yang

akan datang. Dengan berubahnya sistem perbankan dan pengetatan atau pengurangan kredit

likuiditas dari Bank Indonesia kepada semua bank pemerintah, maka semua bank pemerintah

diberikan kebebasan menetapkan kebijakan dalam bidang kredit dengan tetap memperhatikan

asas perkreditan yang sehat. Dalam pengerahan dana masyarakat, bank pemerintah diberikan

kebebasan menentukan suku bunga deposito dan semua bank tidak lagi tergantung pada Bank

Indonesia dalam hal menghimpun dana murah dan mendapatkan pinjaman. Dengan

kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa pengendalian moneter oleh Bank Indonesia

sebelum 1 Juni 1983 dilaksanakan dengan cara langsung, yaitu :

a. Pagu kredit di semua bank ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan pembatasan plafon

kredit yang diberikan oleh Bank Umum.

b. Cadangan di bank ditetapkan oleh Bank Indonesia, seperti penentuan cadangan wajib

bank dan cadangan lainnya.

Page 35: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

31

Setelah 1 Juni 1983 hingga saat ini pengendalian moneter dilaksanakan dengan cara tidak

langsung, yaitu :

a. Penentuan jumlah cadangan wajib bank.

Bank Indonesia menentukan jumlah cadangan wajib bank dengan suatu peraturan

tertentu. Yang dimaksud dengan cadangan wajib bank adalah suatu jumlah persediaan

uang di bank dalam jumlah tertentu yang berbentuk uang kas untuk menjaga kemampuan

sebuah bank dalam memenuhi kewajibannya setiap saat. Cadangan wajib bank yang

meningkat atau menurun akan menyebabkan naiknya atau turunnya tingkat bunga kredit.

Disamping penentuan cadangan wajib bank yang berguna bagi bank, penentuan cadangan

wajib bank juga berguna bagi Bank Indonesia dalam hal menentukan jumlah uang

beredar. Dengan penentuan jumlah cadangan wajib bank yang meningkat atau menurun,

berarti jumlah uang beredar akan menurun yang disertai dengan naiknya tingkat bunga

atau meningkat yang disertai dengan turunnya tingkat bunga. Dapat juga dikatakan

bahwa, dengan peningkatan atau penurunan cadangan wajib bank menyebabkan turunnya

atau naiknya kemampuan bank dalam pemberian kredit pada masyarakat.

b Operasi Pasar Terbuka.

Campur tangan Bank Indonesia dalam pasar uang dilakukan dengan pelaksanaan

kebijakan operasi pasar terbuka, yaitu dengan cara membeli atau menjual surat berharga

seperti Government bill, Banker acceptance dan lain-lainnya. Jika jumlah uang beredar

ingin dikurangi, Bank Indonesia menjual surat berharga, atau sebaliknya. Umumnya,

kebijakan operasi pasar terbuka diterapkan oleh Bank Indonesia dengan sasaran

mengubah suku bunga. Jika suku bunga diperkirakan akan meningkat di masa yang akan

datang sehingga perekonomian menjadi merosot, Bank Indonesia dapat menurunkan suku

bunga dengan membeli surat berharga. Sebaliknya, jika diperkirakan suku bunga akan

menurun di masa yang akan datang sehingga perekonomian menjadi sulit, Bank Indonesia

dapat menaikan suku bunga dengan menjual surat berharga.

c. Fasilitas Diskonto

Kesulitan yang dialami oleh semua bank yang sehat dalam perubahan

perekonomian dapat diatasi dengan pemberian fasilitas kredit untuk sementara waktu oleh

Bank Indonesia, misalnya untuk jangka 1 minggu atau 2 minggu. Bantuan itu disebut

dengan fasilitas diskonto. Dengan dasar bank yang sehat namun mengalami kesulitan

likuiditas, mungkin karena salah urus atau miss match, dapat dibantu oleh Bank Indonesia

Page 36: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

32

dengan fasilitas diskonto. Dengan bantuan itu, bank yang sehat namun salah urus tidak

mengalami gangguan likuiditas sehingga tetap dapat beroperasi dengan baik.

d Imbauan atau moral suasion

Bank Indonesia dapat mengeluarkan suatu imbauan pada semua bank agar semua

bank melaksanakan kegiatan sesuai dengan imbauan sehingga semua bank terhindar dari

risiko, misalnya bank diimbau mengurangi kredit karena akan terjadi inflasi dan imbauan

lainnya. Efektifitas imbauan Bank Indonesia terhadap semua bank sangat tergantung pada

pendekatan yang diterapkan oleh Bank Indonesia kepada bank yang mengalami kesulitan.

Soal-soal untuk latihan 1. Sebutkan dan jelaskan manfaat bank bagi masyarakat !

2. Apakah semua bank dapat menerima fasilitas diskonto ? Jelaskan !

3. Mengapa bank mengalami kesulitan dalam perekonomian yang merosot ? Jelaskan

!

BAB III MANAJEMEN AKTIVA BANK

3.1 Pengertian

Semua uang atau dana yang ada di sebuah bank bersumber dari dalam bank atau intern

bank dan dari luar bank atau extern bank. Uang atau dana bank yang bersumber dari dalam

Page 37: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

33

bank berasal dari pemilik atau pemegang saham bank dan dari keuntungan bank. Uang atau

dana bank yang berasal dari pemilik bank berbentuk modal disetor, sumbangan, dan deposit

dari pemegang saham. Uang atau dana bank yang berasal dari keuntungan bank berbentuk

laba berjalan, laba tahun lalu, dan cadangan. Uang atau dana yang bersumber dari luar bank

atau extern bank berbentuk simpanan masyarakat seperti giro, tabungan, dan deposito serta

pinjaman.

Umumnya simpanan berupa tabungan diberi nama beraneka macam oleh bank seperti

tabungan hari tua, tabungan hari raya, tabungan masa depan, simpanan uang kuliah, dan lain-

lainnya. Demikian juga dengan deposito, bank sering membedakan menjadi deposito

berjangka, deposit on call, sertifikat deposito dan lain-lainnya. Deposito berjangka adalah

simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut

perjanjian nasabah penyimpan. Deposit on call adalah simpanan yang hanya dapat ditarik

dengan syarat pemberitahuan sebelumnya. Sertifikat deposito adalah simpanan dalam

bentuk deposito yang sertifikat bukti simpanannya dapat dipindahtangankan. Simpanan

berjangka yang diblokir oleh bank tidak termasuk simpanan berjangka. Uang atau dana yang

ada di sebuah bank yang bersumber dari masyarakat disebut Dana Pihak Ketiga atau DPK.

Masyarakat yang menyimpan dana di bank dapat dikelompokan menjadi masyarakat individu,

lembaga atau badan, dan pemerintah.

Setiap bank mencatat semua dana dalam akuntansi bank dan menampilkan semua dana

tersebut pada sisi kanan neraca atau pasiva neraca bank dalam bentuk akun giro, tabungan,

deposito, sumbangan, pinjaman, antar bank pasiva, cadangan, modal disetor, laba tahun lalu,

dan laba tahun berjalan. Komposisi semua dana bank merupakan struktur keuangan bank dan

dalam struktur keuangan tersebut terdapat struktur modal bank atau struktur modal sebuah

bank merupakan bagian dari struktur keuangan sebuah bank. Struktur modal bank hanya

terdiri dari dana bank yang bersumber dari dalam bank atau intern bank seperti cadangan,

modal disetor, laba tahun lalu, dan laba berjalan.

Dana yang ada di bank dipergunakan oleh bank sebagaimana tercatat dalam akun

tertentu pada aktiva neraca bank atau sisi kiri neraca bank seperti tercatat dalam bentuk kredit,

penempatan di bank lain atau di lembaga keuangan lain, penanaman berupa surat berharga,

inventaris bank dan aktiva tetap, rupa-rupa aktiva, dan berbentuk uang kas bank. Secara

khusus, jumlah maksimum dana yang disalurkan untuk kredit, penempatan, penanaman, untuk

pengadaan inventaris dan aktiva tetap diatur oleh otoritas supaya bank dapat tumbuh dengan

baik dan pengaturan itu akan dibahas dalam bab tentang tingkat kesehatan bank.

Page 38: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

34

3.2 Penyaluran, Penempatan, dan Penanaman Dana Bank

Aktiva neraca atau sisi kiri neraca sebuah bank diperinci menjadi akun penyaluran

dana bank, penempatan dana bank, dan penanaman dana bank disamping akun lainnya seperti

akun kas, akun antar bank aktiva, akun aktiva tetap, akun inventaris, akun aktiva lain, dan

akun lainnya. Jumlah atau total aktiva neraca bank adalah sama dengan total pasiva neraca

bank. Jumlah semua akun dalam pasiva neraca bank adalah jumlah total dana bank yang

kemudian teralokasikan kedalam pos penyaluran dana bank, penempatan dana bank dan

penanaman dana bank sebagaimana tertulis dalam akun-akun aktiva neraca bank.

Penyaluran dana bank adalah dana bank yang dijadikan pinjaman atau kredit untuk

mana dana tersebut menjadi produktif yaitu menghasilkan bunga kredit. Pada umumnya,

sebagian besar pendapatan bank bersumber dari bunga kredit walaupun ada juga bank yang

pendapatannya sebagian besar bukan dari bunga kredit seperti pendapatan dari jasa

pengiriman uang dan sejenisnya yang disebut dengan fee based income. Umum, sebagian

kecil dana bank digunakan untuk pengadaan inventaris, aktiva tetap, dan aktiva lainnya

karena pengadaan itu berfungsi sebagai fasilitas dalam melaksanakan kegiatan usaha bank

atau bukan mendatangkan pendapatan.

Penempatan dana bank adalah dana bank yang disimpan sementara di bank lain atau di

lembaga keuangan lain yang umumnya berbentuk tabungan, deposito, giro, dan bentuk lain

yang disamakan dengan itu. Penempatan dana bank dilakukan karena dana bank dimaksud

belum disalurkan berupa kredit dan dengan penempatan itu bank memperoleh pendapatan

bunga. Besarnya pendapatan bunga tersebut tidak sebesar pendapatan bunga dari kredit yang

disalurkan karena penemparan itu hanya bersifat sementara dan juga untuk menjaga likuiditas

bank.

Penanaman dana bank seperti dalam bentuk saham dan obligasi, juga merupakan cara

memproduktifkan dana bank. Bank memperoleh pendapatan berupa pembagian keuntungan

atau deviden atas penanaman dana yang berbentuk saham dan mendapatkan bunga atas

penanaman dana yang berbentuk obligasi. Umumnya, penanaman dana bank dilakukan jika

bank belum dapat menyalurkan dana dimaksud dalam bentuk kredit sesuai dengan jumlah

yang direncanakan dan/atau karena bank memiliki dana lebih besar dari rencana kreditnya.

Penanaman dana bank tidak akan terjadi jika seluruh dana bank telah disalurkan untuk kredit

atau penanaman dana bank dilakukan hanya untuk menyalurkan dana bank yang belum

dijadikan kredit. Oleh karena itu, penanaman dana bank juga bersifat sementara. Jika bank

Page 39: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

35

telah mampu menyalurkan semua dana dalam bentuk kredit, penanaman dana bank tidak akan

dilakukan atau bahkan bank akan menjual secepatnya saham atau obligasi yang dimiliki

sebelumnya untuk dijadikan kredit apalagi tingkat suku bunga lebih tinggi dari deviden atau

untuk memenuhi kewajiban likuid. Dalam hal demikian, penanaman dana dilakukan sebagai

penyangga disamping untuk mendapatkan hasil bagi bank.

Pengelolaan dana sebuah bank selalu dikaitkan supaya pendapatan bank meningkat

agar bank mampu menutup biaya, risiko, pajak, dan memperoleh keuntungan. Cara

memproduktifkan dana bank adalah dengan menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit,

menanamkan dan menempatkan dana di bank lain atau di lembaga keuangan lain yang

didasarkan pada beberapa prinsip :

a. Kredit yang disalurkan kepada masyarakat merupakan bentuk penyaluran dana bank yang

sah atau legal karena berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara

bank dengan peminjam sehingga peminjam wajib melunasi utangnya sesuai dengan

jangka waktu tertentu dengan memberikan bunga, imbalan atau pembagian hasil usaha.

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank dilaksanakan dalam sistem dan prosedur yang

ditentukan oleh pengurus bank serta dengan pengikatan yang kuat secara hukum dan

memenuhi aturan perbankan. Jumlah dana yang disalurkan berupa kredit adalah sejumlah

tertentu diatas jumlah tertentu uang tunai yang wajib dibentuk oleh bank atau legal

reserve requirement yang disingkat LRR. Jumlah LRR minimal umumnya diatur oleh

otoritas.

b. Umumnya, likuiditas bank selalu dipertahankan dengan menyediakan sejumlah tertentu

uang tunai diatas cadangan wajib minimum atau Excess Legal Reserve Requirement yang

disingkat ELRR dan tersalurkan jumlah kredit sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

c. Penyediaan dana bank untuk kredit sesuai dengan rencana penyaluran kredit yang

umumnya selalu meningkat supaya sumber pendapatan utama bank menjadi meningkat.

d. Penanaman atau penempatan dana bank dilakukan setelah bank memenuhi jumlah

penyaluran kredit sesuai dengan yang direncanakan dan terwujudnya likuiditas bank

minimal sama dengan LRR. Penanaman dan penempatan dana bank bersifat sementara

karena penanaman dan penempatan dana bank bukan tujuan utama bagi bank. Penanaman

dan penempatan dana bank dilakukan untuk memproduktifkan dana bank sebelum

dijadikan kredit atau sebelum bank melakukan pembayaran. Oleh karena penanaman

dana bersifat sementara, maka kriteria penanaman harus memenuhi 3 kriteria, yaitu :

a) Penanaman dana bank harus berkualitas tinggi dan berisiko rendah atau high quality

dan low default.

Page 40: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

36

b) Penanaman dana bank menghasilkan pendapatan segera, permanen dan tetap atau

short term maturity revenue.

c) Jika penanaman dana bank diubah menjadi uang tunai, bentuk penanaman itu dapat

segera dapat dijual atau marketable short notice.

Penanaman dana bank berbentuk surat berharga atau bentuk lain dilakukan setelah

bank memenuhi keperluan dana untuk kredit dan likuiditas serta penanaman itu dapat

sewaktu-waktu dihentikan atau dikurangi dengan menjual kembali surat berharga atau

bentuk lainnya. Dengan penanaman yang sewaktu-waktu dapat dihentikan atau dikurangi,

maka penanaman itu merupakan penyangga dana bank. Untuk melakukan perimbangan

antara fungsi penanaman dana bank sebagai penyangga dan pendapatan yang diperoleh,

bank sering melaksanakan pola penanaman dana menurut Barbell atau Ladder of

Maturity. Penanaman dana bank dengan pola Barbell merupakan penanaman dana bank

pada sebagian terbesar surat berharga jangka pendek dan sebagian terkecil pada surat

berharga dalam jangka waktu panjang. Umumnya bank memilih pola penanaman dana

menurut Barbell karena pola penanaman itu dapat segera diubah menjadi uang tunai.

Kelemahan pola ini sering diatasi dengan pola Ladder of Maturity. Cara penanaman dana

dengan pola Barbell sangat cocok diterapkan pada situasi saat tingkat bunga uang

mengalami kenaikan atau dalam posisi pertambahan penanaman dana dengan pendapatan

bunga meningkat. Penanaman dana dengan pola Barbell dapat ditunjukan dalam

Gambar 5. Investasi, Bunga (Rp)

0 2 3 4 5 6 7 8 9 Maturity (th)

Gambar 5 Penanaman Dana dengan pola Barbell

Page 41: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

37

Sebagian besar bank sering tidak menerapkan penanaman dana dengan satu pola,

tetapi dengan pola kombinasi dari dua (2) pola untuk mengatasi risiko atau kesulitan yang

mungkin terjadi dikemudian hari. Semua dana bank yang ditanam dalam surat berharga

dilakukan dengan pola rata-rata dalam jumlah yang sama untuk semua jangka waktu

sehingga jatuh temponya menjadi berurutan. Cara penanaman ini disebut dengan pola

Ladder of Maturity, seperti dalam Gambar 6.

Investasi Bunga (Rp).

0 1 2 3 4 5 6 7 Maturity (th).

Gambar 6 Penanaman Dana dengan pola Ladder of Maturity

Penanaman dana dengan pola Ladder of Maturity sangat mudah diikuti karena

tidak memperhitungkan prediksi tingkat bunga di masa mendatang seperti pertimbangan

dengan pola Barbell. Walaupun demikian, pola Ladder of Maturity memiliki beberapa

kelemahan, yaitu :

a. Mengabaikan kemungkinan menikmati keuntungan karena adanya peningkatan suku

bunga di masa datang dalam pasar uang.

b. Jika diperlukan tingkat likuiditas yang tinggi, bank harus mencairkan surat berharga

yang belum jatuh tempo walaupun bank menderita rugi karena suat berharga tersebut

mungkin dijual di bawah harga beli.

Penanaman dana bank dalam bentuk surat berharga memiliki beberapa risiko, yaitu:

a. Risiko kesulitan dalam menjual kembali surat berharga. Kesulitan itu merupakan

risiko marketing atau marketability risk yang terjadi karena surat berharga tidak

memiliki pasar sekunder.

b. Tingkat bunga yang dibayar dikemudian hari dari dana yang ditanam dalam surat

berharga dapat menurun sehingga pendapatan bank menurun. Pendapatan bank yang

Page 42: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

38

menurun merupakan resiko tingkat bunga atau interest rate risk yang terjadi karena

adanya perubahan pasar uang.

c. Risiko kesulitan mengubah surat berharga menjadi uang tunai dikemudian hari.

Kesulitan itu merupakan risiko kredit atau credit risk yang terjadi jika penerbit surat

berharga tidak dapat membayar kembali surat berharga yang diterbitkannya.

d. Risiko menurunnya daya beli dari dana yang tertanam dalam surat berharga, yang

merupakan risiko daya beli atau purchased power risk karena adanya perubahan nilai

uang dalam pasar uang.

Hubungan antara penghasilan atau return dan risiko atau risk umumnya positif yaitu

semakin tinggi penghasilan dari suatu penanaman dana, akan semakin tinggi kemungkinan

tertimpa risiko atau sebaliknya. Untuk mengatasi risiko dalam setiap penanaman dana bank

umumnya bank melakukan penanaman dana dalam jangka pendek. Selain bentuk penanaman

dana bank berupa surat berharga, penanaman lain dapat dilakukan dalam bentuk :

a. Pemberian pinjaman on call,

b. Penanaman dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia atau SBI,

c. Penanaman dalam pembelian Surat Berharga Pasar Uang atau SBPU,

d. Pembelian Promissory notes,

e. Obligasi dan Saham.

Diantara bentuk penanaman dana di atas, bentuk penanaman dana yang paling disenangi oleh

bank adalah penanaman dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia atau SBI, karena :

a. SBI memiliki pasar yang luas dan tidak terbatas atau tidak terpengaruh oleh likuiditas

Bank Indonesia, walaupun tergantung pada target moneter yang ditetapkan oleh

Pemerintah. Kurve permintaan SBI berbentuk horisontal, sehingga elastisitasnya

sempurna.

b. SBI bebas dari risiko yang mungkin terjadi atau SBI tidak memiliki default risk karena

penerbitnya adalah Bank Indonesia yang memiliki kedudukan sebagai otoritas

moneter.

c. SBI sangat mudah diperjual belikan atau sangat marketable, karena penerbitnya

adalah Bank Indonesia yang memiliki likuiditas tinggi.

d. SBI dapat dijaminkan karena penerbitnya adalah Bank Indonesia, yang memiliki

kondisi yang stabil.

e. SBI merupakan surat berharga yang paling utama untuk dipakai sebagai jaminan di

Bank Indonesia dalam memperoleh bantuan diskonto dari Bank Indonesia.

Page 43: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

39

Bunga SBI atau bunga Surat Berharga Pasar Uang atau SBPU ditentukan dengan

sistem diskonto, yang memperhitungkan nilai nominal SBI, nilai tunai SBI, sisa jangka waktu

SBI dan tingkat diskonto yang disepakati. Nilai tunai SBI jika dijual sebelum jatuh tempo,

adalah : N x 360 P = ------------------- 3.1) 360 + (t x i) di mana : P = Nilai tunai SBI, jika dijual, N = Nilai nominal surat berharga SBI, t = Sisa jangka waktu SBI setelah saat dijual/disebut tenor i = Bunga diskonto yg disepakati oleh pembeli dan penjual.

Salah satu pertimbangan dalam menentukan pola penanaman dana bank adalah tingkat

bunga sebagaimana dalam pola penanaman dana yang telah diuraikan di depan karena bunga

uang di pasar uang dapat berubah-ubah dan kemudian mempengaruhi perubahan suku bunga

uang maupun suku bunga investasi. Naiknya suku bunga uang seperti bunga dana di pasar

uang membawa risiko berupa penurunan laba sebuah bank jika suku bunga kredit tidak

dinaikan atau sebaliknya. Untuk mencegah risiko penurunan laba sehingga bank tidak rugi

kecuali menaikan suku bunga kredit, bank mengubah komposisi aktiva maupun pasivanya

dalam periode berikutnya. Dampak perubahan tersebut merupakan suatu transmisi atau aliran

yang saling mempengaruhi, sehingga pengelola bank selalu memusatkan perhatiannya pada

pasar uang.

Disamping perubahan suku bunga di pasar uang, juga terjadi perubahan suku bunga di

pasar modal karena perubahan peluang investasi. Oleh karena itu, pasar modal dan pasar

uang sangat mempengaruhi kondisi perbankan.

Setiap bank selalu menata komposisi aktivanya untuk dapat mencapai pendapatan

yang tinggi atas volume usahanya atau Return on Assets atau ROA yang tinggi. Setiap bank

juga ingin memperoleh pendapatan yang tinggi atas modalnya atau ingin memperoleh Return

on Equity atau ROE yang tinggi. Penataan itu dimaksudkan juga untuk mengurangi risiko dan

juga supaya bank dapat memenuhi kewajibannya setiap saat atau supaya bank selalu memiliki

likuiditas yang tinggi serta mempertimbangkan perubahan kebijakan moneter, ekonomi, dan

lingkungan perbankan.

Kebijakan moneter yang ditetapkan oleh otoritas moneter bertujuan untuk

mengendalikan jumlah uang beredar di masyarakat dan menjaga kestabilan suku bunga uang.

Pengendalian tersebut akan berhasil dengan baik jika institusi perbankan dapat berperan

dengan baik sebagai lembaga perantara keuangan.

Page 44: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

40

Keadaan ekonomi secara umum dengan perilaku tingkat inflasi, neraca pembayaran,

konsumsi masyarakat, keinginan masyarakat dalam berinvestasi serta siklus perekonomian,

juga berpengaruh terhadap kinerja sebuah bank, sehingga sebuah bank mengadakan

penyesuaian atas aktivanya agar bank terhindar dari risiko kerugian. Naik atau turunnya

inflasi akan menyebabkan turun atau naiknya suku bunga riil yang diterima oleh penabung

atau kreditur, sehingga mendorong keinginan kreditur untuk menarik atau tidak menarik

simpanannya di bank. Kondisi tersebut menyebabkan simpanan masyarakat di bank menjadi

menurun atau meningkat sehingga kemampuan bank dalam menyalurkan kredit menjadi turun

atau naik. Perubahan simpanan masyarakat di bank menyebabkan bank segera menyesuaikan

kebijakannya dalam mengelola aktiva dan pasivanya untuk menghindari risiko.

Naik atau turunnya surplus neraca pembayaran akan menyebabkan naik atau turunnya

jumlah uang beredar di masyarakat, sehingga menyebabkan turun atau naiknya suku bunga

uang. Dengan perubahan itu, bank juga segera menyesuaikan kebijakannya untuk mengatasi

risiko kerugian. Uang beredar dalam arti sempit atau narrow money yang sering diberi notasi

M1 terdiri dari uang kartal dan uang giral. Uang kartal adalah uang kertas dan uang logam

serta uang giral adalah giro masyarakat di bank-bank. Uang beredar dalam arti luas atau

broad money yang sering diberi notasi M2 terdiri dari M1 ditambah dengan tabungan

masyarakat di bank-bank. Uang dalam arti paling luas atau M3, terdiri dari M1 ditambah M2

dan semua alat likuid yang dimiliki oleh masyarakat.

Perubahan konsumsi masyarakat mengubah keinginan masyarakat dalam menabung

sehingga terjadi perubahan kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat. Demikian

juga dengan perubahan keinginan masyarakat dalam berinvestasi, mengubah penyerapan

kredit oleh masyarakat, sehingga terjadi perubahan pendapatan bunga bank. Perubahan itu

sering terkait dengan perubahan siklus perekonomian.

Perubahan lingkungan industri perbankan seperti persaingan antar bank yang semakin

ketat, pengelolaan bank yang semakin efisien, permintaan kredit dari masyarakat semakin

bervariasi dan mobilisasi dana masyarakat semakin cepat, mengharuskan sebuah bank

melakukan penyesuaian dalam mengelola bank menuju yang lebih baik. Pengelolaan bank

yang baik dapat dilihat dari penyesuaian komposisi akun aktiva neraca bank yang semakin

mampu mengimbangi perubahan lingkungan industri perbankan.

Untuk memudahkan sebuah bank melakukan penyesuaian terhadap komposisi akun

aktiva neraca bank, masing-masing akun aktiva neraca sebuah bank dapat diuraikan, sebagai

berikut :

Page 45: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

41

a. Kas dan Dana Bank yang Disimpan di Bank lain. Jumlah uang tunai atau uang kas minimum yang ada di sebuah bank ditentukan

dengan dasar pemenuhan ketentuan kewajiban penyediaan minimum kas yang umumnya

diatur oleh otoritas moneter. Penentuan jumlah uang kas diatas minimum didasarkan pada

pemenuhan kebutuhan akan uang untuk program penyaluran kredit maupun untuk

memenuhi pembayaran yang harus dipenuhi oleh bank pada saat tertentu. Kewajiban

penyediaan uang kas minimum bank atau reserve requirement bank yang sering diberi

notasi rr merupakan jumlah uang tunai minimal yang disediakan oleh bank menurut aturan

yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Aturan yang ditetapkan oleh otoritas moneter

merupakan suatu aturan atas dasar kebijakan moneter untuk mengubah jumlah uang

beredar di masyarakat dalam jangka pendek. Artinya, dengan mengubah jumlah

penyediaan uang tunai di bank-bank, akan terjadi perubahan kredit sehingga mengubah

jumlah uang beredar di masyarakat. Dari kebijakan perubahan rr otomatis akan mengubah

bunga kredit. Meningkat atau menurunnya rr akan menyebabkan menurun atau

meningkatnya kemampuan bank dalam menyalurkan kredit atau terjadi kenaikan atau

penurunan suku bunga kredit. Meningkatnya suku bunga kredit akan mengurangi

permintaan masyarakat akan pinjaman atau kredit karena suku bunga yang tinggi akan

meningkatkan biaya investasi. Jumlah uang kas sesuai dengan rr dapat juga dikatagorikan

sebagai jumlah cadangan likuiditas bank dalam memenuhi kewajiban bank seperti

kewajiban memenuhi pembayaran tabungan dan giro yang ditarik oleh penabung, deposito

yang jatuh tempo, dan pinjaman bank yang jatuh tempo.

Umumnya, bank sering menyediakan uang tunai di atas pemenuhan kewajiban

penyediaan minimum kas atau terjadi excess reserve requirement atau err karena

kelebihannya dapat digunakan untuk memenuhi rencana penyaluran pinjaman atau kredit

dan penyediaan uang tunai untuk memenuhi pembayaran pada suatu saat. Disamping

dana bank yang berupa uang tunai, dana bank juga disimpan di bank lain berupa deposito,

tabungan, dan giro. Deposito, tabungan, dan giro tersebut merupakan penempatan dana

bank yang sifatnya sementara karena sewaktu-waktu ditarik oleh bank jika penyaluran

pinjaman atau kredit direalisir. Penempatan untuk sementara waktu dapat dilakukan agar

uang yang belum dijadikan pinjaman atau kredit memperoleh pendapatan bunga. Banyak

bank menggolongkan penempatan itu sebagai uang tunai karena sewaktu-waktu dapat

dijadikan uang tunai.

Page 46: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

42

b. Kredit yang disalurkan oleh bank Pinjaman atau kredit yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat merupakan

salah satu bentuk penggunaan dana bank yang menghasilkan pendapatan bank yang

berupa bunga kredit. Oleh karena itu, penyaluran kredit kepada masyarakat disebut

sebagai aktiva produktif. Sebagian pendapatan bank yang berupa bunga kredit

disisihkan yang digunakan sebagai cadangan untuk mengganti kredit non lancar jika

dikemudian hari benar-benar sebagian kredit non lancar tersebut tidak diangsur atau tidak

dilunasi oleh peminjam. Penyediaan jumlah penyisihan dari pendapatan bunga kredit

disebut pembentukan penyisihan aktiva produktif (PPAP). Tentang besarnya jumlah

penyisihan aktiva produktif akan dibahas dalam bab kesehatan bank. Disamping

pendapatan bunga disisihkan untuk mengganti kredit non lancar yang nantinya benar-

benar tidak mampu diangsur atau dilunasi oleh peminjam, pendapatan bunga juga

digunakan untuk penyediaan penghapusan aktiva tetap dan inventaris, menutup biaya

operasional bank dan biaya lain, pembentukan laba ditahan, dan pembagian keuntungan

atau deviden.

Pinjaman atau kredit yang disalurkan oleh bank ada yang tidak terkumpul kembali

atau tidak tertagih sesuai dengan perjanjian kredit. Umumnya bank membedakan

pengumpulan kembali pinjaman atau kredit yang disalurkan menjadi kredit lancar dan non

lancar. Kredit non lancar terdiri dari kredit yang kurang lancar, kredit yang diragukan,

dan kredit yang macet.

Jumlah kredit yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat bersumber dari dana

bank. Dana bank tercantum pada sisi pasiva neraca sebuah bank yang terdiri dari dana

sendiri maupun dana yang dihimpun dari masyarakat. Bank memiliki keleluasaan untuk

menghimpun dana dari masyarakat karena tugasnya sehingga bank memiliki kemampuan

yang besar dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat. Kemampuan tersebut tidak ada

pada lembaga keuangan non bank, namun lembaga keuangan non bank memiliki

kebebasan dalam penyertaan modal. Semua kewajiban lembaga keuangan bank berupa

uang dan semua kewajiban lembaga keuangan bukan bank tidak berupa uang (Hanson,

1983 halaman 31-33), Insukindro, 1993 halaman 27). Kedua lembaga tersebut memiliki

peranan dalam memperlancar pertukaran barang, jasa, dan penyaluran dana di masyarakat.

Aktiva produktif sebuah bank dapat berbentuk :

a) Dana yang disalurkan berbentuk kredit kepada masyarakat.

b) Dana yang ditempatkan dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito di bank lain

atau lembaga keuangan lain.

Page 47: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

43

c) Dana yang ditanamkan dalam bentuk obligasi dan saham.

Aktiva produktif bank sebagian besar disalurkan berupa kredit kepada masyarakat.

Jumlah maksimum dana bank yang disalurkan dalam bentuk kredit untuk setiap debitur

umumnya diatur oleh otoritas moneter. Pengaturan itu disebut Batas Maksimum

Pemberian Kredit (BMPK) atau Legal Lending Limit (L3).

Penyediaan uang atau dana oleh bank berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dan mewajibkan pihak lain melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan memberikan bunga, imbalan atau

pembagian hasil usaha disebut pinjaman atau kredit menurut UU no. 10 Thn 1998 tentang

Perbankan. Dana yang tersimpan di bank sebagian terbesar bersumber dari masyarakat,

sehingga penggunaan dana tersebut, penempatan dan penanamannya dilakukan dengan

baik supaya kemudian dana tersebut terkumpul kembali sesuai dengan aturan yang

disepakati antara peminjam dan bank sehingga bank dapat memenuhi kewajiban pada

saatnya. Pedoman dan pelaksanaan penyaluran dana untuk kredit dilakukan dengan

mempertimbangkan tingkat bunga kredit yang dapat menutup semua biaya dana, biaya

operasional bank, dan deviden (pembagian keuntungan), cadangan, laba, dan lain-lainnya.

Oleh karena itu, kredit dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu :

a). Tujuan kredit adalah untuk mendapatkan laba bank dan meningkatkan kegiatan

perekonomian masyarakat. Kegiatan perekonomian masyarakat umumnya didahului

oleh kegiatan perusahaan dengan menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat akan produk dan jasa.

b). Fungsi kredit adalah untuk meningkatkan daya guna uang berupa penggunaan sebagai

modal usaha oleh perusahaan, meningkatkan peredaran dan lalu lintas pembayaran

seperti terbentuknya giro di bank, sebagai alat kebijakan pemerintah dalam

meningkatkan perekonomian dan lapangan kerja, dan sebagai alat untuk pemerataan

pendapatan masyarakat.

c). Jenis kredit dapat dibedakan menurut sifatnya yaitu dengan perjanjian dan tanpa

perjanjian, menurut tujuan penggunaannya yaitu kredit modal kerja, kredit investasi

dan kredit konsumsi, menurut jangka waktunya yaitu kredit jangka pendek, jangka

menengah dan jangka panjang, menurut jaminannya yaitu kredit dengan agunan dan

tanpa agunan dan menurut kolektibilitasnya yaitu kredit lancar, kredit dalam

pengawasan, kredit kurang lancar, kredit yang diragukan, dan kredit macet.

Penyaluran dana bank untuk kredit dipengaruhi oleh variabel cadangan wajib bank, tingkat

bunga kredit, biaya opportunity peminjaman uang, biaya dan bunga seluruh deposito dan

Page 48: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

44

tabungan serta biaya lainnya (Melitz dan Pardue, 1993, Insukindro, 1993). Dari variabel

tersebut dapat dibuat model analisis atau rumus penyaluran kredit, misalnya :

PK = f (rr, ic, ib, BD) 3.2)

di mana :

f1, f2, f4 > 0, yang artinya rr, ic dan BD tertutup atau tidak merugi kan bank. f3 < 0, yang artinya biaya ib jika dana ditanamkan atau ditempatkan. PK = Plafon kredit yang dikeluarkan oleh bank. rr = Cadangan wajib bank. ic = Tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan. ib = Biaya opportunity meminjamkan uang. BD = Biaya dan bunga rata-rata tabungan dan deposito di bank.

Kelancaran angsuran pokok atau pelunasan kredit akan menentukan tingkat

produktifitas aktiva produktif. Aktiva produktif yang berkualitas adalah terkumpulnya

kembali dana yang disalurkan berupa kredit sesuai dengan perjanjian yang disepakati oleh

debitur dengan bank. Debitur sering kali tidak memenuhi perjanjian kredit yang telah

disepakati sehingga aktiva produktif menjadi kurang atau tidak berkualitas.

Setiap bank mengelola aktiva produktifnya dengan baik sehingga semua aktiva

produktifnya menjadi lancar atau terhindar dari risiko ketidaklancaran angsuran pokok

dan pelunasannya. Risiko kredit terjadi sebagai akibat dari adanya jangka waktu antara

saat pemberian kredit atau prestasi dengan kontra prestasi atau pembayaran angsuran

pokok dan bunga kredit. Untuk mencegah supaya aktiva produktif atau kredit tidak

menjadi non lancar, kredit yang disalurkan oleh bank harus memenuhi beberapa unsur :

a) Waktu.

Kredit dapat dikelompokan menurut jangka waktunya seperti kredit dengan jangka

waktu pendek atau kurang dari 1 tahun, jangka waktu menengah atau lebih dari 1

tahun dan sampai 5 tahun, dan jangka waktu panjang atau di atas 5 tahun. Jangka

waktu kredit adalah suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi atau

realisasi kredit dengan kontra prestasi atau bunga dan angsuran yang akan diterima

pada masa yang akan datang. Penentuan jangka waktu kredit didasarkan pada

pertimbangan ; Pertama, status dana bank. Dana bank yang berstatus deposito

berjangka dapat dijadikan kredit dengan jangka waktu yang tidak lebih panjang dari

jangka waktu deposito tersebut, kecuali kredit yang bersumber dari rata-rata deposito

mengendap sepanjang waktu yang dapat dijadikan kredit jangka panjang. Kredit

dengan dana program dapat disesuaikan dengan jangka waktu program kredit. Kredit

dengan sumber dana dari modal bank dapat dilakukan dalam jangka waktu panjang

Page 49: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

45

karena modal bank adalah dana milik bank yang selamanya ada di bank. Kedua,

kemampuan debitur dalam mengangsur atau melunasinya. Kemampuan debitur dalam

mengangsur kredit sehingga pinjamannya menjadi lunas sesuai dengan jangka waktu

dana yang diperuntukan untuk kredit, misalnya dana yang bersumber dari tabungan

atau deposito. Jika kemampuan debitur sangat rendah, jangka waktu kredit adalah

pendek dan/atau kredit kecil. Ketiga, prospek usaha dan pendapatan debitur. Debitur

yang memiliki prospek usaha yang cerah di masa datang atau minimal pemasukan atau

pandapatannya tetap, dapat diberikan kredit dengan jangka waktu menengah atau

panjang. Demikian juga sebaliknya.

b) Agunan.

Kredit yang diberikan oleh bank dengan jaminan agunan berupa aktiva tetap atau

aktiva tidak bergerak seperti tanah dan gedung atau aktiva bergerak seperti barang

dagangan dan sejenisnya baik milik peminjam atau milik pihak lain yang dikuasakan

pada peminjam dan jaminan pribadi atau personal atau perusahaan sebagai penanggung

atau avalist apabila peminjam tidak menepati janji untuk mengangsur atau melunasi,

akan memberikan jaminan lancarnya pengembalian dari peminjam karena peminjam

akan terikat untuk mengangsur atau melunasi pinjamannya jika dibanding dengan

kredit tanpa agunan. Peminjam akan lebih bertanggung jawab untuk melunasi

pinjamannya jika dibanding dengan kredit tanpa agunan. Jika tanggung jawab

peminjam tidak dipenuhi sehingga pinjamannya tidak diangsur atau tidak dilunasinya,

pihak bank dapat menjual agunan kredit yang dijaminkan untuk mengembalikan uang

bank seperti semula. Oleh karena itu, agunan kredit berupa aktiva tetap merupakan

back up dari kredit yang non lancar.

c) Bunga kredit.

Sistem penentuan suku bunga kredit sehingga menemukan suku bunga kredit dengan

tingkat tertentu yang mencerminkan tertutupnya seluruh biaya dana, biaya operasional

bank, tertutupnya kemungkinan bank tertimpa risiko, dan juga dapat memberikan

keuntungan pada bank. Umumnya bank menentukan penetapan suku bunga kredit per

bulan secara tetap atau flat atau menurun.

d) Tipe.

Setiap peminjam atau debitur memiliki kegiatan usaha dengan bentuk dan jenis usaha

yang berbeda-beda sehingga pinjaman yang diinginkannya digunakan sesuai dengan

tipe usaha peminjam. Bank akan memantau penggunaan kredit yang telah dikeluarkan

itu supaya benar-benar dengan kredit itu peminjam menjadi lebih mampu

Page 50: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

46

mengembangkan usahanya sehingga dikemudian hari mampu juga mengangsur atau

melunasinya. Umumnya, tipe kredit yang disalurkan berupa kredit perdagangan,

kredit pertanian, kredit industri, dan lain-lainnya.

e) Golongan kredit.

Pihak yang berhubungan dengan bank adalah warga masyarakat atau perorangan,

lembaga atau badan, dan pemerintah. Dengan demikian, kredit bank dapat disalurkan

untuk perseorangan, untuk kelompok, dan untuk pemerintah.

Seperti diuraikan diatas bahwa suku bunga kredit ditetapkan agar supaya bank dapat

menutup kemungkinan tertimpanya risiko. Risiko yang terkait dengan kredit adalah

kemungkinan tidak tertagihnya pinjaman yang disalurkan oleh bank baik sebagian

maupun seluruhnya karena suatu sebab, seperti kenakalan debitur yang sengaja tidak

mengangsur pokok atau tidak melunasi pinjaman walaupun sebenarnya debitur mampu

mengangsurnya. Risiko kredit berdasarkan beberapa katagori menurut tingkat

pengembaliannnya atau tingkat kolektibilitasnya (untuk BPR), yaitu :

a. Kredit kerkualitas lancar atau kredit lancar atau kredit kolektibilitas 1,

b. Kredit berkualitas non lancar, dibedakan menjadi :

1) Kredit kurang lancar atau kredit kolektibilitas 2,

2) Kredit diragukan atau kredit kolektibilitas 3,

3) Kredit macet atau kredit kolektibilitas 4.

Kolektibilitas kredit (untuk Bank Umum) dikelompokan menjadi :

a. Kredit berkualitas lancar atau disebut kredit lancar atau kredit kolektibiltas 1,

b. Kredit berkualitas non lancar, dibedakan menjadi :

1). Kredit dalam pengawasan khusus atau kredit kolektibilitas 2,

2). Kredit kurang lancar atau kredit kolektibilitas 3,

3). Kredit yang diragukan atau kredit kolektibilitas 4,

4). Kredit yang macet atau kredit kolektibilitas 5.

Pengklasifikasian kredit kedalam kredit non lancar adalah untuk menafsir

kemungkinan kerugian bank yang bersumber dari kredit sehingga dapat ditentukan jumlah

pembentukan penyisihannya aktiva produktif. Pembentukan penyisihan yang cukup

didapat dari pendapatan (bunga) aktiva produktif atau kredit. Jumlah pembentukan

penyisihan aktiva produktif yang cukup wajib dibentuk oleh bank sesuai dengan ketentuan

otoritas seperti jumlah cadangan penyisihan aktiva produktif yang wajib dibentuk oleh

Bank Perkreditan Rakyat atau BPR ditentukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 13/26/PBI/2011, tertanggal 28-12-2011, adalah :

Page 51: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

47

a) 0,5% dari aktiva produktif yang klasifikasi lancar atau L, ditambah

b) 10% dari aktiva produktif yang kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan yang

dikuasai atau KL, ditambah

c) 50% dari aktiva produktif yang diragukan setelah dikurangi nilai agunan yang dikuasai

atau D, ditambah

d) 100% dari aktiva produktif yang macet setelah dikurangi nilai agunan yang dikuasai

atau M.

Pendapatan utama usaha bank diperoleh dari bunga kredit, sehingga penentuan

tingginya bunga kredit merupakan variabel utama dalam mewujudkan pandapatan bank.

Dengan adanya pendapatan bank yang cukup, dapat membentuk jumlah pembentukan

penyisihan aktiva produktif yang cukup dan tertutupnya biaya dan pengeluaran bank.

Pendapatan bank setelah dikurangi biaya dan pengeluaran, didapat laba bank. Persentase

laba bank yang diharap atas dana yang ada, ditentukan dengan model :

Pendapatan bersih atau Net Income a). Laba bersih yang diharapkan = ------------------------------------------- x 100% 3.3) (Expected Net Profit) Investasi bersih atau Net Investement b). Tambahan biaya dana Loan income - Loan expenses dan tambahan untung = ------------------------------------- x 100% 3.4) (Margin cost of fund & profit) Net bank fund employed

di mana : Loan incomes = pendapatan bunga uang, Loan expenses = semua pengeluaran langsung dan tidak langsung dalam proses kredit dan penagihan. Net bank fund employed = rata-rata jumlah pinjaman.

Untuk menghindari rendahnya atau turunnya produktifitas aktiva produktif khususnya

pinjaman atau kredit, umumnya setiap bank menyalurkan pinjaman atau kredit dengan

mempertimbangkan dua faktor yaitu faktor jaminan atas pinjaman atau kredit dan faktor

nominal pinjaman atau kredit yang akan diberikan. Sebuah pinjaman atau kredit dijamin

akan lancar jika memenuhi persyaratan 5C dan 4P serta tidak melebihi jumlah tertentu dari

jumlah sepantasnya untuk seorang peminjam atau sekelompok peminjam atau badan yang

sering disebut tidak melebihi Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

a) Jaminan atas pinjaman atau kredit yang akan disalurkan telah memenuhi persyaratan 5C dan 4P, yaitu : 1) Watak atau character calon debitur

Watak atau kepribadian seseorang ditunjukan oleh tingkah laku dan pandangan

hidupnya sehari-hari baik secara individual maupun secara kelompok. Watak suatu

badan atau perusahaan diketahui dari perkembangan neraca, rugi laba dan

Page 52: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

48

perubahan modal badan atau perusahaan yang bersangkutan dan aspek lain yang

berkaitan dengan usaha. Watak calon debitur secara individual, badan atau

perusahaan sangat penting diketahui oleh bank karena akan mempengaruhi tingkat

kelancaran angsuran pokok atau pelunasan pinjaman oleh calon debitur. Individu,

badan atau perusahaan yang berwatak atau berprilaku baik yang dilihat dari 9 aspek

seperti iktikad untuk taat akan janji, jujur, berintegrasi, berkompeten, berambisi

tertentu, gaya hidup, ulet, memiliki visi yang baik dan keteraturan hidup untuk

kredit konsumsi dan 8 aspek seperti iktikad untuk taat akan janji, jujur,

berintegrasi, berkompeten, berambisi tertentu, ulet, memiliki visi yang baik dan

ketertiban untuk kredit modfal kerja dan investasi, menjadi dasar utama bank

dalam memberikan pinjaman atau kredit. Bank akan mengetahui watak calon

peminjam atau debitur dari 8 atau 9 aspek dengan 5 instrumen penilaian, seperti :

(a) Instrumen pertemuan dan wawancara. Petugas bank melakukan pertemuan dan

wawancara pada calon debitur untuk mengetahui iktikad, kejujuran, integritas,

kompetensi, ambisius, gaya hidup, keuletan, visioner, dan keteraturan hidup

calon debitur.

(b) Instrumen informasi dari lingkungan calon debitur. Informasi yang didapat

petugas dari lingkungan dapat berupa kejujuran, integritas, kompetensi, dan

ambisius calon debitur.

(c) Instrumen bukti pembayaran atas berbagai hal. Bukti pem-bayaran atas suatu

kewajiban yang baik seperti pembayaran listrik dan air adalah bukti calon

debitur berintegritas baik.

(d) Instrumen perhatian atas fasilitas atau pengamatan terhadap prilaku calon

debitur sehingga dapat diketahui gaya hidup dan keuletan calon debitur.

(e) Instrumen membaca, menganalisa dan diskusi laporan keuangan calon debitur

untuk dapat mengetahui keuletan calon debitur.

Dengan mengetahui 9 aspek melalui 5 instrumen, dapat disimpulkan watak calon

debitur misalnya calon debitur berwatak kurang baik, cukup baik, baik, dan sangat

baik seperti contoh Tabel 00. Demikian pula dengan mengetahui 8 aspek melalui 5

instrumen, dapat disimpulkan watak Direktur/Manajemen/Pemilik/Yang mewakili

perusahaan berwatak kurang baik, cukup baik, baik, dan sangat baik sebagai contoh

dalam Tabel 00. Individu, badan atau perusahaan yang berwatak baik, umumnya

dapat mengangsur pokok atau melunasi pinjamannya sesuai dengan perjanjian

Page 53: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

49

kredit. Analisis tentang watak calon peminjam merupakan analisis yang utama

dalam menyalurkan pinjaman atau kredit.

Tabel 00

Aspek dan Instrumen Carakter Calon Debitur Kredit Konsumsi dengan Debitur sebagai Pegawai/Karyawan/Pebisnis

ASPEK INDIKASI INSTRUMEN BOBOT Iktikad Sikap dan pandangan calon

debitur saat diwawancarai oleh petugas bank (mungkin tidak menatap). Calon debitur mengalihkan perhatian petugas.

Petugas bank bertemu dan mewancarai langsung calon debitur.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Kejujuran Calon debitur tidak koope-ratif dengan petugas bank. Jawaban calon debitur atas pertanyaan petugas bank sering tidak konsisten. Tujuan penggunaan pinjam- an yang akan diterima tidak sesuai dengan surat permo-honan pinjaman

Petugas bank bertemu dan mewawancarai langsung calon debitur. Informasi dari tetangga dan lingkungan calon debitur.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Integritas Calon debitur berhubungan baik dengan lingkungan. Jika debitur mempunyai ke-wajiban, nominalnya menu-run. Calon debitur tidak memi- liki hubungan buruk dengan bank.

Petugas bank bertemu dan mewawancarai langsung calon debitur. Informasi dari lingkungan calon debitur. Kelancaran pembayaran atas kewajiban-kewajiban calon debitur.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Kompetensi Kegiatan atau usaha debitur sudah cukup lama Calon debitur mengerti dan memahami kondisi pekerja-an atau perusaha annya. Kedudukan calon debitur dalam kegitan atau usaha. Kegiatan atau usaha calon debitur berkembang.

Petugas bank bertemu dan mewawancarai langsung calon debitur. Informasi dari lingkungan calon debitur.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Ambisius Calon debitur selalu berbi-cara manis, menyanjung petugas bank dan saat ter-tentu mendesak agar kredit cepat dikeluarkan. Sikap calon debitur supaya memiliki sesuatu yang paling pertama.

Petugas bank bertemu dan mewawancarai langsung calon debitur. Informasi dari lingkungan calon debitur.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Gaya Hidup Calon debitur menampil- kan diri dengan fasilitas me wah dibaliknya pendapa- tannya belum cukup. Calon debitur berkon- sumsi tinggi dibalik pen- dapatannya masih rendah.

Petugas bank bertemu dan wawancara langsung dgn calon debitur. Petugas memperhatikan langsung fasilitas calon debitur.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Keuletan Calon debitur telah lama menjadi karyawan atau pengusaha. Kegiatan atau usaha calon debitur berkembang.

Petugas bank bertemu dan wawancara langsung dengan calon debitur. Meminta dan membaca laporan keuangan calon debitur pengusaha atau gaji bagi calon debitur

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Page 54: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

50

karyawan. Visioner Calon debitur berusaha

meningkatkan nama baik atau prestasi kerja dengan kiat-kiat tertentu Calon debitur memiliki rencana peningkatan karir atau rencana kerja usaha.

Petugas bank bertemu dan mewawancarai calon de-bitur tentang program kerja usaha calon debitur atau karir calon debitur.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Ketertiban Administrasi calon debitur atau lingkungan debitur sangat baik. Dokumentasi calon debitur sangat rapi dan baik

Petugas bank mengamati usaha calon debitur atau pekerjaan calon debitur dan sambil mengamati- nya juga dilakukan diskusi dengan calon debitur.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Ranking bobot : 00-10 = watak kurang baik 11-18 = watak cukup baik 19-26 = watak baik 27-36 = sangat baik

Kesimpulan :

Calon debitur berwatak sangat baik karena nilai kumulatif dari

masing-masing aspek adalah 27-36.

Tabel 00 Aspek dan Instrumen Carakter Calon Debitur Kredit Modal Kerja atau Investasi

dengan Debitur sebagai Pebisnis

ASPEK INDIKASI INSTRUMEN BOBOT Iktikad Sikap dan pandangan Direk-

tur/Manajemen/Pemilik/ Yang mewakili perusahaan saat di wawancarai oleh petugas bank (mungkin tidak menatap). Direktur/Manajemen/Pemilik/ Yang mewakili perusahaan mengalihkan perhatian petugas.

Petugas bank bertemu dan mewancarai langsung Di-rektur/Manajemen/Pemilik /Yang mewakili perusa-haan.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Kejujuran Direktur/Manajemen/Pemilik/ Yang mewakili perusahaan tidak kooperatif dengan petugas bank. Jawaban Direktur/Manajemen/ Pemilik/Yang mewakili perusa-haan atas pertanyaan petugas bank sering tidak konsisten. Tujuan penggunaan pinjaman yang akan diterima tidak sesuai dengan surat permohonan pin-

Petugas bank bertemu dan mewawancarai langsung Direktur/Manajemen/Pem ilik/Yang mewakili per-usahaan. Informasi dari tetangga dan lingkungan Direktur/ Manajemen/Pemilik/Yang mewakili perusahaan.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Page 55: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

51

jaman Integritas Perusahaan berhubungan baik

dengan lingkungan. Jika perusahaan mempunyai kewajiban, nominalnya me-nurun. Perusahaan tidak memiliki hubungan buruk dengan bank.

Petugas bank bertemu dan mewawancarai langsung Direktur/Manajemen/ Pe- milik/Yang mewakili per- usahaan. Informasi dari lingkungan Direktur/Manajemen/Pe- milik/Yang mewakili per- usahaan.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Kompetensi Usaha yang dilakoni oleh Direktur/Manajemen/Pemilik/ Yang mewakili perusahaan sudah cukup lama. Direktur/Manajemen/Pemilik/ Yang mewakili perusahaan mengerti dan memahami kondi-si pekerjaan atau perusahaan-nya.

Petugas bank bertemu dan mewawancarai langsung dengan Direktur/Manaje- men/Pemilik/Yang mewa- kili perusahaan. Informasi dari lingkungan nya.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Ambisius Direktur/Manajemen/Pemilik/ Yang mewakili perusahaan selalu berbicara manis, menyanjung petugas bank dan saat tertentu mendesak agar kredit cepat dikeluarkan.

Petugas bank bertemu dan mewawancarai langsung Direktur/Manajemen/Pemi lik/Yang mewakili perusa- haan.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Keuletan Direktur/Manajer/Pemilik/Yang mewakili perusahaan telah lebih dari setahun menggeluti usaha yang dilakukan saat ini. Kegiatan atau usaha Direktur/ Manajemen/Pemilik/Yang me-wakili persahaan berkembang.

Petugas bank bertemu dan wawancara langsung de-ngan Direktur/ Manaje- men/Pemilik/Yang mewa-kili perusahaan. Meminta dan membaca laporan keuangan perusa haan dan pengamatan langsung.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Visioner Direktur/Manajemen/Pemilik/ Yang mewakili perusahaan berusaha meningkatkan nama baik usaha dengan kiat-kiat tertentu Direktur/Manajemen/Pemilik/ Yang mewakili perusahaan memiliki rencana rencana kerja usaha.

Petugas bank bertemu dan mewawancarai Direktur/ Manajemen/Pemilik/Yang mewakili perusahaan ten-tang program kerja usaha.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Ketertiban Perusahaan memiliki adminis-trasi yang rapi dan baik

Petugas bank mengamati perusahaan dan sambil mengamatinya juga dila-kukan diskusi.

TK = 0 KB = 1 CB = 2 B = 3 SB = 4

Ranking bobot : 00-08 = watak kurang baik 09-15 = watak cukup baik 14-24 = watak baik 25-32 = sangat baik

Kesimpulan :

Calon debitur berwatak sangat baik karena nilai kumulatif dari

masing-masing aspek adalah 25-32.

Page 56: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

52

2) Kemampuan atau capacity calon debitur

Kemampuan calon peminjam atau debitur dalam mengangsur atau melunasi

kewajiban atau utangnya sesuai dengan perjanjian kredit merupakan wujudnyata

kemampuan calon peminjam atau debitur dalam memperoleh penghasilan atau

pendapatan yang cukup. Penghasilan atau pendapatan calon peminjam atau debitur

dapat dilihat dari penghasilan atau pendapatan individu atau sekelompok calon

peminjam atau debitur atas kegiatannya sebagai karyawan atau pebisnis setelah

dikurangi pengeluaran untuk calon debitur yang memohon pinjaman atau kredit

konsumsi. Untuk pinjaman atau kredit modal kerja atau investasi, penghasilan atau

pendapatan calon peminjam atau debitur dapat dilihat dari laba yang terbentuk dari

usaha calon peminjam atau debitur yang sedang berjalan dalam beberapa tahun

terakhir, misalnya dalam 3 tahun terakhir. Secara rasional, orang atau sekelompok

orang atau badan yang berpendapatan tinggi akan mampu mengangsur atau melunasi

utang atau kewajibannya dengan jumlah dan jangka waktu tertentu sesuai dengan

perjanjian kredit. Dengan memperhitungkan kemampuan yang ada pada orang atau

sekelompok orang atau badan dalam memperoleh penghasilan atau pendapatan atau

laba jika diberi pinjaman atau kredit oleh bank dengan jumlah dan jangka waktu

tertentu akan mampu mengangsur atau melunasinya. Kesimpulan tentang

kemampuan atau capacity calon peminjam atau debitur dengan kegiatan sebagai

pegawai atau karyawan untuk pinjaman atau kredit konsumsi dapat diketahui dari

berbagai aspek. Aspek tersebut dapat diketahui melalui instrumen tertentu yang

kemudian diberi bobot penilaian. Sebagai contoh dapat ditunjukan dalam Tabel 00.

Tabel 00

Aspek dan Instrumen Capacity Calon Debitur Kredit Konsumsi dengan Calon Debitur sebagai Pegawai/ Karyawan

dan Istri atau Suami Debitur sebagai Pegawai/Karyawan/Pebisnis

ASPEK INSTRUMEN BOBOT 1. Status Calon Debitur : -Pegawai PNS -Karyawan BUMN/D -Karyawan Swasta Asing -Karyawan Swasta Domestik

Petugas bank mewa wancarai calon debi-tur.

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

2. Posisi Calon Debitur : -Pimpinan Tinggi -Pimpinan Menengah -Staf -Pelaksana lepas

Petugas bank mewa-wan carai calon debi-tur.

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

3. Masa Kerja Calon Debitur : -Diatas 25 tahun -15-24 tahun

Petugas bank mewa-wancarai calon debi- tur

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2

Page 57: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

53

-05-14 tahun -Belum 05 tahun

Kurang baik=1

4.Gaji Bersih Calon Debitur sebulan : -Diatas Rp.20 juta -Rp.10 – Rp. 19 jt -Rp.04 – Rp. 09 jt -Dibawah Rp.04 jt.

Petugas bank mewa wancarai calon debi-tur

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

5. Istri/Suami Calon Debitur sebagai Pegawai/Karyawan : 5a Status : -Pegawai PNS -Karyawan BUMN/D -Karyawan Swasta Asing -Karyawan Swasta Domestik 5b Posisi : -Pimpinan Tinggi -Pimpinan Menengah -Staf -Pelaksana lepas 5c Masa kerja -Diatas 25 tahun -15-24 tahun -05-14 tahun -Belum 05 tahun 5d Gaji Bersih Calon Debitur sebulan : -Diatas Rp.20 juta -Rp.10 – Rp. 19 jt -Rp.04 – Rp. 09 jt -Dibawah Rp.04 jt.

Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur. Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur. Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur. Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur.

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1 Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1 Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1 Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

5e Istri/Suami Calon Debitur sebagai Pebisnis : Pedagang : -Pedagang besar -Pedagang eceran -Pedagang warung -Pedagang tidak menetap/kaki lima/asongan. Jasa mandiri : -Dokter/Notaris/Dosen/Ak -Bidan/Perawat/Guru/Salon -Tk.Cukup/Obat Tradisional -Buruh Bangunan Jasa manajemen : -Memiliki dan mengelola hotel/villa -Memiliki dan mengelola travel -Kontraktor/bengkel mobil/motor -Jasa reparasi dll Lama istri/suami sebagai pengusaha -Diatas 25 tahun -15-24 tahun -05-14 tahun -Belum 5 tahun Pendapatan bersih istri/suami debitur

yang dibawa pulang atau pembagian untung perusahaan (lampirkan neraca dan l/r ) :

-Diatas Rp.20 jt -Rp.10 – Rp.19 jt

Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur. Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur. Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur. Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur. Petugas bank mewa wancarai calon debi-

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1 Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1 Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1 Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1 Sangat baik=4 Baik =3

Page 58: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

54

-Rp.04 - Rp. 09 jt -Dibawah Rp. 04 jt

tur.

Cukup baik=2 Kurang baik=1

6 Penghasilan total calon debitur sebulan bersama istri/suami : -No. 4 Rp. .......................... -No. 5d/5e Rp. .......................... + -Jumlah Rp. ..........................

Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur.

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

7 Pengeluaran total calon debitur rata-rata sebulan bersama istri/ suami : -Keperluan dapur Rp. .................. -Keperluan rumah Rp. .................. -Keperluan agama/adRp. .................. -Keperluan anak sek Rp. .................. -Keperluan berjaga2 Rp. .................. -Dana untuk tabung Rp. .................. Jumlah pengeluaran Rp. ..................

Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur.

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

8 Sisa penghasilan diku rangi pengeluaran tiap bulan (6-7) Rp. ..................

KESIMPULAN KEMAMPUAN (CAPACITY) CALON DEBITUR :

Plafon pinjaman (menurut surat permohonan pinjaman Rp. ............. 1. Perkiraan bunga menurun/tetap*) tiap bulan Rp. ............. 2. Jangka waktu ..... bulan, angsuran pokok tiap bulan Rp. ............. 3. Jumlah angsuran pokok dan bunga tiap bulan (1+2) Rp. ............. 4. Penghasilan bersih per bulan (angka 8) Rp. ............. Calon debitur mampu/tidak mampu*) mengangsur pinjaman diatas tiap bulan dengan jangka waktu ........... bulan. *) coret yang tidak tepat

Kesimpulan tentang kemampuan atau capacity calon peminjam atau debitur dengan

kegiatan sebagai pebisnis untuk kredit konsumsi juga dapat diketahui dari berbagai

aspek. Aspek tersebut dapat diketahui melalui instrumen tertentu yang kemudian

diberi bobot penilaian. Sebagai contoh dapat ditunjukan dalam Tabel 00.

Tabel 00

Aspek dan Instrumen Capacity Calon Debitur Kredit Konsumsi dengan Calon Debitur sebagai Pebisnis

dan Istri atau Suami Debitur sebagai Pegawai/Karyawan/Pebisnis

ASPEK INSTRUMEN BOBOT 1. Jenis usaha debitur : -Pedagang : Pedagang besar(agen tunggal) Pedagang eceran Warung menetap Warung tak menetap/kaki lima -Jasa mandiri : Dokter/Notaris/Dosen/Akuntan Bidan/Perawat/Guru/Salon

Petugas bank mewa wancarai calon debi-tur.

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

Page 59: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

55

Tukang cukur/Obat tradisional Buruh bangunan -Jasa manajemen : Pemilik dan pengelola hotel/vila Memiliki dan mengelola travel Kontraktor/Bengkel mobil/motor Jasa reparasi dll. 2. Ijin usaha : -Menkeh & Ham, Usaha, HO,IMB TDP, NPWP -Menkeh&Ham,Usaha, IMB, NPWP -UD, IMB, HO, NPWP -UD

Petugas bank mewa-wan carai calon debi-tur.

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

3. Calon debitur menggerakan karya wan/ti : -Diatas 30 orang -15-29 orang -05-14 orang -Dibawah 05 orang

Petugas bank mewa-wancarai calon debi- tur

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

4. Kedudukan calon debitur : -Diasamping pemilik, juga Direktur -Pemilik dan Pengawas operasional -Pemilik dan mengangkat Direktur -Pemilik saja

Petugas bank mewa wancarai calon debi-tur

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

5.Lama berusaha : -Diatas 25 tahun -15-24 tahun -05-14 tahun -Belum 05 tahun

Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur.

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

6.Pendapatan dan biaya perusahaan selama 3 tahunterakhir (lampirkan neraca dan rugi laba 3 tahun terakhir) -Pendapatan selalu naik, biaya turun -Pendapatan selalu naik, biaya tetap -Pendapatan naik turun, biaya tetap -Pendapatan turun, biaya turun.

Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur.

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

7.Keuntungan perusahaan sebulan yang dibawa pulang : -Diatas Rp. 20 jt -Rp.10 – Rp.19 jt -Rp.04 – Rp. 09 jt -Dibawah Rp. 04 jt.

Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur.

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

8.Istri/suami debitur sebagai pegawai/ Karyawan : -Status istri/suami debitur : PNS BUMN/D Swasta Asing Swasta domestic -Posisi istri/suami debitur : Pimpinan tinggi Pimpinan menengah Staf Pelaksana -Masa kerja istri/suami : Diatas 25 tahun 15 – 24 tahun 05 – 14 tahun Belum 05tahun -Gaji bersih istri/suami debitur sebu

Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur. Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur. Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur.

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1 Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1 Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

Page 60: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

56

lan yang dibawa pulang : Diatas Rp.20 jt Rp. 10 – Rp. 19 jt Rp. 04 – Rp. 09 jt Dibawah Rp. 04 jt

Petugas bank mewa wancarai calon debi- tur.

Sangat baik=4 Baik =3 Cukup baik=2 Kurang baik=1

9.Jumlah penghasilan calon debitur (suami+istri) sebulan : -Nomor 7 = Rp. ............................. -Nomor 8d = Rp. ............................+ Jumlah = Rp. ............................

10 Pengeluaran total calon debitur rata-rata sebulan bersama istri/ suami : -Keperluan dapur Rp. .................. -Keperluan rumah Rp. .................. -Keperluan agama/adRp. .................. -Keperluan anak sek Rp. .................. -Keperluan berjaga2 Rp. .................. -Dana untuk tabung Rp. .................. Jumlah pengeluaran Rp. ..................

11 Sisa penghasilan diku rangi pengeluaran tiap bulan (6-7) Rp. ..................

KESIMPULAN KEMAMPUAN (CAPACITY) CALON DEBITUR :

Plafon pinjaman (menurut surat permohonan pinjaman) Rp. ............. 1. Perkiraan bunga menurun/tetap*) tiap bulan Rp. ............. 2. Jangka waktu ..... bulan, angsuran pokok tiap bulan Rp. ............. 3. Jumlah angsuran pokok dan bunga tiap bulan (1+2) Rp. ............. 4. Penghasilan bersih per bulan (angka 8) Rp. ............. Calon debitur mampu/tidak mampu*) mengangsur pinjaman diatas tiap bulan dengan jangka waktu ........... bulan.

*) coret yang tidak tepat

Untuk menilai kemampuan calon debitur yang memohon kredit modal kerja, terlebih

dahulu harus diketahui profile usaha calon debitur dan rencana kebutuhan dana untuk

modal kerja. Umumnya, ptofile usaha memuat jenis usaha calon debitur misalnya

usaha produksi, atau usaha jasa, atau usaha dagang, posisi keuangan dalam beberapa

tahun terakhir, dan rencana pengembangan usaha.

Kesimpulan tentang kemampuan atau capacity calon peminjam atau debitur dengan

kegiatan usaha untuk kredit modal kerja dapat diketahui dari berbagai aspek. Sebagai

contoh dapat ditunjukan dengan keuntungan bersih :

a. Hasil penjualan tiap bulan =Rp .................... b. Hasil lain-lain =Rp .................... c. Biaya produksi/biaya jasa/harga beli tiap bulan =Rp .................... d. Biaya administrasi (operasional) tiap bulan =Rp ....................

Page 61: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

57

e. Kewajiban ditempat lain (utang/kredit per bulan) =Rp ................... f. Keuntungan usaha sebelum pajak (a+b+c+d+e)/bl=Rp .................. g. Pajak badan rata-rata tiap bulan =Rp .................. h. Keuntungan bersih tiap bulan (f-g) =Rp ..................

KESIMPULAN KEMAMPUAN (CAPACITY) CALON DEBITUR :

Plafon pinjaman (menurut surat permohonan pinjaman) Rp. ............. 1. Perkiraan bunga menurun/tetap*) tiap bulan Rp. ............. 2. Jangka waktu ..... bulan, angsuran pokok tiap bulan Rp. ............. 3. Jumlah angsuran pokok dan bunga tiap bulan (1+2) Rp. ............. 4. Keuntungan bersih per bulan (angka h) Rp. ............. Calon debitur mampu/tidak mampu*) mengangsur pinjaman diatas tiap bulan dengan jangka waktu ........... bulan.

*) coret yang tidak tepat

Untuk menilai kemampuan calon debitur yang memohon kredit investasi, terlebih

dahulu juga harus diketahui profile usaha calon debitur dan rencana kebutuhan dana

untuk modal kerja. Umumnya, ptofile usaha memuat jenis usaha calon debitur yaitu

usaha produksi, atau usaha jasa, atau usaha dagang, posisi keuangan dalam beberapa

tahun terakhir, dan rencana pengembangan usaha.

Kesimpulan tentang kemampuan atau capacity calon peminjam atau debitur dengan

kegiatan usaha untuk kredit investasi dapat diketahui dari berbagai aspek. Sebagai

contoh dapat ditunjukan dengan keuntungan bersih :

a. Hasil penjualan tiap bulan =Rp ................... b. Hasil lain-lain =Rp .................... c. Biaya produksi/biaya jasa/harga beli tiap bulan =Rp .................... d. Biaya administrasi (operasional) tiap bulan =Rp .................... e. Kewajiban ditempat lain (utang/kredit per bulan) =Rp ................... f. Keuntungan usaha sebelum pajak (a+b+c+d+e)/bl=Rp .................. g. Pajak badan rata-rata tiap bulan =Rp .................. h. Keuntungan bersih tiap bulan (f-g) =Rp .................

Page 62: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

58

KESIMPULAN KEMAMPUAN (CAPACITY) CALON DEBITUR :

Plafon pinjaman (menurut surat permohonan pinjaman) Rp. ............. 1. Perkiraan bunga menurun/tetap*) tiap bulan Rp. ............. 2. Jangka waktu ..... bulan, angsuran pokok tiap bulan Rp. ............. 3. Jumlah angsuran pokok dan bunga tiap bulan (1+2) Rp. ............. 4. Keuntungan bersih per bulan (angka h) Rp. ............. Calon debitur mampu/tidak mampu*) mengangsur pinjaman diatas tiap bulan dengan jangka waktu ........... bulan.

*) coret yang tidak tepat

3) Modal atau capital calon debitur

Modal yang dimiliki oleh calon peminjam atau debitur merupakan kekayaan bersih

yang dimiliki oleh calon peminjam atau debitur sebagai ukuran bahwa calon

peminjam atau debitur berhasil dalam mengelola pendapatannya. Semakin banyak

kekayaan bersih yang dimiliki oleh calon peminjam atau debitur akan semakin tinggi

kemampuan calon debitur dalam mengelola pendapatannya atau usahanya atau

sebaliknya. Orang yang mampu mengelola pendapatannya atau usahanya akan

memberi gambaran pada bank bahwa yang bersangkutan atau badan bersangkutan

diyakini oleh bank mampu mengelola utang baru yang berupa pinjaman atau kredit

baru yang akan diberikan oleh bank. Kemampuan ini menggambarkan akan adanya

kemampuan keuangan calon peminjam atau debitur untuk mengangsur atau melunasi

pinjamannya atau utangnya pada bank, maka calon peminjam atau debitur layak

memperoleh pinjaman atau kredit.

Umumnya, bank mencatat kekayaan (capital) calon peminjam atau debitur dan

menilainya untuk melengkapi penilaian watak dan kemampuan calon peminjam atau

debitur. Kekayaan tersebut dapat diperinci menjadi aktiva tetap dan bangunan milik

pribadi atau perusahaan calon peminjam atau debitur, aktiva likuid, aktiva bergerak

dan lain-lainnya. Untuk memudahkan, dapat ditunjukan dalam Tabel berikut.

Tabel 000 Daftar kekayaan calon peminjam atau debitur

Page 63: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

59

Kredit Konsumsi, Modal Kerja dan Investasi NO JENIS NOMIN

AL (Rp) KETERA

NGAN 1 Aktiva tetap tanah dan bangunan pribadi :

1. Tanah rumah tinggal/tanah kavling 2. Tanah kavling tanpa bangunan. 3. Tanah sawah/ladang. 4. Tanah dan ruko. 5. Tanah dan kantor/pabrik/perusahaan 6. Dan lain-lainnya

.............. .............. .............. .............. .............. ..............

2 Aktiva tetap tanah dan bangunan usaha : 1. Tanah rumah tinggal/tanah kavling 2. Tanah kavling tanpa bangunan. 3. Tanah sawah/ladang. 4. Tanah dan ruko. 5. Tanah dan kantor/pabrik/perusahaan 6. Dan lain-lainnya

.............. .............. .............. .............. .............. ..............

3 Aktiva likuid : 1. Tabungan di bank .............................. 2. Tabungan di bank .............................. 3. Deposito di bank ................................ 4. Dan lain-lainnya ................................

.............. .............. .............. ..............

4 Aktiva bergerak : 1. Mobil ....... Merk........ a.n. ...... Thn... 2. Mobil ....... Merk........ a.n. ...... Thn...

.............. ..............

Jumlah : ..............

4) Jaminan aktiva berwujud atau collateral calon debitur

Jaminan aktiva berwujud atau agunan atau collateral merupakan bentuk kekayaan

berwujud baik aktiva tetap, aktiva bergerak atau aktiva likuid yang akan dijaminkan

sebagaimana tercantum dalam perjanjian kredit. Tujuan diadakannya jaminan berupa

aktiva adalah sebagai wujud ikatan kepercayaan yang kuat antara debitur dan bank

dengan dicairkannya pinjaman atau kredit oleh bank kepada peminjam atau debitur

dan juga sebagai back up atas pinjaman atau kredit jika dikemudian hari ternyata

peminjam atau debitur tidak mampu mengangsur atau melunasi kreditnya di bank

karena sesuatu hal dengan menjual agunan tersebut untuk menutup kewajiban atau

utang peminjam atau debitur di bank. Dengan dasar itu, kewajiban peminjam atau

debitur di bank dapat ditutup dan jika nilai jual agunan itu lebih besar, kelebihannya

dapat dikembalikan kepada peminjam atau debitur. Umumnya, nilai agunan kredit

lebih besar dari nilai pinjaman atau kredit, misalnya 3 kali dari nilai pinjaman atau

kredit. Bank akan melihat, memeriksa dan menaksir nilai agunan kredit agar dapat

dijual dengan nilai tinggi sehingga dapat dipakai untuk menutup jumlah pinjaman

Page 64: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

60

debitur jika debitur tidak mampu melunasinya. Contoh daftar agunan kredit

sebagaimana dalam table berikut.

Tabel 000 Daftar agunan calon peminjam atau debitur

Kredit Konsumsi, Modal Kerja dan Investasi NO JENIS NOMIN

AL (Rp) KETERA

NGAN 1 Aktiva tetap tanah dan bangunan pribadi :

1. ......................................................... 2. .......................................................

.............. ..............

2 Aktiva tetap tanah dan bangunan usaha : 1. ........................................................

..............

3 Aktiva likuid : 1. ........................................................

..............

4 Aktiva bergerak : 1............................................................

..............

Jumlah : ..............

5) Situasi ekonomi atau condition of economy calon peminjam atau debitur.

Situasi ekonomi calon peminjam atau debitur di masa yang akan datang dapat

mempengaruhi kelangsungan lancarnya angsuran atau pelunasan pinjaman atau

kredit pada bank. Situasi ekonomi untuk masa depan calon peminjam atau debitur

lebih banyak bersifat estimasi terhadap perkembangan ekonomi calon peminjam atau

debitur secara umum mempengaruhi perkembangan pendapatan calon peminjam atau

debitur atau usaha calon peminjam atau debitur. Jika dengan mengkaitkan dua sisi

tersebut, dapat diestimasi ekonomi calon peminjam atau debitur menjadi

berkembang, stabil atau menurun. Bank akan memilih kondisi ekonomi calon

peminjam atau debitur yang stabil atau berkembang, sehingga angsuran kredit atau

pelunasannya dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan perjanjian kredit. Untuk

jelasnya dapat ditunjukan contoh kondisi ekonomi calon peminjam atau debitur

seperti dalam tabel 0000 berikut.

Tabel 0000 Kondisi (Condition) Ekonomi Pribadi atau

Usaha Calon Peminjam atau Debitur

NO SKOPE KONDISI *) 1 Makro ekonomi :

1. Kecenderungan tingkat inflasi 1 thn kedepan 2. Kecenderungan bunga SBI 1 tahun kedepan 3. Kecenderungan kurs valas 1 tahun kedepan 4. Kecenderungan investasi local 1 tahun kedepan 5. Kecenderungan investasi asing 1 tahun kedepan 6. Kecenderungan pertumbuhan ekonomi 1 thn

Naik/Turun/Tetap Naik/Turun/Tetap Naik/Turun/Tetap Naik/Turun/Tetap Naik/Turun/Tetap Naik/Turun/Tetap

Page 65: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

61

kedepan. 2 Mikro ekonomi :

1. Calon debitur sebagai pegawai/karyawan : 1.a Kinerja kantor/perusahaan tempat kerja. 1.b Jumlah karyawan/ti yang bekerja. 1.c Volume pekerjaan.

2. Calon debitur sebagai pengusaha : 2.a Jumlah penjualan dalam 3 tahun terakhir 2.b Laba bersih usaha dalam 3 tahun terakhir. 2.c Jumlah tenaga kerja dalam 3 tahun terakhir 2.d Jumlah modal usaha dalam 3 tahun terakhir 2.e Jumlah aktiva tetap dalam 3 tahun terakhir

Naik/Turun/Tetap Naik/Turun/Tetap Naik/Turun/Tetap Naik/Turun/Tetap Naik/Turun/Tetap Naik/Turun/Tetap Naik/Turun/Tetap Naik/Turun/Tetap Naik/Turun/Tetap

6) Tujuan pinjaman atau purpose.

Penggunaan pinjaman atau kredit yang diterima oleh debitur atau peminjam

merupakan penggunaan kredit untuk tujuan pembangunan ekonomi sehingga

kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. Pinjaman atau kredit tersebut dapat

digunakan oleh peminjam atau debitur untuk investasi, modal kerja dan konsumsi.

Kredit yang digunakan untuk investasi bertujuan untuk meningkatkan produksi,

sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan dapat memenuhi penawaran barang untuk

mengatasi permintaan di pasar. Demikian juga kredit yang digunakan untuk modal

kerja juga bertujuan meningkatkan produksi dan menampung tenaga kerja sehingga

penawaran barang di pasar meningkat. Berbeda dengan kredit yang digunakan untuk

konsumsi yaitu pinjaman menambah kesejahteraan peminjam atau debitur untuk

sementara sebelum penghasilanya cukup untuk tujuan tersebut. Penggunaan kredit

oleh peminjam atau debitur merupakan dasar untuk melakukan pemantauan oleh

bank sehingga kelancaran angsuran dan pelunasan dapat ditingkatkan.

7) Pembayaran angsuran kredit atau payment.

Pembayaran angsuran atau pelunasan pinjaman atau kredit yang sesuai dengan

kemampuan calon peminjam atau debitur, ditulis oleh bank dalam perjanjian kredit

berdasarkan analisis yang matang sehingga bagi bank tergambar suatu jumlah dan

jangka waktu pinjaman atau kredit yang tepat dan kemudian dapat dilunasi oleh

peminjam atau debitur. Pembayaran yang dilakukan oleh peminjam atau debitur,

mencakup jumlah angsuran pokok dan bunga, frekwensi angsuran, sumber dana

dalam mengangsur dan cara penyetorannya.

8) Keuntungan atau profitability.

Page 66: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

62

Peminjam atau debitur akan memperoleh manfaat atas pinjaman atau kredit yang

diterimanya dari bank berupa nilai kredit atau dana untuk meningkatkan

kesejahteraan atau meningkatkan volume usaha sehingga pengusaha memperoleh

tambahan keuntungan jika dibanding dengan sebelum memperoleh pinjaman atau

kredit. Demikian juga bank, akan memperoleh manfaat berupa bunga kredit sebagai

pendapatan bank.

9) Perlindungan atau protection.

Keyakinan bank terhadap terkumpulnya kembali pinjaman atau kredit yang telah

diberikan pada peminjam atau debitur sesuai dengan perjanjian kredit dalam segala

situasi adalah karena adanya suatu perlindungan dari pihak asuransi debitur, asuransi

agunan, adanya penjamin, dan penanggung kredit disamping analisis terhadap calon

peminjam atau debitur saat sebelum pinjaman atau kredit direalisir. Untuk itu, bank

sangat mementingkan perlindungan karena bank memerlukan keamanan dana yang

diberikan pada peminjam atau debitur dan kemudian dana yang diterima oleh

peminjam atau debitur dapat kembali lagi ke bank sesuai dengan perjanjian kredit.

b) Jumlah nominal pinjaman atau kredit yang akan diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang atau badan.

Jumlah pinjaman atau kredit yang disalurkan kepada masyarakat didasarkan juga

pada pertimbangan supaya bank terhindar dari risiko kredit. Untuk itu, sebuah bank

menyalurkan pinjaman atau kredit kepada masyarakat dengan menyebar pada aneka

ragam sektor ekonomi atau kegiatan masyarakat. Dengan penyebaran kredit yang

menyebar, jika ternyata dikemudian hari ada masyarakat atau debitur yang tidak lancar

mengangsur pokok atau melunasinya, bank tidak banyak tertimpa kredit non lancar dan

bank dapat mengganti jumlah kredit yang tidak lancar tersebut dengan penyisihan aktiva

produktif yang sudah terbentuk yang sering disebut kredit hapus buku. Otoritas bahkan

telah mengatur penyebaran kredit sehingga otomatis bank tertolong karena terhindar

dari kredit non lancar yang banyak. Aturan tersebut dikenal dengan pemenuhan Batas

Maksimum Pemberian Kredit atau BMPK atau Legal Lending Limit atau L3 untuk

seorang atau kelompok debitur. Otoritas juga mengenakan sanksi jika aturan tersebut

dilanggar oleh sebuah bank. Bank yang tidak melanggar aturan BMPK adalah bank

yang tidak menyalurkan kredit melebihi jumkah tertentu yang diatur dalam aturan

BMPK. Bank yang menyalurkan kredit dengan tidak melanggar BMPK, disertai

Page 67: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

63

dengan adanya fasilitas kredit sebagaimana harusnya, seperti analisis watak, modal,

agunan yang cukup, pemberlakuan yang sama pada debitur yang terkait dan tidak terkait

dengan bank, akan memberikan keyakinan bahwa kredit tersebut akan berkwalitas.

Perlu ditambahkan bahwa BMPK adalah batas maksimum kredit yang diberikan oleh

bank pada peminjam atau debitur sesuai dengan aturan. Dengan memenuhi aturan

tersebut, bank dapat terhindar dari akumulasi jumlah kredit pada satu atau sekelompok

debitur, yang mana jika terjadi ketidaklancaran kredit tidak akan menyulitkan bank.

Yang dimaksud dengan fasilitas kredit adalah penyediaan dana untuk kredit yang

diperuntukan kepada peminjam atau debitur dengan syarat-syarat sebagaimana layaknya

dalam perjanjian kredit. Yang dimaksud dengan fasilitas jaminan adalah segala

persyaratan bank yang mengandung unsur jaminan seperti garansi bank, aval,

endosement, standby Letter of Credit atau LC, dan pernyataan lain yang mengandung

unsur jaminan. Pemberian kredit kepada debitur yang terkait dengan bank dan tidak

diberlakukan sebagaimana debitur yang tidak terkait adalah sebagai awal kemungkinan

adanya kesulitan dalam proses angsuran atau pelunasan kredit. Yang dimaksud dengan

keterkaitan dengan bank adalah penerima kredit atau debitur ada hubungan tertentu

dengan bank, dan hubungan itu dapat terjadi dalam hal terkait dengan pemilik bank,

kepengurusan bank, pengelola bank dan perusahaan lain yang dimiliki oleh bank atau

yang dimiliki oleh pemilik bank, oleh pengurus bank dan oleh pengelola bank.

Keterkaitan itu telah diatur oleh otoritas dalam aturan BMPK dan jika sebuah bank

melanggar aturan itu atau melanggar BMPK untuk debitur yang tidak terkait, kesehatan

suatu bank langsung diturunkan oleh otoritas. Peminjam atau debitur yang digolongkan

terkait dengan bank adalah :

1). Peminjam atau debitur yang terkait dengan kepemilikan perusahaan.

(a) 35% atau lebih dari hak kepemilikan masing-masing perusahaan yang dikuasai

oleh perusahaan yang juga debitur bank atau oleh seseorang pemilik bank yang

juga sebagai debitur atau oleh seseorang pengurus bank yang juga sebagai

debitur atau oleh seseorang pengelola bank yang juga sebagai debitur.

(b) Suatu perusahaan menguasai 35 % atau lebih hak kepemilikan perusahaan lain

dan sebagai debitur bank.

2). Peminjam atau debitur yang terkait dalam hal kepengurusan :

(a) Dalam hal seseorang debitur yang mengurus dua atau lebih perusahaan,

pengurus tersebut dinyatakan terkait.

Page 68: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

64

(b) Dalam hal keuangan, jika satu perusahaan dinyatakan sebagai penjamin kredit

yang diterima oleh perusahaan lainnya atau juga satu perusahaan memberikan

bantuan keuangan pada perusahaan lainnya, perusahaan yang juga sebagai

debitur dapat dinyatakan terkait.

Aturan BMPK yang ada sampai saat ini kecuali ada perubahan dikemudian hari,

adalah debitur yang tidak terkait dengan bank dapat diberikan kredit maksimum 20 % dari

modal bank. Debitur yang terkait dengan bank seperti pemegang saham 10% atau lebih

dan keluarganya, komisaris dan keluarganya, direksi dan keluarganya serta perusahaan

yang terkait dengan bank, terkait dengan pemegang saham, terkait dengan komisaris,

terkait dengan direksi dan terkait dengan pegawai bank, dapat diberikan kredit maksimum

10 % dari modal bank. Pemegang saham di bawah 10 % dinyatakan tidak terkait dengan

bank. Untuk memperjelas batas maksimum jumlah kredit yang boleh disalurkan pada

peminjam atau debitur terkait dan tidak terkait dapat diperinci sebagai berikut :

1) Persentase jumlah maksimum penyediaan keseluruhan fasilitas kredit yang diberikan

kepada pihak terkait ditetapkan 10% dari modal bank dan yang termasuk dalam pihak

terkait, adalah:

(a) para pemegang saham,

(b) anggota dewan komisaris,

(c) anggota dewan direksi, dan

(d) pihak-pihak yang mempunyai hubungan keluarga sampai dengan derajat satu baik

horizontal maupun vertikal dengan pemegang saham, anggota dewan komisaris,

dan anggota dewan direksi.

Persentase jumlah maksimum penyediaan keseluruhan fasilitas kredit yang diberikan

kepada pihak terkait yang ditetapkan 10% dari modal bank diatas perinciannya untuk

masing-masing status ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, misalnya :

NO

STATUS

PERSENTASE MAKSIMAL PINJAMAN

1 Keseluruhan memegang saham 70% x 10% x modal bank

2 Keseluruhan anggota Dewan Komisaris 10% x 10% x modal bank

3 Keseluruhan anggota Dewan Direksi 10% x 10% x modal bank

4 Keseluruhan pihak yang mempunyai hubungan keluarga dengan angka 1, 2, dan 3

10% x 10% x modal bank

Page 69: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

65

2) Persentase jumlah maksimum penyediaan keseluruhan fasilitas kredit yang diberikan

kepada pihak tidak terkait ditetapkan 20% dari modal bank. Yang termasuk dalam

pihak tidak terkait, adalah :

(a) Masyarakat umum yang tidak ada hubungannya dengan pengurus bank dan

pemegang saham.

(b) Masyarakat umum yang berhubungan suami istri dengan usaha yang sama dengan

agunan kredit yang sama dan melanggar BMPK.

3) Persentase jumlah maksimum penyediaan keseluruhan fasilitas kredit yang diberikan

kepada 1 (satu) kelompok peminjam (debitur grup) ditetapkan 30% dari modal bank.

Yang termasuk dalam 1 kelompok peminjam (debitur grup), adalah Peminjam yang

mempunyai keterkaitan dengan peminjam lain melalui hubungan kepemilikan usaha,

hubungan kepengurusan, dan/atau hubungan keuangan.

4) Pemberian kredit kepada pihak terkait baik grup maupun perseorangan dan juga

debitur besar yang diindikasikan akan berisiko tinggi, pemberian kredit wajib

mendapat persetujuan minimal oleh 1 (satu) orang anggota Direksi dan 1 (satu) orang

anggota Dewan Komisaris.

5) Memelihara daftar nama pihak terkait dengan bank, debitur grup, dan/atau debitur

besar dalam rangka menjamin efektifitas penerapan batas maksimum penyediaan

keseluruhan fasilitas kredit yang diberikan oleh bank kepada pihak yang terkait

dengan bank, debitur grup, dan/atau debitur besar.

6) Prosedur perkreditan yang disetujui oleh Direksi telah memuat kriteria pihak terkait

dengan bank dan debitur grup dengan mengacu pada ketentuan otoritas yang mengatur

mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), serta kriteria debitur besar

yang ditetapkan oleh Direksi.

Yang termasuk dalam keluarga adalah orang tua kandung, orang tua tiri, orang tua

angkat, suami atau isteri, anak kandung, anak tiri, anak angkat, kakek kandung, kakek tiri,

kakek angkat, kakek isteri atau suami, saudara kandung, saudara tiri dan saudara angkat.

Ada juga kredit yang tidak terkena aturan BMPK, seperti :

1) Kredit yang dijamin oleh asuransi.

2) Kredit untuk mendukung kelestarian swasembada pangan dan koperasi.

3) Kredit yang dijamin oleh bank-bank utama dari luar negeri dan dari bank lain.

Cara menghitung batas maksimum pemberian kredit atau BMPK adalah modal bank

dikalikan 10 % bagi debitur terkait atau 20 % bagi yang tidak terkait. Perhitungan modal

bank dapat dilihat dalam perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Rrisiko atau ATMR.

Page 70: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

66

Setiap bank yang memberikan kredit melebihi aturan BMPK, nilai kesehatan bank

tersebut diturunkan dan untuk itu setiap bank mengirim laporan BMPK pada otoritas

sesuai dengan aturan, seperti contoh dalam Formulir 1 dan 2.

Formulir 1 Laporan Pelampauan BMPK bagi Peminjam

dan Kelompok Peminjam Modal bank : Rp. ……………… *)

No Nama

Peminjam BMPK Plafon Baki

Debet Pelam pauan

Ket.

*) = Bersumber dari perhitungan ATMR.

Formulir 2 Laporan Pelampauan Penyediaan Dana kepada

Pihak Terkait dengan Bank Modal bank : Rp. ……………………… *)

No Nama Peminjam

BMPK (Rp)

Plafon (Rp)

Baki Debet (Rp)

Pelanggaran Ket.

*) = Bersumber dari perhitungan ATMR.

c) Kelancaran angsuran pokok kredit dan bunga secara periodik

Angsuran pokok kredit dan bunga pinjaman secara periodik sesuai dengan perjanjian

kredit merupakan wujud dari keberhasilan bank dalam menganalisis kredit yang telah

memenuhi criteria 5 C dan 4P. Kelancaran angsuran pokok kredit dan bunga

merupakan harapan setiap bank karena dengan itu bank tidak akan mengalami kesulitan

likuiditas dan tidak mengalami kerugian.

d) Jumlah pokok pinjaman yang ada.

Jumlah pokok pinjaman yang belum diangsur atau belum dilunasi oleh debitur

merupakan jumlah tagihan sebuah bank pada debitur dan jumlah tagihan tersebut

Page 71: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

67

disebut baki debet. Jika peminjam atau debitur yang menerima kredit dari sebuah bank

dan pinjaman pokok tersebut belum pernah diangsur oleh debitur, maka baki debet bank

pada debitur tersebut adalah sama dengan pinjaman atau plafon kredit. Total kredit

yang disalurkan oleh sebuah bank yang belum diangsur atau dilunasi oleh debitur yaitu

jumlah baki debet dibanding dengan jumlah seluruh simpanan masyarakat di sebuah

bank seperti giro ditambah tabungan ditambah deposito dan ditambah bentuk lain yang

sama dengan itu disebut dengan rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit

ratio atau LDR. LDR umumnya 90%, sehingga sebuah bank disebut sehat sesuai

dengan aturan otoritas kecuali ada perubahan aturan. Hal ini akan diuraikan dalam bab

kesehatan bank.

Pembentukan penyisihan aktiva produktif oleh sebuah bank didasarkan atas kelancaran

angsuran pokok kredit atau kolektibilitas kredit bank tersebut. Semakin rendah

kolektibilitas kredit yang non lancar, akan semakin kecil kewajiban sebuah bank

membentuk penyisihan aktiva produktif atau sebaliknya. Kolektibilitas aktiva produktif

adalah tingkat pengumpulan kembali jumlah kredit yang disalurkan oleh sebuah bank

pada masyarakat atau debitur dengan dasar perjanjian kredit. Angsuran pokok kredit

yang sesuai dengan perjanjian kredit disebut kredit dengan kolektibilitas lancar dan

yang tidak sesuai dengan perjanjian kredit disebut kredit dengan kolektibilitas non

lancar.

Umumnya, sebuah bank telah memiliki pedoman tertulis tentang prosedur pembentukan

penyisihan aktiva produktif dan penghapus bukuan aktiva produktif yang non lancar,

terutama kredit macet. Penentuan kwalitas masing-masing aktiva produktif dilakukan

menurut aturan yang ditentukan oleh otoritas seperti aturan dalam Surat Keputusan

Direktur Bank Indonesia Nomor 23/12/BPPP tertanggal 28-02-1991 untuk BPR, yang

mana kolektibilitas aktiva produktif dibedakan kedalam :

1) Kolektibilitas lancar atau kolektibilitas 1,

2) Kolektibilitas kurang lancar atau kolektibilitas 2,

3) Kolektibilitas diragukan atau kolektibilitas 3 dan

4) Kolektibilitas macet atau kolektibilitas 4.

Bank menyalurkan kredit dengan kwalitas tinggi dan selalu memantaunya selama kredit

belum lunas supaya angsuran pokok kredit atau pelunasannya sesuai dengan perjanjian

kredit. Kelancaran pembayaran bunga kredit sangat menentukan pandapatan bunga dan

likuiditas sebuah bank serta pertumbuhan bank dapat dipertahankan atau ditingkatkan.

Kolektibilitas kredit dapat ditentukan dengan suatu criteria yaitu :

Page 72: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

68

(a) Ketepatan pembayaran angsuran pokok kredit atau pelunasannya beserta ketepatan

pembayaran bunga kredit oleh debitur sesuai dengan perjanjian kredit. Jika terjadi

kelambatan angsuran pokok kredit sehingga menjadi kredit non lancar dan untuk

pembayaran berikutnya mungkin dipengaruhi oleh prospek usaha atau prospek

pendapatan debitur. Debitur yang prospek usahanya cerah akan memiliki

kolektibilitas kredit yang tinggi jika dibanding dengan prospek usaha debitur yang

kurang atau tidak cerah.

(b) Kemungkinan diterimanya kembali jumlah kredit yang disalurkan melalui angsuran

pokok kredit atau pelunasan dari debitur secara baik dengan dasar stabilitas atau

meningkatnya pendapatan debitur. Dengan stabilnya atau semakin baiknya

pendapatan debitur, ada kemungkinan kolektibilitas kredit tetap lancar atau kredit

semakin berkualiotas atau sebaliknya.

(c) Perubahan kwalitas aktiva produktif dari kondisi yang kurang baik menuju pada

kondisi yang lebih baik sehingga kondisi kolektibilitas kreditnya menjadi lebih

tinggi atau sebaliknya. Perubahan menuju kolektibilitas yang lebih baik dapat juga

dilakukan dengan penyesuaian atau judgement persyaratan kredit.

Untuk memudahkan pemahaman tentang aktiva produktif yang umumnya berupa kredit

yang disalurkan oleh sebuah bank, kriteria penentuan kolektibilitas yang diuraikan

diatas ditambahkan dengan beberapa penjelasan yang terkait dengan itu :

(a) Kredit,

Kredit adalah penyediaan sejumlah uang atau dana atau bentuk lainnya yang dapat

dipersamakan dengan itu oleh bank berdasarkan persetujuan pinjam meminjam

antara bank dengan pihak peminjam atau debitur dan debitur atau peminjam

diwajibkan melunasi pinjaman atau hutangnya itu dalam jangka waktu tertentu dan

dengan jumlah bunga yang disepakati.

(b) Kredit dengan angsuran

Kredit dengan angsuran adalah kredit yang pembayaran pokok pinjaman atau

kreditnya dilakukan oleh peminjam atau debitur sesuai dengan jadwal waktu dan

dengan jumlah tertentu sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian kredit, atau

termasuk pembayaran sesuai dengan perubahan perjanjian kredit.

(c) Kredit tanpa angsuran

Kredit tanpa angsuran adalah kredit yang pembayaran kembali pokok pinjaman

atau kreditnya wajib dilakukan oleh debitur atau peminjam, namun angsuran setiap

Page 73: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

69

perioden tidak diatur dalam perjanjian kredit, tetapi dalam jangka waktu yang

perjanjikan pinjaman itu lunas.

(d) Tunggakan angsuran pokok

Tunggakan angsuran pokok adalah angsuran pokok dari suatu kredit yang belum

dibayar oleh debitur atau peminjam setelah tanggal jatuh waktu masa angsuran atau

masa pelunasan menurut perjanjian kredit.

(e) Tunggakan pokok

Tunggakan pokok adalah pokok dari kredit atau pinjaman tanpa angsuran yang

belum dibayar oleh peminjam atau debitur setelah melewati masa angsuran atau

masa pelunasan menurut perjanjian kredit.

(f) Tunggakan bunga

Tunggakan bunga adalah bunga kredit yang belum dibayar oleh debitur baik

pembayaran bunga dengan perjanjian atau tidak dengan perjanjian yang sudah

melewati masa pembayaran atau masa pelunasan seperti dalam perjanjian kredit.

(g) Kredit yang diselamatkan

Kredit yang diselamatkan adalah kredit yang semula tergolong diragukan atau

macet kemudian diusahakan oleh bank untuk diperbaiki dengan kesepakatan antara

bank dan debitur atau peminjam sehingga kredit tersebut menjadi lancar

sebagaimana tertulis dalam akad penyelamatan kredit. Bentuk penyelamatan itu,

adalah :

1) Penjadwalan kembali atau rescheduling

Penjadwalan kembali adalah perubahan syarat-syarat kredit dalam hal jadwal

pembayaran atau jadwal angsuran serta jumlah setiap angsuran dan jangka

waktu kredit sehingga dapat lunas sesuai dengan perubahan syarat-syarat

kredit.

2) Persyaratan kembali atau reconditioning

Persyaratan kembali adalah perubahan sebahagian atau keseluruhan syarat-

syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka

waktu dan atau persyaratan lain tetapi tidak menyangkut perubahan

maksimum saldo kredit karena saldo kredit adalah jumlah dana bank yang

dipinjam oleh debitur atau peminjam.

3) Penataan kembali atau restructuring

Page 74: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

70

Penataan kembali adalah perubahan syarat kredit yang menyangkut

penanaman dana bank, konversi atau perubahan seluruh atau sebahagian

kredit penyertaan dalam perusahaan.

4) Cerukan

Cerukan adalah pemberian fasilitas pelampauan penarikan atas saldo rekening

giro yang efektif yang belum dibuatkan akad kredit pada pemegang rekening

giro atau pelampauan pemberian kredit di atas plafond yang ditetapkan

berdasarkan akad kredit pada debitur atau peminjam.

5) Surat berharga

Surat berharga adalah penanaman dana bank dalam bentuk surat berharga

seperti Sertifikat Bank Indonesia atau SBI, Surat berharga pasar uang atau

SBPU, Saham dan Obligasi yang diperdagangkan di pasar modal.

6) Penyertaan

Penyertaan adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada

perusahaan lain yang tidak melalui pasar modal dan bank mendapat devidend.

Suatu kredit dapat digolongkan dalam kolektibilitas lancar, kurang lancar, diragukan

dan macet, jika memenuhi criteria :

a) Lancar.

Kredit lancar dapat terjadi baik dalam kredit dengan angsuran maupun dalam kredit

tanpa angsuran atau cerukan :

1) Kredit dengan angsuran.

Kredit lancar pada kredit dengan angsuran, jika :

(a) Tidak terdapat tunggkan pokok, tunggakan bunga atau tidak terdapat

cerukan karena penarikan.

(b) Terdapat tunggakan angsuran pokok, tetapi :

1) Belum melampaui 1 bulan, untuk kredit yang diangsur bulanan.

2) Belum melampaui 3 bulan, untuk kredit yang masa ang-surannya 1

bulanan, 2 bulanan dan 3 bulanan.

3) Belum melampaui 6 bulan, untuk kredit yang masa ang-surannya 4

bulanan atau lebih.

4) Terdapat tunggakan bunga, tetapi :

a) Belum melampaui 1 bulan untuk kredit yang diangsur bulanan

b) Belum melampaui 3 bulan, untuk kredit yang masa angsurannya

lebih dari 1 bulanan

Page 75: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

71

2) Kredit tanpa angsuran.

Kredit lancar pada kredit tanpa angsuran, jika :

(a) Kredit belum jatuh tempo dan tidak terdapat tunggakan bunga.

1) Kredit belum jatuh tempo dan terdapat tunggakan bunga, tetapi belum

melampaui 3 bulan.

2) Kredit telah jatuh tempo dan telah dilakukan analisis untuk perpanjang

annya tetapi karena kesulitan teknis, belum dapat diperpanjang.

3) Terdapat cerukan karena penarikan, tetapi jangka waktu nya belum

melampaui 15 hari kerja.

4) Cerukan.

Terdapat cerukan rekening giro tetapi jangka waktunya belum

melampaui 15 hari kerja.

b) Kredit kurang lancar

Seperti kriteria kredit lancar diatas, suatu kredit digolongkan kurang lancar, jika

memiliki kriteria :

1) Kredit dengan angsuran.

Kredit kurang lancar pada kredit dengan angsuran, jika terdapat tunggakan

angsuran pokok yang :

(a) Melampaui 1 bulan dan belum lewat 2 bulan, untuk kredit yang masa

angsurannya kurang dari 1 bulan.

(b) Melampaui 3 bulan dan belum lewat 6 bulan, untuk kredit yang masa

angsurannya 1 bulanan, 2 bulanan dan 3 bulanan.

(c) Melampaui 6 bulan dan belum lewat 12 bulan, untuk kredit yang masa

angsurannya 6 bulanan ke atas.

(d) Terdapat cerukan karena penarikan yang jangka waktunya telah melampaui

15 hari kerja dan belum 30 hari kerja .

(e) Terdapat tunggakan angsuran bunga yang :

1) Melampaui 1 bulan dan belum lewat 3 bulan, untuk kredit yang masa

angsurannya kurang dari 1 bulan.

2) Melampaui 3 bulan dan belum lewat 6 bulan, untuk kredit yang masa

angsurannya lebih dari 1 bulanan.

3) Kredit tanpa angsuran.

(a) Kredit belum jatuh waktu dan :

Page 76: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

72

1) Terdapat tunggakan bunga yang melampaui 3 bulan dan belum lewat 6

bulan.

2) Terdapat penambahan plafond atau kredit baru yang dimaksudkan untuk

melunasi tunggakan bunga.

3) Kredit telah jatuh waktu dan belum dibayar tetapi belum melampaui 3

bulan.

4) Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya telah melampaui

15 hari kerja.

b) Kredit yang diselamatkan sehingga :

(a) Tidak memenuhi criteria diatas dan tidak ada tunggakan.

(b) Terdapat tunggakan tetapi masih memenuhi kriteria lancar.

(c) Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya telah

melewati 15 hari kerja dan belum lewat 30 hari kerja.

c) Kredit yang diragukan

Suatu kredit yang diragukan jika kredit tersebut tidak memenuhi kriteria lancar dan

kurang lancar, namun dapat disimpulkan :

1) Dapat diselamatkan dan agunannya bernilai 75% dari hutang peminjam termasuk

pokok dan bunganya.

2) Dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100% dari

hutang peminjam.

d) Kredit macet

Suatu kredit dapat digolongkan macet jika memenuhi kriteria :

1) Tidak memenuhi criteria lancar, kurang lancar dan diragukan.

2) Memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak

digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau belum ada usaha penyelamatan.

3) Kredit yang penyelesaiannya diserahkan pada Pengadilan Negeri atau Badan

Urusan Piutang Negara atau telah diajukan penggantian ganti rugi kepada

perusahaan asuransi kredit.

Walaupun kemudian kredit macet dapat diselamatkan dan kemudian angsuran

pokoknya kembali lancar, kolektibilitasnya hanya dapat digolongkan setinggi-tingginya

kurang lancar. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama di setiap bank karena pendapatan

Page 77: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

73

bank sebagian terbesar bersumber dari bunga kredit. Setiap kredit yang disalurkan oleh bank

mengandung risiko yaitu tidak kembalinya nilai kredit secara utuh atau sebahagian, yang

mungkin karena ada masalah pada penerima pinjaman atau kredit. Dengan dasar adanya

risiko, penilaian terhadap suatu proyek atau usaha yang dilakukan peminjam merupakan

faktor penting. Oleh karena itu, manajemen kredit sebuah bank melakukan pertimbangan

terhadap kredit yang akan disalurkan. Kredit dapat digolongkan menjadi :

a. Kredit menurut sifatnya, yang digolongkan menjadi :

a) Kredit dengan perjanjian, yaitu suatu kredit yang disalurkan oleh bank dengan suatu

ikatan perjanjian yang menyangkut plafond, jumlah angsuran, bunga dan jangka waktu

serta sangsi jika tidak mengangsur dan lunas.

b) Kredit tanpa perjanjian, yaitu suatu kredit yang disalurkan oleh bank tanpa suatu ikatan

perjanjian yang menyangkut plafond, jumlah angsuran, bunga dan jangka waktu serta

sangsi jika tidak mengangsur dan lunas.

b. Kredit menurut penggunaannya, yang digolongkan menjadi :

a) Kredit investasi, yaitu kredit jangka menengah dan panjang untuk keperluan

pengembangan usaha atau membiayai perusahaan baru diluar input atau bahan baku

produk atau jasa yang diproduksi, misalnya dalam bidang membuatan gedung,

pembelian mesin, pembelian tanah untuk berproduksi.

b) Kredit modal kerja, yaitu kredit yang umumnya jangka pendek dan menengah untuk

keperluan pengembangan usaha khususnya dalam pengembangan input atau bahan baku

produk atau jasa sehingga produksi meningkat, misalnya dalam bidang membelian

bahan baku peningkatan stock bahan baru,

c) Kredit konsumsi, yaitu kredit yang umumnya jangka pendek untuk keperluan memenuhi

konsumsi debitur sementara debitur belum mampu memenuhi konsumsinya karena

mendadak yang nantinya diangsur atau dilunasi debitur dari pendapatannya.

c. Kredit menurut sektor ekonomi, digolongkan menjadi :

a) Kredit perdagangan,

b) Kredit pertanian,

c) Kredit industri,

d) Kredit usaha jasa.

Agar risiko kredit menjadi sekecil mungkin, bank menetapkan rencana kerja dan strategi

dalam penyaluran kreditnya yang menyebar mengikuti kriteria di atas dengan tidak melebih

BMPK untuk masing-masing debitur atau sekelompo debitur. Rencana dan strategi

Page 78: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

74

penyaluran dan penyebaran kredit selalu didasarkan pada kriteria 5C dan 4P, menurut

golongan, sifat, jenis dan jumlah maksimumnya.

Pembahasan diatas adalah tentang penyaluran kredit, namun tentang penanaman dana

disinggung hanya sedikit dan yang lainnya akan dibahas dalam bab tersendiri. Dalam hal

kolektibilitas penanaman dana sebuah bank, diuraikan :

a. Penanaman yang Lancar, jika ditanamkan dalam :

a) Sertifikat Bank Indonesia atau SBI,

b) Surat Berharga Pasar Uang atau SBPU yang sudah diendos oleh bank lain yang masih

menjadi peserta kliring.

c) Obligasi dan efek yang terdaftar di bursa efek.

d) SBPU yang dibeli oleh nasabah dengan underlaying transaction.

b. Penanaman yang Kurang lancar, jika ditanamkan dalam :

a) SBPU yang sudah diendos oleh bank lain yang sedang dihentikan untuk sementara

keikutsertaannya dalam kliring dan masih dalam proses penyelamatan.

b) SBPU yang dibeli dari nasabah dengan underlaying transaction sebagaimana dimaksud

diatas yang telah jatuh waktu tetapi belum melampaui 1 bulan.

c) SBPU yang dibeli dari nasabah tanpa underlaying transaction dan belum jatuh tempo.

c. Penanaman yang Diragukan, jika ditanamkan dalam bentuk :

a) Obligasi dan saham yang terdaftar di bursa efek, tetapi sudah dinyatakan delisting.

b) SBPU yang dibeli dari nasabah dengan underlaying transaction sebagaimana dimaksud

diatas yang telah jatuh tempo tetapi belum melampaui 3 bulan.

c) SBPU yang dibeli dari nasabah tanpa underlaying transaction dan sudah jatuh tempo

tetapi belum melampaui 1 bulan.

d. Penanaman yang Macet, jika ditanam dalam bentuk :

a) Obligasi dan saham yang terdaftar di bursa efek, tetapi perusahaan tersebut sedang

dalam proses likuidasi.

b) SBPU yang dibeli dari nasabah dengan underlaying transaction sebagaimana dimaksud

dalam diragukan yang telah jatuh tempo tetapi belum melampaui 1 bulan.

c) SBPU yang dibeli dari nasabah dengan underlaying transaction sebagaimana dimaksud

dalam diragukan dan telah jatuh tempo lebih dari 1 bulan.

d) SBPU yang dibeli dari nasabah tanpa underlaying transaction dan telah jatuh tempo

lebih dari 1 bulan.

SBPU merupakan fasilitas diskonto atau bantuan sementara pada Bank Umum atau

pada Lembaga Keuangan Bukan Bank dan SBPU, terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Page 79: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

75

a. Surat sanggup atau aksep atau promes, yang diterbitkan oleh :

a) Nasabah dalam rangka penerbitan kredit dari bank atau LKBB untuk membiayai

kegiatan tertentu.

b) Bank atau LKBB dalam rangka pinjaman antar bank.

b. Surat Wesel yang ditarik oleh :

a) Salah satu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi tertentu. Penarik dan

yang tertarik adalah nasabah bank maupun nasabah LKBB.

b) Nasabah bank atau LKBB dan diaksep oleh bank atau LKBB dalam rangka pemberian

kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.

SBPU diterbitkan sesuai dengan ketentuan teknis maupun yuridis yang sesuai dengan

yang dimita oleh otoritas. SBPU dapat diperjual belikan atau didiskontokan kepada securitas

house atau langsung pada cabang Bank Indonesia. Setiap bank yang kelebihan likuiditas

dapat menempatkan dananya pada bank lain dalam jangka waktu pendek dengan

mendapatkan keuntungan tertentu, seperti berbentuk Surat Berharga.

Sebuah bank juga memerlukan dana dari bank lain karena bank tersebut tidak dapat

memenuhi kewajibannya misalnya dalam hal kliring dalam transaksi cek dan bilyet giro.

Sebaliknya, dana yang ditempatkan di bank lain oleh bank yang kelebihan likuditas

merupakan call money yang dapat digolongkan sebagai surat berharga dan dana tersebut

mendapat bunga. Jumlah yang dibayarkan atas satu surat berharga yang telah didiskontokan

atau dijual dihitung dengan cara :

Nilai nominal surat berharga Rsb = --------------------------------------------------------------- 3.5) (Tingkat bunga diskonto) x ( Jumlah hari diskonto) Rsb = Jumlah harga yang harus dibayar atas penjualan atau diskonto satu surat berharga.

Dari transaksi tersebut, terlihat adanya biaya diskonto sebesar perbedaan antara nominal surat

berharga dengan jumlah harga surat berharga yang dijual. Disamping itu, obligasi juga

termasuk surat berharga yang merupakan surat pengakuan oleh suatu badan usaha, bank atau

instansi Pemerintah untuk memperoleh pinjaman dalam jangka waktu tertentu dengan tingkat

bunga tertentu. Umumnya jangka waktu obligasi adalah jangka waktu menengah dan panjang

serta obligasi dapat diperjual belikan di pasar uang dan berfungsi sebagai alat likuid maupun

sebagai instrumen penanaman dana bank. Dalam menanamkan dana bank dalam bentuk

obligasi, bank mempertimbangkan beberapa hal :

a. Hasil atau yiel yang ekonomis,

Page 80: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

76

b. Estimasi atau perhitungan hasil sampai dengan batas waktu pelunasan atau yiel to

maturity.

c. Perhitungan nilai sekarang dari obligasi atau Net Value of Obligation.

Dana bank juga dapat ditempatkan di bank lain atau di perusahaan lain berupa

deposito, deposit on call, sertifikat deposito dan bentuk penempatan lainnya. Dana bank

ditempatkan di bank dalam negeri dan di bank luar negeri juga memiliki kolektibilitas, yaitu :

a. Penempatan dana bank di bank dalam negeri :

Bank dalam negeri adalah bank yang beroperasi di Indonesia dan beroperasi diluar negeri

dengan kantor pusat di Indonesia. Penempatan itu dapat digolongkan:

a) Penempatan dana bank yang lancar, jika penempatan dana dilakukan pada Bank

Umum yang diikut sertakan dalam kliring dan/atau bank yang usahanya berjalan baik.

b) Penempatan dana bank yang kurang lancar, jika penempatan dana dilakukan pada

Bank Umum yang diikut sertaannya dalam kliring dihentikan untuk sementara atau

penempatan dana dilakukan pada bank yang mengalami kesulitan keuangan namun

dalam proses penyelamatan.

c) Penempatan dana bank yang diragukan, jika penempatan dana dilakukan di Bank

Umum yang sedang dihentikan untuk sementara keikut sertaannya dalam kliring atau

pada bank yang mengalami kesulitan keuangan tetapi belum dalam proses likuidasi.

d) Penempatan dana bank yang macet, jika penempatan dana dilakukan di Bank

Umum yang mana Bank Umum tersebut sudah dalam proses likuidasi.

b. Penempatan dana bank di bank luar negeri :

Bank luar negeri adalah bank yang kantor pusatnya di luar negeri walaupun kantor

cabangnya ada di dalam negeri. Penempatan itu dapat juga digolongkan :

a) Penempatan dana bank yang lancar, jika penempatan dana dilakukan pada Bank

Umum yang usahanya berjalan baik.

b) Penempatan dana bank yang kurang lancar, jika penempatan dana dilakukan pada

Bank Umum yang mengalami kesulitan keuangan namun dalam proses penyelamatan.

c) Penempatan dana bank yang diragukan, jika penempatan dana dilakukan di Bank

Umum yang mengalami kesulitan keuangan tetapi belum dalam proses likuidasi.

d) Penempatan dana bank yang macet, jika penempatan dana dilakukan pada Bank

Umum yang sudah dalam proses likuidasi.

Aktiva produktif yang berbentuk penanaman dana dapat juga disebut dengan penyertaan

sehingga kolektibilitasnya dapat digolongksan, yaitu :

Page 81: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

77

a. Penyertaan yang lancar, jika penyertaan dana dilakukan pada perusahaan yang dalam

tahun buku terakhir Return On Assets atau ROA perusahaan tersebut sebelum dikurangi

pajak minimal 0,5% serta secara kumulatif perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian.

b. Penyertaan yang kurang lancar, jika penyertaan dana dilakukan pada perusahaan yang

dalam tahun buku terakhir ROA perusahaan tersebut sebelum dikurangi pajak kurang 0,5

% serta secara kumulatif perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian.

c. Penyertaan yang diragukan, jika penyertaan dana dilakukan pada perusahaan yang

menderita kerugian secara kumulatif sampai dengan 50% dari modal yang disetor

perusahaan tersebut.

d. Penyertaan yang macet, jika penyertaan dana dilakukan pada perusahaan yang menderita

kerugian secara kumulatif lebih 50 % dari modal yang disetor perusahaan tersebut.

c. Penyisihan Aktiva Produktif atau Piutang Ragu.

Setiap kredit yang disalurkan oleh sebuah bank kepada peminjam atau debitur, ada

kemungkinan dikemudian hari jumlah kredit tersebut tidak terkumpul kembali baik sebagian

atau seluruhnya. Jika kemungkinan itu terjadi, kredit tersebut disebut kredit non lancar.

Ketidaklancaran kredit tersebut disebabkan oleh banyak faktor, seperti adanya perubahan

watak debitur yang dahulunya berwatak baik menjadi berwatak buruk, adanya penurunan

kemampuan debitur dalam mengangsur atau melunasi atau oleh faktor lainnya. Dengan

adanya kemungkinan itu, bank–bank menyalurkan kreditnya dengan hati-hati. Walaupun

demikian, tidak menutup kemungkinan juga akan terjadi kredit non lancar karena penyebab

seperti di atas yang tidak semuanya dapat dikuasai oleh bank. Dengan dasar tersebut,

persyaratan penyerahan agunan oleh debitur kepada bank menjadi keharusan bagi bank dan

bank juga membentuk jumlah penyisihan aktiva produktif yang cukup. Jika kemudian hari

ternyata ada kredit non lancar dan bahkan menjadi kredit macet, penyelesaikan kredit macet

tersebut terus menerus dapat dilakukan oleh bank walaupun bank telah menutupnya dengan

dana penyisihan aktiva produktif yang telah ada. Dengan terbentuknya penyisihan aktiva

produktif yang cukup, kerugian bank akibat kredit macet yang belum berhasil diselamatkan

dapat ditutup sehingga dana masyarakat dapat dikembalikan dengan baik sesuai dengan

statusnya seperti tabungan, deposito dan giro.

Aktiva produktif non lancar dapat disebut sebagai piutang ragu yaitu aktiva produktif

atau kredit yang diragukan dapat terkumpul kembali dengan utuh sesuai dengan perjanjian

kredit. Cara menghitung penyisihan aktiva produktif tidak sama dengan cara menghitung

Page 82: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

78

penyusutan aktiva produktif perusahaan non bank. Jumlah penyisihan aktiva produktif bank

dihitung dengan cara :

a. Seluruh aktiva produktif digolongkan kedalam aktiva produktif lancar, kurang lancar,

diragukan dan yang macet.

b. Jumlah cadangan masing - masing golongan aktiva produktif tersebut ditentukan dengan

cara :

a) Aktiva produktif yang lancar, cadangan penyisihannya berjumlah 0,5 % kali seluruh

baki debet aktiva produktif lancar.

b) Aktiva produktif yang kurang lancar, cadangan penyisihannya berjumlah 10% kali dari

seluruh baki debet aktiva produktif kurang lancar dikurangi nilai agunannya yang

dikuasai oleh bank.

c) Aktiva produktif yang diragukan, cadangan penyisihannya berjumlah 50 % kali dari

seluruh baki debet aktiva produktif yang diragukan dikurangi nilai agunannya yang

dikuasai oleh bank.

d) Aktiva produktif yang macet, cadangan penyisihannya berjumlah 100 % kali dari

seluruh baki debet aktiva produktif yang macet dikurangi nilai agunannya yang dikuasai

oleh bank.

e) Menjumlahkan semua cara di atas.

Tidak semua aktiva produktif harus dibuatkan penyisihan, karena ada aktiva produktif

yang tidak perlu dibuatkan penyisihan, seperti :

a Aktiva produktif yang tertanam dalam Sertifikat Bank Indonesia,

b Aktiva produktif yang disertakan atau yang tertanam dalam equity.

c Aktiva produktif yang agunannya berupa agunan likuid seperti tabungan, deposito, giro.

Walaupun penyisihan aktiva produktif dapat ditentukan, bank masih juga memiliki

keragu-raguan dalam membentuk jumlah penyisihan aktiva produktif karena adanya kesulitan

dalam menentukan nilai agunan yang dikuasai oleh bank terkait dengan kemampuan menutup

aktiva produktif yang benar-benar macet dikemudian hari. Kesulitan itu dapat diatasi dengan

cara pemberian bobot risiko atas agunan dan uang kas yang ada, seperti :

a. Uang kas yang ada di bank diberi bobot risiko 0%,

b. Deposito, tabungan, giro yang dijadikan agunan kredit oleh debitur diberi risiko 0%.

c. Agunan kredit selain angka b diberi bobot risiko 25%.

Jika jumlah cadangan penyisihan aktiva produktif yang dapat dibentuk oleh bank lebih

kecil dari jumlah cadangan penyisihan aktiva produktif yang harus dibentuk berdasarkan

perhitungan diatas, kekurangan itu otomatis mengurangi modal bank. Oleh karena itu,

Page 83: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

79

pembentukan cadangan penyisihan aktiva produktif harus benar-benar dibentuk minimal

sejumlah perhitungan di atas.

c. Aktiva Tetap, Inventaris, dan Penyusutannya. Aktiva tetap dan inventaris bank merupakan salah satu bentuk penggunaan dana bank

yang dimaksudkan untuk memperlancar operasional bank. Pengadaan aktiva tetap dan

inventaris dilakukan dengan dana yang bersumber dari modal bank atau bukan dana yang

bersumber dari dana pihak ketiga seperti giro, tabungan, dan deposito pihak ketiga yang ada

di bank. Pengadaan itu dilakukan supaya bank dapat memproduktifkan sebagian terbesar

modalnya disamping memproduktifkan seluruh dana masyarakat yang tersimpan di bank.

Modal bank yang digunakan untuk pengadaan aktiva tetap dan inventaris juga harus

terkumpul kembali melalui penyisihan penyusutan aktiva tetap dan inventaris sehingga semua

dana di bank kembali seperti semula. Metode penyusutan aktiva tetap dan inventaris

dilakukan sebagaimana aturan penyusutan aktiva tetap dan inventaris perusahaan non bank.

Seperti diuraikan di atas, dana yang dipakai untuk pengadaan aktiva tetap dan

inventaris adalah modal bank, seperti modal setor bank, cadangan modal, laba ditahan, dan

laba berjalan, yang jumlahnya agar sekecil mungkin sehingga bank lebih banyak

menggunakan modalnya untuk kredit ditambah dengan dana masyarakat yang tersimpan di

bank. Jumlah modal bank yang dapat dipakai untuk pengadaan aktiva tetap dan inventaris

juga diatur oleh Bank Sentral atau Otoritas Jasa Keuangan yaitu maksimal 50 persen.

d. Aktiva lain. Aktiva lain adalah bentuk aktiva bank yang tidak dapat dikelompokkan dalam aktiva

bank seperti persediaan formulir, blanko, pembebanan sementara bank, setoran jaminan listrik

atau air, angsuran setoran pajak yang dibukukan sebagai uang muka, dan lain-lainnya. Aktiva

lain tidak dapat disusutkan sehingga penggantiannya dilakukan dengan pembebanan biaya

yang mengurangi pendapatan bank.

3.3. Likuiditas Bank Setiap bank selalu menyediakan alat likuid dengan jumlah yang cukup untuk dapat

memenuhi kewajiban bank setiap saat atau supaya likuiditas bank cukup tinggi. Kewajiban

bank berupa pembayaran pada pihak ketiga dan biaya-biaya bank. Penyediaan alat likuid

Page 84: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

80

dapat berupa uang kas, uang yang ditempatkan di bank lain, perencanaan angsuran pokok dan

bunga, pelunasan kredit, dan lain-lainnya.

Pembahasan alat-alat likuid dapat dilihat dari 2 sisi yaitu dari sisi perencanaan dan dari

sisi untuk berjaga-jaga. Sisi perencanaan atau planned liquidity side didasarkan pada proyeksi

penarikan simpanan yang mungkin dilakukan oleh penyimpan dana atau kreditur. Penarikan

dana pihak ketiga dipengaruhi oleh status dan jumlah dana yang dimiliki oleh pihak ketiga

serta oleh prilakunya. Perencanaan kredit didasarkan oleh jumlah dana, proyeksi jumlah

angsuran kredit dan pelunasannya. Jumlah uang kas yang ada di atas proyeksi penarikan dana

oleh kreditur dan proyeksi perencanaan kredit merupakan kelebihan uang di bank untuk

berjaga-jaga. Kesiapan bank dalam melakukan pembayaran dengan dasar tersebut disebut

likuidity protectif dan dana untuk berjaga-jaga dimaksudkan untuk mengatasi salah urus atau

miss match antara pengeluaran yang nyata dengan pengeluaran yang diproyeksikan. Untuk

memenuhi likuiditas bank, pengelolaan uang kas dan cadangan sekunder sangat diperlukan.

Maksud pengelolaan uang kas dalam sebuah bank adalah untuk :

a. Memenuhi transaksi yang normal di bank setiap hari,

b. Memenuhi transaksi di ank yang tidak terduga-duga,

c. Memenuhi kesempatan yang menguntungkan bank.

Penyediaan uang kas yang berlebihan di atas uang kas yang normal akan menurunkan

efisiensi pengelolaan bank. Oleh karena itu, penyediaan jumlah uang kas disebuah bank perlu

mempertimbangkan :

a. Jarak kantor bank dengan tempat penyimpanan dana bank selain kas. Semakin jauh jarak

kantor pusat bank dengan kantor cabangya, jumlah uang kas yang disediakan akan

semakin besar dibanding jika kantornya berdekatan, karena dalam penyetoran dan

pengambilan uang kas dipengaruhi oleh faktor waktu dan biaya.

b. Biaya yang timbul dalam setiap penawaran uang kas. Jika sebuah bank semakin sering

menarik uang kas pada kantor pusatnya atau pada bank lain, akan semakin tinggi bank

tersebut mengeluarkan biaya penarikan sehingga bank kurang efisien. atau sebaliknya.

c. Pola penarikan uang dari penabung atau kreditur. Penabung yang menarik uangnya di

bank dengan pola penarikan sangat sering dalam kurun waktu tertentu akan diperlukan

penyediaan uang kas yang lebih banyak dibanding dengan pola penarikan yang sangat

jarang dalam kurun waktu tertentu, atau sebaliknya.

d. Keamanan penyimpanan uang kas di kantor bank sendiri. Jika penyimpanan uang kas di

kantor sendiri tidak aman sehingga bank menyimpannya uang kasnya di tempat lain, maka

Page 85: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

81

penyediaan uang kas di bank sendiri akan semakin kecil jika dibanding dengan kantor

bank yang penyimpanannya aman.

Pedoman umum yang sering dipergunakan oleh bank dalam menentukan jumlah uang kas

adalah sesuai dengan rumus : 2 x PK x BPK K = ------------------------ 3.6) i di mana : K = Jumlah uang kas siap dipakai untuk memenuhi pembayaran kewajiban bank, sehingga uang

kas untuk tujuan ini disimpan di brankas bank. PK = Jumlah pembayaran kas rata-rata per tahun. BPK = Biaya yang timbul dalam setiap pembayaran dalam bentuk kas. i = Bunga yang didapat jika uang kas yang ada diproduktifkan.

Berdasarkan pengalaman, jumlah uang kas yang disediakan oleh bank dapat berubah-

ubah dalam setiap saat seperti Gambar 7. Penyediaan uang kas rata-rata seperti gambar

tersebut, sangat sulit diwujudkan, namun jumlah tersebut dapat dipakai sebagai acuan dan

secara riil dapat dilihat dalam manajemen risiko likuiditas. Untuk membedakan rata-rata uang

kas tersebut dengan kenyataan, Miller dan Orr menyajikan penyediaan uang kas dengan

jumlah tertentu berdasarkan pertimbangan proyeksi penyediaan uang kas. Proyeksi tersebut

didasarkan pada prediksi pengeluaran kas kamsimum dan minimum per hari, yang

dipengaruhi oleh :

a. Pengalaman pengeluaran kas sebelumnya,

b. Besarnya variabilitas aliran kas setiap hari,

c. Besarnya biaya transaksi,

d. Tingkat bunga uang.

Penyediaan jumlah uang kas maksimum dan minimum dapat ditunjukan dalam Gambar 7.

Jumlah uang kas

20

Rata-rata uang kas

10 u

0

10 20 30 40 Minggu

Gambar 7 Penyediaan Uang Kas

Page 86: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

82

Jumlah uang kas

Limit atas

20

Rata-rata uang kas

10

0 Limit bawah

10 20 30 40 Minggu

Gambar 8 Proyeksi Penyediaan Uang Kas

Jika variabilitas dan biaya transaksi cukup besar, maka uang kas yang disediakan menjadi

sangat besar atau sebaliknya. Jika bunga uang sangat tinggi, maka uang tunai yang

disediakan oleh bank menjadi rendah atau sebaliknya.

Dengan mempertimbangkan tingkat bunga dan variabilitas aliran kas di atas, maka

uang tunai yang disediakan oleh bank ditentukan dengan rumus : 1/3 3 (BT) (VAK) Kas = 3 --------- x ------------------- 3.7) 4 i di mana :

VAK = Variasi aliran kas, BT = Biaya transaksi, i = Tingkat bunga uang, 4 = Seperempat dari sumbu tegak sampai dengan garis limit atas, 3 = Titik return point yang terletak pada 1/3 bagian dari jarak limit atau limit bawah.

Penyediaan likuiditas minimum yang wajib ada dalam sebuah bank adalah sejumlah %

tertentu dari seluruh kewajiban lancar, dan penyediaan itu dapat dihitung dengan cara :

Jumlah = Persentase x jumlah kewajiban tertentu 3.8) tertentu yang segera dibayar

Umumnya, persentase tertentu dalam rumus diatas adalah penyediaan kas minimum yang

legal atau Legal reserve requiremen yang ditentukan oleh otoritas moneter, misalnya 5%

menurut SK Dir Bank Indonesia Nomor 21/56/Kep/Dir, tertanggal 27 Oktober 1988 dan Surat

Page 87: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

83

Edaran Bank Indonesia Nomor 21/12/BPPP, tertanggal 27 Oktober 1998. Tujuan penyediaan

kas minimum bank adalah :

a. Untuk menjaga posisi uang kas sebuah bank agar bank tetap likuid, yang artinya agar bank

dapat memenuhi setiap kewajibannya setiap saat.

b. Untuk dapat otoritas menentukan target moneter, artinya otoritas dapat menghitung

jumlah uang beredar melalui reserve requirement. Dari reserve requirement tersebut dapat

diketahui angka pelipat gandaan uang atau money multiplier. Oleh karena itu, semakin

tinggi reserve requirement bank akan semakin rendah angka pelipat gandaan uang

sehingga jumlah uang beredar akan semakin menurun atau sebaliknya. Jumlah uang

beredar atau supply of money adalah angka pelipat gandaan uang dikalikan dengan uang

inti atau based money.

Uang beredar = angka pelipat x uang inti gandaan uang Ms = mm x RM 3.9) di mana : Ms = Supply of Money atau uang beredar, mm = money multiplier atau angka pelipat gandaan uang, RM = Reserve Money atau uang inti.

Karena adanya alat likuid yang disediakan oleh bank sehingga bank tidak memperoleh

pendapatan dari alat likuid tersebut, maka biaya dana yang digunakan sebagai alat likuid

ditutupi dari pendapatan aktiva produktif yang ada sehingga laba bank akan berkurang sebesar

biaya tersebut. Dapat juga dikatakan dengan cara lain, bahwa biaya dana secara keseluruhan

akan meningkat atau disebut dengan biaya dana efektif dengan adanya alat likuid. Dapat

disimpulkan bahwa semakin besar legal reserve requirement akan meningkatkan biaya dana

atau sebaliknya. Oleh karena itu, biaya dana efektif dapat dihitung dengan rumus : i EBC = i + ------------ 3.10) 1 - LRR di mana : EBC = Efektif benefit cost, i = Tingkat bunga dana,

1 = Status dana yang ada di bank, misalnya semua dana di bank adalah dana murah, diberi notasi 1

LRR = Legal reserve requirement.

Contoh :

Sebuah bank memperoleh dana dari masyarakat sejumlah Rp.450.000. Dana tersebut

adalah dana murah sejumlah 30% yang berupa giro dengan bunga 0,3% per bulan dan dana

mahal berupa deposito sejumlah 70 % dengan bunga 1% per bulan. Jika Bank Sentral

menetapkan LRR sebuah bank adalah 5 %, maka biaya dana :

Page 88: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

84

a. Biaya dana murah = i + i/ (1 – LRR) = 0,3 + 0,3/ (30% x 450.000 – 5% x 450.000)

= 0,300238 % b. Biaya dana mahal = i + i/ (1 – LRR)

= 1 + 1/ (70% x 450.000 – 5% x 450.000) = 1,000327 %

Terlihat bahwa dengan naiknya LRR akan meningkatkan biaya dana efektif atau

sebaliknya dengan turunnya LRR akan menurunkan biaya dana efektif. Walaupun demikian,

banyak bank memiliki cadangans sekunder atau jumlah uang kas di atas LRR yang disebut

Excess Legal Reserve Requirement atau ELRR. Kelebihan tersebut dimaksudkan untuk

membendung kemungkinan sebuah bank terkena risiko likuiditas dan untuk dapat

mempertimbangkan :

a. Uang kas dapat dimanfaatkan sementara di pasar modal dan di pasar uang sebelum uang

tersebut diproduktifkan untuk kredit, sehingga dapat menghasilkan pendapatan bank.

b. Pertumbuhan dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank. Semakin berhasil

sebuah bank menghimpun dana masyarakat akan semakin tinggi uang kas yang ada di

bank atau sebaliknya karena dihitung dari persentase tertentu misalnya 5 % dari dana

masyarakat.

c. Pertumbuhan dan pola pencairan kredit oleh bank. Pertumbuhan kredit yang lambat

mungkin karena kredit yang akan dicairkan oleh bank tidak prospektif dibalik pesatnya

dana masyarakat yang dihimpun oleh bank akan memper-besar jumlah uang kas yang ada

di bank atau sebaliknya

Soal-soal untuk latihan :

1. Mengapa penanaman dana bank dinyatakan bersifat sementara ? Jelaskan !

2. Uraikan dengan jelas tentang maksud dari pinjaman yang diberikan oleh bank pada

masyarakat dibanding dana yang dihimpun oleh bank atau LDR 100% !

3. Mengapa bank dilarang oleh Bank Indonesia memberikan pinjaman pada sekelompok

peminjam saja atau melebihi aturan BMPK ? Jelaskan !

4. Walaupun sebuah bank telah cermat menghitung jumlah kebutuhan uang kas sehingga

jumlah uang kas minimal sesuai dengan aturan minimal atau legal reserve requirement

atau LRR, bank juga membentuk jumlah uang kas melebihi aturan yang ada atau

terjadi excess resereve requirement atau ELRR ? Jelaskan !

Page 89: Manajemen Perbankan - simdos.unud.ac.id

85