Rangkuman Manajemen Perbankan Bab 1-6

68
TUGAS RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1 SAMPAI BAB 6 DISUSUN OLEH KADEK ELDA PRIMADISTYA (022.125.003) KHUSNIATUN NISSAH (022.125.006) CHUZAIMAH SEIBER ALFADILLAH Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Kampus A, Jl. Kyai Tapa no. 1 Grogol Jakarta Barat 11440. Kampus F, Jl. Jenderal Ahmad Yani No 107 By Pass, Rawasari, Jakarta Timur 13210.

description

Tugas mata kuliah manajemen perbankan

Transcript of Rangkuman Manajemen Perbankan Bab 1-6

TUGAS RANGKUMANMANAJEMEN PERBANKAN BAB 1 SAMPAI BAB 6

DISUSUN OLEHKADEK ELDA PRIMADISTYA(022.125.003)KHUSNIATUN NISSAH(022.125.006)CHUZAIMAH SEIBER ALFADILLAH(022.125.007)

BAB 1PENDAHULUANA. Overview: Belajar dari Krisis PerbankanPerkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di bidang keuangan, moneter, dan perbankan pada Juni 1983. Deregulasi tersebut telah mengakibatkan kebutuhan dana secara langsung maupun tidak langsung melalui perbankan. Kondisi ini mendorong tumbuhnya perbankan kita baik menyangkut produk perbankan, jumlah bank maupun jumlah cabang yang pada gilirannya semakin banyak menjangkau masyarakat yang membutuhkan jasa perbankan. Kondisi perbankan yang sarat dengan pertumbuhan (eskpansif) terjadi hingga awal 1997 menjelang krisis perbankan.Krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997/1998 memberikan pelajaran sangat serius dalam bisnis perbankan. Bank kesulitan likuiditas, kualitas asset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal terkuras dalam waktu yang sangat cepat san kondisi ini melanda sebagian besar bank di Indonesia. Kondisi yang memprihatinkan ini terjadi hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return in asset (ROA) negative, terjadi negative spread, sangat sedikit bank yang membagi dividen, likuiditas rendah, kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) relative tinggi dan rasio kecukupan modal bank di bawah 8% bahkan beberapa bank mengalami Capital Adequacy Ratio (CAR) negative (direktori perbankan indonesia dan direktori pasar modal Indonesia 1997 s/d 2004). Kesulitan-kesulitan lembaga perbankan di Indonesia tampak berkepanjangan, padahal Bank Indonesi telah menjalankan tugasnya sebagai lender of last resort, yaitu fungsi yang melekat sebagai perlindung bank dalam hal terajadi kesulitan likuiditas. Disamping itu Bank Indonesia telah menciptakan jejaring pengaman (safety net) dengan memberikan penjaminan penuh (blanket guarantee) atas simpanan masyarakat.Kesulitan ini menunjukan ada kebujakan perbankan yang keliru ataupun kelemahan-kelemahan manajerial lain dalam bisnis perbankan di Indonesia. Dalam perspektif manajemen perbankan, Hahm dan Mishkin (2000) menyebutkan bahwa akar masalah krisis perbankan di Asia Tenggara karena adanya liberalisasi keuangan yang ditandai dengan semakin bebasnya arus dana asing masuk ke sector perbankan di mana Indonesia termasuk yang sangat cepat melakukan liberalisasi di bidang perbankan melalui kebijakan deregulasi. Peningkatan capital inflow ini deisebabkan negara berkembang memangmembutuhkan dana untuk pembangunan ekonomi. Di samping itu pemerintah juga memberikan jaminan tidak langsung terhadap investor asing melalui kebijakan managable floating rate sehingga resiko forex juga dimungkinkan akan semakin kecil, sementara IMF memberikan dukungan dengan menjamin bahwa investasi akan aman bila dilakukan di negara berkembang khususnya Asia Tenggara. Hal ini semakin mendorong masuknya dana asing le lembaga perbankan domestic. Arus dana asing yang masuk ke lembaga perbankan domestic kemudian sebagian besar ditematkan pasa kredit untuk membiayai proyek-proyek yang memiliki yield atau keuntungan yang diharapkan tinggi.Proyek-proyek dengan tield tinggi tentu juga akan memiliki resiko tinggi. Dalam kebijakan perkreditan bank, penentuan bunga kredit didasarkan juga dari tingka resiko suatu proyek yang akan dibiayai. Semakin tinggi resiko, maka bank akan semakin tinggi dalam menentukan premi resiko. Maknanya adalah semakin tinggu resiko maka lending rate juga semakin tinggi.Bank-bank yang berada di negara sedang berkembang dan sedang mekalikan liberalisasi keuangan, umumnya memiliki personal pada aspek atau teknis manajerial yaitu kurang memiliki loan officer yang terlatih dengan baik, pemahaman risk assessment system yang sangat lemah, keahlian manajemen lainnya relative buruk. Problem ini mengakibatkan pertumbuhan kredit yang sangat tinggi (lending boom) pada sector-sektor usaha/proyek yang berisiko tinggi yang memperluas sumber-sumber pengawasan bank. Bank telah gagal menyeleksi dan memonitor kredit yang tepat. Disamping itu pada negara berkembang yang telah melakukan liberalisasi keuangan umumnya begitu banyak regulasi dinancial yang buruk. Otoritas pengawas bank gagal mekakukan supervise terhadap bank.Penempatan krediy yang berisiko tinggi, buruknya kemampuan manajemen, lemahnya keahlian loan officer dan buruknya regulasi serta pertumbuhan kredit yang sangat tinggi telah menciptakan ketidakpastian pada dunia perbankan di negara berkembang. Ketidakpastian inimenciptakan asimetri informasi. Asimetri informasi sering dimaknai sebagai informasi yang tersembunyi, yang tidak semua stekholder mengetahuinya. Semakin tinggi asimetri informasi mengidentifikasikan semakin tinggi risiko perbankan. Kondisi ini sangat rawan bagi lembaga perbankan nasional karena membuka peluang bagi paraspekulan pasar uang untuk melakukan tindakan spekulatif.B. Pengertian Bank dan PerbankanPengertian bank sering disamakan dengan pengertian perbankan. Padahal hal tersebut sangatlah berbeda. Bank hanya mencangkup aspek kelembagaan. Bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Pada pengertian di atas tampak sangat static, bank sebagai lembaga atau badan usaha.Sedangkan pengertian perbankan sangat dinamis. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencangkup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha tersebut adalah menyangkut jasa keuangan. Dalam perspektif ilmu keuangan, perbankan adalah bagian dari ilmu keuangan. Dengan demikian pembahasan manajemen perbankan memfokuskan pada masalah keuangan, bukan bidang marketing maupun sumber daya manusiaC. Kriteria BankPemahaman terhadap karakteristik bank sangat diperlukan dalam mengelola bank. Beberapa karakteristik antara lain:1. Bank adalah lembaga yang berperan sebagai lembaga perantara keuangan2. Bank juga merupakan industry kegiatan yang mengandalkan kepercayaan sehingga harus selalu menjaga kesehatannya. 3. Pengelolaan bank dalam melakukan kegiatannya juga selalu dituntut senantiasa menjaga keseimbangan pemeliharaan likuiditas dengan kebutuhan profitabilitas yang wajar serta modal yang cukup sesuai penanamnya4. Bank juga dapat dipandang sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari system moneteryang mempunyai kedudukan strategis sebagai menunjang pembangunan5. Secara operasional bank mempunyai cirri khas yaitu aktiva tetapnya relative rendah, hutang jangka pendeknya lebih banyak jumlahnya dan perbandingan antara aktiva dengan modal sangat besar.D. Keunikan BankBank mempunyai beberapa keunikan yang tidak dimiliki oleh lembaga keuangan lainnya. Antony Saunders (2004) menyebutkan bahwa bank mempunyai keunikan sebagai berikut:1. Ada peran monitor to monitor2. Keputusan pemberian kredit oleh bank akan memberikan efek positif berupa good news. 3. Bank mampu memerankan transfer kekayaan dari yang tua ke yang muda4. Bank dapat bertindak sebagai asset transformerE. Jenis Bank1. Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, terdiri dari:a. Bank umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah dalam jegiatannya memberikan hasa lalu lintas pembayaran.b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang daam kegiatannya tidak memberikan lalu lintas pembayaran2. Jenis bank dilihat dari fungsinya, ada beberapa yaitu:a. Bank Komersial, yaitu bank yang dalam pegumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito lancer (giro) dan deposito berjangka dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendekb. Bank Pembangunan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito berjangka dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka pendek dan jangka panjang dan dalam usahanya terutama memberikan kreditc. Bank Tabungan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito tabungan dan dalam usahanya terutama memperhitungkan dananya dalam kertas berharga.3. Jenis bank berdasarkan kepemilikannyaa. Bank Pemerintah Pusatb. Bank Pemerintah Daerahc. Bank Swasta Nasionald. Bank Swasta Asinge. Bank Swasta Campuran4. Jenis bank berdasarkan kegiatan devisa:a. Bank Devisab. Bank Non Devisa5. Jenis bank berdasarkan dominasi pangsa pasarnya:a. Retail Bankingb. Wholesale BankingF. Kegiatan Usaha Banka. Kegiatan Usaha Bank Umum Konversional1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu2. Member kredit3. Menebitkan surta pengakuan hutang4. Membeli, menjual aau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas mana perintah nasabahnya: Surat-surat wesel Surat pengakuan hutang dan kertas dagang Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah Sertefikat Bank Indonesia Oblihasi Surat daganga berjangka waktu sampau dengan 1 (satu) tahun Instrument surat berharga yang berjangka waktu sampau dengan 1 (satu) tahun5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri atau nasabah6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain7. Menerima pembayaran dari taguhan atas surat berharga 8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat berharga9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan kontrak10. Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesiab. Kegiatan Utama Bank Umum Syariah1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah2. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyawarah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan model syariah3. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah4. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabag5. Melakukan usaha kartu debit atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip syariah6. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah7. Melakukan kegiatan caluta asing berdasarkan prinsip syariah8. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pension berdasarkan prinsip syariah9. Memberli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintak dan atau Bank Indonesiac. Kegiatan Umum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu2. Memberikan kredit3. Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat Bank Indonesi (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tebungan pada bank laind. Kegiatan Umum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) syariah1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, dan investasi berupa deposito atau bentuk lainnya yang dipersamakan2. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk pembagian bagi hasil, pembiayaan untuk transaksi jual beli, pinjaman berdasarkan akad qardh, pembiayaan penyewaan, pengambil alihan hutang berdasarkan akad hawalah3. Menemoatkan dana oada banj syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan wadiah dan investasi berdasarkan akad mudharabah4. Memindahkan uang, baik utntuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan nasabah5. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank syariahG. Larangan Kegiatan Usaha Banka. Larangan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional1. Melakukan penyertaan modal, kecuali melakukan kegiatan sebagaimana maksud dalam no. 15 dan 16 pada penyelesaian kegiatan usaha Bank Umum Konvensional tersebut diatas2. Melakukan usaha peransuransian3. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dihelaskan di atasb. Larangan Kegiatan Bank Umum Syariah1. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah2. Melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung dipasar modal3. Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam angka 19 dan 20 pada kegiatan usaha bank syariah4. Melakukan kegiatan usaha peransuransian, kecuali sebagai agen pemasaran asuransi syariahc. Larangan Kegiatan Usaha BPR Konvensional1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang valuta asing3. Melalukan penyertaan modal4. Melakukan usaha peransuransian5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam kegiatan usaha BPR diatasd. Larangan kegiatan usaha BPR Syariah1. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan perinsip syariah2. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran3. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing dengan ijin Bank Indonesia4. Melakukan kegiatan usaha peransuransian, kecuali sebagai aden pemaaran asuransi syariah5. Melakukan penyertaan modalH. System PerbankanPengertiaan system perbankan ada dua macam, pertama adalah sebagai suatu jaringan yang terintegrasi dengan lembaga-lembaga perbankan yang terdiri dari BI, Bank Umum, dan BPR. Kedua adalah sebagai satu jaringan yang terintegrasikan bank-bank deposito yang terdiri dari sejumlah bank deposito.

System perbankan yang berlaku di Indonesia ada dua macam, yaitu:1. Unit Banking Sistem, yaitu suatu system yang menyebutkan bahwa berlakunya pola operasional perbankan pada ruang lingkup unit tertentu saja, berdiri sendiri dan mempunyai kewenangan yang mencangkup kegiatan sebatas di Bank yang bersangkutan2. Branch Banking Sistem, yaitu system perbankan yang terdiri dari kantor pusat, kantor cabang dengan management modern yang terpadu, terencana dan ada desentralisasi kecenangan yang luas serta wilayah operaisonalnya sangat luas/tidak pada wilayah tertentu saja. Cirri-ciri bank yang menganut system ini adalah:1. Bank dapat melakukan diversifikasi produk yang lebih bervariatif guna mendukung jaringan cabang/operasional yang luas2. Bank dapat melakukan intermediary lokasi sehingga dapat tumbuh lebih cepat dan dapat mengambil peran yang lebih besar dalam perekonomian3. Bank dapat melakukan ekspansi fisik ke daerah ekonomi baru sebagai pusat pertumbuhan4. Kantor pusat membuat perencanaan jangka panjang, cabang-cabang bank cendrung membuat rencana jangka pendek5. Delegasi wewenang lebih jelas dan mantap terutama dalam memutuskan kredit berdasatkan status cabang6. System ini lebih memungkinkan mendorong bank untuk menjangkau pasar terdekat dengan cabang-cabangnyaSystem cabang memiliki kelemahan yaitu, ketika suatu cabang menerima permohonan kredit yang bukan wewenangnya. Proses perkreditan menjadi lebih lama karena harus melalui kantor pusat. Kredit diputuskan oleh komite pusat. Disamping itu dengan system ini akan merugikan bank bila delegasi wewenang dari pusat ke cabang tidak diikuti kemampuan manajerial/SDM di tingkat cabangI. Lingkungan PerbankanBank-bank beroperasi pada skala nasional maupun internasional. Dalam operasinya, bank akan berinteraksi dengan sesame bank di dalam negeri, dengan perusahaan non bank dan bank dan non bank yang berada di luar negeri. Interaksi ini membentuk lingkungan tersendiri menurut tingkat ineteraksinya. Lingkungan tersebut lingkungan internal, lingkungan eksternal dan lingkungan internasional.a. Lingkungan internalLingkungan internal adalah lingkungan di kalangan perbankan. Dalam lingkungan internal, bank mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai peserta dalam persaingan dan sebagai bagian organic system perbankan. Sebagai peserta atau sebagai bagian organic sudah selayaknya menyenal lingkungan internal beroperasinya suatu bank yang menyangkut aspek:1. Undang-Undang Perbankan (UU No.10 tahun 1998) dan ketentuan/peraturan lain yang berkaitan dengan lembaga perbankan2. Kebijakan moneter dan perbankan yang dilakukan Bank Indonesia maupun Departemen Keuangan RI3. Struktur Perbankan Indonesia atau konsentrasi Perbankan4. System perbankan yang berlaku di Indonesia: unit atau branch banking system5. Jenis bank yang beroperasi: Bank Umum Konvensional atau Bank Syariah, Devisa atau Non Devisa6. Peta perkembangan perbankan baik menyangkut jumlah, penyebaran dan posisi dana serta prospeknya7. Persaingan antar bankPerhatian terhadap aspek-aspek tersebut berguna bagi bank untuk menentukan keuatan dan kelemahan, peluang dan tantangan bank yang bersangkutan, kemudian bank dapat memposisikan sebagai lender, challenger, follower, atau nicher dalam persaingan antar bankSystem perbankan merupakan jaringan yang terintegrasi, secara otomatis antar bank ada saling ketergantungan dan harus berinteraksi satu sama yang lain sebagai bagian dari system perbankan. Bukti bahwa antar bank saling tergantung dan saling berinteraksi misalnya dalam hal transfer dana antar bank, kliring antar bank, peneriamaan uang kartal untuk diedarkan dari Bank Indonesia, pinjam meminjam dana antar bank, kredit sindikasi, bank koresponden, hubungan bank devisa dengan non devisa dalam transaksi dengan surat kredit berdokumen (letter of credit) dan sebagainyab. Lingkungan eksternalLingkungan eksternal adalah lingkungan berganda (multiple encironment), dengan kata lain sebagai lingkungan yang rangkap atau berlapis-lapis, lingkungan ini terdiri dari lingkungan fisik, teknologi, hukum, social-demografi, ekonomi, lingkungan usaha, ekonomi makro, politik dan persaingan. Sementara pihak-pihak yang penting bagi bank dalam lingkungan ini adalah rumah-tangga-rumah-tangga, unit-unit pemerintahan dan perusahaan non keuangan.

Tabel 1.1.Klasidikasi Industri Di Indonesia1PERTANIAN5INDUSTRI BARANG KONSUMSI

PertanianMakanan dan minuman

PerkebunanIndustry tembakau

PertenakanFarmasi

PerikananKosmetik dan alat kep. Rumah tangga

KehutananLain-lain yang belum terklasifikasi

Lain-lain yang belum terklasifikasi

6INDUSTRI, PROPERTI& REAL ESTATE

2PertambanganKonstruksi

Pertambangan batu bara Property dan real estate

Pertambangan minyak dan gas bumiLain-lain yang belum terklasifikasi

Pertambangan logam dan mineral

Penggalian batu dan tanah7INFRASTRUKTUR, UTILITAS&TRANSPORTASI

Lain-lain yang belum terklasifikasiEnergy

Jalan tol. Pelabuhan&sejenisnya

3INDUSTRI DASAR DAN KIMIATelekomunikasi

SemenTransportasi

Keramik, gelas, dan porselenLain-lain yang belum terklasifikasi

Produk logam dan sejenisnya

Kimia8KEUANGAN

PlasticBank

Pakan ternakLembaga pembiayaan

Industry kayu dan pengolahannyaPerisajaan efek

Pulp dan kertasAsuransi

Lain-lain yang belum terklasifikasiReksadana

Lain-lain yang belum terklasifikasi

4ANEKA INDUSTRI9

Mesin dan alat beratPERDAGANGAN DAN JASA

Otomotif dan komponennyaPerdaganan besar barang industry

Tekstil dan garmenPerdagangan besar barang konsumsi

Alas kakiPerdagangan eceran

KabelHotel dan restoran

ElektronikPariwisata dan hiburan

Lain-lain yang belum terklasifikasiPeriklanan dan media jasa

Jasa computer dan perangkatnya

Perusahaan-perusahaan yang diklasifikasikan pada tabel 1.1 (selain bank atau selain industry keuangan) perlu mendapat perhatian bank, sebab perusahaan non financial tersebut ada yang mengalami kelebihan dana maupun ada yang membutuhkan dana. Bank komersial atau bank deposito dapat beroperasi secara terus menerus karena jasa intermediasinya digunakan oleh mereka.c. Lingkungan internasionalKomponen yang relevan drngan lingkungan internasional adalah moneterisasi perekonomian dunia, tingkat dan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang internasional atau sebaliknya, posisi neraca berjalan suatu negara devisa, inflasi relative, suku bunga relative, laju pertumbuhan ekonomi bangsa dan persaingan internasional. Factor-faktor tersebut saling berkait dan bank dapat mengambil manfaat dari perilaku factor tersebut, khususnya bank-bank yang berurusan dengan msalah transaksi internasional (valuta asing), beberapa factor yang secara eksplisit sebagai factor yang mempengaruhi kurs valuta asing:1. Penawaran dan permintaan valuta asing. Penawaran valuta asing dicerminkan atau terjadi ketika terjadi ekspor barang dan jasa dari suatu negara ke negara lain yang menghasilkan valuta asing atau forex2. Factor tingkat inflasi. Perbedaan tingkat inflasi antar negara dapat menimbulkan fluktuasi kurs valuta asing. Pada negara yang mengalami inflasi yang lebih tinggi akan mendprpng impor dari negara yang inflasinya lebih rendah. Impor barang ini yang akan mendorong permintaan valuta negara eksportir.3. Factor tingkat bunga. Peningkatan suku bunga umumnya dilakukan untuk menarik modal dari luar negeri. 4. Factor kebijakan pemerintah. Dalam memelihara stabilitas nilai kurs suatu mata uang, umumnya suatu negara akan melakukan kebijakan-kebijakan di bidang moneter.5. Posisi neraca transaksi berjalan (current aacount) dan neraca modal. Posisi ini dapat dilihat pada neraca pembayaran suatu negara (balance of payment) sub current account dan capital account.Disamping factor-faktor diatas, pertumbuhan perekonomuan suatu negara akaan memberikan daya tarik bagi para investor di luar negeri. Daya tarik ini akan diikuti oleh penanaman modal luar negeri di Indonesia, artinya permintaan rupiah terhadap mata uang asing juga meningkat. J. Keberlangsungan Kegiatan Bank, Lingkungan Perbankan dan Manajemen IntegratifFungsi usaha suatu bank adalah mencari pendapatan bagi para pemiliknya, sedangkan fungsi ekonomi suatu bank adalah menyediakan berbagai jasa keuangan yang diperlukan dalam perekonomuan. Dengan kata lain fungsi utama suatu bank akan dapat dilakukan kalau bank tersebut menjalankan fungsi ekonomi. Untuk dapat menjalankan dungsi ekonominya, suatu bank hatus dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Bank dapat tumbuh dan berkembang karena mampi menyesuaikan dengan ilngkungannya. Dengan demikian bank-bank yang tidak mampu menyesuaikan lingkungan akan tidak menjalankan fungsi ekonomi, fungsi usaha, dan kemudian akan lenyap atau kehilangan dasar hidupnya.Perangkat fungsi ada dua yaitu, perangkat fungsi keluar yang terdiri dari fungsi usaha dan fungsi ekonomi, dan perangkat fungsi kedua yaitu, perangkat fungsi antara system. Dengan menjalankan perangkat fungsi antara system maka memungkinkan secara integrative bank dapat menjalankan fungsi usaha dan fungsi ekonomi dalam rangka penyesuaian terhadap lingkungan. Manajemen yang menjalankan pendekatan system ini disebut manajemen integrative.Dengan perhatian uraian di atas sebeneranya dapat diringkas bahwa keberhasilan bank dalam menjalankan usahanya sangat tergantung dari kemampuan memahami/menyesuaikan dengan lingkungannya, kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya, kemampuan melakukan penyesuaian terhadap perubahan lingkungannya serta kemampuan menjalankan manajemen integrativeK. Efisiensi Ekonomi, Persaingan dan Pasar KompetitifEfisiensi ekonomi pada perbankan juga mengandung dua dimensi, yaitu tersedianya berbagai macam instrument financial bagi pemilik aktiva yang menguntungkan, memberikan ng portofolio yang paling optimal untuk kepentingan return, risk dan likuiditas. Alokasi sumber dana pada penggunaan yang paling bernilai dan tersedianya berbagai instrument keuangan akan terjadi bila bank-bank berada pada lingkungan yang kompetitif. Lingkungan yang kompetitif akan melahirkan persaingan yang kompetitif. Persaingan akan timbul bila terdapat banyak penjual/bank sehingga sering disebut penawaran kompetitif. Pada sisi permintaan, semakin banyak jumlah pembeli juga akan menciptakan permintaan kompetitif. Pertemuan penawaran kompetitif dengan permintaan kompetitif akan membentuk pasar kompetitif.Pasar kompetitif merupakan syarat adanya persaingan. Persaingan dari sisi penawaran dapat dibedakan persaingan harga dan persaingan bukan harga. Persaingan harga bias diatasi dengan bekerja pada tingkat yang paling efisien untuk menurunkan biaya tetap atau biaya variable, keberhasilan menurunkan biaya akan meningkatkan pernjualan produk atau jasa. Peningkatan penjualan akan mendorong perkembangan bank. Bila sebagian besar perusahaan/penjual/bank berkembang, maka perekonomian juga akan berkembang. Perkembangan ekonomi tersebut didorong oleh persaingan harga.L. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Arah Kebijakan PerbankanArsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar system perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arahan, bentuk dan tatanan industry perbankan untuk rentan waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan suatu perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan system keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.Visi API yaitu: menciptakan system perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan system keuangan alam rangkat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.Guna mempermudah mencapaian visi API tersebut, makan ditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu:1. Menciptakan struktur perbankan domestic yang sehat dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan2. Menciptakan system pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standart nasional3. Menciptakan industry perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko4. Menciptakan good corporate government dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional.5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mewujudkan terciptanya industry perbankan yang sehat6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlingungan konsumen jasa perbankanM. Tantangan Perbankan Ke DepanUntuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbankan harus dilakukan di berbagai bidang terutama untuk menjawan tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangan-tantangan tersebut adalah sebagai berikut:1. Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendahUntuk mncapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam waktu lima tahun ke depan, diperlukan pertumbuhan kredit perbankan yang cukup besar. Sementara itu, kemampuan permodalan perbankan Indonesia saat ini mengidentifikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut sulit dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi permodalannya2. Struktur perbankan yang belum optimalBelum optimalnya struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang menguasai 75% asset perbankan di Indonesia). Namun demikian bank-bank kecil dalam hal ini perlu mendapatkan perhatian karena selain jumlahnya relative banyak, bank-bank kecil tersebut juga memiliki cangkupan usaha yg relative sama dengan bank-bank besar namun dengan kemampuan operasional, manajemen risiko dan corporate governance yang relative lebih terbatas.3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang dinilai oleh masyarakat masih kurangKurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan perbankan ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat mengenai kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku bunga kredit serta masih banyaknya prakti penyediaan jasa keuangan informal.4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkanHal ini disebabkan karena masih terdapatknya beberapa prinsip-prinsip pridensial yang masih belum diterapkn secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan law-enforcment pengawasan yang belum efektif.5. Kapabilitas perbankan yang masih lemahLemahnya kapabilitas perbankan ditandai dengan kurangnya corporate government dan core banking skills pada sebagian besar perbankan sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua hal tersebut.6. Profitabilitas dan efisien operasional bank yang tidak sustainableTingkat profitabilitas dan efisien operasional yang dicapai oleh perbankan pada umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif bank-bank. Marhin yang diperoleh bank-bank semakin mengecil karena adanya kecendrungan suku bunga yang menurun7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkanPerlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang berpengaruh langsung terhadap sebagian besar masyarakat kita. Oleh karena itu, menjadi tantangan sangat besar bagi perbankan dan Bank Indonesia serta masyarakat luas untuk secara bersama-sama menciptakan standar-standar yang jelas dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah dan transportasi informasi produk perbankan8. Perkembangan Teknologi InformasiKemajuan teknologi informasi ikut menambah tantangan yang dihadapi oleh perbankan. Perkembangan teknolohi informasi (TI) menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank sehingga risiko-risiko yang muncul menjadi lebih besar dan bervariasi.

BAB 2REGULASI DAN PENGATURAN PERBANKANA.Mengapa Perlu RegulasiAda beberapa alasan lain yang perlu dipahami, mengapa bank perlu diatur, alasan tersebut antara lain:a. Lembaga perbankan di samping mempunyai tujuan bisnis juga mengemban amanat nasional untuk mensejahterakan rakyat banyak. Oleh karena itu, kegiatan bank tidak boleh mengabaikan kepentingan rakyat, yaitu kemakmuran bersama. Dominasi atau monopoli perbankan sangat bertentangan dengan konsep pemerataan kemakmuran.b. Persamaan kepentingan stakeholder. Bank yang beroperasi untuk publik berarti melayani publik. Oleh karena itu bank juga disebut lembaga kuasi publik (kuasi publik institusion). Kepentingan stakeholder mutlak diperhatikan. Mereka adalah pemilik saham, para pegawai di dalamnya, pada kreditur, pada deposan dan masyarakat umumnya yang menggunakan jasa perbankan.c. Bank merupakan lembaga kepercayaan. Sebagai lembaga kepercayaan, maka masyarakat akan dipercayakan dananya di bank. Deposan yang bertindak sebagai kreditur/ investor pada bank juga harus merasa bahwa investasinya aman di bank tersebut.d. Bank umumnya beroperasi dengan modal yang samngat rendah dibandingkan dengan hutang atau kewajiban kepada pihak eksternal.e. Kebangkrutan atau likuidasi bank dapat menimbulkan domino effect terhadap bank lain yang sehatr. Bila ini terjadi maka akanm mengganggu sistem perbankan nasional dan perekonomian nasional. Untuk itu perlu diatur.B.Regulasi, Deregulasi, dan ReregulasiAda beberapa yang bisa menjadi pedoman, antara lain:1. Tidak menimbulkan konsentrasi kekuatan ekonomi2. Memberikan fleksibilitas bagi bank untuk tumbuh secara optimal3. Dapat menciptakan pasar yang kompetitif4. Dapat melindungi kepentingan stakeholder5. Dapat diterima oleh pihak-pihak yang diatur maupun pihak yang mengaturnya6. Dapat dilaksanakan secara bertanggung jawab, tidak dapat disimpangi oleh pihak-pihak yang diatur7. Memiliki kepekaan untuk membedakan bank yang berkinerja baik dan bank yang berkinerja buruk8. Dinamis, artinya regulasi harus bersifat dinamis yaitu sesuai dengan perkembangan pemikiran pemerintah serta lembaga pengatur, perkembangan sektor riil, teknologi, produk dan jasa perbankan, manajemen dan sebagainya.C.Tujuan Pengaturan PerbankanRegulasi, deregulasi, maupun reregulasi yang diciptakan otoritas moneter dibidang perbankan harus sinergi dengan regulasi disektor lain selain bank. Dengan demikian, tujuan pengaturan bank sebenarnya untuk kepentingan safety, stability, dan structure1. SafetyDalam hal ini adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan pasar dalam penarikan simpanan oleh masyarakat yang berakibat pada ambruknya suatu bank. Otoritas moneter sangat menyadari bahwa jumlah uang yang beredar mayoritas melalui bank. Peredaran uang akan mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja, produksi danmpendapatan masyarakat. Kegagalan suatu bank bisa menimbulkan rush pada beberapa bank lain dan ini beraarti akan menggangu sistem perbankan nasional. Memang tidak menutup kemungkinan resiko kegagalan bank tersebut telah dicover melalui insurance deposit, namun demikian konsekuensi ini tetap menimbulkan biaya bagi bank maupun perekonomian secara macro.2. StabilityTujuan safety dan stability dapat dipandang sebagai motif fundamental ekonomi macro dan micro. Pada level ekonomi makro, penawaran uang merupakan faktor penentu yang sangat penting dari aktivitas ekonomi secara totaol. Para ahli monetertentu akan mengatakan bahwa faktor ini sangat penting. Dengan demikian otoritas moneter berkepentingan untuk melindungi the money suply dan meningkatkan pengendalian bank reserves, interest rate serta kredit perbankan. Sedangkan pada ekonomi mikro, memfokuskan pada risk exposure of individual bank dan mengisolasi kemungkinan domino effect. Untuk melakukan hal tersebut, otoritas moneter akan memperhatikan setiap individual bank agar dapat beroprasi secara aman dan sehat.3. StructurePengendalian struktur perbankan (structure) perlu dilakukan melalui regulasi. Struktur disini bisa diartikan menyangkut jumlah/penyebaran bank. Structure objective dapat dipandang sebagai perhatian otoritas moneter terhadap masalah persaingan dan efesiensi bank. Competitive price akan dinikmati oleh masyarakat atau nasabah untuk mendapatkan pinjaman dengan tingkat bunga yang relatif lebih rendah dan tingkat bunga simpanan yang relatif lebih tinggi.D.Ketentuan kelembagaan, Kepengurusan, dan Kepemilikan Bank1. Pendirian Banka. Pendirian Bank UmumBank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan ijin gubernur Bank Indonesia.Bank umum hanya dapat didirikan oleh :1) Warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia, atau2) Warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia dengan warga negara asing atau badan hukum asing secara kemitraan.3) Pemerintah daerah (khusus untuk bank umum syariah)b. Pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)BPR nhanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan ijin Bank Indonesia. BPR hanya dapat didirikan dimiliki oleh : 1) Warga negara Indonesia2) Badan Hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia3) Pemerintah Daerah, atau4) Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam angka 1), 2),dan 3)c. Modal disektor untuk mendirikan BPR ditetapkan paling sedikit sebesar ;1) Rp 5 miliar untuk BPR yang didirikan di wilayah DKI jakarta2) Rp 2 miliar untuk BPR yang didirikan di wilayah ibukota provinsi dipulau jawa dan Bali dan di wilayah kabupaten atau kotamadya Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi3) Rp 1 miliar untuk BPR yang didirikan di ibukota provinsi diluar pulau jawa dan Bali dan di pulau Jawa dan Bali diluar wilayah sebagaimana disebut dalam angka 1) dan 2)4) Rp 500 juta untuk Bpr yang didirikan diwilayah lain di luar wilayah sebagaimana disebut dalam angka 1), 2) dan 3)d. Modal disetor untuk mendirikan BPR syariah ditetapkan sekurang-kuarangnya;1) Rp 2 miliar untuk BPRS yang didirikan di wilayah DKI jakarta dari kabupaten / Kota tangerang, Bogor Depok dan Bekasi;2) Rp 1 miliar untuk BPRS yang didirikan di wilayah ibukota provinsi diluar wilayah sebagaimana disebut dalam angka 1)3) Rp 500 juta untuk BPRS yang didirikan diluar wilayah angka 1) dan 2)e. Pembukaan Kantor cabang Bank Asing Pembukaan kantor cabang Bank Asing dapat dilakukan apabila bank yang akan membuka kantor cabang :1) Memiliki peringkat dan reputasi minimal A dari lembaga pemeringkat internasional termuka2) Memiliki total asset yang termasuk dalam 200 besar dunia3) Menempatkan dana usaha minimal setara Rp 3 triliun4) Memberikan surat pernyataan tidak berkeberatan untuk membungkus kantor cabang diindonesia dari otoritas perbankan di negara tempat kantor pusat bank.f. Pembukaan Kantor Perwakilan Bank AsingKantor Perwakilan hanya diperkenankan melakukan kegiatan antara lain :1) Memberikan keterangan kepada pihak ketiga mengenai syarat dan tata cara dalam melakukan hubungan dengan kantor pusat/kantor kantor cabangnya diluar negri.2) Membantu kantor pusat atau kantor cabangnya diluar negri dalam mengawasi agunan kredit yang berada di indonesia.3) Bertindak sebagai pemegang kuasa dalam menghubungi instansi/ lembaga guna keperluan kantor pusat atau kantor cabangnya diluar negri.4) Bertindak sebagai pengawas terhadap proyek-proyek yang sebagian atau seluruhnya dibiayai oleh kantor pusat atau kantor cabangnya diluar negri.5) Melakukan kegiatan promosi dalam rangka memperkenalkan bank.6) Memberikan informasi mengenai perdagangan, ekonomi dan keuangan indonesia kepada pihak luar negri atau sebaliknya.7) Membantu para eksportir Indonesia guna memperoleh akses pasar di luar negri melalui jaringan internasional yang dimiliki kantor perwakilan atau sebaliknya.2.Kepemilikan BankSumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan bank umum konvensional, dilarang berasal:1.Dari pinjaman fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari Bank dan pihak lain di Indonesia, atau2.Untuk pecucian uang.Sumber dana yang diguinakan dalam rangka kepemilikan bank umum syariah dan BPR syariah, dilarang berasal :a. Dari pinjaman atau mfasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan pihak lainb. Dari sumber yang diharamkan menurut prinsip syariah (bagi BPR syariah); danc. Dari dan untuk tujuan pencucian uangPihak-pihak yang dapat menjadi pemilik bank wajib memenuhi syarat :a. Memiliki akhlak dan moral yang baikb. Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan perbankan syariah bagi bank umum syariahc. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan oprasional bank yang sehat dan tangguh (bagi bank umum syariah )d. Tidak termasuk dalam daftar tidak lulus ( khusus bagi bank umum konvesional ).3.Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan di IndonesiaPemegang saham pengendali (PSP) adalah badan hukum atau perorangan dan kelompok usaha yang:a. Memiliki saham bank sebesar 25% atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan bank dan mempunyai hak suara.b. Memiliki saham bank kurang dari 25% dari jumlah sahamyang dikeluarkan bank dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian bank baik secara langsung maupun tidak langsung.Kebijakan kepemilikan tunggal dikecualikan bagi :a. Kepemilikan PSP pada 2 bank yang melakukan kegiatan usaha dengan prinsip berbeda, yakni secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah.b. Kepemilikan PSP pada 2 bank yang salah satunya merupakan bank campuran ( joint venture bank )c. Bank holding company yang dibentuk sesuai ketentuan bank indonesia mengenai kepemilikan tunggal.4.Kepengurusan BankKepengurusan Bank Umum :1) Dewan komisaris2) DireksiKepengurusan Bank konvensional:1) Dewan Komisaris2) DireksiKepengurusan BPR Syariah:1) Dewan Komisaris2) Direksi 5.Dewan Pengawas Syariaha. Bank sryariah wajib membentuk DPS yang berkedudukan di kantor pusat Bank.b. Anggota DPS wajib memenuhi persyaratan integritas, kompetensi dan reputasi keuangan.c. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS d. Jumlah anggota DPS di Bank umum Syariah paling kurang 2orang atau paling banyak 50% dari jumlah anggota direksi.6.Komite Perbankan SyariahKomite perbankan syariah adalah forum yang beranggotakan para ahli yang di bidang syariah muamalah dan ahli ekonomi, ahli keuangan, dan ahli perbankan, yang bertugas membanyu BI dalam mengimplementasikan fatwa MUI menjadi ketentuan yang akan dituangkan kedalam peraturan Bank Indonesia.7.Pemanfaatan Tenaga Kerja ASING dan Program Alih Pengetahuan di Sektor Perbankana. Bank dapat memanfaatkan Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan memenuhi ketentuan Bank indonesia.b. Bank wajib meminta persetujuan dari BI sebelumnya mengangkat TKA untuk menduduki jabatan sebagai komisaris, direksi dan pejabat eksekutifc. Bank wajib menyampaikan rencana pemanfaatan TKA kepada BI. Rencana pemanfaatan TKA dimaksud wajib dicantumkan dalam rencana Bisnis Bank.d. Bank wajib menjamin terjadinya alih pengetahuan (transfer of knowladge) dalam pemanfaatan TKA.8.Penilaian Kemampuan dan Kepatuan ( Fit and Proper Test ) pada Bank Umum dan BPRPenilaian kemampuan dan kabupaten pada Bank umum dan BPR dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap :a. Calon pemegang Saham Pengendali PSP dan calon pengurusb. PSP dan pengurus , danc. Pejabat eksekutif bank dan pemimpin kantor kantor perwakilan (KPW) Bank Asing.Persyaratan integritas bagi calon PSP dan calon pengurus meliputi:a. Memiliki akhlak dan moral yang baik.b. Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan.c. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan oprasional bank yang sehat d. Tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus (DTL).Faktor integritas nbagi PSP, pengurus dan pejabat eksekutif yaitu tidak pernah dilakukannya tindakan-tindakan baik secara langsung maupun tidak langsung berupa : a. Perbuatan rekayasa atau praktik-prakktik perbankan yang menyimpang dari ketentuan perbankan.b. Perbuatan menolak memberikan komitmen dan tidak memenuhi komitmen yang telah disepakati dengan BI atau pemerintah.c. Perbuatan yang memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemilik, pengurus, dan pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan bank.d. Perbuatan yang melanggar prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.9.Pembelian Saham Bank Umuma. Perorangan atau badan hukum untuk dapat membeli saham bank umum secara langsung maupum melalui bursa.b. Jumlah kepemilikian saham oleh warga negara asing/badan hukum asing maksimal 99% dari modal disetor bank.c. Kepemilikian bank umum oleh badan hukum Indonesia setinggi-tingginya sebesar modal sendiri badan hukum yang bersangkutand. Pembelian saham yang menyebabkan kepemilikan mencapai 25% atau lebih dari jumlah saham bnak, atau kurang dari 25% namun menyebabkan beralihnya pengendalian bank wajib memperoleh ijin dari BI.10.Merger, Konsolidasi dan akuisisi Bank Merger, Kosolidasi dan Akuisisi Bank Umuma. Merger, konsolidasi, dan akuisisi dapat dilakukan atas inisiatif bank yang bersangkutan atas permintaan BI dan atau inisiatif badan khusus.b. Merger atau konsolidasi dapat dilakukan antara bank konvensional dengan bank syariah apabila bank hasil merger atau konsolidasi menjadi bank syariah.c. Akuisisi bank umum dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum, baik melalui pembelian saham bank secara langsung maupun melalui bursa yang mengakibatkan beralihnya pengendalian bank.Merger, Konsolidasi dan Akuisisi BPR/BPRSa. Konsolidasi, dan akuisisi BPR/BPRS yang bersangkutan atau permintaan BI.b. Merger atau konsolidasi hanya dapat dilakukan antar BPR atau BPRSc. Merger atau konsolidasi antara konvensional dengan BPRS syariah hanya dapat dilakukan apabila BPR hasil merger atau konsolidasi menjadi BPR syariah.11.Pembukaan Kantor Bank Kantor Cabang Bank Umum Kantor Cabang BPR Kantor Cabang BPR syariah Unit Usaha Syariah (UUS)12.Perubahan Nama dan Logo Banka. Perubahan nama bank wajib dilakukan dengan memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlakub. Bank yang telah memperoleh persetujuan perubahan anggaran dasar terkait dengan penggunaan nama baru dari instansi berwenang wajib mengajukan permohonan kepada BI mengenai mpenetapan penggunaan ijin usaha yang dimiliki untuk bank dengan nama baru.c. Perubahan logo bank wajib dilaporkan kepada BI paling lambat 30 hari kerja sebelum perubahan dilakukan dengan pelaksanaan dari perubahan dilakukan dengan pelaksanaan dari perubahan logo dimaksud wajib dilaporkan ke BI.13.Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum / BPR konvensional Menjadi Bankl Umum/ BPR syariaha. Bank hanya dapat mengubah kegiatan usahanya menjadi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dengan ijin dari gubernur Bank Indonesia.b. Rencana Perubahan kegiatan usaha tersebut wajib dicantumkan dalam rencana bisnis bank.c. Bank yang semula memiliki ijin usaha sebagai bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan telah memperoleh ijin perubahan kegiatan usaha menjadi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.14.Penutupan Kantor cabang BankPenutupan kantor cabang bank hanya dap[at dilakukan dengan persetujuan Bank Indonesia. Permohonan untuk memperoleh persetujuan prinsip penutupan KC wajib disertai dengan alasan penutupan, dan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam ranghka penyelesaian seluruh kewajiban KC kepada nasabah dan Pihak lainnya.15.Peningkatan Bank Umum Non Devisa menjadi Bank Umum DevisaPersyaratan untuk menjadi umum devisa adalah : CAR minimum dalam bulan terakhir 8% tingkat kesehatan selama 24 bulan terakhir berturut-turut tergolong sehat, modal disetor minimal Rp 150 miliar.16.Perubahan ijin Usaha bank Umum menjadi Ijin usaha BPR dalam rangka konsolidasia. Perubahan ijin usaha bank umum menjadi ijin usaha BPR hanya dapat dilakukan dengan ijin dari Gubernur Bank Indonesiab. Perubahan ijin dimaksud dapat dilakukan secara sukarela atau mandatori.c. Bank umum yang pada tanggal 31 Desember 2010 tidak memenuhi modal inti minimum Rp 100 miliar.17.Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Banka. Bank indonesia menetapkan status Bank dalam pengawasan intensif.b. Bank indonesia menetapkan status Bank dalam pengawasan khusus.18.Tindak Lanjut Penanganan Terhadap BPR dalam status pengawasan Khusus (DPK)a. Menambah modalb. Menghapus bukukan kredit yang tergolong macet dan memperhitungkan kerugian BPR dengan modalnyac. Mengganti anggota direksi dan dewan komisaris BPRd. Melakukan merger atau konsolidasi dengan BPR lain19.Likuidasi bankLikuidasi Bank adalah tindakan penyalamatan seluruh hak dan kewajiaban bank sebagai akibat pencabutan ijin usaha dan pembubaran badan hukum bank.20.Pencabutan ijin Usaha Atas Permintaan pemegang Saham (self liquidation)a. Bank yang dapat dimintakan pencabutan ijin usahanya atas permintaan pemegang saham sendiri merupakan bank yang tidak sedang ditempatkan dalam pengb. Pencabutan Ijin Usaha atas permintaan pemegang saham bank hanya dapat dilakukan oleh bank indonesia.c. Pencabutan ijin usaha atas permintaan pemegang saham bank dilakukan dalam 2 tahap: persetujuan persiapan pencabutan ijin usaha, dan keputusan pencabutan ijin usaha.d. Apabila permohonan pencabutan ijin usaha disetujui, bank indonesia memberikan surat ijin keputusan pencabutan ijin usaha banke. Sejak tanggal pencabutan ijin usaha, diterbitkan,apabila di kemudian hari terdapat kewajiban yang belum diselesaikan.21.Kebutuhan kegiatan Usaha dan Beberapa Produk Bank1) Pedagang Valuta Asing (PVA) bagi Bank2) Transakti derivatif3) Comercial paper (CP)4) Simpanan :- Giro, deposito , sertifikat Deposite , tabungan 5) Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah6) Prinsip Syariah Dalam kegiatan penghimpunan Dana dan penyaluran Dana serta pelayanan Jasa Bank Syariah.Ketentuan kehati-hatian 1. Modal Inti Bank Umum2. Kewajiban penyediaaan Modal minimum (KPMM) ketentuan KPMM bagi Bank Umur Konvensional.a. Bank secara individualb. Bank secara konsolidasi dengan perusahaan anakUntuk BPRS, ATMR terdiri dari : Aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar risiko penyediaan dana atau tagihan yang melekat pada setiap pos aktiva. Pos tertentu dalam daftar kewajiban komitmen dan kompetensi (off balance sneet account )3.Posisi Devisa Neto (PDN)4.Bebas maksimum pemberian kredit (BMPK) dan Ketentuan BPMK bagi Bank5.Kualitas Aktiva6.Penyisihan penghapusan Aktiva (PPA) Penyisihan penhapusan Aktiva (PPA) bank Syariah Penyisihan penghapusan Aktiva produktif Penyisihan penghapusan aktiva (PPA) BPR syariah7.Restrukturisasi kredit8.Restrukturisasi pembiayaan bagi Bank syariah dan UUS9.Giro wajib minimum (GMW) Bank Umum konvensional10.Penerapan Prinsip Mengenai Nasabah ( Know your customer )11.Transparansi Kondisi Keuangan Bank Umum12.Prinsip kehati-hatian dalam kegiatan penyertaan Modal Bank Umum13.Prinsip kehati hatian dalam Aktivitas Sekuritasi aset bagi bank UmumG.Peneliaian Tingkat Kesehatan Bank Bank Umum Konvensional Bank Umum Syariah (BUS) BPRH.Ketentuan self Regulatory Banking (SRB)1) Pedoman Penyusunan Kebijakasanaan Prekreditan Bank (PPKPB)2) Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) bagi Bank Umum3) Satuan kerja Audit Intern (SKAI) Bank Umum4) Direktur Kepatuhan5) Rencana Bisnis Bank Umum6) Penerapan manajemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi oleh Bank7) Penerapan manajemen risiko bagi Bank Umum8) Penerapan manajemen Risiko secara konsolidasi bagi Bank yang menjadi pengendalian terhadap Perusahaan Anak9) Penerapan manajemen risiko pada internet Banking10) Penerapan manajemen Risiko pada Bancassurance11) Penerapan manajemen risiko pada aktivitas bank yang berkaitan dengan Bank12) Sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat Bank UmumI.Ketentuan Pembiayaan 1. Fasilitas Pendanaan jangka Pendek (FPJP) bagi Bank Umum2. Fasilitas pendanaan jangka Pendek (FPJP) bagi BPR3. Fasilitas pembiayaan jangka pendek bagi Bank Syariah (FPJPS)4. Fasilitas likuiditas Intrahari (FLI ) bagi Bank Umum5. Fasilitas likuiditas intrahari bagi Bank umum berdasarkan prinsip syariah (FLS )6. Fasilitas pembiayaan Darurat (FPD) bagi Bank UmumJ.Ketentuan Lainya1. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Dalam Rupiah (FASBI)2. Pinjaman Luar Negri Bank ( PLN)3. Pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah4. Lembaga sertifikasi Bagi BPR / BPRS5. Pembatasan transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit valas oleh Bank6. Sistem killing nasional7. Real time gross settlement (RTGS)8. Sertifikat bank indonesia (SBI)9. Sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS)10. Surat Utang Negara (SUN)11. Rahasia Bank12. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) perbankan13. Penyelesaian pengaduan Nasabah14. Mediasi Perbankan15. Intensif dalam rangka konsolidasi perbankan16. Perlakuan khusus terhadap kredit Bank bagi Daerah-Daerah Tertentu di Indonesia yang Terkena Bencana17. Sistem Informasi Debitur (SID)

BAB 3PENGAWASAN BANK OLEH REGULATORPengawasan bank oleh regulator perlu dilakukan agar tidak terjadi inefiensi proses analisis risikom ketidakcukupan monitoring dan kegagalan transfer informasi, struktur insentif yang buruk dan ketidakcukupan corporate govermanance (Liwellyn, 2002). Tujuan mekanisme pasar adalah maksimisasi shareholder value, sedangkan tujuan pengawasan oleh regulator untuk meminimalkan kemungkinan kegagalan bank. Dalam konteks manajemen perbankan, regulasi mengarahkan pihak manajemen untuk mengelola bank sebara hati-hati. Hasil penelitian di Amerika menunjukan bahwa instrument control yang paling efektif dalam mengawasi bank adalah regulasi. Ini menunjukan walaupun ada mekanisme pasar berupa hostile takeover, marger ataupun akuisisi itu terjadi, namu regulasi menunjukan pengaruh signifikan dan sangat besar. Sedangkan instrument untuk corporate control yang paling tidak berpengaruh adalah hostile takeover.Dalam melaksanakan tugas pengawasan bank, saat ini regulator atau Bank Indonesia melaksanakan system pengawasannya dengan menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan berdasarkan kapatuhan (compliance based supervision) dan pengawasan berdasarkan risiko (risk based supervision. Dengan adanya pendekatan RBS tersebut bukan berarti mengesampingkan pendekatan berdasarkan kepatuhan, namun merupakan upaya untuk menyempurnakan system pengawasan tersebut sehingga dapat meningkatkan keefektifitasan dan efisiensi pengawasan perbankan. Secara bertahap, pendekatan pengawasan yang diterapkan BI akan beralih menjadi sepenuhnya pengawasan berdasarkan risiko.A. Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Oleh Bank IndonesiaPengaturan dan pengawasan bank oleh Bi meliputi wewenang sebagai berikut:1. Kewenangan memberikan ijin (right to licence), yaitu kewenangan untuk menetapkan tatacara perijinan dan pendirian suatu bank.2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitu kewenangan untuk menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan perbankan sehat yang mampu memenuhi jasa perbankan yang diinginkan masyarakat3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control), yaitu kewenangan melakukan pengawasan bank melalui pengawasan langsung (on-site supervision) dan pengawasan tidak langsung (off-site supervision).4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction), yaitu kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan undang-undang terhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan.B. Pendekatan Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan (Compllance Based Supervision)Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pada kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terkain dengan operasi dan pengelolahan bank. Pendekatan ini mengacu pada kondisi bank dimasa lalu dengan tujuan untuk memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsi-prinsip kehati-hatian. Prudent secara harafiah berarti kebijaksanaan. Dalam dunia perbankan maknanya asas kehati-hatian sehingga muncul pengawasan bank berdasarkan asas kehati-hatian. a. Karakter Supervisi Prudensial1. Sikap waspada dan hati-hati terutama pada risiko yang melekat, harus dikenali dan dicermati seperti karakter dan akibatknya, sumber penyebab dan factor kunci pencegahnya. 2. Menggunakan pendekatan yang proaktif dan antisipatif3. Menggunakan prinsip bahwa baik-buruknya bank merupakan tanggung jawab manajemen bank. Oleh karena itu perlu manajemen yang memiliki integritas dan kompetensi tinggi4. Dari segi kinerja operasional, pengawasan memberikan bobot yang besar terhadap kecukupan modal bank dalam memikul resiko kerugian yang mungkin timbul5. Dari segi informasi tentang kondisi, kinerja dan disiplin pasar, bank wajib memberikan informasi yang lengkap, akurat, tepat waktu dan layak dipercaya (relable) kepada pengawasan bank dan public pada umumnya6. Dari segi pembatasan risikom pengawasan bank memberikan perhatian besar terhadap konsentrasi pemberian kredit kepada debitur perorangan, group dan debitur pihak terkait dengan menetapkan legal lending limit7. Dari segi bisnis, pengawasan bank berusaha mencegah agar banktidak digunakan secara sadar atau tidak sadar sebagai sarana bertaransaksi dari hasil kejahatan8. Dari segi tanggung jawab, dianut prinsip bahwa tidak seharusnya pengawasan bias memberikan jaminan bahwa bank tidak aka nada yang gagal. Sukses dan gagalnya bank merupakan tanggung jawab manajerial bank9. Pengawasan bank dilakukan sejak pengajuan ijin didirikan banktersebut agar dapat dipastikan bahwa hanya yang dikelola secara professional yang masuk dalam system perbankanb. Sasaran Prudential Regulation1. Mengetapkan kebijakan bahwa hanya bank yang viable secara financial yang duujinkan untuk beroperasi2. Mengendalikan pemilik dan manajemen bank agar tidak mengambil risiko yang berlebihan3. Menetapkan ketentuan dan pedoman pelaksanaan akuntansi yang memadai, penilaian asset yang sealistis dan pelaporan yang mengakibatkan kondisi keuangan yang sebenarnya4. Menetapkan dasar dan kewenangan pihak pengawasan bank dalam melakukan tindakan korektif dan dalam membatasi aktivitas bank yang lemah atau tidak sehatc. Cakupan Subtansi Prudential Regulation1. Kebijakan bagi pendiri bank baru yang mendukung terwujudnya kegiatan usaha bank yang prudent, iklim kompetidi yang sehat dan seimbang2. Proses perijinan baru harus memastikan bahwa bank yang didirikan adalah pemegang saham yang memenuhi syarat3. Capital Adequacy Ratio yang memadai sesuai bases accord 19884. Pembatasan pengambilan resiko yang berlebihan oleh bank dilakukan dengan menetapkan konsentrasi pemberian kredit, kesenjangan likuiditas dengan net open position5. Prudential regulation atas likuiditas untuk menjamin bank mampu memenuhi kewajiban segera6. Penetapan pedoman dan perlakuan akuntansi bank, untuk memastikan bahwa penyusunan dan pelaporan keuangan dilakukan secara konsistend. Prakondisi Pengawasan Prudential (menurut David Folkerts)1. Pengawasan harus memiliko otonomi, otoritas, dan kepastian yang mencukupi2. Pengawasan bank harus memiliki kekuasaan.kewenangan yang ditetapkan dalam UU agar dapat menjalankan fungsi secara efektif, adapun aspek-aspek adalah:a. Meminta berbagai data yang relevanb. Melakukan pemeriksaan terhadap bankc. Melakukan verifikasi data/informasi yang disampaikan bankd. Menghentikan praktik tidak sehat yang dilakukan banke. Memerintahkan penggantian manajemenf. Menindak tegas, termasuk mencabut ijin usaha (oleh BI)3. Pengawasan bank harus memiliki kapasitas untuk menjangkau berbagai aspek kegiatan bank yang dinamis, kompleks dan canggih. Mereka harus memiliki kapasitas untuk menilai:a. Kepatutan dari pemilik dan manajemen bankb. Kelayakan dari prosedur penilaian kreditc. Prosedur control internald. Laporan keuangan konsolidasie. Informasi mikro dan informasi pasarC. Pengawasan berdasarkan risiko (Risk Based Supervision)Pendekatan ini merupakan pengawasan yang beriorintasi ke depan (forward looking). Dengan menggunakan pendekatan tersebut pengawasan.pemeriksaan suatu bank difokuskan pada risiko-risiko yang melekat (inherent risk) pada aktifitas akan lebih memungkinkan otoritas pengawasan nank untuk proaktif salam melakukan pencegahan terhadap permasalah yang potensial timbul di bank.Pengawasan berdasarkan risiko tidak lepas dari perkembangan Basel I dan Basel II yang sebagian besar diterpakan di lembaga perbankan di dunia. Evolusi pengaturan bank dimulai adanya Basel I yang diterbitkan oleh The Basel Committee on Banking Supervision. Dalam Basel I untuk pertama kalinya menawarkan suatu metedologi standar perhitungan jumlah modal berbasis risiko yang harus dipenuhi bank dengan menerbitkan Basel Capital Accord 1 pada tahun 1988. Alam Basel 1 ini hanya mencangkup risiko kredit dan berdasarkan standar-standar yang ada sekarang.Berkaitan dengan kelemahan-kelemahan pada Basel I, maka selanjutnya ada amandemen risiko pasar (the market risk management). Otoritas pengawasan perbankan di beberapa negara berupaya menyempurnakan accord 1988 agar menjadi lebih peka terhadap resiko. Penyempurnaan regulasi terus dilakukan untuk diimplementasikan bagi bank-bank komersial. Oleh karena itu muncul Basel II. Dengan dikeluarkan Risk Market Amond (Basel II Accord). Dalam Basel II menghubungkan secara langsung antara modal bank dengan risiko yang dimiliki. Namun cakupan risiko pasar dalam Basel II secara substansial tidak berubah dari Market Amandement tahun 1996 dan penyempurnaannya.Rangka Bassel II dirancang menggunakan tiga konsep peraturan, yang dikenal dengan tiga pilar yaitu:1. Pilar 1 Minimum Capital requiretments (Persyaratab modal minimum), merupakan pengembangan dari ketentuan standar yang ditetapkan dalam 1998 Acoord2. Pilar 2 Supervisory review (oleh BI) terkait dengan kecukupan modal bank dan proses penilaian internal3. Pilar 3 penggunaan market discipline secara efektif untuk meningkatkan keterbukaan dan mendorong praktik perbankan yan sehat dan amanPengawasan dan pemeriksaan bank berdasarkan risiko dilakukan terhadap jenis-jenis risiko sebagai berikut:a. Risiko kredit: risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi kewajibanb. Risiko pasar: risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar dari portofolio yang dimiliki oleh bank yang dapat merugikan bank. Variable pasar antara lain suku bunga dan nilai tukarc. Risiko likuiditas: risiko yang antasa lain disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempod. Risiko operasional: risiko yang antara lain disebabkan adanya keridakcukupan dana yang tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusi, kegagalan system atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operational banke. Risiko hokum: risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan-tuntutan hukumf. Risiko reputasi: risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negative yang dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negative terhadap bankg. Risiko strategic: risiko yang anta lain disebabkan penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak sehat atau kurangnya responsive bank terhadap perubahan eksternalh. Risiko kepatuhan: risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melakukan peraturan undang-undang dan ketentuan yang berlakuD. Metode Pengawasan Otoritas Pengawas1. Pengawasan melalui regulasiDalam hal otoritas pengawas bias melakukan pengawasan dengan memperhatikan sebagai berikut:a. Pengaturan persyaratan dan tata cara perijinan bagi pendiriaaan bank teeermaaasuuuk jaaaringaaan kaaantooornnnyaaab. Untuk bank yang sudah berjalan, perlu memperhatikan 1) kejelasan tugas, wewenang dan tanggung jawab direksi, komisaris, serta pejabat kunci, 2) prosedur pengambilan kebijakan dan keputusan yang objektif, 3) kejelasan tugas, wewenang dan tanggung jawab pendelegasian, 4) dukungan pedoman kerja yang jelas, 5) dukungan audit internal, 6) kewajiban melakukan audit eksternal/independen2. Pengawasan tidak langsungMekanisme pengawasan tidak langsung, adalah:a. Melakukan penilaian atas kepatuhan, ketepatan waktu dan konsistensi amteri laporanb. Menganalisis setiap jenis laporan maupun kombinasi atas berbagai laporan baik secara horizontal maupun verticalc. Mengkomunikasi dan atau mengklarifikasi berbagai temuan dari analisis yan memperoleh kejelasan dalam menetapkan tindak lanjutd. Bila terjadi penyimpangan, pengawasan perlu melakukan tindakan korektif atauapun yang lain3. Pengawasan langsung/pemeriksaanPemeriksaan khusus mefokuskan pada kredit dan asset berisiko yang berpotensi menimbulkan masalah. Dalam hal ini otoritas pengawasan menggunakan akuntan public yang dianggap ahli. Sehingga pemeriksaan akuntan public disamakan dengan pemeriksaan umum.4. Kontrak dan komunikasi teratur dengan bankKomunikasi ini berusaha meyakini bahwa manajemen bank telah patuh dan konsisten dalam menjalankan ketentuan dan pedoman pelaksanaanproses usaha bank, serta perkreditan yang sehat sesuai pedoman internal bank dan prinsip manajemen bank yang berlaku umum. Kontak dan komunikasi dapat berjenjang sesuai dengan kadar masalahnya. Hal-hal teknis dapat dilakukan dengan pejabat pelaksana bank. Sedangkan bersifat policy dan strategi dilakukan dengan pejabat yang lebih tinggi. Waktunya bias dilakukan setiap diperlukan.5. Tindak remedial dan atau penerapan sanksiPenerapan sanksi administrative dikenakan secara langsung oleh otoritas pengawas, sedangkan pelanggatan berat dan fundamental akan dilakukan melalui proses tertentu untuk mencari jalan keluar terbaik agar dampak buruknya dapat diperkecil. Pencabutan ijin usaha adalah alternative terakhir wewenang pemerintah, namun ada negara yang cendrung menyarankan untuk menyerahkan kembali ijin usaha kepada otoritas moneter secara sukarela.Oleh karena itu pengawas harus mencermati permasalah yang dihadapi sebelum menerapkan BASEL II antara lain:a. Populasi Perbankan Naisonalb. Prioritas Nasionalc. Permasalah Sumber Daya dalam Pengawasan Bankd. Implementasi Basel II Memerlukan Kerangka Hukum yang Mendukung

BAB 4KONTROL PERBANKAN DALAM PERSPEKTIF KEAGENAN

Pada lembaga perbankan akan melibatkan hubungan pemegang saham dengan manajemen (agen), hubungan bank (pemegang saham), dengan debitur, juga melibatkan hubungan bank dengan regulator. Hubungan-hubungan tersebut mampu menjelaskan mekanisme kontrol antara pihak-pihak yang terlibat dalam manajemen bank.A. Kontrol Prinsipal Agen Persoalan kontrol perbankan dalam perspektif keagenan menyangkut siapa yang mengontrol , siapa yang dikontrol dan bagaimana mekanisme kontrol tersebut. Bisa jadi pemilik bank bertindak pembuat keputusan keputusan strategis sekaligus menanggung risiko atas keputusan tersebut. Penyerahan amanat kepada pihak manajemen untuk mengelola bank ditentukan melalui rapat umum pemegang saham Dalam RUPS, pemegang saham biasanya menentukan struktur manajemen, dan manajemen bank sangat berhati-hati dalam menentukan orang-orang yang dipercaya Bank indonesia akan melakukan uji kemampuan dan kepantasan (fit and proper test) Para profesional tidak hanya sekedar menjalankan amanat pemilik untuk memaksimumkan kekayaannya tetapi kepentingan untuk memperkaya diri, mempertahankan jabatan, meningkatkan nilai mereeka sendiri Direktur dan komisari yang diberikan amanat oleh pemilik saham dalam mengoperasikan bank umum berbentuk Badan Hukum Perseroan terbatas (PT), Perusahaan Daerah (PD), atau koperasi. Hubungan antara pemilik modal dengan manajemen bank sering disebut hubungan keagenan. Hubungan keagenan menjelaskan hubungan antara pemberi kerja dan penerima amanah untuk melaksanakan pekerjaan. Pemberi kerja disebut dengan prinsipal akan memberikan hak kepada orang lain yang disebut agen. Agen sebagai pengelola bamk berkewajiban mengelola bank yang diamanahkan oleh pemegang saham yaitu meningkatkan kemakmuran prinsipal. Para pengurus bank mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, perilaku ini yg sering disebut sebagai keterbatasan rasional. Koflik kegenan akan potensial terjadi apabila proporsi kepemilikan manajer atas saham di suatu bank relatif kecil sehingga manajer cenderung bertindak mengejar kepentingannya sendiri. Bank yang semakin besar cenderung akan potensial terkena agency problem Dalam keadaan ini, pengurtus mempunyai kecenderungan untuk melakukan konsumsi atas keuntungan tambahan secara berlebihan karena resiko yang ditanggung realtif sama dan ini disebut agency cost of equity Dalam mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut agency costB. Kontrol Keagenan Utang Kontrol terhadap lembaga perbankan tidak hanya dilakukan oleh pemegang saham, namun juga dilakukan oleh kreditor atau investor atau deposan Dalam istilah perbankan disebut market discipline Utang akan mendorong manajer untuk menyerahkan arus kas bebas kepada pemegang saham untuk selanjutnya digunakan untuk membayar kembali kewajiban utang atau keperluan reinvestasi Penggunaan utang atau dana masyarakat dapat menimbulkan masalah keagenan ketika pemegang saham bersama manajer mengambil keptusan-keputusan investasi yang beresiko tinggi Masalah keagenan utang dapat timbul akibat perilaku hazard pemegang saham untuk memaksimumkan keuntungan dengan carameningkatkan resiko atas bebam deposan C. Kontrol Keagenan Regulator Masalah keagenan pada industri perbankan menjadi lebih kompleks karena ada peran regulator yang mewakili pemangku kepentingan lainnya. Manajer lebih cenderungan memaksimasi utility daripada profit mengingat adanya peran regulator. Regulator sebagai pihak eksternal manajemen bank ikut mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen bank. Tindakan regulator mendasarkan pada identifikasi dan koreksi masalh yang bisa mengarah pada kegagalan bank. Lingkungan regulasi industri perbankan bisa mensubtitusikan beberapa derajat mekanisme market corporate control yang buruk, namun demikian pendisiplinan melalui regulasi diakui sebagai subtitusi yang sangat mahal bagi mekanisme kontrol pasar, baik karena birokasi maupun masalh politik. Tujuan mekanisme pasar adalah memaksimasi shareholder value, sedangkan tujuan regulator adalah meminimalkan kemungkinan kegagalan.D. Konsekuensi Tipe Kepemilikan Bank di Indonesia dalam Perspektif Kontrol PerbankanKontrol perbankan dilakukan oleh pemegang saham yang mengakibatkan pemegang saham menjadi sumber pengambil risiko yang eksesif. Oleh karena itu, kepemilikan bank dikaji dalam konteks pengendalian perbankan antara perspektif principal agen. Kepemilikan bank dapat menyangkut tipe atau struktur bank.Tipe atau struktur kepemilikan bank :1. Kepemilikan Terkonsentrasi Umumnya kepemilikan terkonsentrasi pada bank-bank yang belum listed di bursa efek. Kepemilikan terkonsentrasi memungkinkan pemegang saham mayoritas menunjuk direksi atau manajer untuk bertindak atas kepentingan pemegang saham mayoritas. Kontrol yang dilakukan manajer bisa sangat kuat sehingga menimbulkan biaya yang relatif rendah. Pemegang saham mayoritas (terkonsentrasi) lebih efisien dibandingkan kepemilikan tersebar dalam melakukan pengendalian karena adanya kekuatan hak suara untuk melindungi investasinya (Shleifer dan Vishny, 1986). Hal ini terjadi ketika bank memiliki charter value tinggi dimana kontrol yang dilakukan pemegang saham sangat kuat terhadap manajemen bank, sehingga mendukung kinerja yang bank. Lemahnya perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas akan menyebabkan pemegang saham mayoritas melakukan tindakan moral hazard yang sangat tinggi. Moral hazard ini dapat berupa ekspropriasi atau maksimisasi keuntungan pribadi pemegang saham mayoritas atas beban pemegang saham minoritas. Pemegang saham pengendali dapat melakukan kolusi untuk mengambil risiko yang berlebihan dan mengkesampingkan kepentingan pemegang saham minoritas. Hal ini dilakukan oleh pemegang saham mayoritas untuk mentransfer kekayaan dari pemegang saham minoritas dengan mengambil risiko yang eksesif yaitu ketika bank memiliki charter value rendah dimana kontrol perbankan terhadap pemegang saham mayoritas menjadi sangat lemah dan kinerja bank menjadi buruk .2. Kepemilikan Asing Tipe kepemilikan pada bank asing tidak bisa dicegah ketiga negara sepakat dengan liberalisasi dibidang keuangan. Deregulasi yang terjadi di Indonesia sejak 1983-1988 menyebabkan Indonesia melakukan liberalisasi keuangan dan sejak deregulasi aktivitas lembaga keuangan semakin meningkat di Indonesia. Manfaat yang diperoleh dengan adanya bank swasta asing antara lain yaitu keunggulan dibidang teknologi, pelayanan, dan inovasi produk (Levine, 1996) serta dapat meningkatkan SDM (human capital) dan keahlian. Hal positif lain yang dapat diperoleh yaitu bank swasta asing dapat memberikan atau membuka akses dana internasional serta menjaga reputasinya. Dengan demikian maka pemegang saham atau kepemilikan asing lebih hati-hati dan lebih kuat dalam mengendalikan bank.3. Kepemilikan Pemerintah Bank milik pemerintah diurus oleh birokrat (Menteri BUMN atau Gubernur). Menteri, Gubernur, dan Direksi adalah agen. Dalam bank milik pemerintah terjadi hubungan antara agen dengan agen, sehingga agen sangat besar melakukan moral hazard. Agen atau direksi sangat mungkin melakukan tindakan yang merugikan kepentingan negara atau deposan hal ini terjadi karena tidak adanya prinsipal untuk mengawasi kegiatan agen. Bank milik pemerintah diduga kurang mendapat upaya pengendalian yang memadai sehinggan menyebabkan rendahnya insentif untuk menciptakan efisiensi. Dalam perspektif politik tekanan politik berupa permintaan untuk mempekerjakan staf yang lebih besar dengan adanya koneksi sehingga tidak diperoleh kualitas pekerja yang baik. Kurangnya pengawasan membuat peluang untuk direksi mengambil tingakat risiko yang lebih tinggi, sementara ketika terjadi kerugian maka kerugian tersebut akan disubsidi kembali oleh pemerintah atas beban APBN. 4. Kepemilikan Swasta Domestik Bank swasta domestik lebih agresif menempatkan dana dalam bentuk kredit daripada bank asing. Bank swasta domestik lebih sedikit memegang aset likuid daripada bank asing, sehingga mayoritas aktiva yang dipegang berbentuk kredit sehingga bank swasta domestik memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada bank asing. Biaya Bunga Deposito bank swasta domestik lebih tinggi dan memiliki pendapatan jasa bank yang lebih rendah daripada bank swasta asing. Masalah tingkat kesulitan akses sumber dana eksternal menyebabkan bank swasta domestik mau membayar bunga deposito yang lebih tinggi meskipun mempunyai return yang lebih tinggi dibandingkan bank asing. Mian (2002) Bank swasta domestik lebih kompetitif dalam hal penempatan kredit dibandingkan bank asing karena terkait soft information yaitu informasi yang tidak mudah diversifikasi secara umum oleh pihak ketiga sehingga bank asing lebih menyukai hard information . Stein (2002) Organisasi yang lebih flat mempunyai kontrol dan informasi yang lebih baik terhadap manajernya untuk memberikan keleluasaan atau kebijaksanaan (diskresi) sehingga struktur organisasi yang lebih flat (desentralisasi) lebih menggunakan soft information . Kredit bank pada swasta domestik akan tumbuh secara cepat karena adanya diskresi. Hahm dan Mishkin (2000) Pengkajian bank swasta domestik lebih relevan jika dikaitkan dengan terjadinya krisis keuangan yang terjadi di Asia Tenggara dimulai dengan adanya liberalisasi keuangan ditandai dengan semakin bebasnya arus dana asing di sektor perbankan sehingga menimbulkan peningkatan capital inflow dari luat negeri ke negara berkembang termasuk Indonesia. Dana yang diperoleh bank swasta domestik dari luar negeri ditempatkan pada proyek-proyek yang memiliki yield tinggi dan risikonya juga tinggi sehingga implementasinya adalah tingkat suku bunga kredit tinggi yang mengarah pada adverse selection, yaitu bank swasta domestik menempatkan pada kredit berisiko tinggi dengan bunga tinggi daripada diberikan kepada peminjam yang potensial atau baik. Permasalahan di negara berkembang pada bank swasta domestik yaitu kurangnya memiliki loan officer yang terlatih dengan baik, kurangnya risk assesment system, dan keahlian manajmen lainnya untuk mengevaluasi dan merespon risiko secara tepat. Mian (2002), Hahm dan Mishkin (2000) Penempatan dana yang agresif dengan tingkat bunga tinggi diindikasi adanya penyimpangan (ada moral hazard) sehingga peminjam yang bersedia menanggung biaya bunga tinggi adalah peminjam dengan bisnis yang kurang sehat . Dalam hal ini kontrol perbankan oleh pemegang saham domestik relatif buruk dibandingkan bank asing. Mian (2002) sumber dana eksternal bagi bank asing lebih terjamin dibandingkan bank swasta domestik sehingga bank swasta domestik harus membayar bunga yang lebih tinggi untuk memperoleh sumber dana eksternal yang berakibat pada penempatan dana dengan biaya bunga yang lebih tinggi juga. Hahm dan Mishkin (2000) Bank domestik menerima dana dari luar negeri dengan risiko currency yang tinggi sehingga ditempatkan pada kredit dengan bunga tinggi.E. Penguatan control Perbankan Dalam Perspektif Keagenan1.Lakukan Fit & Proper Test bagi Calon Pengurus BankPenilaian fit & proper dilakukan untuk menghindari penilaian yang subjektif. Artinya dilihat dari kompensi dan integritas, sangat kecil kemungkinan para pengurus melakukan tindakan yang menjurus pada memperkaya diri.2. Meningkatkan Insiders OwnershipDengan adanya kepemilikan saham maka insiders akan merasakan langsung akibat dari keputusan yang di ambilnya, sehingga tidak mungkin manajer bertindak oportunistik3. Pendekatan Pengawasan EksternalPendekatan ini dilakukan melalui penggunaan utang. Utang tidak hanya menyamakan kepentingan pengurus dan pemegang saham tapi juga meningkatkan risiko kebangkrutan. Penggunaan utang juga akan meningkatkan nilai bank4. Institutional Investor sebagai Monitoring AgentAdanya kepemilikan oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja penguru (agen).5. Pendekatan lainnya adalah melalui: Labor Market Capital Control Ancaman Takover

BAB 5MORAL HAZARD, DISIPLIN PASAR, DAN PENJAMINAN SIMPANANA. Moral Hazard Pada Lembaga PerbankanMoral hazard sering dipergunakan dalam bisnis asuransi yang menjelaskan kemungkinan pemegang asuransi dengan sengaja melakukan tindakan yang dapat merugikan terhadap barang yang diasuransikan dengan harapan akan mendapatkan klaim penggantian dari perusahaan asuransi.Ada beberapa masalah moral hazard pada lembaga perbankan yang dapat diidentifikasi, antara lain :1. Moral Hazard Debitur Terhadap Bank Moral hazard yang dilakukan peminjam umumnya disebabkan oleh asimetri informasi yang sangat tinggi. Secara procedural pemberian kredit memang telah melalui proses analisis yang cermat, bahkan untuk saat ini keputusan pemberian kredit dilakukan oleh komite perkreditan bukan oleh orang tertentu. Debitur bisa berpandangan bahwa bila untung buat kami, bila rugi kita tanggung bersama.Factor lain yang menyumbang terjadinya moral hazard oleh peminjam : Menyangkut karakter yang belum teruji dan tidak terpuji Muncul akibat officer juga ditarget dalam perkreditan, sehingga sangat mungkin bertindak tidak hati-hati, bahkan penyusunan cash flow sering hanya mempertimbangkan kelayakan kredit agar lolos saat komite perkreditan dilakukan sehingga sebagai officer akan mencapai target kredit. Informasi yang kurang valid sering didapat officer berupa laporan keuangan yang belum diaudit secara independen.2. Moral Hazard Manajer Bank Terhadap Pemegang Saham Manajer bank dapat melakukan moral hazard karena manajer bukan pemilik, bukan bukan penanggung risiko namun mereka adalah pengambil keputusan bisnis di lembaga perbankan. Potensi manajer bank melakukan moral hazard semakin tinggi sejalan semakin lemahnya control pemegang saham.3. Moral Hazard Pemegang Saham (Bank) Terhadap DeposanMoral hazard ini dimanifestasikan dalam bentuk penempatan dana pada proyek-proyek yang berisiko tinggi dengan mengabaikan kepenringan deposan. Ini jelas mengkhawatirkan deposan karena bila proyek gagal, klaim deposan akan gagal terbayarkan. Sebaliknya bila penempatan dana-dana proyek trsebut berhasil maka pmegang saham yang menikmati keuntungan paling besar. Dalam hal ini ada transfer kekayaan dari deposan ke pemegang saham.4. Moral hazard Bank atau shareholder Terhadap Penjamin Simpanan Moral hazard ini ditunjukkan sebagai risiko rugi yang dihadapi oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ketika skema penjaminan atau asuransi deposito memberikan insentif bank untuk mengambil tingkat risiko yang berlebihan (Saunders, 2003). Masalah moral hazard akan muncul ketika lembaga penjaminan menetapkan tingkat premi flat selama periode penjaminan dan nilai penjaminan semakin tinggi.B. Disi[plin Pasar Perbankan Disiplin pasar dalam sector perbankan dapat dimaknai sebagai situasi dimana privat sector agenis menghadapi biaya sebagai akibat bank melakukan tindakan yang berisiko, dan mengambil tindakan pada basis biaya (Berger, 1991). Disiplin pasar bertujuan mendorong peran public untuk turut mengawasi bank. Tercapainya tujuan tersebut membutuhkan prasyarat utama antara lain :a) Tersedia informasi yang cukup bagi public mengenai kondisi bankb) Kemampuan public dalam menilai kondisi bank melalui analisa atas informasi yang tersedia. Disiplin pasar mempunyai potensi manfaat social.a) Memberikan pinalti bank yang mengambil risiko berlebihan, disiplin pasar dapat mereduksi dorongan moral hazard ketika ada penjaminan pemerintah yang membuat bank mengambil risiko berlebihan.b) Disiplin pasar dapat meningkatkan efisiensi bank.c) Biaya social pengawasan bank berkurang ketika partisipan pasar ikut mengambil peran sebagian tanggung jawab (bersama bank sentral) dalam memonitor bank.C. Penjaminan Simpanan atau Asuransi Deposito? Demirguc-Kunt, Kan dan Laeven (2006) menyebutkan bahwa akibat krisis perbankan, terdapat indikasi kecendrungan para pengambil kebijakan untuk menciptakan suatu jejaring pengaman keuangan (financial safety net) melalui pendirian penjaminan simpanan apakah secara eksplisit dan implisit. Penerapan penjaminan simpanan telah terbukti ampuh dalam mendukung penyehatan perbankan, penjaminan simpanan telah mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan dan mencegah pelarian dana ke luar negeri. Meskipun demikian tidak dipungkiri bahwa penjaminan simpanan juga telah berdampak negative berupa munculnya moral hazard dan penurunan atau matinya disiplin pasar perbankan.D.Premi Penjaminan dan Dampaknya Terhadap Moral Hazard Penetapan premi mempunyai konsekuensi bagi moral hazard. Penetapan flat premium paling rawan dengan masalah moral hazard, karena premi ini tidak membedakan antara bank yang sehat dan bank yang tidak sehat. Disamping itu kegagalan bank akan ditanggung oleh lembaga penjamin (asuransi) deposito. Pendekatan yang paling umum dalam menentukan premi penjaminan atau premi asuransi deposito adalah pendekatan option pricing model, yang telah memandang provision of deposit insurance sebagai gambaran identic dengan put option pada asset bank yang membeli asset deposito. Dengan keberadaan deposit insurance yang dapat dipandang sebagai put option, maka moral hazard tetap tidak dapat dihilangkan karena pemilik bank bersama manajer memperbolehkan insentif untuk melakukan pengambilan risiko yang eksesif. Penggunaan risk adjusted premium dapat menghindari timbulnya moral hazard.E.Klasifikasi Penjaminan Simpanan Skema penjaminan simpanan yang dipraktikkan di seluruh Negara pada dasarnya dilasifikasikan dalam dua yaitua) Penjamin secara implisitb) Penjaminan simpanan eksplisit Penjaminan simpanan penuh (blanket guarantee) merupakan penjaminan simpanan yang diselenggarakan oleh pemerintah tanpa ditangani oleh lembaga khusus dan bersifat temporer untuk memulihkan system perbankan yang mengalami krisis sistemik.1. Penjaminan Simpanan Implisit (Blanket Guarantee)Penjaminan implisit dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga khusus tetapi ditangani oleh lembaga yang sudah ada seperti bank sentral atau departemen keuangan disaat terjadi bank gagal. Penjaminan secara implisit bentuknya berupa blanket guarantee atau program penjaminan pemerintah atau penjaminan penuh.Apa bedanya dengan Lender of last Resort (LOLR)LOLR dimaknai sebagai pemberi pinjaman pada tempat terakhir, yaitu membayar atau memberikan talangan (bailout) dan memberikan keringanan sementara atas kebutuhan liquiditas bank pelaksana yang sehat selama masa krisis, yang hanya dilakukan oleh bank sentral.2. Penjaminan Simpanan Eksplisit Pengganti penjaminan implisit atau penjaminan penuh adalah penjaminan terbatas atau penjaminan eksplisit yang mulai berlaku pertengahan tahun 2005 sampai saat ini. Penjaminan eksplisit dilaksanakan oleh lembaga khusus yang dibentuk oleh pemerintah untuk melaksanakan program penjaminan simpanan baik apakah ada bank gagal atau tidak ada bank gagal. Disamping itu juga lembaga penjaminan simpanan juga melakukan kegiatan yang berkaitan dengan resolusi atas bank gagal dan melakukan pengawasan kepada bank peserta penjaminan.Menurut Demirguc-Kunt et al (2007), bahwa model penjaminan simpanan harus memenuhi syarat :1) Penjaminan simpanan harus terbatas, baik dalam jumlah maupun jenis yang dijamin2) Keanggotaan penjaminan simpanan bersifat wajib3) Penjaminan simpanan harus terbuka sehingga semua pihak bisa mempercayai4) Melaksanakan fungsinya secara tepat dan relevan5) Independen dalam membuat keputusanF.Skema Penjaminan Simpanan di IndonesiaPemberlakuan program ini mempunyai konsekuensi pada biaya premi dan kewajiban bank untuk memberikan laporan berkaitan dengan keikutsertaan dalam program ini. Biaya premi sebenarnya bisa ditanggung oleh deposan saja, oleh bank saja atau oleh keduanya.a) Simpanan Yang DijaminSimpanan yang dijamin pada bank umum konvensional (berbasis bunga) meliputi giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Nilai simpanan yang dijamin LPS mencangkup saldo pada tanggal pencabutan ijin usaha bank. Saldo berupa :a. Pokok ditambah Bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk simpanan yang memiliki komponen bunga ;b. Nilai sekarang per tanggal pencabutan ijin usaha dengan menggunakan tingkat diskonto yang tercatat pada bilyet, untuk simpanan yang memiliki komponen diskonto.b) Kewajiban Bank Beserta PenjaminanSebagai peserta penjaminan, setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di Indonesia perlu membayar kontribusi kepesertaan, membayar premi dan menyampaikan laporan secara berkala dengan format yang telah ditentukan. Kontribusi kepesertaan dibayar pada saat bank yang bersangkutan menjadi peserta penjaminan yang besarnya ditetapkan 0,1% dari :a) Modal sendiri (ekuitas) bank per 31 Desember 2004, bagi bank yang telah memperoleh ijin usaha sebelum 1 januari 2005;b) Total modal sendiri (ekuitas) per 31 Desember 2004 dari bank-bank yang melakukan penggabungan usaha, bagi bank hasil penggabungan usaha yang dilakukan antara 1 Januari 2005 dan 22 September 2005;c) Modal disetor bank, bagi bank yang mendapatkan ijin usaha pada atau setelah I Januari 2005.c) Penghitungan dan Pembayaran PremiPremi penjaminan dibayarkan 2 (dua) kali daam 1 (satu0 tahun untuk :a. Periode 1 Januari sampai dengan 30 Juni; danb. Periode 1 Juli sampai dengan 31 Desember.Proses pembayaran premi untuk setiap periode dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:a. Pembayaran premi pada awal periode sebesar 0,1% dari rata-rata saldo bulanan total simpanan periode sebelumnya; dan b. Penyesuaian premi setelah akhir periode berdasarkan realisasi rata-rata saldo bulanan total simpanan periode yang bersangkutan.Pembayaran premi pada awal perode harus dilakukan paling lambat tanggal :a. 31 Januari, untuk periode 1 Januari sampai dengan 30 Juni; danb. 31 Juli, untuk periode 1 Juli sampai dengan 31 Desember.Sedangkan penyesuaian premi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :a. Menghitung premi yang seharusnya dibayar berdasarkan realisasi rata-rata saldo bulanan total simpanan pada periode yang bersangkutanb. Menghitung kelebihan atau kekurangan premi yang dibayarkan pada awal periode dengan premi yang seharusnya dibayarc. Memperhitungkan kelebihan atau kekurangan terhadap premi yang dibayarkan pada awal periode berikutnya, dengan ketentuan bahwa :i. Daam hal terdapat kelebihan premi, kelebihan tersebut menjadi pengurang terhadap premi yang dibayarkan pada awal periode berikutnya; atauii. Dalam hal terdapat kekurangan premi, kekurangan tersebut menjadi penambah terhadap premi yang dibayarkan pada awal periode berikutnya.

BAB 6LAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA BANKA.Pentingnya Laporan Keuangan BankLaporan keuangan Bank dimaksudkan untuk memberikan informasi berkala mengerai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk perkembangan usaha dan kinerja bank. Seluruh informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi keuangan bank kepada publik dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan.B.Format Laporan Keuangan Dan Transparansi InformasiAktiva yang paling sensitif yaitu kredit yang diberikan disajikan secara terpisah yang terkait dan tidak terkait dengan Bank. Ini dilakukan untuk pengawasan kinerja bank.pemisah tersebut menunjukan bahwa Bank harus lebih transparan, dalam arti deteksi adanya bank yang memberikan kredit untuk anak perusahaanya sendiri atau untuk perusahaan lain juga pihak terifilasi.Untuk tranparansi laporan keuangan, bank wajib pula memuat informasi yang terkait dengan kegiatan di dalam kelompok usah, yang terkait dari.a. Struktur kelompok usaha bank, yang disajikan sampai dengan pemilik terakhir (ultimate shareholder ).b. Transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (related party transaction ).c. Pemberian penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat dipersamaka dengan itu dari setiap perusahaan atau badan hukum yang berada dalam satu kelompok usaha dengan Bank kepada debitur yang telah memperoleh penyediaan dan dari Bank.

BankKonsolidasi

Pos-PosPosisi-Tgl laporanPosisi Tahun sebelumnyaPosisi-Tgl laporanPosisi Tahun Sebelumnya

Aktiva

1. Kas

2. Penempatan pada bank Indonesia

3. Giro pada Bank lain

4 penempatan pada bank lain

5. Surat berharga yang dimiliki

6. obligasi pemerintah

7. surat berharga yang di beli dengan janji jual

8. Tagihan derivative

9. Kredit yang diberikan

10. Tagihan akseptasi

11. Penyertaan

12. pendapatan yang akan masih diterima

13. Biaya dibayar di muka

14. uang muka pajak

15.aktiva pajak taguhan

16. Aktiva tetap

17. Aktiva sewa guna

18. anggunan yang di ambil alih

PASIVA

1. Giro

2. kewajiban segera lainya

3. Tabungan

4. Simpanan Berjangka

5. Sertifikat Deposito

6. Simpanan dari Bank lain

7. Surat berharga yang dijual dengan janji di beli

8. kewajiban Derivative

9. kewajiban Akseptasi

10. Surat berharga yang diterbitkan

11. pinjaman yang diterima

12. Estimasi kerugian komitmen

13. kewajiban sewa guna

14. beban yang masih harus dibayar

15.taksiran pajak penghasilan

16.Kewajiban pajak Tangguhan

17 kewajiban lain-lain

18 pinjama subordinasi

19. Modal Pinjaman

20. Hak minoritas

21. EKUITAS

Total Pasiva

Penjelasan singkat Indikasi atau rasio-rasio keuangan untuk mengukur kinerja bank 1. Rasio CAR merupakan perbandingan modal Bank dengan Aktiva terimbang menurut risiko2. Rasio aktiva tetap terhadap modal mengindisikan bahwa semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin besar alokasi dana pada aktiva tetap dan inventasis.3. Rasio aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif mengindikasikan bahwa semakin besar rasio ini semakin buruk kualitas aktiva sebaliknya semakin kecil kualitasnya semakin baik kualitas asset produktivitasnya.4. Rasio performance loan ( NPL ) yaitu perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total asset.5. Rasio penyisihan aktiva produktivitas terhadap total aktiva produktif menghasilkan bahwa semakin besar rasio ini menunjukan semakin menurun kualitas aktiva produktif.6. Rasio PPAP dibentuk terhadap PPAP wajib dibentuk merupakan mengukur rasio tinggi.7. Rasio return on asset atau Ratio atau ROA mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan laba dengan menggunakan assetnya.Fakultas Ekonomi Universitas TrisaktiKampus A, Jl. Kyai Tapa no. 1 Grogol Jakarta Barat 11440.Kampus F, Jl. Jenderal Ahmad Yani No 107 By Pass, Rawasari, Jakarta Timur 13210.RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6