Manajemen laktasi
-
Upload
keky-afrians -
Category
Documents
-
view
132 -
download
13
description
Transcript of Manajemen laktasi
-
1
BAB II
ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGI LAKTASI
I. 1 ANATOMI PAYUDARA
Payudara adalah tumpukan kelenjar, lemak, dan jaringan fibrosa yang posisinya diatas
muskulus pektoralis yang berada pada dinding dada, dilekatkan pada dinding dada oleh
ligament Cooper. Lapisan jaringan lemak berada disekitar kelenjar payudara dan meluas
diseluruh payudara (University Of Rochester Medical Center, 2008).
Gambar 1. Anatomi payudara
(Sumber : University of Virginia School of Medicine Breastfeeding Training Course. 2014.
Available at: http://www.breastfeedingtraining.org/index.cfm?fuseaction=main.userHome)
Keterangan :
1. Chest wall 2. Pectoralis muscle 3. Lobules : Divisions in the breast (N=15-20 lobes) separated by connective tissue 4. Papilla Mammae (nipple) : Elevated skin in the center of the areola containing
multiple openings for milk ejection
5. Areola Mammae : Circular pigmented area which surrounds the nipple
-
2
6. Milk Ducts : Transportation system for milk release and ejection 7. Fat 8. Skin
Gambar 2. Anatomi payudara
(Departemen Kesehatan RI. 2007)
Menurut Arianto (2009), payudara berfungsi memproduksi Air Susu Ibu, terdiri dari :
1. Lobulus-lobulus yaitu kelenjar yang menghasilkan ASI. Setiap payudara terdapat 15-20 lobus jaringan kelenjar. Jumlah lobus tidak berhubungan dengan ukran payudara, setiap
lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alvoeli. Kelenjar ini bersama-sama
membentuk sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli (alveoli
dan asinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnyaselama masa menyusui.
2. Tubulus atau duktus yang menghantarkan ASI dari kelenjar sampai pada puting susu (nipple). Setiap alveoli memberikan makanan ke dalam duktus laktiferus yang
mengalirkan keluar melalui puting susu. Sebagai hasilnya, terdapat 15-20 saluran puting
susu. Dibelakang puting susu duktus laktiferus agak membesar sampai membentuk
penyimpana kecil yang disebut lubang-lubang laktiferus (lactiferous sinuses). Setiap
lubang berdiameter 2-4 mm.
3. Puting susu. Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang
kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh
darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler
sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan
putting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali
putting susu tersebut.
4. Areola Mammae. Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini
tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya
kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka
warnanya lebih gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan wama ini
akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli semula. Pada
-
3
daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang
membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan
menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di
kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air
susu.
5. Jaringan penghubung yang berada disekitar lobules dan duktus. 6. Lemak.
Arteri adalah pembawa darah yang kaya oksigen dari jantung ke dinding dada dan
payudara, sedangkan vena menghambil darah untuk oksigenasi kembali ke jantung. Arteri
Axillaris membentang dari ketiak dan mensuplai darah pada bagian luar payudara, sedangkan
arteri mamaria interna membentang kebawah dari leher dan mensuplai darah pada payudara
bagian dalam (University Of Rochester Medical Center, 2008).
Secara anatomis, setiap kelenjar mammae yang matang atau payudara terdiri dari 15
sampai 25 lobus. Lobus-lobus tersebut tersusun secara radial dan satu sama lain dipisahkan
oleh jaringan lemak yang jumlahnya bervariasi. Masing-masing lobus terdiri dari beberapa
lobulus, yang selanjutnya terdiri dari sejumlah besar alveoli. Masing-masing alveolus
mempunyai duktus kecil yang saling bergabung membentuk duktus yang lebih besar untuk
tiap lobus seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3. Duktus-duktus laktiferus tersebut membuka
secara terpisah pada papila mammae, dengan orifisium yang kecil tetapi jelas. Epitel
sekretorik alveolus mensintesis berbagai konstituen susu. (Cunningham FG, Leveno KJ,
Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010)
-
4
GAMBAR 1-3 llustrasi gambar alveolus dan sistem duktus. Perhatikan serat mioepitel (M)
yang mengelilingi permukaan luar alveolus. Sekresi dari elemen glandular dikeluarkan ke
dalam lumen alveolus (A) dan disemprotkan oleh sel mioepitel ke dalam sistem duktus (D),
yang dikeluarkan melalui papila mammae. Aliran darah ke alveolus ditunjukkan oleh panah
kanan atas dan drainase vena ditunjukkan oleh panah di bawahnya. (Digambar kembali dari
Dr. "John C. Porter). (Cunningham FG, et all. 2010. hal 650)
Petugas kesehatan harus tahu beberapa kelainan anatomis dan fisiologik yang bisa menghambat keberhasilan menyusui. Pada saat hamil seorang ibu harus dipersiapkan untuk
menyusui. Anamnesis dan pemeriksaan payudara yang teliti harus dilakukan, antara lain
meliputi perencanaan ibu untuk menyusui anaknya, riwayat menyusui sebelumnya,
operasi/tindakan bedah lain pada payudara. Selain itu pemeriksaan payudara terutama bentuk
puting sangatlah penting, untuk menentukan puting normal, datar atau justru terbenam. Puting
sangatlah penting, untuk menentukan puting normal, datar atau justru terbenam. Puting yang
tidak normal dan tidak diantisipasi sebelumnya dapat menjadi salah satu penyebab kegagalan
menyusui. Apabila ditemukan puting datar atau terbenam, cara yang dianjurkan adalah
menyusui segera setelah melahirkan. Beberapa bayi dapat menyusui dengan baik pada puting
datar atau terbenam asalkan dia tidak mendapatkan puting buatan (artifical) segera setelah
lahir. Dalam kasus ini bantuan tenaga kesehatan atau konsultan laktasi sangat diperlukan.
(Maria M. 2011)
I. 2 FISIOLOGI LAKTASI
Laktasi mempunyai dua pengertian. Pertama adalah pembentukan air susu dan kedua
adalah periode sesudah persalinan, saat ASI diberikan. Pada kehamilan terjadi perubahan
pada payudara karena proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel pembuat air susu karena
pengaruh hormon laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron.
Perubahan juga oleh karena bertambahnya vaskularisasi payudara. (Soetjiningsih, 2013)
Payudara mulai berkembang pada saat pubertas. Perkembangan ini distimulasi oleh
ekstrogen yang berasal dari siklus seksual wanita bulanan; ekstrogen merangsang
pertumbuhan kelenjar mamaria payudara. Selain itu, pertumbuhan yang jauh lebih besar
terjadi selama keadaan kadar ekstrogen yang tinggi pada kehamilan, dan kemudian hanya
jaringan kelenjar saja yang berkembang sempurna untuk pembentukan air susu. (Guyton,
2007)
Pertumbuhan sistim duktus selama kehamilan, sejumlah besar ekstrogen disekresikan
oleh plasenta sehingga sistim duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan,
stroma payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat di dalam stroma.
(Guyton, 2007)
Sedikitnya juga terdapat 4 hormon lain yang juga penting untuk pertumbuhan sistim
duktus: hormon pertumbuhan, prolaktin, glokokortikoid adrenal, dan insulin. Masing-masing
hormon ini diketahui memainkan paling sedikit beberapa peranan dalam metabolisme protein,
yang menjelaskan fungsi hormon-hormon tersebut dalam perkembangan kelenjar payudara.
(Guyton, 2007)
Perkembangan akhir payudara menjadi organ yang menyekresi air susu juga
memerlukan progesteron. Sekali sistim duktus sudah berkembang, progesteron (bekerja
secara sinergik dengan ekstrogen, juga dengan semua hormon-hormon lain yang baru saja
disebutkan di atas) menyebabkan pertumbuhan lobulus payudara, dengan pertunasan
alveolus, dan perkembangan sifat-sifat sekresi dari sel-sel alveoli. Perubahan-perubahan ini
analog dengan efek sekresi progesteron pada endometrium uterus selama pertengahan akhir
siklus seksual wanita. (Guyton, 2007)
Walaupun ekstrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar
payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah
-
5
sekresi sesungguhnya dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin mempunyai efek yang
berlawanan pada sekresi air susu yaitu meningkatkannya. Hormon ini disekresikan oleh
kelenjar hifofisis anterior ibu, dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu ke
lima kehamilan sampai kelahiran bayi, di mana pada saat ini meningkat 10 sampai 20 kali
dari kadar normal saat tidak hamil. (Guyton, 2007)
Selain itu, plasenta menyekresi sejumlah besar human chorionic somatomammotropin,
yang mungkin mempunyai sifat laktogenik, jadi menyokong prolaktin dari hipofisis ibu
selama kehamilan. Walaupun begitu, karena efek supresi dari ekstrogen dan progesteron,
hanya beberapa mililiter cairan saja yang disekresikan setiap haro sampai bayi dilahirkan.
Cairan yang disekresikan selama beberapa hari terakhir sebelum dan beberapa hari pertama
setelah kelahiran disebut kolostrum; kolostrum ini terutama mengandung protein dan laktosa
dalam konsentrasi yang sama seperti air susu, tetapi kolostrom tersebut hampir tidak
mengandung lemak, dan kecepatan maksimal pembentukannya adalah 1/100 kecepatan
pembentukan air susu selanjutnya. (Guyton, 2007)
Segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya sekresi ekstrogen dan progesteron dari
plasenta yang tiba-tiba memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hifofisis ibu
untuk mengambil peran dalam memproduksi air susu, dan dalam 1 sampai 7 hari kemudian,
kelenjar payudara mulai menyekresikan air susu dalam jumlah besar sebagai pengganti
kolostrum. Sekresi air susu ini memerlukan sekresi pendahuluan yang adekuat dari sebagian
besar hormon-hormon ibu lainnya, tetapi yang penting dari semuanya adalah hormon
pertumbuhan, kortisol, hormon paratiroid dan insulin. Hormon-hormon itu diperlukan untuk
menyediakan asam amino, asam lemak, glukosa, dan kalsium yang diperlukan untuk
pembentukan air susu. (Guyton, 2007)
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sewaktu tidak
hamil. Akan tetapi setiap kali ibu menyusui bayinya, sinyal saraf dari puting susu ke
hipotalamus akan menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10 sampai 20 kali lipat
yang berlangsung kira-kira 1 jam. Prolaktin ini bekerja pada payudara ibu untuk
memperthankan kelenjar mammaria agar menyekresikan air susu kedalam alveoli untuk
periode laktasi berikutnya. (Guyton, 2007)
Bila lonjakan prolaktin ini tidak ada atau dihambat karena hipotalamus atau hifofisis,
atau bila laktasi tidak dilakukan terus-menerus, payudara akan kehilangan kemampuannya
untuk memproduksi air susu dalam waktu 1 minggu atau lebih. Akan tetapi, produksi air susu
dapat berlangsung terus selama beberapa tahun bila anak terus mengisap, walaupun
kecepatan pembentukan air susu normalnya berkurang sangat banyak setelah 7 sampai 9
bulan. (Guyton, 2007)
Hipotalamus memegang peran penting dalam mengatur sekresi prolaktin, seperti peran
hipotalamus pada hampir semua hormon-hormon hipofisis anterior lainnya. Akan tetapi,
pengaturan ini berbeda pada satu aspek; hipotalamus terutama merangsang pembentukan
semua hormon yang lain, tetapi terutama menghambat pembentukan prolaktin. Akibatnya,
kerusakan pada hipotalamus atau penghambatan pada sistim portal hipotalamus-hipofisis
sering akan meningkatkan pembentukan prolaktin tetapi menekan sekresi hormon-hormon
hipofisis lainnya. (Guyton, 2007)
Oleh karena itu, diyakini bahwa sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior diatur secara
keseluruhan dan hampir keseluruhan oleh sebuah faktor penghambat yang dibentuk di dalam
hipotalamus dan ditranspor ke hipofisis anterior melalui sistim portal hipotalamus-hipofisis.
Faktor ini disebut hormon penghambat prolaktin. Hampir dapat dipastikan bahwa hormon ini
sama dengan dopamin katekolamin, yang diketahui disekresi oleh saraf arkuatus dari
hipotalamus dan dapat menurunkan sekresi prolaktin sebanyak 10 kali lipat (Guyton, 2007).
-
6
Pada saat bayi mengisap puting, impuls saraf berjalan dari puting susu ke hipotalamus
untuk merangsang produksi faktor pelepas prolaktin, kemudian diteruskan ke hipofifise dan
lebih jauh merangsang produksi aktif prolaktin, seiring dengan penghisapan di puting susu,
oksitosin dilepas dari hipofisis posterior yang menyebabkan sinus mengumpulkan kelenjar
mamae (payudara) berkontraksi dan mendorong air susu ke arah puting sampai ke mulut bayi.
Proses ini disebut dengan refleks letdown. Tanpa reflek ini bayi yang menghisap terus
menerus hanya dapat memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan dalam
payudara. Oleh karena itu, refleks letdown berperan dalam pembentukan air susu ibu yang
baru (University Of Rochester Medical Center, 2008).
Pada bulan kelima kolostrom telah dibentuk karena pengaruh hormon laktogen dan
prolaktin. Produksinya tidak banyak karena dihambat oleh hormon estrogen. Setelah plasenta
lahir, kadar estrogen dan progesteron turun, sedangkan prolaktin tinggi dan tidak ada lagi
hambatan oleh estrogen. Karenanya sekresi air susu segera timbul. Dengan menyusui dini,
hormon prolaktin dipicu lepas dari hipofise sehingga sekresi air susu dari kelenjar
diperlancar.
Endokrinologi Laktasi
Mekanisme humoral dan neural tepat yang terlibat dalam laktasi bersifat kompleks.
Progesteron, estrogen, dan laktogen plasenta, serta prolaktin, kortisol, dan insulin, tampak
berperan secara bersama-sama menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan struktur
penghasil ASI. Dengan terjadinya kelahiran, terdapat penurunan yang besar dan tiba-tiba
kadar progesteron dan estrogen. Penurunan ini menghentikan pengaruh penghambatan
progesteron terhadap produksi -laktalbumin oleh retikulum endoplasma kasar. Peningkatan -laktalbumin menstimulasi laktose sintase untuk meningkatkan laktosa susu. Terhentinya progesteron juga menyebabkan efek prolaktin tidak terhambat terhadap stimulasi produksi -laktalbumin. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 650)
Intensitas dan durasi laktasi selanjutnya dikontrol, terutama oleh stimulus berulang
menyusui. Prolaktin penting untuk laktasi, dan wanita yang menderita nekrosis hipofisis
Sindrom Sheehan tidak menghasilkan ASI. Walaupun kadar prolaktin plasma menurun
setelah kelahiran ke kadar yang lebih rendah daripada selama kehamilan, namun tiap bayi
mengisap akan menaikkan kadarnya. Agaknya stimulus dari payudara membatasi pelepasan
dopamin (prolactin inhibiting factor) dari hipotalamus, dan ini selanjutnya menginduksi
peningkatan sekresi prolaktin sementara. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC,
Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 650)
Neurohipofisis menyekresikan oksitosin secara pulsatif. Ini menstimulasi pengeluaran
ASI dari payudara dengan menyebabkan kontraksi sel mioepitel di alveolus dan.duktus kecil
(lihat Gambar 1.3). Ejeksi susu, atau letting down merupakan refleks yang dimulai terutama
oleh pengisapan, yang menstimulasi neurohipofisis untuk melepaskan oksitosin. Refleks
tersebut bahkan dapat ditimbulkan oleh tangisan bayi dan dapat dihambat oleh kecemasan ibu
atau stres. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010.
Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 650)
Proses laktasi akan melibatkan unsur hormonal di dalam tubuh manusia. Setelah memasuki usia kehamilan 16 minggu, wanita hamil sudah mulai memproduksi ASI, tetapi produksi ASI tidak berlanjut karena tertahan oleh kehamilannya. Ketika bayi lahir dan plasenta keluar, hormon yang mempengaruhi ASI akan mejadi aktif, apabila tindakan IMD dilakukan. Adanya hisapan bayi pada puting payudara hormon prolaktin yang akan masuk ke dalam aliran darah dan menimbulkan refleks prolaktin yang berperan dalam produksi ASI. Sebagian besar prolaktin membuat payudara memproduksi ASI yang berikutnya. Beberapa
-
7
hal tentang prolaktin adalah lebih banyak prolaktin yang diproduksi pada malam hari, maka menyusui pada malam hari sangat penting untuk mempertahankan laktasi, prolaktin membuat ibu rileks bahkan kadang mengantuk, maka biasanya ibu dapat beristirahat meskipun menyusui malam hari, hormon yang berkaitan dengan prolaktin menekan pematangan sel telur, maka menyusui dapat membantu menunda kehamilan. 10, 13
Hipofisis posterior akan mengeluarkan hormon oksitosin yang akan masuk ke dalam aliran darah dan menimbulkan refleks oksitosin untuk kontraksi otot yang ada di sekeliling saluran ASI, sehingga ASI yang sudah diproduksi akan dapat dikeluarkan. Kelelahan maupun masalah-masalah psikologis pada ibu daoat menghambat kerja oksitosin seperti kekhawatiran ibu, khawatir mengenai pekerjaannya, perselisihan dengan pasangan ataupun anggota keluarga yang lain. Sebaliknya rasa bahagia menjadi seorang ibu, senang dapat berdekatan dengan bayi dan hal lain yang menyenangkan ibu akan memicu pengeluaran oksitosin.10,13
I. 3 PROSES PEMBENTUKAN ASI
Menurut Roesli (2000) ASI diproduksi dari hasil kerja gabungan antara hormon dan
refleks. Selama kehamilan terjadi perubahan hormon yang berfungsi menyiapkan jaringan
kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Pada waktu bayi menghisap ASI akan terjadi 2 refleks
yang akan menyebabkan ASI keluar pada' saat yang tepat dengan jumlah yang tepat pula. Dua
refleks tersebut yaitu refleks prolaktin dan refleks let down. (Soetjiningsih, 2013)
1. Refleks Prolaktin
Kelenjar hipofisa bagian depan yang terdapat pada dasar otak menghasilkan
hormon prolaktin. Prolaktin akan merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI.
Prolaktin akan keluar apabila terjadi pengosongan ASI dari gudang ASI. Makin banyak
ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara maka semakin banyak ASI yang
diproduksi. Perangsangan payudara dari hisapan bayi sampai pembuatan ASI disebut
refleks pembentukan/produksi ASI atau disebut refleks prolaktin (Roesli, 2000).
Menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktifitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus
berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan
progesteron sangat berkurang, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang
merangsang puting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medula spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor
yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior)
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung. Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan
menjadi normal pada minggu ke 2-3. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat
dalam keadaan-keadaan seperti : stres atau pengaruh psikis; anestesi; operasi; rangsangan
-
8
puting susu; hubungan seksual; obat-obatan transqulizer hipotalamus seperti reserpin,
klorpromazin, fenotiazid. Sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran
prolaktin adalah : gizi ibu yang jelek, obat-obatan seperti ergot, l-dopa.(Soetjiningsih,
2013)
Gambar 3. Refleks prolaktin (1)
(Departemen Kesehatan RI. 2007)
Gambar 4. Refleks prolaktin (2)
(Dikutip dari Jelliffe DB 1978 dalam Soetjiningsih 2013)
2. Refleks let down (milk ejection reflex)/ Oksitosin
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan yang
berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neuro hipofise (hipofise posterior) yang
-
9
kemudian dikeluarkanlah oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju
uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari
organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel
mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari
alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus
laktiferus masuk ke mulut bayi. .(Soetjiningsih, 2013) Bayi tidak akan mendapat cukup
ASI jika mengandalkan refleks prolaktin saja tetapi harus dibantu oleh refleks oksitosin.
Bila refleks ini tidak bekerja bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai walaupun
produksi ASI cukup (Roesli, 2000).
Gambar 5. Refleks Oksitosin (1)
(Departemen Kesehatan RI. 2007)
Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada prolaktin. Oksitosin dapat mulai berfungsi
sebelum bayi menyusu, bila ibu memikirkan untuk menyusui. (Maria M. 2011)
Rangsangan sensorik (indera sentuhan) dari puting
Oksitosin dalam darah
Bayi menyusu
Merangsang rahim
kontraksi
-
10
Gambar 6. Refleks let down (2)
(Dikutip dari Jelliffe DB, 1978 dalam Soetjiningsih, 2013)
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah : melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-
faktor yang menghambat refleks let down adalah : stres seperti keadaan bingung/pikiran
kacau, takut dan cemas. .(Soetjiningsih, 2013)
Gambar 7. Faktor-faktor yang menghambat dan membantu refleks oksitosin
(Departemen Kesehatan RI. 2007)
I. 4 TANDA DAN SENSASI REFLEKS OKSITOSIN AKTIF
Ibu mungkin mengamati:
Sensasi diperah atau gelenyar (tingling sensation) di dalam payudara sesaat sebelum menyusui atau pada waktu proses menyusui berlangsung.
-
11
ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya menangis.
ASI menetes dari payudara sebelah, bila bayi menyusu pada payudara yang lain.
ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada waktu menyusui.
Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya darah selama menyusui di Minggu pertama.
Hisapan yang lambat, dalam dan tegukan bayi menunjukkan bahwa ASI mengalir ke dalam mulut bayi.
Bila ada stres dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blokade dari refleks
let down. Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang
menyebabkan vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin sedikit
kemungkinannya untuk dapat mencapai target organ mioepitelium. Akibat dari tidak
sempurnyanya refleks let down maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli
yang secara klinis tampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat
abses, gagal untuk menyusui dan rasa sakit. Rasa sakit ini akan merupakan stres lagi bagi
seorang ibu sehingga stres akan bertambah. .(Soetjiningsih, 2013)
Karena refleks let down tidak sempurna maka bayi yang haus jadi tidak puas.
Ketidakpuasan ini akan merupakan tambahan stres bagi ibunya. Bayi yang haus dan tidak
puas ini akan berusaha untuk dapat air susu yang cukup dengan cara menambah kuat
isapannya sehingga tidak jarang dapat menimbulkan luka-luka pada puting susu dan
sudah barang tentu luka-luka ini akan dirasakan sakit oleh ibunya yang juga akan
menambah stresnya tadi. Dengan demikian akan terbentuk satu lingkaran setan yang
tertutup (circulus vitiosus) dengan akibat kegagalan dalam menyusui. (Soetjiningsih,
2013)
Gambar 8. Akibat kegagalan refleks let down
(Dikutip dari Jellife DB, 1978 dalam Soetjiningsih, 2013)
I. 5 PEMELIHARAAN PENGELUARAN AIR SUSU
-
12
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin
dan oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan
dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Proses menyusui memerlukan
pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan
akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya
proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya bila kekuatan
isapan yang kurang, frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini berarti
pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang, karena
diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai
sejak minggu pertama kelahiran. (Soetjiningsih, 2013)
Pengeluaran prolaktin dihambat oleh faktor-faktor yang menghambat pengeluaran
prolaktin yang belum jelas bahannya, namun beberapa bahan seperti dopamin, serotonin,
katekolamin, TSH dihubungkan ada sangkut pautnya dengan pengeluaran prolaktin.
(Soetjiningsih, 2013)
Pengeluaran oksitosin ternyata di samping dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh
suatu reseptor yang terletak pada sistem duktus. Bila duktus melebar atau menjadi lunak
maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk memeras
keluar air susu dari alveoli. Jadi peranan prolaktin dan oksitosin mutlak perlu disamping
faktor-faktor lain selama proses menyusui. Interaksi hormon-hormon dan faktor-faktor yang
mengatur pemeliharaan selama menyusui dapat dilihat di bawah ini. (Soetjiningsih, 2013)
-
13
Gambar 9. Interaksi hormon-hormon dan faktor lainnya dalam proses menyusui.
(Dikutip dari Lawrence RA 1980 dalam Soetjiningsih, 2013)
-
14
Gambar 10. Zat Inhibitor (penghambat) dalam ASI (Departemen Kesehatan RI. 2007)
Keterangan : Bila payudara tetap penuh ASI, maka produksi ASI berhenti
I. 6 PENGENDALIAN PRODUK ASI DI DALAM PAYUDARA
Mungkin akan timbul pertanyaan mengapa kadang-kadang satu payudara berhenti
menghasilkan ASI, sementara payudara satunya terus menghasilkan ASI- meskipun oksitosin
pada prolaktin sama-sama mengalir ke kedua payudara. Gambar 10 menunjukkan
penyebabnya. (Departemen Kesehatan RI. 2007)
Ada suatu zat di dalam ASI yang dapat mengurangi atau mencegah (inhibit) produksi
ASI. Bila ada banyak ASI tertinggal di dalam satu payudara, zat pencegah atau inhibitor
tersebut menghentikan sel-sel pembuat ASI agar tidak memproduksi lagi. Penghentian ini
membantu melindungi payudara yang di dalamnya masih tertinggal banyak ASI dari bahaya
efek pemenuhan. Hal ini jelas diperlukan bila bayi meninggal atau berhenti menyusu untuk
alasan lainnya. Bila ASI dikeluarkan, baik melalui hisapan bayi atau diperah, inhibitor juga
turut dikeluarkan. Payudara akan memproduksi ASI. Penjelasan di atas membantu memahami
mengapa:
- Bila bayi berhenti menyusu dari satu payudara, payudara tersebut berhenti memproduksi ASI.
- Bayi lebih banyak menyusu pada satu payudara, payudara tersebut menghasilkan lebih banyak ASI dan ukurannya menjadi lebih besar dibanding payudara satunya.
- Agar satu payudara terus menghasilkan ASI, maka ASI yang ada di dalamnya harus dikeluarkan.
- Bila bayi tidak dapat menyusu dari salah satu atau kedua payudara, ASI harus dikeluarkan dengan cara diperah untuk memungkinkan produksi ASI berlanjut.
(Departemen Kesehatan RI. 2007)
-
15
BAB II
AIR SUSU IBU (ASI)
II. 1 AIR SUSU IBU (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena
mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. (Prasetyono, 2009) Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal
untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk
membangun penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan
fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir,
serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum. Lagipula ASI memiliki berbagai zat
anti infeksi, mengurangi kejadian eksim atopik, dan proses menyusui menguntungkan ibunya
dengan terdapatnya lactational infertility, hingga memperpanjang child spacing (IDAI, 2008).
Sejak lahir, bayi seharusnya hanya diberi ASI saja sampai usia 6 bulan yang disebut
ASI Eksklusif. Selanjutnya pemberian ASI d iteruskan hingga anak berusia 2 tahun, dengan
penambahan makanan lunak atau padat yang disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
yang sesuai dengan umur bayi. (Depkes RI, 2002)
II. 2 KOMPOSISI ASI
-
16
Images courtesy Rebecca Behre, RNC, IBCLC, Gritman Medical Center, Moscow, Idaho
Gambar 2.1 Komposisi ASI
(Edwards RA, Anderson PO, Lenell A, Sylvia LM, Casale JP. 2014.
http://www.northeastern.edu/pharmcarebftutorial/expanding-the-pharmacists-role-in-
breastfeeding-continuing-pharmacy-education-cpe-online-tutorial/module-1-breastfeeding-
background/what-is-in-breast-milk)
MANUSIA SAPI FORMULA
0.9% 1.5%
Bervariasi Konstan
-
17
Gambar 2.2 Perbedaan komposisi dalam susu yang berbeda
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
II.2.1 KARBOHIDRAT
Air susu ibu (ASI) merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan karbohidrat
mineral. Ibu yang menyusui dapat dengan mudah menghasilkan 600 ml susu per hari, dan
berat badan ibu sewaktu hamil tidak mempengaruhi kuantitas atau kualitasnya.
(Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010 Dalam :
Twickler DM, Wendel GD)
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah setiap hari
menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah
7:4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI. Hal ini menyebabkan bayi
yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Dengan demikian
pemberian ASI akan semakin sukses (Baskoro 2008).
Karbohidrat dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel
syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel saraf. Selain itu karbohidrat memudahkan
penyerapan kalsium mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat
pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang
menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi bayi (Baskoro
2008).
ASI mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASS (6,5-7
gram%). Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah laktosa. Di dalam usus halus
laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim lactase. Produksi enzim
lactase pada usus halus bayi kadang-kadang belum mencukupi, untungnya lactase terdapat
dalam ASI. Sebagian laktosa akan masuk ke usus besar, dimana laktosa ini akan difermentasi
oleh flora usus (bakteri baik pada usus) yaitu laktobasili, menjadi asam laktat. (Maria M.
2011) Adanya asam laktat ini memberikan suasanan asam di dalam usus bayi. Dengan
suasana asam di dalam usus bayi ini memberikan beberapa keuntungan :
a. Penghambatan pertumbuhan bakteri yang patologis b. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan
mensintesis vitamin
c. Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat d. Memudahkan absorpsi dari mineral misalnya kalsium, fosfor dan magnesium
(Soetjiningsih, 2013)
Laktosa ini juga relatif tidak larut sehingga waktu proses digesti di dalam usus bayi
lebih lama tetapi dapat diabsorpsi dengan baik oleh usus bayi. Selain laktosa yang merupakan
-
18
7% dari total ASI juga terdapat glukosa, galaktosa dan glukosamin. Galaktosa ini penting
untuk pertumbuhan otak dan medula spinalis. Oleh karena pembentukan mielin di medula
spinalis dan sintesis galaktosida di otak membutuhkan galaktosa. Glukosamin merupakan
bifidus faktor, di samping laktosa, jadi ini memacu pertumbuhan Laktobasilus bifidus yang
sangat menguntungkan bayi. (Soetjiningsih, 2013)
II.2.2 PROTEIN
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian protein
ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem
pencernaan bayi, yaitu protein unsur whey. Perbandingan protein unsur whey (zat yang
membantu penyerapan dan metabolisme protein ke dalam pembuluh darah dalam 20-40
menit) dan kasein (zat yang membantu penyerapan dan metabolisme protein ke dalam
pembuluh darah dalam 2-4 jam) dalam ASI adalah 65:35 sedangkan dalam PASI 20:80.
Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem
pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi.
(Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI,
2008). Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan buang air besar
dengan feses berbentuk cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila
bayi diberikan PASI (Baskoro 2008).
Kandungan protein dalam ASI dalam bentuk whey 70% dan kasein 30%, dengan
variasi komposisi whey : kasein adalah 90:10 pada hari ke-4 sampai 10 setelah melahirkan,
60-40 pada ASI matur (hari ke-11 sampai 240) dan 50:50 setelah hari ke-240. Pada susu sapi
perbandingan whey : kasein adalah 18:82. Protein whey tahan terhadap suasana asam dan
lebih mudah diserap sehingga akan mempercepat pengosongan lambung. Selain itu protein
whey mempunyai fraksi asam amino fenilalanin, tirosin, dan metionin dalam jumlah lebih
rendah disbanding kasein, tetapi dengan kadar taurin lebih tinggi. Komponen utama protein
whey ASI adalah alfa-laktalbumin, sedangkan protein whey pada susu sapi adalah
betalaktoglobulin. Laktoferin, lisozim, dan sIgA adalah merupakan bagian dari protein whey
yang berperan dalam pertahanan tubuh. (Maria M. 2011)
Air susu bersifat isotonik terhadap plasma dan setengah dari nilai tekanan osmotik
ditimbulkan oleh laktosa. Asam amino esensial diambil dari darah, dan asam amino non-
esensial sebagian berasal dari darah atau disintesis di kelenjar mammae, Sebagian besar
protein susu bersifat unik dan mencakup -laktalbumin -laktoglobulin, dan kasein. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010 Dalam :
Twickler DM, Wendel GD)
ASI mengandung asam amino esensiil taurin yang tinggi, yang penting untuk untuk
pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. (Soetjiningsih, 2013) Taurin adalah sejenis asam
amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan
berperan penting untuk proses maturasi sel otak. (Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan ASS mengandung juga beta-
laktoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. Kadar methionin
dalam ASI lebih rendah dari ASS (Air Susu Sapi), sedangkan sistin lebih tinggi. Hal ini
sangat menguntungkan karena enzim sistationase yaitu enzim yang akan mengubah
methionin menjadi sistin pada bayi sangat rendah atau tidak ada. Sistin ini merupakan asam
amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi. Kadar tirosin dan fenilalanin pada
ASI rendah, suatu hal yang sangat menguntungkan untuk bayi terutama bayi prematur karena
pada bayi prematur kadar tirosin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
ASI SUSU SAPI
-
19
otak. Kadar poliamin dan nukleotid yang sangat penting untuk sintesis protein pada ASI lebih
tinggi jika dibandingkan dengan ASS. (Soetjiningsih, 2013)
Gambar 2.3. Perbedaan kualitas protein dalam susu yang berbeda
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
II.2.3 LEMAK
Asam lemak disintesis di alveoli dari glukosa dan disekresikan melalui proses
seperti apokrin (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
2010 Dalam : Twickler DM, Wendel GD). Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah
kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh
bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada 5 menit pertama isapan akan
berbeda dengan 10 menit kemudian, kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari
kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang
diperlukan (Baskoro 2008).
Jenis lemak yang ada dalam ASI adalah lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh
sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase. Lemak dalam
bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA dalam ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel
jaringan otak (Baskoro 2008). Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)
adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan
untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Di samping itu, DHA dan AA dalam tubuh dapat disintesa dari substansi
pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6
(asam linoleat). (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang
Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila
dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga
menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi
dan perbandingannya dengan PASI yaitu 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang
IgA Lactoferrin Lysozyme
Lakto Globulin PROTEIN
WHEY
GUMPALAN
80%
Kasein
35%
Kasein
Lactal bumin
MUDAH DICERNA SULIT DICERNA
-
20
tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak
bayi (Baskoro 2008).
Kadar lemak dalam ASI dan ASS relatif sama, merupakan sumber kalori yang
utama bagi bayi, dan sumber vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K) dan sumber asam
lemak esensiil. Keistimewaan lemak dalam ASI jika dibandingkan dengan ASS adalah :
a. Bentuk emulsi lebih sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI mengandung enzim lipase yang memecah trigliserida menjadi digliserida dan kemudian menjadi
monogliserida sebelum pencernaan di usus terjadi.
b. Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI 7-8x dalam ASS. Asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam kadar yang tinggi yang terpenting adalah :
Rasio asam linoleat : oleat yang cukup akan memacu absorpsi lemak dan kalsium, dan adanya garam kalsium dari asam lemak ini akan memacu
perkembangan otak bayi dan mencegah terjadinya hipokalsemia.
Asam lemak rantai panjang (arachidonic dan docadexaenoic) yang berperan dalam perkembangan otak
Kolesterol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam pembentukan enzim untuk metabolisme
kolesterol yang akan mengendalikan kadar kolesterol di kelak kemudian hari
(mencegah arteriosklerosis pada usia muda)
Asam palmitat terdapat dalam bentuk yang berlainan dengan asam palmitat dari ASS. Asam palmitat dari ASS dapat bereaksi dengan kalsium, menjadi
garam Ca-palmitat yang akan mengendap dalam usus dan terbuang bersama
feses (Soetjiningsih, 2013)
Kurang lebih 50% energi yang terkandung pada ASI berasal dari lemak,7
atau kurang
lebih 40 g/L. Lemak dalam ASI ada dalam bentuk butiran lemak yang absorpsinya
ditingkatkan oleh BSSL (bile salt-stimulated lipase). Asam lemak yang terkandung pada ASI
kaya akan asam palmitat, asam oleat, asam lineleat dan asam alfa linolenat. Trigliserida
adalah bentuk lemak utama pada ASI, dengan kandungan antara 97% - 98%. ASI sangat kaya
asam lemak esensial yaitu asam lemak yang tidak bisa diproduksi tubuh tetapi sangat
diperlukan untuk pertumbuhan otak. Asam lemak esensial tersebut adalah asam linoleat 8-
17%, asam linoleat 0,5-1,0%, dan derivatnya yaitu sam arakidonat 0,5-0,7% dan asam dekosaheksanoat (DHA) 0,2-0,5%. (Maria M. 2011)
Lemak pada ASI didapatkan pada hindmilk (susu akhir). Bayi mendapatkan kebutuhan
energinya sebagian besar dari lemak. Karena itu bayi harus menyusu sampai payudara kosong
baru pindah ke payudara satunya apabila bayi masih menginginkannya. Menghentikan bayi
yang sedang menyusu akan mengirangi lemak yang didapatkan, dengan demikian bayi tidak
mendapat cukup energi. 11
Selain itu menghentikan bayi menyusu sebelum payudara kosong
bisa menyebabkan hipergalaktia. Hipergalaktia bisa muncul karena ibu memberikan ASI dengan waktu sebentar (5-10 menit) kemudian pindah ke payudara lain. Akibatnya
pengosongan payudara tidak optimal dan bayi mendapat sejumlah besat foremilk yang banyak
mengandung laktosa dan sedikit hindmilk. Akibat lain hipergalaktia adalah timbulnya
malabsorpsi, pembentukan gas yang berlebihan, dan terjadinya gagal tumbuh pada bayi
karena bayi hanya mendapatkan sedikit lemak. (Maria M. 2011)
-
21
Gambar 2.4. Perbedaan Lemak Dalam Susu Yang Berbeda
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
II.2.4 MINERAL
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi
bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI
merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi
oleh diet ibu. (Baskoro 2008) Rasio kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang merupakan kondisi ideal
bagi penyerapan kalsium. (Arisman, 2010) Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi,
tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta
mengganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang
merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung,
gelisah karena obstipasi atau gangguan metabolisme (Baskoro 2008).
Fe dan Ca paling stabil, tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Garam organik yang terdapat
dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Yang
terbanyak adalah kalium, sedangkan kadar Cu, Fe dan Mn yang merupakan bahan untuk
pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya
dalam ASI cukup. (Soetjiningsih, 2013)
-
22
Gambar 2.5. Kadar zat besi dalam susu
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
II.2.5 KARNITIN
Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan
untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi
terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini
lebih tinggi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi
yang mendapat susu formula (Hegar et al, 2008).
II.2.6 VITAMIN
Semua vitamin kecuali K ditemukan pada ASI, namun dalam jumlah yang berbeda.
(Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010 Dalam :
Twickler DM, Wendel GD)
a. Vitamin K Vitamin K adalah salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan.
Kadar vitamin K dalam ASI hanya seperempat dari kadar dalam susu formula. Bayi yang
hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan, walaupun angka kejadian perdarahan
ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya
dalam bentuk suntikan (Hegar et al, 2008). (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth
JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010 Dalam : Twickler DM, Wendel GD)
b. Vitamin D Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak
perlu dikhawatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat
tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Pemberian ASI ekslusif ditambah
dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita
penyakit tulang karena kekurangan vitamin D (Hegar et al, 2008). Kandungan vitamin D
-
23
rendah 22 IU/mL, dan suplementasi bagi neonatus direkomendasikan oleh American
Academy of Pediatrics (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong
CY. 2010 Dalam : Twickler DM, Wendel GD)
c. Vitamin E Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding eritrosit.
Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Keuntungan ASI
adalah memiliki kandungan vitamin E yang tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi
awal (Hegar et al, 2008).
d. Vitamin A Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung
pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. ASI tidak hanya mengandung vitamin A
dalam jumlah tinggi, tetapi juga memiliki bahan baku dalam jumlah tinggi yaitu beta karoten.
Hal ini merupakan penjelasan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh
kembang dan daya tahan tubuh yang baik (Hegar et al, 2008).
e. Vitamin yang larut dalam air Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat dan
vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar
vitamin-vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan vitamin B2 cukup tinggi dalam ASI
tetapi kadar vitamin B6, vitamin B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi
kurang. Vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistem saraf maka ibu yang
menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup didapat dari
makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian (Hegar et al, 2008).
f. Vitamin B Golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik, kadarnya kurang dalam
ASI. (Soetjiningsih, 2013)
Gambar 2.6. Vitamin-vitamin dalam susu yang berbeda
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
-
24
II.2.7 ZAT KEKEBALAN TUBUH
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. Didalam ASI secara
garis besar didapatkan 2 macam kekebalan yaitu :
a. Faktor kekebalan non spesifik : faktor pertumbuhan laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozim (muramidase), dan laktoperosidase
b. Faktor kekebalan spesifik : sistem komplemen, seluler (macrofag, limfosit, dan lekosit polimorfonuklear), imunoglobulin
Whey adalah serum susu dan telah menunjukkan kandungan interleukin-6 yang besar.
Hal ini sangat berkaitan dengan produksi IgA lokal oleh payudara. Prolaktin tampak
disekresikan secara aktif ke dalam ASI. Faktor pertumbuhan epidermis (EGF-epidermal
growth factor) telah diidentifikasikan pada ASI, dan karena tidak dihancurkan oleh enzim
proteolitik lambung, maka komponen ini dapat diabsorbsi untuk mendukung pertumbuhan
dan pematangan mukosa usus neonatus. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC,
Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 650)
Kandungan zat aktif lain dalam ASI yang terutama bekerja untuk fungsi kekebalan
tubuh adalah komponen protein (-laktalbumin, -laktoglobumin, kasein, enzim, faktor pertumbuhan, hormon, laktoferin, lisozim, sIgA, dan imunoglobulin lain), nitrogen non
protein (-amino nitrogen, keratin, kreatinin, glukosamin, asam nukleat, nukleotida, poliamin, urea, asam urat), karbohidrat (laktosa, oligosakarida, glikopeptida, faktor bifidus), lemak
(vitamin larut dalam lemak A, D, E, K-,karotenoid, asam lemak, fosfolipid, sterol dan hidrokarbon, trigliserida), vitamin yang larut dalam air (biotin, kolin, folat, inositol, niasin,
asam pantotenat, riboflavin, thiamin, vitamin B12, vitamin B6, vitamin C), mineral dan ion
(bikarbonat, kalsium, khlorida, sitrat, magnesium, fosfat, kalium, natrium, sulfat), trace
mineral (kromium, kobalt, copper, fluorid, iodine, mangaan, molybdenum, nickel, selenium
dan seng), serta sel (sel epithelial, leukosit, limfosit, makrofag, dan neutrofil).5 Sehingga
dapat dimngerti dengan mendapatkan ASI, bayi mendapatkan kekebalan terhadap berbagai
penyakit seperti radang paru-paru, radang telinga, diare, dan juga mengurangi risiko alergi.
(Maria M. 2011)
II. 3 UNSUR UNSUR LAIN DALAM ASI
Laktokrom, kreatin, kreatinin, urea, xanthin, amonia dan asam sitrat. Substansi
tertentu di dalam plasma darah ibu, dapat juga berada dalam ASI misalnya miyak volatil dari
makanan tertentu (bawang merah), juga obat-obatan tertentu seperti sulfonamid, salisilat,
morfin dan alkohol, juga elemen-elemen anorganik misalnya As, Bi, Fe, I, Hg dan Pb.
(Soetjiningsih, 2013)
II. 4 KALORI DALAM ASI
Kalori dari ASI relatif rendah, hanya 77 kalori/100 ml ASI. Sembilan puluh persen
berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari protein. (Soetjiningsih, 2013)
II. 5 PENGARUH WAKTU PADA KOMPOSISI ASI
ASI yang pertama kali diisap oleh bayi (menit pertama) dibandingkan ASI pada menit
terakhir adalah berbeda. ASI menit pertama lebih cepat encer, kemudian akan lebih kental,
-
25
ASI pada menit terakhir mengandung lemak 4-5x dan protein 1 lebih banyak dibandingkan
dengan ASI menit-menit pertama. (Soetjiningsih, 2013)
Bila bayi tersebut menyusu selama 15 menit, maka :
5 menit pertama mendapatkan : o 60% total volume ASI o 60% total protein ASI o 60% total karbohidrat ASI o 40% total lemak ASI o 50% total energi ASI
5 menit kedua mendapatkan : o 25% total volume ASI o 25% total protein ASI o 25% total karbohidrat ASI o 33% total lemak ASI o 25% total energi ASI
5 menit terakhir adalah sisanya Dikatakan bahwa, volume ASI akan menurun sesuai dengan waktu.
Tahun pertama : 400-700 ml/24 jam
Tahun kedua : 200-400 ml/24 jam
Sesudah itu : sekitar 200 ml/24 jam
Telah terbukti tidak ada perubahan yang bermakna pada konsentrasi protein dari ASI
antara bulan ke-6 sampai tahun ke-2 dari masa laktasi meskipun konsentrasi lemak bervariasi
luas. Kemungkinan kenaikan total lemak disebabkan menurunnya volume ASI.
(Soetjiningsih, 2013)
ENERGY PROTEIN Vit A Vit C
%
Kebutuhan
perhari yang
dipenuhi oleh 500
ml ASI
100
50
Gambar 2.7. Komposisi ASI Pada Tahun Kedua
31
%
38
%
4
5
%
9
5
%
-
26
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
Gambar 2.8. Energi ASI Pada Tahun Kedua
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
II. 6 PENGARUH INDIVIDU TERHADAP KOMPOSISI ASI
Ibu yang cemas akan lebih sedikit mengeluarkan ASI dibandingkan dengan ibu yang
tidak cemas. Juga ibu yang umurnya muda lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan
dengan ibu-ibu yang sudah tua. Pada kenaikan jumlah paritas ada sedikit perubahan produksi
ASI walaupun tidak bermakna. (Soetjiningsih, 2013)
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi :
II.6.1 KOLOSTRUM
Setelah melahirkan, payudara mulai menyekresi kolostrum suatu cairan yang
berwarna kuning lemon tua. Cairan ini biasanya keluar dari papila mammae pada hari kedua
pasca melahirkan. Dibandingkan dengan air susu biasa, kolostrum mengandung lebih banyak
mineral dan asam amino. Kolostrum juga mengandung lebih banyak protein, sebagian
besarnya adalah globulin, namun sedikit gula dan lemak. Sekresi berlanjut selama kira-kira 5
hari dengan berubah secara perlahan menjadi air susu matang selama 4 minggu berikutnya.
Kolostrum mengandung antibodi dan immunoglobulin A (Ig) yang dikandungnya
memberikan per lindungan bagi neonatus dan patogen enterik. Faktor pertahanan tubuh
lainnya yang ditemukan dikolostrum dan susu mencakup komplemen makrofag, limfosit,
laktoferin laktoperoksidase, dan lisozim. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC,
Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD. hal 649)
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang
mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus
kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Kolostrum disekresi oleh
-
27
kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat dari masa laktasi dan
merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan mekonium usus bayi yang baru
lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
(Baskoro 2008). Kolostrum berwarna kekuning-kuningan, dan lebih kental karena banyak
mengandung protein dan vitamin A, E dan K serta beberapa mineral seperti Natrium dan Zn.
Selain itu kolostrum juga mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk melindungi
bayi dari penyakit infeksi. (Depkes RI, 2002)
Walaupun jumlah kolostrum sedikit, namun
sudah memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang
tetapi harus diberikan kepada bayi. (Roesli, 2000)
Kolostrum kaya zat antibodi seperti : (a) faktor bifidus, (b) SigA, IgM, IgG; (c) faktor
antistafilokokkus, (d) laktoferin, (e) laktoperoksidase, (f) komplemen : C3, C4, (g) interferon,
(h) lisozim, (i) protein pengikat B12, (j) limfosit, (k) makrofag, (l) faktor lipid, asam lemak,
dan monogliserida. Jumlah kolostrum yang tersekresi bervariasi antara 10-100 cc (rata-rata
30cc) sehari. (Arisman, 2010)
Faktor Bifidus adalah faktor spesifik pemacu pertumbuhan Lactobacilus bifidus
bakteri yang dianggap dapat mengganggu kolonisasi bakteri patogen didalam saluran cerna.
Secretory Immunoglobulin A (SIgA) dianggap berkemampuan mengikat protein asing
bermolekul besar seperti virus, bakteri, dan zat toksit. Pengikat ini bertujuan untuk
penyerapan sehingga tidak membahayakan bayi. Laktoferin merupakan protein pengikat zat
besi agar tidak dapat digunakan oleh bakteri untuk bertumbuh kembang. Lisozim ialah enzim
yang bekerja menghancurkan bakteri dengan jalan merobek dinding sel , yang secara tidak
langsung meningkatkan keefektifan antibodi. Leukosit sebagian berfungsi mencegah
enterokolitis nekotrikan, penyakit mematikan yang lazim menjangkiti bayi berberat badan
lahir rendah. Makrofag selain menyekresi SIgA dan Interferon juga berfungsi untuk
memangsa organisme lain. Komplemen Laktoperoksidase dan faktor antistreptokokus
merupakan faktor pertahanan yang membantu menurunkan insidensi infeksi. (Arisman, 2010)
Kesediaan zat- zat ini menyiratkan bahwa masalah yang mungkin timbul pada bayi
yang mengisap kolostrum tidak akan separah pada bayi yang diberi susu formula. Sayangnya
di lingkungan budaya tertentu pemberian kolostrum justru ditabukan. Kisah ini terbaca dalam
hasil survey Kesehatan Indonesia tahun 1992: Wanita Indonesia yang memberikan kolostrum
baru menyentuh angka 51%. Pemberian cairan jernih kental kekuningan ini meningkat seiring
dengan peningkatan pendidikan Ibu. Di Jawa dan Bali nilai ini terpaku pada angka 50%
sementara didaerah lain bervariasi antara 52-55%. Di pulau Jawa sendiri, Jawa Timur 40%,
Jawa Tengah 49% dan Jakarta 68% (Wanita berpendidikan tinggi memang lebih banyak
bermukim di Jakarta sensus 1990). Secretory IgA yang terkandung dalam Kolostrum
berkemampuan mengikat allergen potensial sekaligus mencegah penyerapannya.
Itulah sebabnya mengapa bayi premium ASI jarang mengalami alergi. Pemberian susu
formula dapat berarti memajankan bayi pada alergen dalam jumlah besar, sementara SIgA
tidak tersedia. Pemajanan alergen secara dini cenderung meningkatkan resiko terjadi reaksi
alergi, terutama pada keluarga yang mempunyai riwayat alergi. Sebaliknya pemberian ASI
secara eksklusif selama beberapa minggu setelah lahir akan menurunkan risiko menderita
eksim atopik di tahun pertama kehidupan disamping tentu saja menjalin keakraban (inilah
salah satu kelebihan pemberian ASI yang tak tergantikan karena media pertama bayi
mengenali lingkungan adalah melalui ibu). (Arisman, 2010)
Berikut adalah ciri-ciri kolostrum (Baskoro 2008) :
a. Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah. b. Cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI
mature.
-
28
c. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI mature, tetapi berlainan dengan ASI mature dimana protein yang utama adalah casein pada kolostrum protein yang
utama adalah antibodi, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap
infeksi.
d. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
e. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI mature. f. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI mature yaitu 58 kalori/100 ml kolostrum. g. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi
atau lebih rendah.
h. Bila dipanaskan menggumpal, ASI mature tidak. i. pH lebih alkalis dibandingkan ASI mature. j. Lemaknya lebih banyak mengandung kolestrol dan lecitin dibandingkan ASI mature. k. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam. l. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi
kurang sempurna, yang akan menambah kadar antibodi pada bayi.
Kolostrum mempunyai beberapa manfaat penting bagi bayi :
Sebagai obat yang mengandung zat kekebalan yang sangat berguna bagi bayi, karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi.
(Depkes RI, 2002)
Membersihkan saluran pencernaan dengan mengeluarkan tinja pertama yang berwarna gelap yang disebut mekonium.
(Ramaiah, 2006)
Mencegah bayi menjadi kuning (jaundice) dengan membersihkan bilirubin dari saluran cerna. Bilirubin adalah pigmen orange-kekuningan didalam hati yang terutama
terbentuk dari pecahnya hemoglobin dalam sel-sel darah merah setelah mereka
menyelesaikan masa hidupnya. Meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
menyebabkan tubuh berwarna kuning. (Ramaiah, 2006)
Tabel 1. Komposisi dan kegunaan KOLOSTRUM
KANDUNGAN KEGUNAAN
Kaya Antibiotik - Melindungi terhadap alergi dan infeksi
Banyak Sel darah putih - Melindungi terhadap infeksi Pencahar - Membersihkan meconium,
membantu mencegah bayi kuning/
icterus
Faktor-faktor pertumbuhan - Membantu usus berkembang lebih matang, mencegah alergi dan
keadaan tidak tahan (intoleransi)
Kaya Vitamin A - Mengurangi keparahan infeksi, mencegah penyakit mata
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
II.6.2 ASI PERALIHAN (TRANSISI) (Ramaiah, 2006)
-
29
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI mature. Disekresi dari hari
keempat sampai hari kesepuluh masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI
mature baru akan terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima.
Berikut adalah ciri-ciri air susu masa peralihan (Baskoro 2008) :
a. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.
b. Volume semakin meningkat. c. Kadar energi ASI pada transisi lebih rendah dibandingkan susu mature yaitu 67
kcal/100 cc.
d. ASI matang (mature)
ASI yang disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya
relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ketiga sampai minggu kelima
ASI komposisinya baru konstan. Air susu mature merupakan cairan putih kekuning-
kuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan caroten.
Berikut adalah ciri-ciri air susu mature (Baskoro 2008):
a. Tidak menggumpal bila dipanaskan. b. Volume: 300 850 ml/24 jam c. Terdapat faktor anti mikrobaterial, yaitu:
1. Sel (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T). 2. Enzim (lysozime, lactoperoxidese). 3. Protein (lactoferrin, B
12 binding protein).
4. Faktor resisten terhadap staphylococcus. 5. Complement ( C
3dan C
4).
Setelah beberapa hari, tubuh ibu memproduksi susu matang (mature milk) dengan komposisi:
(Nikita, 2009)
Foremilk: adalah ASI yang encer yang diproduksi pada awal proses menyusui dengan kadar air tinggi dan mengandung banyak protein, laktosa serta nutrisi lainnya tetapi rendah lemak;
Hindmilk: adalah ASI mengandung tinggi lemak yang memberikan banyak zat tenaga/energi dan diproduksi menjelang akhir proses menyusui.
-
30
Gambar 2.8 Perbedaan Kolostrum, Fore Milk dan Hind Milk
Gambar 2.9. Gambaran Perbedaan komposisi kolostrum dan ASI matang
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
Oleh karena itu sebaiknya menyusui dilakukan sampai bayi terpuaskan (kenyang),
sehingga terpenuhi semua kebutuhan gizinya. Lebih sering bayi menghisap, lebih banyak ASI
-
31
yang diproduksi. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI
berkurang. Jadi menyusui yang baik adalah sesering dan selama yang bayi inginkan.
Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand. Sedangkan komposisi nilai gizi ASI dan kolostrum secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Komposisi Kolostrum dan ASI (Setiap 100 ml)
No Zat-zat Gizi Satuan Kolostrum ASI
1. Energi Kkal 58.0 70
2. Protein G 2.3 0.9
3. Kasein Mg 140.0 187.0
4. Laktosa G 5.3 7.3
5. Lemak G 2.9 4.2
6. Vitamin A Ug 151.0 75.0
7. Vitamin B1 Ug 1.9 14.0
8. Vitamin B2 Ug 30.0 40.0
9. Vitamin B12 Mg 0.05 0.1
10 Kalsium Mg 39.0 35.0
11. Zat besi (Fe) Mg 70.0 100.0
12. Fosfor Mg 14.0 15.0
Sumber: Food and Nutrition Board, National Research Council Washington DC,1980 dalam
Nikita, 2009
Keunggulan ASI (Depkes RI, 2007)
a) ASI (Kolostrum) mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, terutama diare dan infeksi saluran pernafasan akut.
b) ASI meningkatkan kecerdasan anak dibandingkan yang tidak mendapatkan ASI. c) ASI mengandung energi dan zat-zat gizi lainnya yang paling sempurna serta cairan
hidup yang sesuai dengan kebutuhan bayi hingga berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, ASI
masih dibutuhkan hingga anak berusia 2 tahun.
d) ASI bersih, sehat, aman, mudah dicerna dan selalu tersedia dengan suhu yang sesuai. Let food be your medicine demikian kata Hippocrates, Bapak Kedokteran
Dunia. Ungkapan itu sangat tepat untuk ASI yang diberikan kepada seorang bayi. ASI dapat
menjadi obat khususnya untuk diare yang diderita si kecil. Ini hanyalah salah satu manfaat
dari ASI bagi bayi. Masih banyak lagi manfaat lain dari ASI, bahkan bagi sang ibu.
II. 7 MANFAAT ASI
II.7.1 BAGI BAYI
1. ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan
disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling
sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI
sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai usia 6 bulan.
Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan
sampai usia 2 tahun atau lebih (Roesli 2000).
-
32
ASI adalah makanan ideal untuk neonatus. ASI memberikan nutrien yang spesifik
sesuai usia serta faktor imunologis dan substansi antibakteri (American College of
Obstetricians and Gynecologists, 2007). ASI juga mengandung faktor-faktor yang berperan
sebagai sinyal biologis untuk meningkatkan pertumbuhan sel dan diferensiasi. (Cunningham
FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM,
Wendel GD, hal 651)
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari ASI matang (mature).
Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari diare. Pada suatu
penelitian di Brazil Selatan bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal
karena diare 14,2 kali lebih banyak daripada bayi yang diberi ASI eksklusif. ASI juga akan
menurunkan kemungkinan bayi terkena infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi
(Roesli 2000).
Bayi yang diberi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan
lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya
berat (Roesli 2000).
ASI mengandung zat anti infeksi. Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI
kadarnya cukup tinggi. Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen
E. Coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. Laktoferin yaitu sejenis protein yang
merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Lysozim,
enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. Coli dan salmonella) dan virus. Jumlah
lysozim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. Sel darah putih pada ASI pada 2
minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu : Bronchus-Asociated
Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT)
antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi
jaringan payudara ibu. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,
menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus.
Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan. (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q.
Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
-
33
Gambar 2.10. Perlindungan terhadap infeksi
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
-
34
Gambar 2.11 Resiko Penyakit berdasarkan Tidak Mendapat ASI Bagi Bayi
(Edwards RA, Anderson PO, Lenell A, Sylvia LM, Casale JP. 2014.
http://www.northeastern.edu/pharmcarebftutorial/expanding-the-pharmacists-role-in-
breastfeeding-continuing-pharmacy-education-cpe-online-tutorial/module-1-breastfeeding-
background/what-is-in-breast-milk)
3. ASI meningkatkan kecerdasan Zat yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali
terdapat pada susu sapi antara lain :
A. Taurin, yaitu suatu bentuk protein yang hanya terdapat di ASI B. Laktosa, merupakan karbohidrat utama ASI yang hanya sedikit sekali terdapat pada susu
sapi.
C. Asam lemak rantai panjang (DHA, AA, Omega 3, Omega 6), merupakan asam lemak utama ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.
Mengingat hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan otak bayi yang diberi
ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang optimal pula. Menurut hasil
penelitian terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi prematur yang diberikan
-
35
ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 poin lebih tinggi)
dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI (Roesli 2000).
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4,3
point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point
lebih tinggi pada usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas
Hidup Perempuan. 2008). Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa anak yang
mendapat ASI mengalami peningkatan kecerdasan pada masa dewasa. (Cunningham FG,
Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM,
Wendel GD, hal 651)
4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih
sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat
mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan
terlindung dan disayang inila h yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan
membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Roesli 2000).
5. Mengurangi resiko obesitas Bayi yang diberi minum ASI harus bekerja keras menghisap puting susu, sedangkan bayi
peminum susu botol pasif saja menanti tetesan susu dari botol. Dampaknya karena harus
bekerja, bayi yang minum ASI akan segera berhenti menghisap jika dia telah merasa
kenyang. Sebaliknya bayi peminum susu botol tidak akan berhenti meneguk susu kecuali
botolnya telah kosong, hal yang cepat mengarah ke obesitas (Arisman, 2010).
6. Aspek Neurologis Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas
yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna. (Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
Keuntungan Psikologi Menyusui
Ikatan Emosi :
1. Kedekatan hubungan kasih sayang antara ibu dan anak 2. Ibu lebih puas secara emosional 3. Bayi jarang menangis 4. Ibu berperilaku lebih menyayangi 5. Meniadakan keinginan untuk menyiksa atau menelantarkan bayinya
Perkembangan
Bayi ASI lebih baik perkembangan kecerdasannya
(berdasarkan tes kecerdasan pada masa kanak-kanak)
-
36
ASI
Zat bergizi yang lengkap
Mudah dicerna, diserap secara
efisien
Melindungi terhadap infeksi
MENYUSUI
Membantu bonding dan perkembangan
Membantu menunda
kehamilan baru
Melindungi kesehatan ibu
Biaya lebih rendah dibanding pemberian asupan buatan
Gambar 2.12 Keuntungan Menyusui
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
II.7.2 BAGI IBU
1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan Apabila bayi disusui setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah
melahirkan akan berkurang karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin
yang berguna untuk penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat
berhenti (Roesli 2000).
2. Mengurangi terjadinya anemia Mengurangi kemungkinan terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi, karena
menyusui dapat mengurangi perdarahan (Roesli 2000).
3. Menjarangkan kehamilan Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama
ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama
setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan (Roesli 2000).
4. Mengembalikan berat badan dan besarnya rahim ibu hingga lebih cepat normal Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak
yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih
cepat kembali ke berat badan sebelum hamil (Roesli 2000). Menyusui berhubungan dengan
penurunan berat pascapartum. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD, hal 651)
Efisiensi konversi energi yang terkandung dalam makanan menjadi energi susu sebesar
rata-rata 80% dengan kisaran 76-94%. Dari sini dapat diperkirakan besaran energi yang
diperlukan untuk menghasilkan 100cc susu yaitu sekitar 85 kkal (80-90 kkal). Simpanan
lemak selama hamil dapat memasok energi sebanyak 100-200 kkal per hari. Berarti untuk
menghasilkan 850 cc ASI (rata-rata volume ASI di negara sedang berkembang) diperlukan
-
37
energi sekitar 750kkal. Penambahan kalori selama menyusui hanya 550 kkal/hari.
Kekurangan 250 kkal, diambil dari cadangan kalori wanita (simpanan lemak selama hamil).
Seandainya tiap ibu menyusui anak selama paling sedikit 4 bulan saja, dia akan kehilangan
250x30x4 kkal = 45.000 kkal yang setara (9kkal terkandung dalam 1 gr lemak) dengan 5kg
lemak. Ditambah dengan materi yang dikeluarkan ketika melahirkan (janin 3,4 kg, plasenta
0,45 kg, cairan amnion 0,9 kg, darah 0,6 kg (kehilangan darah pada persalinan normal rata-
rata 500cc)), berat wanita akan menyusut sebanyak 10,35 kg. Dengan demikian, keteraturan
memberikan ASI akan membantu penurunan berat badan.(Arisman, 2010)
Perhitungan diatas didasarkan pada asumsi bahwa kegiatan fisik wanita tidak berubah.
Seandainya dia secara teratur juga melakukan senam selama 15 menit (atau bahkan lebih)
sehari, penyusutan kalori akan lebih besar lagi. Berat badan sebagian ibu menyusui akan
berkurang sekitar 0,5-1,0 kg/perbulan. Kehilangan berat yang diperkenankan tidak melebihi
2kg/bulan. (Arisman, 2010)
Perangsangan puting susu oleh isapan bayi akan menambah sekresi oksitosin ke dalam
darah yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus, dan juga timbunan lemak,
penyebab gendut, kembali ke ukuran sebelum hamil. Dengan bantuan senam, proses pelangsingan dapat dipercepat. Penjelasan ini jika digabung dengan keterangan sebelumnya
dapat digunakan untuk membantah sebagian ibu yang enggan menyusui bahwa memberi ASI
akan merusak bentuk tubuh. yang terjadi justru sebaliknya, mempercepat pelangsingan.
(Arisman, 2010)
Contoh kasus seperti yang dikutip dalam Arisman (2010) : Seorang Ibu menyusui
bayinya secara eksklusif dengan niat agar berat badannya kembali ke ukuran sebelum hamil.
Dia ingin tahu berapa lama berat badan normalnya bisa kembali coba jelaskan?
Jawaban: Prinsip Pengurangan berat badan (BB) dimasa menyusui ialah memberikan
ASI secara eksklusif dan melakukan olahraga sebisanya (bergantung pada kemauan dan
kesanggupan ibu yang bersangkutan) . ASI eksklusif diartikan sebagai pemberian ASI selama
4-6 bulan secara terus menerus tanpa jeda susu formula atau makanan selain ASI. Keinginan
untuk mengembalikan BB ke bilangan sebelum hamil berarti upaya menghabiskan bobot
pertambahan BB selama kehamilan berlangsung yaitu berat yang tersisa setelah bayi lahir.
Materi yang dilahirkan berbobot sekitar 4,95 Kg. Materi yang terlahir ini terdiri atas janin 3,4
Kg, Plasenta 0,45 Kg, cairan amnion 0,9 Kg dan darah (kehilangan darah pada persalinan
normal rata-rata 500 cc) 0,6 Kg. Sementara pertambahan BB selama hamil (dianggap) sekitar
12 Kg. Sisa BB (tertimbunsebagai lemak) ialah 7,05 Kg. Meski dianjurkan penambahan
asupan kalori sebesar 500 Kkal (dengan efisiensi konversi energi sebesar 80- 90 %) selama
penyusuan energi sebesar ini tetap saja tidak cukup untuk memproduksi ASI yang akan
diberikan eksklusif selama 24 jam. Untuk menghasilakan air susu sebanyak 100 cc
dibutuhkan 85 Kkal. Ibu menyusui yang berstatus gizi baik berkemampuan menyekresikan air
susu sebanyak 750 cc. Produksi ASI sevolume tersebut memerlukan energi sekitar (750/100 x
85) 637 Kkal (dibulatkan).
Dengan demikian telah terjadi kekurangan energi sebanyak 637- 450 (konversi energi
dianggap 90% : artinya energi tambahan sebesar 500 Kkal itu akan menjelma menjadi energi
dalam ASI hanya sebanyak 450 Kkal )= 187 Kkal yang setara dengan (187/9) 21 gr lemak
(dibulatkan). Jika si Ibu berniat memperbanyak pembakaran lemak dan berketetapan hati
untuk melakukan olahraga, jumlah kalori yang terbuang jelas akan lebih banyak dan
kecepatan BB pun dipercepat. Olah raga yang dianjurkan akan lebih baik berupa gerakan fisik
yang tertali dengan pekerjaan rumah tangga.
Menyapu akan menghabiskan energi sebanyak 2,0 Kkal semenit, mengepel lantai
memerlukan energi sebesar 3,4 Kkal semenit, dan menyikat lantai 4,0 Kkal semenit. Jika si
Ibu berkenan mengerjakan kegiatan itu tentu saja sembari mengasuh si bayi selama 30 menit
-
38
sehari berarti sejumlah 282 Kkal energi akan terkuras dari tubuhnya yang setara dengan
(282/9) 31 gr lemak (dibulatkan ). Jika kegiatan fisik dipadukan dengan pemberian ASI
eksklusif dalam sehari akan terbuang sebanyak 52 gr lemak. Menjawab pertanyaan diatas, BB
akan kembali ke BB semula setelah (7,05 Kg/ 52 gr) 135hari. Seandainya si Ibu mempunyai
banyak waktu untuk berolah raga pengembalian BB pun cepat terwujud. (Arisman, 2010)
5. Mengurangi kemungkinan menderita kanker dan penyakit arteri koroner Baik bagi ibu dan bayi, manfaat menyusui kemungkinan berlaku dalam jangka
panjang. Misalnya, wanita yang menyusui mempunyai risiko yang lebih rendah menderita
kanker payudara. Di samping itu, wanita pada-Nurses's Health Study yang menyusui selama
paling kurang dua tahun berturut-turut mempunyai risiko menderita penyakit arteri koroner
23 persen lebih rendah. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD, hal 651)
Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif kemungkinan menderita kanker payudara
dan indung telur berkurang. Beberpa penelitian bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat
melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker
payudara akan berkurang sampai sekitar 25% . Beberapa penelitian menemukan juga bahwa
menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur. Salah satu dari penelitian
ini menunjukkan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang menyusui
berkurang antara 20-25% (Roesli 2000). Baik bagi ibu dan bayi, manfaat menyusui
kemungkinan berlaku dalam jangka panjang. Misalnya, wanita yang menyusui mempunyai
risiko yang lebih rendah menderita kanker payudara. Di samping itu, wanita pada-Nurses's
Health Study yang menyusui selama paling kurang dua tahun berturut-turut mempunyai risiko
menderita penyakit arteri koroner 23 persen lebih rendah. (Cunningham FG, Leveno KJ,
Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD, hal
651)
6. Ekonomis Dengan pemberian ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula. Selain itu
pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat bayi, misalnya biaya jasa dokter,
biaya untuk pembelian obat, bahkan mungkin biaya perawatan di rumah sakit (Roesli 2000).
7. Tidak merepotkan dan hemat waktu ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air, juga
tanpa harus mencuci botol dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas. Pemberian susu
botol akan lebih merepotkan terutama pada malam hari. Apalagi kalau persedian susu habis
pada malam hari maka kita harus repot mencarinya (Roesli 2000).
8. Portable Mudah dibawa kemana-mana (portable)sehingga saat berpergian tidak perlu membawa
berbagai alat untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak
atau menghangatkan susu. ASI dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan
siap dimakan/minum, serta dalam suhu yang selalu tepat (Roesli 2000).
9. Memberi kepuasan bagi ibu Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasaan, kebanggaan
dan kebahagian yang mendalam (Roesli 2000).
-
39
II.7.3 BAGI KELUARGA
Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya.
Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu botol. Tidak perlu biaya dan waktu
untuk merawat dan mengobati anak yang sakit karena pemberian susu botol. Mengurangi
biaya dan waktu untuk pemeliharaan kesehatan ibu.
II.7.4 BAGI NEGARA
Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi. Mengurangi subsidi untuk Rumah
Sakit. Mengurangi devisa untuk membeli susu botol. Menurunkan angka absensi pekerja
sehingga dapat meningkatkan produktifitas. Mendukung program Keluarga Berencana (KB).
Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa. (Prasetyono, 2009)
II. 8 WAKTU PEMBERIAN ASI / DURASI DAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI
Pengosongan perut bayi yang telah mengonsumsi ASI berlangsung sekitar 1.5 jam.
Frekuensi normal pemberian ASI pada bayi yang baru lahir adalah 10-12 kali setiap hari.
Seiring dengan pertambahan umur bayi, frekuensi pemberian ASI bergantung pada
persediaan ASI (Brown et al. 2005). Bayi berusia 4 hari membutuhkan ASI setiap 2 jam
selama 15-20 menit untuk satu payudara. Ketika bayi berusia 3-6 bulan frekuensi pemberian
ASI berkurang hingga mencapai 7-8 kali sehari. Bayi yang diberi ASI lebih sering meminta
makan dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula karena protein dan lemak
pada ASI lebih mudah diserap oleh sistem pencernaan bayi (Perkins & Vannais 2004).
Sebaiknya bayi disususi secara nir-jadwal (on demand),karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab
lain (kencing kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu
menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan 1 payudara sekiar 5 sampai 7 menit
dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan
menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2
minggu kemudian. (Haryono R, Setianingsih S. 2014)
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui nir-jadwal, sesuai
kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja di luar rumah
dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam
hari akan memacu produksi ASI. (Haryono R, Setianingsih S. 2014)
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara. Ibu harus berusaha menyusui sampai payudara
terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. selama masa menyusui sebaiknya ibu
menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudar4 tetapi tidak terlalu ketat.
(Haryono R, Setianingsih S. 2014)
Gambar 2.11. Kutang [BH) yang baik untuk ibu menyusui. (Haryono R, Setianingsih S. 2014)
-
40
Lama Waktu Menyusui Yang Benar Disatu Payudara
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang
tak teratur dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
II. 9 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI
Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah: (Andreas, 2008)
a. Makanan Ibu Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara
langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat
cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi
jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada
akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja
dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah
1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring
nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan
tambahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1
butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan,
maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu
juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang
sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber
protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga
diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuatan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam
keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan
emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2 maca