Manajemen laktasi

184
1 BAB II ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGI LAKTASI I. 1 ANATOMI PAYUDARA Payudara adalah tumpukan kelenjar, lemak, dan jaringan fibrosa yang posisinya diatas muskulus pektoralis yang berada pada dinding dada, dilekatkan pada dinding dada oleh ligament Cooper. Lapisan jaringan lemak berada disekitar kelenjar payudara dan meluas diseluruh payudara (University Of Rochester Medical Center, 2008). Gambar 1. Anatomi payudara (Sumber : University of Virginia School of Medicine Breastfeeding Training Course. 2014. Available at: http://www.breastfeedingtraining.org/index.cfm?fuseaction=main.userHome ) Keterangan : 1. Chest wall 2. Pectoralis muscle 3. Lobules : Divisions in the breast (N=15-20 lobes) separated by connective tissue 4. Papilla Mammae (nipple) : Elevated skin in the center of the areola containing multiple openings for milk ejection 5. Areola Mammae : Circular pigmented area which surrounds the nipple

description

manajemen laktasi

Transcript of Manajemen laktasi

  • 1

    BAB II

    ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGI LAKTASI

    I. 1 ANATOMI PAYUDARA

    Payudara adalah tumpukan kelenjar, lemak, dan jaringan fibrosa yang posisinya diatas

    muskulus pektoralis yang berada pada dinding dada, dilekatkan pada dinding dada oleh

    ligament Cooper. Lapisan jaringan lemak berada disekitar kelenjar payudara dan meluas

    diseluruh payudara (University Of Rochester Medical Center, 2008).

    Gambar 1. Anatomi payudara

    (Sumber : University of Virginia School of Medicine Breastfeeding Training Course. 2014.

    Available at: http://www.breastfeedingtraining.org/index.cfm?fuseaction=main.userHome)

    Keterangan :

    1. Chest wall 2. Pectoralis muscle 3. Lobules : Divisions in the breast (N=15-20 lobes) separated by connective tissue 4. Papilla Mammae (nipple) : Elevated skin in the center of the areola containing

    multiple openings for milk ejection

    5. Areola Mammae : Circular pigmented area which surrounds the nipple

  • 2

    6. Milk Ducts : Transportation system for milk release and ejection 7. Fat 8. Skin

    Gambar 2. Anatomi payudara

    (Departemen Kesehatan RI. 2007)

    Menurut Arianto (2009), payudara berfungsi memproduksi Air Susu Ibu, terdiri dari :

    1. Lobulus-lobulus yaitu kelenjar yang menghasilkan ASI. Setiap payudara terdapat 15-20 lobus jaringan kelenjar. Jumlah lobus tidak berhubungan dengan ukran payudara, setiap

    lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alvoeli. Kelenjar ini bersama-sama

    membentuk sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli (alveoli

    dan asinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnyaselama masa menyusui.

    2. Tubulus atau duktus yang menghantarkan ASI dari kelenjar sampai pada puting susu (nipple). Setiap alveoli memberikan makanan ke dalam duktus laktiferus yang

    mengalirkan keluar melalui puting susu. Sebagai hasilnya, terdapat 15-20 saluran puting

    susu. Dibelakang puting susu duktus laktiferus agak membesar sampai membentuk

    penyimpana kecil yang disebut lubang-lubang laktiferus (lactiferous sinuses). Setiap

    lubang berdiameter 2-4 mm.

    3. Puting susu. Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang

    kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh

    darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler

    sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan

    putting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali

    putting susu tersebut.

    4. Areola Mammae. Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini

    tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya

    kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka

    warnanya lebih gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan wama ini

    akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli semula. Pada

  • 3

    daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang

    membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan

    menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di

    kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air

    susu.

    5. Jaringan penghubung yang berada disekitar lobules dan duktus. 6. Lemak.

    Arteri adalah pembawa darah yang kaya oksigen dari jantung ke dinding dada dan

    payudara, sedangkan vena menghambil darah untuk oksigenasi kembali ke jantung. Arteri

    Axillaris membentang dari ketiak dan mensuplai darah pada bagian luar payudara, sedangkan

    arteri mamaria interna membentang kebawah dari leher dan mensuplai darah pada payudara

    bagian dalam (University Of Rochester Medical Center, 2008).

    Secara anatomis, setiap kelenjar mammae yang matang atau payudara terdiri dari 15

    sampai 25 lobus. Lobus-lobus tersebut tersusun secara radial dan satu sama lain dipisahkan

    oleh jaringan lemak yang jumlahnya bervariasi. Masing-masing lobus terdiri dari beberapa

    lobulus, yang selanjutnya terdiri dari sejumlah besar alveoli. Masing-masing alveolus

    mempunyai duktus kecil yang saling bergabung membentuk duktus yang lebih besar untuk

    tiap lobus seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3. Duktus-duktus laktiferus tersebut membuka

    secara terpisah pada papila mammae, dengan orifisium yang kecil tetapi jelas. Epitel

    sekretorik alveolus mensintesis berbagai konstituen susu. (Cunningham FG, Leveno KJ,

    Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010)

  • 4

    GAMBAR 1-3 llustrasi gambar alveolus dan sistem duktus. Perhatikan serat mioepitel (M)

    yang mengelilingi permukaan luar alveolus. Sekresi dari elemen glandular dikeluarkan ke

    dalam lumen alveolus (A) dan disemprotkan oleh sel mioepitel ke dalam sistem duktus (D),

    yang dikeluarkan melalui papila mammae. Aliran darah ke alveolus ditunjukkan oleh panah

    kanan atas dan drainase vena ditunjukkan oleh panah di bawahnya. (Digambar kembali dari

    Dr. "John C. Porter). (Cunningham FG, et all. 2010. hal 650)

    Petugas kesehatan harus tahu beberapa kelainan anatomis dan fisiologik yang bisa menghambat keberhasilan menyusui. Pada saat hamil seorang ibu harus dipersiapkan untuk

    menyusui. Anamnesis dan pemeriksaan payudara yang teliti harus dilakukan, antara lain

    meliputi perencanaan ibu untuk menyusui anaknya, riwayat menyusui sebelumnya,

    operasi/tindakan bedah lain pada payudara. Selain itu pemeriksaan payudara terutama bentuk

    puting sangatlah penting, untuk menentukan puting normal, datar atau justru terbenam. Puting

    sangatlah penting, untuk menentukan puting normal, datar atau justru terbenam. Puting yang

    tidak normal dan tidak diantisipasi sebelumnya dapat menjadi salah satu penyebab kegagalan

    menyusui. Apabila ditemukan puting datar atau terbenam, cara yang dianjurkan adalah

    menyusui segera setelah melahirkan. Beberapa bayi dapat menyusui dengan baik pada puting

    datar atau terbenam asalkan dia tidak mendapatkan puting buatan (artifical) segera setelah

    lahir. Dalam kasus ini bantuan tenaga kesehatan atau konsultan laktasi sangat diperlukan.

    (Maria M. 2011)

    I. 2 FISIOLOGI LAKTASI

    Laktasi mempunyai dua pengertian. Pertama adalah pembentukan air susu dan kedua

    adalah periode sesudah persalinan, saat ASI diberikan. Pada kehamilan terjadi perubahan

    pada payudara karena proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel pembuat air susu karena

    pengaruh hormon laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron.

    Perubahan juga oleh karena bertambahnya vaskularisasi payudara. (Soetjiningsih, 2013)

    Payudara mulai berkembang pada saat pubertas. Perkembangan ini distimulasi oleh

    ekstrogen yang berasal dari siklus seksual wanita bulanan; ekstrogen merangsang

    pertumbuhan kelenjar mamaria payudara. Selain itu, pertumbuhan yang jauh lebih besar

    terjadi selama keadaan kadar ekstrogen yang tinggi pada kehamilan, dan kemudian hanya

    jaringan kelenjar saja yang berkembang sempurna untuk pembentukan air susu. (Guyton,

    2007)

    Pertumbuhan sistim duktus selama kehamilan, sejumlah besar ekstrogen disekresikan

    oleh plasenta sehingga sistim duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan,

    stroma payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat di dalam stroma.

    (Guyton, 2007)

    Sedikitnya juga terdapat 4 hormon lain yang juga penting untuk pertumbuhan sistim

    duktus: hormon pertumbuhan, prolaktin, glokokortikoid adrenal, dan insulin. Masing-masing

    hormon ini diketahui memainkan paling sedikit beberapa peranan dalam metabolisme protein,

    yang menjelaskan fungsi hormon-hormon tersebut dalam perkembangan kelenjar payudara.

    (Guyton, 2007)

    Perkembangan akhir payudara menjadi organ yang menyekresi air susu juga

    memerlukan progesteron. Sekali sistim duktus sudah berkembang, progesteron (bekerja

    secara sinergik dengan ekstrogen, juga dengan semua hormon-hormon lain yang baru saja

    disebutkan di atas) menyebabkan pertumbuhan lobulus payudara, dengan pertunasan

    alveolus, dan perkembangan sifat-sifat sekresi dari sel-sel alveoli. Perubahan-perubahan ini

    analog dengan efek sekresi progesteron pada endometrium uterus selama pertengahan akhir

    siklus seksual wanita. (Guyton, 2007)

    Walaupun ekstrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar

    payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah

  • 5

    sekresi sesungguhnya dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin mempunyai efek yang

    berlawanan pada sekresi air susu yaitu meningkatkannya. Hormon ini disekresikan oleh

    kelenjar hifofisis anterior ibu, dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu ke

    lima kehamilan sampai kelahiran bayi, di mana pada saat ini meningkat 10 sampai 20 kali

    dari kadar normal saat tidak hamil. (Guyton, 2007)

    Selain itu, plasenta menyekresi sejumlah besar human chorionic somatomammotropin,

    yang mungkin mempunyai sifat laktogenik, jadi menyokong prolaktin dari hipofisis ibu

    selama kehamilan. Walaupun begitu, karena efek supresi dari ekstrogen dan progesteron,

    hanya beberapa mililiter cairan saja yang disekresikan setiap haro sampai bayi dilahirkan.

    Cairan yang disekresikan selama beberapa hari terakhir sebelum dan beberapa hari pertama

    setelah kelahiran disebut kolostrum; kolostrum ini terutama mengandung protein dan laktosa

    dalam konsentrasi yang sama seperti air susu, tetapi kolostrom tersebut hampir tidak

    mengandung lemak, dan kecepatan maksimal pembentukannya adalah 1/100 kecepatan

    pembentukan air susu selanjutnya. (Guyton, 2007)

    Segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya sekresi ekstrogen dan progesteron dari

    plasenta yang tiba-tiba memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hifofisis ibu

    untuk mengambil peran dalam memproduksi air susu, dan dalam 1 sampai 7 hari kemudian,

    kelenjar payudara mulai menyekresikan air susu dalam jumlah besar sebagai pengganti

    kolostrum. Sekresi air susu ini memerlukan sekresi pendahuluan yang adekuat dari sebagian

    besar hormon-hormon ibu lainnya, tetapi yang penting dari semuanya adalah hormon

    pertumbuhan, kortisol, hormon paratiroid dan insulin. Hormon-hormon itu diperlukan untuk

    menyediakan asam amino, asam lemak, glukosa, dan kalsium yang diperlukan untuk

    pembentukan air susu. (Guyton, 2007)

    Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sewaktu tidak

    hamil. Akan tetapi setiap kali ibu menyusui bayinya, sinyal saraf dari puting susu ke

    hipotalamus akan menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10 sampai 20 kali lipat

    yang berlangsung kira-kira 1 jam. Prolaktin ini bekerja pada payudara ibu untuk

    memperthankan kelenjar mammaria agar menyekresikan air susu kedalam alveoli untuk

    periode laktasi berikutnya. (Guyton, 2007)

    Bila lonjakan prolaktin ini tidak ada atau dihambat karena hipotalamus atau hifofisis,

    atau bila laktasi tidak dilakukan terus-menerus, payudara akan kehilangan kemampuannya

    untuk memproduksi air susu dalam waktu 1 minggu atau lebih. Akan tetapi, produksi air susu

    dapat berlangsung terus selama beberapa tahun bila anak terus mengisap, walaupun

    kecepatan pembentukan air susu normalnya berkurang sangat banyak setelah 7 sampai 9

    bulan. (Guyton, 2007)

    Hipotalamus memegang peran penting dalam mengatur sekresi prolaktin, seperti peran

    hipotalamus pada hampir semua hormon-hormon hipofisis anterior lainnya. Akan tetapi,

    pengaturan ini berbeda pada satu aspek; hipotalamus terutama merangsang pembentukan

    semua hormon yang lain, tetapi terutama menghambat pembentukan prolaktin. Akibatnya,

    kerusakan pada hipotalamus atau penghambatan pada sistim portal hipotalamus-hipofisis

    sering akan meningkatkan pembentukan prolaktin tetapi menekan sekresi hormon-hormon

    hipofisis lainnya. (Guyton, 2007)

    Oleh karena itu, diyakini bahwa sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior diatur secara

    keseluruhan dan hampir keseluruhan oleh sebuah faktor penghambat yang dibentuk di dalam

    hipotalamus dan ditranspor ke hipofisis anterior melalui sistim portal hipotalamus-hipofisis.

    Faktor ini disebut hormon penghambat prolaktin. Hampir dapat dipastikan bahwa hormon ini

    sama dengan dopamin katekolamin, yang diketahui disekresi oleh saraf arkuatus dari

    hipotalamus dan dapat menurunkan sekresi prolaktin sebanyak 10 kali lipat (Guyton, 2007).

  • 6

    Pada saat bayi mengisap puting, impuls saraf berjalan dari puting susu ke hipotalamus

    untuk merangsang produksi faktor pelepas prolaktin, kemudian diteruskan ke hipofifise dan

    lebih jauh merangsang produksi aktif prolaktin, seiring dengan penghisapan di puting susu,

    oksitosin dilepas dari hipofisis posterior yang menyebabkan sinus mengumpulkan kelenjar

    mamae (payudara) berkontraksi dan mendorong air susu ke arah puting sampai ke mulut bayi.

    Proses ini disebut dengan refleks letdown. Tanpa reflek ini bayi yang menghisap terus

    menerus hanya dapat memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan dalam

    payudara. Oleh karena itu, refleks letdown berperan dalam pembentukan air susu ibu yang

    baru (University Of Rochester Medical Center, 2008).

    Pada bulan kelima kolostrom telah dibentuk karena pengaruh hormon laktogen dan

    prolaktin. Produksinya tidak banyak karena dihambat oleh hormon estrogen. Setelah plasenta

    lahir, kadar estrogen dan progesteron turun, sedangkan prolaktin tinggi dan tidak ada lagi

    hambatan oleh estrogen. Karenanya sekresi air susu segera timbul. Dengan menyusui dini,

    hormon prolaktin dipicu lepas dari hipofise sehingga sekresi air susu dari kelenjar

    diperlancar.

    Endokrinologi Laktasi

    Mekanisme humoral dan neural tepat yang terlibat dalam laktasi bersifat kompleks.

    Progesteron, estrogen, dan laktogen plasenta, serta prolaktin, kortisol, dan insulin, tampak

    berperan secara bersama-sama menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan struktur

    penghasil ASI. Dengan terjadinya kelahiran, terdapat penurunan yang besar dan tiba-tiba

    kadar progesteron dan estrogen. Penurunan ini menghentikan pengaruh penghambatan

    progesteron terhadap produksi -laktalbumin oleh retikulum endoplasma kasar. Peningkatan -laktalbumin menstimulasi laktose sintase untuk meningkatkan laktosa susu. Terhentinya progesteron juga menyebabkan efek prolaktin tidak terhambat terhadap stimulasi produksi -laktalbumin. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.

    2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 650)

    Intensitas dan durasi laktasi selanjutnya dikontrol, terutama oleh stimulus berulang

    menyusui. Prolaktin penting untuk laktasi, dan wanita yang menderita nekrosis hipofisis

    Sindrom Sheehan tidak menghasilkan ASI. Walaupun kadar prolaktin plasma menurun

    setelah kelahiran ke kadar yang lebih rendah daripada selama kehamilan, namun tiap bayi

    mengisap akan menaikkan kadarnya. Agaknya stimulus dari payudara membatasi pelepasan

    dopamin (prolactin inhibiting factor) dari hipotalamus, dan ini selanjutnya menginduksi

    peningkatan sekresi prolaktin sementara. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC,

    Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 650)

    Neurohipofisis menyekresikan oksitosin secara pulsatif. Ini menstimulasi pengeluaran

    ASI dari payudara dengan menyebabkan kontraksi sel mioepitel di alveolus dan.duktus kecil

    (lihat Gambar 1.3). Ejeksi susu, atau letting down merupakan refleks yang dimulai terutama

    oleh pengisapan, yang menstimulasi neurohipofisis untuk melepaskan oksitosin. Refleks

    tersebut bahkan dapat ditimbulkan oleh tangisan bayi dan dapat dihambat oleh kecemasan ibu

    atau stres. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010.

    Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 650)

    Proses laktasi akan melibatkan unsur hormonal di dalam tubuh manusia. Setelah memasuki usia kehamilan 16 minggu, wanita hamil sudah mulai memproduksi ASI, tetapi produksi ASI tidak berlanjut karena tertahan oleh kehamilannya. Ketika bayi lahir dan plasenta keluar, hormon yang mempengaruhi ASI akan mejadi aktif, apabila tindakan IMD dilakukan. Adanya hisapan bayi pada puting payudara hormon prolaktin yang akan masuk ke dalam aliran darah dan menimbulkan refleks prolaktin yang berperan dalam produksi ASI. Sebagian besar prolaktin membuat payudara memproduksi ASI yang berikutnya. Beberapa

  • 7

    hal tentang prolaktin adalah lebih banyak prolaktin yang diproduksi pada malam hari, maka menyusui pada malam hari sangat penting untuk mempertahankan laktasi, prolaktin membuat ibu rileks bahkan kadang mengantuk, maka biasanya ibu dapat beristirahat meskipun menyusui malam hari, hormon yang berkaitan dengan prolaktin menekan pematangan sel telur, maka menyusui dapat membantu menunda kehamilan. 10, 13

    Hipofisis posterior akan mengeluarkan hormon oksitosin yang akan masuk ke dalam aliran darah dan menimbulkan refleks oksitosin untuk kontraksi otot yang ada di sekeliling saluran ASI, sehingga ASI yang sudah diproduksi akan dapat dikeluarkan. Kelelahan maupun masalah-masalah psikologis pada ibu daoat menghambat kerja oksitosin seperti kekhawatiran ibu, khawatir mengenai pekerjaannya, perselisihan dengan pasangan ataupun anggota keluarga yang lain. Sebaliknya rasa bahagia menjadi seorang ibu, senang dapat berdekatan dengan bayi dan hal lain yang menyenangkan ibu akan memicu pengeluaran oksitosin.10,13

    I. 3 PROSES PEMBENTUKAN ASI

    Menurut Roesli (2000) ASI diproduksi dari hasil kerja gabungan antara hormon dan

    refleks. Selama kehamilan terjadi perubahan hormon yang berfungsi menyiapkan jaringan

    kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Pada waktu bayi menghisap ASI akan terjadi 2 refleks

    yang akan menyebabkan ASI keluar pada' saat yang tepat dengan jumlah yang tepat pula. Dua

    refleks tersebut yaitu refleks prolaktin dan refleks let down. (Soetjiningsih, 2013)

    1. Refleks Prolaktin

    Kelenjar hipofisa bagian depan yang terdapat pada dasar otak menghasilkan

    hormon prolaktin. Prolaktin akan merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI.

    Prolaktin akan keluar apabila terjadi pengosongan ASI dari gudang ASI. Makin banyak

    ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara maka semakin banyak ASI yang

    diproduksi. Perangsangan payudara dari hisapan bayi sampai pembuatan ASI disebut

    refleks pembentukan/produksi ASI atau disebut refleks prolaktin (Roesli, 2000).

    Menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin memegang peranan untuk

    membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktifitas prolaktin

    dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus

    berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan

    progesteron sangat berkurang, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang

    merangsang puting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf

    sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke

    hipotalamus melalui medula spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus akan menekan

    pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya

    merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor

    yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior)

    sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk

    membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan

    setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada

    peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap

    berlangsung. Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan

    menjadi normal pada minggu ke 2-3. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat

    dalam keadaan-keadaan seperti : stres atau pengaruh psikis; anestesi; operasi; rangsangan

  • 8

    puting susu; hubungan seksual; obat-obatan transqulizer hipotalamus seperti reserpin,

    klorpromazin, fenotiazid. Sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran

    prolaktin adalah : gizi ibu yang jelek, obat-obatan seperti ergot, l-dopa.(Soetjiningsih,

    2013)

    Gambar 3. Refleks prolaktin (1)

    (Departemen Kesehatan RI. 2007)

    Gambar 4. Refleks prolaktin (2)

    (Dikutip dari Jelliffe DB 1978 dalam Soetjiningsih 2013)

    2. Refleks let down (milk ejection reflex)/ Oksitosin

    Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan yang

    berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neuro hipofise (hipofise posterior) yang

  • 9

    kemudian dikeluarkanlah oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju

    uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari

    organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel

    mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari

    alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus

    laktiferus masuk ke mulut bayi. .(Soetjiningsih, 2013) Bayi tidak akan mendapat cukup

    ASI jika mengandalkan refleks prolaktin saja tetapi harus dibantu oleh refleks oksitosin.

    Bila refleks ini tidak bekerja bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai walaupun

    produksi ASI cukup (Roesli, 2000).

    Gambar 5. Refleks Oksitosin (1)

    (Departemen Kesehatan RI. 2007)

    Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada prolaktin. Oksitosin dapat mulai berfungsi

    sebelum bayi menyusu, bila ibu memikirkan untuk menyusui. (Maria M. 2011)

    Rangsangan sensorik (indera sentuhan) dari puting

    Oksitosin dalam darah

    Bayi menyusu

    Merangsang rahim

    kontraksi

  • 10

    Gambar 6. Refleks let down (2)

    (Dikutip dari Jelliffe DB, 1978 dalam Soetjiningsih, 2013)

    Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah : melihat bayi,

    mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-

    faktor yang menghambat refleks let down adalah : stres seperti keadaan bingung/pikiran

    kacau, takut dan cemas. .(Soetjiningsih, 2013)

    Gambar 7. Faktor-faktor yang menghambat dan membantu refleks oksitosin

    (Departemen Kesehatan RI. 2007)

    I. 4 TANDA DAN SENSASI REFLEKS OKSITOSIN AKTIF

    Ibu mungkin mengamati:

    Sensasi diperah atau gelenyar (tingling sensation) di dalam payudara sesaat sebelum menyusui atau pada waktu proses menyusui berlangsung.

  • 11

    ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya menangis.

    ASI menetes dari payudara sebelah, bila bayi menyusu pada payudara yang lain.

    ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada waktu menyusui.

    Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya darah selama menyusui di Minggu pertama.

    Hisapan yang lambat, dalam dan tegukan bayi menunjukkan bahwa ASI mengalir ke dalam mulut bayi.

    Bila ada stres dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blokade dari refleks

    let down. Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang

    menyebabkan vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin sedikit

    kemungkinannya untuk dapat mencapai target organ mioepitelium. Akibat dari tidak

    sempurnyanya refleks let down maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli

    yang secara klinis tampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat

    abses, gagal untuk menyusui dan rasa sakit. Rasa sakit ini akan merupakan stres lagi bagi

    seorang ibu sehingga stres akan bertambah. .(Soetjiningsih, 2013)

    Karena refleks let down tidak sempurna maka bayi yang haus jadi tidak puas.

    Ketidakpuasan ini akan merupakan tambahan stres bagi ibunya. Bayi yang haus dan tidak

    puas ini akan berusaha untuk dapat air susu yang cukup dengan cara menambah kuat

    isapannya sehingga tidak jarang dapat menimbulkan luka-luka pada puting susu dan

    sudah barang tentu luka-luka ini akan dirasakan sakit oleh ibunya yang juga akan

    menambah stresnya tadi. Dengan demikian akan terbentuk satu lingkaran setan yang

    tertutup (circulus vitiosus) dengan akibat kegagalan dalam menyusui. (Soetjiningsih,

    2013)

    Gambar 8. Akibat kegagalan refleks let down

    (Dikutip dari Jellife DB, 1978 dalam Soetjiningsih, 2013)

    I. 5 PEMELIHARAAN PENGELUARAN AIR SUSU

  • 12

    Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin

    dan oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan

    dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Proses menyusui memerlukan

    pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan

    akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya

    proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya bila kekuatan

    isapan yang kurang, frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini berarti

    pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang, karena

    diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai

    sejak minggu pertama kelahiran. (Soetjiningsih, 2013)

    Pengeluaran prolaktin dihambat oleh faktor-faktor yang menghambat pengeluaran

    prolaktin yang belum jelas bahannya, namun beberapa bahan seperti dopamin, serotonin,

    katekolamin, TSH dihubungkan ada sangkut pautnya dengan pengeluaran prolaktin.

    (Soetjiningsih, 2013)

    Pengeluaran oksitosin ternyata di samping dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh

    suatu reseptor yang terletak pada sistem duktus. Bila duktus melebar atau menjadi lunak

    maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk memeras

    keluar air susu dari alveoli. Jadi peranan prolaktin dan oksitosin mutlak perlu disamping

    faktor-faktor lain selama proses menyusui. Interaksi hormon-hormon dan faktor-faktor yang

    mengatur pemeliharaan selama menyusui dapat dilihat di bawah ini. (Soetjiningsih, 2013)

  • 13

    Gambar 9. Interaksi hormon-hormon dan faktor lainnya dalam proses menyusui.

    (Dikutip dari Lawrence RA 1980 dalam Soetjiningsih, 2013)

  • 14

    Gambar 10. Zat Inhibitor (penghambat) dalam ASI (Departemen Kesehatan RI. 2007)

    Keterangan : Bila payudara tetap penuh ASI, maka produksi ASI berhenti

    I. 6 PENGENDALIAN PRODUK ASI DI DALAM PAYUDARA

    Mungkin akan timbul pertanyaan mengapa kadang-kadang satu payudara berhenti

    menghasilkan ASI, sementara payudara satunya terus menghasilkan ASI- meskipun oksitosin

    pada prolaktin sama-sama mengalir ke kedua payudara. Gambar 10 menunjukkan

    penyebabnya. (Departemen Kesehatan RI. 2007)

    Ada suatu zat di dalam ASI yang dapat mengurangi atau mencegah (inhibit) produksi

    ASI. Bila ada banyak ASI tertinggal di dalam satu payudara, zat pencegah atau inhibitor

    tersebut menghentikan sel-sel pembuat ASI agar tidak memproduksi lagi. Penghentian ini

    membantu melindungi payudara yang di dalamnya masih tertinggal banyak ASI dari bahaya

    efek pemenuhan. Hal ini jelas diperlukan bila bayi meninggal atau berhenti menyusu untuk

    alasan lainnya. Bila ASI dikeluarkan, baik melalui hisapan bayi atau diperah, inhibitor juga

    turut dikeluarkan. Payudara akan memproduksi ASI. Penjelasan di atas membantu memahami

    mengapa:

    - Bila bayi berhenti menyusu dari satu payudara, payudara tersebut berhenti memproduksi ASI.

    - Bayi lebih banyak menyusu pada satu payudara, payudara tersebut menghasilkan lebih banyak ASI dan ukurannya menjadi lebih besar dibanding payudara satunya.

    - Agar satu payudara terus menghasilkan ASI, maka ASI yang ada di dalamnya harus dikeluarkan.

    - Bila bayi tidak dapat menyusu dari salah satu atau kedua payudara, ASI harus dikeluarkan dengan cara diperah untuk memungkinkan produksi ASI berlanjut.

    (Departemen Kesehatan RI. 2007)

  • 15

    BAB II

    AIR SUSU IBU (ASI)

    II. 1 AIR SUSU IBU (ASI)

    Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena

    mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan

    perkembangan bayi. (Prasetyono, 2009) Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal

    untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk

    membangun penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan

    fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir,

    serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum. Lagipula ASI memiliki berbagai zat

    anti infeksi, mengurangi kejadian eksim atopik, dan proses menyusui menguntungkan ibunya

    dengan terdapatnya lactational infertility, hingga memperpanjang child spacing (IDAI, 2008).

    Sejak lahir, bayi seharusnya hanya diberi ASI saja sampai usia 6 bulan yang disebut

    ASI Eksklusif. Selanjutnya pemberian ASI d iteruskan hingga anak berusia 2 tahun, dengan

    penambahan makanan lunak atau padat yang disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

    yang sesuai dengan umur bayi. (Depkes RI, 2002)

    II. 2 KOMPOSISI ASI

  • 16

    Images courtesy Rebecca Behre, RNC, IBCLC, Gritman Medical Center, Moscow, Idaho

    Gambar 2.1 Komposisi ASI

    (Edwards RA, Anderson PO, Lenell A, Sylvia LM, Casale JP. 2014.

    http://www.northeastern.edu/pharmcarebftutorial/expanding-the-pharmacists-role-in-

    breastfeeding-continuing-pharmacy-education-cpe-online-tutorial/module-1-breastfeeding-

    background/what-is-in-breast-milk)

    MANUSIA SAPI FORMULA

    0.9% 1.5%

    Bervariasi Konstan

  • 17

    Gambar 2.2 Perbedaan komposisi dalam susu yang berbeda

    (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

    Gizi Masyarakat, 2011)

    II.2.1 KARBOHIDRAT

    Air susu ibu (ASI) merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan karbohidrat

    mineral. Ibu yang menyusui dapat dengan mudah menghasilkan 600 ml susu per hari, dan

    berat badan ibu sewaktu hamil tidak mempengaruhi kuantitas atau kualitasnya.

    (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010 Dalam :

    Twickler DM, Wendel GD)

    Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah setiap hari

    menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah

    7:4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI. Hal ini menyebabkan bayi

    yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Dengan demikian

    pemberian ASI akan semakin sukses (Baskoro 2008).

    Karbohidrat dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel

    syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel saraf. Selain itu karbohidrat memudahkan

    penyerapan kalsium mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat

    pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang

    menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi bayi (Baskoro

    2008).

    ASI mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASS (6,5-7

    gram%). Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah laktosa. Di dalam usus halus

    laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim lactase. Produksi enzim

    lactase pada usus halus bayi kadang-kadang belum mencukupi, untungnya lactase terdapat

    dalam ASI. Sebagian laktosa akan masuk ke usus besar, dimana laktosa ini akan difermentasi

    oleh flora usus (bakteri baik pada usus) yaitu laktobasili, menjadi asam laktat. (Maria M.

    2011) Adanya asam laktat ini memberikan suasanan asam di dalam usus bayi. Dengan

    suasana asam di dalam usus bayi ini memberikan beberapa keuntungan :

    a. Penghambatan pertumbuhan bakteri yang patologis b. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan

    mensintesis vitamin

    c. Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat d. Memudahkan absorpsi dari mineral misalnya kalsium, fosfor dan magnesium

    (Soetjiningsih, 2013)

    Laktosa ini juga relatif tidak larut sehingga waktu proses digesti di dalam usus bayi

    lebih lama tetapi dapat diabsorpsi dengan baik oleh usus bayi. Selain laktosa yang merupakan

  • 18

    7% dari total ASI juga terdapat glukosa, galaktosa dan glukosamin. Galaktosa ini penting

    untuk pertumbuhan otak dan medula spinalis. Oleh karena pembentukan mielin di medula

    spinalis dan sintesis galaktosida di otak membutuhkan galaktosa. Glukosamin merupakan

    bifidus faktor, di samping laktosa, jadi ini memacu pertumbuhan Laktobasilus bifidus yang

    sangat menguntungkan bayi. (Soetjiningsih, 2013)

    II.2.2 PROTEIN

    Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian protein

    ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem

    pencernaan bayi, yaitu protein unsur whey. Perbandingan protein unsur whey (zat yang

    membantu penyerapan dan metabolisme protein ke dalam pembuluh darah dalam 20-40

    menit) dan kasein (zat yang membantu penyerapan dan metabolisme protein ke dalam

    pembuluh darah dalam 2-4 jam) dalam ASI adalah 65:35 sedangkan dalam PASI 20:80.

    Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem

    pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi.

    (Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI,

    2008). Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan buang air besar

    dengan feses berbentuk cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila

    bayi diberikan PASI (Baskoro 2008).

    Kandungan protein dalam ASI dalam bentuk whey 70% dan kasein 30%, dengan

    variasi komposisi whey : kasein adalah 90:10 pada hari ke-4 sampai 10 setelah melahirkan,

    60-40 pada ASI matur (hari ke-11 sampai 240) dan 50:50 setelah hari ke-240. Pada susu sapi

    perbandingan whey : kasein adalah 18:82. Protein whey tahan terhadap suasana asam dan

    lebih mudah diserap sehingga akan mempercepat pengosongan lambung. Selain itu protein

    whey mempunyai fraksi asam amino fenilalanin, tirosin, dan metionin dalam jumlah lebih

    rendah disbanding kasein, tetapi dengan kadar taurin lebih tinggi. Komponen utama protein

    whey ASI adalah alfa-laktalbumin, sedangkan protein whey pada susu sapi adalah

    betalaktoglobulin. Laktoferin, lisozim, dan sIgA adalah merupakan bagian dari protein whey

    yang berperan dalam pertahanan tubuh. (Maria M. 2011)

    Air susu bersifat isotonik terhadap plasma dan setengah dari nilai tekanan osmotik

    ditimbulkan oleh laktosa. Asam amino esensial diambil dari darah, dan asam amino non-

    esensial sebagian berasal dari darah atau disintesis di kelenjar mammae, Sebagian besar

    protein susu bersifat unik dan mencakup -laktalbumin -laktoglobulin, dan kasein. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010 Dalam :

    Twickler DM, Wendel GD)

    ASI mengandung asam amino esensiil taurin yang tinggi, yang penting untuk untuk

    pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. (Soetjiningsih, 2013) Taurin adalah sejenis asam

    amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan

    berperan penting untuk proses maturasi sel otak. (Kementerian Negara Pemberdayaan

    Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)

    ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan ASS mengandung juga beta-

    laktoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. Kadar methionin

    dalam ASI lebih rendah dari ASS (Air Susu Sapi), sedangkan sistin lebih tinggi. Hal ini

    sangat menguntungkan karena enzim sistationase yaitu enzim yang akan mengubah

    methionin menjadi sistin pada bayi sangat rendah atau tidak ada. Sistin ini merupakan asam

    amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi. Kadar tirosin dan fenilalanin pada

    ASI rendah, suatu hal yang sangat menguntungkan untuk bayi terutama bayi prematur karena

    pada bayi prematur kadar tirosin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan

    ASI SUSU SAPI

  • 19

    otak. Kadar poliamin dan nukleotid yang sangat penting untuk sintesis protein pada ASI lebih

    tinggi jika dibandingkan dengan ASS. (Soetjiningsih, 2013)

    Gambar 2.3. Perbedaan kualitas protein dalam susu yang berbeda

    (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

    Gizi Masyarakat, 2011)

    II.2.3 LEMAK

    Asam lemak disintesis di alveoli dari glukosa dan disekresikan melalui proses

    seperti apokrin (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.

    2010 Dalam : Twickler DM, Wendel GD). Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah

    kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh

    bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada 5 menit pertama isapan akan

    berbeda dengan 10 menit kemudian, kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari

    kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang

    diperlukan (Baskoro 2008).

    Jenis lemak yang ada dalam ASI adalah lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh

    sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase. Lemak dalam

    bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA dalam ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel

    jaringan otak (Baskoro 2008). Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)

    adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan

    untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat

    mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.

    Di samping itu, DHA dan AA dalam tubuh dapat disintesa dari substansi

    pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6

    (asam linoleat). (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang

    Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)

    Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila

    dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga

    menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi

    dan perbandingannya dengan PASI yaitu 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang

    IgA Lactoferrin Lysozyme

    Lakto Globulin PROTEIN

    WHEY

    GUMPALAN

    80%

    Kasein

    35%

    Kasein

    Lactal bumin

    MUDAH DICERNA SULIT DICERNA

  • 20

    tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak

    bayi (Baskoro 2008).

    Kadar lemak dalam ASI dan ASS relatif sama, merupakan sumber kalori yang

    utama bagi bayi, dan sumber vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K) dan sumber asam

    lemak esensiil. Keistimewaan lemak dalam ASI jika dibandingkan dengan ASS adalah :

    a. Bentuk emulsi lebih sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI mengandung enzim lipase yang memecah trigliserida menjadi digliserida dan kemudian menjadi

    monogliserida sebelum pencernaan di usus terjadi.

    b. Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI 7-8x dalam ASS. Asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam kadar yang tinggi yang terpenting adalah :

    Rasio asam linoleat : oleat yang cukup akan memacu absorpsi lemak dan kalsium, dan adanya garam kalsium dari asam lemak ini akan memacu

    perkembangan otak bayi dan mencegah terjadinya hipokalsemia.

    Asam lemak rantai panjang (arachidonic dan docadexaenoic) yang berperan dalam perkembangan otak

    Kolesterol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam pembentukan enzim untuk metabolisme

    kolesterol yang akan mengendalikan kadar kolesterol di kelak kemudian hari

    (mencegah arteriosklerosis pada usia muda)

    Asam palmitat terdapat dalam bentuk yang berlainan dengan asam palmitat dari ASS. Asam palmitat dari ASS dapat bereaksi dengan kalsium, menjadi

    garam Ca-palmitat yang akan mengendap dalam usus dan terbuang bersama

    feses (Soetjiningsih, 2013)

    Kurang lebih 50% energi yang terkandung pada ASI berasal dari lemak,7

    atau kurang

    lebih 40 g/L. Lemak dalam ASI ada dalam bentuk butiran lemak yang absorpsinya

    ditingkatkan oleh BSSL (bile salt-stimulated lipase). Asam lemak yang terkandung pada ASI

    kaya akan asam palmitat, asam oleat, asam lineleat dan asam alfa linolenat. Trigliserida

    adalah bentuk lemak utama pada ASI, dengan kandungan antara 97% - 98%. ASI sangat kaya

    asam lemak esensial yaitu asam lemak yang tidak bisa diproduksi tubuh tetapi sangat

    diperlukan untuk pertumbuhan otak. Asam lemak esensial tersebut adalah asam linoleat 8-

    17%, asam linoleat 0,5-1,0%, dan derivatnya yaitu sam arakidonat 0,5-0,7% dan asam dekosaheksanoat (DHA) 0,2-0,5%. (Maria M. 2011)

    Lemak pada ASI didapatkan pada hindmilk (susu akhir). Bayi mendapatkan kebutuhan

    energinya sebagian besar dari lemak. Karena itu bayi harus menyusu sampai payudara kosong

    baru pindah ke payudara satunya apabila bayi masih menginginkannya. Menghentikan bayi

    yang sedang menyusu akan mengirangi lemak yang didapatkan, dengan demikian bayi tidak

    mendapat cukup energi. 11

    Selain itu menghentikan bayi menyusu sebelum payudara kosong

    bisa menyebabkan hipergalaktia. Hipergalaktia bisa muncul karena ibu memberikan ASI dengan waktu sebentar (5-10 menit) kemudian pindah ke payudara lain. Akibatnya

    pengosongan payudara tidak optimal dan bayi mendapat sejumlah besat foremilk yang banyak

    mengandung laktosa dan sedikit hindmilk. Akibat lain hipergalaktia adalah timbulnya

    malabsorpsi, pembentukan gas yang berlebihan, dan terjadinya gagal tumbuh pada bayi

    karena bayi hanya mendapatkan sedikit lemak. (Maria M. 2011)

  • 21

    Gambar 2.4. Perbedaan Lemak Dalam Susu Yang Berbeda

    (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

    Gizi Masyarakat, 2011)

    II.2.4 MINERAL

    ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi

    bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI

    merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi

    oleh diet ibu. (Baskoro 2008) Rasio kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang merupakan kondisi ideal

    bagi penyerapan kalsium. (Arisman, 2010) Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi,

    tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta

    mengganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang

    merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung,

    gelisah karena obstipasi atau gangguan metabolisme (Baskoro 2008).

    Fe dan Ca paling stabil, tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Garam organik yang terdapat

    dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Yang

    terbanyak adalah kalium, sedangkan kadar Cu, Fe dan Mn yang merupakan bahan untuk

    pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya

    dalam ASI cukup. (Soetjiningsih, 2013)

  • 22

    Gambar 2.5. Kadar zat besi dalam susu

    (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

    Gizi Masyarakat, 2011)

    II.2.5 KARNITIN

    Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan

    untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi

    terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini

    lebih tinggi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi

    yang mendapat susu formula (Hegar et al, 2008).

    II.2.6 VITAMIN

    Semua vitamin kecuali K ditemukan pada ASI, namun dalam jumlah yang berbeda.

    (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010 Dalam :

    Twickler DM, Wendel GD)

    a. Vitamin K Vitamin K adalah salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan.

    Kadar vitamin K dalam ASI hanya seperempat dari kadar dalam susu formula. Bayi yang

    hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan, walaupun angka kejadian perdarahan

    ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya

    dalam bentuk suntikan (Hegar et al, 2008). (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth

    JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010 Dalam : Twickler DM, Wendel GD)

    b. Vitamin D Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak

    perlu dikhawatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat

    tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Pemberian ASI ekslusif ditambah

    dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita

    penyakit tulang karena kekurangan vitamin D (Hegar et al, 2008). Kandungan vitamin D

  • 23

    rendah 22 IU/mL, dan suplementasi bagi neonatus direkomendasikan oleh American

    Academy of Pediatrics (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong

    CY. 2010 Dalam : Twickler DM, Wendel GD)

    c. Vitamin E Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding eritrosit.

    Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Keuntungan ASI

    adalah memiliki kandungan vitamin E yang tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi

    awal (Hegar et al, 2008).

    d. Vitamin A Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung

    pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. ASI tidak hanya mengandung vitamin A

    dalam jumlah tinggi, tetapi juga memiliki bahan baku dalam jumlah tinggi yaitu beta karoten.

    Hal ini merupakan penjelasan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh

    kembang dan daya tahan tubuh yang baik (Hegar et al, 2008).

    e. Vitamin yang larut dalam air Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat dan

    vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar

    vitamin-vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan vitamin B2 cukup tinggi dalam ASI

    tetapi kadar vitamin B6, vitamin B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi

    kurang. Vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistem saraf maka ibu yang

    menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup didapat dari

    makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian (Hegar et al, 2008).

    f. Vitamin B Golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik, kadarnya kurang dalam

    ASI. (Soetjiningsih, 2013)

    Gambar 2.6. Vitamin-vitamin dalam susu yang berbeda

    (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

    Gizi Masyarakat, 2011)

  • 24

    II.2.7 ZAT KEKEBALAN TUBUH

    ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. Didalam ASI secara

    garis besar didapatkan 2 macam kekebalan yaitu :

    a. Faktor kekebalan non spesifik : faktor pertumbuhan laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozim (muramidase), dan laktoperosidase

    b. Faktor kekebalan spesifik : sistem komplemen, seluler (macrofag, limfosit, dan lekosit polimorfonuklear), imunoglobulin

    Whey adalah serum susu dan telah menunjukkan kandungan interleukin-6 yang besar.

    Hal ini sangat berkaitan dengan produksi IgA lokal oleh payudara. Prolaktin tampak

    disekresikan secara aktif ke dalam ASI. Faktor pertumbuhan epidermis (EGF-epidermal

    growth factor) telah diidentifikasikan pada ASI, dan karena tidak dihancurkan oleh enzim

    proteolitik lambung, maka komponen ini dapat diabsorbsi untuk mendukung pertumbuhan

    dan pematangan mukosa usus neonatus. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC,

    Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 650)

    Kandungan zat aktif lain dalam ASI yang terutama bekerja untuk fungsi kekebalan

    tubuh adalah komponen protein (-laktalbumin, -laktoglobumin, kasein, enzim, faktor pertumbuhan, hormon, laktoferin, lisozim, sIgA, dan imunoglobulin lain), nitrogen non

    protein (-amino nitrogen, keratin, kreatinin, glukosamin, asam nukleat, nukleotida, poliamin, urea, asam urat), karbohidrat (laktosa, oligosakarida, glikopeptida, faktor bifidus), lemak

    (vitamin larut dalam lemak A, D, E, K-,karotenoid, asam lemak, fosfolipid, sterol dan hidrokarbon, trigliserida), vitamin yang larut dalam air (biotin, kolin, folat, inositol, niasin,

    asam pantotenat, riboflavin, thiamin, vitamin B12, vitamin B6, vitamin C), mineral dan ion

    (bikarbonat, kalsium, khlorida, sitrat, magnesium, fosfat, kalium, natrium, sulfat), trace

    mineral (kromium, kobalt, copper, fluorid, iodine, mangaan, molybdenum, nickel, selenium

    dan seng), serta sel (sel epithelial, leukosit, limfosit, makrofag, dan neutrofil).5 Sehingga

    dapat dimngerti dengan mendapatkan ASI, bayi mendapatkan kekebalan terhadap berbagai

    penyakit seperti radang paru-paru, radang telinga, diare, dan juga mengurangi risiko alergi.

    (Maria M. 2011)

    II. 3 UNSUR UNSUR LAIN DALAM ASI

    Laktokrom, kreatin, kreatinin, urea, xanthin, amonia dan asam sitrat. Substansi

    tertentu di dalam plasma darah ibu, dapat juga berada dalam ASI misalnya miyak volatil dari

    makanan tertentu (bawang merah), juga obat-obatan tertentu seperti sulfonamid, salisilat,

    morfin dan alkohol, juga elemen-elemen anorganik misalnya As, Bi, Fe, I, Hg dan Pb.

    (Soetjiningsih, 2013)

    II. 4 KALORI DALAM ASI

    Kalori dari ASI relatif rendah, hanya 77 kalori/100 ml ASI. Sembilan puluh persen

    berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari protein. (Soetjiningsih, 2013)

    II. 5 PENGARUH WAKTU PADA KOMPOSISI ASI

    ASI yang pertama kali diisap oleh bayi (menit pertama) dibandingkan ASI pada menit

    terakhir adalah berbeda. ASI menit pertama lebih cepat encer, kemudian akan lebih kental,

  • 25

    ASI pada menit terakhir mengandung lemak 4-5x dan protein 1 lebih banyak dibandingkan

    dengan ASI menit-menit pertama. (Soetjiningsih, 2013)

    Bila bayi tersebut menyusu selama 15 menit, maka :

    5 menit pertama mendapatkan : o 60% total volume ASI o 60% total protein ASI o 60% total karbohidrat ASI o 40% total lemak ASI o 50% total energi ASI

    5 menit kedua mendapatkan : o 25% total volume ASI o 25% total protein ASI o 25% total karbohidrat ASI o 33% total lemak ASI o 25% total energi ASI

    5 menit terakhir adalah sisanya Dikatakan bahwa, volume ASI akan menurun sesuai dengan waktu.

    Tahun pertama : 400-700 ml/24 jam

    Tahun kedua : 200-400 ml/24 jam

    Sesudah itu : sekitar 200 ml/24 jam

    Telah terbukti tidak ada perubahan yang bermakna pada konsentrasi protein dari ASI

    antara bulan ke-6 sampai tahun ke-2 dari masa laktasi meskipun konsentrasi lemak bervariasi

    luas. Kemungkinan kenaikan total lemak disebabkan menurunnya volume ASI.

    (Soetjiningsih, 2013)

    ENERGY PROTEIN Vit A Vit C

    %

    Kebutuhan

    perhari yang

    dipenuhi oleh 500

    ml ASI

    100

    50

    Gambar 2.7. Komposisi ASI Pada Tahun Kedua

    31

    %

    38

    %

    4

    5

    %

    9

    5

    %

  • 26

    (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

    Gizi Masyarakat, 2011)

    Gambar 2.8. Energi ASI Pada Tahun Kedua

    (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

    Gizi Masyarakat, 2011)

    II. 6 PENGARUH INDIVIDU TERHADAP KOMPOSISI ASI

    Ibu yang cemas akan lebih sedikit mengeluarkan ASI dibandingkan dengan ibu yang

    tidak cemas. Juga ibu yang umurnya muda lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan

    dengan ibu-ibu yang sudah tua. Pada kenaikan jumlah paritas ada sedikit perubahan produksi

    ASI walaupun tidak bermakna. (Soetjiningsih, 2013)

    Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi :

    II.6.1 KOLOSTRUM

    Setelah melahirkan, payudara mulai menyekresi kolostrum suatu cairan yang

    berwarna kuning lemon tua. Cairan ini biasanya keluar dari papila mammae pada hari kedua

    pasca melahirkan. Dibandingkan dengan air susu biasa, kolostrum mengandung lebih banyak

    mineral dan asam amino. Kolostrum juga mengandung lebih banyak protein, sebagian

    besarnya adalah globulin, namun sedikit gula dan lemak. Sekresi berlanjut selama kira-kira 5

    hari dengan berubah secara perlahan menjadi air susu matang selama 4 minggu berikutnya.

    Kolostrum mengandung antibodi dan immunoglobulin A (Ig) yang dikandungnya

    memberikan per lindungan bagi neonatus dan patogen enterik. Faktor pertahanan tubuh

    lainnya yang ditemukan dikolostrum dan susu mencakup komplemen makrofag, limfosit,

    laktoferin laktoperoksidase, dan lisozim. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC,

    Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD. hal 649)

    Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang

    mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus

    kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Kolostrum disekresi oleh

  • 27

    kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat dari masa laktasi dan

    merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan mekonium usus bayi yang baru

    lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.

    (Baskoro 2008). Kolostrum berwarna kekuning-kuningan, dan lebih kental karena banyak

    mengandung protein dan vitamin A, E dan K serta beberapa mineral seperti Natrium dan Zn.

    Selain itu kolostrum juga mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk melindungi

    bayi dari penyakit infeksi. (Depkes RI, 2002)

    Walaupun jumlah kolostrum sedikit, namun

    sudah memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang

    tetapi harus diberikan kepada bayi. (Roesli, 2000)

    Kolostrum kaya zat antibodi seperti : (a) faktor bifidus, (b) SigA, IgM, IgG; (c) faktor

    antistafilokokkus, (d) laktoferin, (e) laktoperoksidase, (f) komplemen : C3, C4, (g) interferon,

    (h) lisozim, (i) protein pengikat B12, (j) limfosit, (k) makrofag, (l) faktor lipid, asam lemak,

    dan monogliserida. Jumlah kolostrum yang tersekresi bervariasi antara 10-100 cc (rata-rata

    30cc) sehari. (Arisman, 2010)

    Faktor Bifidus adalah faktor spesifik pemacu pertumbuhan Lactobacilus bifidus

    bakteri yang dianggap dapat mengganggu kolonisasi bakteri patogen didalam saluran cerna.

    Secretory Immunoglobulin A (SIgA) dianggap berkemampuan mengikat protein asing

    bermolekul besar seperti virus, bakteri, dan zat toksit. Pengikat ini bertujuan untuk

    penyerapan sehingga tidak membahayakan bayi. Laktoferin merupakan protein pengikat zat

    besi agar tidak dapat digunakan oleh bakteri untuk bertumbuh kembang. Lisozim ialah enzim

    yang bekerja menghancurkan bakteri dengan jalan merobek dinding sel , yang secara tidak

    langsung meningkatkan keefektifan antibodi. Leukosit sebagian berfungsi mencegah

    enterokolitis nekotrikan, penyakit mematikan yang lazim menjangkiti bayi berberat badan

    lahir rendah. Makrofag selain menyekresi SIgA dan Interferon juga berfungsi untuk

    memangsa organisme lain. Komplemen Laktoperoksidase dan faktor antistreptokokus

    merupakan faktor pertahanan yang membantu menurunkan insidensi infeksi. (Arisman, 2010)

    Kesediaan zat- zat ini menyiratkan bahwa masalah yang mungkin timbul pada bayi

    yang mengisap kolostrum tidak akan separah pada bayi yang diberi susu formula. Sayangnya

    di lingkungan budaya tertentu pemberian kolostrum justru ditabukan. Kisah ini terbaca dalam

    hasil survey Kesehatan Indonesia tahun 1992: Wanita Indonesia yang memberikan kolostrum

    baru menyentuh angka 51%. Pemberian cairan jernih kental kekuningan ini meningkat seiring

    dengan peningkatan pendidikan Ibu. Di Jawa dan Bali nilai ini terpaku pada angka 50%

    sementara didaerah lain bervariasi antara 52-55%. Di pulau Jawa sendiri, Jawa Timur 40%,

    Jawa Tengah 49% dan Jakarta 68% (Wanita berpendidikan tinggi memang lebih banyak

    bermukim di Jakarta sensus 1990). Secretory IgA yang terkandung dalam Kolostrum

    berkemampuan mengikat allergen potensial sekaligus mencegah penyerapannya.

    Itulah sebabnya mengapa bayi premium ASI jarang mengalami alergi. Pemberian susu

    formula dapat berarti memajankan bayi pada alergen dalam jumlah besar, sementara SIgA

    tidak tersedia. Pemajanan alergen secara dini cenderung meningkatkan resiko terjadi reaksi

    alergi, terutama pada keluarga yang mempunyai riwayat alergi. Sebaliknya pemberian ASI

    secara eksklusif selama beberapa minggu setelah lahir akan menurunkan risiko menderita

    eksim atopik di tahun pertama kehidupan disamping tentu saja menjalin keakraban (inilah

    salah satu kelebihan pemberian ASI yang tak tergantikan karena media pertama bayi

    mengenali lingkungan adalah melalui ibu). (Arisman, 2010)

    Berikut adalah ciri-ciri kolostrum (Baskoro 2008) :

    a. Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah. b. Cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI

    mature.

  • 28

    c. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI mature, tetapi berlainan dengan ASI mature dimana protein yang utama adalah casein pada kolostrum protein yang

    utama adalah antibodi, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap

    infeksi.

    d. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.

    e. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI mature. f. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI mature yaitu 58 kalori/100 ml kolostrum. g. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi

    atau lebih rendah.

    h. Bila dipanaskan menggumpal, ASI mature tidak. i. pH lebih alkalis dibandingkan ASI mature. j. Lemaknya lebih banyak mengandung kolestrol dan lecitin dibandingkan ASI mature. k. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam. l. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi

    kurang sempurna, yang akan menambah kadar antibodi pada bayi.

    Kolostrum mempunyai beberapa manfaat penting bagi bayi :

    Sebagai obat yang mengandung zat kekebalan yang sangat berguna bagi bayi, karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi.

    (Depkes RI, 2002)

    Membersihkan saluran pencernaan dengan mengeluarkan tinja pertama yang berwarna gelap yang disebut mekonium.

    (Ramaiah, 2006)

    Mencegah bayi menjadi kuning (jaundice) dengan membersihkan bilirubin dari saluran cerna. Bilirubin adalah pigmen orange-kekuningan didalam hati yang terutama

    terbentuk dari pecahnya hemoglobin dalam sel-sel darah merah setelah mereka

    menyelesaikan masa hidupnya. Meningkatnya kadar bilirubin dalam darah

    menyebabkan tubuh berwarna kuning. (Ramaiah, 2006)

    Tabel 1. Komposisi dan kegunaan KOLOSTRUM

    KANDUNGAN KEGUNAAN

    Kaya Antibiotik - Melindungi terhadap alergi dan infeksi

    Banyak Sel darah putih - Melindungi terhadap infeksi Pencahar - Membersihkan meconium,

    membantu mencegah bayi kuning/

    icterus

    Faktor-faktor pertumbuhan - Membantu usus berkembang lebih matang, mencegah alergi dan

    keadaan tidak tahan (intoleransi)

    Kaya Vitamin A - Mengurangi keparahan infeksi, mencegah penyakit mata

    (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

    Gizi Masyarakat, 2011)

    II.6.2 ASI PERALIHAN (TRANSISI) (Ramaiah, 2006)

  • 29

    Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI mature. Disekresi dari hari

    keempat sampai hari kesepuluh masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI

    mature baru akan terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima.

    Berikut adalah ciri-ciri air susu masa peralihan (Baskoro 2008) :

    a. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.

    b. Volume semakin meningkat. c. Kadar energi ASI pada transisi lebih rendah dibandingkan susu mature yaitu 67

    kcal/100 cc.

    d. ASI matang (mature)

    ASI yang disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya

    relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ketiga sampai minggu kelima

    ASI komposisinya baru konstan. Air susu mature merupakan cairan putih kekuning-

    kuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan caroten.

    Berikut adalah ciri-ciri air susu mature (Baskoro 2008):

    a. Tidak menggumpal bila dipanaskan. b. Volume: 300 850 ml/24 jam c. Terdapat faktor anti mikrobaterial, yaitu:

    1. Sel (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T). 2. Enzim (lysozime, lactoperoxidese). 3. Protein (lactoferrin, B

    12 binding protein).

    4. Faktor resisten terhadap staphylococcus. 5. Complement ( C

    3dan C

    4).

    Setelah beberapa hari, tubuh ibu memproduksi susu matang (mature milk) dengan komposisi:

    (Nikita, 2009)

    Foremilk: adalah ASI yang encer yang diproduksi pada awal proses menyusui dengan kadar air tinggi dan mengandung banyak protein, laktosa serta nutrisi lainnya tetapi rendah lemak;

    Hindmilk: adalah ASI mengandung tinggi lemak yang memberikan banyak zat tenaga/energi dan diproduksi menjelang akhir proses menyusui.

  • 30

    Gambar 2.8 Perbedaan Kolostrum, Fore Milk dan Hind Milk

    Gambar 2.9. Gambaran Perbedaan komposisi kolostrum dan ASI matang

    (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

    Gizi Masyarakat, 2011)

    Oleh karena itu sebaiknya menyusui dilakukan sampai bayi terpuaskan (kenyang),

    sehingga terpenuhi semua kebutuhan gizinya. Lebih sering bayi menghisap, lebih banyak ASI

  • 31

    yang diproduksi. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI

    berkurang. Jadi menyusui yang baik adalah sesering dan selama yang bayi inginkan.

    Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand. Sedangkan komposisi nilai gizi ASI dan kolostrum secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 2. Komposisi Kolostrum dan ASI (Setiap 100 ml)

    No Zat-zat Gizi Satuan Kolostrum ASI

    1. Energi Kkal 58.0 70

    2. Protein G 2.3 0.9

    3. Kasein Mg 140.0 187.0

    4. Laktosa G 5.3 7.3

    5. Lemak G 2.9 4.2

    6. Vitamin A Ug 151.0 75.0

    7. Vitamin B1 Ug 1.9 14.0

    8. Vitamin B2 Ug 30.0 40.0

    9. Vitamin B12 Mg 0.05 0.1

    10 Kalsium Mg 39.0 35.0

    11. Zat besi (Fe) Mg 70.0 100.0

    12. Fosfor Mg 14.0 15.0

    Sumber: Food and Nutrition Board, National Research Council Washington DC,1980 dalam

    Nikita, 2009

    Keunggulan ASI (Depkes RI, 2007)

    a) ASI (Kolostrum) mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, terutama diare dan infeksi saluran pernafasan akut.

    b) ASI meningkatkan kecerdasan anak dibandingkan yang tidak mendapatkan ASI. c) ASI mengandung energi dan zat-zat gizi lainnya yang paling sempurna serta cairan

    hidup yang sesuai dengan kebutuhan bayi hingga berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, ASI

    masih dibutuhkan hingga anak berusia 2 tahun.

    d) ASI bersih, sehat, aman, mudah dicerna dan selalu tersedia dengan suhu yang sesuai. Let food be your medicine demikian kata Hippocrates, Bapak Kedokteran

    Dunia. Ungkapan itu sangat tepat untuk ASI yang diberikan kepada seorang bayi. ASI dapat

    menjadi obat khususnya untuk diare yang diderita si kecil. Ini hanyalah salah satu manfaat

    dari ASI bagi bayi. Masih banyak lagi manfaat lain dari ASI, bahkan bagi sang ibu.

    II. 7 MANFAAT ASI

    II.7.1 BAGI BAYI

    1. ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan

    disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling

    sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI

    sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai usia 6 bulan.

    Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan

    sampai usia 2 tahun atau lebih (Roesli 2000).

  • 32

    ASI adalah makanan ideal untuk neonatus. ASI memberikan nutrien yang spesifik

    sesuai usia serta faktor imunologis dan substansi antibakteri (American College of

    Obstetricians and Gynecologists, 2007). ASI juga mengandung faktor-faktor yang berperan

    sebagai sinyal biologis untuk meningkatkan pertumbuhan sel dan diferensiasi. (Cunningham

    FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM,

    Wendel GD, hal 651)

    2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari ASI matang (mature).

    Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari diare. Pada suatu

    penelitian di Brazil Selatan bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal

    karena diare 14,2 kali lebih banyak daripada bayi yang diberi ASI eksklusif. ASI juga akan

    menurunkan kemungkinan bayi terkena infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi

    (Roesli 2000).

    Bayi yang diberi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit

    dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan

    lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya

    berat (Roesli 2000).

    ASI mengandung zat anti infeksi. Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI

    kadarnya cukup tinggi. Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen

    E. Coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. Laktoferin yaitu sejenis protein yang

    merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Lysozim,

    enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. Coli dan salmonella) dan virus. Jumlah

    lysozim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. Sel darah putih pada ASI pada 2

    minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu : Bronchus-Asociated

    Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT)

    antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi

    jaringan payudara ibu. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,

    menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus.

    Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat

    pertumbuhan bakteri yang merugikan. (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q.

    Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)

  • 33

    Gambar 2.10. Perlindungan terhadap infeksi

    (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

    Gizi Masyarakat, 2011)

  • 34

    Gambar 2.11 Resiko Penyakit berdasarkan Tidak Mendapat ASI Bagi Bayi

    (Edwards RA, Anderson PO, Lenell A, Sylvia LM, Casale JP. 2014.

    http://www.northeastern.edu/pharmcarebftutorial/expanding-the-pharmacists-role-in-

    breastfeeding-continuing-pharmacy-education-cpe-online-tutorial/module-1-breastfeeding-

    background/what-is-in-breast-milk)

    3. ASI meningkatkan kecerdasan Zat yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali

    terdapat pada susu sapi antara lain :

    A. Taurin, yaitu suatu bentuk protein yang hanya terdapat di ASI B. Laktosa, merupakan karbohidrat utama ASI yang hanya sedikit sekali terdapat pada susu

    sapi.

    C. Asam lemak rantai panjang (DHA, AA, Omega 3, Omega 6), merupakan asam lemak utama ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.

    Mengingat hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan otak bayi yang diberi

    ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang optimal pula. Menurut hasil

    penelitian terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi prematur yang diberikan

  • 35

    ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 poin lebih tinggi)

    dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI (Roesli 2000).

    Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4,3

    point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point

    lebih tinggi pada usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

    (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas

    Hidup Perempuan. 2008). Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa anak yang

    mendapat ASI mengalami peningkatan kecerdasan pada masa dewasa. (Cunningham FG,

    Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM,

    Wendel GD, hal 651)

    4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih

    sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat

    mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan

    terlindung dan disayang inila h yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan

    membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Roesli 2000).

    5. Mengurangi resiko obesitas Bayi yang diberi minum ASI harus bekerja keras menghisap puting susu, sedangkan bayi

    peminum susu botol pasif saja menanti tetesan susu dari botol. Dampaknya karena harus

    bekerja, bayi yang minum ASI akan segera berhenti menghisap jika dia telah merasa

    kenyang. Sebaliknya bayi peminum susu botol tidak akan berhenti meneguk susu kecuali

    botolnya telah kosong, hal yang cepat mengarah ke obesitas (Arisman, 2010).

    6. Aspek Neurologis Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas

    yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna. (Kementerian Negara Pemberdayaan

    Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)

    Keuntungan Psikologi Menyusui

    Ikatan Emosi :

    1. Kedekatan hubungan kasih sayang antara ibu dan anak 2. Ibu lebih puas secara emosional 3. Bayi jarang menangis 4. Ibu berperilaku lebih menyayangi 5. Meniadakan keinginan untuk menyiksa atau menelantarkan bayinya

    Perkembangan

    Bayi ASI lebih baik perkembangan kecerdasannya

    (berdasarkan tes kecerdasan pada masa kanak-kanak)

  • 36

    ASI

    Zat bergizi yang lengkap

    Mudah dicerna, diserap secara

    efisien

    Melindungi terhadap infeksi

    MENYUSUI

    Membantu bonding dan perkembangan

    Membantu menunda

    kehamilan baru

    Melindungi kesehatan ibu

    Biaya lebih rendah dibanding pemberian asupan buatan

    Gambar 2.12 Keuntungan Menyusui

    (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

    Gizi Masyarakat, 2011)

    II.7.2 BAGI IBU

    1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan Apabila bayi disusui setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah

    melahirkan akan berkurang karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin

    yang berguna untuk penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat

    berhenti (Roesli 2000).

    2. Mengurangi terjadinya anemia Mengurangi kemungkinan terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi, karena

    menyusui dapat mengurangi perdarahan (Roesli 2000).

    3. Menjarangkan kehamilan Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama

    ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama

    setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan (Roesli 2000).

    4. Mengembalikan berat badan dan besarnya rahim ibu hingga lebih cepat normal Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak

    yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih

    cepat kembali ke berat badan sebelum hamil (Roesli 2000). Menyusui berhubungan dengan

    penurunan berat pascapartum. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,

    Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD, hal 651)

    Efisiensi konversi energi yang terkandung dalam makanan menjadi energi susu sebesar

    rata-rata 80% dengan kisaran 76-94%. Dari sini dapat diperkirakan besaran energi yang

    diperlukan untuk menghasilkan 100cc susu yaitu sekitar 85 kkal (80-90 kkal). Simpanan

    lemak selama hamil dapat memasok energi sebanyak 100-200 kkal per hari. Berarti untuk

    menghasilkan 850 cc ASI (rata-rata volume ASI di negara sedang berkembang) diperlukan

  • 37

    energi sekitar 750kkal. Penambahan kalori selama menyusui hanya 550 kkal/hari.

    Kekurangan 250 kkal, diambil dari cadangan kalori wanita (simpanan lemak selama hamil).

    Seandainya tiap ibu menyusui anak selama paling sedikit 4 bulan saja, dia akan kehilangan

    250x30x4 kkal = 45.000 kkal yang setara (9kkal terkandung dalam 1 gr lemak) dengan 5kg

    lemak. Ditambah dengan materi yang dikeluarkan ketika melahirkan (janin 3,4 kg, plasenta

    0,45 kg, cairan amnion 0,9 kg, darah 0,6 kg (kehilangan darah pada persalinan normal rata-

    rata 500cc)), berat wanita akan menyusut sebanyak 10,35 kg. Dengan demikian, keteraturan

    memberikan ASI akan membantu penurunan berat badan.(Arisman, 2010)

    Perhitungan diatas didasarkan pada asumsi bahwa kegiatan fisik wanita tidak berubah.

    Seandainya dia secara teratur juga melakukan senam selama 15 menit (atau bahkan lebih)

    sehari, penyusutan kalori akan lebih besar lagi. Berat badan sebagian ibu menyusui akan

    berkurang sekitar 0,5-1,0 kg/perbulan. Kehilangan berat yang diperkenankan tidak melebihi

    2kg/bulan. (Arisman, 2010)

    Perangsangan puting susu oleh isapan bayi akan menambah sekresi oksitosin ke dalam

    darah yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus, dan juga timbunan lemak,

    penyebab gendut, kembali ke ukuran sebelum hamil. Dengan bantuan senam, proses pelangsingan dapat dipercepat. Penjelasan ini jika digabung dengan keterangan sebelumnya

    dapat digunakan untuk membantah sebagian ibu yang enggan menyusui bahwa memberi ASI

    akan merusak bentuk tubuh. yang terjadi justru sebaliknya, mempercepat pelangsingan.

    (Arisman, 2010)

    Contoh kasus seperti yang dikutip dalam Arisman (2010) : Seorang Ibu menyusui

    bayinya secara eksklusif dengan niat agar berat badannya kembali ke ukuran sebelum hamil.

    Dia ingin tahu berapa lama berat badan normalnya bisa kembali coba jelaskan?

    Jawaban: Prinsip Pengurangan berat badan (BB) dimasa menyusui ialah memberikan

    ASI secara eksklusif dan melakukan olahraga sebisanya (bergantung pada kemauan dan

    kesanggupan ibu yang bersangkutan) . ASI eksklusif diartikan sebagai pemberian ASI selama

    4-6 bulan secara terus menerus tanpa jeda susu formula atau makanan selain ASI. Keinginan

    untuk mengembalikan BB ke bilangan sebelum hamil berarti upaya menghabiskan bobot

    pertambahan BB selama kehamilan berlangsung yaitu berat yang tersisa setelah bayi lahir.

    Materi yang dilahirkan berbobot sekitar 4,95 Kg. Materi yang terlahir ini terdiri atas janin 3,4

    Kg, Plasenta 0,45 Kg, cairan amnion 0,9 Kg dan darah (kehilangan darah pada persalinan

    normal rata-rata 500 cc) 0,6 Kg. Sementara pertambahan BB selama hamil (dianggap) sekitar

    12 Kg. Sisa BB (tertimbunsebagai lemak) ialah 7,05 Kg. Meski dianjurkan penambahan

    asupan kalori sebesar 500 Kkal (dengan efisiensi konversi energi sebesar 80- 90 %) selama

    penyusuan energi sebesar ini tetap saja tidak cukup untuk memproduksi ASI yang akan

    diberikan eksklusif selama 24 jam. Untuk menghasilakan air susu sebanyak 100 cc

    dibutuhkan 85 Kkal. Ibu menyusui yang berstatus gizi baik berkemampuan menyekresikan air

    susu sebanyak 750 cc. Produksi ASI sevolume tersebut memerlukan energi sekitar (750/100 x

    85) 637 Kkal (dibulatkan).

    Dengan demikian telah terjadi kekurangan energi sebanyak 637- 450 (konversi energi

    dianggap 90% : artinya energi tambahan sebesar 500 Kkal itu akan menjelma menjadi energi

    dalam ASI hanya sebanyak 450 Kkal )= 187 Kkal yang setara dengan (187/9) 21 gr lemak

    (dibulatkan). Jika si Ibu berniat memperbanyak pembakaran lemak dan berketetapan hati

    untuk melakukan olahraga, jumlah kalori yang terbuang jelas akan lebih banyak dan

    kecepatan BB pun dipercepat. Olah raga yang dianjurkan akan lebih baik berupa gerakan fisik

    yang tertali dengan pekerjaan rumah tangga.

    Menyapu akan menghabiskan energi sebanyak 2,0 Kkal semenit, mengepel lantai

    memerlukan energi sebesar 3,4 Kkal semenit, dan menyikat lantai 4,0 Kkal semenit. Jika si

    Ibu berkenan mengerjakan kegiatan itu tentu saja sembari mengasuh si bayi selama 30 menit

  • 38

    sehari berarti sejumlah 282 Kkal energi akan terkuras dari tubuhnya yang setara dengan

    (282/9) 31 gr lemak (dibulatkan ). Jika kegiatan fisik dipadukan dengan pemberian ASI

    eksklusif dalam sehari akan terbuang sebanyak 52 gr lemak. Menjawab pertanyaan diatas, BB

    akan kembali ke BB semula setelah (7,05 Kg/ 52 gr) 135hari. Seandainya si Ibu mempunyai

    banyak waktu untuk berolah raga pengembalian BB pun cepat terwujud. (Arisman, 2010)

    5. Mengurangi kemungkinan menderita kanker dan penyakit arteri koroner Baik bagi ibu dan bayi, manfaat menyusui kemungkinan berlaku dalam jangka

    panjang. Misalnya, wanita yang menyusui mempunyai risiko yang lebih rendah menderita

    kanker payudara. Di samping itu, wanita pada-Nurses's Health Study yang menyusui selama

    paling kurang dua tahun berturut-turut mempunyai risiko menderita penyakit arteri koroner

    23 persen lebih rendah. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,

    Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD, hal 651)

    Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif kemungkinan menderita kanker payudara

    dan indung telur berkurang. Beberpa penelitian bahwa menyusui akan mengurangi

    kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat

    melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker

    payudara akan berkurang sampai sekitar 25% . Beberapa penelitian menemukan juga bahwa

    menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur. Salah satu dari penelitian

    ini menunjukkan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang menyusui

    berkurang antara 20-25% (Roesli 2000). Baik bagi ibu dan bayi, manfaat menyusui

    kemungkinan berlaku dalam jangka panjang. Misalnya, wanita yang menyusui mempunyai

    risiko yang lebih rendah menderita kanker payudara. Di samping itu, wanita pada-Nurses's

    Health Study yang menyusui selama paling kurang dua tahun berturut-turut mempunyai risiko

    menderita penyakit arteri koroner 23 persen lebih rendah. (Cunningham FG, Leveno KJ,

    Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD, hal

    651)

    6. Ekonomis Dengan pemberian ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula. Selain itu

    pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat bayi, misalnya biaya jasa dokter,

    biaya untuk pembelian obat, bahkan mungkin biaya perawatan di rumah sakit (Roesli 2000).

    7. Tidak merepotkan dan hemat waktu ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air, juga

    tanpa harus mencuci botol dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas. Pemberian susu

    botol akan lebih merepotkan terutama pada malam hari. Apalagi kalau persedian susu habis

    pada malam hari maka kita harus repot mencarinya (Roesli 2000).

    8. Portable Mudah dibawa kemana-mana (portable)sehingga saat berpergian tidak perlu membawa

    berbagai alat untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak

    atau menghangatkan susu. ASI dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan

    siap dimakan/minum, serta dalam suhu yang selalu tepat (Roesli 2000).

    9. Memberi kepuasan bagi ibu Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasaan, kebanggaan

    dan kebahagian yang mendalam (Roesli 2000).

  • 39

    II.7.3 BAGI KELUARGA

    Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya.

    Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu botol. Tidak perlu biaya dan waktu

    untuk merawat dan mengobati anak yang sakit karena pemberian susu botol. Mengurangi

    biaya dan waktu untuk pemeliharaan kesehatan ibu.

    II.7.4 BAGI NEGARA

    Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi. Mengurangi subsidi untuk Rumah

    Sakit. Mengurangi devisa untuk membeli susu botol. Menurunkan angka absensi pekerja

    sehingga dapat meningkatkan produktifitas. Mendukung program Keluarga Berencana (KB).

    Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa. (Prasetyono, 2009)

    II. 8 WAKTU PEMBERIAN ASI / DURASI DAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI

    Pengosongan perut bayi yang telah mengonsumsi ASI berlangsung sekitar 1.5 jam.

    Frekuensi normal pemberian ASI pada bayi yang baru lahir adalah 10-12 kali setiap hari.

    Seiring dengan pertambahan umur bayi, frekuensi pemberian ASI bergantung pada

    persediaan ASI (Brown et al. 2005). Bayi berusia 4 hari membutuhkan ASI setiap 2 jam

    selama 15-20 menit untuk satu payudara. Ketika bayi berusia 3-6 bulan frekuensi pemberian

    ASI berkurang hingga mencapai 7-8 kali sehari. Bayi yang diberi ASI lebih sering meminta

    makan dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula karena protein dan lemak

    pada ASI lebih mudah diserap oleh sistem pencernaan bayi (Perkins & Vannais 2004).

    Sebaiknya bayi disususi secara nir-jadwal (on demand),karena bayi akan menentukan

    sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab

    lain (kencing kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu

    menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan 1 payudara sekiar 5 sampai 7 menit

    dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan

    menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2

    minggu kemudian. (Haryono R, Setianingsih S. 2014)

    Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat

    berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui nir-jadwal, sesuai

    kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja di luar rumah

    dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam

    hari akan memacu produksi ASI. (Haryono R, Setianingsih S. 2014)

    Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali

    menyusui harus dengan kedua payudara. Ibu harus berusaha menyusui sampai payudara

    terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. selama masa menyusui sebaiknya ibu

    menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudar4 tetapi tidak terlalu ketat.

    (Haryono R, Setianingsih S. 2014)

    Gambar 2.11. Kutang [BH) yang baik untuk ibu menyusui. (Haryono R, Setianingsih S. 2014)

  • 40

    Lama Waktu Menyusui Yang Benar Disatu Payudara

    Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan lambung

    bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang

    tak teratur dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.

    II. 9 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI

    Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah: (Andreas, 2008)

    a. Makanan Ibu Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara

    langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat

    cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi

    jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada

    akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja

    dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.

    Unsur dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah

    1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring

    nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan

    tambahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1

    butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan,

    maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu

    juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang

    sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber

    protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga

    diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.

    b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

    Pembuatan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam

    keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan

    emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2 maca