MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

25
MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING (PROFESI, PENGEMBANGAN DAN KORELASINYA DENGAN PAI) A. Pendahuluan Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan. Hal ini mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan tuntutan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka untuk meningkatkan mutunya. Sebuah sekolah atau lembaga pendidikan secara umum dapat dikatakan berkualitas dengan cara melihat output yang dihasilkan oleh sebuah sekolah. Artinya, masyarakat menganggap sebuah sekolah itu berkualitas apabila siswa atau peserta yang dihasilkan memiliki kualitas dan memenuhi harapan masyarakat. Ukuran kualitas lulusan tidak hanya diukur dari kematangan kognitif saja, akan tetapi ukuran seorang peserta didik bisa dikatakan berkualitas apabila dia sudah matang secara emosional, sosial, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, dapat mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya. Selain itu, lulusan tersebut juga dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Yang paling krusial, yaitu kematangan moral. Siswa dikatakan berkualitas jika dia memiliki moral yang baik, baik itu moral

Transcript of MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

Page 1: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING

(PROFESI, PENGEMBANGAN DAN KORELASINYA DENGAN PAI)

A. Pendahuluan

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen penting

dalam pendidikan. Hal ini mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah

suatu kegiatan bantuan tuntutan yang diberikan kepada individu pada

umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka untuk

meningkatkan mutunya. Sebuah sekolah atau lembaga pendidikan secara

umum dapat dikatakan berkualitas dengan cara melihat output yang

dihasilkan oleh sebuah sekolah. Artinya, masyarakat menganggap sebuah

sekolah itu berkualitas apabila siswa atau peserta yang dihasilkan memiliki

kualitas dan memenuhi harapan masyarakat.

Ukuran kualitas lulusan tidak hanya diukur dari kematangan kognitif

saja, akan tetapi ukuran seorang peserta didik bisa dikatakan berkualitas

apabila dia sudah matang secara emosional, sosial, dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan, dapat mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya.

Selain itu, lulusan tersebut juga dapat memenuhi kebutuhannya secara

mandiri. Yang paling krusial, yaitu kematangan moral. Siswa dikatakan

berkualitas jika dia memiliki moral yang baik, baik itu moral yang

berlandaskan kepada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat maupun

moral yang ada dalam agama.

Salah satu komponen dalam mendukung dan menciptkan output siswa

yang baik adalah melalui manajemen bimbingan dan konseling. Pendidikan

merupakan kegiatan yang kompleks, meliputi berbagai komponen yang

berkaitan satu sama lain. Untuk itu diperlukan pengelolaan usaha pendidikan

sebagai suatu sistem yang terstruktur melalui manajemen. Optimalisasi

pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga pelayanan

Bimbingan dan Konseling benar-benar memberikan kontribusi pada

pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah yang bersangkutan. Suatu program

pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak mungkin akan tersusun,

Page 2: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelola dalam suatu sistem

manajemen yang bermutu. Manajemen yang bermutu sendiri akan banyak

ditentukan oleh kemampuan manajer pendidikan di sekolah dalam

merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan

sumber daya yang ada.

Oleh karena itu, sebagai bagian yang penting, manajemen bimbingan

konseling harus ditata dan diatur dengan baik. Bimbingan dan konseling

merupakan upaya bantuan untuk mewujudkan perkembangan manusia secara

optimal baik secara kelompok maupun individual sesuai dengan hakikat

kemanusiaannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan kekurangan,

kelemahan, serta permasalahannya. Dengan kata lain, pelaksanakan

manajemen bimbingan dan konseling harus dirumuskan secara matang baik

dari segi program pelayanan bimbingan dan konseling, meneliti hal-hal apa

sajakah yang dibutuhkan oleh para siswa, materi-materi yang harus diajarkan

untuk membentuk kematangan siswa, satuan layanan dan kegiatan dalam

bimbingan dan konseling, dapat merumuskan dengan baik tatalaksana

bimbingan dan konseling, dan mengevaluasi program yang telah

dilaksanakan.

B. Permasalahan

1. Mengapa BK dikatakan sebagai profesi?

2. Bagaimana upaya pengembangan profesi BK?

3. Bagaimana korelasi profesi BK dengan PAI?

C. Pembahasan

1. Pengertian Profesi BK

Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji

terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu

pekerjaan, tidak berganti-ganti pekerjaan dan selalu bertanggung jawab

terhadap keputusan yang diambil dan bertanggung jawab atas apa yang

dilakukan, serta mempunyai komitmen terhadap pekerjaannya. Definisi

Page 3: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

yang hampir senada mengatakan, profesi adalah pekerjaan tetap bidang

tertentu berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan secara bertanggung

jawab, dengan tujuan memperoleh penghasilan.1

Istilah “profesi” memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak

semua pekerjaan dapat disebut profesi. Profesi adalah suatu jabatan atau

pekerjaan yang menuntut keterampilan dan keahlian tertentu dari para

petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi itu tidak setiap orang

bisa melakukannya dan tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih

serta orang yang tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk

melakukan pekerjaan itu.

Sementara itu, bimbingan dan konseling (BK) merupakan dua

istilah yang sering dirangkaikan sebagai kata majemuk. Beberapa ahli

mengatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari

kegiatan bimbingan. Adapula yang menyatakan bahwa konseling

merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam

istilah bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling.

Banyak para ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan dan

konseling, diantaranya, menurut Rochman Natawidjaja (1978), bimbingan

adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat  memahami dirinya

sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai

dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.

Menurut Bimo Walgito, bimbingan adalah bantuan atau

pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-

individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam

kehidupannya, agar individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan

hidupnya.2

Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para

ahli, dapat dikemukakan bahwa bimbingan merupakan (a) suatu proses 1 Ismantoro Dwi Yuwono, 2011, Memahami Berbagai Etika Profesi &

Pekerjaan,Yogyakarta: Pustaka Yustisia, hlm 14

2 Bimo Walgito, Psikologi Umum, UGM, Yogyakarta, 1985, hlm 12

Page 4: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

yang berkesinambungan, (b) suatu proses membantu individu , (c) bantuan

yang diberikan dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat

mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan

kemampuan/potensinya, dan (4) kegiatan yang bertujuan utama

memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan

mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.

Sedangkan konseling, menurut James P. Adam, konseling adalah

suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana yang

seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih

baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang

dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.

Menurut Bimo Walgito, konseling adalah bantuan yang diberikan

kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan

wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang

dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling sebagai

profesi merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan, dimana disana

terdapat proses membantu orang lain atau bias dikatakan membimbing

orang lain agar orang tersebut memiliki pribadi yang lebih baik dalam

memahami dirinya yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu pekerjaan

(profesi).

                                                        

2. BK sebagai Profesi

Dari pengertian di atas profesi BK adalah keahlian seseorang

dalam proses membantu orang lain atau membimbing orang lain agar

orang tersebut memiliki pribadi yang lebih baik dalam memahami dirinya

dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya. Profesi BK

kemudian biasa disebut sebagai konselor.

Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa konselor merupakan bagian dari

pendidik. Secara tegas dalam pasal 1 ayat 6 disebutkan “Pendidik adalah

Page 5: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,

pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan

lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan”. Oleh karena itu, tak bisa dipungkiri

bahwa konselor (BK) merupakan sebuah profesi yang harus menjalankan

tugas konselor secara profesional.3

Menurut Prayitno, profesionalitas konselor tak bisa dilepaskan

dari tugas dan fungsi pendidik, dimana dalam UU Sistem Pendidikan

nasional pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyrakat bangsa dan Negara”.

Di situ, Prayitno menekankan pada dua hal, yakni suasana belajar

dan proses pembelajaran. Pada suasana belajar, dimana terjadi interaksi

pada klien yang menjalani proses konseling, terjadi beberapa kondisi yang

bervariasi. Ada klien yang sangat antusias, dengan motivasi tinggi,

sebaliknya ada juga kondisi klien yang tanpa semangat, tanpa motivasi

untuk melibatkan diri, bahkan ada yang ingin melepaskan diri dari proses

konseling tersebut.

Pada kondisi klien yang bersemangat akan terjadi pembelajaran

yang efektif, meaningful learning. Sedangkan suasana yang kedua, akan

berkembang suasana tidak bersemangat, bosan, malas, tanpa harapan yang

akan mengarah pada gagalnya pembelajaran, no learning. Bahkan kondisi

ini akan mudah menjadi kondisi kacau dalam belajar. Di sinilah peran

konselor yang professional berkewajiban mewujudkan kondisi meaning

learning dan menghindarkan kondisi no learning. Hal inilah yang disebut

dengan proses konseling yang efektif. Proses konselor yang efektif inilah

3 Prayitno, Seni Panduan Layanan dan Kegiatan pendukung Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Negeri Padang, 2012, hlm. 5

Page 6: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

yang harus ada dalam proses pembelajaran, dimana diartikan sebagai

kegiatan pendidik (guru, dosen, konselor) untuk mendorong atau

menggerakkan orang lain (peserta didik) dalam menjalani kegiatan belajar

atau berada dalam suasana belajar. Peserta didik harus didorong oleh

pendidik untuk belajar dalam upaya menguasai sesuatu yang baru.4

Dengan demikian, konselor, yang merupakan tenaga profesi yang

menuntut keahlian khusus dalam bidang memberikan pelayanan bantuan

keahlian untuk pengembangan pribadi dan pemecahan masalah, harus

memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan nasional serta kehidupan

masyarakat dan bangsa pada umumnya. Dari sudut pandang profesi

bantuan (helping profession) pelayanan konseling diabdikan bagi

peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan dengan cara menfasilitasi

perkembangan individu atau kelompok individu sesuai dengan kekuatan,

kemampuan potensial dan aktual serta peluang-peluang yang dimilikinya,

dan membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta kendala yang

dihadapi dalam perkembangan dirinya.

3. Upaya Pengembangan Profesi BK

Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan

manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa

mencapai kematangan emosional dan sosial. Di sini bimbingan dan

konseling memang menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar

bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang

tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran. Tak dapat dipungkiri,

keberadaan bimbingan dan konseling semakin hari semakin dibutuhkan

dan diperlukan keberadaannya di setiap sekolah. Oleh karena itu perlu

adanya pengembangan profesi bimbingan dan konseling. 

Pengembangan profesi bimbingan dan konseling antara lain

melalui; standardisasi untuk kerja professional konselor, standardisasi

4 Ibid., 6-7

Page 7: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

penyiapan konselor, akreditasi, stratifikasi dan lisensi, dan

pengembangan organisasi profesi.

a. standarisasi kerja profesional konselor

Pekerjaan konselor tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang.

Selama ini pekerjaan ini dianggap bisa dilakukan siapa pun juga dan

ada anggapan yang mengatakan bahwa pelayanan bimbingan dan

konseling semata-mata diarahkan kepada pemberian bantuan

berkenaan dengan upaya pemecahan masalah dalam arti yang sempit.

Akan tetapi pada dasarnya, berbagai jenis bantuan dan kegiatan itu

menuntut adanya kinerja yang professional, tak terkecuali dalam

konselor.

Adapun rumusan tentang standar professional konselor antara

lain :

- Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan dan konseling.

- Mengorganisasikan program bimbingan dan konseling.

- Menyusun program bimbingan dan konseling.

- Memasyaratkan pelayanan bimbingan dan konseling.

- Menyelenggarakan pengumpulan data tentang minat, bakat,

kemampuan, dan kondisi kepribadian.

- Menyusun dan mengembangkan himpunan data.

- Menyelenggarakan konseling perorangan.

- Menyelenggarakan bimbingan dan konseling kelompok.

- Menyelenggarakan orientasi studi siswa.

- Menyelenggarakan kegiatan ko/ekstrakurikuler.

- Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar

siswa.

- Membantu guru bidang studi dalam menyelenggarakan pengajaran

perbaikan dan program pengayaan.

- Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar.

- Menyelenggarakan pelayanan penempatan siswa.

Page 8: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

- Menyelenggarakan bimbingan karier dan pemberian informasi

pendidikan/jabatan.

- Menyelenggarakan konferensi kasus.

- Menyelenggarakan terapi kepustakaan.

- Melakukan kunjungan rumah.

- Menyelenggarakan lingkungan klien.

- Merangsang perubahan lingkungan klien. 

- Menyelenggarakan konsultasi khusus.

- Mengantar dan menerima alih tangan.

- Menyelenggarakan diskusi professional.

- Memahami dan menulis karya-karya ilmiah dalam bidang BK.

- Memahami dan menyelenggarakan penelitian dalam bidang BK.

- Menyelenggarakan kegiatan BK pada lembaga/lingkungan yang

berbeda.

- Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK.

b. Standarisasi Penyiapan Konselor

Pada dasarnya tujuan penyiapan konselor ialah agar para

konselor memiliki wawasan sehingga dapat melaksanakan dengan

sebaik-baiknya materi dan keterampilan yang terkandung dalam

rumusan kinerja profesional. Penyiapan konselor melalui program

pendidikan dalam jabatan, memang waktunya cukup lama, tentunya

dimulai dari seleksi dan penerimaan calon mahasiswa yang akan

mengikuti program sampai pada saat lulus.

Pemilihan calon mahasiswa adalah tahap awal dalam proses

penyiapan konselor. Kegiatan ini sangat penting dalam menentukan

pemerolehan calon konselor yang diharapkan. Komisi tugas, standar,

dan kualifikasi konselor Amerika Serikat mengemukakan syarat-

syarat pribadi yang harus dimiliki oleh konselor sebagai berikut:

1) Memiliki bakat skolastik yang memadai untuk mengikuti

pendidikan tingkat sarjana atau yang lebih tinggi.

Page 9: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

2) Memiliki bakat dan kemauan yang besar untuk bekerja sama

dengan orang lain.

3) Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan orang-orang dari

berbagai latar belakang.

4) Memiliki kematangan pribadi dan sosial, meliputi kepekaan

terhadap orang lain, kebijaksanan, keajegan, rasa homor, bebas

dari kecenderungan suka menyendiri, mampu mengambil

pelajaran dari kesalahan-kesalahan, dan mampu menerima

kritik, berpenampilan menyenangkan, sehat, suara

menyenangkan, memiliki daya tarik, dan bebas dari tingkah laku

yang tidak menyenangkan.

c. Akreditasi.

Selain upaya di atas, uapaya pengembangan profesi BK

juga dapat dilakukan melalui pengembangan lembaga pendidikan

konselor yang perlu diakreditasi untuk menjamin mutu

lulusannya. Akreditasi merupakan prosedur yang secara resmi

diakui bagi suatu profesi untuk mempengaruhi jenis dan mutu

anggota profesi yang dimaksud.

Tujuan pokok akreditasi adalah untuk memantapkan

kredibilitas profesi. Tujuan tersebut dirumuskan sebagai berikut:

1) untuk menilai bahwa program yang ada memenuhi standar

yang ditetapkan oleh profesi

2) untuk menegaskan misi dan tujuan program.

3) untuk menarik calon konselor dan tenaga pengajar yang

bermutu tinggi.

4) untuk meningkatkan kemampuan program dan pengakuan

terhadap program tersebut.

5) untuk meningkatkan program dari penampilan dan penutupan. 

6) untuk membantu mahasiswa yang berpotensi dalam seleksi

memakai program pendidikan konselor

Page 10: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

7) membantu para pemakai lulusan untuk mengetahui program

mana yang telah standar.

8) untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat tentang

kemantapan pelayanan bimbingan dan konseling.

d. Sertifikasi dan Lisensi

Sertifikasi merupakan upaya lebih lanjut untuk lebih

memantapkan dan menjamin profesionalisasi bimbingan dan

konseling. Lulusan pendidikan konselor yang akan bekerja di

lembaga-lembaga pemerintah memang diharuskan menempuh

program sertifikasi yang diselenggarakan oleh pemerintah. Mereka

yang hendak bekerja di luar lembaga atau badan

pemerintah   diwajibkan memperoleh lisensi atau sertifikat

kredensial dari organisasi profesi bimbingan dan konseling.

e.  Pengembangan Organisasi Profesi

Organisasi profesi tidak berorientasi pada keuntungan

ekonomi ataupun keuntungan yang bersifat material lainnya. Tujuan

organisasi profesi dapat dirumuskan, yaitu: (1) Pengembangan ilmu,

(2) Pengembangan pelayanan, dan (3) Penegakan kode etik

professional.

Ketiga tujuan organisasi profesi itu saling bersangkutan.

Peningkatan keilmuan jelas menunjang praktek di lapangan dan

pengalaman praktek di lapangan dianalisis dan disusun menjadi

unsur-unsur keilmuan yang secara terus-menerus menambah

khasanah keilmuan. Dengan demikian, organisasi profesi yang

benar-benar mantap secara serempak menyelenggarakan dengan baik

ketiga darmanya itu.

4. Korelasi profesi BK dengan PAI

Sebagaimana disebutkan di atas, sesuai amanat Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional, profesi BK (konselor) adalah menjadi

bagian dari pendidik. Karenanya, konselor menjadi bagian yang tak

Page 11: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

terpisahkan dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini, tentu saja menjadi

bagianyangtak terpisahkan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI).

Konselor bertugas membimbing dan melayani peserta didik dalam

memecahkan persoalannya. Peran ini, juga dilakukan oleh guru mata

pelajaran dalam batas teretntu. Oleh karenanya peran dan konstribusi guru

mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan

efisien pelayanan bimbingan dan konseling. Guru tidak hanya berfungsi

memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, tetapi

juga dapat mengembangkan seluruh kepribadian anak. Guru harus

mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang efektif.

Ia harus dapat membantu murid dalam mengembangkan seluruh aspek

kepribadian dan lingkungannya, sepanjang itu memungkinkan secara

profesional.5

Tugas dan tanggung jawab guru sebagaimana yang tersebut di atas

juga diemban oleh guru Pendidikan Agama Islam. Lebih dari sekedar

bimbingan belajar, guru Pendidikan Agama Islam haruslah dapat

memberikan bimbingan akhlak dan moral serta keimanan kepada para

siswanya. Oleh karena itu, fungsi bimbingan dan konseling pada guru

Pendidikan Agama Islam jauh lebih berat dibandingkan dengan guru mata

pelajaran lain.

PAI menjadi garda depan, dalam menelurkan generasi yang islami,

yang berakhlak mulia sesuai tuntunan agama Islam. Tentu saja hal ini

sangat berkorelasi dengan BK dalam mewujudkan visi tersebut. Dalam

hal korelasi ini, ajaran Islam telah memberikan ajaran-ajaran tentang

konseling. Teori-teori konseling dalam Islam adalah landasan yang benar

dalam melaksanakan proses bimbingan dan konseling agar dapat

berlangsung dengan baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif

bagi klien mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan

potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah

laku berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.

5 Heru Mugiarso, Bimbingan Konseling, Semarang:Unnes Perss, 2006, hlm.2

Page 12: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

Allah berfirman dalam Al-Quran: serulah (manusia) kepada jalan

Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah

mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang

lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah

yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [An-Nahl

(16): 125]. Ayat tersebut menjelaskan beberapa teori atau metode dalam

pelaksanaan bimbingan dan konseling. Teori-teori tersebut sebagaimana

yang telah dipaparkan oleh Hamdani Bakran adalah sebagaimana berikut:

a. Teori Al-Hikmah

Sebuah pedoman, penuntun dan pembimbing untuk memberi

bantuan kepada individu yang sangat membutuhkan pertolongan

dalam mendidik dan mengembangkan eksistensi dirinya hingga ia

dapat menemukan jati diri dan citra dirinya serta dapat

menyelesaikan atau mengatasi berbagai permasalahan hidup secara

mandiri. Proses aplikasi konseling teori ini semata-mata dapat

dilakukan oleh konselor dengan pertolongan Allah, baik secara

langsung maupun melalui perantara, dimana ia hadir dalam jiwa

konselor atas izin-Nya.

b. Teori Al-Mauidhoh Hasanah

Yaitu teori bimbingan atau konseling dengan cara mengambil

pelajaran-pelajaran dari perjalanan kehidupan para Nabi dan Rasul.

Bagaimana Allah membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara

berperasaan, cara berperilaku serta menanggulangi berbagai problem

kehidupan. Bagaimana cara mereka membangun ketaatan dan

ketaqwaan kepada-Nya.

Yang dimaksud dengan Al-Mau’izhoh Al-Hasanah ialah

pelajaran yang baik dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya, yaitu

dapat membantu klien untuk menyelesaikan atau menanggulangi

problem yang sedang dihadapinya.

c. Teori Mujadalah yang baik

Page 13: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

Yang dimaksud teori Mujadalah ialah teori konseling yang

terjadi dimana seorang klien sedang dalam kebimbangan. Teori ini

biasa digunakan ketika seorang klien ingin mencari suatu kebenaran

yang dapat menyakinkan dirinya, yang selama ini ia memiliki

problem kesulitan mengambil suatu keputusan dari dua hal atau

lebih; sedangkan ia berasumsi bahwa kedua atau lebih itu lebih baik

dan benar untuk dirinya. Padahal dalam pandangan konselor hal itu

dapat membahayakan perkembangan jiwa, akal pikiran, emosional,

dan lingkungannya. 6

Jadi, peran guru dan konselor berada dalam satu korider dan visi

yang sama, yakni mengawal proses pembelajaran yang efektif, sehingga

tujuan pendidikan dapat tercapai. Selain itu, dalam batas-batas tertentu,

guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Berkenaan

dengan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan konseling, guru-guru

mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus bersifat

manusiawi dan religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan

asli.7 Begitu pula dengan guru Pendidikan Agama Islam, semua yang

bimbingan dan konseling yang di berikan oleh guru Pendidikan Agama

Islam hendaknya berdasarkan dan berlandaskan ajaran Agama Islam.

Dalam konteks efesien dan efektivitas konseling, tugas dan

tanggungjawab guru mata pelajaran adalah:

a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling

kepada siswa.

b. Membantu guru pembimbing/ konselor mengidentifikasi siswa yang

memerlukan layanan bimbingan dan konseling.

c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan

dan konseling kepada guru pembimbing/konselor.

d. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor.

6 Hamdani Bakran, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka, Yogyakarta, 2002, hlm 34-37

7 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm.192

Page 14: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan

hubungan antar siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan

pembimbingan dan konseling.

f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang

memerlukan layanan bimbingan dan konseling.

g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa.

h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka

penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak

lanjutnya.8

5. Analisis

Dari paparan di atas, penulis menyadari, ternyata kebutuhan akan

profesi BK begitu menunjang dalam keberhasilan proses belajar

mengajar. Peran dan fungsinya begitu fital. Akan tetapi dari data di

lapangan, ternyata masih banyak sekolah/madrasah di kabupaten Kudus

yang masih mengabaikan peran dan fungsi dari profesi BK. Ini terbukti

dari masih minimnya guru BK dalam suatu sekolah, sehingga

keterbatasan guru BK ini tidak sebanding dengan jumlah peserta didik.

Bahkan, ada beberapa sekolah/madrasah yang belum memiliki guru BK,

padahal kebutuhan akan guru BK sudah nyata. Oleh karenya, sudah

menjadi tugas kita bersama untuk mensosialiskan dan mengkampenyakan

ke sekolah/madrasah akan pentingnya profesi BK dalam sebuah lembaga

pendidikan.

Upaya peningkatan profesionalitas BK tentu saja menjadi

kebutuhan. Selain upaya-upaya yang ada dalam system peningkatan

SDM melalui pendidikan profesi BK dan juga pendidikan (kurikulum)

dalam perguruan tinggi BK, juga yang tidak kalah penting, adalah praktik

langsung di lapangan. Kegiatan praktik konseling tidak boleh hanya

sekali dua kali dilakukan, tetapi harus sesering mungkin. Karena praktik

konseling akan menjadi pengalaman luar bisas, dan akan menemukan

8 Ibid., hlm. 192

Page 15: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

ilmu baru dalam konseling itu sendiri. Lebih dari itu, selama ini ada

kesan bahwa praktik konseling oleh mahasiswa jarang yang dibimbing

dan diarahkan langsung (apalagi dites dan ditunggui dosen secara

langsung dalam praktik konseling). Oleh karenanya, penulis berharap

peran dan bimbingan dari dosen pada praktik konseling ini dapat

ditingkatkan.

D. Kesimpulan

1. BK disebut sebagi profesi karena pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh

sembarang orang, tetapi harus seorang yang ahli, yakni seseorang yang

ahli dalam proses membantu orang lain atau membimbing orang lain agar

orang tersebut memiliki pribadi yang lebih baik dalam memahami dirinya

dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya.

2. Upaya pengembangan profesi bimbingan dan konseling mau tak mau

melalui upaya meningkatkan kualitas SDM konselor tersebut. Upaya

tersebut antara lain, dilakukan dengan: (1) standardisasi untuk kerja

professional konselor, (2) standarisasi penyiapan konselor, (3) akreditasi,

(4) stratifikasi dan lisensi, dan (5) pengembangan organisasi profesi

3. Korelasi profesi BK (konselor) dan PAI adalah menjadi bagian dari dunia

pendidikan yang tak terpisahkan. Konselor menjadi bagian dari pendidik,

dimana tujuan akhirnya sama-sama membimbing dan melayani peserta

didik dalam memecahkan persoalan. Pada akhirnya profesi BK dan PAI

adalah sama-sama menjadi “tim” dalam mensukseskan tercapainya

tujuan pendidikan seperti yang diamanatkan undang-undang.

E. Penutup

Demikian makalah ini kami paparkan. Penulis menyadari sepenuhnya

atas keterbatasan kemampuan pada diri penulis, maka dari itu penulis mohon

maaf atas keterbatasan ini, juga menerima saran dan kritik yang konstruktif

Page 16: MANAJEMEN-BIMBINGAN-KONSELING----

untuk penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini menjadi

manfaat bagi kita bersama.

F. Daftar Pustaka

Ismantoro Dwi Yuwono, Memahami Berbagai Etika Profesi &

Pekerjaan,Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011

Bimo Walgito, Psikologi Umum, UGM, Yogyakarta, 1985

Prayitno, Seni Panduan Layanan dan Kegiatan pendukung Konseling,

Fakultas Ilmu Pendidikan Negeri Padang, 2012

Heru Mugiarso, Bimbingan Konseling, Semarang:Unnes Perss, 2006

Hamdani Bakran, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka,

Yogyakarta, 2002

Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, Pustaka Setia, Bandung, 2010,