Manajemen Bimbingan Dan Konseling

38
A. Manajemen Bimbingan dan Konseling Pada prinsipnya manajemen memuat makna segala upaya menggerakkan individu atau kelompok untuk bekerja sama dalam mendayagunakan sumber daya dalam suatu sistem untuk mencapai tujuan. Apabila diterapkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, maka manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau cara yang digunakan untuk mendayagunakan secara optimal semua komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana/prasarana) dan sistem informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka mencapai tujuan. Prinsip-prinsip dalam Manajemen Pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi : planning, organizing, staffing, leading & controlling. Manajemen bimbingan dan konseling merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh konselor. Manajemen bimbingan dan konseling yang terarah dan sistematis merupakan manifestasi dan akumulasi pelayanan bimbingan dan konseling sehingga merupakan salah satu indikator kerja konselor. Selanjutnya dengan manajemen bimbingan dan konseling yang sistematis dan terarah yang baik pada gilirannya akan memberikan panduan pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling sekaligus menghilangkan kesan bahwa konselor bekerja sifatnya isedental dan bersifat kuratif semata – mata. Sehubungan dengan konsep manajemen maka penerapan atau implementasi manajemen bimbingan dan konseling merupakan salah satu manifestasi suatu kegiatan yang sistematis tentang bagaimana merencanakan suatu aktifitas

description

m

Transcript of Manajemen Bimbingan Dan Konseling

A. Manajemen Bimbingan dan KonselingPada prinsipnya manajemen memuat makna segala upaya menggerakkan individu atau kelompok untuk bekerja sama dalam mendayagunakan sumber daya dalam suatu sistem untuk mencapai tujuan. Apabila diterapkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, maka manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau cara yang digunakan untuk mendayagunakan secara optimal semua komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana/prasarana) dan sistem informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka mencapai tujuan. Prinsip-prinsip dalam Manajemen Pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi : planning, organizing, staffing, leading & controlling. Manajemen bimbingan dan konseling merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh konselor. Manajemen bimbingan dan konseling yang terarah dan sistematis merupakan manifestasi dan akumulasi pelayanan bimbingan dan konseling sehingga merupakan salah satu indikator kerja konselor. Selanjutnya dengan manajemen bimbingan dan konseling yang sistematis dan terarah yang baik pada gilirannya akan memberikan panduan pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling sekaligus menghilangkan kesan bahwa konselor bekerja sifatnya isedental dan bersifat kuratif semata mata. Sehubungan dengan konsep manajemen maka penerapan atau implementasi manajemen bimbingan dan konseling merupakan salah satu manifestasi suatu kegiatan yang sistematis tentang bagaimana merencanakan suatu aktifitas bimbingan dan konseling, bagaimana menggerakkan sumber daya manusia yang ada dalam organisasi bimbingan dan konseling untuk mencapai tujuan, mengawasi bagaimana kegiatan bimbingan dan konseling berjalan dan menilai kegiatan bimbingan dan koseling. Berdasarkan hal tersebut, maka implementasi pelaksaanaan manajemen bimbingan dan konseling disekolah, yang kaitannya dengan proses perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan, dan pengawasan. 1. Planning (Perencanaan)Secara umum perencanaan merupakan pedoman yang memberi arah pelaksanaan Bimbingan Konseling dalam mencapai tujuannya. Wujud perencanaan adalah persiapan persiapan sistem, teknik, metode, fasilitas, personalia, waktu, dan pencapaian aktivitas Bimbingan Konseling. Keseluruhan aspek tersebut tidak dibahas satu persatu namun terangkum dalam program Bimbingan dan Konseling. Perencanan program harus memenuhi aspek terkait kebutuhan kebutuhan para siswa, sejauh mana kebutuhan kebutuhan tersebut telah dapat terpenuhi pada kondisi sekarang, dan bagaimana sekolah dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan lebih baik yang menyangkut kemampuan sekolah mewujudkan jenis bantuan tertentu berdasarkan potensi dan daya dukung personil, keuangan, sarana prasarana, waktu, maupun kebijakan. Dalam perencanaan ini konselor sekolah rata rata telah melakukan perencanaan yang baik, yaitu dengan memperhatikan sebagai berikut:a. Analisis kebutuhan/permasalahan siswa,b. Penentuan tujuan yang ingin dicapai,c. Analisis situasi dan kondisi sekolah,d. Penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan,e. Penentuan teknik dan strategi kegiatan,f. Penentuan personil personil yang akan melaksanakan,g. Perkiraan biaya dan fasilitas yang digunakan,h. Mengantisipasi kemungkinan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, dan i. Waktu dan tempat artinya kapan kegiatan itu akan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu akan dilakukan.2. Organizing (Pengorganisasian)Perencanaan yang matang saja tidaklah cukup untuk membuat progaram bimbingan dan koseling. Selanjutnya tahap yang harus dikerjakan oleh konselor adalah organizing atau pengorganisasian, yaitu proses untuk merancang, mengelompokan, dan mengatur serta membagi bagi tugas atau pekerjaan diantara anggota organisasi bimbingan dan konseling, agar tujuan dari organisasi bimbingan dan konseling dapat dicapai dengan efisien. Konselor sekolah menentukan siapa saja pihak pihak yang dilibatkan, sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan. Biasanya konselor sekolah melibatkan semua stakeholder sekolah untuk membantu pembuatan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling, yaitu dari penjaga sekolah/satpam, ibu kantin, cleaning servis, guru mata pelajaran, wali kelas, wakil kepala sekolah, sampai dengan kepala sekolah.Penorgonisasian ini sering kali menemui banyak kendala, yaitu sebagai berikut:a. Kurangnya pengetahuan mereka mengenai pentingnya bimbingan dan konseling,b. Terjadinya banyak kesalahpahaman mengenai bimbingan dan koneling disekolahc. Kurangnya pengetahuan mereka mengenai peran konselor dan kedudukan bimbingan dan konseling disekolahd. Masih banyaknya pihak yang menganggap bahwa bimbingan dan konseling adalah tidak pentinge. Banyak guru mata pelajaran yang menganggap guru BK/Konselor sekolah adalah guru yang suka mengganggu pelajaran, karena sering memanggil siswa disaat jam pelajaran.Banyaknya kendala tersebut tidak menyurutkan semangat para konselor sekolah untuk melakukan pengorganisasian. Mereka para konselor sekolah yang asalnya banar benar dari jurusan bimbingan dan konseling akan melakukan pendekatan pendekatan untuk membenahi kesalahpahaman yang terjadi. Tetapi jika dalam sekolah tersebut konselor sekolahnya berasal bukan dari jurusan bimbingan dan konselinng, maka mereka akan tetep membiarkan hal ini berlanjut. Hal tersebut dikarenakan, untuk menjelaskan kesalahpahaman tersebut, dia tidak memiliki dasar yang kuat.Untuk mengatasi kendala kendala dalam pengorganisasian, konselor sekolah menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholder lainnya. Menjelaskan peran stakeholder dalam kaitannya pelaksanaan pemberian layanan bimbingan dan konseling. Dengan komunikasi yang terjalin dengan baik diantara stakeholder, maka kendala kendala yang sebelumnya terjadi akan sedikit demi sedikit teratasi. Dengan seperti itu, stakeholder lainnya akan mengerti tugas dan peran mereka dalam membantu pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Manurut konselor sekolah yang panulis ketemui, intinya dari pengorganisasian ini adalah harus membina hubungan komunikasi yang baik diantara stakeholder, dengan seperti itu akan membuat tujuan yang ingin dicapai dapat terpenuhi.selain itu, pelibatan orang-orang dalam organisasi bimbingan dan konseling ini tidak hanya semata-mata dari personel sekolah akan tetapi dari pihak diluar sekolah. Pelibatan orang-orang tersebut sebagai koordinasi dapat membantu dalam menetapkan hubungan antar personalia dan sumber daya yang lain termasuk stakeholder lain diluar lembaga sehingga dapat berfungsi secara optimal. Purwoko (2008) membagi tugas personel sekolah dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut:a. PersonilKepala sekolah 1)Menyusun program sekolah secara keseluruhan, termasuk menyusun secara kolektif program bimbingan yang bersifat komprehensif2) Mengusahakan bentuk-bentuk pembinaan intern yang intensif melalui rapat rutin, incidental, konfrensi kasus, dsb3)Mengkoordinasikan bentuk kegiatan bimbingan konseling dengan kegiatan guru bidang studi4)Mengusahakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh bimbingan konseling5) Mengadakan hubungan kerjasama dengan instansi lain diluar sekolah yang berhubungan dengan bimbingan konseling6)Mengusahakan dan membina bentuk kerjasama bimbingan dan konseling antar sekolah dalam berbagai bentuk dan pengalaman. 7)Mendorong para petugas bimbingan konseling untuk melaksanakan tugasnya, serta menciptakan situasi yang menggairahkan kerja petugas bimbingan dan konseling8)Menggali berbagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan bimbingan konseling.9)Mengawasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Konselor1) Mengkoordinasikan penyusunan program bimbingan dan konseling2) Memberikan garis-garis kebijakan umum kegiatan bimbingan konseling3) Bertanggung jawab atas pelaksanaan program bimbingan konseling4) Memberikan laporan kegiatan kepada kepala sekolah 5) Membantu para siswa dalam memahami dan menyesuaiakan diri sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial.6) Menyelenggarakan pertemuan dan mengadakan konsultasi dengan guru, wali kelas, dan staf sekolah.7) Melaksanakan bimbingan kolompok dan konseling individual8) Mengumpulkan dan menyusun data, mengolah dan menafsirkan data,serta dipergunakan untuk pihak-pihak yang berkepentingan9)Memberikan berbagai informasi kepada siswa sehubungan dengan pendidikan dan pekerjaan10) Mngadakan konfrensi kasus untuk membicaakan masalah yang dihadapi siswa serta upaya untuk memecahkannya.11) Mengadakan konsultasi orang tua siswa dan melaksaknakan kunjungan rumah12) Mengadakan kerjasama dengan instansi lain berkaita dengan penyelenggaraan program bimbingan konseling13)Memilih dan mempergunakan instrument sesuai kewenangannya untuk kepentingan bantuan siswa14) Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman kegiatan kurikulum yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya15) Menyelenggarakan layanan reveral kepada pihak-pihak yang berwenang16) Mengadakan evaluasi dan studi tindak lanjut berkaitan dengan perbaikan program bimbingan konseling Wali Kelas1)Mengumpulkan data tentang siswa2) Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah yang dihadapi siswa dikelas.3) Menyelenggarakan diagnosa kesulitan belajar siswa4) Membantu memberikan informasi kepada siswa5) Menyelenggarakan bimbingan kelompok6) Berpartisipasi aktif dalam konfresnsi kasus7) Mengadakan penilaian prestasi belajar siswa dan menyampaikan pada konselor8)Merujuk siswa yang bermasalah kepada konselor untuk memperoleh bantuan profesional9) Membantu secara aktif penyelenggaraan program bimbigan konseling sekolah10) Bekerja sama dengan konselor dalam memanfaatkan berbagai data siswaGuru1)Turut aktif dalam membantu pelaksanaan bimbingan konseling2) Memberikan informasi tentang siswa kepada konselor3) Memberikan layanan pengajaran4) Berpartisipasi dalam konferensi kasus5) Meneliti kesulita kemajuan belajar siswa6) Membantu pemecahan masalah siswa sesuai kewenangannya7) Merujuk siswa bermasalah kepada konselor. Petugas Administrasi BK 1) Mengisi kartu pribadi siswa dengan data-datasiswa baik tentang pribadi, sekolah maupun lingkungan siswa2) Mengelola data pada tempat yang telah disediakan 3)Membantu proses pengumpulan data dan mempersiapkan laporan bimbingan konseling4)Menyelenggarakan surat menyurat dan pembukuan berkaitan dengan program bimbingan konseling5)Menyiapkan alat-alat pengumpulan data siswa6)Menata serta memalihara ruanagan bimbingan konseling.

b. Fasilitas Setelah para petugas (man), berikut akan diketengahkan tentang fasilitas (material) bimbingan, yang meliputi 1) Instrument pengumpul data, meliputi daftar isian angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, daftar isian, sosiometri, kartu pemeriksaan kesehatan, alat-alat tes psikologis.2) Perlengkapan penyimpan dataData siswa yang telah terkumpul, perlu disimpan dengan baik dan sistematik agar mempermudah kjika sewaktu-waktu diperlukan. Alat penyimpan data ini dapat bersifat individual (setiap siswa), dan dapat bersifat kelompok (missal, menurut kelas). Alat penyimpan data dapar berupa : kartu, folders, booklets, cumulative atau buku prbadi, map, dan komputer. 3) Alat pelaksanaan teknis bimbingan konselingAlat-alat teknis pelaksanaan bimbingan konseling merupakan alat-alat administrative yang diperlukan dalam layanan bimbingan konseling. Beberapa diantaranya adalah form surat panggilan siswa, form surat panggilan orang tua, surat kunjungan rumah, kartu konseling, laporan konseling, form laporan konfrensi kasus, surat pengantar reveral, form pilihan jurusan, dll.4) Tata laksana bimbingan dan perlengkapan fisik bimbingan konseling Tata laksana dan perlengkapan fisik bimbingan konseling meliputi perlengkapan parabot, alat-alat elektronik, dan ruang bimbigan konseling. Perabot ini antara lain meja tamu, meja-kursi bimbingan-konseling kelompok, kursi konseling, meja-kursi kerja konselor, lemari penyimpan data, meja-kursi konfresi kasus, papan program, papan mekanisme layanan konseling, gambar-gambar dekoratif, dll. Sedang ruang bimbingan konseling setidaknya meliputi ruang tamu, ruang administrasi, ruang kerja konselo, ruang bimbingan / konseling kelompok, ruang baca/perpusatakaan, ruang penyimpan data, ruang konfrensi kasus, dan ruang-ruang lain jika memungkinkan. Sedang seting tata ruang dikonstruksikan sesuai kondisi sekolah yang ada.c. Anggaran biayaSelain petuga (men), dan perlengkapan (material) factor lain yang tidak dapat dilupakan dan sangat diperlukan dalam melaksanakan suatu kegiatan adalah anggaran biaya (money). Untuk pelaksanaan pelaksanaan bimbingan konseling disekolah, anggaran biaya diperlukan untuk para petugas bimbingan, untuk mengadakan dan memelihara perlengkapan.

3. Actuating (Penggerakan)Actuating atau penggerakkan adalah fungsi fundamental dalam pelaksanaan manajemen bimbingan dan konseling disekolah. Penggerakan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik,dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efektif, efesien dan ekonomis.

4. Controlling (Pengawasan)Controlling dalam bimbingan dan konseling yaitu bagaimana mengawasi, mensupervisi dan menilai aktivitas layanan bimbingan dan konseling apakah bimbingan dan konseling sesuai dengan program yang telah direncanakan. Pengawasan dalam bimbingan dan konseling dilakukan pengawas yang berasal dari Dinas Pendidikan dimasing masing kabupaten serta kepala sekolah. 5. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.Evaluasi merupakan komponen penting dari program bimbingan konseling komprehensif guna memastikan akuntabilitas. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan nilai, program, kegiatan, dan staf dalam rangka untuk membuat keputusan atau mengambil tindakan tentang masa depan. Evaluasi akan mengukur pelayanan (evaluasi proses) dan hasil (evaluasi produk). Proses yang berkelanjutan ini memberikan informasi untuk memastikan perbaikan terus menerus pada program bimbingan dan memberikan arahan kepada perubahan yang diperlukan. Evaluasi adalah suatu proses yang memiliki delapan langkah:1. Menyatakan pertanyaan evaluasi,2. Menentukan penonton / menggunakan untuk evaluasi,3. Pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan,4. Menerapkan standar yang telah ditentukan,5. Penarikan kesimpulan,6. Mempertimbangkan konteks,7. Membuat rekomendasi, dan8. Bertindak berdasarkan rekomendasiKonselor dan program konseling memainkan peran penting dalam membantu guru dan staf lain di sekolah dengan tujuan instruksional dan tujuan lainnya. Oleh karena itu, evaluasi harus mengupayakan kolaborasi antara semua pihak yang terlibat dalam program. Kegiatan evaluasi memungkinkan konselor dan orang lain untuk: Menentukan dampak dari program bimbingan pada mahasiswa, dosen, orang tua, dan kondisi sekolah Mengidentifikasi tujuan yang dicapai. Mengidentifikasi komponen efektif dari program Menghilangkan atau memperbaiki komponen kurang efektif dari program Beradaptasi dan memperbaiki program bimbingan dan proses pelaksanaan Mengidentifikasi dampak dari program (baik positif maupun negatif) Mengidentifikasi daerah-daerah lain yang perlu ditangani Menetapkan tujuan untuk pengembangan profesional konselor Menentukan kebutuhan staf dan penyesuaian beban kerja Menentukan sumber daya tambahan yang diperlukan yang memadai meneruskan program Memberikan informasi akuntabilitas kepada pendidik dan masyarakat

B. Strategi TerintegrasiProgram bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya : (a) menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa; (b) memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam; (c) menandai siswa yang diduga bermasalah; (d) membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching;(e) mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing; (f) memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa; (g) memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja); (h) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan figur central bagi siswa); dan (i) memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.Selain itu, dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbingan, konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti : (1) kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.

C. Strategi Bimbingan KlasikalLayanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang menuntut konselor untukmelakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal,konselor memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasitentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layananorientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentan gsekolah yang dimasukinya. Kepada siswa diperkenalkan tentang berbagai halyang terkait dengan sekolah, seperti : kurikulum, personel (pimpinan, paraguru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan, laboratorium,tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, danfasilitas sekolah lainnya. Sementara layanan informasi merupakan proses.Direktorat jendral peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan dapertemen pendidikan nasional 2007 ( 2007 : 40 ) mengemukakan pendapat :Layanan bimbingan klasikal adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan yang dirancang menuntut konselor untuk melakuka kontak langsung dengan para peserta didik dikelas secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan ini kepada peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau curah pendapat..Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan banwa bimbingan klasikal dapat diartikan sebagai layanan yang di berikan kepada semua siswa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam dalam proses bimbingan progam sudah disusun secara baik dan siap untuk diberikan kepada siswa secara terjadwal, kegiatan ini berisikan informasi yang diberikan oleh seorang pembimbing kepada siswa secara kontak langsung terutama pemahaman siswa terhadap bahaya prilaku seks bebas. Pada bimbingan klasikal ini menggunakan berbagai macam alat bantu seperti : media cetak, media panjang, OHT, rekaman radio tape dan lain-lain. layanan bimbinga klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan diri semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas. Dalam penelitian ini peneliti memberi layanan bimbingan klasikal khususnya pada peningkatan pemahamnan terhadap bahaya prilaku seks bebas pada siswa Sekolah Menengah Pertama.

1. Pelaksanaan Layanan Bimbingan KlasikalLayanan bimbingan klasikal merupakan layanan dalam bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan klasikal berbeda dengan mengajar. Layanan ini juga memiliki beberapa ketentuan dalam pelaksannanya. Adapun perbedaannya antara mengajar dan membimbing :a.Perbedaan dalam Mengajar dan Membimbing1)Layanan bimbingan klasikal bukanlah suatu kegiatan mengajar atau menyampaikan materi pelajaran sebagaimana mata pelajaran yang dirancang dalam kurikulum pendidikan disekolah, melainkan menyampaikan informasi yang dapat berpengaruh terhadap tercapainya perkembangan yang optimal seluruh aspek perkembangan dan tercapainya kemandirian peserta didik atau konseli.2) Materi bimbingan klasikal berkaitan erat dengan domain bimbingan dan konseling yaitu bimbingan belajar, pribadi, sosial dan karir, serta aspek-aspek perkembangan peserta didik.3)Guru mata pelajaran dalam melaksanakan tuganya adalah menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, dan tugas guru bimbingan dan konseling atau konselor adalah menyelenggarakan layanan bimbingan konseling yang memendirikan peserta didik atau konseli.b.Langkah-langkah bimbingan klasikalUntuk dapat melaksanak leyanan bimbingan klasikal secara baik, dalam Linda D Webb ; Greg A Brigman ( terjemahan Hartanto : 2006 ) terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan sebagai berikut :1)Melakukan pemahaman peserta didik ( menetukan kelas layanan, menyiapkan instrument pemahaman peserta didik, pengumpulan data, analisis data, dan merumuskan pemahaman ).2)Menentukan kecenderungan kebutuhan layanan bimbingan klasikal bagi peserta didik/konsli atas dasar hasil pemahaman peserta didik.3) Memilih metode dan teknik yang sesui untuk memberian layanan bimbingan klasikal ( ceramah-diskusi; atau ceramah-simulasi-diskusi, atau ceramah-tugas-diskusi ).4)Persiapan pemberian layanan bimbingan klasikal dapat disiapkan secara tertulis merupakan suatu bukti administrasi kegiatan, dengan demikian materi layanannya disajikan secara terencana dengan harapan mencapai hasil yang optimal, sebab disusun atas dasar kebutuhan dan literature yang relevan.5)Memilih sistematika persiapan yang dapat disusun oleh Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor, dengan catatn telah mencerminkan adanya kesiapan layanan bimbingan klasikal dan persiapan diketahui oleh Koordinator Bimbingan dan Konseling dan atau Kepala sekolah.6)Mempersiapkan alat bantu untuk melaksanakan pemberian layanan bimbingan klasikal sesuai dengan kebutuhan layanan.7)Evaluasi pemberian layanan bimbingan klasikal perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses, tepat tidaknya layanan yang diberikan atau perkembangan sikap dan prilaku atau tingkat ketercapaian tugas-tugas perkembangan. Secara umum aspek yang dievaluasi meliputi : kesesuaian program dalam pelaksanaan, keterlaksanaan program, hambatan-hambatan yang dijumpai, dampak terhadap kegiatan belajar mengajar, dan respon peserta didik personal sekolah, dan orang tua serta perubahan perkembangan peserta didik ( tugas-tugas perkembangan ) atau perkembangan belajar, pribadi, sosial, dan karirnya.8) Tindak lanjut, perlu dilakukan segai upaya peningkatan pemberian layanan bimbinagn kelas. Kegiatan tindak lanjut senantiasa mendasarkan pada hasil evaluasi kelgaiatan yang telah dilaksanakan.2. Media Layanan Bimbingan KlasikalMedia pembelajaran dalam bimbingan klasikal menurut Belawati ( 2003 :12 ) dikelompokkan menjadi tiga yaitu :a. Media cetakb. Media non cetakc. Media displayAdapun penjelasan sebagai berikuta. Media cetak adalah sejumlah media yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran dan penyampaian informasi, contoh media cetak anatara lain : buku teks, majalah, leaflet, modul, handout, dan lembar kerja siswa.b. Media non cetak adalah sejumlah media yang disiapkan tidak pada kertas, yang berfungsi untuk keperluan pembelajaran dan penyampaian informasi, contoh media non cetak antara lain : OHT ( overhead transparancies ), Audio ( bersifat suara atau bunyi, minsalnya : radio, tape ), Video ( gambar dan bunyi , minsalnya : film ), slide dan komputer.c. Media display adalah jenis media pembelajaran yang berisi materi tulisan atau gambaran yang dapat ditampilkan di dalam kelas ataupun di luar kelas, di kelompok kecil atau besar, perorangan tempa menggunakan alat proyeksi, contoh media display antara lain : flipchart, adhesive, chart, poster, peta, foto dan relia berupa gambar yang nyata secara anatomi.3.Tujuan dan Fungsi Layanan Bimbingan KlasikalUntuk mencapai sebuah hasil dari proses bimbingan yang diharapkan maka bimbingan klasikal harus memiliki tujuan dan fungsi pendidikan.a.Tujuan Layanan Bimbingan KlasikalRumusan tentang tujuan dan manfaat bimbingan klasikal dalam kajian literature belum banyak ditemukan, oleh karena itu untuk merumuskan tujuan dan manfaat bimbingan klasikal mempergunakan rumusan tujuan bimbingan dan koseling yang dikaitan dengan kegiatan di kelas. Tujuan yang ingin dicapai bimbingan dan konseling adalah tercapainya perkembangan yang optimal, penyesuaian diri yang baik, penyelesaian masalah yang dihadapi, kemandirian, kesejahteraan dan kebahagian serta kebermaknaan dalam kehidupannya. Dalam kaitannya dengan domain layanan bimbingan dan konseling adalah meliputi pendidikan atau belajar, pribadi, sosial dan karir.Layanan bimbingan klasikal sangat dibutuhkan siswa-siswa yang tidak mempunyai masalah maupun yang mempunyai masalah dapat terbantu, sehingga mereka dapat belajar dengan baik. menurut Downing ( Soetjipto dan Kosasai 200: 50 ) tujuan bimbingan di sekolah adalah membanu siswa :1)Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi.2)Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial.3)Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.4)Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.5)Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perancanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka lulus.b.Fungsi Bimbingan KlasikalLayanan bimbingan klasikal mempunyai berbagai fungsi, antara lain sebagai berikut :1)Dapat terjadinya interaksi sehingga saling mengenal antara Guru Bimbingan dan Konseling atau konselor dengan peserta didik atau konseli2)Dapat terjalinnya hubungan emosional antara Guru Bimbingan dan Konseling dengan peserta didik sehingga akan terciptanya hubungan hubungan yang bersifat mendidik dan membimbing.3)Dapat terciptanya keteladanan dari Guru Bimbingan dan Konseling bagi peserta didik yng dapat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan sikap dan perilaku lebih baik pada peserta didik.4)Dapat sebagai wadah atau adanya media terjadinya komunikasi langsung antara Guru Bimbingan Konseling dengan peserta didik, khusus bagi peserta didik dapat menyampaikan permasalahan kelas atau pribadi atau curhat di kelas.5)Dapat terjadinya kesempatan bagi Guru Bimbingan Konseling melakukan tatap muka, wawancara dan observasi terhadap kondisi peserta didik dan suasana belajar di kelas.6)Sebagai upaya pemahaman terhadap peserta didik dan upaya pencegahan, penyembuhan, perbaikan, pemeliharaan, dan pengembangan pikiran, perasaan, dan kehendak serta prilaku peserta didik.

D. Strategi Individual1. Konsep Dasar Strategi Konseling IndividualStrategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam layanan bimbingan dan konseling disebut strategi layanan bimbingan dan konseling. Salah satu strategi layanan bimbingan dan konseling itu ialah berupa konseling individual.Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa). Konseling ditujukan kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam masalah pendidikan, pekerjaan, dan social di mana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Oleh karena itu, konseling hanya di tujukan kepada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang uniki dalam konseling dapat membantu individu (siswa) membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperanan lebih baik di lingkungannya. Konseling membantu konseli untuk mengerti diri sendiri, mengeksplorasi diri sendiri, dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat.Dalam konseling diharapkan konseli dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Konseling bertujuan membantu individu untuk mengadakan interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan mendatang. Konseling membantu individu untuk mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok seorang konselor di Pusat Pendidikan.2.Teknik Konseling IndividualAda banyak teknik yang digunakan dalam konseling individual, berikut ini akan di jelaskan lebih lanjut mengenai teknik tersebut, diantaranya:a. Menghampiri konseli (attending)b. Empatic. Eksplorasid. Menangkap pesan utamae. Bertanya untuk membuka percakapanf. Bertanya tertutupg. Dorongan minimalh. Interpretasii. Mengarahkan (Directing)j. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)k. Memimpinl. Memfokusm. Konfrontasin. Menjernihkano. Memudahkanp. Mengambil inisiatifq. Memberi nasihatr. Memberi informasis. Merencanakant. Menyimpulkan3. Tahapan-Tahapan dalam Konseling IndividualBerikut ini adalah tahapan-tahapan dalam melaksanakan konseling individual, yaitu:a. Tahap Awal KonselingTahap awal ini terjadi sejak konseli bertemu konselor hingga berjalan proses konseling dan menemukan definisi masalah konseli.Cavanagh (1982)menyebut tahap awal ini dengan istilahintroduction, invitation and environmental support. Berikut ini ada hal-hal yang dilakukan dalam tahap awal konseling diantaranya:1) Membangun hubungan konseling dengan melibatkan konseli yang mengalami masalah2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah3) Membuat penjajakan alternative bantuan untuk mengatasi masalah4) Menegosiasiakan kontrakb. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)Berdasarkan kejelasan maslah konseli yang telah disepakati pada taha awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada: 1) penjelajahan masalah yang dialami konseli, dan 2) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang masalah konseli.Cavanagh (1982)menyebut tahap ini sebagaitahap action.Menilai kembali masalah konseli akan membantu konseli memperoleh pemahaman baru, alternative baru, yang mungkin berbeda dengan sebelumnya. Pemahaman ini akan membantu dalam membuat keputusan dan tindakan apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan adanay pemahaman baru, berarti ada dinamika pada konseli untuk melakukan perubahan dalam mengatasi masalahnya.Adapun tujuan dari tahap pertengahan ini, sebagai berikut.1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian konseli dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tesebut.2) Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.3) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.c. Tahap Akhir KonselingCavanagh (1982)menyebut tahap ini dengan istilahtermination. Pada tahap ini ditandai oleh beberapa hal berikut.1) Menurunnya kecemasan konseli. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan keadaan kecemasannya.2) Adanya perubahan perilaku konseli ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.3) Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan dating dengan program yang jelas pula.4) Terjadinya perubahan sikap positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak bermasalah. Konseli dapat melakukan keputusan tersebut karena konseli sejak awal berkomunikasi dengan konselor dalam memutuskan perubahan sikap tersebut. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah:1) Terjadinyatransfer of learningpada diri konseli2) Melaksanakan perubahan perilaku konseli agar mampu mengatasi maslaahnya, dan3) Mengakhiri hubungan konseling.

E. Strategi KelompokTeknik bimbingan kelompok merujuk pada sejumlah teknik dan prosedur membantu individu melalui situasi kelompok. Sebagai suatu proses pemberian bantuan bimbingan dan konseling memiliki dua strategi dasar, yaitu (1) strategi individual (disebut konseling individual atau konseling saja) dan (2) strategi kelompok. Baik strategi individual maupun strategi kelompok pada dasarnya diarahkan untuk membantu individu dalam upaya mencapai perkembangan yang optimal dalam berbagai aspek pribadinya; intelektual, sosial, moral, emosional, serta kemampuan-kemampuan khas yang dimilikinya. Setiap guru, perlu memiliki kompetensi untuk memberikan bantuan melalui strategi individual maupun kelompok. Kedua kemampuan ini merupakan sebagian dari ciri khas dari kompetensi profesional guru. Bimbingan kelompok merupakan suatu proses pemberian bantun kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan awasan, sikap dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi. Konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan individu dapat mengembangkan wawasan dan pemahaman yang diperlukan tentang suatu masalah tertentu, mengeksplorasi, dan menentukan alternatif terbaik untuk memecahkan masalahnya itu atau dalam upaya mengembangkan pribadi. Penggunaan masing-masing teknik bimbingan kelompok, konseling dan konselingkelompok dalam membantu individu tampaknya memiliki titik tekan tersendiri, seperti digambarkan sebagai berikut. Dalam perkembangan terkini, konsep bimbingan kelompok dan konseling kelompok makin tidak begitu diperbedakan. Aspek tujuan, prosedur teknis, jumlah anggota kelompok dan keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru cenderung sama, perbedaan esensialnya terletak intensitas masalah yang dialami oleh anggota kelompok.Tujuan Konsep tentang tujuan bimbingan kelompok harus selalu dipahami dari sudut tujuan individual siswa. Tujuan bimbingan kelompok adalah untuk membantu individu-individu siswa agar lebih kompeten, bukan untuk menghasilkan suatu kelompok yang lebih baik. Dinkmeyer dan Muro (1979) menjelaskan tujuan-tujuan bimbingan kelompok seperti berikut: 1) membantu setiap anggota kelompok mengetahui dan memahami dirinya; untuk membantu proses menemukan identitas; 2) dengan memahami diri sendiri, maka siswa diharapkan akan semakin mampu mengembangkan penerimaan-diri dan merasa berharga sebagai pribadi; 3) membantu mengembangkan keterampilan sosial dan kecakapan antar pribadi, sehingga siswa mampu menlaksanakan tugs perkembangan dalam kehidupan sosial-pribadi; 4) menumbuh-kembangkan kecakapan mengarahkan-diri, memecahkan masalah, dan mentransfer kecakapan ini untuk digunakan dalam kehidupan sosial sehari-hari; 5) membantu mengembangkan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain, sehingga menyadari dan ber tanggung jawab terhadap tingkah lakuknya kepada orang lain. Belajar bagaimana mengidentifikasi perasaan orang-orang yang berarti dalam hidupnya (significant others), sehingga mampu menunjukan kecakapan yang lebih baik untuk bersikap empatik; 6) membantu siswa belajar bagaimana menjadi pendengar yang empatik; yang mampu mendengar bukan saja apa yang diucapkan, tetapi juga dapat mendengar perasaanperasaan yang mengikuti ucapan orang lain; 7) membantu siswa untuk dapat memberi makna terhadap sesuatu sesuai dengan keyakinan dan pemikiran yang dimilikinya; 8) membantu setiap anggota kelompok untuk dapat merumuskan tujuan-tujuan tertentu yang akan diwujudkannya secara konkrit.2. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Kelompok Sebagai suatu cara pemberian bantuan, teknik kelompok memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu. Beberapa kelebihan strategi kelompok antara lain: a. Efisiensi Dibandingkan dengan strategi bantuan yang bersifat individual (konseling), strategi kelompok lebih efisien karena dalam waktu yang relatif sama guru dapat memberikan bantuan kepada sejumlah individu. b. Keragaman Sumber dan Sudut Pandang Dalam suasana kelompok, sumber bantuan tidak hanya dari guru dengan sudut pandang yang tersendiri, tetapi juga dari sejumlah anggota kelompok dengan sudut pandang yang lebih kaya. c. Pengalaman Kebersamaan Dalam suasana kelompok, individu tidak akan merasa hanya dirinya saja yang mengalami masalah tertentu, diapun menjadi sadar bahwa ternyata orang lain pun mengalaminya. Kesadaran seperti ini dapat membesarkan hati dalam menghadapi masalah. d. Rasa Saling Memiliki Dalam suasana kelompok yang kohesif, kebutuhan untuk mencintai-dicintai, menerima dan diterima, menghargaidihargai akan tumbuh dan dirasakan langsung oleh anggota kelompok. e. Praktek Keterampilan Dalam suasana kelompok, individu mendapat tempat untuk mempraktekan tingkah laku baru, melakukan percobaan dan mendapat dukungan sosio-emosional sebelum dipraktekan langsung dalam kontek kehidupan nyata di luar kelompok. f. Balikan Dalam setiap suasana kelompok interaksi, individu akan mendapatkan kesempatan untuk menerima dan memberi balikan dari apa yang telah dilakukan atau diupayakannya. Balikan akan memungkinkan individu termotivasi melakukan sikap dan perbuatan yang diterima dan meninggalkan sikap dan perbuatan yang ditolak oleh orang lain. g. Belajar Menemukan Makna Dalam suasana kelompok individu tidak hanya memperhatikan dirinya sendiri, dia juga bisa mendengar, melihat, dan merasakan bagaimana perasaan orang lain dalam menghadapi suatu masalah atau situasi tertentu. Pengalaman sosial ini merupakan proses belajar menemukan makna sebagai mahluk sosial. h. Kenyataan Hidup Dalam hal-hal tertentu, kelompok bukan hanya mencerminkan kehidupan masyarakat, melaikan kehidupan kenyataan hidup sosial yang sebenarnya. Apa yang terjadi di masyarakat terjadi pula dalam kehidupan kelompoknya. i. Kontrak dan Komitmen Kontrak sosial yang terjadi dalam kelompok mendorong individu untuk committed terhadap norma dan kesepakatan bersama baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kelompok dapat menekan bahkan memaksa individu anggotanya. Dalam kasus tertentu, kadang-kadang tekanan kelompok lebih kuat dari pada bujukan atau tekanan orang tua atau guru. Sedangkan kelemahannya antara lain berkenaan dengan jaminan kerahasiaan pribadi anggota, komitmen terhadap waktu, kesinambungan materi yang dipersoalkan, serta kecenderungan dominasi anggota tertentu terhadap kelompok. Tidak ada suatu resep tertentu yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan ini, namun tidak berarti sulit di atasi. Faktor kematangan dan pengalaman guru dalam melaksanaan bimbingan dan konseling kelompok akan turut mempengaruhi kefektivan upaya mengatasinya. Artinya dalam mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, kepekaan guru serta kiat-kiat kreatif tertentu harus dicobakan dan dikembangkan oleh guru.2. Kelompok yang Efektif Dalam bimbingan kelompok, kelompok hanya merupakan wahana untuk membantu individu-individu yang menjadi anggota kelompok. Fokus perhatian dan bantuan guru harus tetap diarahkan pada keunikan individual bukan kepada kelompok. Oleh sebab itu, agar suatu kelompok dapat dijadikan wahana atau dapat dimanfaatkan untuk membantu individu, maka guru terlebih dahulu harus memahami dan mampu mengembangkan kelompok yang efektif. Kelompok yang efektif, ditandai dengan interaksi yang dinamis, dimana setiap anggota kelompok saling mengenal dengan baik satu sama lain, aktif saling memberikan tanggapan, berbagi pengalaman untuk saling memberi dan menerima, adanya komitmen yang kuat dari anggota untuk mengubah sikap dan tingkah laku tertentu ke arah yang lebih baik, kegiatan kelompok diarahkan pada pencapaian tujuan bersama, interaksi antar anggota terkendali karena berfungsinya kepemimpinan yang demokratis, ketaatan anggota terhadap norma atau aturan yang disepakati bersama. Penciptaan suasana kelompok yang kondusif seperti yang dikemukakan di atas amat bergantung pada kemampuan dan keterampilan guru, yang meliputi keterampilan memimpin kelompok dan keterampilan komunikasi. Kedua kelompok keterampilan ini harus dikuasai dengan baik oleh guru.

3. Prinsip Operasional Secara khusus, berikut ini dikemukakan beberapa prinsip teknis penggunaan bimbingan dan konseling kelompok untuk membantu individu: a. di dalam bimbingan kelompok, kelompok bukan sasaran bantuan melainkan wahana, suasana atau situasi yang digunakan untuk membantu individu anggota kelompok; b. kelompok yang digunakan adalah kelompok yang bersuasana dinamis; demokratis, bertujuan, hangat dan terkendali. c. mutu iklim kelompok seperti itu harus dikembangkan terlebih dahulu oleh guru pada tahap awal pelaksanaan bimbingan atau konseling kelompok; d. untuk dapat melakukan tahap awal itu, guru perlu melakukan persiapan-persiapan tertentu, meliputi pengelompokan mahasiswa, administrasi, jadwal bimbingan, tempat dan bahan-bahan (untuk bimbingan kelompok); e. persiapan seperti itu dapat dilakukan, bilamana guru telah memahami karakteristik masalah mahasiswa berdasarkan atas analisis data mahasiswa yang cukup lengkap meliputi aspek internal dan eksternal pribadi mahasiswa; poin d dan e merupakan penjabaran dari program bimbingan konseling yang dikembangkan untuk setiap satu tahun akademik. Setiap program ini harus disosialisasikan dahulu sebelum diimplementasikan, agar mendapat dukungan positif dari semua pihak. 4. Prosedur Kelompok Berikut dikemukakan prosedur pemberian bantuan kepada individu melalui prosedur kelompok. Prosedur ini dititikberatkan pada konseling kelompok yang ditekankan pada konseling kelompok. Proses pemberian bantuan melalui teknik kelompok menempuh empat langkah utama yaitu (1) pembentukan atau pembukaan kelompok, (2) penanganan (tahap inti), (3) penutupan, dan (4) Tindak lanjut.1. Pembukaan Tahap pembukaan merupakan tahap yang paling critical, artinya keberhasilan pada tahap pembukaan akan menentukan tahap penanganan dan tahap penutupan kelompok, bahkan akan menentukan tercapai tidaknya tujuan bimbingan dan atau konseling kelompok. Tahap pembukaan merupakan tahap penciptaan suasana kelompok yang kondusif bagi para anggota, yang tujuan intinya adalah para anggota melibatkan diri secara aktif dalam proses kelompok. Pada tahap ini guru perlu menggunakan teknik-teknik membuka komunikasi yang baik dan teknik memperkenalkan anggota yang memungkinkan dapat mencairkan kebekuan suasana kelompok. Suasana hangat, terbuka, dan bebas untuk setiap anggota dalam mengungkapkan dirinya merupakan indikator keberhasilan yang amat penting. Kadang-kadang tahap ini baru bisa dicapai setelah dua sesi pertemuan. Tergantung pada karakteristik dan dinamika interaksi para anggota kelompok yang bersangkutan.

5. Penanganan Tahap penanganan (working) merupakan kegiatan inti, karena terkait langsung dengan upaya-upaya perubahan sikap dan tingkah laku tertentu yang diperlukan untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan pada tahap pembukaan. Pada tahap ini guru harus berperan sebagai pengatur pembicaraan anggota, sabar, aktif mengeksplorasi berbagai kemungkinan sudut pandang atau alternatif tapi tidak mendominasi anggota kelompok, memberikan motivasi, penguatan serta penilaian keberhasilan mereka. Tahap inti ini biasanya dilakukan dalam beberapa sesi pertemuan. Setiap sesi pertemuan dilaksanakan sesuai dengan jadwal waktu dan tempat yang disepakati bersama. Untuk kasus atau masalah tertentu, anggota diberi kegiatan yang harus dilakukan di luar kelompok (semacam pekerjaan rumah) kemudia melaporkannya di dalam kelompok. Indikator keberhasilan tahap ini; untuk bimbingan kelompok adalah pemahaman yang baik dari setiap anggota tentang masalah/topik tertentu. Sedangkan indikator utama untuk konseling kelompok adalah tuntasnya pemecahan masalah yang dihadapi oleh anggota atau tercapainya tujuan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Fajar Santoadi. (2010). Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.Hibana S. Rahman. (2003). Bimbingan dan Konseling Pola 17. Yogyakarta: UCY Press.Kartadinata, Sunaryo. et al. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Taufiq, A. (2007). Bimbingan Kelompok di Sekolah Dasar. Makalah. Bandung: UPI.Tim Dosen Abkin. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggararaan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Direktorat Jenderal PMPTK.Winardi. (1993). Asas-Asas Manajemen. Bandung: Tarsito.