manajemen bencana

25
Manajemen bencana alam (TANAH LONGSOR) Dr. Anis Khoirotun Nisa’ Dokter Internship PKM Rakit 2 Banjarnegara

Transcript of manajemen bencana

Page 1: manajemen bencana

Manajemen bencana alam(TANAH LONGSOR)

Dr. Anis Khoirotun Nisa’Dokter Internship PKM Rakit 2

Banjarnegara

Page 2: manajemen bencana

Pengertian bencana

• Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor non - alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis

Page 3: manajemen bencana

Contoh bencana alam

gempa bumi

Tsunami

gunung meletus

Banjir

Kekeringan

Angin topan

Tanah longsor

bencana non alam

Konflik sosial

Epidemi dan wabah penyakit

Page 4: manajemen bencana

Pengertian tanah longsor

Tanah longsor secara umum adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material laporan yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.

Page 5: manajemen bencana

Fator penyebab tanah longsor

•  HujanMusim kering yang panjang penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Muncullah rongga tanah retakan dan rekahan tanah di permukaan. Pada awal musim hujan, kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat dan menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah, air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral.

• Lereng TerjalLereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.

Page 6: manajemen bencana

• Tanah yang kurang padat dan tebalJenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut lereng > 220Ο. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor, terutama bila terjadi hujan. Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika udara terlalu panas.

• Batuan yang kurang kuatBatuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor apabila terdapat pada lereng yang terjal.

• Jenis tata lahanPada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.

• GetaranGetaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalu - lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.

Page 7: manajemen bencana

• Susut air danau atau bendunganmaka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220Ο mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.

• Adanya beban tambahanseperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.

• Pengikisan / Erosi• Adanya material timbunan pada tebing

Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya

Page 8: manajemen bencana

• Bekas longsoran lamaBekas longsoran lama memilki ciri:– Adanya tebing terjal yang panjang melengkung

membentuk tapal kuda.– Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang

relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.– Daerah badan longsor bagian atas umumnya

relatif landai.– Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing

lembah.– Dijumpai tebing - tebing relatif terjal yang

merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama.– Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya

dijumpai retakan dan longsoran kecil.– Longsoran lama ini cukup luas.

Page 9: manajemen bencana

• Adanya bidang diskontinuitas ( bidang tidak sinambung )Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri :– Bidang perlapisan batuan– Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar– Bidang kontak antara batuan yang retak - retak dengan batuan

yang kuat.– Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air

dengan batuan yang tidak melewatkan air ( kedap air ).– Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang

padat.– Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat

berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.• Penggundulan hutan• Daerah pembuangan sampah

Page 10: manajemen bencana

Proses terjadinya tanah longsor

• air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai lapisan tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan ke luar lereng

Page 11: manajemen bencana

Gejala umum terjadinya longsor

• Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan tebing

• Biasanya terjadi sebelum hujan yang sangat deras• Munculnya mata air secara tiba-tiba• Tebing rapuh dan berkerikil mulai berjatuhan• Muncul retakan - retakan di tanah dan di tembok /

pagar rumah• Pohon yang tumbuh tidak normal, pohon yang

terangkat dan terlihat akarnya.• Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh.

Page 12: manajemen bencana

Dampak bencana longsor

Terhadap kehidupan

Bencana longsor banyak menelan korban jiwa

kerusakan infrastruktur publik seperti jalan, jembatan dsb

Kerusakan bangunan – bangunan

Menghambat proses aktivitas manusia dan merugikan baik masyarakat yang terdapat

di sekitar bencana maupun pemerintah

Terhadap lingkungan

Terjadinya kerusakan lahan.

Hilangnya vegetasi penutup lahan.

Tergangunya keseimbangan ekosistem.

Lahan menjadi kritis sehingga cadangan air bawah tanah menipis.

Terjadinya tanah longsor dapat menutup lahan yang lain seperti sawah, kebun dan lahan produktif

lainnya.

Page 13: manajemen bencana

Gambar siklus penanggulangan bencana

Page 14: manajemen bencana

Pencegahan dan mitigasi

•Penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar;•Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan•Pembuatan brosur / leaflet / poster•Analisis risiko bencana•Pembentukan tim penanggulangan bencana•Pelatihan dasar kebencanaan•Membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis masyarakat.

Page 15: manajemen bencana

kesiapsiagaan

•Penyusunan rencana kontinjensi•Simulasi / gladi / pelatihan siaga•Penyiapan dukungan sumber daya•Penyiapan sistem informasi dan komunikasi.

Page 16: manajemen bencana

Tanggap darurat

•Penilaian cepat kesehatan ( rapid health assessment )•Pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke sarana kesehatan•Pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan;•Perlindungan terhadap kelompok risiko tinggi kesehatan.

Page 17: manajemen bencana

pemulihan

•Perbaikan lingkungan dan sanitasi;•Perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan;•Pemulihan psikososial;•Peningkatan fungsi pelayanan kesehatan

Page 18: manajemen bencana

Pengorganisasian Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

•Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara•Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang – undangan•Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat;•Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada setiap saat dalam kondisi darurat bencana;•Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan / bantuan nasional dan internasional•Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;•Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundangundangan dan•Menyusun pedoman pembentukan BPBD.

Page 19: manajemen bencana

Kementerian Kesehatan

•Sebagai pusat komando dan pusat informasi ( media centre ) kesiapsiagaan dan penanggulangan kesehatan akibat bencana dan krisis kesehatan lainnya•Fasilitasi buffer stock logistik kesehatan ( bahan, alat dan obat – obatan )•Menyiapkan dan menggerakkan Tim Reaksi Cepat dan bantuan SDM kesehatan yang siap digerakkan di daerah yang memerlukan bantuan akibat bencana dan krisis kesehatan lainnya•Sebagai pusat networking antara 3 komponen kesehatan dalam regional tersebut yaitu dinas kesehatan, fasilitas kesehatan dan perguruan tinggi.

Page 20: manajemen bencana

Mekanisme pengelolaan bantuan

Tim Reaksi Cepat / TRC

•Tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0 – 24 jam setelah ada informasi kejadian bencana. Kompetensi TRC disesuaikan dengan jenis bencana spesifik di daerah dan dampak kesehatan yang mungkin timbul.

Tim Penilaian Cepat / TPC ( RHA team )

•Tim yang bisa diberangkatkan dalam waktu 0 - 24 jam atau bersamaan dengan TRC dan bertugas melakukan penilaian dampak bencana dan mengidentifikasi kebutuhan bidang kesehatan,

Tim Bantuan Kesehatan

•Tim yang diberangkatkan berdasarkan rekomendasi Tim RHA untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan peralatan yang lebih memadai

Page 21: manajemen bencana
Page 22: manajemen bencana

ANALISIS KEMUNGKINAN DAMPAK BENCANA

Risiko = f (Bahaya x Kerentanan/Kemampu

an)•5 Pasti ( hampir dipastikan 80 - 99% ).•4 Kemungkinan besar ( 60 – 80% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 10 tahun mendatang )•3 Kemungkinan terjadi ( 40-60% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 100 tahun )•2 Kemungkinan Kecil ( 20 – 40% dalam 100 tahun )•1 Kemungkian sangat kecil ( hingga 20% )

Page 23: manajemen bencana

dilengkapi dengan perkiraan dampaknya

•Jumlah korban;•Kerugian harta benda;•Kerusakan prasarana dan sarana;•Cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan•Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan

dampak•5 Sangat Parah ( 80% - 99% wilayah hancur dan lumpuh total )•4 Parah ( 60 – 80 % wilayah hancur )•3 Sedang ( 40 - 60 % wilayah terkena berusak )•2 Ringan ( 20 – 40 % wilayah yang rusak )•1 Sangat Ringan ( kurang dari 20 % wilayah rusak )

Page 24: manajemen bencana
Page 25: manajemen bencana