Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

50
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU PRIMIGRAVIDA MENGENAI ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KECAMATAN PRSANGGRAHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN Disusun oleh: NAMA: NIM: 1 NIA DIAH PURNAMA SARI 154015060 2 NOEKE T HANDINI 154015061 3 NURHASANAH YULIANTI 154015063 4 NURHUDA 154015064 5 NURNA NINGSIH 154015065 6 PUTRI WULANDARI 154015066 7 RATNA HASTUTI 154015067 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN POLITEKNIK KARYA HUSADA JAKARTA T.A 2010 /2011

Transcript of Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Page 1: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU PRIMIGRAVIDA

MENGENAI ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KECAMATAN

PRSANGGRAHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

Disusun oleh:

NAMA: NIM:

1 NIA DIAH PURNAMA SARI 154015060

2 NOEKE T HANDINI 154015061

3 NURHASANAH YULIANTI 154015063

4 NURHUDA 154015064

5 NURNA NINGSIH 154015065

6 PUTRI WULANDARI 154015066

7 RATNA HASTUTI 154015067

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

POLITEKNIK KARYA HUSADA JAKARTA

T.A 2010 /2011

Page 2: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup,

produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-

anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah

akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang.

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini di

Indonesia adalah kurang kalori, protein hal ini banyak ditemukan bayi dan anak yang

masih kecil dan sudah mendapat adik lagi yang sering disebut “kesundulan” artinya

terdorong lagi oleh kepala adiknya yang telah muncul dilahirkan. Keadaan ini karena

anak dan bayi merupakan golongan rentan.

Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurang

juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol dengan cara dan jumlah

yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya

yang negatif dipandang dari segi gizi.

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang

diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut.

ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia

sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan

mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini

mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang

peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu

(ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam

pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Akhir-akhir ini sering

dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI.

Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI

termasik ASI EKSLUSIF telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya

Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI) oleh Bapak

Page 3: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang betemakan “Dengan Asi, kaum

ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia Indonesia”. Dalam pidatonya presiden

menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi

berusia empat bulan.Pemberian ASI tanpa pemberiaan makanan lain ini disebut dengan

menyusui secara ekslusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI

kemudian pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun. ASI merupakan

makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu

ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap.

Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air

susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan

tambahan. Selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering

dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama.

ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-

akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan

menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti,

padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya menggunakan susu botol atau susu formula.

Kalau hal yang demikian terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang

serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI.

Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di Rumah Sakit UGM

Yogyakarta tahun 1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan satu tahun

50,6%. Sedangkan data dari survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1991

bahwa ibu, yang memberikan ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47% diperkotaan dan 55%

dipedesaan (Depkes 1992) dari laporan SKDI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu

yang memberikan ASI EKSLUSIF kepada bayinya mencapai 47%, sedangkan pada

repelita VI ditargetkan 80%.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr.Moh. Efendi di R.S. Umum Dr. Kariadi

Semarang tahun 1977 didapatkan pemberian ASI setelah umur 2 bulan 31,6%, ASI +

Susu botol 15,8% dan susu botol 52,6%. Sedangkan sebelumnya yaitu pada umur 1 bulan

masih lebih baik yaitu 66,7% ASI dan 33,3% susu botol, dalam hal ini tampaknya ada

pengaruh susu botol lebih besar.

Page 4: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Juga hasil penelitian Dr. Parma dkk di Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil Padang tahun

1978 -1979 di dapatkan bahwa lama pemberian ASI saja sampai 4-6 bulan pada ibu yang

karyawan adalah 12,63% dan pada ibu rumah tangga sebanyak 21,27%. Apabila dilihat

dari pendidikannya ternyata 75% dari ibu-ibu yang berpendidikan tamat SD telah

memberikan makanan pendamping ASI yang terlalu dini pada bayi.

Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan ASI

secara Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang, kesulitan bayi

dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan

untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI dan tdak kalah

pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang

manfaat ASI .

PERUMUSAN MASALAH.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam

penulisan ini adalah bagaimana pemberian ASI secara eksklusif sampai umur bayi 6

bulan dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif.

B. TUJUAN PENULISAN

1.TUJUAN UMUM

Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pemberian ASI

EKSKLUSIF dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. TUJUAN KHUSUS

- Mengetahui cara pemberian ASI EKSLUSIF pada bayi.

- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI pada bayi

usia 6 bulan.

Page 5: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

C. RUANG LINGKUP

Makalah ini membahas tentang manajemen asuhan kebidanan pada ibu Ibu

primigravida mengenai pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

1. BAB I: Pendahuluan

Membahas tentang: latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, dan sistematika

penulisan.

2. BAB II : Tinjauan teori

Membahas tentang: pengertian ASI,

3. BAB III : Pembahasan

Membahas tentang: perbandingan antara teori yang ada dengan praktek lapangan

yang dimulai dari pengkajian, analisa masalah/interpretasi data dasar, masalah

potensial, tindakan segera, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi.

4. BAB VI : Penutup

Membahas tentang: kesimpulan dan saran

5. DAFTAR PUSTAKA

6. LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN TEORI

1 Definisi ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kelenjar mamae ibu yang berguna

Page 6: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

sebagai bahan makanan terbaik bagi bayi walaupun ibu sedang sakit, hamil, haid, atau

kurang gizi (King, 1991).

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam- garam

organik yang disekresi oleh payudara ibu, sebagai makanan utama untuk bayi

(Soetjiningsih, 1997).

1. 1PENGERTIAN ASI EKSKLUSIF

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-

garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan

bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak

diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi

kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang

pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.

Pada tahun 2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan

bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan

demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah

tidak berlaku lagi.

2.Komposisi ASI

Komposisi ASI isapan-isapan pertama tidak sama dengan komposisi ASI isapan-

isapan terakhir. Isapan-isapan pertama bayi merupakan susu awal yang banyak

mengandung air, sedangkan isapan-isapan terakhir lebih banyak mengandung karbohidrat

dan lemak (Roesli, 2002). Pernyataan ini juga didukung oleh Suraatmaja (1997) bahwa

komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu karena komposisi

dipengaruhi stadium laktasi, ras, diit ibu dan keadaan gizi.

Berdasarkan waktu produksinya, ASI digolongkan ke dalam tiga kelompok

(Krisnatuti & Hastoro, 2000) yaitu:

a. Kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang diproduksi beberapa saat setelah bayi lahir sampai hari

Page 7: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

ke-3 atau ke-4. Warnanya lebih kuning dan lebih kental daripada ASI yang diproduksi

setelah hari keempat dengan volume 150-300 ml/24 jam. Zat-zat yang terkandung dalam

kolostrum adalah protein, zat penangkal infeksi, mineral terutama K, Na, dan Cl, serta

vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Kolostrum mengandung

lebih banyak protein dibanding air susu matur terutama gammaglobulin, mengandung

lebih banyak antibodi yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai bayi usia 6

bulan (Soetjiningsih, 1997).

Kadar karbohidrat dan lemak dalam kolostrum lebih rendah dibanding air susu

matur sehingga sesuai dengan kebutuhan bayi pada hari-hari pertama kehidupannya.

Lemak pada kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin yang penting

untuk pertumbuhan otak bayi. Kolostrum jika dipanaskan akan menggumpal dan lebih

alkalis dibanding susu matur (Soetjiningsih, 1997).

Kolostrum merupakan pencahar yang ideal yang berfungsi membersihkan zat-zat

yang tidak dipakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan

bayi bagi makanan yang akan datang, jadi jika bayi mendapatkan ASI sedini mungkin,

maka bayi akan terhindar dari konstipasi.

b. ASI transisi atau peralihan

ASI transisi atau peralihan diproduksi pada hari kesepuluh setelah kelahiran. Bahkan

pada kondisi-kondisi tertentu ASI transisi dapat diproduksi sampai minggu ke-5. ASI

peralihan mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan dengan kolostrum, tetapi

kandungan lemak dan karbohidrat pada ASI peralihan lebih tinggi dibandingkan dengan

kolostrum.

c. Air susu dengan komposisi zat gizi tetap (mature milk).

Pada saat bayi berumur satu bulan (30 hari), komposisi zat gizi ASI tidak akan

mengalami perubahan atau komposisinya tetap. Kondisi ini akan berlangsung sampai

bayi berumur 2-3 bulan.

Tabel 2.1 Komposisi kolostrum dan ASI

Kandungan

(Per 100 ml)

Kolostrum

1-5 hari

Asi

>30 hari

Energi kkal 58 70

Page 8: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Total solids g 12.8 12,0

Total nitrogen g 5.3 7.3

Protein nitrogen mg 360 171

NPN mg 313 29

Total Protein mg 47 42

Casein g 2.3 0.9

Lactolbumin mg 140 187

Lctoferrin mg 218 161

lgA mg 330 167

AMINO Acids (Total) 364 142

Alanine mg - 52

Arginine mg 126 49

Aspartate mg - 110

Cystine mg - 25

Glut amate mg - 196

Glysine mg - 27

Histidine mg 57 31

Isoleusine mg 121 67

Leusine mg 221 110

Lysine mg 163 79

Methionine mg 33 19

Phenylalanine mg 105 44

Proline mg - 89

Serine mg - 54

Threonine mg 148 58

Trypthopan mg 52 25

Valine mg - 38

Taurine mg 169 90

Urea mg - 8

Creatine mg 10 30

Total Fat g - 3.3

Fatty acid (% total fat)mg 2.9 4.2

Lauric mg 1.8 5.8

Myristic mg 3.8 25

Palmitic mg 36.2 38

Stearic mg 6.8 90

Oleic mg - 8

Linoeic mg 10.2 30

Linolenic mg 27 3.3

C20 dan C22 mg 4.2

Cholesterol mg 89 5.8

Vitamins mg 112 8.6

Fat soluble mg 21.0

Vitamin A μg - 8.6

-Carotene μg 1280 21.0

Page 9: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Vitamin D μg 0.23 8

Vitamin E μg 15 35.5

Vitamin K1 μg 25 7.2

Water solube μg 1.0

Thiamine μg 75 2.9

Ribloflavin μg - 16

Niacin μg 12 47

Folic acid μg 0.1 23

Vitamin B6 μg 183 0.04

Biotin μg 200 315

Pantothenic μg 44 0.21

Vitamin B 12 μg - 16

Ascorbic Acid μg 23 200

Minerals μg 5.2

Calcium mg 23 28

Magnesium mg 3.4 0.6

Sodium mg 48 225

Potassium mg 74 26

Chlorine mg 91 4.0

Phosporus mg 14 28

Sulphur mg 22 3.0

Trace element μg - 15

Chromium μg - 58

Cobalt μg 46 40

Copper μg - 28

Fluorine μg 12 3.0

Iodine μg 45 15

Iron μg - 58

Manganese μg - 40

Nicke 1 μg - 15

Selenium μg - 14

Zinc μg 540 160

Sumber: (Neville, M. & Neifert, M., 1983).

Berikut ini adalah kandungan zat gizi yang dikandung ASI mature:

1. ASI mengandung protein (9 mg/ml). Jenis protein yang dikandung ASI adalah

whey, casein, alfa-laktalbulmin, taurin, laktoferin, IgA dan lisozim. ASI dan susu

sapi mengandung dua protein utama yaitu whey dan kasein. Whey adalah protein

halus, lembut dan mudah dicerna, sedangkan kasein adalah protein kasar,

bergumpal dan susah dicerna oleh usus bayi (Roesli, 2000). Protein utama ASI

adalah whey sedangkan protein utama susu sapi adalah kasein sehingga protein

Page 10: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

ASI lebih baik daripada protein susu sapi. ASI mengandung lemak (42 mg/ml)

yang paling cocok untuk bayi dalam jumlah yang tepat. Lemak utama ASI adalah

lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, arachidonic acid) suatu asam

lemak esensial yang merupakan komponen penting untuk mylinisasi. Mylinisasi

adalah pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut saraf yang akan

membantu rangsangan yang menjalar lebih cepat. Selain itu komponen lemak

yang lain adalah kolesterol. Kandungan kolesterol dalam ASI tinggi guna

meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Kolesterol juga berfungsi dalam

pembentukan enzim yang akan mengendalikan kolesterol di kemudian hari,

sehingga mencegah serangan jantung dan penebalan pembuluh darh di usia muda

(Soetjiningsih, 1997).

2. ASI mengandung lebih banyak laktosa (73 mg/ml) daripada susu lainnya.

3. ASI mengandung vitamin yang cukup sehingga selama 6 bulan pertama bayi tidak

memerlukan vitamin tambahan.

4. ASI mengandung zat besi (40 μg/ml) yang dapat diserap usus dengan baik sehingga

bayi yang disusui tidak akan menderita anemia.

5. ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat yang untuk pertumbuhan tulang bayi.

6. ASI mengandung cukup air.

(Neville & Neifert, 1983; King, 1991; Depkes RI, 1994; Roesli; 2000)

3 Produksi ASI

Proses diproduksinya ASI dimulai saat dirangsang oleh isapan mulut bayi pada

puting susu. Isapan tersebut merangsang kelenjar Pituitary Anterior untuk memproduksi

sejumlah prolaktin yaitu hormon yang membuat keluarnya air susu. Proses pengeluaran

air susu juga tergantung pada let down refleks, dimana isapan puting susu dapat

merangsang kelenjar Pituitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, yang

dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu

dapat mengalir secara lancar.

Selama periode menyusui, produksi ASI sangat ditentukan oleh prinsip supply and

demand artinya semakin sering payudara diisap dan dikosongkan maka akan semakin

sering dan semakin banyak ASI yang akan diproduksi. Namun hal ini, tidak berlaku pada

Page 11: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

1-3 hari setelah kelahiran bayi. Pada saat tersebut produksi ASI lebih ditentukan oleh

kerja hormon prolaktin sehingga bayi perlu tetap sering menyusu untuk mendapatkan

kolostrum secara maksimal. Pada saat kolostrum berubah menjadi ASI transisi (sekitar

hari ke-2 atau ke-3) maka mulailah prinsip supply and demand tersebut dan di masa-masa

awal ini, terkadang antara supply dan demand belum sesuai. Misalnya: demand bayi

sudah besar, tetapi supply ibu masih sedikit sehingga bayi akan sering menangis karena

lapar. Maka petugas kesehatan harus memberitahukan pada ibu agar sering menyusui

bayinya untuk meningkatkan produksi ASI (Sutanto, 2009).

4 Volume Produksi ASI

Pada minggu terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai

menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir jumlah

ASI yang dihasilkan 50-100 ml sehari dan jumlah ini akan terus bertambah sehingga

mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia dua minggu. Jumlah ASI ini

dapat dicapai jika ibu menyusui bayinya selama 4-6 bulan pertama. Setelah 6 bulan

jumlah produksi ASI menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi bayi tidak lagi

dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.

Jumlah produksi ASI terbanyak dapat diperoleh pada menit pertama. Pengisapan

oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Selama beberapa bulan berikutnya

bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi

penelitian yang dilakukan terhadap beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan

terdapat variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24

jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.

Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh

sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang

diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang

ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI

(Deday, 2004).

Kecukupan volume ASI dapat dilihat dari keadaan bayi. Jika bayi disusui kurang

dari delapan kali dalam waktu 24 jam, berkemih sehingga hanya membasahi hanya

beberapa popok saja, mengeluarkan air kemih yang tampak mengandung “debu batu

Page 12: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

bata” bewarna kemerahan, atau buang air besar kurang dari satu kali dalam sehari

sesudah menyusu, ada kecendrungan lebih besar bahwa mengalami masalah dehidrasi

atau masalah kenaikan berat badan. Disamping itu, ada beberapa tanda lain yaitu bayi

tampak terus-menerus lapar dan jarang terlihat puas sehabis menyusu. Bayi lemas dan

tidak berminat menyusu sama sekali, selaput lender mulut yang kering, kulit tegang, dan

mata, muka, serta perutnya bewarna kuning (Simkin, dkk., 2007).

5. BAGAIMANA MENCAPAI ASI EKSKLUSIF

WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memulai dan

mencapai ASI eksklusif yaitu dengan menyusui dalam satu jam setelah kelahiran

Menyusui secara ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau minuman

lain, bahkan air putih sekalipun. Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand),

sesering yang bayi mau, siang dan malam. Tidak menggunakan botol susu maupun

empeng.

Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat tidak bersama

anak serta mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.

6. KESALAHPAHAMAN MENGENAI ASI EKSKLUSIF

Setelah ASI ekslusif enam bulan tersebut, bukan berarti pemberian ASI dihentikan.

Seiiring dengan pengenalan makanan kepada bayi, pemberian ASI tetap dilakukan,

sebaiknya menyusui dua tahun menurut rekomendasi WHO.

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas ASI

1 Gizi pada Masa Menyusui

Menurut Krisnatuti & Hastoro (2000) menyatakan selama menyusui, tambahan

energi yang diperlukan oleh ibu bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

ASI. Untuk menghasilkan ASI yang berkualitas maka ibu yang menyusui dianjurkan

mengkonsumsi makanan yang mengandung energi dan zat-zat gizi lengkap. Makanan

yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung

Page 13: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh masih

terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan.

Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang

diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu tidak akan dapat

bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.

Ibu dengan gizi yang baik akan dapat memberikan ASI sekitar 600 ml pada bulan

pertama, pada bulan ketiga meningkat menjadi 700-750 ml. Sedangkan pada bulan

keempat meningkat menjadi 750-800 ml, kemudian akan menurun atau berkurang

tergantung isapan bayi (Asmi, 1997).

Seorang ibu menyusui memerlukan asupan rata-rata 2700 Kkal tiap hari. Tambahan

sebesar 500-700 Kkal diperlukan untuk kebutuhan biosintetis. Penambahan energi

tersebut tidak semuanya harus didapatkan dari intake makanan yang dikomsumsi ibu

menyusui sehari-hari, 200 Kkal telah tersedia di tubuh ibu berupa cadangan deposit yang

telah dibentuk sejak dimulainya proses kehamilan. Sisa 300-500 Kkal/hari yang

diharapkan diperoleh dari intake makanan keseharian ibu. Jadi tidak tepat bila dikatakan

bahwa ibu menyusui harus makan dengan porsi yang besar agar ibu tidak kelaparan dan

produksi ASI lancar. Oleh karena itu, ibu yang menyusui dengan berat badan yang kurus,

normal atau overweight tidak perlu khawatir dengan kuantitas ASI yang dihasilkan

karena dengan seringnya intensitas bayi menyusui dan gizi seimbang maka kuantitas ASI

akan sesuai dengan kebutuhan si bayi (Admin, 2007).

Zat-zat gizi yang harus menjadi asupan ibu setiap hari adalah sebagai berikut:

a. Kalori

Kebutuhan kalori ibu per hari harus terdiri atas 60-70 persen karbohidrat, 10-20

persen protein, dan 20-30 persen lemak. Kalori ini didapat dari makanan yang

dikonsumsi ibu dalam sehari. Di masa menyusui, kebutuhan ini bertambah sebanyak 500

kalori dari keadaan normal. Jadi, bila ibu biasa makan sehari 3 kali, maka sekarang harus

jadi 4 kali.

Tambahan kalori ini harus ada karena dalam 6 bulan pertama ibu harus

menghasilkan 750 cc ASI per hari. Untuk 6 bulan kedua lebih sedikit lagi, sekitar 600 cc

ASI per hari. Jumlahnya jadi lebih sedikit karena di usia itu bayi sudah mendapat

tambahan makanan lain, sehingga kebutuhan mengisap ASI-nya sudah tidak terlalu

Page 14: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

banyak lagi. Sementara itu, jumlah ASI yang diproduksi juga tergantung pada seberapa

sering payudara menerima rangsangan isapan bayi.

Jika ibu memiliki banyak cadangan lemak dari kehamilan, ibu bisa mengkonsumsi

lebih sedikit kalori karena lemak akan dibakar untuk produksi air susu. Jika berat badan

ibu kurang dan hanya menyimpan sedikit cadangan lemak selama ibu hamil, maka ibu

membutuhkan tambahan kalori sebanyak 500 kalori setiap harinya. Terlepas dari

berapapun berat badan ibu, ibu bisa menemukan bahwa ibu masih membutuhkan

tambahan kalori ketika bayi tumbuh dan menuntut lebih banyak susu. Ibu bisa

menentukan hal ini dengan menimbang berat badan. Jika ibu mulai kehilangan berat

badan bebrapa kilogram dengan cepat, tambahkan konsumsi gizi harian. Timbangan berat

badan bayi juga bisa memberitahukan kuantitas ibu cukup, jika bayi tumbuh dengan baik

atau berat badan bayi bertambah (Murkoff,2006).

b. Protein

Kebutuhan protein ibu dalam keadaan normal biasanya sekitar 40 gram/ hari.

Selama menyusui, untuk 6 bulan pertama kebutuhannya harus ditingkatkan sebesar 16

gram dan 6 bulan kedua sebanyak 12 gram dan pada tahun kedua sebesar 11 gram.

Dengan adanya tambahan protein ini diharapkan ASI yang dihasilkan mengandung

protein berkualitas. Bila ibu menyusui tak menambah asupan protein, maka selama

produksi ASI berlangsung kebutuhan tambahan protein itu akan diambil dari protein ibu

yang ada di ototnya. Akibatnya, ibu menjadi kurus. Secara alamiah, ibu memang akan

merasa lapar setelah menyusui bayinya. Hal ini dikarenakan protein dari tubuh ibu sudah

disintesa sebagai protein pengganti dalam ASI.

Zat protein yang dibutuhkan ibu menyusui bisa diperoleh dari makanan yang

banyak mengandung protein, baik hewani, seperti daging, sapi, ayam, ikan, seafood,

telur, atau susu dan juga nabati, seperti tahu, tempe, dan kacang- kacangan. Saat

menyusui, ibu harus mengkonsumsi protein dua kali dari porsi biasanya. Misalnya,

biasanya ibu mengkonsumsi satu potong lauk maka saat menyusui ibu harus

mengkonsumsi dua potong lauk.

c. Lemak

Kebutuhan lemak tetap harus memenuhi proporsi kebutuhan kalori sehari-hari ibu

yaitu sekitar 20-30 persen. Bertambahnya kebutuhan kalori maka kebutuhan gram

Page 15: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

lemaknya pun bertambah sesuai proporsi yang diasupnya.

Untuk bisa menghasilkan ASI berkualitas dibutuhkan zat-zat lemak tak jenuh

ganda. Lemak ini dibutuhkan bayi untuk perkembangan otak dan retina mata. Asam

lemak tak jenuh ganda dalam ASI akan terbentuk bila ibu mengkonsumsi bahan makanan

seperti minyak jagung atau minyak biji kapas dan ikan seperti; haring atau salmon yang

mengandung asam lemak tak jenuh.

d. Mineral

Mineral dan vitamin termasuk mikronutrien, yaitu zat gizi yang dibutuhkan dalam

jumlah sedikit. Pertambahannya mineral dan vitamin tidak begitu mempengaruhi bagi ibu

menyusui karena yang dibutuhkan hanya sedikit sekali atau hanya dalam hitungan ukuran

miligram atau bahkan mikrogram. Hal ini dikarenakan kandungan mineral dalam ASI

biasanya konstan. Namun bukan berarti kebutuhan mineral boleh diabaikan.

Beberapa mineral yang perlu bagi ibu menyusui adalah zat besi. Zat besi yang

berasal dari ASI mudah diserap bayi dibandingkan dengan zat besi yang terdapat pada

susu sapi. Dari ASI, bayi bisa menyerap zat besi sebanyak 50 persen, sedangkan dari susu

sapi sekitar 10 persen atau kurang. Oleh karena itu, ibu menyusui diharapkan banyak

mengonsumsi makanan yang merupakan sumber zat besi, seperti hati, sumsum tulang,

telur, dan sayuran berwarna hijau tua.

Selain itu, mineral lainnya yang sangat dibutuhkan adalah yodium. Ibu menyusui

sebenarnya mudah memperolehnya dari garam yang beryodium. Ada lagi mineral lain

yang dibutuhkan, walau sedikit, yaitu seng, magnesium dan selenium, yang bisa didapat

dari makanan hewani.

Saat menyusui ibu dianjurkan menambah asupan kalsium sebanyak 400 mg/hari.

Sumber kalsium banyak terdapat pada susu, yoghurt, keju, dan aneka ikan laut. Pada saat

menyusui ibu mengeluarkan zat besi sebanyak 0,3 mg/Kkal/hari dalam bentuk ASI. Maka

ibu menyusui memerlukan tambahan zat gi besi sekitar 2 mg/hari. Simber zat besi dapat

diperoleh dari bahan makanan hewani maupun nabati. Sumber bahan makanan hewani

karena mempunyai daya serap 20-30%.

e. Vitamin

Ada dua macam vitamin, yaitu vitamin larut dalam lemak dan larut dalam air.

Keduanya dibutuhkan untuk memenuhi standar kualitas ASI. Yang larut dalam lemak

Page 16: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

adalah vitamin A, D, E, dan K. Untuk vitamin K, bayi sebetulnya diharapkan dapat

membentuknya sendiri di usus. Hanya saja, karena usus bayi baru lahir masih steril, maka

biasanya asupan vitamin K didapat dari suplemen yang disuntikkan.

Vitamin A didapat bayi dari ASI. Untuk memenuhi kebutuhannya, ibu perlu

mengkonsumsi makanan hewani, seperti hati, maupun makanan nabati berwarna hijau tua

atau kuning seperti wortel, jeruk, dan tomat.

Vitamin D didapat dari sinar matahari. Makanya ibu harus rajin berjemur bersama

bayinya di pagi hari. Vitamin D yang dibentuk di tubuh ibu akan disalurkan pula kepada

bayinya lewat ASI. Sedangkan vitamin E juga bisa didapat dari biji-bijian, kacang-

kacangan, dan serealia.

Sementara dari jenis vitamin yang larut dalam air, yang paling banyak dibutuhkan

adalah vitamin C. Pasokan vitamin ini ikut mempengaruhi jumlah ASI yang dapat

dikeluarkan. Oleh karena itu, ibu menyusui harus cukup mendapat vitamin C.

Konsumsinya tak perlu berlebihan, sehari hanya sekitar 60 -120 mg. Jadi konsumsi

vitamin C dosis tinggi sebesar 500 atau 1.000 mg sebetulnya mubazir, karena

kelebihannya akan dikeluarkan lewat air seni.

Selain itu, ibu juga membutuhkan berbagai vitamin B, seperti vitamin B6 dan

vitamin B12 agar ASI-nya pun mengandung cukup vitamin B. Pada bayi, vitamin ini

berfungsi sebagai regulator terjadinya metabolisme dalam tubuh untuk menghasilkan

energi bagi pertumbuhannya.

Dari hasil penelitian, keberadaan vitamin B6 pada ASI sangat bergantung pada

jumlah vitamin B6 yang dimiliki ibu. Bila ibu kekurangan vitamin B6, sudah pasti ASI-

nya juga tidak cukup mengandung vitamin ini. Vitamin B6 banyak terdapat antara lain

pada sayuran berwarna hijau tua dan daging.

f. Minum sedikitnya 8 gelas cairan (susu,air,kaldu atau sup,dan sari buah);

minumlah lebih banyak pada cuaca panas dan jika anda mulai banyak berkeringat. Tetapi

kelebihan minum (lebih dari 12 gelas per hari) bukanlah hal yang terbaik, justru akan

menghambat produksi susu. Rasa haus dan jumlah air kemih bisa membantu mengukur

kebutuhan ibu (Murkoff, 2006)

Disamping zat-zat gizi yang telah dipaparkan di atas maka ibu juga harus

menghindari makanan yang banyak mengandung bumbu, terlalu panas dan dingin, dan

Page 17: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

yang mengandung alkohol (Soetjiningsih, 1997; Krisnatuti & Hastoro, 2000). Ibu tidak

diperbolehkan merokok. Karena nikotin dapat memasuki air susu ibu sehingga kualitas

ASI tidak begitu baik. Namun jika ibu tidak bisa berhenti merokok, sebaiknya ibu tetap

memilih untuk menyusui dengan cara lebih sedikit menghisap rokok, menghisap rokok

yang rendah nikotin, menyusui bayi selama 90 menit sesudah rokok yang terakhir

sehingga tidak ada atau hanya sedikit nikotin di dalam ASI ketika bayi menyusu

(Murkoff, 2006).

Tabel 2.2 Komposisi zat gizi yang dibutuhkan ibu selama menyusui

No. Zat Gizi Wanita

Dewasa(*)

Ibu menyusui

0-6 bulan 7-12 bulan

1. Energi 2200 + 700 +500

2. Protein (g) 48 +16 +12

3. Vitamin A (mg) 500 +350 +300

4. Vitamin D (mg) 5 +5 +5

5. Vitamin E(mg) 8 +4 +2

6. Vitamin K(mg) 6,5 Sama Sama

7. Tiamin (mg) 1,0 +0,3 +0,3

8. Riboflavin (mg) 1,2 +0,4 +0,3

9. Niasin (mg) 9 +3 +3

10. Vitamin B12 (mg) 1,0 +0,3 +0,3

11. Asam folat (mg) 150 +50 +40

12. Piridoksin (mg) 1,6 +0,5 +0,5

13. Vitamin C (mg) 60 +25 +10

14. Kalsium (mg) 500 +400 +400

15. Fosfor (mg) 450 +300 +200

16. Besi (mg) 26 +2 +2

17. Seng (mg) 15 +10 +10

18. Yodium (mg) 150 +50 +50

19. Selenium (mg) 55 +25 +20

Sumber: Muhilal, dkk, (1998) dikutip oleh (Krisnatuti & Hastoro, 2000)

Page 18: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Keterangan:

(*) wanita dewasa berusia 20-45 tahun, berat badan 54 Kg, tinggi badan 156 cm. (+)

jumlah tambahan yang dibutuhkan.

Tabel 2.3 Contoh menu sehat untuk ibu menyusui terutama ditujukan pada wanita usia

20 s/d 36 tahun sebagai berikut:

Sumber: Moenek, (2008)

Menurut Moenek (2008) beberapa ukuran rumah tangga yang dapat digunakan ibu

menyusui dalam menyusun menu sehat saat menyusui adalah sebagai berikut:

Hari ke-1 Menu Berat/volume

ukuran

Makan pagi Nasi goreng komplit

Susu coklat

Aneka buah iris

Kalori: 536 kalori

Piring sedang

200 ml

Selingan Puding susu saus jeruk Pisang susu

Kalori: 484 kalori

Piring sedang 2 buah

Makan siang Nasi jagung

Sayur bening daun katu Pepes

kakap

Papaya

Kacang hijau labu kuning

Kalori: 536 kalori

150 g

Mangkuk sedang

1 bungkus sedang

1 potong sedang

Selingan Laksa

Juice jeruk

Kalori: 470 kalori

Piring sedang

200 ml

Makan malam Nasi merah

Ca udang kangkaung Tempe goring

Kalori: 511 kalori

100 g

Mangkuk kecil

1 potong sedang

Selingan Wedang ronde susu Mangkuk sedang

Page 19: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Pisang rebus

Kalori: 463

2 potong sedang

Tabel 2.4 Bahan makanan sumber hidrat arang (satu satuan penukar mengandung: 175

kkal, 4 gram protein dan 40 gram karbohidrat

Bahan

Makanan

Berat

(gram)

URT Bahan

Makanan

Berat

(gram)

URT

Nasi 100 3⁄4 gls Maizena 40 8 sdm

Nasi tim 200 1 gls Tepung

beras

50 8 sdm

Bubur beras 400 2 gls Tepung

singkong

40 8 sdm

Nasi jagung 100 3⁄4 gls Tepung

sagu

40 7 sdm

Kentang 200 2 bj sdg Tepung

terigu

50 8 sdm

Singkong 100 1 ptg sdg Tepung

hunkwee

40 8 sdm

Talas 200 1 bj bsr Mi basah 200 11⁄2 gls

Ubi 150 1 bj sdg Mi kering 50 1 gls

Biskuit meja 50 4 bh Havermout 50 6 sdm

Roti putih 80 2 iris Bihun 50 1⁄2gls

Kraker 50 5 bh bsr

Tabel 2.5 Bahan makanan sumber mengandung: 95 kkal, 10 gram protein dan 6 gram

lemak)

Bahan

Makanan

Berat

(gram)

URT Bahan

Makanan

Berat

(gram)

URT

Page 20: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Daging sapi 50 1 ptg sdg Telur ayam 60 1btr

Daging babi 25 1 ptg kcl Telur bebek 60 1btr

Daging ayam 50 1 ptg sdg Telur puyuh 60 6 btr

Hati sapi 50 1 ptg sdg Ikan segar 50 1 ptg sdg

Dadih sapi 50 2 ptg sdg Ikan asin 25 2 ptg sdg

Babat 60 2 ptg sdg Ikan teri 25 2 sdm

Usus sapi 75 3 bulatan Udang basah 50 1⁄4gls

Bakso daging 100 10 bj sdg

Tabel 2.6 Bahan makanan sumber protein nabati (Satu satuan penukar mengandung: 80

kkal, 6 gram protein, 3 gram lemak dan 8 gram karbohidrat)

Bahan Makanan Berat

(gram)

URT Bahan

Makanan

Berat

(gram)

URT

Kacang hijau 25 2 1⁄2 sdm Kacang 25 2 1⁄2 sdm

Kacang kedelai 25 2 1⁄2 sdm tolo 50 2 ptg sdg

Kacang merah 25 2 1⁄2 sdm Oncom 100 1 bj bsr

Kacang tanah kupas 20 2 sdm Tahu 50 2 ptg sdg

Keju kacang tanah 20 2 sdm Tempe

Tabel 2.7 Buah-buahan (satu satuan penukar mengandung: 40 kkal, dan 10 gram hidrat

arang)

Bahan

Makanan

Berat

(gram)

URT Bahan

Makanan

Berat

(gram)

URT

Adpokat 50 1⁄2 bh bsr Mangga 50 1⁄2 bh bsr

Apel 75 1⁄2 bh sdg Nanas 75 1/6 bh sdg

Anggur 75 10 bj Nangka 50 3 bj

Belimbing 125 1 bh bsr Pepaya 100 1 bh sdg

Jambu biji 100 1 bh bsr Pisang ambon 50 1 bh sdg

Page 21: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Jambu air 100 2 bh sdg Pisang raja 50 2 bh kcl

Jambu bol 75 3⁄4 bh sdg Rambutan 75 8 bh

Duku 75 15 bh Salak 75 1 bh bsr

Durian 50 3 bj Sawo 50 1 bh bsr

Jeruk manis 100 2 bh sdg Sirsak 75 1⁄2 gls

Kedondong 100 1 bh bsr Semangka 150 1 ptg bsr

Kemang 100 1 bh bsr Melon 150 1 ptg bsr

Tabel 2.8 Minyak (satu satuan penukar mengandung : 45 kkal, dan 5 gram lemak)

Bahan

Makanan

Berat

(gram)

URT Bahan

Makanan

Berat

(gram)

URT

Minyak

kacang

5 1⁄2 sdm Kelapa

parut

30 5 sdm

Minyak

goreng

5 1⁄2 sdm Santan 50 1⁄2 gls

Minyak

ikan

5 1⁄2 sdm Lemak sapi 5 1 ptg kcl

Margarin 5 1⁄2 sdm Lemak babi 5 1 ptg kcl

Kelapa 30 1 sdm

2 Penggunaan Obat-Obatan Saat Menyusui

Menurut Depkes (2006) hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui

terdeteksi didalam ASI dan umumnya berada dalam konsentrasi rendah. Konsentrasi obat

dalam darah ibu akan ditransfer ke ASI. Meningkatnya volume darah, cairan tubuh dan

curah jantung saat kehamilan memerlukan pemberian obat yang kronik sesuai dengan

dosis karena volume darah, cairan tubuh dan curah jantung akan normal setelah satu

bulan ibu melahirkan.

Obat yang larut dalam lemak akan mudah melewati membran sel alveoli dan

Page 22: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

kapiler susu. Obat yang ukurannya (<200 Dalton) akan mudah melewati pori membran

epitel susu. Obat yang terikat dengan protein plasma tidak dapat melewati membran,

hanya obat yang tidak terikat yang dapat melewatinya.

Plasma relatif sedikit lebih basa dari ASI karena itu obat yang bersifat basa lemah

di plasma akan lebih banyak bentuk tidak terionisasi dan mudah menembus membran

alveoli dan kapiler susu. Sesampainya di ASI obat yang bersifat basa tersebut akan

mudah terion sehingga tidak mudah untuk melewati membran kembali ke plasma.

Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat ASI dan di plasma ibu.

Rasio M:P >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke ASI, sebaliknya rasio M:P

<1 menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI.

Kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1-3 jam sesudah ibu meminum obat. Hal

ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk tidak memberikan ASI pada

kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap harus meminum obat yang potensial toksik

terhadap bayinya maka untuk sementara ASI tidak diberikan tetapi tetap harus dipompa.

ASI dapat diberikan kembali setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat

diperhitungkan setelah 5 kali waktu paruh obat.

Rasio benefit dan risiko penggunaan obat ibu menyusui dapat dinilai dengan

mempertimbangkan reaksi yang tidak dikehendaki, adanya metabolit aktif, dosis dan

lamanya terapi, umur bayi, bukti klinik dan farmakoepidemilogi data.

Table 2.9 Daftar obat – obat yang kontraindikasi selama menyusui

OBAT / GOL.

OBAT

EFEK PADA BAYI

Amfetamin Terakumulasi dalam ASI dan dapat menyebabkan iritasi, dan

pola tidur yang jelek

Antineoplastik Potensial menekan sistem imun, efek sitotoksik obat pada bayi

belum diketahui

Page 23: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Bromokript in Menekan laktasi

Cocain Diekskresikan lewat ASI, kontraindikasi karena CNS stimulan

dan intoksikasi

Ergotamin Potensial menekan laktasi, muntah, diare, dan kejang telah

dilaporkan

Etanol Kontraindikasi masih kontroversial, intake yang tinggi pada

ibu dapat menyebabkan bayi yang disusui : sedasi, diaforesis,

deep sleep, lemah,menghambat pertumbuhan danberat badan

abnormal. Paparan yang kronik juga menimbulkan

keterlambatan perkembangan psikomotor. Bayi dari ibu

alkoholik menyebabkan risiko yang potensial hipoprotombin

berat,perdarahan, dan pseudo cushing sindrome. AAP

mengklasifikasikan compatible (dapat diterima), tapi harus

dipertimbangkan kontraindikasinya. Satu review menyarankan

untuk menunggu 1-2 hari setelah minum sebelum menyusui

Immunosupresan Potensial menekan sistem imun

Lithium Konsentrasi dalam serum dan ASI rata-rata 40 % dari

konsentrasi serum plasma ibu menyebabkan reaksi toksik yang

potensial, kontraindikasi

Asam lisergat

dietilamida (LSD)

Kemungkinan diereksikan dalam ASI

Mariyuana Diekskresikan dalam ASI

Misoprostol Ekskresi dalam ASI belum jelas, tapi kontraindikasi karena

potensial terjadi diare berat pada bayi

Nicotin Kontraindikasi masih kontroversial, absorpsi melalui perokok

pasif lebih tinggi dari pada melalui ASI. Merokok secara

umum tidak direkomendasikan selama menyusui, menurunkan

produksi ASI

Pensiklidin Potensial bersifat halusionogenik

Heroin Kemungkinan adiksi jika jumlahnya mencukupi

Page 24: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Fenidion Hematoma scrotal masiv, kontraindikasi

Sumber: Depkes, (2006)

Table 2.10 Daftar pemilihan obat secara umum untuk ibu menyusui

OBAT / GOL.

OBAT

EFEK PADA BAYI

Acetaminophen Compatible, malulopapular rash pada bayi bagian atas dan

wajah pada bayi telah dilaporkan

Acyclovir Compatible Terkonsentrasi dalam ASI

Alprazolam Withdrawal nyata setelah 9 bulan terpapar melalui ASI.

Penggunaan obat lain yang termasuk golongan ini selama

menyusui dipertimbangkan

Amiodaron Diekskresikan lewat ASI, tidak direkomendasikan karena

waktu paruh eliminasi panjang

Amitript ilin Tidak ada efek samping yang dilaporkan, tapi AAP

mempertimbangkan penggunaannya

Aspartam Dieksresikan lewat ASI, penggunaannya hati-hati pada bayi

dengan fenilketonuria.

Aminoglikosida Potensial mengganggu flora normal saluran cerna bayi

Aspirin Satu kasus terjadi keracunan salisilat berat (asidosis

metabolik), potensial terjadi gangguan fungsi platelet dan

rash, AAP merekomendasikan penggunaannya dengan

perhatian.

Beta – blocker Amati pada bayi tanda-tanda blokade seperti hipotensi,

bradikardi, asebutolol, atenolol dan nadolol terkonsentrasi

dalam ASI

Bromfeniramin Amati gejala pada bayi: iritasi, gangguan pola tidur.

Bupropion Terakumulasi dalam ASI, penggunaan dengan hati-hati

Caffein Akumulasi dapat terjadi jika ibu pengkonsumsi berat,

Page 25: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

compatible dalam jumlah biasa. Amati iritasi dan gangguan

tidur

Carbamazepin Compatible

Cephalosporin Potensial mengganggu flora normal usus, considered

Chloramfenikol Dieksresikan lewat ASI, potensial menekan sumsum tulang.

AAP merekomendasikan penggunaannya dengan hati-hati

Chlorpromazin Diekskresikan lewat ASI, ngantuk dan lemas teramati pada

bayi. AAP mempertimbnagkan penggunaannya karena efek

dan potensial galaktore

Cimetidin Dapat terakumulasi dalam ASI, potensial menekan asam

lambung, menghambat metabolisme obat, dan CNS stimulan.

Compatible

Clinda misin Considered compatible

Codein Compatible

Diazepam Letargin dan kehilangan berat badan dilaporkan, amati

akumulasi pada bayi, pertimbangkan penggunaannya

Digoxin Eksresi lewat ASI, compatible

Difenhidramin Eksresi lewat ASI, tidak ada efek yang dilaporkan

Sumber: Depkes, (2006)

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas ASI

Hampir semua ibu yang baru melahirkan dapat memproduksi ASI. Umur dan

paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan produksi ASI. Lipsman et al

(1985) dalam Evawany (2005) menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja

dengan gizi baik, produksi ASI mencukupi berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi

dari 25 bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari

keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali

Page 26: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

(Zuppa et al, 1989 dalam Evawany (2005), dan oleh Butte et al (1984) dan Dewey et al

(1986) dalam Evawany (2005) secara statistik tidak terdapat hubungan nyata antara

paritas dengan produksi ASI oleh bayi pada ibu yang gizi baik.

Tanda bayi kurang ASI dapat dilihat dari kenaikan berat badan kurang dari 500

gram sebulan atau setelah usia 2 minggu berat bayi yang pada hari-hari pertama

cenderung menurun, belum kembali mencapai berat lahir, jumlah kencing bayi sedikit

dan terkonsentrasi, yaitu kurang dari 6 kali sehari, berwarna gelap dan berbau tajam, bayi

tidak puas setelah menyusu, bayi sering menangis, bayi menolak disusui, kotoran bayi

keras, kering dan berwarna hijau, payudara ibu tidak membesar selama hamil, dan setelah

melahirkan ASI tidak keluar (Soetjiningsih, 1997; Roesli 2002; Simkin, 2007;Varney

2007).

Untuk menghasilkan kuantitas ASI yang cukup maka ibu menyusui perlu

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas ASI sebagai berikut:

8.1 Pengaruh Isapan Bayi

Roesli (2000) menyatakan pada waktu bayi mulai mengisap ASI, akan terjadi dua

refleks yang menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dengan jumlah yang tepat

pula, yaitu refleks produksi ASI atau refleks prolaktin dan refleks pelepasan ASI atau let

down refleks.

1. Reflek proklatin Pada saat bayi mengisap ASI maka akan terjadi perangsangan

pada ujung saraf di sekitar payudara. Saraf ini akan membawa pesan ke bagian

depan kelenjar hipofisa untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin kemudian akan

dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara guna merangsang pembuatan ASI. Jadi

pengosongan pada payudara merupakan perangsang diproduksinya ASI. Kejadian

dari perangsangan payudara sampai pembuatan ASI disebut refleks prolaktin.

Jadi, semakin sering bayi menyusu atau semakin sering ASI dikeluarkan maka

ASI yang akan diproduksi lebih banyak. Sebaliknya, bila bayi berhenti menyusu

atau sama sekali tidak pernah menyusu maka payudara akan berhenti

memproduksi ASI.

2. Let Down Refleks Pengeluaran ASI juga terjadi akibat sel otot halus disekitar

kelenjar payudara mengerut sehingga memeras ASI keluar. Mengerutnya

Page 27: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

payudara pengaruh adanya hormon oksitosin. Hormon oksitosin berasal dari

belakang kelenjar hipofisa. Seperti halnya prolaktin, oksitosin juga dihasilkan bila

payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju

payudara. Kejadian ini disebut refleks oksitosin (let down refleks).

Bayi tidak akan mendapat cukup ASI bila hanya mengandalkan refleks

pembentukan ASI atau refleks prolaktin saja. Bila refleks oksitosin tidak bekerja maka

bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup.

8.2 Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Menurut Derek (2005) kuantitas air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor

kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan,

ketakutan, sakit, pengunjung yang tidak simpatik dan berbagai bentuk ketegangan

emosional, mungkin akan mengakibatkan ibu gagal dalam menyusui bayinya karena

kondisi ini dapat menghambat pengeluaran hormon oksitosin sehingga mencegah

masuknya air susu ke dalam pembuluh payudara. Dalam kasus ini, meskipun air susu

dihasilkan, bayi akan mendapatkan sedikit ASI sehingga bayi menangis karena lapar dan

keadaan ini akan semakin menambah kecemasan dan menimbulkan ketakutan pada ibu.

Ketentraman jiwa dan pikiran ibu juga dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga,

suami dan petugas kesehatan. Dengan adanya dukungan dari keluarga dapat mengurangi

kecemasan ibu. Keluarga dapat menyediakan makanan dan minuman tambahan yang

bergizi bagi ibu menyusui untuk mendukung produksi ASI dan menjaga kesehatan ibu.

Suami dapat memberikan motivasi dan rasa bangga karena ibu dapat memberikan ASI,

pemilihan tempat pemeriksaan kehamilan, persalinan dan imunisasi. Suami juga dapat

memberikan dukungan dengan cara terlibat dalam berbagai kegiatan pengasuhan bayi.

Dengan dukungan ibu akan semakin percaya diri dalam memberikan ASI (Linkages,

2009).

Sedangkan petugas kesehatan dapat memberikan dukungan pada ibu dengan cara

berkomunikasi, memberikan saran, dorongan dan penyuluhan untuk memfasilitasi

kemampuan ibu dalam memberikan ASI. Petugas kesehatan juga dapat memastikan

bahwa posisi bayi menyusu sudah benar. Petugas juga dapat memberikan dukungan

Page 28: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

dengan mengobservasi dan menyelesaikan masalah yang ada berkaitan dengan pemberian

ASI (Welford, 2009).

8.3 Pengaruh Persalinan dan Kebijakan di Tempat Persalinan

Menurut Arifin (2004) kualitas dan kuantitas ASI dapat dipengaruhi proses

persalinan. Proses persalinan yang normal sangat mendukung dalam pemberian ASI

khususnya sejam atau lebih setelah persalinan. Persalinan yang normal akan

memudahkan ibu langsung berinteraksi segera dengan si bayi. Jika bayi tidak diberikan

ASI dengan segera, bayi sudah mulai mengantuk dan mengalami kesulitan untuk

memegang puting dengan efektif.

ASI baru mulai mengalir tiga sampai lima hari setelah persalinan tetapi bayi akan

mendapat kolostrum, yaitu cairan yang berwarna kekuning-kuningan yang berisi protein

dan antibodi untuk melindungi bayi dari infeksi. Kolostrum tidak memberikan kalori

maupun cairan sebanyak ASI, tetapi tetap merupakan sumber penting dari nutrisi dan

kekebalan. Maka pada saat seperti ini sangat diperlukan peran petugas kesehatan untuk

menjelaskan kondisi yang sedang dialami ibu, karena kondisi belum keluarnya ASI

membuat ibu mengira bahwa ASInya tidak cukup sehingga ibu akan berhenti menyusui

(Shelov, 2004).

Menurut WHO (1991, dalam Linkages, 2009) ada beberapa kebijakan untuk

menolong ibu menyusui dengan baik seperti petugas kesehatan harus memiliki kebijakan

tertulis mengenai pemberian ASI yang secara rutin disampaikan pada ibu menyusui,

memberitahukan pada ibu hamil tentang manfaat dan proses pemberian ASI, membantu

ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu setengah jam setelah melahirkan, menunjukkan

pada ibu cara menyusui bayi dan cara mempertahankan kelancaran produksi ASI bila ibu

harus terpisah dengan bayinya. Tidak memberikan makanan dan minuman lain selain ASI

kepada bayi baru lahir, kecuali terdapat indikasi medis seperti ibu mengalami kanker

payudara, menempatkan ibu dan bayi dalam satu kamar sehingga selalu bersama-sama

selama 24 jam sehari (Wikojosastro, 2002), menganjurkan pemberian ASI sesuai dengan

permintaan bayi, tidak memberikan dot kepada bayi yang menyusui, membina

dibentuknya kelompok-kelompok pendukung pemberi ASI dan menganjurkan ibu

menghubungi petugas kesehatan setelah mereka pulang dari rumah sakit atau klinik.

Page 29: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Semua hal diatas adalah kebijakan yang dapat disampaikan petugas kesehatan demi

mendukung lancarnya pemberian ASI.

8.4 Penggunaan Alat Kontrasepsi

Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil

yang mengandung hormon esterogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi

ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat

kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak

langsung dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat

merangsang produksi ASI (Arifin, 2004).

Welford (2009) juga menyarankan metode penggunaan kontrasepsi seperti pil

kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron, karena progesteron tidak

mempengaruhi suplai ASI.

8.5 Perawatan Payudara dan Keterampilan dalam Pemberian ASI

Salah satu tanda kehamilan adalah perubahan pada payudara ibu. Perubahan

hormonal sejak saat pembuahan memiliki efek yang cepat pada payudara. Peredaran

darah ke payudara meningkat, dan secara berangsur-angsur akan berkembang jaringan

penghasil dan penyimpan ASI (Welford, 2009). Perubahan payudara ini ditandai dengan

pembesaran payudara ibu. Pembesaran payudara biasanya terjadi pada usia kehamilan 6-

8 minggu. Payudara akan terasa lebih padat, kencang, sakit dan tampak jelas melebarnya

pembuluh darah di permukaan kulit (Arifin, 2004) dan terjadi dalam bebrapa jam sekitar

24-48 jam. Perubahan pada payudara memerlukan perawatan pada payudara selama

kehamilan. Hal ini bertujuan agar produksi ASI cukup semasa ibu menyusui, tidak terjadi

kelainan pada payudara dan bentuk payudara tetap baik setelah menyusui (Roesli, 2000).

Menurut (Roesli, 2000) dan Varney (2007) perawatan payudara dapat dilakukan ibu

pada usia kehamilan 2 bulan sebaiknya ibu mulai menggunakan BH/bra yang dapat

menopang perkembangan payudaranya. Setelah menyusui dilakukan gerakan otot-otot

badan yang berfungsi menopang payudara. Misalnya gerakan untuk memperkuat otot

pektoralis: kedua lengan disilangkan didepan dada, saling memegang siku lengan lainnya,

Page 30: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

kemudian lakukan tarikan sehingga terasa tegangan otot-otot di dasar payudara. Gerakan

ini dapat dilakukan ibu sekali atau dua kali dalam sehari. Mengompres payudara selama

2-3 menit dengan kapas yang dibasahi dengan air hangat. Hal ini berguna merangsang

dilatasinya pembuluh-pembuluh saluran payudara sehingga ASI mudah mengalir ke

areola.

Gunakan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi pembengkakan.

Menurut Verney (2007) disamping perawatan payudara, ibu juga perlu mengetahui

keterampilan-keterampilan yang dapat digunakan oleh ibu ketika memulai pemberian

ASI dan selama periode menyusui bayi secara keseluruhan adalah masase payudara,

pengeluaran ASI secara normal (memerah payudara), dan nipple rolling atau memuntir

puting payudara. Masase payudara dan memerah ASI pada awalnya meningkatkan aliran

ASI dengan membersihkan sinus-sinus dan duktus-duktus laktiferus kolostrum pertama

yang lengket, selanjutnya membentuk aliran kolostrum yang kurang pekat. Duktus dan

sinus ini juga digunakan untuk mengurangi pembengkakan, membantu bayi menyusui,

dan mengumpulkan ASI.

Masase payudara dan memerah ASI tidak boleh dilakukan sebelum ibu melahirkan

dengan dua alasan:

1. Stimulasi payudara saat antepartum dapat menyebabkan pelepasan oksitosin,

akibatnya bias terjadi persalinan prematur.

2. Kolostrum pekat berfungsi sebagai barier terhadap bakteri antepartum. Membuang

kolostrum akan menyebabkan payudara rentan terhadap kemungkinan infeksi.

Masase payudara dan memerah ASI dilakukan secara berurutan karena masase

meningkatkan sirkulasi dan memfasilitasi aliran melalui system duktus dari sinus

laktiferus. Praktik memerah ASI kemudian mengeluarkan air susu dari sinus-sinus dan

melaui duktus di dalam puting ke permukaan puting. Kompres hangat payudara sebelum

masase. Sedangkan memuntir payudara bertujuan memperkuat otot-otot erector puting

sehingga bayi mudah untu menyusu. Memuntir payudara tidak dibolehkan bersamaan

foreplay payudara dan koitus, jika wanita memiliki riwayat tanda dan gejala persalinan

prematur.

9. KEBAIKAN ASI DAN MENYUSUI.

ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:

Page 31: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,

mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.

b. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.

Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaat

untuk:

* Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.

* Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam

organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.

* Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.

* Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,

magnesium.

c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6

bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4,

Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.

d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada

bayi.

e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.

Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat

memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:

a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada

bayinya.

b. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi

perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.

c. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan

pengembalian keukuran sebelum hamil

d. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.

e. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan

(menjarangkan kehamilan)

f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.

g. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga

Page 32: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

h. Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan berikutnya

i. Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan zat

besisebanyak ketika mengalami menstruasi

j. Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui enam bulan

lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui empat bulan.

10. MANFAAT ASI

10.1Untuk Bayi

Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada

bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua

zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan

pertama kehidupannya.Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan

utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua

kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi,

akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat. ASI

disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah yang terbaik

untuk sapi.

PROSES TERBENTUKNYA ASI

Tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses laktasi mencakup :

1. Mammogenesis : Terjadi pertumbuhan payudara baik dari ukuran maupun berat dari

payudara mengalami peningkatan.

2. Laktogenesis :

Tahap 1 (kehamilan akhir) : Sel alveolar berubah menjadi sel sekretoris

Tahap 2 (hari ke-3 hingga ke-8 kelahiran) : Mulai terjadi sekresi susu, payudara

menjadi penuh dan hangat. Kontrol endokrin beralih menjadi autokrin.

3. Galaktopoiesis

4. Involution

Komposisi ASI ideal untuk bayi

Page 33: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan

alergi.Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. Contohnya, ketika si

ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan seperti gastroentretis atau polio),

antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI. Bayi

ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi

banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan,

asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI.

ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan steril dan

suhu susu yang pas.

Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan kedekatan

antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi, dan ini mempengaruhi

kemapanan emosi si anak di masa depan. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang

terbaik untuk diberikan karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh.

Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah. Komposisi ASI

akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk menaikkan

berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.

Beberapa penyakin lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya: kolik, SIDS

(kematian mendadak pada bayi), eksim, Chron’s disease, dan Ulcerative Colitis. IQ pada

bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI. Menurut penelitian pada tahun

1997, kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih

tinggi daripada anak-anak yang minum susu formula. Menyusui bukanlah sekadar

memberi makan, tapi juga mendidik anak. Sambil menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah

dengan hangat. Tindakan ini sudah dapat menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga

kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi

pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk

menyayangi orang lain.

10.2 Untuk Ibu

1. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke

masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan

Page 34: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

2. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan pindah ke

dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali

3. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih rendah

terhadap kanker rahim dan kanker payudara.

4. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol susu,

dot, dsb

5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus membawa

banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas, dsb

6. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan perlengkapannya

7. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril

Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui bayinya mendapat

manfaat fisik dan manfaat emosional

8. ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah payudara. Bila

gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh

ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi dan ibu tak perlu memerah dan membuang

ASI-nya sebelum menyusui.

10.3 Untuk Keluarga

1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau minyak

untuk merebus air, susu atau peralatan.

2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan

kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.

3.Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif.

4.Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.

5.Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI

selalu siap tersedia.

6.Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air panas, dll.

9.4 Untuk Masyarakat dan Negara

1. Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan

lain untuk persiapannya.

Page 35: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

2. Bayi sehat membuat negara lebih sehat.

3. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit lebih sedikit.

4. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan kematian.

5. Melindungi lingkungan karena tak ada pohon yang digunakan sebagai kayu bakar

untuk merebus air, susu dan peralatannya.

6. ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan baru.

11. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan

menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah

persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pada masa Kehamilan (antenatal)

- Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI,

manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu

botol.

- Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah ada

kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.

- Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi

dan memberikan ASI yang cukup.

- Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua

sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.

- Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan

keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan

dan membesarkan hatinya.

b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)

- Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang

baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara ibu.

- Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar

menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.

- Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu

Page 36: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

dua minggu setelah melahirkan.

c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)

- Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya

memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.

- Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa

dan minum minimal 8 gelas sehari.

- Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan

menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

- Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang

keberhasilan menyusui.

- Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan

menysusui seperti payudara banyak disertai demam.

- Menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-

ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.

- Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASDI

yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.

Makanan Bayi Berusia 0-4 bulan

Ibu-ibu seharusnya bersyukur bila payudaranya, ternyata dapat memproduksi air susu

yang berlimpah, karena anugrah tuhan ini tidak dimiliki oleh semua ibu. Meskipun

demikian, diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu

menghasilkan air susu dalm jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya, secara penuh

tanpa makanan tamabahan selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang

baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama 3 bulan

pertama (Warno FG, 1990 hal.175).

Dalam usia 0-4 bulan bayi sepenuhnya mendapat makanan berupa ASI dan tidak perlu di

beri makanan lain, kecuali jka ada tanda-tanda produksi ASI tidak mencukupi.

Keadaan gizi anak pada waktu lahir sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi semasa hamil.

Ibu yang semasa hamilnya menderita gangguan gizi selain akan melahirkan anak yang

gizinya tidak baik, juga kemungkinan dapat melahirkan anak dengan berbagai kelainan

dalam pertumbuhannya, atau mungkin anak akan lahir mati. Sejak terjadinya pembuahan

terhadap sel telur dalam rahim ibu.

Page 37: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Hanya makanan yang memenuhi syarat gizi bagi anak dan bagi ibunya yang dapat

membantu syarat gizi bagi wanita hamil dan pengaturan makanan anak yang sesuai

merupakan masalah pokok yang perlu dihayati oleh para ibu. Menyusui adalah cara

makan aanak-anak yang tradisional dan ideal, yang biasanya sanggup memenuhi

kebutuhan gizi seseorang bayi untuk masa hidup empat sampai enam bulan pertama.

Bahkan setelah diperkenankan bahan makanan tambahan yang utama, ASI masih tetap

merupakan sumber utama yang bisa mencukupi gizi.

Dalam tahap usia sejak lahir sampai 4 bulan, ASI merupakan makanan yang paling

utama. Pemberian ASI masa ini memberikan beberpa keuntungan.

Betapapun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi, manfaatnyabagi

pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh jumlah ASI yang dapat

diberikan oleh ibu. Kebaikan dan mutu ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu tidak sesuai

dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi akan menderita gangguan gizi.

ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 4bulan. Hal ini

sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2 tahun dan baru pada

usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI, paling lambat usia 6 bulan

karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 4 bulan pertama.

Adapun makanan bayi umur 0-4 bulan adalah sebagai berikut:

- Susui bayi segera 30 menit setelah lahir.

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada periode ini ASI saja

sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah makanan terbaik untuk

bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menysusui akan terjalin

hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.

- Berikan Kolostrum

- Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap

kali sampai payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampai

kosong merangsang produksi ASI yang cukup.

- Berikan ASI setiap kali meminta/menangis tanpa jadwal.

- Berikan ASI 0-10 kali setiap hari, termasuk pada malam hari.

Page 38: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

BAB III

PEMBAHASAN

ASI merupakan malanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi baru lahir. ASI dapat

memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi selama 4-6 bulan pertama kehidupannya,

sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Selain sebagai sumber energi

dan zat gizi, pemberian ASI juga merupakan media untuk menjalin hubungan psikologis

antara ibu dan bayinya.

Hubungan ini akan menghantarkan kasih sayang dan perlindungan ibu kepada bayinya

serta memikat kemesraan bayi terhadap ibunya, sehingga terjalin hubungan yang

harmonis dan erat. Namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui bayinya atau

menghentikan menyusui lebih dini. Untuk itu dalam Bab pembahasan ini akan dibahas

Page 39: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

“Mengapa ASI Ekslusif tidak diberikan, dan kemungkinan faktor-faktor yang

mempengaruhi tidak diberikannya ASI Ekslusif.”

Penelitian dan pengamatan yang dilakukan diberbagai daerah menunjukkan dengan jelas

adanya kecenderungan meningkatkannya jumlah ibu yang tidak menyusui bayi ini

dimulai di kota terutama pada kelomopk ibu dan keluarga yang berpenghasilan cukup,

yang kemudian menjalar ke daerah pinggiran kota dan menyebar sampai ke desa-desa.

Banyak hal yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di

Indonesia, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh. Antara lain:

a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga.

Hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan menjadi renggang setelah keluarga

pindah ke kota. Pengaruh orang tua seperti nenek, kakek, mertua dan orang terpandang

dilingkungan keluarga secara berangsur menjadi berkurang, karena mereka itu umumnya

tetap tinggal di desa sehingga pengalaman mereka dalam merawat makanan bayi tidak

dapat diwariskan.

b. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan

Teknologi pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu

buatan bayi, mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan lain.

c. Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan ibu beranggapan

bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI

d. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas sosial,

maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi

yang ditinggalkan dirumah.

e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai salah satu

simbol bagi kehidupan tingkat sosial yan lebih tinggi, terdidik dan mengikuti

perkembangan zaman.

f. Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang.

g. Pengaruh melahirkan dirumah sakit atau klinik bersalin. Belum semua petugas

paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk

menyusui bayi mereka, serta praktek yang keliru dengan memberikan susu botol kepada

bayi yang baru lahir.

Page 40: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik karena faktor intern dari

ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu

bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri,

kelainan pada putting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria yang

merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya, demikian juga ibu

yang gizinya tidak baik akan menghasilkan ASI dalam jumlah yang relatif lebih sedikit

dibandingkan ibu yang sehat dan gizinya baik.

Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir sebelum waktunya

(prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang sangat rendah yang mungkin masih

telalu lemah abaila mengisap ASI dari payudara ibunya, serta bayi yang dalam keadaan

sakit.

Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai cara – cara

pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek kehidupan kota telah membawa

pengaruh terhadap banyak para ibu untuk tidak menyusui bayinya, padahal makanan

penganti yang bergizi tinggi jauh dari jangkauan mereka. Kurangnya pengertian dan

pengertahuuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah

terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula).Kesehatan/status gizi bayi/anak

serta kelangsungan hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan rendah.

Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang

luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi.

Pada penelitian di Pakisttan dimana tingkat kematian anak pada ibu –ibu yang lama

pendidikannya 5 tahun adalah 50 % lebih rendah daripada ibu – ibu yang buta huruf.

Demikian juga di Indonesiabahwa pemberian makanan padat yang terlalu

dini.Sebahagian besar dilakukan oleh ibu- ibu yang berpendidikan rendah , agaknya

faktor ketidaktauanlah yang menyebabkannya.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu terhadap

lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia dididik. Apabila pemikiran tentang

menyusui dianggap tidak sopan dan memerlukan , maka “let down reflex” (reflex keluar)

akan terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusunan, maka

pengisapan akan tidak terbatas dan “du demand” (permintaan) akan menolong

pengeluaran ASI.

Page 41: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Selain itu kemampuan ibu yang seusianya lebih tua juga amat rendah produksi ASInya,

sehingga bayi cendrung mengalami malnutrisi. Alasan lain ibu – ibu tidak menyusui

bayinya adalah karena ibu tersebut secara tidak sadar berpendapat bahwa menyusui

hanya ibu merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk

potongan dan ukuran tubuhnya.

Kendala lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI adalah sikap

sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah mengikuti

perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang pemberian ASI dan

mengenai hal – hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersaliin, ibu menyusui dan

bayi baaru lahir. Disamping itu juga sikap sementara penaggung jawab ruang bersaliiin

dan perawatan dirumah sakit,rumah bersalinn yang berlangsung memberikan susu botol

pada bayi baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar iibu mampu memberikan ASI

kepada bayinya, serta belum diterapkannya pelayanan rawat disebagian besar rumah

sakit /klinik bersalin.

Semua faktor– faktor terebut diatas yang dianggap sebagai penyebab semakin melorotnya

kegiatan meminumkan air susu ibu ke kalangan para ibu – ibu saat ini.

Oleh sebab itu upaya yang dapat dilakukan antara lain :

- Motivasi untuk menyusui.

Di daerah pedesaan menyusui anak terlihat sebagai suatu proses yang normal, dan tidak

dilakukan sembunyi-sembunyi. Ibu-ibu tidak malu menyusui bayinya. Kebiasaan itu

adpat diciptakan suatu kondisi dan gairah bagi para gadis yang melihatnya, sehingga ada

kemauan naluriah melakukan hal yang sama. Bila tumbuh menjadi besar dan punya anak

meeka ingin melakukan hal yang serupa. Sebaliknya, kebiasaan ibu-ibu di kota yang

malu-nalu serta sembunyi-sembunyi menyusui bayinya, tentu akan banyak

mempengaruhi tabiat gadis-gadis disekitarnya untuk berbuat sama, dan menyusui anak

merupakan sesuatu hal yang harus dihindarkan.

Ibu-ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya untuk menyusui anaknya, terutama

sebelum melahirkan. Dan bila menyusui, hendaknya ditingkatkan pada masyarakat,

pengertian tersebut harus ditanamkan pada anak-anak gadis sejak masih usia muda,

bahwa menyusui anak merupakan bagian dari tugas biologis seorang ibu.

Page 42: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Didaerah perkotaan, sasaran yang harus diberi pendidikan adalah para gadis remaja.

Didaerah pedesaan, pendidikan harus diarahkan untuk tujuan mencegah marasmus.

Perkembangan teknologi yang telah dapat menciptakan “humanized milk” menyebabkan

nilai ASI dan kebiasaan menyusui yang pada hakekatnya memberikan fasilitas

kemudahan pengadaan susu, murah serta praktis semakin kurang diminati dan dihindari.

Kemajuan dibidang kesehatan lingkungan dan industri makanan sapihan membuat

segalanya menjadi sangat praktis sehingga para ibu lebih cenderung menggunakan susu

botol. Untuk mengatasi masalah tersebut, ibu-ibu yang mampu harus dihimbau dan diberi

motivasi agar kembali pada praktek menyusui anak sendiri. Karena hal itu mendatangkan

keuntungan bagi hubungan ibu dan anak dan terutama karena hal itu memenuhi ciri dan

kodrat manusia.

KETERAMPILAN MENYUSUI

Banyak permasalahan dalam menyusui seperti (nyeri pada puting susu, susu yang

jumlahnya sedikit, atau ibu tidak nyaman dalam menyusui) bisa dipecahkan dengan

meningkatkan teknik dasar dalam menyusui, khususnya dalam memposisikan ibu dan

bayi dengan benar.

Posisi Ibu :

• Duduklah dengan nyaman dan carilah posisi yang paling nyaman ketika duduk

diatas kursi, atau kursi goyang, kursi berlengan atau bahkan duduk diatas kasur dengan

bersandar pada dinding atau sandaran kasur.

• Letakkan bantal dibelakang punggung, dan dibawah lengan yang akan

memberikan tumpuan ketika ibu menggendong bayi.

• Gunakan tumpuan kaki atau pijakan bila ibu duduk, khususnya bila menggunakan

kursi yang cukup tinggi.

• Bisa juga ibu bersandar pada sandaran kasur dengan posisi menghadap bayi

dengan menggunakan bantal sebagai penyangga kepala, leher, punggung dan kaki bagian

atas.

Posisi bayi :

Page 43: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

• Disarankan untuk memulai persiapan pemberian ASI dengan mengenakan

pakaian yang sederhana pada bayi atau bahkan tidak mengenakan pakaian, untuk

meningkatkan kontak dengan ibu.

• Baringkan bayi dalam dekapan ibu, dengan posisi menghadap payudara. Posisi

leher pada lipatan lengan, badan terbaring disepanjang lengan dan pantat dipegang oleh

tangan.

• Setelah itu putarlah tubuh bayi sedemikian rupa sehingga posisi bayi berhadapan

dengan badan ibu.

• Posisi tubuh bayi harus dalam kedaan tegak lurus menghadap tubuh ibu, jangan

memutar leher bayi untuk mencapai putting susu ibu.

• Jika posisi bayi kurang tinggi, gunakan bantal untuk menyangga lengan.

• Posisikan lengan bayi dengan baik, lengan bawah diposisikan di bawah payudara

dan lengan yang atas bila mengganggu bisa ditahan dengan menggunakan ibu jari lengan

yang menggendong.

Posisi payudara :

• Hal yang pertama perlu dilakukan dalam persiapan payudara menjelang

menyusui. Secara manual pijatlah payudara untuk mendapatkan beberapa tetes ASI pada

puting ibu, hal ini akan melembabkan payudara ibu.

• Tahanlah payudara, beban payudara ditahan dengan telapak tangan dan jari-

jemari di bawahnya dan ibu jari di atasnya.

• Jauhkan jari dari daerah areola, sehingga menjauhi daerah tempat bayi menghisap

susu, hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi.

Memulai menyusui :

• Dekatkan mulut bayi pada puting yang sudah lembab tadi, lalu pijatlah bibir bayi

dengan lembut untuk merangsang refleks menghisap pada bayi.

• Ketika mulut bayi terbuka, segeralah melekatkan mulut bayi di tengah payudara

dan dekatlah bayi dengan erat ke tubuh ibu.

• Pastikan bayi menghisap hingga areola payudara bukan puting susu ibu, dengan

ini nyeri pada payudara selama menyusui bisa dihindari.

• Buatlah penyesuaian dengan irama pernafasan bayi.

Page 44: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

• Ketika bayi sudah menghisap ASI dengan baik maka pastikan kita mengatur

posisi payudara dengan baik, tahan berat payudara dengan tangan sehingga berat

payudara tidak seluruhnya membebani mulut dan bibir bayi.

• Hal terakhir yang cukup penting adalah, ketika kita akan menghentikan

pemberian ASI, jangan menarik mulut bayi dari payudara ketika bayi masih menghisap.

Maka hentikan dahulu hisapan bayi lalu jauhkan bayi dari payudara dengan perlahan-

lahan, hal ini bertujuan agar penghentian menyusui ini tidak melukai payudara, yang bisa

berakibat nyeri hingga infeksi payudara.

TANDA CUKUP ASI

Banyak ibu yang kurang memperhatikan apakah bayinya sudah cukup mendapatkan ASI,

atau bahkan banyak juga ibu yang bingung dengan berapa banyak atau berapa sering

pemberian ASI yang baik itu.

Oleh karena itu, berbagai tanda dibawah ini dapat dijadikan pedoman untuk

mengevaluasi kecukupan pemberian ASI, yaitu :

• Bayi menunjukan keinginan dan gairah yang kuat untuk bangun secara teratur

untuk menyusui.

• Irama hisapan yang ritmis dan teratur, bagian depan telinga bayi akan terlihat

sedikit bergerak dan ibu bisa mendengar bayinya menghisap dan menelan ASI yang

diberikan.

• Berikan ASI selama rata-rata 15-20 menit pada masng-masing payudara setiap

menyusui.

• Berikan ASI setidaknya setiap 1-3 jam selama dua bulan pertama. Disarankan

juga untuk membangunkan bayi setiap 2-3 jam untuk memberikan ASI selama beberapa

minggu awal. Setelah lebih dari dua bulan bayi akan mampu menghabiskan ASI lebih

cepat, maka pemberian ASI dilakukan lebih jarang hingga setiap 3-5 jam dan durasi

menyusui menjadi lebih singkat.

• Bayi ngompol hingga 6-8 kali menandakan masukan cairan yang cukup.

• Bayi tubuh dengan kecepatan pertumbuhan yang normal, mengalami peningkatan

berat, tinggi badan, dan ukuran lingkar kepala.

• Memiliki tonus otot yang baik, kulit yang sehat dan warna kulit yang sehat pula

Page 45: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

TIPS SUKSES ASI EKSKLUSIF

Ini tips dari aku yang sukses ASI eksklusif sampai 6 bulan walaupun ASI-ku tidak

termasuk yang berlimpah dan sukses KB alamiah sampai si kecil 7 bulan.

1. Susui bayi sesering mungkin. Payudara kanan dan kiri. Jangan dijadwalkan. Produksi

ASI mengikuti hukum permintaan, semakin sering dihisap, maka semakin banyak

berproduksi.

2. Pompa payudara sehabis menyusui. Payudara yang kosong akan semakin

mempercepat produksi ASI.

3. Jangan terlalu cepat memindahkan posisi menyusui dari payudara kiri ke kanan, dan

sebaliknya. ASI yang keluar setelah 15 menit pertama justru banyak mengandung

lemak yang dapat mengenyangkan bayi. Jangan lakukan posisi menyusui tiduran sampe

ketiduran kalau ibus punya kebiasaan tidur “pingsan”. Bisa2 bayinya ketindihan dan gak

bisa bernafas.

4. Makan makanan yang bergizi dan minum cairan yang cukup banyak. Bisa air putih, jus

buah, susu rendah lemak, kuah makanan. Makanannya usahakan banyak sayur hijau dan

makanan laut. Daun katuk segar lebih cepat menghasilkan daripada suplemen seperti Pro

ASI atawa Lancar ASI. Jangan pikirkan diet dulu. Melangsingkan tubuh bisa dilakukan

kapan saja sementara menyusui waktunya cuma sebentar sementara manfaat baiknya

untuk bayi adalah untuk kecerdasan dan daya tahan tubuhnya.

5. Minum madu juga sangat bermanfaat

6. Ibu harus cukup istirahat dan jangan stres! Stres bikin ASI mendadak kering.

7. Kalau bayi masih tampak kurang puas juga, pompa ASI dan masukkan ke botol untuk

diberikan ke bayi. Tapi sebenarnya penggunaan dot tidak dianjurkan paling tidak sampai

usia bayi 6 bulan sebab dapat mengganggu perkembangan sistem syaraf dan struktur

tulang kepala.

8. Ini yang paling penting, yaitu RASA PERCAYA DIRI bahwa kita MAMPU untuk

memberikan yang terbaik untuk bayi kita yaitu ASI.

Memberikan ASI eksklusif terutama sangat dianjurkan untuk bayi2 yang dilahirkan

dengan cara caesar. Bayi “caesar” mengalami intensitas kesakitan yang sangat tinggi

dibandingkan dengan bayi lahir normal yang sudah mengalami exercise dalam proses

Page 46: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

kelahiran sebelum khirnya muncul ke dunia dan beradaptasi dengan dunia luar. Dengan

memberikan ASI, maka dapat membantu mencegah infeksi dan mengurangi rasa akit

yang diderita bayi.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang harus diberikan pada

bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa makanan pendamping.

Page 47: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

2. Adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar persentase

ASI secara Eksklusif.

3. Masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang pemberian ASI.

B. SARAN

1. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI dan

menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan perawatan

payudara selama masa kehamilan, sehingga produksi ASI cukup.

2. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik bersalin,

Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu baru

melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan menyusui.

DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2007). Pengaruh Status Gizi Ibu pada Sukses Menyusui. Diambil dari

http://www.kesehatanonline.com/mod.

Amiruddin,R dan Rostia. (2007). Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI

Eksklusif Pada Bayi 6-11 Bulan. Diambil dari www.fkmunhas.com

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta

Page 48: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Arifin. (2004). Pemberian ASI dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Medan: USU

digital library

Arlene, E. (1996). Kehamilan: Apa yang Anda Hadapi Bulan Perbulan. Edisi 1. Jakarta:

Arcan

Ayudiah. (2004). Panduan untuk Menyusui. Jakarta: Bhuana Ilmu Popular

Bakhtiar, A. (2004). Filsafat Ilmu. Edisi 1. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Moenek, A. 2008. Gerakan Makanan Beragam, Bergizi dan Seimbang Bagi Ibu Hamil,

Menyusui, Anak Balita dan Anak Sekolah. Jakarta: Badan Ketahanan Pangan Departemen

Pertanian

Bobak, I.M., dkk. (1995). Maternity Nursing. Edisi 4. Jakarta: EGC

Depkes. (2006). Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil Dan Menyusui. Jakarta:

Direktorat Bina Farmasi Komunitas Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Derek, L. (2005). Setiap Wanita. Jakarta: Delaptrasa Publishing

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2007). Pedoman Penyelenggaraan

Pelatihan Konseling Menyusui dan Pelatihan Fasilitator Konseling Menyusui. Jakarta:

Departemen Kesehatan

Dhandapany, dkk. (2008). Antenatal counseling on breastfeeding – is it adequate?

Descriptive study from Pondicherry. Diambil dari

www.internationalbreatfeedingjournal.com.

Daulat. (2003). Problema Ibu Menyusui Bayi. Digitized by USU digital library Hilman.

(1995). Gambaran Kepatuhan Pelaksanaan Antenal Care Pada Ibu Primigravida Dan

Multigravida. Diambil dari http://skripsistikes.wordpress.com

Isminarsinah. (2009). Factor-Faktor yang Berpengaruh Dalam Pemberian ASI Eksklusif

pada Ibu Primigravida di RSUD Pandan Arang Boyolali. Diambil dari

http://skripsistikes.wordpress.com

Joeliani, E.L. (2005). ASI dan Menyusui. Jakarta: PT Bhuanan Ilmu Populer

Jhonson, R. (2004). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Edisi 1. Jakarta: EGC

King, F. (1991). Menolong Ibu Menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka

Krisnatuti, D & Hastoro, I. Menu Sehat untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta: Puspa

Suara.

Linkages. (2009). Melahirkan, Memulai Pemberian ASI dan Tujuh Hari Pertama Setelah

Page 49: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Melahirkan. Diambil dari http://www.linkagesproject.org

Maria, S., dkk, (2005). Agar ASI Lancar di Awal Masa Menyusui. USA: New Beginning

Murkoff, H., Eisenberg, A., & Hathaway, S. (2006). Kehamilan: Apa Yang Anda Hadapi

Bulan Per Bulan. Jakarta: Arcan

Neville, M. & Neifert, M. (1983). Lactation: Physiology, Nutrition, and Breast Feeding.

New York: Plenum Press

Nindya, S. (2001). Dampak Pemberian ASI Eksklusif terhadap Penurunan Kesuburan

Seorang Wanita. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran.

Notoadmojo, S. (2003). Ilmu Pengetahuan Masyarakat dan Prinsip-Prinsip Dasar.

Jakarta: Rineka Cipta

Nurhayati. (2002). Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI dan Kolostrum di IRNA

Brawijaya BRSD Kepanjen. Diambil dari http://skripsikeperawatan- s1.blogspot.com/

Oetji. (2008). Masalah ASI di Indonesia Siesta. Diambil dari

http://www.kellymom.com/nutrition/mom.diet/html

Perinasia. (1990). Melindungi, Meningkatkan dan Mendukung Menyusui: Pesan Khusus

pada Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil. Jakarta: Perinasia

Polit, D. F & Hungler, B. P. (1999). Nursing Research: Principles and Methods.

Philadelphia: J.B. Lippincett Company.

Roesli, U. (2000). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya

Nusantara

Shelov, S. (2004). Panduan Lengkap Perawatan untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Arcan

Simkin, P., Whalley, J & Keppler, A. (2007). Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta:

Arcan

Simadasari. (2007). Karakteristik dan Perilaku Ibu Yang Memberikan ASI Eksklusif dan

Manajemen Laktasi di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe. Digitized by USU FKM

digital library

Soetjiningsih. (1997). ASI untuk Petunjuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC Sudjana.

(2002). Metode Statistik. Edisi Revisi. Bandung: Tarsito Suhartono, S. (2005). Filsafat

Ilmu Pengetahuan. Edisi 1. Jogjakarta: AR-RUZZ Suraatmaja. (1997). Aspek Gizi ASI.

Jakarta: EGC

Page 50: Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil

Sutanto, M. (2008) Bayi Sering Menangis Apakah Ini Tandanya Asi Tidak Cukup.

http://aimi-asi.org/

Tasya. (2008). Tiga Penghambat Pemberian ASI. Diambil dari

http://asiku.wordpress.com/2008/05/27

Tjokronegoro, A. & Sudarsono, S. (2001). Metodologi Penelitian Bidang Kedokteran.

Jakarta: Gaya Baru

Varney, H., Kriebs, J & Gegor, C. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Watloly, A. 2005. Tanggung Jawab Pengetahuan. Edisi 5. Yogyakarta: Kanisius

Welford, H. (2009). Menyusui Bayi Anda. Jakarta: DIAN RAKYAT

Werna, N. (2006). Pengaruh Metode Demonstrasi Cara Perawatan Payudara Terhadap

Kelancaran Pengeluaran ASI pada ibu Post Partum di Ruang Perawatan Nifas RSIA Sitti

Khadijah I Muhamdyah Cabang Makassar. Makassar: PSIK FK Universitas Hasanuddin

Wikojosastro, H. (2002). Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Rachim

Walsh, L. (2007). Buku Ajar kebidanan. Jakarta: EGC Yono. (2009). Tingkat

Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Perawatan Payudara

di Ruang Bersalin RSUD Pemekasan. Diambil dari

http://skripsikeperawatan-s1.blogspot.com/

Yuliani. (2007). Pengaruh Pengetahuan Ibu tentang ASI dan Kondisi Bayi Baru Lahir

terhadap Keputusan Pemberian ASI. Medan: digitized