Manajemen

24
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas berkat dan rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS berdasarkan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas perkuliahan, yaitu sebagai tugas terstruktur mata kuliah Manajemen keperawatan Tahun Akademik 2015/2016 di Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura. Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari pihak-pihak luar, sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Ucapan terima kasih tidak lupa diucapkan kepada : 1. elaku dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. 2. Pihak yang membantu baik secara langsung maupun tak langsung. Segala sesuatu di dunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Saran dan kritik sangatlah penulis harapkan demi kesempurnan makalah berikutnya. Penulis harapkan i

description

hhy6778ggf566

Transcript of Manajemen

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS berdasarkan Komite Keselamatan Pasien Rumah SakitMakalah ini ditulis untuk memenuhi tugas perkuliahan, yaitu sebagai tugas terstruktur mata kuliah Manajemen keperawatan Tahun Akademik 2015/2016 di Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura.Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari pihak-pihak luar, sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Ucapan terima kasih tidak lupa diucapkan kepada :1. elaku dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.2. Pihak yang membantu baik secara langsung maupun tak langsung.Segala sesuatu di dunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Saran dan kritik sangatlah penulis harapkan demi kesempurnan makalah berikutnya. Penulis harapkan semoga makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi kita semua dan memilki nilai ilmu pengetahuan.

Pontianak, 6 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISIKata PengantariDaftar IsiiiBAB I PENDAHULUAN11. Latar Belakang12. Rumusan Masalah33. Tujuan3BAB II PEMBAHASAN41. Pengertian 32. Tujuan 33. Langkah-Langkah Pelaksanaan Patient Safety 4BAB III13A. Kesimpulan13DAFTAR PUSTAKA14ii

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangHampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena underlying disease atau kondisi pasien.Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event). Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World Alliance for Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien di rumah sakit.Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang ada.

B. Rumusan Masalah1. Apa saja tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS berdasarkan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit ?2. Bagaimana kaitannya dengan kasus komunikasi diatas ?

C. Tujuan1. Mengetahui tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS berdasarkan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit2. Mengetahui kaitannya dengan kasus komunikasi diatas

BAB IIPEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PATIENT SAFETYPatient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

B. TUJUAN PATIENT SAFETYTujuan Patient safety adalah1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan masyarakat;3. Menurunnya KTD di RS4. Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi pengulangan KTD.

C. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PATIENT SAFETYPelaksanaan Patient safety meliputi1. Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient Safety, 2 May 2007), yaitu:2. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names)3. Pastikan identifikasi pasien4. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien5. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar6. Kendalikan cairan elektrolit pekat7. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan8. Hindari salah kateter dan salah sambung slang9. Gunakan alat injeksi sekali pakai10. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.Mengacu kepada standar keselamatan pasien pada bab III, maka rumah sakit harus mendesign (merancang) proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit tersebut. Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut : 1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIENCiptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. Langkah penerapan: a. Bagi Rumah Sakit : Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang mejabarkan apa yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.b. Bagi Unit/Tim : Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.

2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDABangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di rumah sakit anda. Langkah penerapan:a. Untuk Rumah Sakit : Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas Keselamatan Pasien Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan untuk menjadi penggerak dalam gerakan Keselamatan Pasien Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.b. Untuk Unit/Tim : Nominasikan penggerak dalam tim anda sendiri untuk memimpin Gerakan Keselamatan Pasien Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden.

3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKOKembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah. Langkah penerapan: a. Untuk Rumah Sakit : Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan Staf Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh Direksi/Pimpinan rumah sakit Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.b. Untuk Unit/Tim : Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu-isu Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen yang terkait Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko rumah sakit Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.

4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORANPastikan staf Anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS). Langkah penerapan : a. Untuk Rumah Sakit : Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke KPPRS - PERSI.b. Untuk Unit/Tim : Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.

5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIENKembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien. Langkah penerapan : a. Untuk Rumah Sakit : Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganyab. Untuk Unit/Tim : Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan keluarganya.

6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN PASIEN Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul. Langkah penerapan: a. Untuk Rumah Sakit : Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, yang harus mencakup semua insiden yang telah terjadi dan minimum satu kali per tahun untuk proses risiko tinggib. Untuk Unit/Tim : Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN PASIEN Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan. Langkah penerapan: a. Untuk Rumah Sakit : Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi setempat Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien. Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS PERSI Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden yang dilaporkanb. Untuk Unit/Tim : Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman. Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan pelaksanaannya. Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan. Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkah- langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di rumah sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik rumah sakit dapat menambah penggunaan metoda- metoda lainnya.

Sesuai dengan pernyataan dari dr. Wayan Sutarga, suatu risiko dalam pengobatan dalam RS pasti ada. Hanya, bagaimana cara meminimalkan efek risiko tersebut. ''Ada beberapa risiko yang sudah diperkirakan akan terjadi. Jadi di sini komunikasi yang baik antara petugas medis dan pasien sangat penting, agar tidak terjadi kesalahpahaman maka keterkaitan antara komunikasi dengan tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS saling berhubungan erat. Misalnya :1. Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien. Disini sebagai tenaga kesehatan hendaknya kita harus menyadari arti penting kesehatan dan keselamatan pasien. Contohnya dalam hal pemberian obat, kita harus memikirkan efek samping dari obat yang diberikan kepada pasien serta pengaruh dari pengobatan yang diberikan secara jangka panjang. Dalam pemberian obat juga kita harus memperhatikan 5 persiapan pemberian obat seperti benar obat, benar dosis, benar pasien, benar jalur pemberian dan benar waktu. Tak lupa pula kita harus menyertakan laporan dari setiap obat yang kita berikan terhadap pasien sehingga terdapat pertanggungjawaban akan obat yang kita kerjakan terhadap pasien dan laporan tersebut juga kita jadikan sebagai alat komunikasi sebagai sesama tenaga kesehatan.Sehingga sebagai tenaga medis kita benar benar sadar dan paham akan pentingnya keselamatan pasien dan tidak mengabaikan kesehatan pasien serta lebih berhati-hati dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Sebagai ketua tim juga sang ketua harus melaksanakan kepemimpinannya secara adil dan terbuka sehingga terdapat kepuasan dari kedua belah pihak baik pihak rumah sakit maupun pihak pasien. Keterbukaan disini juga penting agar terjalin komunikasi antar staf kesehatan maupun pasien dengan staf kesehatan sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Komunikasi disini juga diperlukan agar terjalin keterbukaan sebagai langkah menanamkan kesadaran untuk keselamatan pasien.2. Pimpin Dan Dukung Staf Anda. Disini sebagai tenaga kesehatan khususnya sebagai pemimpin di suatu instansi kesehatan kita harus memastikan setiap staf bertanggung jawab terhadap tugasnya dan saling menjalin komunikasi agar tidak terjadi kesimpangsiuran data serta terjalin keterbukaan sehingga tercipta suasana kondusif dan saling mendukung. Dalam agenda rapat pula dikembangkan sikap saling berkomunikasi dan bertukar pendapat untuk menciptakan keselamatan pasien yang akan menjadi prioritas utama. Dalam menjalankan keselamatan pasien juga hendaknya diperhatikan sikap ksatria dan para staf harus memprioritaskan komunikasi agar terjadi kesesuaian data sehingga tidak merugikan klien dan tentunya akan memudahkan kita sebagai tenaga kesehatan. Sebagai pemimpin pula hendaknya sang pemimpin harus membangun komitmen yang kuat dan jelas sehingga lebih fokus mengarahkan stafnya untuk keselamatan pasien, langkah pertama agar terbangun komitmen tersebut adalah dengan berkomunikasi.3. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko. Evaluasi proses manajemen yang telah diterapkan dalam suatu instansi dengan melakukan komunikasi. Komunikasi disini berguna sebagai tolak ukur dan sebagai wadah bertukar pikiran sehingga potensial masalah terlihat jelas dan lebih fokus sehingga dapat dihindari atau diminimalisir. Dalam hal pengelolaan resiko, komunikasi juga berperan untuk meningkatkan keselamatan tenaga kesehatan dan pasien. Apabila terjadi suatu kejadian yang tidak diinginkan di Rumah Sakit tersebut misalnya terjadi kebakaran, tentunya pimpinan dari Rumah Sakit telah memperhitungkan segalanya dengan mengembangkan indikator-indikator pengelolaan resiko dengan membuat tim evakuasi. Dengan pelaporan sistem insiden dan asesmen resiko akan meningkatkan kepedulian terhadap pasien. Dalam agenda rapat perlu disisipkan isu-isu keselamatan pasien sebagai umpan balik terhadap manajemen rumah sakit itu sendiri sehingga apabila terjadi kejanggalan dan ketidaksesuaian akan segera diperbaiki. Melakukan penilaian resiko dengan mengkomunikasikan sesama staf diperlukan untuk memperkecil resiko yang akan terjadi.4. Kembangkan Sistem Pelaporan. Setiap tenaga kesehatan bertanggung jawab terhadap pelaporan suatu kejadian/insiden. Pemimpin rumah sakit membantu dengan memudahkan cara pelaporan serta mengatur alur pelaporan. Melengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke KPPRS PERSI merupakan langkah penerapan yang harus di rumah sakit. Mengembangkan sistem pelaporan juga dapat digunakan sebagai bahan pelajaran bagi para staf kesehatan dan alat komunikasi antar staf kesehatan dan staf kesehatan dengan pasien.5. Libatkan Dan Berkomunikasi Dengan Pasien. Rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya. Dalam bidang keperawatan pada saat melakukan pengkajian keperawatan dan menerapkan asuhan keperawatan langkah pertama dalam membangun hubungan tentunya kita akan melakukan komunikasi untuk membangun hubungan saling percaya. Ketika hubungan saling percaya sudah terbangun tentunya akan lebih mudah dalam menerapkan asuhan keperawatan. Ketika melakukan pengkajian juga perawat dituntut untuk memberikan pertanyaan terbuka sehingga lebih mengakrabkan pasien dan perawat serta tidak kaku. Apabila terjadi insiden sebagai tenaga kesehatan hendaknya kita mengkomunikasikan hal tersebut sejelas mungkin. Apabila terdapat staf yang kurang mampu berkomunikasi dengan baik kepada pasien, staf yang lain hendaknya membantu mengajarkan serta pemimpin mendorong agar staf tersebut lebih mampu lagi dalam berkomunikasi. Apabila terjadi insiden, komunikasi terhadap pasien dan keluarga pasien menjadi prioritas utama serta para staf lain menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya. Apabila telah terjadi insiden, para staf juga harus mengkomunikasikan apa yang terjadi kepada pasien dan bersifat empati kepada pasien sehingga tercipta sikap saling terbuka serta hubungan saling percaya tetap terjaga.6. Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien. Hal ini bisa diterapkan antaa perawat senior dan perawat junior. Perawat senior akan membagikan pengalamannya kepada para perawat senior. Perawat junior akan belajar hal-hal yang belum diketahuinya tentang keselamatan pasien dari perawat senior, sehingga apabila akan terjadi insiden yang sama perawat junior sudah mempunyai gambaran bagaimana cara menangaani insiden tersebut. Sebagai pemimpin juga sebaiknya mendorong pembelajaran yang dilakukan perawat junior, serta menambah ilmu yang dimiliki oleh perawat senior dengan melakukan pelatihan-pelatihan. Apabila insiden terjadi, para tenaga kesehatan hendaknya mengkaji akar permasalahan mengapa insiden itu terjadi sehingga penyebab masalah dapat teridentifikasi hal ini tentunya akan ditemukan dengan saling berkomunikasi antar tenaga kesehatan. Melakukan analisis dan berdiskusi tentang pengelolaan resiko dengan para pihak yang telah berpengalaman tentunya juga akan membantu meminimalkan resiko yang akan terjadi. 7. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien. Menggunakan informasi yang didapat dari kejadian/masalah sebagai evaluasi terhadap penerapan manajemen rumah sakit dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan perubahan tatanan. Dalam melakukan perubahan tentunya sesama staf tenaga kesehatan saling berkomunikasi dan berdiskusi untuk meminimalkan resiko. Apabila terjadi insiden, para staf tentunya akan melaporkan yang terjadi maka sebagai pemimpin akan memberikan umpan balik pada setiap tindakan yang diambil. Melibatkan tim dalam pengambilan keputusan dan membuat perubahan akan meningkatkan kepuasan antar tim. Setelah terjadi perubahan seperti yang telah disepakati, maka perlu dikomunikasikan lagi perubahan tersebut dan pastikan pelaksanaannya.

BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA