Management of Ankle Fracture
-
Upload
prisca-angelina -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
description
Transcript of Management of Ankle Fracture
2.x.x Management Cedera Ankle
2.x.x.x Management of Fraktur Ankle
1) Prehospital Care
Pasien dengan cedera ankle harus dievaluasi untuk trauma lanjut. Untuk
cedera ankle yang terisolasi, status neurovaskular dari ekstrimitas yang
bersangkutan harus dikonfirmasi, mengurangi nyeri dan mencegah
kerusakan lanjut.
Tutup open fracture dengan gauze yang sterile dan basah.
Stabilisasi lokasi fraktur yang diduga dengan pillow splint, air splint, or
bulky Jones dressing sebelum memindahkan pasien. Coba
mengimobilisasi ankle dalam posisi neutral kalau mungkin tetapi
cegah penanganan yang berlebih. Imobilisasi membantu mengurangi
nyeri, perdarahan dan kerusakan jaringan lunak di sekitar.
Reduksi fraktur prehospital tidak disarankan kecuali jika kompromais
neurovaskuler terbukti (adanya kaki yang dingin dan kehitaman) dan
waktu transportasi secara signifikan lama diantisipasi.
2) Emergency Department Care
Pertama, trauma multisistem harus dievaluasi. First, patients should
be evaluated for multisystem trauma. Setelah trauma tambahan dikecualikan,
fraktur ankle harus diidentifikasi sebagai stabil atau tidak stabil. Fraktur tidak
stabil mencakup fraktur-dislokasi, setiap fraktur bimalleolar atau trimalleolar,
atau setiap fraktur malleolar lateral dengan pergeseran signifikan talar.
Jika status neurovaskular dari ekstremitas dikompromaiskan, fraktur
harus dikurangi sesegera mungkin dan reduksi harus dipertahankan selama
masa penyembuhan dengan cast, fiksator eksternal atau open reduction and
internal fixation (ORIF).
Open fracture harus dilindungi dari kontaminasi lebih lanjut dengan
menutup luka dengan dressing yang basah dan sterile, dibalut longgar
dengan gauze kering dan sterile.
Konfirmasi status imunisasi tetanus saat ini, berikan immunoglobulin
tetanus jika pasien kurang imunitas dan ada luka terkontaminasi.
Pertimbangkan profilaksis antibiotik, pemberian cefazolin untuk luka
terkontaminasi ringan sampai sedang dan menambahkan
aminoglikosida untuk luka yang sangat terkontaminasi. Berikan
vankomisin dan gentamisin jika pasien allergi terhadap penisilin.
Tinggalkan blister fraktur intak. Leave fracture blisters intact. Setelah
pecah, blister lebih cenderung menjadi terkontaminasi oleh flora kulit.
Kecuali terdapat kompromais neurovaskular, reduksi tulang sebaiknya
dirujuk ke konsultan saat fraktur ankle tidak stabil telah terdiagnosa. Reduksi
tertutup dapat dilakukan seperti berikut:
Konsultan ortopedik biasanya mereduksi fraktur ankle. Dislokasi ankle
dengan mudah dapat direduksi, dan dokter yang merawat fraktur baru
harus terlatih dalam penanganan awal; akan tetapi, reduksi segera
dari dislokasi tidak terlalu dibutuhkan kecuali aliran darah ke kaki
terganggu.
Sediakan baik anastesi local dengan blok hematoma atau sedasi
prosedural.
Reduksi tertutup dapat dicapai dengan baik dengan memanipulasi
tungkai untuk membalik arah tenaga yang mendeformasi. Sebagai
contoh, sebuah fraktur dislokasi hasil dari stres abduktif
membutuhkan dorongan ke arah yang terpengaruh dengan arah
aduksi untuk penyembuhan. Memberikan dorongan yang kontinyu
seringkali membantu usaha reduksi.
Fraktur maleolar lateralis yang simpel dan tidak terkomplikasi seringkali
dapat dibidai di IGD, diikuti dengan follow-up ortopedik yang teratur. Fraktur
bimaleolar, trimaleolar dan fraktur pilon membutuhkan perhatian ortopedik
yang segera untuk kemungkinan ORIF. Sediakan analgesic secukupnya.
Bidai and casting:
Bidai ankle dapat diperoleh secara komersil atau dapat dibuat dengan
menumpuk 10-12 lembar plaster di antara 4 lembar cotton padding.
Bidai posterior: Cedera yang stabil dapat diberi penanganan awal
dengan bidai posterior. Minta pasien untuk berbaring dengan lutut
ditekuk 90 derajat ketika memasang bidai posterior. Rentangkan bidai
dari kepala metatarsal sepanjang permukaan posterior kaki hingga
tingkat kepala fibula. Pertahankan ankle pada posisi 90 derajat dan
bentuk bidai pada regio maleolar.
Sugar tong/short leg stirrup splint: Alternatif dari bidai posterior adalah
sugar tong or short leg stirrup splint. Menggunakan plaster 4” hingga
6”, lewatkan bidai dari bawah bidang plantar kaki, antara kalkaneus
dan kepala metatarsal. Fiksasi dengan menggunakan elastic wrap.
Bidai fraktur dengan tumpukan padding (contoh: Jones dressing)
diindikasikan ketika imobilisasi dan kompresi diperlukan akan tetapi
akan terjadi pembengkakan. Pada fraktur ankle yang sangat tidak
stabil, pasang bivalve cast. Cast normal dibuat menjadi bivalve
dengan memotong bahan casting pada bagian medial dan lateral
secara longitudinal untuk menghindari kompresi tungkai. Kemudian,
bivalve cast tersebut dibungkus dengan perban elastic untuk
menstabilisasi area fraktur, dengan membiarkan pembengkakan dan
ekspansi (emedicine.com, 2014).