Fraktur Ankle

23
Fraktur Ankle

description

mengenai fraktur ankle

Transcript of Fraktur Ankle

Page 1: Fraktur Ankle

Fraktur Ankle

Page 2: Fraktur Ankle

Sejarah

Page 3: Fraktur Ankle

BiomekanikAnkle sendi weight- bearing yang dapat menahan kekuatan hingga lima kali berat badan selama berjalan dan lari.

Proses cedera ankle (secara radiografi sulit terlihat) dianjurkan MRI

Page 4: Fraktur Ankle

Klasifikasi

Klasifikasi Danis- Weber

Klasifikasi Lauge-Hansen

Page 5: Fraktur Ankle

Epidemiologi

Epidemiologi

Fraktur eksternal- rotasi (eversi) merupakan yang paling sering terjadi, sementara fraktur pronasi-dorsofleksi (pilon) jarang terjadi

SE- supinasi eversiSA- supinasi adduksiPAB- pronasi abduksiPE- pronasi eversiPD- pronasi dorsofleksi

Page 6: Fraktur Ankle

Diagnosa Anamnesis

Pemeriksaan Fisis

Pemeriksaan Radiologi

Page 7: Fraktur Ankle

Pemeriksaan Radiologi Parameter radiografi 1) Ruang sendi Medial <4 mm, dengan kemiringan

talar <2mm (pada tampilan mortice).2) Ruang interoseus <5mm (ruang chaput jelas).3) Overlap antara tuberculus tibialis anterior dan

fibula setidaknya 10 mm. 4) Sudut talocrural (normal 830±40).5) Kemiringan talar (00, dengan toleransi 50

perbedaan antara dua sendi ankle).6) Garis tibiotalar pada foto AP dan lateral harus

melewati pusat tibia dan pusat talus.7) Setelah reduksi dievaluasi dengan foto kontrol

Page 8: Fraktur Ankle

Pengobatan

Pengobatan fraktur ankle bisa konservatif atau operasi dan

tergantung pada jenis fraktur, keadaan kondisi sirkulasi dan kulit,

kondisi umum pasien dan kemungkinan komplikasi yang

terjadi.

Page 9: Fraktur Ankle

Aturan penting dalam penanganan fraktur anklea) Fraktur dan fraktur/ dislokasi sebaiknya direduksi

sesegera mungkin, pada kecelakaan, karena perpindahan yang kasar gangguan sirkulasi perifer, neurapraksia dan iskemik kulit.

b) Semua permukaan artikular direkonstruksi secara anatomis

c) Reduksi fraktur harus dipertahankan selama masa penyembuhan tetapi imobilisasi cast eksternal secara berlebihan dapat mengganggu efek pada tulang rawan.

d) Gerakan pergelangan kaki harus dilakukan awal untuk mencegah dan meminimalkan efek imobilisasi yang tidak diinginkan, misalnya atrofi, kontraktur, adhesi sinovial, degenerasi tulang rawan, perubahan vaskular dengan edema.

Page 10: Fraktur Ankle

Pengobatan non- operatif vs Operatif

Beberapa studi reduksi tertutup dengan imobilisasi cast fraktur nondisplaced, stabil, reduksi fraktur secara anatomi dan pada pasien dengan kondisi medis buruk.

Fraktur tidak stabil atau fraktur dengan displacement operasi.

Page 11: Fraktur Ankle

Pengobatan non- operatif Pada reduksi tertutup fraktur ankle, reduksi

diperoleh dengan membalikkan mekanisme cedera.

Untuk melihat pembengkakan dan kemungkinan redisplacement X- ray diambil pada 48 jam, 7dan 14 hari dan kemudian pada interval dua mingguan.

Plester lutut dipasangkan pada saat fleksi lutut 15o.

Setelah 3- 4 minggu di bawah plester lutut dipasang cast.

Fraktur biasanya menyatu pada 12- 16 minggu.

Page 12: Fraktur Ankle

Pengobatan operatif Indikasi untuk reduksi terbuka dan fiksasi internal fraktur tidak stabil displace, terutama jika ada subluksasi talar, bahkan pada usia tua.Kontraindikasi reduksi terbuka dan fiksasi internal infeksi, paraplegia (pasien imobilitas), orang tua dan pasien yang tidak berpindah- pindah dan pasien dengan beberapa cedera yang membahayakan hidup.

Waktu operasi disarankan awal.

Page 13: Fraktur Ankle

Pengobatan operatif Pada fraktur jenis supinasi-

eversi (tipe Weber A) tidak ada perbedaan besar antara pengobatan operatif dan non- operatif, tetapi pada fraktur jenis pronasi (tipe C) hasilnya lebih baik pada kelompok operatif.

Hasil pengobatan fraktur ankle menunjukkan bahwa hasil terburuk, setelah pengobatan non-operatif, ditemukan pada kelompok C ( cedera pronasi- eversi dan pronasi-abduksi).

Hasil setelah pengobatan operasi atau non-operatif

(menurut Pugh)

Pada penelitian kami sebagian besar fraktur jenis pronasi dioperasi sedangkan tipe A (SE) dapat dilakukan oleh

reduksi tertutup dan imobilisasi cast.

Page 14: Fraktur Ankle

Pengobatan operatif Klasifikasi fraktur terbuka berdasarkan Gustillo

dan Anderson (1976) Tipe I- Luka bersih- laserasi kurang dari 1

cm. Tipe II - Laserasi >1 cm tetapi tanpa

kerusakan jaringan lunak ekstensif, flap kulit atau avulsi.

Tipe IIIa - Laserasi jaringan lunak ekstensif atau flaps tetapi jaringan lunak menutupi tulang secara adekuat.

Tipe III b- kerusakan jaringan lunak ekstensif dengan paparan tulang.

Tipe IIIc- Fraktur terbuka dengan cedera vaskular memerlukan perbaikan.

Page 15: Fraktur Ankle

Pengobatan operatif Pengobatan operasi fraktur ankle terbuka

dilakukan dalam tiga tahapan. I. Irigasi dan debridement luka.II. Internal atau eksternal fiksasi fraktur. III. Evaluasi jaringan lunak dan penutupan atau

cakupan defek kulit.

Page 16: Fraktur Ankle

Pengobatan operatif

Gambar 1. Fraktur ankle terbuka (a) didebridement dan

fiksasi eksternal (b)

Gambar 2. Fraktur malleolar lateral ditangani dengan

sepertiga tubular plate dan sekrup intrafragment

Page 17: Fraktur Ankle

Pengobatan operatif

Gambar 3. Fraktur bimalleolar ditangani dengan peralatan

fiksasi minimal: lateral dengan rush pin dan medial dengan

tension band; sekarang merupakan metode yang sudah

ditinggalkan

Gambar 4. Fraktur maleolar medial terisolasi dengan dua

sekrup malleolar

Page 18: Fraktur Ankle

Pengobatan operatif

Gambar 5. Fraktur trimalleolar sebelum (a & b) dan setelah reduksi terbuka dan fiksasi internal (c & d).

Page 19: Fraktur Ankle

Pengobatan operatif

Gambar 6. Transfixion diastasis tibiofibular

dengan sekrup melalui plat semitubular

Gambar 7. Computed tomography (a & b) dan CT

tiga dimensi (c & d) dari fraktur pilon

Page 20: Fraktur Ankle

Pengobatan operatif

Gambar 8. Artikulasi dinamis fiksasi eksternal untuk fraktur

pilon, yang memungkinkan pergerakan sendi ankle dan

regenerasi kartilago.

Gambar 9. Fraktur pilon (a) menyebabkan artrosis (b)

ditangani dengan arthrodesis ankle (c & d).

Page 21: Fraktur Ankle

Komplikasi Malunion Non- union Atritis pasca- trauma Sinostosis Distal

tibial Malunion

sindesmosis Infeksi Luka terbuka Kaki diabetik

Deep venous thrombosis dan emboli paru

Sindroma kompartemen

Algodistrofi Komplikasi lain

PTSD (post- traumatic stress disorders)

Page 22: Fraktur Ankle

Kesimpulan Faktor signifikan secara statistik dengan

analisis multivariat, mempengaruhi hasil akhir yang meliputi: usia pasien (pasien muda memiliki hasil yang lebih baik), jenis fraktur (tipe pronasi memiliki hasil yang lebih buruk), parameter radiologis tertentu seperti sudut talocrural, subluksasi talar, reduksi anatomi yang tepat (tanpa tibiofibular diastasis) dan ukuran maleolus posterior

Page 23: Fraktur Ankle

TERIMA KASIH