PENGARUH PEMBERIAN ANKLE STRATEGY EXERCISE …

94
i PENGARUH PEMBERIAN ANKLE STRATEGY EXERCISE TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KESEIMBANGAN DINAMIS LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI GOWA SKRIPSI ADILAH BACHTIAR S. CI3114318 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of PENGARUH PEMBERIAN ANKLE STRATEGY EXERCISE …

i

PENGARUH PEMBERIAN ANKLE STRATEGY EXERCISE

TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KESEIMBANGAN

DINAMIS LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA GAU MABAJI GOWA

SKRIPSI

ADILAH BACHTIAR S.

CI3114318

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

ii

PENGARUH PEMBERIAN ANKLE STRATEGY EXERCISE

TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KESEIMBANGAN

DINAMIS LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA GAU MABAJI GOWA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana

Disusun dan diajukan oleh

ADILAH BACHTIAR S

kepada

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

iii

iv

v

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala, berkat

rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah shallallahu

„alaihi wa sallam sebagai rahmatan lil„alamin.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih

gelar sarjana di Program Studi Fisioterapi, Fakultas Keperawatan Universitas

Hasanuddin Makassar.

Dengan ini perkenankan penulis dengan tulus hati dan rasa hormat

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Kedua orang tua saya, Bapak H. Bachtiar Siduppa dan Ibu Hj. Usmawati

yang tak henti-hentinya selalu mendoakan dan menjadi sumber motivasi

terbesar saya dari awal proses perkuliahan hingga proses penyusunan

skripsi ini.

2. Saudara-saudara saya (Muh. Afif siduppa, Muthiah shabrina, Nayla

Basyirah dan Hilyatul Jannah) yang selalu memberikan semangat dan

motivasi selama saya kuliah hingga saat ini.

3. Ketua Program studi S1 Fisioterapi, Dr. H. Djohan Aras, S.Ft., Physio,

M.Kes., yang telah memotivasi dan memberikan banyak pelajaran pada

kami semua sejak awal masuk kuliah hingga bisa menyelesaikan tugas

akhir seperti sekarang ini.

4. Pembimbing I (Melda Putri., S.Ft, Physio, M.Kes) yang telah berkenan

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

arahan dalam penyusunan tugas akhir ini.

vii

5. Pembimbing II (Ita Rini., S.Ft, Physio., M.Kes) yang telah berkenan

membimbing dan meluangkan waktu dalam penyusunan dan penulisan

tugas akhir ini. Terima kasih atas segala masukan, arahan, serta ilmu yang

telah diberikan.

6. Bapak Herdin Rusli., S.Ft, Physio., M.Kes, selaku penguji sekaligus

pembimbing yang telah memberikan masukan dan segala ilmu yang

diberikan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan tugas akhir ini.

7. Ibu Dian Amaliah Nawir, S.Ft, Physio., M.Kes selaku penguji dan

pembimbing dalam memberikan koreksi dan masukan yang membangun

dan membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.

8. Seluruh dosen dan staff Prodi Fisioterapi yang telah membantu dalam

penyusunan tugas akhir ini.

9. Lansia dan pegawai panti yang telah banyak membantu selama proses

penelitian ini berlangsung.

10. Kepada Rina Wahyuni, Teman seperjuangan dalam menghadapi suka duka

dalam proses penelitian di panti. Selalu mendukung dan memotivasi dalam

proses penelitian hingga penyusunan tugas akhir ini.

11. Teman-teman Fisioterapi angkatan 2014 (SC14TIC) yang selama ini dari

awal perkuliahan sampai akhir selalu memberikan dukungan, banyak

kenangan yang telah kita lewati bersama.

12. Sahabat-sahabat penulis (Nabilah, Mazdha Hartono, Andi Unmi

Fyrnastiar, Amatullah Afifah halik, Riska Ramadania, Rina wahyuni) yang

selalu menemani, memberikan semangat, saling berbagi kesusahan dan

viii

kebahagiaan, turut membantu dalam penyusunan skripsi ini serta selalu

menjadi penghibur dari dulu hingga saat ini.

13. Terkhusus untuk sahabatku Unmi fyrnastiar Rahimahallah yang baru saja

meninggalkan kami ke tempat peristirahat terakhirnya, yang telah banyak

membantuku setiap saat, terima kasih atas segala dukungan, motivasi serta

pelajaran hidup yang berharga.

14. Serta seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian tugas

akhir ini yang tidak saya sebutkan satu-persatu.

Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya bila ada

kesalahan dan hal yang kurang berkenan di hati. Penulis menyadari bahwa

penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan terdapat banyak

kelemahan dan kekurangan, karena itu penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran yang membangun. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua.

Makassar, 30 Mei 2018

Adilah Bachtiar S.

ix

ABSTRAK

ADILAH BACHTIAR S, NIM C13114318, “Pengaruh Pemberian Ankle

Strategy Exercise Terhadap Perubahan Tingkat Keseimbangan Dinamis Lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji, Gowa” (dibimbing oleh Melda Putri

dan Ita Rini)

Lanjut usia (lansia) adalah proses penuaan yang ditandai dengan perubahan

fungsi meliputi perubahan pada sistem indra, sistem muskuloskeletal, sistem

kardiovaskuler, respirasi, pencernaan dan metabolisme, sistem perkemihan, sistem

saraf dan sistem reproduksi. Perubahan fisiologis pada sistem muskuloskeletal

mempengaruhi penurunan kekuatan otot yang dapat menimbulkan gangguan

keseimbangan. Gangguan keseimbangan dinamis dapat ditingkatkan dengan

penguatan otot tungkai seperti pemberian ankle strategy exercise. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Ankle Strategy Exercise

terhadap perubahan tingkat keseimbangan dinamis lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Gau Mabaji Gowa.

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah one group

pretest-postest design. Subyek : 16 orang lansia yang tidak mengalami gangguan

kognitif, tidak menjalani perawatan khusus (dalam keadaan bed rest), dan nilai

pengukuran TUG > 14 detik yang mendapatkan perlakuan Ankle Strategy

Exercise sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 5 minggu. Keseimbangan

dinamis diukur dengan Timed Up and Go Test (TUG). Analisis statistik

menggunakan Paired sample T-Test.

Keseimbangan dinamis sebelum latihan diperoleh nilai rerata 17,25 dan

setelah latihan 12,76 berbeda secara bermakna (p < 0,05). Disimpulkan bahwa

ankle strategy exercise berpengaruh terhadap perubahan tingkat keseimbangan

dinamis lansia setelah diberikan latihan selama 5 minggu.

Kata Kunci: Lansia, Keseimbangan Dinamis, Ankle Strategy Exercise, Timed Up

and Go Test (TUG)

x

ABSTRACT

ADILAH BACHTIAR S, NIM C13114318, “The Effect of Ankle Strategy

Exercise to Change in Dynamic Balance for Elderly in Panti Sosial Tresna

Werdha Gau Mabaji Gowa” (supervised by Melda Putri and Ita Rini)

The elderly is an aging process characterized by changes in function

including changes in the sensory system, musculoskeletal system, cardiovascular

system, respiration, digestion and metabolism, urinary system, nervous system

and reproductive system. Physiological changes in the musculoskeletal system

affect the decrease in muscle strength that can cause balance disorders. Dynamic

balance disorder can be trained by lower limb strengthening such as ankle

strategy exercise. This study aims to determine the effect of ankle strategy exercise

to changes in the level of dynamic balance for elderly in PSTW Gau Mabaji

Gowa.

The research design used in this research is one group pretest-postetst

design. Subjects: 16 elderly people who did not experience cognitive impairment,

did not undergo special treatment (in bed rest condition), and TUG measurement

> 10 second that received Ankle Strategy Exercise 3 times a week for 5 weeks.

The dynamic balance is measured by a Timed Up and Go Test (TUG). Statistical

analysis using paired sample T-Test.

The dynamic balance before the exercise obtained a mean value of 17,25

and after exercise 12,76 differed significantly (p <or> 0,05). It was concluded

that ankle strategy exercise influenced the change of dynamic balance level after

5 weeks exercise on elderly.

Keywords: Elderly, Dynamic Balance, Ankle Strategy Exercise, Timed Up and Go

Test (TUG)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ....................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................................ ix

ABSTRACT .............................................................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvii

DAFTAR ARTI SINGKATAN ............................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4

1. Tujuan Umum ................................................................................... 4

2. Tujuan Khusus .................................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

1. Manfaat Akademik ............................................................................ 5

2. Manfaat Aplikatif .............................................................................. 5

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5

A. Tinjauan Umum tentang Lanjut Usia ...................................................... 6

1. Definisi Lanjut Usia (Lansia) ........................................................... 6

2. Klasifikasi Lansia .............................................................................. 6

3. Demografi Lansia .............................................................................. 7

4. Perubahan Akibat Proses Menua ...................................................... 8

5. Masalah Fisik Yang Sering Ditemukan Pada Lansia ........................ 13

B. Tinjauan Umum Tentang Keseimbangan Lansia ................................... 14

1. Definisi Keseimbangan ..................................................................... 14

2. Jenis Keseimbangan .......................................................................... 15

3. Komponen-Komponen Pengontrol Keseimbangan........................... 16

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan ......................... 20

5. Fisiologi Keseimbangan .................................................................... 22

6. Keseimbangan Pada Lansia............................................................... 25

7. Keseimbangan Dinamis dan Resiko Jatuh Pada Lansia .................... 27

8. Pengukuran Keseimbangan Dinamis dengan Time Up and Go Test 27

C. Tinjauan Umum Tentang Ankle Strategy Exercise ................................ 28

1. Definisi Ankle Strategy Exercise ....................................................... 28

2. Mekanisme Ankle Strategy Exercise ................................................. 29

3. Bentuk Latihan .................................................................................. 31

D. Pengaruh Ankle Strategy Exercise Terhadap Keseimbangan Dinamis

Lansia ...................................................................................................... 32

E. Kerangka Teori........................................................................................ 35

xiii

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ......................................... 36

A. Kerangka Konsep ................................................................................... 36

B. Hipotesis ................................................................................................. 36

BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 37

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 38

1. Tempat Penelitian.............................................................................. 38

2. Waktu Penelitian ............................................................................... 38

C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 38

1. Populasi Penelitian ............................................................................ 38

2. Sampel Penelitian .............................................................................. 38

D. Alur Penelitian ....................................................................................... 39

E. Variabel Penelitian ................................................................................ 40

1. Identifikasi Variabel .......................................................................... 40

2. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 40

F. Instrumen Penelitian................................................................................ 42

G. Prosedur Penelitian.................................................................................. 42

H. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 45

I. Masalah Etika ......................................................................................... 45

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 47

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 47

1. Karakteristik Sampel Penelitian ........................................................ 47

2. Analisis Data ..................................................................................... 49

xiv

B. Pembahasan ............................................................................................. 50

1. Karakteristik Sampel Penelitian ........................................................ 50

2. Pengaruh Pemberian Ankle Strategy Exercise terhadap perubahan

keseimbangan dinamis pada lansia ................................................... 51

3. Keterbatasan penelitian ..................................................................... 57

BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 58

A. Kesimpulan ............................................................................................. 58

B. Saran ........................................................................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59

Lampiran

xv

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 5.1 Distribusi berdasarkan karakteristik Umur dan Jenis Kelamin................................................................................ 46

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Keseimbangan

Dinamis................................................................................ 47

Tabel 5.3 Selisih Rata-rata Pre test dan post test berdasarkan

kategori

usia....................................................................................... 48

Tabel 5.4 Selisih Rata-rata Pre test dan post test berdasarkan

kategori jenis

kelamin......................................................................... 48

Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas data pretest dan posttest..................... 49

Tabel 5.6 Hasil Uji pengaruh data pretest dan posttest........................ 49

xvi

xvi

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Line of Gravity...................................................................... 21

Gambar 2.2 Base of Support..................................................................... 22

Gambar 2.3 Fisiologi Keseimbangan....................................................... 24

Gambar 2.4 Skema Time Up and Go Test............................................... 29

Gambar 2.5 Ankle strategy exercise......................................................... 31

Gambar 2.6 Bagan Kerangka Teori ........................................................ 35

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep...................................................... 36

Gambar 4.1 Bagan Alur Penelitian.......................................................... 39

xvii

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2. Instrumen Penilaian Time Up and Go Test (TUG)

Lampiran 3. Hasil Pengolahan SPSS

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Meneliti

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup Penulis

xviii

xviii

DAFTAR ARTI SINGKATAN

Singkatan Arti dan Keterangan

BPS Badan Pusat Statistik

PSTW Panti Sosial Tresna Werdha

TUG Time Up and Go Test

SSP Sistem Saraf Pusat

et al. Et alii, dan kawan-kawan

WHO World Health Organization

COG Center Of Gravity

LOG Line of Gravity

BOS Base Of Support

Lansia Lanjut Usia

Depkes Departemen Kesehatan

Kemenkes Kementerian Kesehatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah

seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Secara biologis

lanjut usia ialah orang yang mengalami proses penuaan secara terus

menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu

semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan

kematian. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan dalam struktur

dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ (Pandji, 2012).

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia meliputi perubahan pada

sistem indra, sistem muskuloskeletal, sistem kardiovaskuler, respirasi,

pencernaan dan metabolisme, sistem perkemihan, sistem saraf dan sistem

reproduksi. Perubahan fisiologis atau morfologis pada sistem

muskuloskeletal diantaranya akan mempengaruhi penurunan kekuatan

otot, penurunan fleksibilitas, penurunan elastisitas dan penurunan luas

gerak sendi (Azizah, 2011).

Dampak yang ditimbulkan dari perubahan morfologis otot salah

satunya adalah gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan

merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui pada lansia.

Keseimbangan dicapai dan dikelola oleh kontrol sensorimotor yang

kompleks. Sistem tersebut mencakup Input sensorik dari penglihatan

(penglihatan), proprioception (sentuhan), dan sistem vestibular (gerak,

2

keseimbangan, orientasi spasial), integrasi dari input sensorik serta output

motorik ke otot mata dan tubuh (Watson et al, 2013). Keseimbangan

merupakan integrasi antara sistem sensorik dan sistem muskuloskeletal

tubuh, sehingga penurunan sistem tersebut dapat mempengaruhi

keseimbangan pada lansia.

Kejadian Jatuh adalah suatu masalah utama yang sering dialami

oleh lansia. Kejadian jatuh pada lansia sering disebabkan oleh gangguan

keseimbangan yang dibebankan pada ketidakmampuan sistem kontrol

postur yang bereaksi secara cepat dan efisien (Ariawan, 2011). Tingginya

angka prevalensi kejadian jatuh yang mencapai 30-50% dan 40% untuk

angka kejadian jatuh berulang, dan pada tahun 2050 akan meningkat

menjadi 20% (Azizah, 2011). Peningkatan resiko jatuh oleh karena adanya

gangguan keseimbangan pada lansia sangat erat kaitannya dengan

keseimbangan dinamis, dimana keseimbangan dinamis merupakan

komponen yang paling penting ketika bergerak dan mendasar dari

aktivitas sehari-hari (Suadnyana et al, 2015).

Memperbaiki keseimbangan pada lansia penting untuk

menurunkan resiko kejadian jatuh yang bisa berdampak buruk pada lansia.

Untuk meningkatkan keseimbangan dinamis atau stabilitas berjalan,

latihan kekuatan otot ekstremitas bawah dan latihan keseimbangan

seringkali digunakan (Hyun et al, 2015). Salah satu latihan yang dapat

dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan keseimbangan dinamis,

sekaligus menurunkan resiko jatuh adalah Ankle strategy exercise.

3

Ankle strategy exercise adalah bentuk latihan dengan menstimulus

sistem muskuloskeletal tubuh manusia sehingga dengan memberikan ankle

strategy exercise dapat mengoptimalkan sistem keseimbangan tubuh.

Pemberian ankle strategy exercise dapat meningkatkan kerja otot – otot

postural agar dapat menstabilkan posisi tubuh manusia dan merangsang

tubuh untuk dapat mengontrol setiap goyangan yang diterima oleh tubuh

sehingga tubuh mampu untuk mempertahankan posisi tubuh (Yuliana,

2014).

Berdasarkan data sekunder yang di dapatkan dari Panti Sosial Tresna

Werdha (PSTW) Gau Mabaji Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada

Februari 2018 bahwa terdapat 96 lansia yang berumur 60-100 tahun baik

yang bed rest maupun yang masih aktif menjalani aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan hasil tes awal yang dilakukan pada 10 lansia menggunakan

Timed Up and Go Test (TUG), menunjukkan hasil >10 detik yang berarti

memiliki risiko jatuh yang lebih besar. Dari hasil wawancara yang

dilakukan, beberapa lansia pun mengaku sering mengalami jatuh hingga

mengalami trauma.

Di Panti sosial Tresna werdha Gowa, belum pernah dilakukan

penelitian mengenai Ankle strategy Exercise. Oleh karena itu, berdasarkan

latar belakang dan hasil observasi di atas, maka peneliti tertarik untuk

melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Ankle

Strategy Exercise Terhadap Perubahan Tingkat Keseimbangan Dinamis

Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Gau Mabaji Gowa”.

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat latar belakang masalah diatas memberi

dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian yaitu :

Apakah ada pengaruh pemberian ankle strategy exercise terhadap perubahan

tingkat keseimbangan dinamis lansia di PSTW Gau Mabaji Gowa?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh pemberian Ankle Strategy Exercise terhadap

perubahan tingkat keseimbangan dinamis lansia di PSTW Gau Mabaji

Gowa.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini secara khusus untuk mengetahui :

a. Diketahuinya distribusi keseimbangan dinamis sebelum pemberian

Ankle Strategy Exercise pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau

Mabaji Gowa.

b. Diketahuinya distribusi perubahan keseimbangan dinamis setelah

pemberian Ankle Strategy Exercise pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Gau Mabaji Gowa.

c. Diketahui adanya pengaruh pemberian Ankle Strategy Exercise

terhadap Perubahan tingkat keseimbangan dinamis Lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha, Gowa.

5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Menambah pengetahuan dan informasi ilmiah dalam bidang

fisioterapi khususnya mengenai penanganan kondisi gangguan

keseimbangan pada lanjut usia, serta dapat digunakan sebagai bahan acuan

penelitian untuk penelitian kesehatan selanjutnya yang berhubungan

dengan keseimbangan pada lanjut usia.

2. Manfaat Aplikatif

Menambah pengetahuan tentang metode terapi yang dapat

diterapkan untuk meningkatkan keseimbangan lanjut usia, sehingga

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan beraktivitas sehari-hari dan

menurunkan kejadian jatuh pada lansia.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lanjut Usia

1. Definisi Lanjut Usia (Lansia)

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah

seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia bukan suatu

penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang

ditandai dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem

tubuh yang bersifat alamiah/fisiologis untuk beradaptasi dengan

lingkungan. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan

kemampuan sel tubuh (Yuliniarsi, 2014). Penuaan akan dialami oleh setiap

individu yang diiringi dengan perubahan fisik dan psikologis (Miller,

2012). Lansia mengalami proses degenerative (kemunduran) yang akan

membawa perubahan menyeluruh pada fisiknya yang berkaitan dengan

menurunnya kemampuan jaringan tubuh terutama pada fungsi fisiologi

dalam sistem muskuloskeletal dan sistem neurologis (Padila, 2013).

2. Klasifikasi Lansia

Menurut WHO ada beberapa batasan umur Lansia, yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun

b. Usia lanjut (fiderly) : 60 – 74 tahun

c. Lansia tua (old) : 75 – 90 tahun

d. Lansia sangat tua(very old) : > 90 tahun

7

Menurut Depkes RI (2013), lansia dibagi atas :

a. Pralansia : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia

(Maryam, 2010):

a. Pralansia (prasenilis), yaitu seseorang yang berusia 45-59 tahun.

b. Lansia, yaitu seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.

c. Lansia resiko tinggi, yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau diatas

70 tahun dan mengalami masalah kesehatan.

d. Lansia potensial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan/kegiatan dan/atau menghasilkan barang/jasa dengan

bekerja.

e. Lansia tidak potensial, yaitu lansia yang bergantung kepada orang lain

karena tidak mampu mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan

sehari-harinya.

3. Demografi Lansia

Asia menempati urutan pertama dengan populasi lansia terbesar,

dimana pada tahun 2015 berjumlah 508 juta populasi lansia, menyumbang

56 persen dari total populasi lansia di dunia. Sejak tahun 2000, presentase

penduduk lansia Indonesia melebihi 7 persen (Kemenkes RI, 2014).

Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia

terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010,

jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total

8

penduduk). Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia

menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya

akan mancapai 36 juta jiwa (Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan data Susenas 2014, jumlah rumah tangga lansia

sebanyak 16,08 juta rumah tangga atau 24,50 persen dari seluruh rumah

tangga di Indonesia. Rumah tangga lansia adalah yang minimal salah satu

anggota rumah tangganya berumur 60 tahun ke atas. Jumlah lansia di

Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03 persen dari seluruh

penduduk Indonesia tahun 2014 (BPS, 2014).

Jumlah lansia perempuan lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77

juta lansia perempuan dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki.Adapun

lansia yang tinggal di perdesaan sebanyak 10,87 juta jiwa, lebih banyak

daripada lansia yang tinggal di perkotaan sebanyak 9,37 juta jiwa (BPS,

2014).

Nilai rasio ketergantungan lansia sebesar 12,71 menunjukkan bahwa

setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 13

orang lansia. Rasio ketergantungan lansia di daerah perdesaan lebih tinggi

daripada di perkotaan, berturut-turut 14,09 dibanding 11,40. Dibedakan

antara lansia laki-laki dan perempuan, lebih banyak lansia perempuan yang

ditanggung oleh penduduk usia produktif. Ketergantungan lansia

perempuan (13,59) lebih tinggi daripada lansia laki-laki (11,83) (BPS,

2014).

9

4. Perubahan Akibat Proses Menua

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan

secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada

diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan,

sosial dan sexual (Azizah, 2011).

a. Perubahan Fisik

1) Sistem Indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada

pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)

pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara

atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit

dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.

2) Sistem Intergumen

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis

kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga

menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi

glandula sebasea dan glandula sudorifera, timbul pigmen

berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.

3) Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan

penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan

sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,

kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi

bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada

10

persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga

permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk

regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung

kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan

menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya

kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan

fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih

lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot:

perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,

penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan

penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek

negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti

tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.

4) Sistem kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah

massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi

sehingga peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena

perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh

penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan

konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

5) Sistem respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,

kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah

untuk mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang

11

mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan

sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan

kemampuan peregangan toraks berkurang.

6) Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti

penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata

karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar

menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin

mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan

berkurangnya aliran darah.

7) Sistem perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang

signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,

contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

8) Sistem saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan

atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami

penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas

sehari-hari.

9) Sistem reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan

menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-

laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun

adanya penurunan secara berangsur-angsur.

12

b. Perubahan Kognitif

1) Memory (Daya ingat, Ingatan)

2) IQ (Intellegent Quotient)

3) Kemampuan Belajar (Learning)

4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)

7) Kebijaksanaan (Wisdom)

8) Kinerja (Performance)

9) Motivasi

c. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan (hereditas)

5) Lingkungan

6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan

teman dan famili.

9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri.

13

d. Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan

keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.

5. Masalah Fisik Yang Sering Ditemukan Pada Lansia

Perubahan fisiologis yang terjadi, semakin lama akan menimbulkan

berbagai masalah fisik pada lansia. Menurut Azizah (2011), masalah fisik

yang sering ditemukan pada lansia adalah:

a. Mudah Jatuh

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata

yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak

terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau

tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Banyak faktor berperan

di dalamnya seperti kelemahan otot ekstremitas bawah kekakuan sendi,

sinkope dan dizziness, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin

dan tidak rata tersandung benda-benda, penglihatan kurang terang dan

sebagainya.

b. Mudah Lelah

Disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau

perasaan depresi), gangguan organis, dan pengaruh obat-obat

c. Berat Badan Menurun

Disebabkan oleh:

1) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup

atau kelesuan

14

2) Adanya penyakit kronis

3) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan

terganggu

4) Faktor-faktor sosioekonomis (pensiun)

6. Sukar Menahan Buang Air Besar

Disebabkan oleh:

1) Obat-obat pencahar perut

2) Keadaan diare

3) Kelainan pada usus besar

4) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus)

7. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan

Disebabkan oleh:

1) Presbiop

2) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)

3) Kekeruhan pada lensa (katarak)

4) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)

B. Tinjauan Umum tentang Keseimbangan Lansia

1. Definisi Keseimbangan

Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan

untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama pada

saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah

kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi seimbang baik

statis maupun dinamis, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal

(Irfan, 2016).

15

Keseimbangan merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan

individu dalam melakukan gerak yang efektif dan efisiensi selain

fleksibilitas (flexibility), koordinasi (coordination), kekuatan (power) dan

daya tahan (endurance). Keseimbangan yang baik akan memungkinkan

seseorang melakukan aktivitas atau gerak yang efektif dan efisien dengan

risiko jatuh yang minimal. Dimana tubuh mampu mempertahankan

posisinya dalam melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk

mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu

serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak

(Bowolaksono, 2013).

Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap bagian tubuh

dan didukung oleh sistem muskuloskeletal serta bidang tumpu. Tujuan

tubuh mempertahankan keseimbangan, yaitu untuk menyangga tubuh

melawan gaya gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan

pusat massa tubuh agar sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu, serta

menstabilkan bagian tubuh ketika tubuh lain bergerak (Irfan, 2011).

2. Jenis Keseimbangan

Berdasarkan pada posisi dan gerakan tubuh, keseimbangan dibagi atas

dua macam yaitu :

a. Keseimbangan statis

Keseimbangan statis adalah kemampuan mempertahankan keadaan

seimbang dalam keadaan diam (Fenanlampir & Faruq, 2012).

Keseimbangan statis yang merupakan kemampuan untuk

mempertahankan posisi tubuh dimana Center of Gravity (COG) tidak

16

berubah atau menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (Supriyono,

2015).

b. Keseimbangan dinamis

Keseimbangan dinamis adalah kemampuan mempertahaknakn

keadaan seimbang dalam keadaan bergerak misalnya berlari, berjalan

dan sebagainya (Fenanlampir & Faruq, 2012). Keseimbangan dinamis

adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana COG

selalu berubah atau kemampuan untuk mempertahankan

kesetimbangan ketika bergerak pada landasan yang bergerak

(dynamic standing) yang akan menempatkan tubuh ke dalam

kondisi yang tidak stabil (Supriyono, 2015).

Dalam kehidupan sehari-hari keseimbangan statis dan dinamis

saling berkaitan dan mutlak tidak dapat dipisahkan karena tubuh

manusia jarang sekali dalam keadaan diam yang sempurna tanpa

melakukan gerakan sama sekali (Wijaya, 2015).

3. Komponen-Komponen Pengontrol Keseimbangan

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :

a. Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan

somatosensoris.

1) Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris.

Keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan

membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk

17

mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama

melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan merupakan

sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita

berada, penglihatan memegang peran penting untuk

mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan

tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima

sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan

atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas

sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh (Irfan, 2011).

2) Sistem vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang

berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak

bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga.

Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis,

utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut

dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi

perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui

refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama

ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan

melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di

batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular

18

tetapi ke serebellum, formatio retikularis, thalamus dan korteks

serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor

labyrinth, retikular formasi, dan serebellum. Keluaran (output) dari

nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula

spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot

proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-

otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga

membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan

mengontrol otot-otot postural (Canan, t.t, dalam yuliana, 2014).

3) Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif

serta persepsi kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak

melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan

(input) proprioseptif menuju serebellum, tetapi ada pula yang

menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang

sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam

dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang

beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat

indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain, serta otot di

proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang

(Irfan, 2011).

19

b. Respon otot-otot postural yang sinergis (postural muscles response

synergies)

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu

dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk

mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa

kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi

mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur

keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada

tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon

dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari

perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan alignment tubuh

(Nugroho, 2011).

Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat

(kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam

melakukan fungsi gerak tertentu.

c. Kekuatan otot (muscle strength)

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas.

Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya

peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Kekuatan otot

dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik

berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal

(internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem

neuromuskular yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf

mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin

20

banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula

kekuatan yang dihasilkan otot tersebut (Nugroho, 2011).

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar.

Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan

otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal lainnya yang

secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh (Nugroho, 2011).

d. Adaptive systems

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan

keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai

dengan karakteristik lingkungan (Canan, t.t, dalam yuliana, 2014).

e. Lingkup gerak sendi (joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan

mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan

keseimbangan yang tinggi (Nugroho, 2011).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan

Keseimbangan tubuh seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor,

antara lain:

a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Center of gravity merupakan titik gravitasi yang terdapat pada

semua benda baik benda hidup maupun mati, titik pusat gravitasi

terdapat pada titik tengah benda tersebut, fungsi dari Center of gravity

adalah untuk mendistribusikan massa benda secara merata, pada

manusia beban tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam

21

keadaan seimbang. Tetapi jika terjadi perubahan postur tubuh maka

titik pusat gravitasi pun berubah, maka akan menyebabkan gangguan

keseimbangan (Unstable). Titik pusat gravitasi selalu berpindah secara

otomatis sesuai dengan arah atau perubahan berat, jika center of

gravity terletak di dalam dan tepat ditengah maka tubuh akan

seimbang, jika berada diluar tubuh maka akan terjadi keadaan

unstable. Pada manusia pusat gravitasi saat berdiri tegak terdapat pada

1 inchi di depan vertebrae Sacrum 2.

b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal

melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis

gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan

derajat stabilitas tubuh.

Gambar 2.1 Line of Gravity

Sumber : (Army, 2012)

22

c. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Base of Support (BOS) merupakan bagian dari tubuh yang

berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat

berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas

yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar

bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan

kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki.

Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas

tubuh makin tinggi (Yuliana, 2014).

Gambar 2.2 Base of Support

Sumber : Polintan, 2014

5. Fisiologi Keseimbangan

Menurut Sherwood (2012) mekanisme fisiologi terjadinya

keseimbangan dimulai ketika reseptor di mata menerima masukan

penglihatan, reseptor di kulit menerima masukan kulit, reseptor di sendi

dan otot menerima masukan proprioseptif dan reseptor di kanalis

semikularis dan organ otolit menerima masukan vestibular. Seluruh

masukan atau input sensoris yang diterima di salurkan ke nuklus

23

vestibularis yang ada di batang otak, kemudian terjadi pemrosesan untuk

koordinasi di serebellum, dari serebellum informasi disalurkan kembali ke

nuklus vestibularis. Terjadilah output atau keluaran ke neuron motorik otot

ekstremitas dan badan berupa pemeliharaan keseimbangan dan postur

yang diinginkan, keluaran ke neuron motorik otot mata ekternal berupa

kontrol gerakan mata, dan keluaran ke SSP berupa persepsi gerakan dan

orientasi. Mekanisme tersebut jika berlangsung dengan optimal akan

menghasilkan keseimbangan statis yang optimal.

Ada dua jenis motor output: disadari dan tidak disadari. Sebuah

subdivisi tanggapan refleks mencakup beberapa gerakan ritmis seperti

menelan, mengunyah, menggaruk, dan berjalan. Sebagian besar gerakan

reflek tidak disadari namun dapat menyesuaikan gerakan yang disadari

dan terkontrol. Untuk memindahkan anggota badan, otak harus

merencanakan gerakan, mengatur gerakan yang sesuai di berbagai sendi

pada saat yang sama, dan menyesuaikan geraka n dengan

membandingkan rencana dengan kinerja. Sistem motor "learn by doing"

dan meningkatkan kinerja dengan pengulangan. Hal ini melibatkan

plastisitas sinaptik.

Perintah untuk gerakan yang disadari berasal dari daerah asosiasi

kortikal. Mutasi yang direncanakan di korteks serta dalam ganglia basal

dan bagian lateral hemisfer cerebellar, seperti yang ditunjukkan oleh

peningkatan aktivitas listrik sebelum gerakan. Thalamus akan mengatur

informasi yang diterima kemudian diteruskan ke ganglia basal, saluran

otak kecil lalu diteruskan ke pre-motor dan korteks motor. Perintah motor

24

dari korteks motorik diteruskan sebagian besar melalui saluran

kortikospinalis ke sumsum tulang belakang dan saluran kortikobulbar yang

sesuai untuk motor neuron di batang otak. Jalur collateral dan koneksi

langsung dari beberapa korteks motor berakhir pada batang otak. Jalur ini

juga dapat memediasi gerakan yang disadari. Perubahan gerakan adalah

pengaruh dari masukan sensorik melalui indera dan dari otot, tendon,

sendi, dan kulit. Informasi umpan balik ini dapat menyesuaikan dan

menghaluskan gerakan. Jalur batang otak yang berkaitan dengan postur

tubuh dan koordinasi adalah saluran rubrospinal, reticulospinal,

tectospinal, dan vestibulospinal.

Pada batang otak dan sumsum tulang belakang ada jalur dan neuron

yang berkaitan dengan kontrol otot trunk dan bagian proksimal dari

extremitas atas, sedangkan jalur neuron yang terhubung dengan kontrol

otot rangka terdapat di bagian distal extremitas atas. Otot-otot axial akan

menyesuaikan postural dan gerakan kasar, sedangkan otot-otot ekstremitas

distal, akan membuat gerakan menjadi terampil (Ganong, 2010).

Gambar 2.3 Fisiologi Keseimbangan

Sumber : Sherwood, 2013

25

Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah:

menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk

mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu,

serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak

(Yuliana, 2014).

6. Keseimbangan pada Lansia

Menurut Granacher et al. (2011) perubahan yang paling terlihat

pada lansia adalah kemunduran dan penurunan fisik, misalnya penurunan

massa dan kekuatan otot, melemahnya koordinasi motorik, dan hilangnya

kemampuan bergerak dan mempertahankan keseimbangan.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia yang dapat

mengakibatkan ketidakstabilan lokomotor antara lain (Maryam et al,

2010) :

a) Perubahan-perubahan pada stabilitas posisi berdiri dan gaya berjalan,

maka sistem-sistem tersebut sudah tidak berfungsi secara sempurna.

b) Atropi jaringan otot dan menurunnya kecepatan impuls proprioseptif.

Hal- hal tersebut akan nampak dimana refleks-refleks melambat,

sehingga kurang cepatnya seseorang bereaksi terhadap suatu

perubahan posisi.

c) Kekuatan otot menurun, yang mengakibatkan perubahan postur tubuh

karena faktor “muscular imbalance”

d) Perubahan gaya jalan, dimana pada usia lanjut cenderung tidak

mengangkat kaki cukup tinggi pada “swing phase” saat melangkah,

sehingga menambah kemungkinan tersandung benda di lantai. Pada

26

laki-laki lansia : pola berjalan dengan jarak kedua kaki melebar (wide

based), langkah pendek, sedang pada wanita : pola jalan “narrow

based” dan “wedding gait”

e) Terdapat kecenderungan hipotensi orthostatic

f) Adanya kondisi penyakit tertentu, misalnya arthritis, pasca stroke,

pasca fraktur femur dan lain-lain.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia dapat

mempengaruhi keseimbangan tubuh. Berkurangnya keseimbangan

pada lansia akan mempengaruhi kondisi lain seperti mengalami

gangguan berjalan dan jatuh (Renisa, 2015).

7. Keseimbangan Dinamis dan Resiko Jatuh Pada Lansia

Lansia merupakan kelompok individu yang mempunyai risiko atau

kemungkinan yang lebih besar jatuh karena perubahan fungsi morfologis

dan fisiologis tubuh terutama yang berkaitan dengan postur tubuh dan

keseimbangan (Noorhidayah, 2016).

Kejadian jatuh pada lansia sering disebabkan oleh gangguan

keseimbangan yang dibebankan pada ketidakmampuan sistem kontrol

postur untuk bereaksi secara cepat dan efisien. Sekitar 10-15% kejadian

jatuh berhubungan dengan keseimbangan yang tidak baik dan cara

berjalan abnormal. Akibat yang ditimbulkan bervariasi, mulai dari cedera

kepala, cedera jaringan lunak sampai patah tulang. Diperkirakan sekitar

1% lansia yang jatuh mengalami fraktur colum femur, 5% fraktur tulang

lain seperti tulang iga, humerus, pelvis, dan lain-lain. 5% mengalami

27

perlukaan jaringan lunak dan fraktur. Fraktur colum femur merupakan

komplikasi utama akibat jatuh pada usia lanjut (Ariawan, 2011).

Menurut WHO, prevalensi jatuh pada usia 65 tahun keatas sekitar

28-35% dan pada usia 70 tahun ke atas sekitar 32-42%. Adanya hubungan

antara penurunan kekuatan otot dengan peningkatan resiko jatuh maka

keseimbangan tidak hanya tentang otot saja melainkan melibatkan

beberapa faktor lainnya seperti yang disebutkan diatas yaitu sistem visual,

vestibular, somatosensorik dan muskuloskeletal (Suadnyana et al, 2015).

Peningkatan resiko jatuh oleh karena adanya gangguan

keseimbangan pada lansia sangat erat kaitannya dengan keseimbangan

dinamis, dimana keseimbangan dinamis merupakan komponen yang

paling penting ketika bergerak dan mendasar dari aktivitas sehari-hari

(Suadnyana et al, 2015).

Oleh sebab itu, untuk mengurangi masalah kesehatan yang

diantaranya risiko jatuh pada lansia harus dilakukan tindakan pencegahan

agar cidera yang diakibatkan jatuh dapat dikurangi dan lebih diutamakan

daripada mengobati komplikasinya (Darmojo, 2011). Di antara beragam

metode untuk mencegah jatuh, olahraga teratur dan tepat memperlambat

penurunan kekuatan fisik seperti kemampuan keseimbangan, kekuatan

otot, dan fleksibilitas, dan latihan yang mencegah jatuh diketahui

mengurangi frekuensinya (Hyun, 2015).

28

8. Pengukuran Keseimbangan Dinamis dengan Time Up and Go Test

(TUG)

Time Up and Go Test (TUG) bertujuan untuk mengukur kecepatan

terhadap aktivitas yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan dan

berisiko jatuh. Alat yang dibutuhkan: Kursi dengan sandaran dan

penyangga lengan, stopwatch, dinding. Waktu tes: 10 detik-3 menit.

Prosedur tes : Posisi awal lansia duduk bersandar pada kursi dengan

lengan berada pada penyangga lengan kursi. Lansia mengenakan alas kaki

yang biasa dipakai. Pada saat peneliti memberi aba-aba “mulai” lansia

berdiri dari kursi, boleh menggunakan tangan untuk mendorong berdiri

jika lansia menghendaki. Pasien terus berjalan sesuai dengan

kemampuannya dengan menempuh jarak 3 meter menuju ke dinding,

kemudian berbalik tanpa menyentuh dinding dan berjalan kembali menuju

kursi. Sesampainya di depan kursi lansia berbalik dan duduk kembali.

Waktu dihitung sejak aba-aba “mulai” hingga lansia duduk bersandar

kembali.

Lansia tidak diperbolehkan mencoba atau berlatih lebih dulu,

stopwatch mulai menghitung setelah pemberian aba-aba “mulai” dan

berhenti menghitung saat subjek kembali pada posisi awal. Interprestasi

dari tes ini yaitu: bila waktu tempuh = Tidak ada resiko jatuh,

sedangkan 14 detik = Resiko tinggi untuk jatuh.

29

Gambar 2.4 Skema Timed Up and Go Test

Sumber: Magdalena, 2017

C. Tinjauan Umum Tentang Ankle Strategy Exercise

1. Definisi Ankle Strategy Exercise

Ankle strategy exercise adalah latihan yang menggambarkan kontrol

goyangan postural dari ankle dan kaki. Gerakan pusat gravitasi tubuh pada

ankle strategy dengan membangkitkan putaran ankle terhadap permukaan

penyangga dan menetralkan sendi lutut dan sendi panggul untuk

menstabilkan sendi proksimal tersebut (Yuliana, 2014).

Pada saat dilakukan ankle strategy, ankle dan otot-otot yang

melewatinya bekerja keras untuk mempertahankan keseimbangan

(Kochoa, 2016). Latihan ini akan melatih aktivasi otot-otot plantar fleksor

dan dorsofleksor pada sendi pergelangan kaki untuk proses penggerakkan

pusat massa tubuh (Renisa, 2015).

2. Mekanisme Ankle Strategy Exercise

Ankle strategy exercise merupakan gerakan yang dilakukan dengan

kekuatan otot dan anggota gerak sendiri dengan melawan gravitasi. Tujuan

adalah memelihara dan meningkatkan kekuatan otot, serta meningkatkan

keseimbangan postural (Kisner, 2012). Menurut Jalalin, latihan tersebut

0 1,5 3

30

dapat meningkatkan keseimbangan karena pergerakan latihannya

menggunakan mulai dari otot-otot ekstremitas bawah sampai deep core

muscle (otot abdominal dan otot ekstensor batang tubuh) (Savira, 2016).

Pada strategi ini kepala dan panggul bergerak dengan arah dan waktu

yang sama dengan gerakan bagian tubuh lainnya diatas kaki. Pada respon

Posterior Sway, respon sinergis otot normal pada strategi ini mengaktivasi

otot tibialis anterior, otot quadrisep diikuti otot abdominal. Pada Anterior

Sway, mengaktifkan otot gastrocnemius, hamstring dan otot-otot ekstensor

batang tubuh (Yuliana, 2014). Otot-otot tersebut akan menyangga tubuh

dari adanya keterbatasan stabilitas sehingga akan menjadikan tubuh tetap

stabil saat melakukan gerakan pada pusat gravitasi dalam posisi

anteroposterior dan mediolateral. (Straus & jaglal, 2015).

Dalam penelitian Yuliana (2014), ia tidak hanya menerapkan teknik

anterior dan posterior sway, melainkan terdapat lateral sway, yaitu

gerakan kepala kesamping kanan dan kiri, serta tubuh menyertai

pergeseran kesamping ditengah – tengah massa tubuh. Pada posisi ini

mengaktivasi otot vastus medialis tungkai atas kanan, sinistra dan otot

vastus medialis tungkai atas kiri.

31

Gambar 2.5 Ankle strategy Exercise

Sumber : Yuliana, 2014

Teori yang dikemukakan oleh American College of Sport Medicine,

latihan yang dapat meningkatkan kekuatan otot yang pada akhirnya akan

meningkatkan keseimbangan postural lansia, dapat dilakukan 3 minggu

latihan dengan frekuensi 2 kali seminggu. Ankle strategy exercise dapat

menimbulkan kontraksi otot. Selanjutnya teori dari Guyton (2014)

menjelaskan ketika otot sedang berkontraksi, sintesa protein kontraktil otot

berlangsung jauh lebih cepat daripada kecepatan penghancurannya,

sehingga menghasilkan filamen aktin dan miosin yang bertambah banyak

secara progresif di dalam miofibril. Kemudian miofibril itu sendiri akan

memecah di dalam setiap serat otot untuk membentuk miofibril yang baru.

Peningkatan jumlah miofibril tambahan yang menyebabkan serat otot

menjadi hipertropi. Dalam serat otot yang mengalami hipertropi terjadi

peningkatan komponen sistem metabolisme fosfagen, termasuk ATP dan

fosfokreatin. Hal ini mengakibatkan peningkatan kemampuan sistem

metabolik aerob dan anaerob yang dapat meningkatkan energi dan

kekuatan otot. Peningkatan kekuatan otot inilah yang membuat lansia

32

semakin kuat dalam menopang tubuh dan melakukan gerakan sehingga

keseimbangan pun menjadi lebih baik.

3. Bentuk Latihan

Bentuk latihan ankle strategy exercise (Yuliana, 2014), sebagai berikut :

a. Ankle strategy Anterior sway, gerakan kepala maju dan tubuh

menyertai pergeseran ke depan ditengah – tengah massa. Pada posisi

ini mengaktivasi otot gastrocnemius, hamstring, dan otot punggung.

b. Ankle strategy posterior sway gerakan kepala mundur dan tubuh

menyertai pergeseran kebelakang ditengah – tengah massa. Pada

posisi ini mengaktivasi otot tibialis anterior, quadriceps,

m.abdominis.

c. Ankle strategy gerakan kepala kesamping kanan dan tubuh menyertai

pergeseran kesamping ditengah – tengah massa tubuh. Pada posisi ini

mengaktivasi otot vastus medialis tungkai atas kanan.

d. Ankle strategy gerakan kepala kesamping kiri dan tubuh menyertai

pergeseran kesamping ditengah – tengah massa tubuh. Pada posisi ini

mengaktivasi otot vastus medialis tungkai atas kiri.

D. Pengaruh Ankle Strategy Exercise terhadap Keseimbangan Dinamis

Lansia

Penuaan umumnya menyebabkan terjadinya gangguan kontrol

keseimbangan dan kompensasi respon postural yang berkontribusi untuk

menjaga keseimbangan dan mencegah jatuh selama perubahan postur. Hal ini

dapat menyebabkan peningkatan resiko jatuh pada lansia di atas usia 65.

Keseimbangan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaktifkan otot

33

dengan amplitudo dan waktu yang diperlukan untuk mengontrol gerakan

tubuh untuk mencegah jatuh selama melakukan berbagai aktivitas misalnya

berdiri, melangkah, berjalan. Kemampuan yang berkurang untuk

mempertahankan keseimbangan dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko

jatuh. Pada lansia, jatuh biasanya menyebabkan cedera, kehilangan

kebebasan, penyakit yang terkait dan kematian dini. Beberapa intervensi

latihan dengan keseimbangan dan komponen penguatan otot telah terbukti

mengurangi jatuh (Dalal et al, 2014)

Peningkatan resiko jatuh oleh karena adanya gangguan keseimbangan

pada lansia sangat erat kaitannya dengan keseimbangan dinamis, dimana

keseimbangan dinamis merupakan komponen yang paling penting ketika

bergerak dan mendasar dari aktivitas sehari-hari (Suadnyana et al, 2015).

Untuk menurunkan resiko jatuh pada lansia, maka diperlukan latihan

yang dapat meningkatkan keseimbangan lansia. Salah satu faktor yang

mempengaruhi keseimbangan adalah kekuatan otot. Kekuatan otot dari kaki,

lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh

saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung

dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal

lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh (Nugroho,

2011). Salah satu latihan keseimbangan yang dapat meningkatkan kekuatan

otot ekstremitas bawah adalah Ankle strategy exercise.

Ankle strategy exercise adalah bentuk latihan dengan menstimulus

sistem muskuloskeletal tubuh manusia sehingga dengan memberikan ankle

strategy exercise dapat mengoptimalkan sistem keseimbangan tubuh.

34

Pemberian ankle strategy exercise dapat meningkatkan kerja otot – otot

postural agar dapat menstabilkan posisi tubuh manusia dan merangsang tubuh

untuk dapat mengontrol setiap goyangan yang diterima oleh tubuh sehingga

tubuh mampu untuk mempertahankan posisi tubuh (Yuliana, 2014).

Latihan penguatan juga dapat menstimulasi peningkatan proprioseptif

dikarenakan latihan penguatan akan meningkatkan aktivitas recruitmen motor

unit yang akan mengaktivasi golgi tendon organ dan muscle spindle (Brown,

2007 dalam Swandari, 2015). Selama pelatihan maka serabut intrafusal dan

ekstrafusal akan terus menerima input sensoris, yang akan dikirim dan

diproses di otak sehingga dapat menentukan besarnya co-kontraksi otot yang

diperlukan. Sebagian respon yang dikirim akan kembali ke ekstrafusal dan

mengaktivasi golgi tendon sehingga akan terjadi perbaikan koordinasi serabut

intrafusal dan serabut ekstrafusal dengan saraf afferent yang ada di muscle

spindle sehingga terbentuklah proprioseptif yang baik (Swandari, 2015).

Terbentuknya proprioseptif yang baik maka informasi mengenai posisi tubuh

terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara

segmen tubuh (internal) yang diterima oleh serebellum akan lebih baik,

informasi tersebut akan digunakan oleh tubuh untuk mempertahankan

keseimbangan. (Swandari, 2015).

35

E. Kerangka Teori

Gambar 2.6 Bagan Kerangka Teori

Penurunan Fungsi

dan Fisik

Lanjut Usia

Peningkatan

Resiko Jatuh

Gangguan

Keseimbangan

Ankle Strategy

Exercise

Adaptasi

Neuromuskular

Penurunan Resiko

Jatuh

Kekuatan otot ↓

Kecepatan impuls

proprioseptif ↓

Peningkatan

Keseimbangan

Dynamic postural

control

1. ↑ Kekuatan Otot

2. ↑ Proprioseptif

3. ↑ Kontrol Motorik

36

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Antara Variabel Dependen

Variabel Perancu Variabel Kontrol

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Terdapat

pengaruh pemberian Ankle strategy Exercise terhadap perubahan tingkat

keseimbangan dinamis lansia.

Ankle Strategy

Exercise

1. Kriteria Inklusi

2. Kriteria Eksklusi

Latihan aktivitas

Fisik lainnya (mis.

Senam)

Adaptasi

Neuromuskular

Perubahan Tingkat

Keseimbangan

Dinamis Lansia

37

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat pre eksperimental design. Dikatakan

penelitian experimental dengan desain penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah “One group Pretest-posttest design”, merupakan suatu

desain penelitian yang tidak memiliki variabel pembanding (variabel kontrol),

sehingga penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok uji. Sampel tidak

dipilih secara acak (random). Responden dalam kelompok tersebut akan

dinilai kemampuannya sebelum diberikan perlakuan. Setelah diberi

perlakuan, selanjutnya dilakukan penilaian akhir kepada kelompok uji

tersebut. Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut:

Pretest Treatment Posttest

Keterangan:

T1 : Pretest Keseimbangan dinamis (Time Up and Go Test)

X : Pemberian Ankle Strategy Exercise

T2 : Posttest Keseimbangan dinamis (Time Up and Go Test)

T1 X T2

38

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)

Gau Mabaji, Kabupaten Gowa.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah selama 5 minggu dari 9 April sampai 11

Mei 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia yang berjumlah 96

orang di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian berjumlah 16 responden. Teknik pengambilan

sampel adalah dengan cara purposive sampling, yaitu pemilihan sampel

berdasarkan kriteria tertentu. Adapun, yang memenuhi kriteria:

a. Kriteria Inklusi

1) Bersedia menjadi responden

2) Kooperatif/tidak mengalami gangguan kognitif dan gangguan

pendengaran

3) Tidak terdapat keterbatasan lingkup gerak sendi aktif pada sendi

anggota gerak pada kedua sisi tubuh

39

Pemberian

Ankle Strategy

Exercise

Observasi di

PSTW Gau

Mabaji

Izin Penelitian

Pre-test

Post-test

Analisis

Pengolahan Data

Pemilihan Sampel

Laporan Penelitian

4) Lanjut Usia yang tidak menjalani perawatan khusus (dalam

keadaan bed rest atau keadaan sakit yang tidak memungkinkan

untuk mengikuti penelitian)

5) Dengan nilai Time Up and Go Test >14 detik

b. Kriteria Eksklusi

1) Mengalami cacat fisik/disabilitas

2) Lansia yang memiliki penyakit kronik (kanker, gagal jantung

kongestif, diabetes glukoma, stroke)

3) Menderita Hipertensi derajat 3

D. Alur Penelitian

Gambar 4.1 Bagan Alur Penelitian

40

E. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian terdiri dari variabel independen (variabel bebas)

dan variabel dependen (variabel terikat):

a. Variabel independen : Ankle strategy exercise

b. Variabel dependen : Perubahan tingkat keseimbangan dinamis

lansia

2. Definisi Operasional Variabel

a. Perubahan tingkat Keseimbangan Dinamis Lansia

Perubahan tingkat keseimbangan dinamis adalah selisih hasil

pengukuran tingkat keseimbangan dinamis antara pengukuran

keseimbangan dinamis pertama (Pretest) dan pengukuran

keseimbangan dinamis kedua (Posttest) setelah pemberian Ankle

Strategy Exercise selama 5 minggu. Keseimbangan dinamis diukur

dengan menggunakan Time Up and Go Test (TUG).

Kriteria Objektif :

Bila 14 detik = Tidak ada resiko jatuh

Bila 14 detik = Resiko tinggi untuk jatuh

Keseimbangan dinamis dikatakan meningkat, apabila nilai

pengukuran posttest lebih tinggi dibanding pretest, menetap apabila

tidak terjadi perubahan nilai antara pretest dan posttest, menurun

apabila hasil pretest lebih tinggi dibanding posttest.

41

b. Ankle Strategy Exercise

Ankle strategy exercise adalah salah satu bentuk latihan

keseimbangan yang dapat meningkatkan kekuatan otot-otot

ekstremitas bawah dan proprioseptif, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan keseimbangan dan mengurangi resiko jatuh.

Bentuk latihan Ankle strategy exercise adalah sebagai berikut :

a. Ankle strategy Anterior sway, gerakan kepala maju dan tubuh

menyertai pergeseran ke depan ditengah – tengah massa. Pada

posisi ini mengaktivasi otot gastrocnemius, hamstring, dan otot

punggung.

b. Ankle strategy posterior sway gerakan kepala mundur dan tubuh

menyertai pergeseran kebelakang ditengah – tengah massa. Pada

posisi ini mengaktivasi otot tibialis anterior, quadriceps,

m.abdominis.

c. Ankle strategy gerakan kepala kesamping kanan dan tubuh

menyertai pergeseran kesamping ditengah – tengah massa tubuh.

Pada posisi ini mengaktivasi otot vastus medialis tungkai atas

kanan.

d. Ankle strategy gerakan kepala kesamping kiri dan tubuh

menyertai pergeseran kesamping ditengah – tengah massa tubuh.

Pada posisi ini mengaktivasi otot vastus medialis tungkai atas kiri.

Adapun dosis yang diberikan:

Frekuensi (F) : 3 kali /minggu (selama 5 minggu)

Intensitas (I) : 8 hit/5 kali repetisi (selama 3 set)

42

Teknik (T) : Anterior sway, posterior Sway, Lateral sway

Time (T) : 15 menit (intermitten)

F. Instrumen Penelitian

1. Lembar penilaian Time Up and Go Test (TUG)

2. Meteran

3. Stopwatch

4. Alat tulis

5. Informed consent

G. Prosedur Penelitian

1. Mengajukan permohonan untuk melakukan penelitian, setelah

mendapat izin, peneliti melakukan pendataan terhadap Lanjut Usia

untuk menentukan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

yang ditentukan.

2. Memberi penjelasan mengenai tujuan, manfaat, cara kerja, dan risiko

yang dapat muncul selama pemberian latihan dalam penelitian ini. Bila

responden bersedia, maka akan diberikan informed consent (lembar

persetujuan) dan menandatangani lembar tersebut.

3. Setelah menandatangani lembar persetujuan, selanjutnya responden

mengisi identitas diri.

4. Melakukan pemeriksaan vital sign.

5. Melakukan pengukuran keseimbangan dinamis pada responden yang

dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan Time Up and Go Test

(TUG) dengan cara :

43

a. Lansia duduk bersandar pada kursi dengan lengan berada pada

penyangga lengan kursi dan Lansia mengenakan alas kaki yang

biasa dipakai.

b. Pada saat peneliti memberi aba-aba “mulai” lansia berdiri dari

kursi, boleh menggunakan tangan untuk mendorong berdiri jika

lansia menghendaki.

c. Pasien terus berjalan sesuai dengan kemampuannya dengan

menempuh jarak 3 meter menuju ke dinding, kemudian berbalik

tanpa menyentuh dinding dan berjalan kembali menuju kursi.

d. Sesampainya di depan kursi lansia berbalik dan duduk kembali.

e. Waktu dihitung sejak aba-aba “mulai” hingga lansia duduk

bersandar kembali. Kemudian hasil pengukuran dicatat di lembar

observasi.

6. Sebelum melakukan latihan, pastikan responden dalam keadaan rileks,

dan melakukan pemanasan ringan selama 5 menit.

7. Pemberian Ankle strategy Exercise dengan teknik latihan :

a. Anterior sway : Dilakukan dalam posisi berdiri, dengan kaki yang

tidak terlalu dirapatkan. Pada saat aba-aba mulai, gerakkan kepala

dan tubuh secara bersamaan ke arah depan ditengah – tengah

massa. Tahan selama 8 hitungan, lalu kembali ke posisi awal.

(Pengulangan 5 kali)

b. Posterior sway : Dilakukan dalam posisi berdiri, dengan kaki

yang tidak terlalu dirapatkan. Pada saat aba-aba mulai, gerakkan

kepala dan tubuh secara bersamaan ke arah belakang ditengah –

44

tengah massa. Tahan selama 8 hitungan, lalu kembali ke posisi

awal. (Pengulangan 5 kali)

c. Lateral sway (dekstra) : Dilakukan dalam posisi berdiri, dengan

kaki yang tidak terlalu dirapatkan. Pada saat aba-aba mulai,

gerakkan kepala dan tubuh secara bersamaan ke arah samping

kanan ditengah – tengah massa tubuh. Tahan selama 8 hitungan,

lalu kembali ke posisi awal. (Pengulangan 5 kali)

d. Lateral sway (sinistra) : Dilakukan dalam posisi berdiri, dengan

kaki yang tidak terlalu dirapatkan. Pada saat aba-aba mulai,

gerakkan kepala dan tubuh ke arah samping kiri ditengah – tengah

massa tubuh. Tahan selama 8 hitungan, lalu kembali ke posisi

awal. (Pengulangan 5 kali)

8. Saat melakukan latihan, diberikan jeda istirahat selama 2 menit untuk

tiap set latihan.

9. Peneliti melakukan evaluasi/posttest dengan mengukur keseimbangan

dinamis menggunakan alat ukur Time Up and Go Test (TUG) setelah

pemberian latihan Ankle strategy Exercise selama 15 kali perlakuan

selama 5 minggu. Kemudian mencatat hasilnya pada lembar observasi.

10. Selanjutnya data yang diperoleh akan diolah dengan perhitungan

statistika untuk memperoleh hasil penelitian.

H. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer dari hasil

pengukuran keseimbangam dinamis pada lansia sebelum dan setelah

pemberian Ankle strategy Exercise yang diolah menggunakan sistem SPSS

45

dengan melakukan uji normalitas uji Shapiro Wilk untuk mengetahui

sebaran data. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan uji T-

berpasangan untuk mengetahui pengaruh sebelum dan setelah diberikan

latihan.

I. Masalah Etika

Penelitian yang akan dilakukan harus mendapat rekomendasi dari

institusi dan mengajukan permohonan izin kepada instansi penelitian.

Adapun etika penelitian yang perlu diperhatikan:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang memenuhi

kriteria inklusi. Jika pasien bersedia menjadi responden maka harus

menandatangani lembar persetujuan dan pasien yang menolak tidak

akan dipaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi hanya memberi kode tertentu pada setiap responden.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti.

46

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Gau

Mabaji Kabupaten Gowa pada tanggal 9 – 11 Mei 2018. Sampel penelitian

ini adalah Lansia yang memiliki gangguan keseimbangan dinamis dan

tidak menjalani perawatan khusus. Jumlah sampel yang diperoleh

berdasarkan kriteria adalah sebanyak 16 orang. Setiap sampel diberikan

perlakuan dengan Ankle strategy exercise sebanyak 15 kali intervensi

dengan alat ukur yang digunakan adalah Time Up and Go Test (TUG).

Hasil penelitian mengenai gambaran umum sampel disajikan dalam bentuk

tabel sebagai berikut.

1. Karakteristik Sampel Penelitian

Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Karakterisitik Sampel n (%)

Umur

60 – 69 2 12,5

70 – 79 11 68,8

80 – 89 3 18,8

Jenis Kelamin

Laki-laki 8 50

Perempuan 8 50

Total 16 100.0

Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 5.1 menunjukkan karakteristik sampel berdasarkan

kelompok umur dan jenis kelamin pada lansia yang mengalami

gangguan keseimbangan. Berdasarkan distribusi sampel menurut umur,

47

sampel dibagi menjadi tiga kelompok yaitu 60 – 69 tahun berjumlah 2

orang (12.5%), umur 70 – 79 tahun berjumlah 11 orang (68,8%), dan 80

– 84 tahun berjumlah 3 orang (18,8%). Dari hasil data tersebut

menunjukkan bahwa Lansia dengan umur 71 – 79 tahun dengan jumlah

sampel 11 orang paling banyak diantara semua rentan umur.

Berdasarkan karakteristik sampel menurut jenis kelamin

menunjukkan bahwa sampel yang berjenis kelamin laki – laki dan

perempuan berjumlah sama, yaitu masing-masing berjumlah 8 orang.

2. Pengaruh Pemberian Ankle Strategy Exercise Terhadap Perubahan

Tingkat Keseimbangan Dinamis Lansia

Untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah pemberian

latihan, dilakukan tes keseimbangan dinamis dengan menggunakan

Timed up and Go test (TUG). Jika skor TUG <14 detik berarti “Tidak

ada resiko jatuh” dan apabila >14 detik, berarti “Resiko tinggi untuk

jatuh”.

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Keseimbangan Dinamis

Tingkat Keseimbangan Dinamis

Kelompok Tidak ada resiko jatuh Resiko tinggi untuk jatuh

n (%) n (%)

Pre-Test 0 0 16 100

Post-Test 12 75 4 25

Keterangan : n = jumlah sampel; % = persentase

Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 5.2 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan tingkat

keseimbangan dinamis hasil pre-test dan post-test. Berdasarkan tabel

diatas sampel dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu kategori “Tidak

ada resiko jatuh” dan “Beresiko tinggi untuk jatuh”. Hasil pre-test

menunjukkan bahwa semua responden berada pada kategori “Beresiko

48

tinggi untuk jatuh” berjumlah 16 orang (100%). Sedangkan pada hasil

post-test menunjukkan kelompok kategori “Tidak ada resiko jatuh”

berjumlah 12 orang (75%) dan kelompok kategori “Beresiko tinggi

untuk jatuh” berjumlah 4 orang (25%).

Tabel 5.3 Selisih Rata-rata Pre Test Dan Post Test Berdasarkan Kategori Usia

Kategori Selisih Pretest dan Posttest

N mean

Usia

2

11

3

5,01

4,85

2,85

60-69 Tahun

70-79 Tahun

80-89 Tahun

Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 5.3 menunjukkan hasil selisih rata-rata pre test dan post

test berdasarkan kategori usia. Pada kategori usia 60-69 tahun di

dapatkan selisih rata-rata sebesar 5,01, kategori 70-79 tahun diperoleh

rata-rata 4,85, dan kategori 80-89 tahun di peroleh rata-rata 2,85.

Tabel 5.4 Selisih Rata-rata Pre Test Dan Post Test Berdasarkan jenis kelamin

Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 5.4 menunjukkan hasil selisih rata-rata pre test dan post test

berdasarkan jenis kelamin. Pada kategori jenis kelamin, Lansia laki-laki

memperoleh selisih rata-rata sebesar 4,61 dan lansia perempuan sebesar

4,37.

Uji Hipotesis digunakan untuk mengetahui pengaruh antara

variabel dependen dengan variabel independen. Sebelum dilakukan

analisis bivariat, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Sampel pada

Kategori Selisih Pretest dan Posttest

n mean

Jenis Kelamin

8

8

4,61

4,37

Laki-laki

Perempuan

49

penelitian ini berjumlah <50 orang, sehingga uji normalitas

menggunakan uji Shapiro-Wilk.

Tabel 5.5 Hasil Analisis Normalitas Data Pre Test dan Post Test Tingkat

Keseimbangan Dinamis Lansia

Variabel n

Shapiro-Wilk

Sig. Keseimbangan dinamis

Pre test 16 0,308

Post test 16 0,110

Sumber: Data Primer,2018

Tabel 5.4 menunjukkan sebaran data pre test dan post test tingkat

keseimbangan dinamis. Didapatkan bahwa nilai signifikan untuk pre

test adalah 0,308 (p>0,05) menunjukkan bahwa data berditribusi normal

sedangkan nilai signifikan untuk post test adalah 0,110 (p>0,05)

menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan diatas bahwa

kedua data yaitu data pretest dan posttest semuanya berdistribusi

normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji paired sample T-

test.

Tabel 5.6 Hasil Analisis Data Pre Test dan Post Test Tingkat Keseimbangan

Dinamis Lansia

Variabel

n Mean SD Uji paired sample T-

test Keseimbangan Dinamis

Pre Test 16 17,25 2,126 0,000

Post Test 16 12,75 2,989

Keterangan : SD = Standard deviation

Sumber: Data Primer,2018

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa nilai mean sebelum dilakukan

pemberian latihan sebesar 17,25 dan nilai SD sebesar 2,126. Kemudian

setelah diberikan latihan didapatkan nilai mean sebesar 12,75 dan nilai

SD sebesar 2,989.

50

Hasil uji paired sample t-test diperoleh nilai p<0,001 (p<0,05)

yang menunjukkan bahwa ada perubahan bermakna pada tingkat

keseimbangan dinamis antara sebelum dan setelah pemberian Ankle

strategy exercise.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh

pemberian Ankle strategy exercise terhadap perubahan tingkat

keseimbangan dinamis pada lansia di panti sosial tresna werdha gau

mabaji gowa dengan melihat perbedaan tingkat keseimbangan dinamis

antara sebelum dan setelah pemberian latihan. Data pada penelitian ini

merupakan data primer yang diperoleh langsung dari sampel.

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan, maka

sampel pada penelitian ini yaitu 16 orang dari keseluruhan populasi.

Berdasarkan Tabel 5.1, penelitian ini memiliki jumlah sampel

sebanyak 16 orang dengan kategori usia paling banyak pada rentan

usia 70-79 tahun sejumlah 11 orang dan yang paling sedikit adalah

pada rentan usia 60-69 tahun sebanyak 2 orang. Sampel dengan rentan

usia 60-69 tahun berjumlah paling sedikit dikarenakan pada panti

sosial tresna werdha, lansia dengan rentan usia tersebut berjumlah

lebih sedikit dibandingkan dengan dengan rentan usia yang lain.

Adapun lansia dengan rentan usia 60-69 tahun hanya beberapa lansia

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan

peneliti, sehingga diperoleh sampel yang sedikit. Pada rentan usia 80-

51

89 tahun hanya diperoleh 3 orang sampel, hal ini dikarenakan pada

usia tersebut rata-rata lansia telah mengalami penurunan kondisi fisik

yang lebih besar dibanding rentan usia dibawahnya, serta mengalami

gangguan kognitif, sehingga tidak memenuhi kriteria untuk menjadi

sampel penelitian ini.

Ditinjau dari besarnya resiko jatuh berdasarkan usia, penelitian

yang dilakukan oleh Chaudhuri, S et al, (2014) yang melihat

identifikasi risiko jatuh pada lanjut usia, yang menyatakan bahwa usia

60 tahun dan yang lebih tua memiliki risiko tinggi untuk jatuh.

Semakin bertambahnya usia, lansia mengalami penurunan fungsi dan

fisik salah satunya adalah penurunan keseimbangan dan meningkatnya

resiko jatuh. Menurut teori Abrams dan Berkow (2013) jatuh adalah

penyebab kecelakaan yang paling sering pada orang yang berusia >65

tahun. Seseorang yang telah mencapai usia di atas 60 tahun akan

mengalami penurunan kemampuan input proprioseptif, proses

degeneratif, sistem vestibular, reflek yang melambat dan melemahnya

kekuatan otot dapat meningkatkan resiko jatuh.

Karakteristik sampel dilihat dari jenis kelamin menunjukkan

bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 8 orang

(50%) dan yang berjenis kelamin perempuan juga berjumlah 8 orang

(50%). Hal ini berarti bahwa jumlah responden berjenis kelamin laki-

laki sebanding dengan responden berjenis kelamin perempuan.

Meskipun jumlah lansia perempuan di PSTW lebih banyak dibanding

lansia laki-laki, namun banyak lansia perempuan yang tidak memenuhi

52

kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Hal ini dapat terjadi

disebabkan pada lansia perempuan terjadi penuaan yang akan

mengalami penurunan terhadap hormon estrogen, akibatnya pada

tulang akan mengalami hilangnya kalsium yang akan berpengaruh

pada kondisi fisiknya (Apriani, 2015).

2. Pengaruh Pemberian Ankle Strategy Exercise terhadap perubahan

keseimbangan dinamis pada Lansia

Pengukuran tingkat keseimbangan dinamis dilakukan dengan

Timed up and Go test (TUG) . Berdasarkan hasil analisis data Tabel

5.2 dapat dilihat bahwa pada pre test, 16 orang memiliki tingkat

keseimbangan dinamis dengan kategori “Resiko tinggi untuk jatuh”.

Setelah sampel diberikan perlakuan sebanyak 15 kali, tingkat

keseimbangan dinamis kembali diukur dengan pengukuran yang sama

untuk mendapatkan nilai post test. Berdasarkan hasil post test

diketahui bahwa sampel yang dengan kategori “tidak ada resiko jatuh”

sebanyak 12 orang yang sebelumnya berada pada ketegori “resiko

tinggi untuk jatuh”, kemudian sebanyak 4 orang tetap berada pada

kategori “resiko tinggi untuk jatuh”. Meskipun 4 orang tidak

mengalami perubahan kategori, namun sampel tersebut mengalami

peningkatan skor keseimbangan dinamis. Sampel dengan kategori

tetap tersebut memiliki skor TUG awal yang lebih tinggi dibanding

lansia yang lain, yang berarti memiliki resiko jatuh yang lebih tinggi

pula, hal ini dapat dikarenakan usia sampel yang hampir dan telah

memasuki usia 80 tahun keatas mengalami penurunan keseimbangan

53

yang lebih tinggi, ini dapat disebabkan karena semakin tua usia

seseorang, maka akan menunjukkan penurunan dari panjang langkah

yang semakin memendek yang disebabkan karena beberapa faktor,

salah satunya adalah menurunnya kekuatan otot (Af’idah, 2012). Hal

ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Pahlevi (2016)

yang menunjukkan adanya hubungan antara panjang langkah dengan

keseimbangan dinamis pada lanjut usia dengan nilai (p< 0,000) atau

nilai p < 0,05. Berdasarkan tabel 5.3. rata-rata peningkatan pada rentan

usia 80 tahun keatas hanya mengalami peningkatan sebesar 2,85 detik,

sehingga meskipun terjadi peningkatan nilai keseimbangan, skor TUG

akhir tidak dapat mencapai kategori “tidak ada resiko jatuh”. Rentan

usia yang memiliki selisih rata-rata yang paling tinggi adalah 60-69

tahun yaitu sebesar 5,01. Hal ini dikarenakan rentan usia diatas, rata-

rata memiliki keseimbangan dinamis yang masih lebih baik

dibandingkan dengan usia di atasnya dan memiliki resiko jatuh yang

lebih rendah. Hal ini didukung oleh penelitian Safitri et al (2014) yang

telah menganalisa 45 lansia diatas 60 tahun menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara usia dan resiko jatuh, dimana resiko jatuh

meningkat seiring bertambahnya usia seseorang (p 0.02< 0.05).

Selanjutnya, selisih rata-rata pre test dan post test berdasarkan kategori

jenis kelamin tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna yaitu 4,61

detik dan 4,37 detik. Hal ini juga didukung oleh penelitian Safitri et al

(2014) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis

kelamin dan resiko jatuh (p 0.492 > 0.05).

54

Hasil penelitian berdasarkan uji statistik dengan menggunakan

uji Paired sample T-test menunjukkan nilai p<0.001 (p<0.05) yang

artinya terdapat pengaruh pemberian Ankle Strategy Exercise terhadap

keseimbangan dinamia lansia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

telah dilakukan oleh Triyono (2018) dengan hasil penelitian

berdasarkan uji statistik menunjukkan pemberian Ankle strategy

Exercise memberikan pengaruh terhadap keseimbangan dinamis lansia

di posyandu lansia ngudi waras sukoharjo yang dilakukan selama 12

kali perlakuan dengan nilai signifikansi (2-tailed) 0,000. Selain itu

penelitian yang dilakukan oleh Yuka noor afifah (2014) yang

memberikan ankle strategy exercise selama 3 minggu menunjukkan

hasil bahwa terdapat peningkatan keseimbangan postural pada lansia

yang diukur menggunakan tes marsdem.

Selama penelitian berlangsung, sebelum memberikan latihan

hal yang penting untuk diperhatikan adalah dengan melakukan

pemanasan. Hal ini bertujuan agar dapat meningkatkan aliran darah

sehingga menghasilkan suhu tubuh yang lebih tinggi di seluruh tubuh.

Peningkatan suhu tubuh ini merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas fisik dengan melalui peningkatan kecepatan

kontraksi dan relaksasi otot sehingga otot dapat bekerja lebih efisien.

Selanjutnya, pemberian Ankle strategy exercise menekankan pada

kontrol goyangan postural dari ankle dan kaki yang berfungsi untuk

menjaga pusat gravitasi tubuh atau center of gravity (COG). Salah satu

faktor dalam keseimbangan dinamis adalah pusat gravitasi. Pada

55

manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan

berat ditambah adanya keadaan dimana lansia mengalami penurunan

kekuatan dalam mempertahankan garis keseimbangan, hal ini menjadi

permasalahan yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan postural

jika tidak ditanggapi dengan serius dikarenakan postur tubuh lansia

akan menyesuaikan dengan kemampuan otot dalam membentuk

kesetimbangan (Magdalena, 2017).

Saat melakukan latihan Ankle strategy terdapat perubahan

pusat gravitasi pada tubuh lansia, dimana kepala dan panggul bergerak

dengan arah dan waktu yang sama dengan gerakan bagian tubuh

lainnya di atas kaki, hal tersebut akan merespon otot-otot postural yang

sinergis untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Saat

goyangan ke depan, respon sinergis otot normal pada latihan ini

mengaktifkan otot gastrocnemius, hamstring dan otot-otot ekstensor

batang tubuh pada respon goyangan ke belakang, mengaktivasi otot

tibialis anterior, otot quadrisep diikuti otot abdominal. Ankle strategy

exercise mampu meningkatkan keseimbangan tubuh lansia dengan

cara melatih kontrol postural saat COG berubah serta meningkatkan

kekuatan anggota gerak bawah dengan aktivasi otot yang terjadi dari

distal ke proksimal dari torsi sendi ankle. Diketahui bahwa penguatan

otot tungkai bawah dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh lansia,

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatarina (2012) yang

menerapkan latihan penguatan otot tungkai bawah dengan metode

56

1RM menunjukkan hasil bahwa latihan penguatan otot tungkai bawah

efektif untuk meningkatan keseimbangan lansia.

Latihan ankle strategy akan menimbulkan kontraksi otot.

Kontraksi otot yang berulang akan menstimulus kontrol saraf motorik

dan sensorik. Pada awal pelatihan, neuron berada pada keadaan

terfasilitasi, yaitu besarnya potensial membran mendekati ambang

dengan tujuan untuk peletupan dibandingkan keadaan normal tetapi

belum cukup mencapai batas peletupan. Pelatihan balance strategy

exercise yang dilakukan dengan frekuensi tiga kali seminggu selama

lima minggu berturut-turut dapat memberikan efek berupa adaptasi

neural yang meliputi antara lain: sumasi spasial dan sumasi temporal

pada sistem saraf. Adaptasi neural tersebut dapat menimbulkan sumasi

serabut multipel yaitu adanya peningkatan jumlah unit motorik yang

berkontraksi dengan cara bersama-sama. Meningkatnya jumlah unit

motorik, maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot (Squire et al,

2008 dalam Apriani, 2015).

Pada saat dilakukan ankle strategy exercise, juga akan

merangsang kerja proprioseptif pada sistem somatosensorik. Informasi

proprioseptif disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medulla

spinalis. Sebagian besar input proprioseptif menuju serebelum. Impuls

yang datang dari alat indra adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi

disinovial dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor pada

kulit dan jaringan lain serta otot yang diproses di korteks yang akan

57

memberikan kesadaran posisi tubuh saat bergerak untuk mencapai dan

mempertahankan keseimbangan tubuh (Magdalena, 2017).

Latihan yang terarah dan teratur secara terus menerus dapat

mengaktifkan sifat plastisitas yang ada di otak yang disebut juga

dengan neuroplastisitas. Neuroplastisitas dapat terjadi karena adanya

adaptasi yang diperoleh dari proses pembelajaran, pengalaman dan

adaptasi lingkungan.

Ada tiga proses utama yang terlibat dalam neuroplastisitas

yaitu angiogenesis, neurogenesis, dan plastisitas sinaptik

(sinaptogenesis). Proses angiogenesis diawali dengan pelepasan dan

pembentukan faktor pertumbuhan angiogenik yang berdisfusi ke

sekitar jaringan yang rusak sehingga sel endetol membentuk molekuk-

molekul baru untuk kemudian berproliferasi dan bermigrasi menuju

jaringan yang rusak. Akhirnya sel-sel endotel yang terbentuk akan

menyatu untuk saling berhubungan satu sama lain agar darah dapat

bersirkulasi di daerah yang rusak tersebut (Nasution, 2010). Pada

proses neuroplastisitas terdapat neurogenesis yang di perankan oleh

neural stem cell (NSC). NSC memiliki sifat yang mampu untuk

memperbarui dirinya sendiri, mampu berproliferasi dan berkembang

menjadi neuron dan sel glia (Lazarov, dkk.,2010 dalam Irawan 2015).

Pada proses neurogenesis belum ada sinaps yang

menghubungkan antar neuron. Sinaps merupakan suatu struktur yang

menjadi titik temu antara satu neuron dengan neuron lainnya sehingga

impuls dapan di teruskan dari satu neuron ke neuron lainnya. Motor

58

lerning (pembelajaran motorik) berperan dalam sinaptogenesis atau

pembentukan sinaps baru. Ketika satu neuron sering berkomunikasi

dengan neuron lain, ujung aksonnya akan membentuk cabang yang

kemudian membentuk sinaps tambahan sehingga neuron presinaps

memiliki efek lebih besar terhadap potensial membrane neuron pasca

sinaps dan komunikasi antar neuron dapat berjalan lebih cepat dan

lebih efektif (Carslon, 2013 dalam Furqaani 2017).

Latihan ini dilakukan rutin oleh lansia sehingga lama-kelamaan

dapat terjadi proses adaptasi neuromuskular yang akan berdampak

pada keseimbangannya. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

American Collage of Sport Medicine, bahwa latihan yang dilakukan

selama 3-4 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu akan

meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan keseimbangan postural

pada lansia (Magdalena, 2017).

Hasil tes akhir keseimbangan pada lansia di panti sosial tresna

werdha setelah diberikan 15 kali perlakuan, memiliki peningkatan nilai

yang beragam, hal ini dikarenakan aktivitas fisik lansia yang berbeda-

beda dan faktor usia. Dilihat dari nilai responden yang diberikan Ankle

Strategy Exercise, menunjukkan perubahan yang bermakna, dimana

seluruh responden mengalami perubahan skor TUG yang berarti

terdapat peningkatan nilai keseimbangan dinamis. Selain beberapa

faktor yang telah dipaparkan di atas, hal ini juga dipengaruhi oleh

tingginya motivasi dan semangat para lansia dalam mengikuti latihan,

tingginya rasa percaya diri untuk tidak takut jatuh dan adanya

59

kesadaran akan pentingnya kesehatan, sehingga lansia bersungguh-

sungguh mengikuti latihan dan didapatkan hasil yang bermakna.

Menurut Anggraeni (2018) semakin pasien antusias atau memiliki

motivasi yang tinggi dan memiliki rasa ingin pulih dengan cepat dapat

diyakini bahwa pemulihannya akan lebih efektif, karna pada dasarnya

pemulihan setiap orang itu juga di pengaruhi dari faktor psikologisnya,

semakin dia yakin akan apa yang dilakukan maka akan akan

berdampak baik terhadap apa yang akan di peroleh, hal ini menjadi

salah satu faktor terjadinya peningkatan keseimbangan.

3. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Peneliti tidak dapat mengontrol secara penuh variabel perancu yang

dapat mempengaruhi variabel dependen.

2. Jumlah sampel yang sedikit

60

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu:

1. Distribusi keseimbangan dinamis pada lansia sebelum diberikan

perlakuan Ankle Strategy Exercise adalah lansia dengan kategori

Resiko jatuh tinggi sebesar 100%.

2. Distribusi risiko jatuh pada lansia setelah diberikan perlakuan Ankle

Strategy Exercise adalah lansia dengan Tidak ada resiko jatuh sebesar

75% dan Resiko jatuh tinggi sebesar 25%.

3. Terdapat pengaruh pemberian Ankle Strategy Exercise terhadap

Keseimbangan dinamis pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Gau Mabaji Kabupaten Gowa dengan nilai p<0.001 (p<0.05).

B. Saran

Adapun saran peneliti dari hasil penelitian ini adalah:

1. Disarankan agar metode Ankle Strategy exercise dapat diaplikasikan

sebagai salah satu penatalaksanaan fisioterapi untuk mengurangi dan

meminimalisir risiko jatuh pada lanjut usia.

2. Disarankan kepada lansia untuk memperhatikan hal-hal yang

mempengaruhi kualitas pemulihan seperti kondisi fisik, psikis dan

motivasi untuk menunjang tercapainya hasil yang maksimal serta lebih

sering melakukan latihan dirumah/menjalani home program agar lebih

produktif.

61

3. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk melakukan kontrol

terhadap faktor yang mempengaruhi risiko jatuh seperti kondisi tubuh

responden.

4. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menambah jumlah

responden agar hasil penelitian yang didapatkan bisa lebih baik.

62

DAFTAR PUSTAKA

Abrams WB, Berkow R. 2013. The merck Manual geriatrics. Tangerang selatan:

Binarupa Aksara Publisher

Af’idah FSN., Dewi YS., Hadhisuyatmana S. 2012. Studi Risiko Jatuh Melalui

Pemeriksaan Dynamic Gait Index (DGI) pada Lansia di Panti Werdha

Hargodedali Surabaya. Indonesian Journal of Community Health Nursing.

Surabaya.

Afifah Y N. 2014. Ankle Strategy Exercise Untuk Meningkatkan keseimbangan

Postural Pada Lanjut Usia. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Apriani N P R, Tianing N W, Griadhi P A. 2015. Pemberian Pelatihan Balance

Strategy Exercise Lebih Baik Daripada Pelatihan Core Stability Exercise

Dalam Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Pada Lansia Di Banjar Bumi

Shanti, Desa Dauh Puri Kelod, Kecamatan Denpasar Barat. Skripsi.

Denpasar: Universitas Udayana

Ariawan, I.W.Y. 2011. Hubungan Antara Activities Specific Balance Confidence

Scale dengan Umur dan Jatuh pada Lansia di Poliklinik Geriatri RSUP

Sanglah Denpasar. Divisi Geriatri Bagian/SMF Ilmu Penyakit. Denpasar:

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik penduduk lansia 2014.

https://www.bps.go.id/.../statistik-penduduk-lanjut-usia-2014.html diakses

pada 16 Februari 2018.

Boedhi dan Darmojo, R. 2011. Buku Ajar Geriati (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia).

Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Bowolaksono. 2013. Keseimbangan (Balance). Diakses pada 16 februari 2018

dari http://dhaenkpedro.wordpress.com/keseimbangan-balance/

Chaudhuri, S., Thompson H., Demiris G., 2014. Fall Detection Devices and Their Use With Older Adults : A Systematic Review. J Geriatric Phys Ther;37:178–196.

Dalal, V.P, Sheth, S.M, Vyas, N.J. 2014. Effect Of Home-Based Ankle Mobility

And Ankle Strengthening Exercises On Balance In Community Dwelling

Older Adults. Indian Journal Of Physical Therapy, Vol 2, No.2.

Furqaani, R.A. 2017. Latihan fisik sebagai Brain Booster untuk anak physical

Exercise as a Brain booster for child. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini

Vol.1 No 1, Juni 2017.

63

Granacher, U., Muehlbauer, T., Gollhofer, A., Kressig, R.W., dan Zahner, L.

2011. An Intergenerational Approach in The Promotion of Balance and

Strength for Fall Prevention – A Mini Review. Gerontology, (Online), Vol.

57, No. 4.

Guyton, A.C. and Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.

Jakarta: EGC.

Hyun, J.C. dan Jun N.K. 2014. The Effects of Balance Training and Ankle

Training on The Gait of Elderly People Who Have Fallen. Journal of

Physical Therapy Science, (Online), Vol. 27, No. 1

Irawan, V. 2015. Proliferasi dan Plastisitas Neuronal. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada.

Irfan, 2016. Keseimbangan pada Manusia. [Online]

http://www.ifi.or.id/artikel02.html Diakses 10 Februari 2018.

Irfan, M. 2012. Core Stability Exercise pada Latihan Otot Dasar Panggul. Temu

Ilmiah Tahunan Fisioterapi Indonesia XXVII. Medan: Ikatan Fisioterapi

Indonesia.

Kementerian Kesehatan R.I. 2014. Infodatin: Pusat Data Dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI, Situasi Dan Analisis Lanjut Usia.

Http://Www.Depkes.Go.Id/Resources/Download/Pusdatin/Infodatin/Infodat

in-Lansia.Pdf diakses 15 Februari 2018.

Kisner,C. and Colby, L.A. 2012. Therapeutic Exercise. sixth Edition. Philadelpia :

F.A. Davis Company.

Kochoa, P. 2016. Balance Strategy Basics. Professional Physical Therapy &

Training, LLC. (http://www.professionalptandtraining.com/general-health-

information/balance-strategy-basics/, diakses tanggal 26 Februari 2018).

Magdalena I., 2017. Pengaruh Core Stability Exercise Terhadap Risiko Jatuh Pada

Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa. Skripsi.

Makassar: Universitas Hasanudiin

Maryam, Siti, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan pada Lansia. Jakarta: Trans Info

Medika.

Miller, C.A. 2012. Nursing for Wellness in Older Adults. 6th ed. Philadelphia:

Lippincott Wiliams & Wilkins

Nugroho, S. 2011. Materi Kinesiologi. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.

(http://www.google.co.staff.uny.ac.id2fbahanajarkinesiologi.pdf, diakses

tanggal 10 Februari 2018).

64

Pahlevi S. 2016. Hubungan Antara Panjang Langkah Dengan Keseimbangan

Dinamis Pada Lanjut Usia. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Pandji, D. 2012. Menembus Dunia Lansia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Safitri T.A.A, Poerwandari D, Trisnawati Y. 2014. Hubungan Jenis Kelamin Dan

Usia Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia. Skripsi. Surabaya: Universitas

Airlangga

Savira, I., 2016. Pengaruh Ankle Strategy Exercise Terhadap Keseimbangan

Statis Pada Lanjut Usia Di Posyandu Dan Pantri Wredha. Skripsi.

Surakarta : Universitas Muhammadiyah

Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Shumway Cook A, Brauer S,Woollacott, M. 2000. Predicting the Probability for

Falls in Community Dwelling Older Adults Using The Timed Up&Go Test

. Physical Therapy. 80(9):896903.

Straus, S.E. dan Jaglal, S.B. 2015. Using the System Framework for Postural

Control to Analyze the Components of Balance Evaluated in Standardized Balance Measures: A Scoping Review. American Congress of

Rehabilitation Medicine, (Online), Vol. 96, No. 1.

Suadnyana, I.A.A. 2014. Core Stability Exercise Meningkatkan Keseimbangan

Dinamis Lanjut Usia Di Banjar Bebengan, Desa Tangeb, Kecamatan

Mengwi, Kabupaten Badung. Skripsi dipublikasikan. Denpasar: Program

Studi Fisioterapi Universitas Udayana.

Supriyono, E., 2015. Aktifitas Fisik Keseimbangan Guna Mengurangi Resiko

Jatuh pada Lansia. Jurnal Olahraga Prestasi, 11(2), pp. 91-101.

Swandari, N.M.L.,Nurmawan, P.S., Sundari, L.P.R. 2015. Pelatihan Proprioseptif

Efektif dalam Meningkatkan Keseimbangan Dinamis pada Pemain Sepak

Bola dengan Functional Ankle Instability di SSB Pegok. Denpasar:

Universitas Udayana.

Tatarina M. 2012. Pengaruh Latihan Penguatan Otot Tungkai Bawah Dengan

Metode One Repetition Maximum (1rm) Terhadap Tingkat Keseimbangan

Lanjut Usia. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Triyono E, 2018. Pemberian Ankle strategy exercise pada lansia terhadap

keseimbangan dinamis. Jurnal Ilmu Kesehatan, 16(1), pp83-93.

Watson, M. A, Black, O.F. 2013. The human balance system-a complex

coordination of central and peripheral system. www.vestibular.org diakses

pada 15 Maret 2018

65

Wijaya, R. R. R., 2015. Pengaruh Pemberian Sensomotorik Integration terhadap

Perubahan Keseimbangan pada Hemiparese Post Stroke, Skripsi.

Makassar: Universitas Hasanuddin

Yuliana, Sri. 2014. Pelatihan Kombinasi Core Stability Exercise Dan Ankle

Strategy Exercise Tidak Lebih Meningkatkan Dari Core Stability Exercise

Untuk Keseimbangan Statis Pada Mahasiswa S1 Fisioterapi Stikes„Aisyiyah

Yogyakarta. Tesis. Denpasar: Program Pascasarjana Fisiologi Olahraga

Universitas Udayana.

66

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Perkenalkan nama saya Adilah Bachtiar mahasiswi Fisioterapi, Fakultas

Keperawatan, Universitas Hasanuddin. Saya bermaksud melakukan penelitian

mengenai “Pengaruh Pemberian Ankle Strategy Exercise Terhadap Perubahan

Tingkat Keseimbangan Dinamis Lansia”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap

akhir dalam penyelesaian studi di Program Studi S1 Fisioterapi, Fakultas

Keperawatan, Universitas Hasanuddin.

Dalam penelitian ini Lansia akan diberikan latihan Ankle Strategy dengan

beberapa teknik latihan sebanyak 15 kali intervensi selama 5 minggu. Pemberian

latihan ini akan diberikan kepada Lansia di Panti Tresna Werdha Gau Mabaji,

Kabupaten Gowa yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian.

Latihan ini akan menimbulkan sedikit efek kelelahan apabila responden

sebelumnya tidak pernah melakukan latihan fisik. Oleh Karena itu, selama latihan

peneliti akan memperhatikan vital sign dari Lansia yang menjadi responden.

Diharapkan latihan ini dapat meningkatkan keseimbangan dinamis dan

mengurangi terjadinya risiko jatuh.

Besar harapan saya Nenek/Kakek bersedia mengikuti latihan hingga akhir

dan menyetujui untuk menjadi sampel dalam penelitian ini. Semua informasi yang

terkait penelitian akan terjamin kerahasiaannya.

67

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Tekanan Darah :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, saya bersedia berpartisipasi

sebagai responden dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ankle

Strategy Exercise Terhadap Perubahan Tingkat Keseimbangan Dinamis

Lansia” yang dilakukan oleh Adilah Bachtiar, NIM C13114318, mahasiswi

Program Studi S1 Fisioterapi, Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Demikian lembar persetujuan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan

tanpa dipaksa dari pihak lain, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, / / 2018

Yang menyatakan,

68

Lampiran 2. Lembar Penilaian Time Up and Go Test (TUG)

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

TD :

Nilai Time Up and Go Test (TUG)

Pretest : (detik)

Posttest : (detik)

Prosedur tes: Posisi awal lansia duduk bersandar pada kursi dengan lengan berada

pada penyangga lengan kursi. Lansia mengenakan alas kaki yang biasa dipakai.

Pada saat peneliti memberi aba-aba “mulai” lansia berdiri dari kursi, boleh

menggunakan tangan untuk mendorong berdiri jika lansia menghendaki. Pasien

terus berjalan sesuai dengan kemampuannya dengan menempuh jarak 3 meter

menuju ke dinding, kemudian berbalik tanpa menyentuh dinding dan berjalan

kembali menuju kursi. Sesampainya di depan kursi lansia berbalik dan duduk

kembali. Waktu dihitung sejak aba-aba “mulai” hingga lansia duduk bersandar

kembali. Lansia tidak diperbolehkan mencoba atau berlatih lebih dulu, stopwatch

mulai menghitung setelah pemberian aba-aba “mulai” dan berhenti menghitung

saat subjek kembali pada posisi awal.

Interpretasi:

14 detik = Tidak ada resiko jatuh

14 detik = Resiko tinggi untuk jatuh

69

Lampiran 3. Hasil pengolahan SPSS

1. Karakteristik Sampel Penelitian

Statistics

Usia Jenis_kelamin

N Valid 16 16

Missing 0 0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 60-69 2 12,5 12,5 12,5

70-79 11 68,8 68,8 81,3

80-89 3 18,8 18,8 100,0

Total 16 100,0 100,0

Jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 8 50,0 50,0 50,0

Perempuan 8 50,0 50,0 100,0

Total 16 100,0 100,0

2. Distribusi Perubahan Keseimbangan Dinamis

Pre_Test

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Resiko Jatuh tinggi 16 100,0 100,0 100,0

Post_Test

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak ada resiko jatuh 12 75,0 75,0 75,0

Resiko Jatuh tinggi 4 25,0 25,0 100,0

Total 16 100,0 100,0

70

3. Uji normalitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pretest_TUG 16 100,0% 0 0,0% 16 100,0%

Posttest_TUG 16 100,0% 0 0,0% 16 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Pretest_TUG Mean 17,2531 ,53161

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 16,1200

Upper Bound 18,3862

5% Trimmed Mean 17,2012

Median 17,2900

Variance 4,522

Std. Deviation 2,12643

Minimum 14,40

Maximum 21,04

Range 6,64

Interquartile Range 3,70

Skewness ,417 ,564

Kurtosis -,897 1,091

Posttest_TUG Mean 12,7613 ,74735

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 11,1683

Upper Bound 14,3542

5% Trimmed Mean 12,6503

Median 12,3000

Variance 8,937

Std. Deviation 2,98940

Minimum 9,02

Maximum 18,50

Range 9,48

Interquartile Range 4,80

Skewness ,720 ,564

Kurtosis -,572 1,091

71

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Pretest_TUG ,123 16 ,200* ,937 16 ,308

Posttest_TUG ,188 16 ,135 ,908 16 ,110

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

72

73

4. Uji pengaruh Ankle strategy exercise terhadap perubahan tingkat

keseimbangan dinamis

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pretest_TUG 17,2531 16 2,12643 ,53161

Posttest_TUG 12,7613 16 2,98940 ,74735

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pretest_TUG & Posttest_TUG 16 ,963 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed) Mean

Std.

Deviatio

n

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Pretest_TUG -

Posttest_TUG

4,491

88 1,10236 ,27559 3,90447 5,07928

16,29

9 15 ,000

74

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Meneliti

75

Lampiran 5. Dokumentasi

76

Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Adilah Bachtiar S

Tempat/Tanggal Lahir : Kolaka, 24 Desember 1995

Alamat : Jl. Kolohipo, Gang 1, No.5

No. Hp : 081525994945

Email : [email protected]

Jurusan : Fisioterapi

Fakultas : Keperawatan

Nama Ayah : Bachtiar Siduppa

Nama Ibu : Usmawati

Riwayat Pendidikan :

1. (2001-2007) SDN 2 Laloeha

2. (2007-2010) MTs Negeri 1 Kolaka

3. (2010-2013) SMA Negeri 1 Kolaka

4. (2014-2018) Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Keperawatan Unhas

Riwayat Organisasi :

1. (2016-2017) Anggota Divisi Kesekretariatan UKM Taekwondo Unhas

2. (2016-2017) Anggota Maperwa Himafisio FKep-UH

3. (2017-2018) Anggota Divisi Dakwah dan Humas LD Asy-Syifaa FK

Unhas