Management of Acute Coronory Syndrome in Emergency
-
Upload
yuriko-feris -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of Management of Acute Coronory Syndrome in Emergency
-
7/26/2019 Management of Acute Coronory Syndrome in Emergency
1/2
Tatalaksana Sindroma Koroner Akut di Ruang Gawat Darurat
Erwinanto
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
Divisi Kardiovaskular Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS. Hasan Sadikin
Bandung
Ruang gawat darurat yang dimaksud dalam presentasi ini adalah tempat di rumah sakit dimana tidak
tersedia fasilitas intervensi koroner perkutan. Ketika seorang dokter yang bertugas di ruang gawat darurat
menemui seorang pasien dengan keluhan nyeri dada, maka dia diharapkan melakukan beberapa
keputusan dengan cepat. Keputusan tersebut meliputi identifikasi angina berdasarkan keluhan nyeri
dada, melakukan tatalaksana awal sebelum diagnosis sindroma koroner akut ditegakkan, menegakkan
diagnosis sindroma koroner akut berdasarkan keluhan angina, dan merujuk pasien dengan sindroma
koroner akut ke rumah sakit dengan kemampuan intervensi koroner.
Tatalaksana awal sebelum diagnosis sindroma koroner akut ditegakkan meliputi pemeriksaan dan terapi.
Pemeriksaan ditujukan untuk mencari data untuk diagnosis dan komplikasi sindroma koroner akut. Terapi
awal meliputi tindakan yang dapat disingkat menjadi MONA yang merupakan singkatan dari Morfin,
Oksigen, Nitrat sublingual, dan Aspirin. Singkatan ini tidak merujuk pada urutan tindakan yang dilakukan.
Keluhan dada seperti tertimpa benda berat adalah tanda angina yang lebih spesifik dari pada jenis
keluhan nyeri dada yang lain. Kemungkinan angina pada pasien ini menjadi lebih besar ketika diamempunyai keluhan angina sebelumnya, pernah mengalami infark miokardium, disertai gagal jantung
akut, atau pernah mengalami intervensi koroner (bedah maupun perkutan). Segera setelah angina
teridentifikasi, diagnosis kemungkinan sindroma koroner akut dapat ditegakkan berdasarkan data
angina terjadi saat istirahat, angina yang bersifat progresif (bagi yang pernah mengalami angina saat
aktifitas sebelumnya), atau angina yang terjadi pertama kali saat aktifitas berat. Diagnosis sindroma
koroner difinitif ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan EKG berupa elevasi atau depresi segmen ST,
inversi gelombang T, atau left bundle branch block (LBBB) yang baru atau diperkirakan baru.
Pemeriksaan biomarker seperti troponin I/T atau CKMB (salah satu yang tersedia) perlu diperiksa
manakala diagnosis berdasarkan EKG meragukan. Setelah diagnosis sindroma koroner akut definif
ditegakkan, perkirakan waktu awal terjadinya (onset).
Semua pasien dengan diagnosis sindroma koroner akut definitif perlu segera ditentukan indikasinya
untuk menjalani intervensi koroner. Pasien dengan elevasi segmen ST yang signifikan atau LBBB adalah
mereka dengan indikasi intervensi koroner perkutan primer jika masih berada dalam 12 jam sejak onset.
Pasien ini perlu segera dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas intervensi koroner perkutan primer jika
-
7/26/2019 Management of Acute Coronory Syndrome in Emergency
2/2
tindakan intervensi dapat dilakukan maksimal 2 jam setelah kontak dengan tenaga kesehatan yang
mengirimnya. Tindakan bagi pasien yang tidak dapat menjalani tindakan intervensi perkutan primer
adalah fibrunolisis. Mereka dengan EKG berupa depresi segmen ST dan/atau inverse gelombang T yang
signifikan perlu segera dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas intervensi koroner perkutan jika masih
merasakan nyeri dada saat kontak dengan tenaga kesehatan di ruang gawat darurat, disertai oleh
keluhan dan gejala gagal jantung akut, atau mengalami aritmia yang mengancam jiwa.
Tenaga kesehatan yang berkontak pertama kali dengan pasien nyeri dada di ruang gawat darurat
hendaknya melakukan semua usaha untuk melengkapi data untuk keperluan diagnosis sindroma koroner
akut dan indikasi segera merujuk ke rumah sakit dengan fasilitas intervensi koroner perkutan. Selain itu,
terapi awal berupa MONA hendaknya dilakukan sebelum diagnosis definitif ditegakkan. Semua tindakan
ini memerlukan kerja tim dengan mengikut sertakan semua tenaga kesehatan di ruang gawat darurat.