Malaria
-
Upload
ranvabesa-cakra-laksa-cita -
Category
Documents
-
view
70 -
download
2
description
Transcript of Malaria
MALARIA
DEFINISI
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut ataupun kronik, disebabkan oleh protozoa
genus Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan demam paroksismal,
anemia, dan splenomegali.
ETIOLOGI
Parasit malaria termasuk genus Plasmodium. Pada manusia terdapat 4 Spesies: Plasmodium
vivax yang menyebabkan malaria tertiana,Plasmodium ovale dapat menyebabkan malaria
ovale, Plasmodium malariae yang menyebabkan malaria kuartana,dan Plasmodium
falciparum yang menyebabkan malaria Tropika.
Ke-empat Plasmodium tersebut memiliki hospes definitif/vektor yang sama dalam proses
penularan terhadap manusia, yaitu nyamuk Anopheles.
INSIDENSI
Angka infeksi tertinggi di Afrika disebabkan oleh P. Falciparum sedangkan P.vivax lebih
banyak di wilayah asia. Di Indonesia tersebar diseluruh kepulauan terutama daerah kawasan
timur. Menyerang lebih banyak pada anak-anak usia 6 bulan - 3 tahun. Tidak ada perbedaan
antara pria dan wanita. Mortalitas tertinggi malaria disebabkan oleh cerebral malaria yang
paling sering disebabkan infeksi P.falciparum , Anemia berat, Black Water Fever
EPIDEMIOLOGI
Malaria di masyarakat di bagi menjadi 2, endemik atau epidemik. Pembagian lain adalah
stable dan unstable. Dikatakan endemik apabila insidensi menetap untuk waktu yang lama.
Berdasarkan SR pada usia 2-9 tahun, endemisitas malaria dibagi menjadi :
- Hipoendemik SR 10%
- Mesoendemik SR 11-50%
- Hiperendemik SR 50%
- Holoendemik SR 75% (dewasa 25%)
Penilaian situasi malaria
Bisa ditentukan melalui kegiatan surveilans (pengamatan) epidemiologi. Pengamatan dapat
dilakukan secara rutin melalui PCD (passive case detection) atau ACD (active case
detection). Penularan malaria dilakukan melalui survey malariomatrik (MS), mass blood
survey (MBS), mass fever survey (MFS).
Pengamatan rutin malaria :
1. Annual Parasite Incidence (API)
2. Annual Blood Examination Rate (ABER)
3. Slide Positivity Rate (SPR)
4. Parasite Formula (PF)
5. Penderita demam atau memiliki gambaran klinis malaria
Survey malariometrik (MS) biasanya dilakukan di daerah yanga belum mempunyai program
penanggulangan malaria yang teratur. Pada MS, dapat dikumpulkan parameter sebagai
berikut :
Parasite Rate (PR)
Spleen Rate (SR)
Average Enlarged Spleen (AES)
Survey-survei lain yang dapat dilaksanakan utk menilai situasi malaria adalah :
- Mass Blood Survey (MBS)
- Mass Fever Survey (MFS)
- Survey entomologi
- Survey lingkungan
- Survey-survey lain.
Pemberantasan malaria ada 4 tahap :
1. Fase persiapan
2. Fase penyerangan
3. Fase konsolidasi
4. Fase pemeliharaan (maintenance)
Untuk pelaksanaan program pembasmian malaria dibutuhkan organisasi tersendiri
KOPEM (Komando Operasi Pembasmian Malaria).
Berbagai kegiatan yang dapat dijalankan untuk mengurangi malaria :
1. Menghindari atau mengurangi kontak/gigitan nyamuk anopheles
2. Membunuh nyamuk dewasa
3. Membunuh jentik
4. Mengurangi tempat perindukan
5. Mengobati penderita malaria
6. Ppemberian pengobatan pencegahan
7. Vaksinasi
Strategi global pemberantasan malaria :
1. ,menyediakan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat
2. Merencanakan dan melaksanakan upaya preventif yang selektif dan
berkesinambungan, termasuk pengendalian vektor
3. Menemukan secara dini, menanggulangi atau mencegah wabah malaria
4. Meningkatkan kemampuan lokal di bidang penelitian dasar dan terapan agar
dimungkinkan terlaksananya penilaian keadaan malaria secara tepat, khususnya faktor
ekologis, social ekonomi, penyakit malaria.
FAKTOR RESIKO
1. Anak kecil
2. Wanita hamil
3. Imigran non imun yang datang ke wilayah endemi malaria
4. Ras dan suku Bangsa Penduduk Afrika memiliki prevalensi HbS cukup tinggi
sehingga lebih tahan terhadap infeksi P.falciparum karena HbS menghambat
perkembang biakannya.
5. Defisiensi enzim tertentu Defisiensi G6PD dapat memberikan perlindungan
terhadap infeksi , terutamaP.falciparum
6. Keadaan imunitas yang rendah
ETIOLOGI
Plasmodium : P. falciparum & P. malariae
Filum : Apicomplexa
Kelas : Sporozoa
Subkelas : Coccidiida
Ordo : Eucoccidides
Subordo : Haemosporidiidea
Famili : Plasmodiidae ciri : 2 siklus hidup siklus aseksual pada vertebrata & siklus
seksual yang bermula pada vertebrata & berlanjut di nyamuk
Genus : Plasmodium
Subgenus : Laverania (khusus untuk P. falciparum)
Hospes definitif/vektor : nyamuk Anopheles betina (hewan nonvertebrata) (fase
seksual/sporogoni)
Hospes perantara : manusia (hewan vertebrata) (fase aseksual/skizogoni) :
Stadium eritrositer/skizogoni eritrosit : menyerang eritrosit : menyebabkan gejala
penyakit malaria
Stadium eksoeritrositer/skizogoni eksoeritrosit/jaringan : menyerang sel hati
Siklus hidup Plasmodium dalam tubuh manusia
Nyamuk Anopheles betina sporozoit masuk aliran darah melalui probosis ½-1 jam
interaksi protein sirkum-sporozoit dengan reseptor heparin sulfat proteoglikan & LRP di
hepar perlekatan ke sel hepar skizogoni praeritrosit skizon matang (4-16 hari)
30.000 merozoit sel hepar ruprur penempelan merozoit ke eritrosit 30 detik
merozoit masuk eritrosit feeding trophozoites (20 menit) memakan bagian dalam sel
eritrosit dan memecah Hb menjadi asam amino & heme (pigmen malaria mengandung Fe :
hemozoin & hematin kuning/hitam) skizon eritrosit (24 jam setelah infeksi mulai)
12-32 merozoit eritrosit ruptur mengeluarkan merozoit (sporulasi) masuk eritrosit lain
siklus darah berulang2 parasitemia
Setelah 2-3 siklus (3-15 hari), ada merozoit yang tidak tumbuh jadi trofozoit, melainkan jadi
gametosit (10-20 hari) (gametogoni/gametogenesis) :
Early stage : otak, sumsum tulang
Late stage : bersirkulasi dalam darah terhisap nyamuk
Skizogoni jaringan pada Plasmodium
Spesies Fase praeritrosit Jumlah merozoit/skizon
P. falciparum 5-7 hari 40.000
P. malariae 12-16 hari 2.000
Pada P. falciparum & malariae dapat terjadi relaps karena proliferasi stadium eritrositik yang
menetap dalam mikrosirkulasi jaringan(rekrudesesnsi/short term relapse).
Siklus hidup Plasmodium dalam tubuh nyamuk : 26-28 hari
Nyamuk menghisap darah manusia yang infeksius parasit aseksual & eritrosit akan
dicerna, sedangkan gametosit tumbuh terus inti gametosit membelah 4-8 keluar dari sel
induk (eksflagelasi) makrogamet & mikrogamet zigot ookinet (panjang, motil, sperti
cacing) menembus dinding lambung ookista (bulat) (pigmen granula kasar, tua,
tersebar di tepi) sporozoit keluar saat ookista pecah kelenjar liur nyamuk nyamuk
jadi infektif
P. vivax P. malariae
Siklus eksoeritrositik primer (hari) 8 14-15
Siklus aseksual dalam darah 48 72
Masa prepaten (hari) 8-27 18-59
Masa inkubasi (hari) 13-17 23-69
Keluarnya gametosit (hari) 5 5-23
Jumlah merozoit/skizon jaringan 10.000 15.000
Siklus sporogoni dalam nyamuk 8-16 16-35
Masa prapaten : waktu antara permulaan infeksi sampai parasit ditemukan dalam darah tepi.
Masa tunas intrinsik/inkubasi : waktu antara permulaan infeksi sampai timbul gejala malaria.
Masa tunas ekstrinsik : waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung gametosit
sampai mengandung sporozoit dalam air liurnya.
Infeksi ada 2 cara :
1. Cucukan nyamuk Anopheles betina
2. Induksi (induced), stadium aseksual masuk ke tubuh manusia melalui darah, misalnya
transfusi, suntikan, kongenital.
Plasmodium falciparum
Morfologi stadium eritrositer :
Cincin : halus, kecil, ukuran 1/6 eritrosit, ≥ 1(infeksi multiple), kromatin ganda
Trofozoit muda : cincin reguler tidak sempurna
Trofozoit tua : solid dan bulat, ireguler
Skizon muda (prasegmentasi) : sitoplasma kompak, warna gelap
Skizon tua (segmentasi) : 12-24 merozoit (rata2 16), lebih kecil ukurannya
dibandingkan spesies lain
Mikrogametosit : seperti ginjal/sosis, ujung2 membulat, inti muda, besar, kurang
kompak, sitoplasma lebih muda, pigmen tersebar
Makrogametosit : bentuk bulan sabit, ujung2 runcing, inti tua, kecil, kompak,
sitoplasma lebih tua, pigmen mengelompok sekitar inti
Eritrosit : Maurer’s dots trofozoit tua & skizon pada 2/3 eritrosit
Stadium yang bisa ditemukan pada darah perifer : trofozoit muda & gametosit.
Bentuk cincin & trofozoit tua menghilang dari darah tepi setelah 24 jam karena
tertahan di kapiler alat dalam parasit berkembang lebih lanjut di temPat tersebut.
Bisa juga ditemukan semua stadium dalam darah tepi pada kasus berat (pernisiosa).
Diagnosis kasus berat : adanya skizon muda & matang sekaligus dalam darah tepi.
Pigmen : 1-2 butir
Menginfeksi seluruh stadium eritrosit.
Daur skizogoni eritrosit < 48 jam.
Spesies paling berbahaya karena menyebabkan malaria berat karena dapat menempel pada
kapiler2 otak malaria serebral
Demam berulang setiap 48 jam saat banyak eritrosit yang pecah & melepaskan merozoit
bersama dlepaskan pyrogen
Derajat parasitemia, gejala, masa inkubasi & hitung parasit lebih besar daripada spesies lain
Masa infeksi & inkubasi lebih lama dari spesies lain
Plasmodium malariae
Morfologi stadium eritrositer :
Cincin : tebal, reguler, kromatin sedang
Trofozoit muda : reguler, kompak, warna biru tua sekitar kromatin, sitoplasma tebal
Trofozoit tua : sitoplasma kompak, bulat, kadang menghalangi kromatin, besarnya ½
eritrosit
Skizon muda (prasegmentasi) : band form/pita
Skizon tua (segmentasi) : 6-12 (rata2 8), kromatin ovoid, gambaran bunga
seruni/daisy/roset
Mikrogametosit : inti tidak eksentrik, besar, muda, kurang kompak, hallo sekeliling
inti, sitoplasma lebih muda, bulat
Makrogametosit L inti eksentrik, kecil, tua, kompak, hallo tidak ada, sitoplasma lebih
tua, bulat
Eritrosit : Ziemann’s dots
Semua stadium terlihat di darah tepi
Butir2 pigmen banyak, kasar, gelap
Menginfeksi eritrosit tua.
Daur skizogoni eritrosit 72 jam.
Lebih jarang. Menyebabkan malaria malariae/kuartana : serangan pada setiap hari ke4.
Simpanse merupakan hospes reservoar : P.rodhaini yang sinonim dengan P.malariae.
Derajat parasitemia & hitung parasitnya lebih rendah dari spesies lain.
SIKLUS HIDUP PLASMODIUM
Siklus hidup parasit malaria terjadi di dalam 2 hospes. Selama menghisap darah, nyamuk
Anopheles betina yang terinfeksi parasit, menginokulasi sporozoit ke dalam manusia (1).
Sporozoit menginfeksi sel hepar (2) dan matang menjadi skizon (3) yang akan ruptur dan
melepas merozoit (4). (Catatan : pada P. vivax and P. ovale terdapat stadium dorman
(hipnozoit) yang dapat bertahan di dalam hepar selama berminggu-minggu bahkan bertahun-
tahun dan menyebabkan relaps dengan cara kembali ke aliran darah) Setelah replikasi
pertama di dalam hepar (exo-erythrocytic schizogony [A]), parasit bermultiplikasi secara
aseksual di dalam eritrosit (erythrocytic schizogony [B]). Merozoit menginfeksi eritrosit (5).
Stadium cincin trofozoit matang menjadi skizon yang ruptur dan melepas merozoit (6).
Beberapa parasit berdiferensiasi menjadi stadium seksual eritrositik (gemetosit) (7). Stadium
parasit di dalam darah berperan dalam terjadinya manifestasi klinik penyakit.
Gametosit jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit) yang ditelan oleh nyamuk
Anopheles selama menghisap darah (8). Multiplikasi parasit di dalam nyamuk disebut siklus
sporogonik (C). Di dalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara mikrogametosit dan
makrogametosit yang menghasilkan zigot (9). Zigot menjadi motil dan memanjang (ookinet)
(10) dimana menyerang dinding usus (midgut) nyamuk dan berkembang menjadi ookista
(11). Ookista tumbuh, ruptur dan melepas sporozoit (12) yang akan menuju ke kelenjar ludah
nyamuk. Inokulasi sporozoit ke dalam host (manusia) yang baru akan mengalami siklus
hidup yang baru.
From DPDx: CDC's Web site for parasite identification.
PATOGENESIS
Patogenesis dipengaruhi :
1. Faktor host : endemisitas daerah, genetik, usia, nutrisi dan imunologi
2. Faktor parasit : intensitas transmisi, densitas dan virulensi parasit
Setelah m/ hepar P.falciparum melepas 18-24 merozoit ke sirkulasi. Merozoit masuk ke sel
RES di limpa filtrasi & fagositosis. Merozoit yg lolos invasi eritosit berkembang
biak scr aseksual berperan dalam patogenesis malaria
Scr garis besar parasit dlm eritrosit (EP) mengalami 2 stadium : stadium cincin (24 jam ke I)
& stadium matur (24 jam ke II). Permukaan EP menampilkan Ag RESA (Ring-Erythrocyte
Surface Antigen) hilang setelah masuk s.matur. Permukaan EP s.matur mengalami
penonjolan knob dg HRP-1 (Histidine Rich Protein). Jika EP mengalami merogoni
dilepas toksin malaria (GPI, LPS) merangsang pelepasan sitokin dari endotel, makrofag
dan monosit seperti TNF-, IL-1, IL-3, IL-6, INF- gejala klinik (febris, dll)
Sitoadherensi perlekatan antara EP s.matur pd permukaan endotel vaskuler dengan cara
molekul adhesif (PfEMP-1/ P.falciparum erythrocytes membrane protein-1) knob EP melekat
dengan molekul adhesif endotel (CD-36, trombospondin, ICAM-1,VCAM-1,dll) EP matur
tdk beredar kembali ke dalam sirkulasi. EP s.matur yg tinggal dlm jar.mikrovaskular EP
matur yg sekuestrasi. Sekuestrasi terjadi pd organ vital dan hampir seluruh jaringan tubuh spt
otak, hepar, ginjal, paru, jantung, usus dan kulit. Sitoadherensi jg menyebabkan rosetting (EP
matur diselubungi 10/> eritrosit non-parasit) obstruksi aliran darah kebocoran kapiler,
edem, anoksia jaringan.
Imunitas terhadap malaria :
1. Imunitas alamiah non-imunologis : kelainan genetik polimorfisme yg berhubungan dg
resistensi malaria ( cth : Hb S (sickle cell trait), defisiensi G6PD, gol.darah duffy (-)
2. Imunitas didapat non-spesifik : Sporozoit yg masuk darah segera dihadapi o/
makrofag dan monosit sitokin2 sitostatik (menghambat pertumbuhan),
sitotoksik
3. Imunitas spesifik (species, strain, stage spesific).
GEJALA KLINIK
- Demam periodik (liat tabel). Berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matur
dan keluarnya merozoit ke dalam aliran darah (sporulasi). Pada malaria P.vivax dan ovale
(tertiana), skizon menjadi matang setiap 48 jam sehingga periode demamnya bersifat tertiana.
Begitu juga denga jenis malaria yg lain. Timbulnya demam juga bergantung pada jumlah
parasit (cryogenic level, fever treshold). Demam dapat bersifat intermiten, remiten, kontinua.
- Anemia hemolitik (normokrom normositer) : e/ : destruksi o/ parasit maupun o/ RES,
hambatan eritropoesis sementara.
- Splenomegali : teraba setelah 3 hr serangan akut, nyeri, hiperemis.
- Keluhan prodromal : malaise, skt kpl, dingin di punggung, nyeri sendi & tulang, demam
ringan, anoreksia, perut tdk enak, diare ringan sering pada P.vivax & ovale
G.klasik Trias malaria (scr berurutan)
1. Periode dingin (15-60 menit) : menggigil, penderita sering membungkus diri, saat
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi2 saling terantuk
2. Periode panas : muka merah, nadi cpt, suhu badan ttp tinggi bbrp jam
3. Periode berkeringat : hiperhidrosis, suhu turun, merasa sehat
@ trias malaria sering pd infeksi p.vivax, pd p.falciparum menggigil brt/tdk ada
Beberapa keadaan klinik perjalanan infeksi malaria :
1. Serangan primer : mulai akhir masa inkubasi terjadi serangan paroksismal :
dingin/menggigil, panas, berkeringat. Serangan pndk/panjang tergantung jml parasit
dan imunitas.
2. Periode laten : tanpa gejala, tanpa parasitemia slm infeksi malaria. Terjadi diantara 2
keadaan paroksismal.
3. Recrudescense / relaps jangka pendek : GK berulang dan parasitemia slm 8 mgg stlh
serangan primer hilang. Terjadi karena parasit dalam darah (daur eritrositer) menjadi
banyak.
4. Recurrence / relaps jangka panjang : GK berulang dan parasitemia dalam waktu 24
minggu / > setelah serangan primer hilang. Terjadi karena parasit daur eksoeritrositer
( dormant / hipnozoit) dari hepar masuk dalam darah dan menjadi banyak.
5. Relapse / Rechute : GK berulang / parasitemia yg > lama dari wkt diantara serangan
periodik infeksi primer yaitu stlh masa laten (s/d 5 thn). Tjd krn infeksi tdk sembuh.
Manifestasi Klinik Infeksi Plasmodium
Plasmodium Ms inkubasi
(hr)
Tipe panas
(jm)
Relaps Recrudensi Manifestasi Klinik
Falciparum 12 (9-14) 24, 36, 48 - + Gjl gastro, anemia,
ikterus,
hemoglobinuria,
gjl serebral, edem
paru, hipoglikemi,
gangguan retina &
kehamilan
Vivax 13 (12-17) s/d
12 bln
48 ++ - Anemia kronik,
splenomegali,
ruptur limpa
Ovale 17 (16-18) 48 ++ - Sama dg vivax
Malariae 28 (18-40) 72 - + Rekrudensi s/d 50
thn, splenomegali
menetap, sindrom
nefrotik
Malaria.Vivax / M.Tertiana / M.Benigna
- Inkubasi : 12-17 hari
- Pd hari 1 : demam ireguler, kadang remiten / intermiten (perasaan dingin / menggigil
jarang). Pd akhir minggu : demam intermiten dan periodik tiap 48 jam dg trias malaria (t.u
sore)
- Kepadatan parasit : max 7-14 hari
- Minggu ke 2 : limpa teraba
- Setelah 14 hari : parasitemia ↓, limpa masih membesar, demam masih
- Minggu ke 5 : demam ↓ scr krisis
- Malaria serebral jarang, tetapi sering relaps
Malaria Malariae / M.Kuartana
- Inkubasi : 18-40 hari
- GK spt malaria vivax ttp > ringan, anemia jarang, splenomegali pembesaran ringan,
serangan tiap 3-4 hari (t.u sore).
- Komplikasi jarang. Dilaporkan sindrom nefrotik pd anak Afrika
- Rekrudesensi sering terjadi
Malaria Ovale
- Malaria paling ringan
- Inkubasi : 16-18 hari
- Serangan tiap 3-4 hari (t.u malam)
- GK mirip m.vivax, ttp > ringan, menggigil jarang, splenomegali jarang teraba
- Dapat sembuh spontan tanpa pengobatan
Malaria Falciparum / M.Tropikana
- Malaria paling berat
- Inkubasi : 9-14 hari
- Ditandai : panas ireguler (tdk periodik), sering hiperpireksia (> 40 C),
; anemia ; splenomegali ; hepatomegali ; komplikasi sering
- Berlangsung cpt, parasitemia tinggi, menyerang semua bentuk eritrosit
- Gejala prodromal yg sering : sakit kpl, malaise, vomit, nausea, diare, dll
DASAR DIAGNOSIS
1. Anamnesis
- Didapatkan trias gejala yaitu demam, menggigil, dan berkeringat.
- Riwayat bepergian ke daerah endemis.
- Pernah menderita malaria sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
Demam
Takikardia
Kulit panas dan merah
Splenomegali: lunak, sakit
Hepatomegali: sakit
Hipotensi ortostatik
Mental confusion
Ikterus
Sianosis
Fever blister (infeksi Herpes simplex yang rekuren)
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap: anemia, leukopenia, trombositopenia,
hipoglikemia.
Retikulosit mula-mula rendah / normal, kemudian meningkat.
Pemeriksaan urin: albuminuria
Tes faal hati: SGOT & SGPT meningkat, bilirubin direk dan indirek
meningkat, prothrombin time meningkat.
Serum albumin turun, serum globulin meningkat
Kreatinin dan urea serum meningkat.
Pemeriksaan apus darah tipis
Digunakan untuk identifikasi jenis Plasmodium.
Pemeriksaan apus darah tebal
Digunakan sebagai pemeriksaan skrining darah penderita terhadap parasit
Plasmodium.
Tes antigen: P-F Test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II).
Deteksi untuk antigen vivax dengan metode ICT, yaitu tes yang mendeteksi
laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara
imunokromatografi yang dapat membedakan infeksi P.falciparum dan P.vivax.
QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Merupakan tes floresensi (protein pada Plasmodium dapat mengikat acridine
orange) eritrosit yang terinfeksi Plasmodium akan teridentifikasi.
Tes Serologis
Biasanya digunakan untuk skrining donor darah dan untuk kepentingan
epidemiologis.
Diagnosis Molekuler
PCR: yang diamplifikasi adalah gen 18 S small subunit ribosomal RNA
(ssrRNA), dielektroforesis memakai gel agarose dengan zat warna etidium
bromide.
Hasil: - jalur S: merupakan molekul base pair standar (50 bp).
- jalur 1: memperlihatkan pita diagnosis untuk P. vivax (120 bp).
- jalur 2: memperlihatkan pita diagnosis untuk P. malariae (144 bp).
- jalur 3: memperlihatkan pita diagnosis untuk P. falciparum (205 bp).
- jalur 4: memperlihatkan pita diagnosis untuk P. ovale (800 bp).
DIAGNOSIS BANDING
Demam merupakan salah satu gejala malaria yang menonjol, yang juga dijumpai pada hampir
semua penyakit infeksi seperti infeksi virus pada sistem respiratorius, influenza, bruselosis,
demam tifoid, demam dengue, dan infeksi bakterial lainnya
Pada malaria dengan ikterus, diagnosa banding adalah demam tifoid dengan hepatitis,
kolesistitis, abses hati dan leptospirosis. Pada malaria serebral harus dibedakan dengan
infeksi otak lainnya seperti meningitis, ensefalitis, tifoid ensefalopati, tripanososmiasis.
1. Influenza
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi saluran pernapasan terutama ditandai oleh
demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala, dan sering disertai pilek, sakit tenggorok
dan batuk non produktif. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan biasanya sembuh
sendiri.
Pada saat ini penyebab influenza dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan C.
Gejal-gejala seperti disebutkan diatas dapat didahului oleh perasaan malas dan dingin.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda karakteristik kecuali hiperemia
ringan sampai berat pada selaput lendir tenggorok.
2. Bruselosis
Bruselosis adalah penyakit zoonosis, merupakan penyakit yang disebabkan bakteri
fram negatif dari genus brucellae. Penyebabnya adalah 4 spesies brucellae yaitu B.
melitensis, B. abortus, B. suis, B. canis. Tiap spesies brucellae mempunyai hewan
reservoir yang spesifik yang menyebabkan penyakit kronik persisten. Organisme ini
menyerang organ reproduksi hewan kemudian menyebar ke urine, susu dan cairan
plasenta. Lokasi ini memudahkan penyebaran ke manusia terutam pada
petani/peternak, dokter hewan, tukang potong, dan akhirnya konsumen.
Gejala bruselosis tidak cukup khas untuk diagnosis. Demam intermiten ditemukan
pada 60% kasus subakut bruselosis dan dengan relatif bradikardia.
Gejala Tanda
Demam 98%
Fatique, malaise 945%
Berkeringat 79%
Menggigil 85%
Arthralgia 79%
Gastrointestinal 51%
Sefalgia 42%
Hepatosplenomegali 41%
Hepatomegali 38%
Splenomegali 22%
Osteoartikuler 23%
Bradikardia realtif 21%
Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai leukopeni dengan realtif limfositosis,
pansitopeni ditemukan pada 20% kasus.
3. Leptospirosis (mud fever, slime fever, swamp fever, infection jaundice, field fever)
Leptospirosis merupakan suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
mikroorganisme Leptospira interorgans tanpa memandang bentuk spesifik
serotipenya. Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, famili treponemataceae,
suatu miroorganisme spirochaeta. Tikus merupakan vektor utama dari L.
Icterhaemorrhagica penyebab leptospirosis pada manusia. Di dalam tubuh tikus,
leptospira akan menetap dan membentuk koloni serta berkembang biak di dalam
epitel tubulus ginjal tikus secara terus menerus dan akan ikut mengalir dalam filtrat
urin.
International leptospirosis society menyatakan Indonesia sebagai negara
dengan insidensi leprospirosis tinggi dan peringkat ketiga dunia untuk mortalitas. Di
indonesia banyak terjadi di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Pada kejadian
banjir di Jakarta tahun 2002, dilaporkan >100 kasus leptospirosis dengan 20 kematian.
Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan air, tanah dan lumpur yang
terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospira. Infeksi itu akan
terjadi luka/erosi pada kulit ataupun selaput lendir.
Gambaran klinis dari leptospirosis yaitu masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-
13 hari dan rata-rata 10 hari. Gambaran klinis yang sering ditemukan demam,
menggigil, sakit kepala, meningismus, anoreksia, mialgia, conjuctival suffusion,mual,
muntah, nyeri abdomen,ikterus, hepatomegali, ruam kulit, fotofobi.
Terdapat 2 fase penyakit yang khas yaitu:
- Fase leptospiraemia, dengan gejala awal sakit kepala biasanya di frontal, rasa sakit
pada otot yang hebat terutama paha, betis, dan pinggang disertai nyeri tekan. Pada
pemeriksaan keadaan didapatkan sakit berat, bradikardia relatif, dan ikterus. Fase
ini berlangsung 4-7 hari. Pada keadaan sakit berat, demam turun setelah 7 hari
diikuti oleh bebas demam selama 1-3 hari, setelah itu demam lagi, keadaan ini
disebut fase imun.
- Fase imun, dapat timbul demam yang mencapai suhu 400C disertai menggigil dan
kelemahan umum. Terdapat rasa sakit yang menyeluruh pada leher,perut dan otot-
otot betis. Purpura, ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi merupakan manifestasi
perdarahan paling sering. Terjadinya meningitis merupakan tanda pada fase ini,
walaupun hanya 50% gejala dan tanda meningitis yang dapat menetap dalam
beberapa minggu, tetapi biasanya hilang setelah 1-2 hari. Pada fase ini leptospira
dapat dijumpai pada urin.
4. Trypanosomiasis
a. Trypanosoma Afrika
Trypanosomiasis Afrika disebabkan oleh Trypanosoma brucei, dimana dapat
menyebebkan gambiense sleeping sickness. Transmisinya melalui gigitan lalat
tsetse dan lalatnya hanya ditemukan di Afrika.
Gejala klinis :
- Gejala umum : demam periodik, defisiensi nutrisi
- Kulit : chancre di daerah inokulasi, truncal rash, posterior cervical
lymphadenopati
- Neurologi : gangguan pola tidur ( somnolen diurnal, insomnia, perubahan
status mental, gejal serebral)
b. Trypanosoma Amerika (penyakit chagas)
Disebabkan oleh Trypanosoma cruzi. T. Cruzi hanya ditemukan dibelahan negara
barat diantara Amerika sebelah selatan sampai Argentina.
Gambaran klinis dapar berupa lesi erythematus yang dapat terjadi dalam beberapa
hari setelah inokulasi T. Cruzi di kulit disebut chogma. Dapat terjadi
pembengkakan periorbital setelah inokulasi kedalam membran mukosa
konjuctiva.
KOMPLIKASI
o Ruptura lienalis
Dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.
o Malaria serebral
Pada pemeriksaan likuor serebro spinalis didapatkan protein tinggi, tekanan tinggi,
pleositosis tidak ada / sedikit. Temperatur badan 41-42 C, menyerupai heat stroke
(kulit merah dan kering).
o Anemia hemolitik
Dapat lebih berat yaitu bila terdapat parasitemia > 5 % dan malaria terjadi pada
individu yang non-imun. Kalau terjadinya tiba-tiba dapat terjadi gagal ginjal akut.
o Black Water Fever (malaria hemoglobinuria)
Predisposisi:
Infeksi Plasmodium falciparum pada individu yang non imun
Pada terapi kina yang intermiten.
Pemeriksaan laboratorium: haemolisis berat, Hb uria, gagal ginjal.
Pemeriksaan urin didapatkan: warna:
coklat tuadalam keadaan asam
merah dalam keadaan basa / netral
o Kegagalan paru-paru
Terjadi karena terapi cairan intravena yang berlebihan. Dapat menyebabkan kematian.
o Algid Malaria
Tekanan darah dapat turun sampai 80 – 90 mmHg / 40 – 50 mmHg. Menyerupai
gejala insufisiensi adrenal akut. Dapat menyebabkan kematian.
o Gagal ginjal akut
Sering pada penderita malaria dewasa. Faktor risiko yang mempermudah:
hiperparasitemia, ikterus, hipotensi, hemoglobinuria.
o Kelainan hati (malaria biliosa)
o Hipoglikemia
Penyebab: pemberian terapi kina dan kegagalan glukoneogenesispada penderita
dengan ikterik, hiperparasitemia karena parasit mengkonsumsi karbohidrat dan TNF-α
yang meningkat.
o Edema paru
Komplikasi yang paling berat dari malaria tropika dan lebih sering menyerang malaria
dewasa. Factor yang memudahkan terjadinya edema paru: kelebihan cairan,
kehamilan, malaria serebral, hiperparasitemia, hipotensi, asidosis dan uremia.
o Hiponatermia
Biasanya disertai penurunan osmolaritas plasma. Hiponatermi disebabkan karena
kehilangan cairan dan garam melalui muntah dan sekret ataupun terjadinya sindrom
abnormalitas hormon anti diuretik.
o Manifestasi gastrointestinal
Ditandai dengan hiperventilasi (pernapasan kussmaul), peningkatan asam laktat, pH
turun dan peningkatan bikarbonat.
PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan malaria secara garis besar mempunyai tiga komponen penting yaitu:
1. Terapi spesifik dengan kemoterapi anti malaria
2. Terapi supportif (termasuk perawatan umum dan pengobatan simptomatik)
3. Pengobatan terhadap komplikasi
B. Pada setiap penderita malaria, maka tindakan yang dilakukan di puskesmas sebelum
dirujuk adalah:
1. Tindakan umum (di tingkat puskesmas):
Persiapan penderita malaria berat untuk dirujuk ke rumah sakit/fasilitas
pelayanan yang lebih tinggi, dengan cara:
a. Jaga jalan nafas dan mulut untuk menghindari terjadinya asfiksia, bila
diperlukan beri oksigen (O2)
b. Perbaiki keadaan umum penderita (beri cairan dan perawatan umum)
c. Monitoring tanda-tanda vital antara lain: keadaan umum, kesadaran,
pernafasan, tekanan darah, suhu dan nadi setiap 30 menit (selalu dicatat
untuk mengetahui perkembangannya)
d. Untuk konfirmasi diagnosis, lakukan pemeriksaan SD tebal. Penilaian
sesuai kriteria diagnostik mikroskopik
e. Bila hipotensi, tidurkan dalam posisi Trendenlenburg dan diawasi terus
tensi, warna kulit dan suhu, laporkan ke dokter segera
f. Kasus dirujuk ke rumah sakit bila kondisi memburuk
g. Buat/isi status penderita
h. Pengobatan Simptomatik:
a. Pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia: parasetamol 15
mg/KgBB/x, beri setiap 4 jam dan lakukan juga kompres hangat.
b. Bila kejang, beri antikonvulsan: dewasa: Diazepam 5-10 mg IV (secara
perlahan jangan lebih dari 5 mg/menit) ulang 15 menit kemudian, bila
masih kejang. Jangan diberikan lebih dari 100 mg/24 jam. Bila tidak
tersedia Diazepam, sebagai alternatif dapat dipakai Phenobarbital 100
mg IM/x (dewasa) diberikan 2X sehari.
2. Pemberian Obat anti Malaria spesifik: kina intra vena (injeksi) masih
merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk malaria berat. Kemasan garam
kina HCL 25 % injeksi, 1 ampul berisi 500 mg / 2 ml. Pemberian anti malaria
pra rujukan (di puskesmas): apabila tidak memungkinkan pemberian kina
perdrip maka dapat diberikan dosis Kinin antipirin 10 mg/KgBB IM (dosis
tunggal).
Obat – obat antimalaria:
Derivat kuinolin
- alkaloid kinkona : kuinina, kuinidin dan kinkonin
- 4 amino-kuinolin : klorokuin dan amodiakuin
- 8 amino-kuinolin: primakuin
Derivat para amino benzoic acid (PABA) competitors
- derivat sulfonamid: sulfadoksin, sulfadiazin, sulfalen
- derivat sulfon: dapson
Derivat Dihydrofolate Reductase (DHFR) inhibitors
- diaminopirimidin : pirimetamin
- biguanid : proguanil
Antibiotik
- Doksisiklin
- Tetrasiklin
- Klindamisin
Fitofarmaka
- Artemeter
- Artesunate
- Artemisin
New Drugs
Artemisinin, Lumefantrine, Atovaquone , Tafenoquine , Pyronaridine, Artemisone,
Naphthoquine , Antibiotics
Pengobatan malaria berdasarkan siklus hidupnya.
Skizontisidal darah (fase eritrositik) :
klorokuin, kuinin, meflokuin, pirimetamin
doksisiklin hiklat atau hidroklorida
Skizontisidal jaringan (fase ekso-eritrositik)
- primakuin dan pirimetamin
Gametosidal :
- primakuin dan klorokuin
Sporontisidal :
- primakuin
Pengobatan radikal
P falciparum
lini pertama Kloroquin + primaquin
lini kedua SP+primaquin
lini ketiga Kina + primaquin
P vivax/ovale
Kloroquin + primaquin 0,25 mg/kg/hari 14 hari
Gagal/rekuren:
Kina 30 mg/kg/hari + primaquin
Panduan DepKes 2005
Pemberian obat lini kedua :
- obat lini pertama sudah selesai (3 hari)
- belum sembuh/kambuh setelah hari ke-4 atau 28
Penderita tidak sembuh :
- klinis tidak membaik disertai parasitemia aseksual
- klinis tidak ada namun msh parasitemia aseksual
Penderita dikatakan kambuh (hari ke 14 – 28):
- klinis tidak membaik disertai parasitemia aseksual
- klinis tidak ada namun msh parasitemia aseksual
Prinsip (IPD UI);
1. Penderita dengan komplikasi/ malaria berat memakai parenteral
Malaria biasa diobati dengan per oral.
2. Pengobatan harus efektif dan mencegah terjadinya transmisi ; ACT (Artemisinin base
combination)
3. Pemberian pengobatan ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan malaria yang positif
dan harus dilakukan monitoring efek/respom pengobatan.
4. Pengobatan malaria tanpa hasil pemeriksaan malaria memakai obat non – ACT
WHO telah menetapkan pengobatan malaria dengan ACT
Golongan artemisinin (ART) obat utama karena efektif mengatasi plasmodium
yang resisten dalam pengobatan.
Mebunuh semua plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit
Efektif terhadap semua plasmodium
Pengobatan ACT
Penggunaan artemisinin monoterapi terjadinya rekrudensi WHO
dikombinasikan
Kombinasi tidak tetap (non fixed dose) dan kombinasi tetap (fixed dose)
Fixed dose ;
- Co-Artem artemeter (20mg) + lumefantrine (120 mg) 4x1 tab slm 3 hari
- Artekin dihidroartemisin (40 mg) + piperakuin (320 mg) dosis awal 2 tablet, 8 jam
kemudian 2 tablet, 24 jam dan 32 jam masing – masing 2 tablet.
Non fixed dose ;
Artesunate + Amodiaquine
Artesunate + Mefloquine
Artesunate + Chloroquine
Artesunate + Sulfadoxine-pyrimethamine
Artesunate + pyronaridine
Piperaquine + Dihydroartemisinin + Trimethoprim
Yang tersedia di Indonesia kombinasi Artesunate + amodiakuin (Artesdiaquine/
Artesumoon)
Asimptomatik
- Pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia : parasetamol 15 mg/KgBB/x, beri
setiap 4 jam dan lakukan juga kompres hangat.
Bila kejang, beri antikonvulsan : Dewasa : Diazepam 5-10 mg IV (secara perlahan
jangan lebih dari 5 mg/menit) ulang 15 menit kemudian bila masih kejang. Jangan
diberikan lebih dari 100 mg/24 jam.
Bila tidak tersedia Diazepam, sebagai alternatif dapat dipakai Phenobarbital 100 mg
IM/x
(dewasa) diberikan 2 x sehari.
PENCEGAHAN
Vaksin
Berdasarkan fungsinya vaksin malaria dibagi 3 :
1. Vaksin anti penyakit
2. Vaksin anti infeksi
3. Vaksin penghambat transmisi
Berdasarkan sasaran antigen sesuai dengan stadium perkembangan parasit , dikenal 3 jenis
vaksin :
1. Vaksin pre eritrositik
2. Vaksin eritrositik atau vaksin bentuk aseksual darah
3. Vaksin bentuk seksual
Beberapa jenis vaksin :
1. SPf 66
Terdiri dari kombinasi 3 peptida sintetik yang urutan rangkaiannya berasal dari
protein merozoit dan dari rangkaian peptida yang berasal dari protein CS. Vaksin ini
multikomponen multistadium.
2. Campuran antigen Plasmodium falciparum stadium aseksual darah rekombinan
Terdiri dari bagian MSP-1, MSP-2, dan RESA.
3. Antigen MSP-1 yang berasal dari ragi
Mengandung antigen 19C terminal berperan penting dalam invasi parasit ke dalam
eritrosit dan dapat menginduksi kekebalan.
4. NYVAC-Pf7
Dibuat dari virus Vaccinia yang sudah dilemahkan dan dicampur dengan berbagai
antigen multikomponen, multistadium, termasuk antigen vaksin penghambat Pfs-25
bersama-sama dengan 6 antigen lain, yaitu 3 protein preeritrositik : CS, SSP2/TRAP,
LSA-1, dan 3 antigen bentuk aseksual darah : MSP-1, AMA-1, SERA.
Orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau yang mengadakan perjalanan ke daerah
malaria bisa melakukan hal-hal berikut:
Menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di luar rumah
Memasang tirai di pintu dan jendela
Memasang kawat nyamuk
Mengoleskan obat anti nyamuk di kulit
Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga mengurangi daerah tubuh yang
digigit nyamuk.
PENGOBATAN PENCEGAHAN (KEMOPROFILAKSIS)
Obat yang dipakai untuk tujuan ini umumnya bekerja terutama pada tingkat eritrositer, hanya
sedikit yang berefek pada tingkat eksoeritrositer (hati). Obat harus digunakan terus-menerus
mulai minimal 1 - 2 minggu sebelum berangkat sampai 4 - 6 minggu setelah keluar dari
daerah endemis malaria.
OAM yang dipakai dalam kebijakan pengobatan di Indonesia adalah :
Klorokuin : banyak digunakan karena murah, tersedia secara luas, dan relatif aman untuk
anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. Pada dosis pencegahan obat ini aman digunakan
untuk jangka waktu 2-3 tahun. Efek samping : gangguan GIT seperti mual, muntah, sakit
perut dan diare. Efek samping ini dapat dikurangi dengan meminum obat sesudah makan.
Pencegahan pada anak :
OAM yang paling aman untuk anak kecil adalah klorokuin. Dosis : 5 mg/KgBB/minggu.
Dalam bentuk sediaan tablet, rasanya pahit campur dengan makanan atau minuman, dapat
juga dipilih yang berbentuk suspensi.
Untuk mencegah gigitan nyamuk kelambu pada waktu tidur.
Pencegahan perorangan :
Dipakai oleh masing-masing individu yang memerlukan pencegahan terhadap penyakit
malaria. Obat yang dipakai : Klorokuin.
Cara pengobatan :
Bagi pendatang sementara :
Klorokuin diminum 1 minggu sebelum tiba di daerah malaria, selama berada di daerah
malaria dan dilanjutkan selama 4 minggu setelah meninggalkan daerah malaria.
Bagi penduduk setempat dan pendatang yang akan menetap :
Pemakaian klorokuin seminggu sekali sampai lebih dari 6 tahun dapat dilakukan tanpa efek
samping. Bila transmisi di daerah tersebut hebat sekali atau selama musim penularan, obat
diminum 2 kali seminggu. Penggunaan 2 kali seminggu dianjurkan hanya untuk 3 - 6 bulan
saja.
Dosis pengobatan pencegahan : Klorokuin 5 mg/KgBB atau 2 tablet untuk dewasa.
Golongan umur (tahun) Jumlah tablet klorokuin (dosis tunggal)
( frekuensi 1 x seminggu )
Umur 0 - 1 jumlah tablet ¼
Umur 1 - 4 jumlah tablet ½
Umur 5 - 9 jumlah tablet 1
Umur 10 - 14 jumlah tablet 1 ½
Umur > 15 jumlah tablet 2
Pencegahan kelompok
Ditujukan pada sekelompok penduduk, khususnya pendatang non-imun yang sedang berada
di daerah endemis malaria. Pencegahan kelompok memerlukan pengawasan yang lebih baik.
Obat diberikan melalui unit pelayanan kesehatan, pos-pos pengobatan malaria yang dibentuk
sendiri oleh penduduk di wilayah tersebut, atau melalui pos obat desa (POD) yang di
dalamnya menyediakan obat-obatan lain selain obat anti malaria.
Dosis dan cara pengobatan sama seperti pengobatan pencegahan perorangan.
perlu diingat juga bahwa pengobatan yang dilakukan sebagai tindakan preventif tidak 100%
efektif.
PROGNOSIS
1. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan
pengobatan.
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-
anak 15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan meningkat sampai 50 %.
3. Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada kegagalan
2 fungsi organ
- Mortalitas dengan kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50 %
- Mortalitas dengan kegagalan 4 atau lebih fungsi organ, adalah > 75 %
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan klinis malaria berat yaitu:
- Kepadatan parasit < 100.000, maka mortalitas < 1 %
- Kepadatan parasit > 100.000, maka mortalitas > 1 %
- Kepadatan parasit > 500.000, maka mortalitas > 50 %
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu Penyakit Dalam UI jilid 3, EGC, Jakarta
2. www.infeksi.com
3. http://malariana.blogspot.com/2008/11/malaria-patofisiologi.html
4. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_MalariaBerat.pdf/14_MalariaBerat.html