Malakah Epidemiologi Penyakit Ikan Salmon

26
TUGAS MAKALAH ILMU HEWAN AQUATIK DAN SATWA LIAR Epidemiologi Penyakit pada Ikan Salmon Oleh : B 2012 DIKA PUTRI E 125130100111021

description

penyakit ikan salmon

Transcript of Malakah Epidemiologi Penyakit Ikan Salmon

TUGAS MAKALAH ILMU HEWAN AQUATIK DAN SATWA LIAREpidemiologi Penyakit pada Ikan Salmon

Oleh :

B 2012

DIKA PUTRI E 125130100111021

PROGRAM KEDOKTERAN HEWANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDefinisi dari Epidemiologi adalah Studi tentang pola penyakit dalam suatu populasi bertujuan untuk menentukan strategi pencegahan dan pengendalian penyakit. Epidemiologi adalah disiplin ilmu yang integratif dan beragam berdasarkan urutan logika/penalaran. Bila membicarakan tentang epidemiologi, maka membicarakan tentang suatu cara pencegahan terhadap terjadinya suatu kejadian penyakit, berdasarkan studi menyeluruh dari proses terjadinya wabah penyakit.

Epidemiologi Veteriner berkaitan dengan penyakit dalam suatu populasi hewan.Ada 5 tujuan dari ilmu epidemiologi, yaitu:

1. Determination of the origin of a disease whose cause is known; Mempelajari kejadian suatu penyakit yang penyebabnya atau kausanya sudah diketahui2. Investigation and control of a disease whose cause is either unknown or poorly understood; melakukan investigasi dan kontrol suatu penyakit dimana penyebabnya tidak diketahui atau sangat sedikit dipahami.3. Acquisition of information on the ecology and natural history of a disease; Untuk memperoleh informasi mengenai ekologi dan sejarah alami dari suatu penyakit.4. Planning, monitoring and assessment of disease control programmes; Merencanakan, memonitor dan melakukan pengujian dari program pengendalian penyakit.5. Assessment of the economic effects of a disease, and analysis of the costs and economic benefits of alternative control programmes. Melakukan penilaian dampak ekonomis dari suatu penyakit, dan melakukan analisa biaya dan keuntungan ekonomis.

Pendakatan dalam mempelajari epidemiologi adalah dengan cara Monitoring dan Surveillace, dimana membutuhkan kemampuan dan ketelitian dalam melakukan pengambilan data-data di lapangan, kemampuan berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait, kemampuan untuk menganalisa data dan mengambil kesimpulan. Sehingga penting bagi seorang veterinerian untuk mengerti epidemiologi tiap penyakit agar mampu menentukan diagnosa dan pencegahannya.

1.2 TujuanAdapun tujuan dari pembahasan epidemiologi pada ikan salmon ini adalah : Mampu mengetahui ciri morfologi terhadap ikan salmon Mengetahui penyakit dan kejadian penyakit yang terjadi pada ikan salmon Mengetahui ekologi terjadinya suatu penyakit Mengetahui Patogenesa terjadinya suatu penyakit Mengetahui program pengendalian penyakit

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Ciri Morfologi Salmonadalah sejenis ikan laut dari famili Salmonidae. Ikan lain yang satu famili dengan salmon adalah ikanTrout. Perbedaannya adalah pada migrasi hidup salmon dibandingkan dengan ikan trout yang menetap. Salmon hidup diSamudra AtlantikdanSamudra Pasifik. Secara umum, salmon adalah spesies anadromous, yaitu spesies yang bermigrasi untukberkembang biak. Salmon lahir di perairan air tawar, bermigrasi ke lautan, lalu kembali ke air tawar untuk bereproduksi.

Gambar 1 ilustrasi macam macam variasi salmon

Siklus hidup Salmon kembali ke perairan air tawar yang deras untuk berkembang biak. Metode navigasi yang dilakukannya kemungkinan dilakukan dengan indra penciuman ikan tersebut. Setengah dari salmon dewasa akan mati dalam beberapa hari hingga minggu setelah berkembang biak. Untuk menaruhtelur, salmon betina mengepakkan ekornya untuk menciptakan wilayah bertekanan rendah untuk mengangkat kerikil agar tersapu arus, menciptakan celah baginya untuk menaruh telur. Satu celah dapat menampung 5000 telur, menutupi area sekitar 2,8 m2. Warna telur bervariasi dari oranye hingga merah. Satu atau lebih salmon jantan akan mendekati betina dan mengeluarkanspermanyake air untuk membuahi telur. Salmon betina lalu menutupi telur-telurnya dengan menyapu kerikil lalu pergi bertelur di tempat lain. Salmon betina dapat melakukannya sebanyak tujuh kali sebelum telur dalam ovariumnya habis. Salmon akan mati kelelahan segera setelah bertelur.Telur harus diletakkan di bawah kerikil di sekitar air yang dingin dengan arus yang baik sebagai suplaioksigen. Kematian yang tinggi umum terjadi pada tahap ini, yang sebagian besar terjadi akibatpredasidan perubahan kondisi perairan akibat ulah manusia.Salmon muda menetap di perairan air tawar tersebut tempat mereka dilahirkan, selama tiga tahun sebelum bermigrasi kelautan. Pada masa tersebut, mereka berwarna keperakan. Diperkirakan hanya 10% dari jumlah telur yang selamat mencapai tahap ini.Salmon menghabiskan waktu selama satu hingga lima tahun sebelum mencapai usia kematangan seksual. Salmon dewasa akan kembali ke tempat di mana dia dilahirkan untuk berkembang biak. Untuk menuju ke proses tersebut, beberapa jenis salmon mengembangkan taring. Warna mereka akan menjadi gelap. Jarak perjalanan yang dilakukan salmon sangat menakjubkan, mereka dapat mengarungi arus sungai sejauh 1.400 km dan mendaki setinggi 2.100 m dari lautan menuju tempat di mana mereka dilahirkan. Selama berada di air tawar dan muara, salmon muda memakanserangga,amphipoda, dancrustacealainnya. Ketika sudah besar, mereka akan memakan ikan kecil.Tekanan LingkunganPopulasi ikan salmon di alam liar terus menurun dalam dekade ini, terutama salmon Atlantik yang berkembang biak diEropa Baratdan TimurKanada. Faktor yang memengaruhi diantaranya: Parasityang tersebar dari peternakan salmon dengan jaring terbuka Penangkapan secara berlebihan Proses penghangatan lautan dansungaidapat menghambat proses berkembang biak dan meningkatkan penyebaran parasit Hilangnya habitat yang digunakan untuk berkembang biak, degradasi arus air, dan hilangnya material untuk proses berekembang biak ikan salmon (misal: kerikil untuk menutupi kumpulan telur salmon). Pembangunanbendungandapat menghalangi laju ikan salmon menuju tempat berkembang biak.

2.2 Kejadian penyakit pada ikan salmonPada tahun 1970an mulailah perkembangan pesat dalam akuakultur ditandai dengan penerapan usaha dengan skala luas, teknolog tinggi berkembangnya industri pakan serta produksi spesies-spesies eksotis. Sebagai dampaknya maka persoalan lingkungan mulai muncul, pembukaan lahan untuk usaha akuakultur telah mengabaikan pengelolanaan lingkungan yang berkesinambungan. Pembabatan hutan mangrove marak dan hampir tidak terkontrol. Permasalahn tidak berhenti sampai disini, berkembangnya akuakultur telah mendesak lingkungan alami bagi ikan dan hewan-hewan liar perairan sehingga mengancam biodipersitas. Permasalahan ini juga berdampak pada proses akuakultur. Misalnya pembabatan hutan mangrove yang menurunkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan itu sendiri. Ini dikarenakan tidak adanya lagi saringan bagi air yang masuk dari hulu sehingga membawa faktor-faktor yang dapat menyebabakan penyakit.Penyakitmerupakan permasalahan yang sangat besar dalam usaha akuakultur dan merupakan penyebab kerugian utama karena hilangnya biaya investasi akibat matinya komoditi budidaya, biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, serta pengurangan produksi selama masa pemulihan. Bahkan pada beberapa kasus yang berat kadang kala memerlukan penghentian pengoperasian usaha dan produksi selama masa waktu tertentu.Penyakit adalah keabnormalan pada ikan yang disebabkan olehinteraksi yang tidak seimbangantara ikan yang lemah, lingkungan yang memburuk dan pathogen yang ganas. Dalam hal faktor lingkungan yaitu stress, dapat disebabkan oleh faktor fisik (misalnya perubahan temperatur yang drastis), kimiawi (misalnya pencemaran), dan biologis (misalnya hadirnya parasit). Penyeban terjadinya stress terhadap lingkungan dapat berupa faktor kimiawi, fisik dan biologis. Faktor kimiawi antara lain polutan yang msuk ke badan air yang merupakan sumber pengairan pada kolam-kolam akuakultur. Polutan sendiri dapat berupa senyawa-senyawa kimia dari industri, lahan pertanian dan rumah tangga yang terdiri dari beragam jenis seperti : pestisida, pupuk anorganik, deterjen, tumpahan minyak dan logam berat. Adapun stress fisik dapat berupa kenaikan temperatur air akibat buangan dari air pendingin mesin-mesin industri dan kekeruhan air akibat aliran lumpur dari lahan pertanian. Adapun faktor biologis terjadi antara lain dengan terjadinya ledakan populasi algae, toksin algae dan parasit.Agensia penyebab penyakit biasanya berupa mikroorganisme. Mikroorganisme adalah mahluk hidup sederhana yang berukuran mikroskopik dan hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Mikroorganisme penyebab penyakit pada akuakultur dapat dikelompokkan sebagai parasit, fungi, virus, dan bakteri. Bakteri dianggap sebagai agensia penyakit yang terpenting dalam akuakultur. Beragam bakteri diketahui berkaitan dengan penyakit-penyakit pada ikan seperti penyakit columnaris yang disebabkan oleh Flexibacter columnaris , atau penyakit Fulunculosis akibat bakteri Aeromonas salmonicida. Kedua bakteri tersebut merupakan bakteri yang mampu menimbulkan penyakit pada ikan terutama ikan salmon.

2.3 Ekologi dan Penyebab terjadinya penyakit 2.3.1 Flexibacter columnare (F. columnare)Agen penyebab penyakit Columnaris, dari famili Flavobacteriaceae. Flexibacter Columnaris termasuk dalam kelompok bakteri yang disebut bakteri Cytophaga. Sering disingkat menjadi CLBs, kelompok ini termasuk genus Cytophaga dan Flexibacter. Flexibacter Columnaris relatif panjang dan ramping, bakteri ini motil. Wabah cenderung tergantung suhu dan biasanya terjadi pada lebih dari suhu 60 F. Ikan yang tampak sehat dapat membawa penyakit ini, dan wabah akan terjadi ketika kondisi sesuai dengan infeksi. Kondisi ideal termasuk suhu tinggi dan sejumlah besar limbah organik. Flexibacter telah ditunjukkan untuk tumbuh pada makanan yang dimakan. Faktor predisposisi mencakup suhu air sekitar 58 F dan tingkat tinggi bahan organik. Flexibacter tidak muncul pada air dengan pH rendah dan tingkat kesadahan air, meskipun toleransi tampaknya bervariasi antar strain bakteri(Maria, 2013). Penyakit columnaris ditemukan diseluruh dunia terjadi pada ikan air tawar dan air payau, khususnya di US, Eropa, dan Asia. Menurut Meyer (1970), bakteri ini khususnya menyerang ikan chanel catfish dan ictalurids lainnya. Namun demikian, belut yang dibudidayakan (air tawar dan payau) juga sangat rentan terinfeksi bakteri F.columnaris. Selain itu ikan salmonids, khususnya pada saat hatchery, ikan mas di Eropa, golden shiners, fathead minnow, dan ikan koki di Amerika serinkat sangat rentan terkena infeksi bakteri ini. Walaupun kelihatannya ada beberapa ikan yang mudah terinfeksi bakteri ini. Walaupun kelihatannya ada beberapa ikan yang mudah terinfeksi bakteri ini, namun semua ikan air tawar baik liar maupun budidaya, termasuk ikan hias, sangat resisten terhadap infeksi bakteri ini. F. columnare didistribusikan di seluruh dunia pada sumber air tawar dan dapat menginfeksi banyak spesies ikan air tawar liar dan spesies ikan budidaya, seperti ikan mas, ikan lele, ikan mas, belut, bertengger, salmon dan ikan nila. Penyakit ini juga menyerang banyak ikan akuarium air tawar tropis. Ikan mungkin berada dalam status pembawa klinis dengan cara menyembunyikan suatu isolat yang tersisa dari wabah sebelumnya penyakit Columnaris dan ini mampu menjadi sumber infeksi bagi ikan lain. Fujihara dan Nakatani melaporkan bahwa Ikan rainbow trout yang masih hidup infeksi columnare F. dapat melepaskan hingga 5 103 koloni membentuk unit / mL / jam dari bakteri hidup ke dalam air tangki. Insang merupakan lokasi pelepasan utama patogen ini. Ikan mati akan mampu menyebarkan penyakit pada tingkat transmisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan hidup. Beberapa studi telah menunjukkan potensi F. columnare untuk bertahan hidup untuk waktu yang lama di dalam air. Kelangsungan hidup diperlihatkan dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia dari air sekitarnya. Fijan menyatakan bahwa F. columnare dapat bertahan hingga 16 hari pada 25 C dalam air alkali dengan beban organik tinggi.

Gambar 2 F. columnare menimbulkan lesi pada insang2.3.2 Aeromonas salmonicidaAeromonas salmonicidamerupakan bakteri gram negatif,Bakterigram-negatifadalahbakteriyang tidak mempertahankanzat warnametil ungupada metodepewarnaan Gram.A.Salmonicidaberbentuk batang pendek ( 1,3-2,0 x 0,8-1,3 m ), non motil atau tidak bergerak, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, resisten terhadap 0/129, pertumbuhan optimum pada suhu 22C, G+C ratio 57-63%, memproduksi brown pigmen yang diffusible (untuk straintypical). Koloni bakteri ini berwarna putih, kecil, bulat, dan cembung. Straintypicaldapat menghasilkan pigmen coklat yang akan lebih kelihatan apabila medium ditambah dengan tyrosine atau phenylalanine.Pada media dengan kandungan asam amino tinggi pigmen coklat akan jelas kelihatan pada umur kultur 48 jam.Secara biokimia bakteri ini mempunyai sifat-sifat : oksidase positif dan memfermentasi glukosa.Bakteri A.Salmonicidamemiliki banyak subspecies yang masing-masing memberikan sifat dan pathogenitas yang berbeda. Selain membagi secara taksonomi, A.Salmonicidajuga dibagi menjadi 2 jenis yaitutypicaldanatypical. Strain typical mempunyai inang dominan ikan-ikan salmonid dan menyebabkan penyakit furunculosis dengan gejala klinis yang khas sedang strain atypical mempunyai karakteristik memiliki banyak variasi dari sifat fisiologi, biokimia dan serelogi serta ketahanan terhadap antibiotik.Aeromonas salmonicidamerupakan penyebabpenyakit furunculosis.Bakteri ini terutama menyerang ikan salmon dan menimbulkan kerugian yang sangat besar, sistemiknya ditunjukkan oleh cirri-ciri seperti :

1.Bentuk sangat akut (per-acute) pada ikan seukuran jari (finger-lings); ikan menjadi berwarna lebih gelap (melanosis) dan mengalami kematian dengan cepat anda-tanda yang teramati sebelumnya.2.Betuk akut;tanda-tanda yang tampak sebelumnya yaitu anoreksia yang berlangsung 2-3 hari sebelum kematian.3.Sub-akut; bentuk ini merupakan bentuk yang paling lambat dimulai dengan tanda-tanda klinik berupa haemoragik petekhial (petechial haemorrhages, pendarahan akibat pecahnya pembuluh kapiler) pada kulit dan sekitar sirip. Ikan akan menampakkan perubahan warna dan anoreksia, selanjutnyamengalami kematian 4-6 hari sejak tanda-tanda klinis awal muncul.4.Kronik; bentuk ini teramati pada ikan-ikan yang mampu bertahan hidup pada serangan sub-akut dan ditunjukkan dengan sembuhnya borok dan luka.

Gambar 3 ikan yang terkena Aeromonas salmonicida2.4 Patogenesis2.4.1 Flexibacter columnarisFlexibacter columnaris merupakan bakteri gram negatif cara penularannya ialah dengan kontak langsung dengan ikan sakit ataupun air yang tercemar oleh bakteri tersebut . Jika ikan terinfeksi bakteri ini akan dapat menimbulkan Infeksi yang bersifat perakut, akut ataupun kronis. Temperatur air (sekitar 18C) virulensi dan bakteri sangat berpengaruh terhadap berat/ringannya penyakit ini. Gangguan pernafasan yang disertai oleh protrusi operculum. Insang tampak kotor dan biasanya diikuti oleh kematian. Dari segi makroskopis, kulit di daerah kepala dan belakang dan insang menunjukkan adanya plaque berwarna putih dan menonjol yang disertai oleh daerah hiperemia di bagian perifer. Insang terlihat mengalami nekrosis dan kongesti. Lesi pada kulit dapat melanjut menjadi ulser dan hemorrhagik. Dari segimikroskopis epidermis terlihat mengalami degenerasi hidropik, nekrosis dan ulserasi. Nekrosis dapat meluas ke arah dermis dan lesi tersebut biasanya dikelilingi oleh daerah hemorrhagik.Dalam dekade terakhir, berbagai penelitian telah berusaha untuk menjelaskan patogenesis penyakit Columnaris Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang bagaimana organisme patogen ini memunculkan penyakit, dan informasi mengenai peristiwa bakteriologis . Kondisi host (misalnya usia, gizi dan status kekebalan) merupakan komponen penting untuk pendukung penyebaran penyakit Columnaris. Kondisi lingkungan termasuk suhu, kualitas air dan stressor lainnya misalnya kepadatan. Parasitisme mungkin yang paling berpengaruh pada perkembangan penyakit Columnaris dalam lingkungan budidaya. Suhu air telah digunakan sebagai stressor untuk menginduksi penyakit Columnaris. Sebuah studi yang diterbitkan baru-baru ini menunjukkan bahwa perubahan iklim global mungkin memiliki dampak pada peningkatan prevalensi jelas penyakit Columnaris di Finlandia]. Menunjukkan bahwa suhu rata-rata meningkat sekitar 2-3 C.Kemampuan untuk memasuki insang jaringan atau kulit dianggap menjadi langkah awal yang penting dalam patogenesis penyakit Columnaris. Menariknya , beberapa in vitro , ex vivo , dan in vivo telah memeriksa adhesi F. Columnare dan menunjukkan bahwa virulensi bakteri ini berbeda F. Dalam kemampuan untuk mengikuti dan / atau bertahan pada host jaringan] . Mekanismenya F. columnare melekat pada jaringan target . Lektin dapat diekspresikan oleh sel bakteri termasuk F. columnare , dan oleh sel inang epitel yang memanfaatkan lektin untuk mengikat dan bakteri menggumpalkannya dengan mengikat ke permukaan glycoconjugates. Interaksi antara lektin bakteri dan reseptor karbohidrat inangnya mengakibatkan reduksi. Kemudian di dalam tubuh ikan bakteri ini ada meningkatkan metabolismenya , dapat pula menghasilkan toksin untuk merusak jaringan dari host tersebut. Kemudian sistem imun akan terganggu yang menyebabkan gangguan pada tubuh ikan tersebut. Bakteri ini kebanyakan menyerang pada bagian insang. Ketika patogen masuk dan merusak jaringan pada insang, maka akan menyebabkan gangguan pernafasan. Hal ini yang kemungkinan dapat menyebabkan kematian pada ikan tersebut.Gejala klinis yang ditunjukkan oleh penyakit columnaris sangat mudah dikenali dan berbeda antar spesies. Namun, lokasi terjadinya luka sangat bervariasi. Derajat penyakit, tipe lokasi dan luka, dan virulensi sesuai dengan strain dari bakteri F.columnaris yang termasuk dalam infeksi tersebut. Perlu diperhatikan bahwa, infeksi bakteri F. columnaris dapat berasosiasi dengan infeksi bakteri lain atau dengan parasit protozoa yang termasuk di dalamnya. Pada ikan catfish, infeksi dimulai dari bagian luar, yaitu sirip, permukaan tubuh, atau insang. Sirip mengalami nekrosis dengan pinggiran abu-abu hingga putih. Luka awal pada kulit tampak kecil, terdapat daerah berwarna kebiru-biruan yang meluas menjadi luka nekrosis pada ikan yang terinfeksi sehingga pada daerah tersebut kulit kehilangan penampakan mengkilapnya. Luka yang ditimbulkan bakteri ini memiliki pinggiran kekuningan dan putih dengan disertai inflamasi ringan. Mulut ikan yang terinfeksi ditutupi dengan material lendir yang kekuning-kuningan. Luka pada insang berwarna putih hingga cokelat.Menurut Irianto (2005), gejala-gejala klinis antara lain terjadinya peradangan kulit disertai dengan bintik-bintik putih kecil pada sirip ekor dan selanjutnya meluas ke arah kepala. Sirip ekor dan sirip anal dapat mengalami erosi berat dan kulit akan mengalami borok-borok bewarna putih keruh atau kelabu. Pada umumnya insang mengalami kerusakan yang ditandai dengan nekrosis pada ujung distal lamella insang dan dapat meluas kesuluruh lamellae insang.Columnaris dapat terjadi sebagai infeksi primer tanpa menimbulkan stress signifikan kepada inang atau lebih umumnya infeksi terjadi sebagai infeksi sekunder seabgai hasil dari kondisi lingkungan yang menimbulkan stress atau trauma. Pada kasus yang lain, penyakit ini berkembang sebagai infeksi akut seiring dengan semakin cepatnya kematian. Untuk lebih mudahnya, Gejala klinis dari infeksi Flexibacter columnaris antara lain: Luka disekitar mulut, kepala, badan, atau sirip. Luka berwarna putih kecoklatan kemudian berkembang biak menjadi borok Infeksi disekitar mulut, seperti diselaputi benang, sehingga sering disebut penyakit jamur mulut Dibagian pinggir luka tertutup oleh lendir (pigmen) berwarna kuning cerah Apabila menginfeksi insang, kerusakan dimulai dari ujung filamen insang dan merambat kebagian pangkal, akhirnya filamen membusuk dan rontok (gillrot) Infeksi streptococcus banyak ditemukan di organ otak sehingga ikan yang terinfeksi sering menunjukkan tingkah laku abnormal seperti kejang dan berputar.

2.4.2 Aeromonas salmonicidaAeromonas salmonicidatidak hanya menyerang ikan salmonid, akan tetapi bakteri ini juga dapat menyerang ikan air tawar seperti mas koki, koi, karper dan lele. Bakteri ini mengefeksi bagian luar dari tubuh ikan, seperti kulit dan insang ikan. Namun, selain di permukaan tubuh ikan, A.salmonicidajuga menyerang saluran pencernaan ikan. Penyakit akibat bakteri ini sangat mudah menular pada ikan lain yang berada disekitar ikan yang terkena penyakit. Penularan penyakit dapat dibagi menjadi 2, yaitu penularan secara vertical dan horizontal. Penularan vertical adalah penularan penyakit dari induk ke progeninya, sedang penularan horizontal adalah penularan penyakit ke ikan lain melalui kontak langsung, vector, peralatan yang terkontaminasi, atau lingkungan.Penyakit ikan yang disebabkan oleh A.salmonicidaini dapat ditularkan melalui air yang terkontaminasi. Maksudnya, jika air yang sudah terkontaminasi dengan bakteri A.salmonicidatetap digunakan untuk mengairi kolam akuakultur maka ikan-ikan yang sehat akan terkontaminasi dengan bakteri tersebut. Jika ikan dan factor lingkungan yang lain dalam keadaan baik, maka bakteri atau pathogen tidak dapat menyebabkan penyakit pada ikan. Tetapi jika factor lingkungan tidak mendukung, apalagi ditambah dengan keadaan ikan yang lemah maka pathogen atau bakteri tadi akan dengan leluasa menyerang ikan.Selain itu, penularan ini juga dapat diakibatkan oleh ikan karier, yaitu ikan yang memang sudah membawa pathogen. Jika ikan ini bergabung denganikanyang sehat, melakukan interaksi, dan bersenggolan, maka kemungkinan besar ikan yang sehat akan terkontaminasi pathogen sehingga akan ikut sakit. Apalagi ikan mengalami luka pada kulitnya. Luka ini merupakan sumber utama terjadinya penularan penyakit pada ikan, karena ikan yang terluka pasti memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah dari ikan sehat sehingga penyakit dapat dengan mudah menyerangnya. Ikan karier juga dapat menularkan penyakit ini melalui kotoran atau fecesnya. Kotoran yang dikeluarkan ikan karier mengandung bakteri pathogen yang akan mencemari air dan akhirnya mengkontaminasi ikan yang sehat.Peralatan yang digunakan untuk proses akuakultur juga dapat menjadi perantara pembawa penyakit. Apabila alat-alat yang kita gunakan tidak dicuci dan disterilkan terlebih dahulu, maka kemungkinan besar alat-alat tersebut sudah terkontaminasi oleh bakteri pathogen. Bila kita tetap menggunakannya pada proses produksi, ini akan memperbesar kemungkinan timbulnya penyakit akibat bakteri yang ada pada alat-alat tersebut.Ikan-ikan yang telah terkontaminasi bakteri ini dapat ditandai dengan melihat ciri-ciri sebagai berikut : Lesi terjadi secara subkutan dengan pembengkakan sehingga menyebabkan ulcerative dermatitis (furunculosis). Pembengkakan biasanya menjadi luka terbuka berisi nanah, darah, dan jaringan yang rusak di tengah luka tersebut terbentuk cekungan (bentuknya seperti kaldera). Pada serangan akuttanda-tanda yang menyeluruh mungkin tidak tampak. Hemorhagi pada dasar sirip dan dan sirip dorsal geripis. Mata menonjol (eksopthalmia). Warna tubuh menjadi lebih gelap.

2.5 Pengendalian penyakit Metode pengobatan infeksi Flexibacter columnaris dapat dilakukan dengan bahan kimia. Obat-obatan yang umum digunakan antara lain oxytetraciclin, tetracycline, potasium permanganate, dan copper sulpate. Pengobatan dilakukan dengan cara ikan yang sakit direndam dalam tawas (CuSO4) selama 1-2 menit. Dosisnya sebanyak 1 ml tawas untuk 2 liter air. Kemudian, ikan sakit tersebut dapat diberi antibiotik tetrasiklin selama lebih dari 30 menit dengan dosis 10 mg/2 air. Untuk pengobatan secara tradisional dapat dilakukan perendaman dengan garam. Manajemen penanganan columnaris meliputi pencegahan, perawatan kondisi lingkungan optimum, penanganan ikan yang benar, dan implementasi dari prosedur perawatan kesehatan yang baik. Pengendalian suhu lingkungan merupakan alat manajemen lingkungan yang penting, khususnya pada bak, sistem mengalir dan akuarium. Overstocking dengan pakan dan bahan organik yang berlebihan di dalam air menyebabkan menurunnya kualitas air. Vaksinasi ikan untuk melawan F.columnaris menunjukkan hasil yang menjanjikan pada akhir tahun 1970an. Sedangkan pada ikan yang memiliki ciri terkena Aeromonas Salmonicida segara diangkat dan diberi penanganan atau dimusnahkan bila telah pada keadaan yang parah. Ini dilakukan agar ikan-ikan yang lain tidak terkontaminasi dan ikut sakit. Namun itu adalah cara penanganan bila ikan telah terkontaminasi bakteri dan sakit. Selain itu,ada cara untuk pengendalian penyakit sebelum penyakit itu menyerang ikan. Caranya adalah sebagai berikut :1.Pelaksanaan budidaya yang baik2.Penggunaan hewan yang secara genetis resisten terhadap penyakit3.Kecukupan pakan, jika perlu digunakan pula pakan tambahan4.Penggunaan vaksin5.Penggunaan imunostimulan non-spesifik6.Penggunaan senyawa-senyawa antimikroba7.Penanganan air8.Mengisolasi hewan yang terinfeksi9.Penggunaan probiotik atau control biologis

Jika cara pengendalian penyakit ini telah dilakukan dengan baik, maka kemungkinan ikan akan terkontaminasi dengan bakteri yang menyebabkan penyakit dapat ditekan. Namun dari cara-cara di atas, aspek yang paling penting adalah kecukupan pakan dan penanganan air. Jika kualitas air sudah baik dan pakan cukup, maka ikan akan sehat dan dapat resisten terhadap penyakit.

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Penyakit ikan merupakan permasalahan yang sangat besar dalam usaha akuakultur dan dapat membawa kerugian yang sangat besar. Penyakit adalah keabnormalan pada ikan yang disebabkan olehinteraksi yang tidak seimbangantara ikan yang lemah, lingkungan yang memburuk dan pathogen yang ganasAeromonas salmonicidadan Flexibacter columnaris adalah salah satu bakteri pathogen yang banyak menyerang ikan terutama ikan salmon yang sangat rentan dan penularannya sangat cepat melalui air atau lingkungan, peralatan, dan kontak langsung dengan ikan yang sakit. Pencegahan dapat dilakukan sebelum ikan terserang penyakit yaitu dengan melakukan jalan-jalan pencegahan dan bila ikan telah sakit, dapat dilakukan penanganan ikan sakit agar tidak menularkan penyakit pada ikan yang lain, dan dilakukannya program vaksinasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anie. 2012. Pengenalan epidemiologi veteriner . http://anievet.lecture.ub.ac.id/2012/02/ . Diakses 20 April 2014Atlas of Pacific Salmon, Xanthippe Augerot and the State of the Salmon Consortium, University of California Press, 2005.Irianto, Agus. 2003.Probiotik akuakultur.Gadjah Mada University Press. Purwokerto.Kordi K, ghufron H.2004.Penanggulanagn Hama dan Penyakit Ikan.Rineka Cipta dan Bina Adiaksara. Jakarta.Maria,Annelies. 2013. Columnaris disease in fish: a review with emphasis on bacterium-host interactions. Veterinary Research 2013, 44:27Septiama dkk. 2008.Metode Standar Pemeriksaan HPIK Golongan Bakteri Aeromonas Salmonicida.Pusat Karantina Ikan departemen Kelautan dan Perikanan.JakartaWatanabe Y, Tateno H, Nakamura-Tsuruta S, Kominami J, Hirabayashi J, Nakamura O, et al. The function of rhamnose-binding lectin in innate immunity by restricted binding to Gb3. Dev Comp Immunol 2009;33:187e97.Wirsan. 2011. Artikel: Bakteri Aeromonas salmonicida Penyebab Penyakit Ikan. http://kakalau-cerah.blogspot.com/2011/01/artikel-bakteri-aeromonas-salmonicida.html. Diakses 20 April 2014