Makalah Ibu Rini (salmon).doc

31
Abstrak: Penelitian pola pakan dengan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAHs) dilakukan pada salmon Chinook remaja (Oncorhynchus tshawytscha) untuk meniru polanya dari muara perkotaan selama transisi mereka dari air tawar ke air laut. Pengurangan signifikan rata-rata berat ikan kering hanya terjadi pada dosis tinggi. Tetapi analisis varian (ANOVA) yang menggunakan standar deviasi dan penghitungan plot frekuensi kumulatif menunjukkan keberagaman yang tinggi di semua perlakuan. Distribusi berat ikan yang tidak simetris menunjukkan jumlah ikan kecil dalam jumlah besar di beberapa perlakuan dibandingkan dengan ikan kelompok kontrol. Analisis lemak di seluruh bagian badan dan beberapa parameter di plasma darah yang berkaitan dengan pertumbuhan dan metabolisme mengindikasikan perubahan hampir di semua perlakuan. Hasil dan kecenderungan pertumbuhan, kimia plasma, dan lemak sebagai hasil dari pola PAH sama dengan pertumbuhan, kimia plasma, dan lemak dari ikan yang terlihat lapar. Kejadian ini kita sebut dengan “kelaparan dengan induksi toksikan”. Berdasakan hasil tersebut, kami menyimpulkan bahwa PAHs merupakan toksik bagi ikan salmon pada usia remaja dan pengurangan biomasa dan penimbunan lemak yang diamati dalam penelitian ini dapat menyebabkan meningkatnya kematian ikan selama awal musim dingin. 1

Transcript of Makalah Ibu Rini (salmon).doc

Page 1: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

Abstrak: Penelitian pola pakan dengan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAHs) dilakukan pada salmon Chinook remaja (Oncorhynchus tshawytscha) untuk meniru polanya dari muara perkotaan selama transisi mereka dari air tawar ke air laut. Pengurangan signifikan rata-rata berat ikan kering hanya terjadi pada dosis tinggi. Tetapi analisis varian (ANOVA) yang menggunakan standar deviasi dan penghitungan plot frekuensi kumulatif menunjukkan keberagaman yang tinggi di semua perlakuan. Distribusi berat ikan yang tidak simetris menunjukkan jumlah ikan kecil dalam jumlah besar di beberapa perlakuan dibandingkan dengan ikan kelompok kontrol. Analisis lemak di seluruh bagian badan dan beberapa parameter di plasma darah yang berkaitan dengan pertumbuhan dan metabolisme mengindikasikan perubahan hampir di semua perlakuan. Hasil dan kecenderungan pertumbuhan, kimia plasma, dan lemak sebagai hasil dari pola PAH sama dengan pertumbuhan, kimia plasma, dan lemak dari ikan yang terlihat lapar. Kejadian ini kita sebut dengan “kelaparan dengan induksi toksikan”. Berdasakan hasil tersebut, kami menyimpulkan bahwa PAHs merupakan toksik bagi ikan salmon pada usia remaja dan pengurangan biomasa dan penimbunan lemak yang diamati dalam penelitian ini dapat menyebabkan meningkatnya kematian ikan selama awal musim dingin.

1

Page 2: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

2

Page 3: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

Beberapa penelitian dan kajian telah membuktikan bahwa karbon aromatik poliklisik (PAHs) ada dimana-mana dalam sistem perairan, khususnya perairan muara dan bisa terjadi pada konsentrasi endapan, air, dan jaringan yang tinggi (Meador, dkk., 1995; Eisler 2000; van Metre dkk., 2000). Zat percemar tersebut berasal dari berbagai sumber seperti badai yang lewat, lalu lintas atmosfer, exploitasi minyak bumi (termasuk pengeboran, penyulingan, pengangkutan, pembakaran, peluapan, dan rembesan biasa), limbah kota dan industry, dan pembakaran bahan organik.

Selama smoltifikasi, salmon remaja khususnya ikan liar kehilangan jumlah lemak biasanya menurun dari 1% - 3% berat basah (Brett 1995; Beckman dkk, 2000; Meador dkk, 2002). Ketika berada di lingkungan muara dan tepi pantai salmon Chinook bisa makan dengan lahap hewan tidak bertulang belakang dan ikan kecil (Weatherley dan Gill 1995). Hal ini menyebabkan peningkatan pertumbuhan dan penyimpanan lemak yang cepat yang akan bermanfaat saat awal musim dingin (Burrows 1969; Healey 1980; Biro dkk., 2004). Tahap siklus hidup salmon Chinook ini menjadi sangat penting dalam menentukan ketahanan dan reproduksinya (Spromberg dan Meador 2005) dan bahkan impedansi pertumbuhan atau penyimpanan lemak yang memungkinkan adanya konsekuensi ketahanan hidup.

Sangat sedikit penelitian yang meneliti respon tingkat organisme terhadap senyawa PAHs, walaupun PAHs ada dimana-mana dan berlimpah di lingkungan. Hanya beberapa penelitian mengkaji lemahnya pertumbuhan atau energetik respon ikan yang menunjukkan pengaruhnya pada konsentrasi rendah (Carls dkk., 1996; Rice dkk., 2000). Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pertumbuhan dan jumlah parameter metabolik tertentu yang berhubungan pada salmon Chinook remaja (Oncorhynchus tshawytscha) dengan menggunakan pakan PAHs. Fokus utama penelitian ini adalah masa remaja yang memasuki muara beberapa minggu untuk menyesuaikan diri dengan air laut, menambah ukuran, dan mengumpulkan timbunan lemak sebelum bermigrasi ke air terbuka. Peneliti memilih pertumbuhan ikan, lemak seluruh badan, dan beberapa parameter di plasma darah sebagai metrik dalam mengukur pengaruh toksik. Tujuannya adalah untuk mengukur besarnya pengaruh pada bagian-bagian organisme seperti berat badan dan kandungan lemak seluruh badan yang secara langsung mempengaruhi daya tahan salmon remaja sebagai tambahan beberapa parameter kandungan kimia darah yang mungkin bermanfaat sebagai indikator pengaruh yang tidak sesuai.

1.2. BAHAN DAN METODEPeternakan ikan, desain penelitian, parameter lingkungan, dan pelaksanaan

penelitian ini mengikuti prosedur yang dijelaskan dalam Meador dkk. (2005).

3

Page 4: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

Paragraf berikut ini memamparkan pembahasan ringkas tentang metode penelitian ini.

1.2.1. PeternakanBudidaya salmon Chinook dilakukan di laboratorium dengan telur yang

didapat dari tempat penetasan lokal. Sebelum perlakuan toksik, salmon Chinook kecil diberi pakan yang disesuai dengan pakan yang ada dipasaran. Ketika salmon Chinook sudah cukup besar untuk mengkonsumsi pellet, maka diberi pakan sekitar 1.5%-2.0% berat badan (BW) Hari –1 dengan pellet dari Rangen Inc. (Buhl, Idaho). Saat berat ikan remaja sekitar 3 g, pakan tersebut diganti dengan pelet khusus untuk ikan (Rangen Inc.) yang mengandung jumlah kandungan lemak 11% berat kering yang dibuat untuk meniru kandungan lemak mangsa bagi ikan liar. Parameter kualitas air (pH, oksigen larut, alkalinitas, dan kekerasan) diukur minimal satu kali setiap minggu dan disesuaikan jika diluar aturan yang diinginkan (Meador, dkk., 2005). Ikan diangkat dari air tawar dan dikenalkan dengan air asin selama bulan muda di bulan Juni. Tingkat perubahan dari air tawar ke air asin diperkirakan 5% Hari–1 hingga tingkat asin air laut dipenuhi.

1.2.2. Desain PerlakuanIkan ditimbang dan dipilih satu per satu dari ukuran jendela 10.0 sampai 16.0

g berat basah (ww), 2.2-3.5 g berat kering (dwj) ukuran tersebut ditentukan untuk membuat variansi yang baik tercapai dan dapat membuat kolam ikan cukup. Sekitar 40% ikan yang tersedia memenuhi kriteria seleksi. Setiap tangki berisi 50 ekor ikan dan urutan pengisian tangki dan juga perlakuan untuk setiap tangki dilakukan secara acak dengan menggunakan mesin acak angka.

Salmon Chinook remaja diberi pakan campuran PAHs yang dimaksudkan untuk meniru kandungan pakan yang ditemukan dalam perut ikan yang dikumpulkan di lapangan berdasarkan besar dan proporsinya. Dosis pellet ditentukan dengan menggunakan pengisi larutan PAHs dalam diklorometana (MeCl2) (50 mg-ml) yang mengandung 21 PAHs (Tabel I) pada persentase yang sama dengan kandungan yang diperoleh dari perut ikan yang ada di lapangan (Varanasi, dkk., 1993) (Gambar 1). Semua pakan ikan untuk perlakuan dibuat dalam satu tumpukan 3500 g. Pelet ikan dimasukkan dalam mangkuk stainless steel. Jumlah pengisi larutan yang dihitung ditambahkan 4 L MeCI2 dan jumlah keseluruhannya ditambahkan kedalam mangkuk menutupi semua pellet. Campuran tersebut diaduk seperlunya dan dibiarkan kering dengan udara. Ketika sudah kering, pellet tersebut dimasukkan kedalam tabung plastik dengan penutup yang rapat dan disimpan dalam lemari pendingin dengan temperature -20°C sampai dibutuhkan untuk memberi pakan ikan.

4

Page 5: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

Jumlah pakan yang sesuai ditimbang dan dipersiapkan untuk dua waktu makan (pagi dan sore). Ikan di setiap tangki perlakuan diberi pakan 1.9% bw-hari berdasarkan hari rata-ratanya 0 berat basah, dan jumlah tersebut meningkat setiap minggu dengan kuantitas yang ditentukan dengan persamaan pertumbuhan yang mengasumsikan efisiensi perubahan sekitar 20%. Dalam tangki yang berbeda, 50 ikan ditimbang lebih sering untuk menentukan tingkat pertumbuhan mereka yang memungkinkan kita mempertahankan jumlah yang yang harus diberi pakan untuk semua tangki sekitar 1.9% bw-hari. Ikan pada perlakuan yang menghambat (atau meningkatkan) pertumbuhan menerima persentase pakan yang lebih tinggi (atau lebih rendah) bagi berat badan karena jumlah pakan untuk setiap tangkinya ditambahkan berdasarkan tingkat pertumbuhan yang diinginkan bagi ikan kelompok kontrol. Pengamatan setiap tangki membuktikan bahwa tidak ada pellet yang tidak dimakan oleh ikan di semua perlakuan, dan seluruh alokasi pellet dimakan dalam beberapa menit. Pemberian pakan dilakukan selama 5 hari per minggu. Oleh karena itu, ikan diberi pakan 39 kali selama 53 hari periode dosis mulai dari 27 Juli 2004 (hari 0). Ikan kelompok kontrol diberi pakan dengan pellet yang disiapkan hampir sama dengan pellet yang mengandung PAHs, termasuk rendaman MeCI2. Panjang waktu dalam memberi dosis ditentukan setelah beberapa penelitian menunjukkan waktu di hidup area muara bagi salmon remaja berkisar sampai 60 hari sebelum migrasi ke air terbuka (Healey 1991; Thorpe 1994). PAHs yang disiapkan untuk ikan dianggap pada dosis yang sesuai. Dosis yang sesuai adalah jumlah yang diberikan bagi makhluk hidup, sedanglan dosis yang diharuskan adalah jumlah yang didapat diantara jaringan. Walaupun pakan diberikan ke air di setiap tangki, semua pellet

5

Page 6: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

dimakan dan oleh karena itu dianggap sebagai dosis yang sesuai atau dosis yang dicerna.

Penelitian ini terdiri dari satu kelompok kontrol dan 5 kelompok perlakuan dengan 4 tangki replikasi. Tangki fiberglas dibuat bulat dengan diameter 1.3 m dan berisi 500 L air laut. Tangki-tangki tersebut diletakkan di dalam gedung dan disusun dengan pola jalur. Aliran melalui sistem air laut dibuat 4 L.min –1 saringan pasir dan ultraviolet (UV) yang mensterilkan air di setiap tangki. Ikan dibiarkan dalam temperature 10-11 °C untuk semua perlakuan. Pada akhir periode pemberian dosis (17 September 2004), ikan tidak diberi pakan selama 3 hari sebelum sampel diambil dari empedu, ikatan kimia darah, dan konsentrasi jaringan pada hari ke 5. Ikan diberi pakan yang tidak dicampur sekali pada hari ke 56 (setelah pengambilan sampel) untuk menghindari kondisi lapar, tetapi sekali lagi bukan sebelum ditimbang. Semua ikan akan ditimbang satu per satu pada hari ke 58 dengan timbangan Sartorious 4000 pada ketepatan 0.1 g. Panjang ikan tidak dianalisis dalam penelitian ini karena peneliti melihat berat ikan merupakan variabel yang lebih penting dalam mengukur dampak pertumbuhan ikan yang dihasilkan dari pola toksikan. Pernyataan ini didukung beberapa penelitian yang menekankan bahwa berat ikan lebih berpengaruh dari pada panjang salmon yang disebabkan oleh toksikan (Moles dan Rice 1983; Heintz dkk).

1.2.3. SampelAnalisis kandungan kimia dilakukan dengan sampel campuran atau

kombinasi satu ikan dengan campuran ikan. Untuk analisis semua empedu, lemak seluruh badan, dan ikatan kimia plasma, nilainya ditentukan dari campuran tiga ekor ikan. Lemak seluruh badan untuk setiap perlakuan ditentukan untuk tiga ekor ikan dari satu campuran ikatan kimia darah sebagai tambahan dari dua campuran (tiga ikan tiap campuran) yang menggunakan PAH untuk lima jumlah nilai. Kelembapan kandungan jaringan ditentukan untuk dua campuran ikatan kimia PAH, dan masing-masing terdiri dari tiga ikan dari tangki yang ada. Tiga dari empat tangki replica per perlakuan dipilih secara acak untuk membuat tiga campuran yang berbeda.

a. Kandungan Kimia DarahSampel plasma darah dianalisis dengan menggunakan pengukur kandungan

kimia darah otomatis (Idexx VetTest 8008 Chemistry Analyzer; IDEXX Laboratories, Inc., Westbrook, Maine). Sebelas parameter kandungan kimia dara diukur secara simultan untuk setiap sampel plasma. Prosedur penjaminan mutu (Idexx Vetrol control lot number J0095 1101) dilakukan untuk memverifikasi kelompok optik VetTest dan integritas slide tes.

Darah diambil dari penampang lintang batang ekor salmon Chinook remaja dan transfer darah langsung untuk mendapatkan 1.3 mL botol kecil sampel (nilai heparin I-A, 25000 unit). Jika sekitar I mL sudah dikumpulkan dari tiga ikan (satu replica campuran), sampel segera disentrifugasi pada 18.800 rpm untuk 150 s pada

6

Page 7: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

sebuah centrifugasi Statspin dokter hewan (Pemroses Sampel Iris, Norwood, Masa). Plasma ditransfer melalui pipet ke gelas sampel yang memungkinkan alikuot dapat diambil dengan pipet VetTest otomatis dan disuntikkan kedalam mesin. Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 40 µL yang digunakan sebagai permulaan dan parameter pertama yang diuji. Tiap parameter tambahan membutuhkan 10 µL; waktu susulan antara pengambilan sampel plasma dan analisis kurang dari 20 menit. Plasma darah dianalisis untuk mengetahui albumin (ALB), alanine aminotransferase (ALT), amylase (AMYL), kalsium (CA), kolestrol (CHOL), kreatinin (CREA) , glukosa (GLU), lipase (LIPA), inorganik fosfat (PHOS), total protein (TP), dan trigliserida (TAG).

b. Analisis Lemak Seluruh BadanSeluruh badan ikan disatukan dan dianalisis untuk mengetahui trigliserida (TAGs), kolestrol (CHOL), asam lemak bebas (FFA), sterol-ester – wax ester (SE-WE), dan polar lipid (PL). konsentrasi jumlah lemak (dilaporkan sebagai persen jumlah lemak) dihitng dengan menambahkan konsentrasi kelima kelas lemak untuk setiap sampel. Lemak ditentukan dengan metode lapisan tipis kromatografi deteksi ionisasi nyala (TLC-FID) (Ylitalo, dkk. 2005) yang menggunakan Iatroscan Mark 6 (Laboratorium Iatron, Tokyo, Jepang). Pada metode ini seluruh badan ikan dicampur dengan sodium sulfat dan magnesium sulfat dan diekstrak dengan diklorometana menggunakan ekstraktor bahan pelarut canggih (Sloan dkk. 2005). Kelas lemak yang berbeda-beda dibagi berdasarkan polaritas dengan membuang campuran nonpolar sebelum menjadi lemak yang lebih polar (misal, fosfolipid). Analisis TLC-FID duplikat dilakukan pada setiap ekstrak sampel dan nilai rata-ratanya didapat.

7

Page 8: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

c. PAHs Seluruh badan dan metabolit empedu ikanSampel campuran empedu salmon Chinook dianalisis dengan kromatografi

cairan tingkat tinggi (HPLC) untuk mengetahui metabolit PAH seperti yang dijelaskan dalam Krahn dkk. (1986). Senyawa aromatik fluoresensi empedu (FACs) ditentukan dengan fluoresensi dengan eksitasi/emisi (ex/em) pasangan panjang gelombang. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis fluoresensi metabolit empedu pada PHN (ex/em 260/380 nm) dan BaP (ex/em 380/430 nm) panjang gelombang. Konsentrasi seluruh badan PAHs ditentukan berdasarkan metode Sloan dkk. (2005) menggunakan kromatograf gas – spectrometer masa (GC-MS). Ikan tidak diambil sampel selama 3 hari setelah dosis terakhir untuk membersihkan usus. Pada saat pengambilan sampel, perut dan saluran makanan dibuang, tetapi, sangat susah menjamin pembuangan keseluruhan saluran makanan tersebut.

Karena ikan tidak diberi pakan selama 3 hari sebelum pengambilan sampel konsentrasi jaringan, persentase besar PAHs dimetabolasi setelah periode dosis. Dari data tersebut dan dari setengah hidup yang diperkirakan untuk memilih PAHs yang ditemukan dalam literatur tentang ikan salmon (Niimi 1987; Niimi dan Dookhran 1989). Peneliti menghitung konsentrasi jaringan seluruh tubuh yang diharapkan untuk jumlah PAHs (tidak termasuk metabolit) menggunakan eq. I:

Dimana [jaringan t= o] dan [jaringan t= akhir] merupakan awal dan akhir konsentrasi jaringan, secara berturut-turut untuk periode waktu T dan K2 (laju eliminasi konstan) = setengah hidup dalam sehari/0.693.

d. Analisis Pengaruh PerlakuanBerat ikan, rasio berat basah ke kering, lemak seluruh badan, dan kandungan kimia darah dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANOVA). Untuk menguji pengaruh ada pertumbuhan ikan, ANOVA digunakan untuk mengkaji perbedaan perlakuan berdasarkan nilai rata-rata berat ikan pada tangki replika. Untuk menghindari pseudoreplication (Hurlbert, 1994), tangki diperlakukan sebagai kelompok eksperimen, bukan per ekor ikan. Oleh karena itu, tangki replika di tiap perlakuan tidak disatukan dan setiap ekor ikan bukan bagian dari analisis statistik. Hipotesis varian yang sama antara nilai rata-rata tangki (homoscedasticity) diuji dengan tes Levene’s. Regresi linear sederhana juga dilakukan dengan beberapa parameter sebagai manfaat dosis.

ANOVA pada umumnya digunakan untuk menguji perbedaan nilai rata-rata perlakuan. Penggunaan tes ini saja mengurangi beberapa informasi penting yaitu karakter respon pertumbuhan dalam perlakuan yang diberikan. Menguji perbedaan variansi heterogenitas sangat memberi informasi dan bermanfaat sebagai bukti pegaruh yang beragam (Green dan Montagna, 1996). Untuk menguji perbedaan perlakuan yang disebabkan oleh variabilitas berat ikat yang dihasilkan dari pola PAH, ANOVA kedua dilakukan dengan menggunakan standar deviasi (SO) tangki berat ikan. Untuk ANOVA ini, SO dihitung antara ikan dalam satu tangki. Hipotesisnya diuji bahwa perlakuan tidak memiliki dampak terhadap variabilitas berat diantara ikan. Ketika pengujian nilai rata-rata berat ikan, tangki adalah

8

Page 9: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

kelompok eksperimennya dan dilakukan pengamatan untuk setiap tangki yang dalam hal ini, SO berat ikan. Prosedur tersebut bukan sebuah alternatif dalam tes Levene’s yang mengkaji persamaan varian dalam kelompok eksperimen yang dalam hal ini adalah nilai rata-rata tangki replika.

Semua perbandingan berbeda dengan signifikan dari kelompok kontrol pada tingkat signifikansi α 0.05. Kemudian nilai p didapat pada 0.05 < p < 0.15. Nilai p yang rendah mengindikasikan respon yang penting. Nilai α yang digunakan untuk menentukan tingkat signifikansi bukan sebuah penentu signifikansi dari non-signifikansi. Sebagai contoh nilai p 0.1 menunjukkan bahwa hanya ada 10 % peluang dari pengaruh perlakuan yang diamati atau satu atau lebih perbedaan (misal, perbedaan yang besar antara perlakuan dan nilai rata-rata) dapat diperoleh jika tidak ada pengaruh perlakuan sama sekali (hipotesin nol sesungguhnya). Tingkat kemungkinan yang rendah ini menunjukkan bahwa hipotesis nol mungkin tidak benar. Berdasarkan fakta tersebut peneliti percaya bahwa nilai p yang rendah (p < 0.15) memberikan tingkat kepastian yang dapat diterima untuk menyimpulkan bahwa ada pengaruh perlakuan yang nyata dalam semua parameter.

Perbedaan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ditentukan dengan uji post-hoc perbedaan signifikan (PLSO). Standar deviasi dilakukan untuk menunjukkan interval data dan standar kesalahan nilai rata-rata (SEM, stattistik nilai rata-rata) digunakan ketika perbandingan nilai rata-rata diperlukan. Analisis statistic dilakukan dengan SYSTAT (Systat Software Inc. 2004), JMP (SAS Institute Inc. 2004) dan Statview (SAS Institute Inc. 1998).

BAB II

HASIL

2.1. Kandungan Bahan Kimia

9

Page 10: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

Konsentrasi pellet ikan yang diukur sangat dekat dengan nilai nominal. Nilai rata-rata (SO) rasio konsentrasi yang diamati adalah 1.0 (0.08) untuk kelima perlakuan. Kontribusi persentase setiap campuran pakan kelompok eksperimen sama persentase yang ditemukan di konsentrasi perut ikan lapangan yang dikumpulkan (Gambar 1). Karena peneliti tidak bisa mendapatkan alkilasi homolog, peneliti meningkatkan jumlahnya untuk beberapa induk dan campuran alkil sehingga jumlahnya sama dengan nilai ikan dilapangan (misal, TotNPH, TotFLU, TotPHN). Dosis untuk setiap PAH dibuat berdasarkan perlakuan (Tabel I), seperti jumlah konsentrasi PAH pellet ikan dan jumlah dosis yang diperlukan (seperti µg dan nmol.g ikan –1 hari –1 Tabel 2). Beberapa campuran diperoleh di pakan kelompok kontrol yang dihasilkan di semua dosis ikan sekitar 0.026 µg.g ikan –1 hari –1.

Secara keseluruhan, konsentrasi jaringan seluruh badan sangat rendah (Tabel 2). Berdasarkan eq. 2 dan rata-rata setengah hidup PAHs ikan salmon selama 2 hari, konsentrasi jumlah PAHS yang diukur disemua badan pada hari ke 56 lebih besar sekitar tiga kali lipat jika pengambilan sampel dilakukan segera setelah masa pemberian dosis selesai. Keadaan ini dapat mengarah pada penyesuaian konsentrasi seluruh badan mulai dari 0.06 sampai 2.3 µg.g-1 ww (0.4 sampai 12.4 nmol.g-1 ww) jumlah PAHs (Tabel 2). Hasil FACs empedu (Tabel 2) menunjukan hubungan positif tinggi dengan dosis (PHN, 2 = 0.98 dan BaP, 2 = 0.97). peningkatan proporsional FACs empedu melalui perlakuan mengindikasikan bahwa ikan di semua perlakuan mengkonsumsi pakan dosis yang didukung dengan pengamatan perilaku.

2.2. Berat ikanNilai rata-rata berat ikan di setiap tangki pada hari ke 0 (mulai pemberian

dosis) beragam dari 12.8 sampai 13.1 g ww (2.8 sampai 2.9 g dw) dengan rata-rata SO sekitar 1.5 g ww (0.31 g dw) (Tabel 3). Analisis ANOVA menggunakan berat badan per ekor ikan pada hari ke 0 membuktikan bahwa tidak ada perbedaan antara tangki manapun (p= 0.99). uji post-hoc (Fisher’s PLSO) membuktikan tidak ada perbedaan nilai rata-rata berat antara tangki yang ada ketika diuji perbandingan terbalik untuk semua tangki (n = 276; mean (SO) nilai p= 0.66 (0.21)). Saat tangki replika dikelompokkan dengan perlakuan, analisis ANOVA menunjukkan tidak

10

Page 11: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

adanya perbedaan antara perlakuan (p = 0.47) pada hari ke 0 (Tabel 3). Distribusi tersebut membuktikan ikan hari ke 0 dengan perlakuan (n – 200; Gambar 2), yang menjelaskan saat berat kering menggunakan rasio berat basah pada ikan kelompok kontrol (Tabel 3).

Analisis ANOVA berat ikan basah (berdasarkan tangki) pada akhir perlakuan (hari ke 58) sangat signifikan tinggi dengan nilai p < 0.0001. berdasarkan uji Levene’s (p = 0.16), hipotesis nol dari variansi yang sama dapat diterima. Uji post-hoc Fisher’s PLSO menunjukkan bahwa hanya perlakuan 22.1 µg.g ikan –1 hari –1

rendah secara signifikan dari pada kelompok kontrol (p = 0.0009); tetapi nilai rata-rata berat perlakuan 18.0 µg.g ikan –1 hari –1 berkurang nyata (p = 0.17) Tabel 3). Ketika berat kering digunakan, analisis ANOVA menunjukan bahwa dua perlakuan tertinggi (4 dan 5) menunjukkan berat yang lebih rendah secara signifikan (p < 0.0001 dan p = 0.01, berturut-turut) (Tabel 3) ketika dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Analisis kandungan kelembapan ikan dari setiap perlakuan membuktikan bahwa ada peningkatan model konsentrasi perlakuan di hari ke 58. Analisis ANOVA menunjukan bahwa ikan dari 2 dosis tertinggi memperlihatkan rasio yang terangkat dengan baik dari berat basah menjadi berat kering jika dibandingkan dengan ikan kelompok kontrol (p = 0.16 dan p =0.04 untuk perlakuan 18.0 dan 22.1 µg.g ikan –1

hari –1, secara berturut-turut). Karena pengacakan yang menyeluruh saat pengaturan perlakuan, tidak ada penjelasan yang membuat perbedaan rasio berat basah menjadi berat kering selama perlakuan pada hari ke 0. Rasio ini ditentukan bukan kandungan kelembapan karena rasio tersebut merupakan hal penting untuk mengkonversi antara konsentrasi berat basah dan kering.

Walaupun hanya ada dua dosis tertinggi yang menghasilkan pengurangan signifikan pada semua berat ikan, variabilitas antara kelompok eksperimen (tangki) terjadi pada semua perlakuan PAH. Analisis ANOVA menggunakan tangki SO sebagai indikator variabilitas berat ikan berbeda dengan signifikan (keseluruhan ANOVA p = 0.00098). Hasil tes Levene’s untuk analisis ANOVA tersebut tidak signifikan (p = 0.9), menunjukkan varians yang sama. Perbandingan perlakuan terbalik dengan PLSO Fisher’s menunjukkan bahwa semua kelompok kontrol dengan perbandingan perlakuan berbeda secara signifikan (Tabel 3) karena variabilitas antara tangki replika lebih tinggi dalam setiap perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Analisis ANOVA menggunakan tangki SO dilakukan pada berat ikan hari ke 0 dan hasilnya tidak signifikan (p = 0.75).

Indikasi peningkatan variabilitas lainnya pada ikan hari ke 58 dijelaskan dalam Gambar 2. Distribusi kumulatif menunjukkan bahwa semua perlakuan berisi ikan yang lebih kecil dari pada ikan di tangki kelompok kontrol ketika persentil yang lebih rendah digunakan tetapi lebih besar pada kelompok yang persentilnya lebih tinggi. Uji statistik dilakukan pada beberapa kelompok persentil (Tabel 4), dan hasilnya menunjukkan berat yang lebih rendah pada persentil tersebut dibawah median dan berat yang lebih tinggi pada percentile atas. Secara umum, ikan pada percentile atas (misal. ke 75 dan ke 95) di semua perlakuan (kecuali 22.1µg.g ikan –1

11

Page 12: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

hari –1) lebih besar dari pada ikan kelompok kontrol. Perlakuan 3 (6.1 µg.g ikan –1

hari –1) bertumpu pada peningkatan berat ikan yang signifikan pada persentil ikan ke 95. Kemudian membuktikan bahwa varians ikan (Tabel 3) yang ditentukan dengan menggunakan data per ekor ikan dari satu perlakuan (n = 200).

2.3. Lemak seluruh badanKandungan lemak seluruh badan pada ikan kelompok kontrol sama dengan

nilai yang diteliti pada ikan liar (dan beberapa di penetasan). Salmon Chinook remaja pada usia ini (11.2% berat kering = 2.5% berat basah) (Meador dkk., 2002). Lemak seluruh badan secara umum mengikuti pola yang sama seperti yang terlihat pada berat ikan. Berdasarkan analisis ANOVA, kedua dosis yang lebih tinggi menunjukkan pengurangan yang signifikan pada lemak seluruh badan dan triagiliserol (Tabel 5). Nilai berharga lainnya adalah nilai CHOL dan SE-WE pada dosis 6.1 µg.g ikan –1 hari –1 dan model penurunan yang umum pada TAGs di semua perlakuan PAH (Tabel 5). Tidak ada model yang diamati pada CHOL seluruh badan. Kemudian peningkatan yang besar di semua asam lemak bebas dan kolestrol pada perlakuan 6.1 µg.g ikan –1 hari –1 bergantung pada peningkatan jumlah lemak (TotLip). Persamaan regresi yang signifikan diamati untuk jumlah lemak dan TAG di semua badan yang cocok dengan persamaan linear. TAG = 49.86 – 1.59 dosis. r2

= 0.73 p = 0.018 TotLip = 11.0 – 0.24 Dosis, r2 = 0.49 p = 0.07. tanpa dosis 6.1 µg.g ikan –1 hari –1. TotLip = 10.19 – 0.229 dosis. r2 = 0.89 p = 0.01.

12

Page 13: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

2.4. Kandungan kimia PlasmaLemak plasma menunjukkan hasil yang sama dengan lemak seluruh badan

yang diamati (Tabel 6). Model yang menurun diamati pada semua perlakuan baik CHOL maupun TAGs di plasma. Dan persamaan regresi linear sangat cocok untuk masing-masing senyawa. Persamaan regresinya adalah TAG = 107.1 – 2.37 Dosis. r2

= 0.72. p = 0.02. dan CHOL = 119.4 Dosis. r2 = 0.96 p = 0.0004. Beberapa pola yang baik dapat dilihat pada parameter darah lainnya yang dianalisis. Banyak perbedaan signifikan dari kelompok kontrol. Tren yang menurun secara umum diamati adalah albumin, amylase, dan lipase pada perlakuan PAH; tetapi parameter darah lainnya cenderung konstan disemua perlakuan, penurunan hanya pada dosis yang tertinggi (ALT, fosfor, dan glukosa) (Tabel 6). Hanya keratin yang menunjukkan peningkatan model dengan dosis (Tabel 6). Karena kekuatan post-hoc berkisar antara 0.2 sampai 0.5 pada analisis ANOVA ini, terdapat kemungkinan yang lebih tinggi pada tipe kesalahan II yang berarti bahwa ada peningkatan yang cenderung negatif (misal, menerima hipotesis nol dengan tidak adanya pengaruh perlakuan ketika faktanya ada pengaruh). Dengan kekuatan tambahan, parameter tersebut dapat menunjukkan nilai p yang lebih rendah. Bahkan dengan kekuatan rendah, beberapa parameter menunjukkan nilai p yang rendah (0.05-0.15) yang dapat dikatakan berharga karena model yang diamati bagi dosis lainnya (Tabel 6). Persamaan regresi yang signifikan dianalisis untuk mengetahui albumin dan lipase yang cocok dengan deret pertama polynomial terbalik:

albumin = 0.144 + (0.0047/Dose), r2 = 0.89, p = 0.003

lipase = 29.44 + (0.898/Dose), r2 = 0.69, p = 0.025

13

Page 14: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Konsentrasi PAH

14

Page 15: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

Konsentrasi PAH yang diuji dalam penelitian ini adalah lingkungan realistis karena proporsi dan ukuran yang sama dengan kandungan per ekor ikan yang diamati dalam perut ikan salmon Chinook remaja pada muara yang tercemar. Pernyataan tersebut sesuai dengan data dalam Yaranasi dkk. (1993) yang menjelaskan konsentrasi kandungan perut adalah 23.81 µg Total PAH g -1 ww (Reng 3-365 µg g-1 ww) untuk 12 sampel campuran (masing-masing dengan ikan) dari dua muara tercemar disekitar Puget Sound, Washington. Berdasarkan konsentrasi median tersebut, dosis untuk ikan yang dikumpulkan dilapangan dapat diterjemahkan menjadi sekitar 3.8 µg Total PAH g-1 ikan –1 hari –1 yang dapat dibandingkan dengan dosis sedang. Dosis tersebut ditentukan berdasarkan data dari Yaranasi dkk (1993) untuk mengetahui berat rata-rata ikan (7 g) dan PAHs dalam kandungan perut. Sebagai tambahan, nilai pertumbuhan mencapai 3% - 5 % hari –1 (Healey 1980; Weatherley dan Gill 1995) pada usia tersebut. Nilai pertumbuhan salmon Chinook yang didapatkan dalam penelitian ini dan efisiensi konversi pakan untuk mangsa yang dapat dicerna sekitar 25 % (Weatherley dan Gill 1995). Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata konsumsi ikan adalah 16 % berat badan hari –1

(berdasarkan berat basah), atau lebih pada beberapa salmon lainnya (Weather dan Gill 1995). Dalam penelitian ini, efisiensi konversi pakan adalah sekitar 23% pada ikan kelompok kontrol.

Dosis yang dihitung di atas hanya berdasarkan pola pakan saja. Konsentrasi PAHs dalam air juga perlu dipertimbangkan ketika menghitung dosis tersebut. Untuk beberapa spesies yang memiliki nilai ventilasi tinggi seperti ikan salmon, dosis signifikan dapat diperoleh dengan konsentrasi air yang cenderung rendah. Konsentrasi air PAHs pada jarak rendah yang biasanya terdapat di lingkungan kota dan tumpahan minyak (Eisler 2000) dapat mengarah pada dosis PAHs ikan (mikroorganisme dari jumlah PAH per ikan per hari) (J.P. Meador, data tidak dipublikasi). Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan sumber pakan dan udara untuk menentukan dosis salmon dan spesies ikan lainnya.

Profil PAH makanan berdosis sama dengan yang PAHs yang diteliti dalam kandungan perut ikan yang ada di lapangan ketika campurannya dan kelas utamanya digunakan. Banyak campuran yang ditemukan dalam kandungan perut tidak mewakili makanan berdosis. Campuran yang hilang termasuk alkilasi PAHs yang berkisar dari 12% hingga 88 % (mean (SEM) = 48.5% (7.5%)) dari jumlah konsentrasi PAH dalam kandungan perut ikan salmon Chinook yang terdapat pada dua muara perkotaan yang berbeda (Yaranasi dkk. 1993). Karena PAHs alkilasi pada umumnya lebih tahan dan beracun dari pada gabungan induknya (Irwin, dkk. 1997); Jonsson dkk. 2004), dosis (komponen alkilasi sekitar 16%) cenderung mengabaikan pengaruh yang dapat diteliti pada ikan muara diperkotaan dengan menggunakan pakan PAHs yang persentase alkilasi homolog nya lebih tinggi.

Konsentrasi yang diinginkan dari jumlah PAHs seluruh badan menunjukkan lebih dari 99% PAHs yang diasimilasi termetabolisasi. Berdasarkan nilai PAH yang dijelaskan dalam penelitian ini dan nilai eliminasi ditentukan dengan Niimi dan Dookhran (1989). Nilai yang disesuaikan tersebut mendekati maksimal yang bisa

15

Page 16: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

diamati dalam penelitian ini. Temuan ini membuktikan bahwa respon yang berbeda terjadi pada konsentrasi jaringan paling rendah. Seperti yang terlihat pada bagian temuan, konsentrasi jaringan seluruh badan menjelaskan informasi yang terbatas dalam kaitannya dengan pola toksik PAHs. Pendekatan yang lebih baik untuk mengukur tingkat toksik PAH pada ikan berdasarkan input (mikroorganisme PAH per gram per hari) atau FACs empedu yang menunjukkan kepastian metric pola PAH ikan salmon.

3.2. Pertumbuhan PertamaWalaupun analisis ANOVA dan tes Post-Hoc untuk nilai rata-rata berat

kering menentukan pengurangan yang significant hanya bagi dua dosis tertinggi, bukti pertumbuhan pada hari ke 58 diamati di semua perlakuan dengan plot distribusi, ANOVA dengan SDs, dan ANOVA berat kering dengan persentil. Pengamatan bahwa ikan dengan berat kering adalah indikator yang lebih akurat dalam mengurangi pertumbuhan dan pengaruh yang berbeda. Pengamatan tersebut sangat penting untuk dosis yang lebih tinggi dalam penelitian ini. Secara umum, kandungan kelembapan meningkat sejalan dengan meningkatnya dosis yang disebabkan oleh metabolism lemak (Navarro dan Gutierrez, 1995). Pada dosis yang paling tinggi (18 dan 22.1 µg g-1 ikan –1 hari –1), pengamatan sangat penting dilakukan karena kandungan kelembapan yang lebih tinggi mengindikasikan bahwa ikan tersebut menunjukkan kandungan energi yang lebih rendah per gram berat basah yang merupakan informasi fisiologis penting yang dapat digunakan jika berat basah dipakai.

Peneliti menggunakan signifikan ANOVA dengan standar deviasi dan uji post-hoc yang menunjukkan perbedaan significant dalam setiap perlakuan yang dibandingkan dengan hasil kelompok kontrol. Walaupun tidak ada perbedaan nilai rata-rata yang signifikan pada berat ikan dengan dosis rendah, variabilitas yang diamati dan model umum ikan kecil dibawah median dan ikan yang lebih besar di atas median. Jika pencahayaan berlangsung lebih lama, maka ikan dari perlakuan tersebut akan berbeda dengan ikan kelompok kontrol yang mengarah pada perbedaan pertumbuhan yang signifikan. Seperti yang dijelaskan oleh Green dan Montagna (1996), heterogenitas varian merupakan indikator dampak. Penelitian serupa di laboratorium peneliti dengan toksikan yang berbeda juga dianalisis dengan ANOVA dan SDs, dan tidak ada perbedaan signifikan yang didapat (J.P. Meador, data tidak dipublikasi) yang menunjukkan bahwa PAHs adalah penghambat metabolime paling tepat yang berhubungan dengan pertumbuhan organisme. Perbandingan dengan penelitian lainnya

Hanya beberapa penelitian mengkaji tentang toksitas PAHs terhadap ikan dalam sumber pakan dan hasilnya beragam. Wu dkk. (2003) meneliti beberapa respon pola pakan dalam satu PAH benzo[a]pirin, dan menyimpulkan bahwa dosis tinggi zat tersebut 12 µg g-1 ikan –1 hari –1 tidak mempengaruhi pertumbuhan atau proses metabolis yang berkaitan dengan pertumbuhan kelompok Epinephelus areolatus. Penelitian tentang pola pakan lainnya menggunakan polichaetes untuk

16

Page 17: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

endapan kreosote yang kemudian diberikan pada lava ikan Inggris remaja (Parophrys vetulus = 1g ww) (Rice dkk. 2000). Dalam satu ekperimen penelitian tersebut, ikan diberikan dosis 0.12 µg g-1 ikan –1 hari –1 yang menunjukkan pengurangan pertumbuhan significant yang sangat rendah dari pada nilai yang diamati pada kelompok kontrol (Rice dkk. 2000; C. Rice, NOAA Fisheries, 2725 Montlake Blvd. East, Seattle, WA 98112, USA, personal communication, 2006). Penelitian tentang pakan lainnta dilakukan oleh Carls dkk. (1996) yang meneliti tentang respon salmon merah muda (0. Gorbuscha) yang diberikan makan terkontaminasi minyak. Peneliti ini melaporkan bahwa penghambatan pertumbuhan terjadi pada dosis terendah yaitu 0.14 µg g-1 ikan –1 hari –1 pada berdasarkan data yang dipublikasikan dan data dari M. Carls (NOAA Fisheries, Auke Bay Laboratory, 11305 Glacier Highway, Juneau, AK 99801, USA, personal communication, 2006).

Dalam penelitian lainnya tentang salmon Chinook, Palm dkk. (2003) memberi pakan pellet berdosis PAH untuk ikan remaja pada usia 28 hari dan melaporkan tidak ada pengaruh pertumbuhan. Dosis dalam penelitian ini (sekitar 0.33, 1.3, dan 5 µg g-1 ikan –1 hari –1) sama dengan dosis rendah dan sedang pada penelitian ini. Metode dalam Palm dkk. (2003) berbeda dari hasil eksperimen PAHs alkilasi yang ada. Ikan ditimbang, periode pencahayaan diperpendek, dan tidak ada usaha yang dibuat untuk memulai eksperimen dengan kelompok statistik yang berbeda dan varians yang rendah.

Studi lapangan (Willette 1996) terbukti signifikan menurunkan pertumbuhan salmon merah muda yang dilepaskan pada area setengah berminyak dan salmon yang dilepaskan di area sedikit berminyak. Pengurangan tersebut dihubungkan dengan peningkatan sitokrom P450 IA yang digunakan sebagai indikator PAH. Penelitian ini menghasilkan kepadatan, kelimpahan mangsa, dan nilai pakan yang dapat mengurangi pertumbuhan. Willette (1996) menyimpulkan bahwa pengurangan pertumbuhan disebabkan oleh pengurangan saat ikan bertahan menjadi dewasa.

3.3. Kandungan kimia plasmaBeberapa parameter kandungan kimia darah untuk kelompok ikan kontrol

dalam penelitian ini sama dengan parameter salmon Chinook remaja yang bermigrasi yang dilaporkan oleh Wagner dan Congleton (2004). Parameter tersebut adalah lipase, total protein, TAGs, kalsium, dan total fosforus. Sebagai contoh, nilai rata-rata lipase pada ikan kelompok kontrol (74 U.L-1) sangat sama dengan nilai yang diteliti pada salmon Chinook remaja yang bermigrasi (64-93 U.L-1) (Wagner dan Congleton 2004). Beberapa parameter (glukosa, kolestrol, dan ALT) sangat rendah pada ikan kelompok kontrol jika dibandingkan dengan nilai yang diteliti pada penelitian tersebut. Model kolestrol, TAGs, dan lipase yang menurun yang turun adalah indikasi ketidakcocokan yang meibatkan penyimpanan lemak. Karena parameter tersebut saling berhubungan, banyak parameter yang diubah. Sebagai contoh, fungsi albumin sebagai transportasi protein ke asam lemak bebas di dalam

17

Page 18: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

darah (Tocher, 2003) dan albumin juga akan menunjukkan penurunan selama masa lapar (Mommsen, 1998; Wagner dan Congleton, 2004).

Hanya sedikit penelitian yang membahas tentang pengaruh PAHs terhadap ikan dengan mengukur parameter dalam plasma darah. Sebuah review oleh Folmar (1993) melaporkan hanya penelitian yang meneliti kandungan kimia plasma sebagai hasil dari PAH dan keduanya meneliti ikan Inggris. Review tersebut juga mengurutkan nilai kontrol untuk beberapa serum dan parameter plasma, tetapi sangat sedikit nilai salmon yang dilaporkan. Seperti yang dijelaskan dalam review Folmar (1993), respon parameter kandungan kimia darah terhadap toksikan cenderung beragam. Respon tersebut merupakan hasil dari perbedaan antara peneliti yang menggunakan tes berbeda, tingkat usia, dan waktu pencerahan. Selain itu, variabilitas mekanisme aksi diantara toksikan yang berbeda akan menghambat peningkatan beberapa parameter dan menurunkan bagian lainnya. Hasil yang dilaporkan dalam penelitian ini diambil dari satu titik waktu yang tidak menangkap dinamika yang mungkin dapat meningkatkan dan menurunkan parameter kandungan kimia darah. Respon relatif sistem metabolis untuk pencahayaan jangka pendek yang diharapkan menghasilkan pola parameter kandungan kimia darah yang tampak dalam penelitian ini, sedangkan pencahayaan jangka panjang yang menghasilkan kerusakan jaringan dapat mengningkatkan beberapa parameter darah, khususnya enzim.

3.4. Kondisi Fisiologis dan implikasinya terhadap populasiNilai berat rata-rata ikan yang tinggi, berat ikan berdasarkan persentil, dan

total lemak untuk dosis 6.1 µg g-1 ikan –1 hari –1 menunjukkan stimulasi dosis yang rendah (Celabrese dan Baldwin 2003). Berdasarkan parameter tersebut, tampaknya ikan pada perlakuan ini salam kondisi sehat dari pada ikan pada kelompok kontrol. Pengujian parameter lainnya, seperti kelas lemak dan kandungan kimia plasma, mengindikasikan bahwa ikan dari perlakuan ini sangat dipengaruhi oleh PAHs dan tidak kebal terhadap pengaruh racun. Metric yang menunjukkan tidak adanya pengaruh toksik dikembangkan dengan parameter fisiologis (misalnya TAGs gerak) atau perubahan alokasi energy yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan biasanya tidak bertahan lama.

Untuk ikan berdosis PAH, beberapa lemak dan parameter kandungan kimia darah menunjukkan pola yang sama dengan yang ada selama ikan dalam masa lapar. Sebagai contoh, banyak penelitian melaporkan pengurangan lemak, glukosa, lipase, dan albumin dalam plasma, selain itu dalam lemak seluruh badan, pada salmon yang dibuat berpuasa (Navarro dan Gutierrez, 1995; Mommsen, 1998; Krogdahl dkk. 1999). Dalam penelitian ini, banyak masa lapar dalam fisiologis terjadi walaupun ikan-ikan tersebut mengkonsumsi makanan yang diberikan.

Penyebab terjadinya parameter fisiologis lapar tersebut dari PAH ikan salmon Chinook remaja belum diketahui. Faktor fisiologis dan biokimia yang mengontrol dan mengatur pertumbuhan dan metabolisme berbeda dan hanya dipahami secara parsial (Mommsen 1998). Enzim lipase merupakan komponen kunci

18

Page 19: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

dari sindrom lapar imbas dari toksikan. Beberapa bentuk lipase dikenal (Mommsen, 1998; Tocher, 2003) dan hal tersebut diatur oleh transkripsi atau fosforilasi. Enzim yang bertugas untuk membawa triasigliserol adalah lipase hormone sensitive (HSL) (Tocher, 2003). Selama kondisi kepalaran, aktivitas bentuk lipase berkurang (70%-90%) (Mommsen 1998).

Walaupun mekanisme toksik yang sebenarnya tidak diketahui, toksikan tersebut beraksi pada satu atau lebih komponen yang membentuk air terjun kecil dari respon fisiologis abnormal yang saling berhubungan yang mengarah pada kelaparan toksikan. Satu hipotesis bahwa beberapa atau semua PAHs yang diserap dari pakan mempengaruhi lipase melalui reseptor hidrokarbon aril (AhR). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 2,3,7,8 tetraklorodibenzop-diaksin (TCDD) dan beberapa PCB mengurangi aktivitas lipase karena interaksi AhR dan berpengaruh pada TCDD “wasting syndrome” (Olsen dkk. 1998). PAHs juga dikenal dekat dengan AhR (Varanasi dkk. 1998) dan dapat mempengaruhi aktivitas lipase melalui AhR. Barron dkk (2004) telah mempublikasikan faktor potensi ikan (FPF) untuk PAHs berdasarkan fungsi AhR yang berdasarkan pada faktor ekuivalen toksik (TEFs) diindex dari potensi TCDD.

Pengurangan ukuran ikan dan parameter fisiologis yang berbeda bermanfaat sebagai cabang dalam bertahan hidup bagi salmon remaja (Burrows , 1969; West dan Larkin, 1987; Beamish dan Mahnken, 2001) dan spesies ikan yang lain )Cowan dkk, 2000). Periode kritis dalam siklus hidup salmon terjadi selama masa musim dingin pertama mereka di danau, sungai, atau lingkungan laut. Bagi banyak spesies salmon, ketersediaan mangsa sangat berkurang selama masa musim dingin (Cooney dkk, 2001) dan ikan biasanya harus bertahan hidup dengan cadangan lemak. Selain itu predasi adalah faktor penting untuk bertahan hidup selama masa tahun pertama yang telah dibuktikan sebagai fungsi ukuran. Menurut Beamish dan Mahnken (2001), salmon remaja yang tidak mencapai ukuran kritis selama masa musim panas maka tidak akan bertahan selama musim dingin.

Pengurangan lemak yang sering terjadi pada salmon selama musim dingin (Gardiner dan Geddes 1980; Biro dkk., 2004) dapat secara langsung mempengaruhi masa bertahan idup. Sebagai contoh Burrows (1969) menemukan bahwa salmon Chinook remaja dengan kandungan lemak 4.1 % (berat basah) yang menunjukkan nilai kembali ke penetasan sekitas setengah dari ikan dengan kandungan lemak 7.9 %. Seperti yang diteumakan oleh Biro dkk (2004) lemak kritis untuk O. Mykiss sekitar 1% berat basah (= 5% berat kering) yang ditentukan berdasarkan penelitian lab dan lapangan. Di bawah tingkat kritis ini, kematian sangat tinggi. Nilai tersebut didukung oleh Fanstad dkk. (2004) yang menentukan energy badan kritis mencapai 4400-4800 joul.g-1 saat musim dingin bagi salmon Atlantik yang diterjemahkan menjadi nilai TAG sekitar 23 mg.g-1 dw. Beberapa lemak dan nilai TAG dihitung pada penelitian ini dibawah tingkat kritis yang ditetapkan oleh Biro dkk (2004) dan Finstad dkk (2004).

Kombinasi ukuran yang berkurang dan kandungan lemak sangat penting bagi tahun pertama ikan. Sebagai contoh, MacFarlane dan Norton (2002) menampilkan

19

Page 20: Makalah Ibu Rini (salmon).doc

peningkatan pertumbuhan dan penurunan TAGs ketika salmon Chinook remaja berada pada muara menuju laut lepas. Pertumbuhan pesat tersebut sangat penting bagi ikan remaja untuk mengurangi predator dan meningkatkan kemampuan mereka menangkap mangsa, tetapi hal tersebut bergantung pada mangsa yang sesuai untuk penambahan lemak sebelum musim dingin. Jika ikan remaja keluar muara dengan lemak yang kurang, mereka tidak akan mampu meningkatkan pertumbuhan mereka dan akan mudah diburu predator.

Berdasarkan data dari Biro dkk. (2004) dan Finstad dkk (2004), tingkat kematian ikan dari dua perlakuan dalam penelitian ini (18.0 dan 22.1 µg g-1 ikan –1

hari –1) dapat mencapai 100%. Selain itu, Biro dkk (2004) mengatakan bahwa perbedaan kecil sekalipun pada ukuran ikan dan kandungan lemak dapat mengarah pada kematian selama musim dingin. Karena pengurangan ukuran dan kandungan lemak diteliti dalam penelitian ini, khususnya percentile yang lebih rendah, kemungkinan kematian dapat terjadi pada musim dingin pertama yang diperkirakan dari ikan kelompok kontrol. Peningkatan kematian ikan remaja terjadi pada PAHs yang rendah yang dapat menekan populasi dari habitat yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Meador. J.P, dkk, 2006, Altered growth and related physiological responses in juvenile chinook salmon (Oncorrhynchus tshawytscha) from dietary exposure to polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs), Canadian J. of Fisheries and Aquatic Sciences, 63(10) : 2364-2376..

20