makalah(1)

55
BAB I TEORI PSIKOSA A. Pengertian Psikosa W.F. Maramis (2005 : 180), menyatakan bahwa psikosis adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita kesulitan membedakan hal nyata dengan yang tidak, umumnya akan dimulai dengan kesulitan konsentrasi, berbicara tidak jelas dan kesulitan mengingat. Penderita psikosis akan terlihat jika penderita sudah mengalami delusi, halusinasi dan diikuti dengan perubahan emosi dan tingkah laku. Penderita gangguan psikosis akan terlihat menyendiri dengan emosi yang datar tetapi terkadang secara mendadak emosi menjadi sangat tinggi atau depresi. Pada penderita psikosis juga akan tampak ekspresi emosi yang tinggi dan akan berhubungan dengan coping mechanism yang terfokus emosi seperti penarikan diri (Raune, 2004). Definisi berikutnya tentang psikosis (Medline Plus, 200) rumusannya sebagai berikut: “Psychosis is a loss of contact with reality, usually including false ideas about what is taking place or who one is (delusions) and seeing or hearing things that aren't there (hallucinations) ”. Psikosis, menurut Medline Plus adalah kelainan jiwa yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas, biasanya mencakup ide-ide yang salah tentang apa yang sebenarnya terjadi, delusi, atau melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada (halusinasi)”. Maka, dapat disimpulkan psikoa adalah : 1

description

plh

Transcript of makalah(1)

Page 1: makalah(1)

BAB I

TEORI PSIKOSA

A. Pengertian Psikosa

W.F. Maramis (2005 : 180), menyatakan bahwa psikosis adalah suatu gangguan jiwa

dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality).

Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa hilang kontak dengan

kenyataan yaitu penderita kesulitan membedakan hal nyata dengan yang tidak, umumnya

akan dimulai dengan kesulitan konsentrasi, berbicara tidak jelas dan kesulitan mengingat.

Penderita psikosis akan terlihat jika penderita sudah mengalami delusi, halusinasi dan diikuti

dengan perubahan emosi dan tingkah laku. Penderita gangguan psikosis akan terlihat

menyendiri dengan emosi yang datar tetapi terkadang secara mendadak emosi menjadi sangat

tinggi atau depresi. Pada penderita psikosis juga akan tampak ekspresi emosi yang tinggi dan

akan berhubungan dengan coping mechanism yang terfokus emosi seperti penarikan diri

(Raune, 2004).

Definisi berikutnya tentang psikosis (Medline Plus, 200) rumusannya sebagai berikut:

“Psychosis is a loss of contact with reality, usually including false ideas about what is taking

place or who one is (delusions) and seeing or hearing things that aren't there

(hallucinations)”. Psikosis, menurut Medline Plus adalah kelainan jiwa yang ditandai dengan

hilangnya kontak dengan realitas, biasanya mencakup ide-ide yang salah tentang apa yang

sebenarnya terjadi, delusi, atau melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada

(halusinasi)”.

Maka, dapat disimpulkan psikoa adalah :

1. Psikosis merupakan gangguan jiwa yang berat, atau tepatnya penyakit jiwa,

yang terjadi pada semua aspek kepribadian.

2. Bahwa penderita psikosis tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas.

Penderita hidup dalam dunianya sendiri.

3. Psikosis tidak dirasakan keberadaannya oleh penderita. Penderita tidak

menyadari bahwa dirinya sakit.

4. Usaha menyembuhkan psikosis tidak bisa dilakukan sendiri oleh penderita,

tetapi hanya bisa dilakukan oleh pihak lain.

5. Dalam bahasa sehari-hari, psikosis dikenal dengan istilah gila.

B. Penyebab Psikosa

Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa menurut Santrock (1999) dibedakan atas :

1. Sebab-sebab jasmaniah / biologic

1

Page 2: makalah(1)

a. Keturunan

Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkinterbatas dalam

mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut

sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.

b. Jasmaniah

Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan

gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk / endoform

cenderung menderita psikosa manik depresif, sedang yang kurus/ ectoform

cenderung menjadi skizofrenia.

c. Temperamen

Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan

ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa

d. Penyakit dan cedera tubuh

Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan

sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian

pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri.

2. Sebab Psikologik

Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan

mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia

dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya

gangguan jiwa.

a. Masa bayi

Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 – 3 tahun, dasar

perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan

pada masa ini. Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat/

aman bagi bayi dan dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang

hangat, terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh

tak acuh bahkan menolak dikemudian hari akan berkembang kepribadian

yang bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan.Sebaiknya

dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa aman dan

terlindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan tergesa-gesa

akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.

b. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)

Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan

otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan,

akan menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan mengembangkan cara

2

Page 3: makalah(1)

penyesuaian yang salah, dia mungkin menurut, menarik diri atau malah

menentang dan memberontak. Anak yang tidak mendapat kasih sayang

tidak dapat menghayati disiplin tak ada panutan, pertengkaran dan

keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak

aman. hal-hal ini merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan

tingkah laku dan gangguan kepribadian pada anak dikemudian hari.

c. Masa Anak sekolah

Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang

pesat. Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya.

Keluar dari batas-batas keluarga. Kekurangan atau cacat jasmaniah dapat

menimbulkan gangguan penyesuaian diri. Dalam hal ini sikap lingkungan

sangat berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah diri atau sebaliknya

melakukan kompensasi yang positif atau kompensasi negatif. Sekolah

adalah tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan

kemampuan bergaul dan memperluas sosialisasi, menguji kemampuan,

dituntut prestasi, mengekang atau memaksakan kehendaknya meskipun

tak disukai oleh si anak.

d. Masa Remaja

Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahanperubahan yang

penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan

atau kelaki-lakian) Sedang secara kejiwaan, pada masa ini terjadi

pergolakan- pergolakan yang hebat. Pada masa ini, seorang remaja mulai

dewasa mencoba kemampuannya, di suatu pihak ia merasa sudah dewasa

(hak-hak seperti orang dewasa), sedang di lain pihak belum sanggup dan

belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya.

Egosentris bersifat menentang terhadap otoritas, senang berkelompok,

idealis adalah sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang baik

dan penuh pengertian akan sangat membantu proses kematangan

kepribadian di usia remaja.

e. Masa Dewasa muda

Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia

akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia

akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini. Sebaliknya

yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila

mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan

jiwa.

3

Page 4: makalah(1)

f. Masa dewasa tua

Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial

seseorang sudah mantap. Sebagian orang berpendapat perubahan ini

sebagai masalah ringan seperti rendah diri. pesimis. Keluhan psikomatik

sampai berat seperti murung, kesedihan yang mendalam disertai

kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh diri.

g. Masa Tua

Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini

Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar,

kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan

rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah

pahaman orang tua terhadap orang di lingkungannya. Perasaan terasing

karena kehilangan teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan

kesulitan emosional yang cukup hebat.

3. Sebab Sosio Kultural

Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun

yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung

menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala.

Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang

misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut.

Beberapa faktor-faktor kebudayaan Menurut Santrock (1999) adalah :

a. Cara-cara membesarkan anak

Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter , hubungan orang tua anak

menjadi kaku dan tidak hangat. Anak - anak setelah dewasa mungkin bersifat

sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut

yang berlebihan.

b. Sistem Nilai

Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang

lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah

kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan di rumah / sekolah dengan

yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari.

c. Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada

Iklan-iklan di radio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan

bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin

jauh dari kenyataan hidup seharihari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang

4

Page 5: makalah(1)

mencoba mengatasinya dengan khayalan atau melakukan sesuatu yang merugikan

masyarakat.

d. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi

Dalam masyarakat modern kebutuhan dan persaingan makin meningkat dan

makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi modern. Memacu

orang untuk bekerja lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin

bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian

pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor

gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan

keluarga sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan

perkembangan kepribadian yang abnormal.

e. Perpindahan kesatuan keluarga

Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya, perubahan-

perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan), sangat cukup mengganggu.

f. Masalah golongan minoritas

Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat

mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk

sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang banyak.

C. Gejala Psikosa

Ada 4 gejala utama psikosis, yaitu : halusinasi, waham (delusi), kekacauan pikiran

atau pikiran terganggu, dan tidak adanya atau kurangnya kesadaran diri atau mawas diri.

1. Halusinasi

Suatu keadaan dimana seseorang merasakan sesuatu lewat panca inderanya

(pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman dan indra pengecap) dimana dalam

kenyataannya hal tersebut tidak ada. Halusinasi bisa berupa halusinasi penglihatan

dimana seseorang melihat suatu warna, bentuk, bayangan manusia atau binatang.

Halusinasi pendengaran dimana seseorang mendengar suara orang (biasanya suara

orang marah, berkata tidak menyenangkan atau menghina). Halusinasi perabaan yang

sering dijumpai adalah keadaan dimana seseorang merasa ada serangga yang

merambat dikulitnya. Halusinasi penciuman dimana seseorang merasa mencium bau

aneh atau tidak sedap. Halusinasi pengecap dimana seseorang mengecap rasa tidak

enak terus menerus dimulutnya.

Tahapan pada halusinasi :

a. Tahap I

1) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

5

Page 6: makalah(1)

2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

3) Gerakan mata yang cepat

4) Respon verbal yang lambat

5) Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan

b. Tahap II

1) Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya

peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah

2) Penyempitan kemampuan konsenstrasi

3) Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan

kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.

c. Tahap III

1) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya

daripada menolaknya

2) Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain

3) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik

4) Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,

ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk

d. Tahap IV

1) Prilaku menyerang teror seperti panik

2) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain

3) Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,

menarik diri atau katatonik

4) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks

5) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

2. Waham (delusi)

Suatu keadaan dimana seseorang percaya atau yakin kepada sesuatu yang tidak

masuk akal, sangat aneh, atau jelas jelas salah. Jenis waham yang sering dijumpai

adalah waham kebesaran (grandeur), dimana seseorang merasa menjadi orang penting

atau terkenal (nabi, presiden atau tuhan) dan waham curiga (paranoid), dimana dia

yakin bahwa ada seseorang atau beberapa orang diluar sana yang berusaha

mencelakakan dirinya. Jenis waham yang lain adalah dimana seseorang merasa

bahwa suatu kejadian netral mempunyai arti tersendiri baginya (delusion of

reference). Misalnya dia yakin bahwa berita di TV atau radio membicarakan dirinya

atau berbicara kepadanya, seorang selebriti atau bintang film mengirim pesan khusus

kepadanya. Waham kontrol (delusion of control) dimana seseorang yakin bahwa ada

seseorang (bisa juga suatu benda seperti rumah atau papan iklan) yang memasukan

6

Page 7: makalah(1)

pikiran atau perintah kedalam otaknya atau seseorang (bisa juga CIA atau intel atau

polisi) mencuri pikiran yang ada diotaknya.

3. Kekacauan pikiran

Suatu keadaan dimana seseorang terganggu, bingung atau kacau pikirannya. Hal ini

terlihat Antara lain dalam bentuk:

a. Kata katanya meluncur dengan cepat dan konstan.

b. Isi ucapannya tidak beraturan, meloncat-loncat dari satu topik ke topik

yang lain ditengah kalimat yang belum selesai.

c. Ucapan atau kegiatannya tiba tiba berhenti

4. Tidak adanya kesadaran diri

Penderita gangguan jiwa tidak merasa bahwa ada pikiran atau perilaku yang aneh

pada dirinya. Mereka yakin pada halusinasi maupun waham yang dipunyainya.

Keadaan tersebut menyebabkan mereka tidak mempunyai keinginan untuk berobat

atau meminta pertolongan.

D. Tahapan Psikosa

Gangguan jiwa berat biasanya tidak muncul dengan tiba tiba. Gejalanya sering mulai

muncul diusia 15-16 tahun dan mencapai fase akut (krisis) beberapa tahun kemudian. Gejala

awal tersebut bisa berlangsung selama beberapa bulan hingga beberapa tahun sebelum

menjadi psikosis secara penuh.

Pada fase awal atau dikenal sebagai fase prodromal, beberapa gejala yang biasa

dijumpai adalah:

a. Mulai menarik diri dari pergaulan sosial

b. Kurang mampu berkonsentrasi atau menaruh perhatian pada sesuatu hal tertentu.

c. Perasaan sedih yang tidak jelas penyebabnya.

d. Cemas atau curiga kepada orang lain

e. Mulai membolos sekolah atau kerja

f. Tidak ingin tubuhnya disentuh oleh seseorang

g. Merasa lelah

h. Gangguan tidur

i. Sangat mudah terganggu oleh cahaya, kebisingan, warna atau tekstur benda.

Menurut berbagai penilitian, bila seseorang dalam fase prodromal bisa dikenali dan

ditangani, maka proses berkembangnya penyakit bisa dihentikan. Hanya, hingga sekarang,

para ahli masih berbeda pendapat dalam hal apakah anak dengan gejala psikosis dalam fase

prodromal perlu diberi obat atau cukup dengan terapi atau intervensi psikososial. Keduanya

mempunyai sisi positif dan negatifnya masing masing. Ahli yang tidak mendukung pemberian

7

Page 8: makalah(1)

obat berpendapat bahwa obat anti gangguan jiwa biasanya sangat kuat dan dapat

menimbulkan efek samping dan ketergantungan. Mereka berpendapat bahwa sebaiknya

pemberian obat ditunda hingga gejalanya lebih jelas. Sedangkan ahli yang berpendapat bahwa

sebaiknya anak dalam fase prodromal diberi obat berpendapat bahwa obat akan dapat

menghentikan perkembangan penyakitnya.

Bila pada fase prodromal tidak ada penanganan (misalnya melalui terapi psikososial),

maka penyakitnya akan berkembang hingga mencapai fase akut. Pada fase akut, maka

berbagai gejala psikosis seperti halusinasi, waham dan gangguan berpikir akan muncul.

Setelah melalui fase akut, penderita gangguan jiwa akan memasuki fase pemulihan atau

recovery. Dalam fase ini, kondisi gejala gangguan jiwa sudah terkendali. Fase pemulihan

adalah suatu proses atau perjalanan yang berlangsung seumur hidup. Bila tidak dijaga dan

ditingkatkan kondisi kesehatan jiwanya, penderita gangguan jiwa yang berada dalam fase

pemulihan bisa kembali jatuh kedalam fase akut. Keadaan ini tidak berbeda dengan keadaan

seseorang yang menderita penyakit darah tinggi (hipertensi) atau penyakit gula (diabetes).

Meskipun sudah pulih dan terkendali, bila tidak mau minum obat atau mengendalikan pola

makannya, penderita diabetes atau hipertensi bisa kembali jatuh sakit.

Dalam fase pemulihan, penderita gangguan jiwa perlu tetap menjaga agar tidak

kembali kambuh, antara lain dengan menghindari rangsangan yang mengganggu, yang sering

berbeda antara satu orang dengan lainnya. Penderita juga perlu terus meningkatkan daya

tahan kejiwaannya dan meningkatkan kemampuan berpikirnya, kemampuan bergaul, dan

kemampuan bekerja. Prof. Elyn Sack yang menderita skizofrenia, menjaga dirinya dengan

membuat rumahnya sederhana (tidak ada TV), mengurangi bepergian jauh, membangun

jaringan pertemanan dan tetap minum obat.

E. Jenis Psikosa

Secara umum, psikosis dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan faktor penyebabnya,

yaitu psikosis organik, yang disebabkan oleh faktor oganik dan psikosis fungsional, yang

terjadi karena faktor kejiwaan.

1. Psikosis organic

Psikosis organik adalah penyakit jiwa yang disebabkan oleh faktorfaktor fisik

atau organik, yaitu pada fungsi jaringan otak, sehingga penderita mengalamai

inkompeten secara sosial, tidak mampu bertanggung jawab, dan gagal dalam

menyesuaikan diri terhadap realitas. Psikosis organis dibedakan menjadi beberapa

jenis dengan sebutan atau nama mengacu pada faktor penyabab terjadinya. Jenis

psikosis yang tergolong psikosis organik adalah sebagai berikut.

8

Page 9: makalah(1)

a. Alcoholic psychosis, terjadi karena fungsi jaringan otak terganggu atau rusak

akibat terlalu banyak minum minuman keras.

b. Drug psychose atau psikosis akibat obat-obat terlarang (mariyuana, LSD,

kokain, sabu-sabu, dst.).

c. Traumatic psychosis, yaitu psikosis yang terjadi akibat luka atau trauma pada

kepala karena kena pukul, tertembak, kecelakaan, dst.

d. Dementia paralytica, yaitu psikosis yang terjadi akibat infeksi syphilis yang

kemudian menyebabkan kerusakan sel-sel otak.

2. Psikosis fungsional

Psikosis fungsional merupakan penyakit jiwa secara fungsional yang bersifat

nonorganik, yang ditandai dengan disintegrasi kepribadian dan ketidak mampuan

dalam melakukan penyesuaian sosial. Psikosis jenis inidibedakan menjadi beberapa

yaitu : schizophrenia, psikosis maniadepresif, dan psiukosis paranoid (Kartini

Kartono, 1993 : 106).

a. Schizoprenia

Schizophrenia adalah kepribadian yang terbelah (split of personality). Sebutan

ini diberikan berdasarkan gejala yang paling menonjol dari penyakit ini, yaitu

adanya jiwa yang terpecah belah. Antara pikiran, perasaan, dan perbuatan

terjadi disharmoni. Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan dan kondisi medis

yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal

kognitif, emosional dan tingkah laku. Skizofrenia adalah gangguan jiwa

psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons

emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali

diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa

ada rangsang pancaindra).

1) Penyebab

Pengaruh Neurobiologis. Ada beberapa teori tentang pengaruh

neurogiologis yang menyebabkan Skizorenia. Salah satunya adalah

ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam

otak. Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin

atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang

menyebabkan permasalahan pada zalir serebrospinal.

2) Teori tentang penyebab skizofrenia

a) Diatesis-Stres Modela

Teori ini menggabunggaka antara teori biologis psikososial,

dan lingkungan yang secara khusus mempengaruhi diri

9

Page 10: makalah(1)

seseorang sehingga dapat menyebabkan berkembangnya

gejala skizofrenia. Dimana ketiga faktor tersebut saling

berpengaruh secara dinamis. (kaplan & sadock, 2004)

b) Faktor biologis

Dari biologis terkenal hipotesis dopamin yang menyatakan

bahwa skizofrenia disbabkan oleh aktifitas dopaminergik

yang berlebihan di bagian kortikal otak, dan berkaitan

dengan gejala positif dari skizofrenia. Penelitian terbaru juga

menunjuknan pentingnya neurotransmiter lain termasuk

seretonin, neuropinefrin, glutamat dan GABA. Selain

perubahan yang sifatnya neurokimiawi, penelitian

menggunakan CT-Scan ternyata ditemukan perubahan

anatomi otak seperti pelebaran lateral ventrikel, atropi

korteks atau atropi otak kecil (cerebelum) terutama pada

penderita koronis skizofrenia (kaplan & sadock, 2004)

c) Genetika

Faktor genetika dibuktikan dengan sangat meyakinkan.

Resiko masyarakat umum 1% pada orang tua resiko 5% pada

saudara kandung 8% dan pada anak 12% apabila salah satu

orang tua menderita skizofrenia, walaupun anak telah

dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang

tua skizofrenia 40%. Pada kembar monozigot 47% sedangkan

untuk kembar dizigot 12% (kaplan & sadock , 2004)

d) Faktor Psikososial

1. Teori perkembangan

Bahwa kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih

sayang di tahun-tahun awal kehidupan berperan dalam

menyababkan kurangnya identitas diri, salah interprestasi

terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan sosial

pada penderita skizofrenia (sirait, 2008)

2. Teori belajar

3. Teori keluarga

3) Tipe – tipe Skizofrenia

Berdasarkan definisi dan kriteria diagnostik, skizofrenia di

kelompokan menjadi beberapa tipe :

a) Skizofrenia paranoid

10

Page 11: makalah(1)

Yaitu penderitanya mengalami bayangan dan khayalan

tentang penganiayaan dan kontrol dari orang lain dan juga

kesombongan yang berdasarkan kepercayaan bahwa

penderitanya itu lebih mampu dan lebih hebat dari orang lain

b) Skizofrenia terdisorganisasi

c) Skizofrenia katatonik

Jenis skizofrenia yang ditandai dengan berbagai gangguan

motorik, termasuk kegembiraan ekstrim dan pingsan. Orang

yang menderita bentuk skizofrenia ini akan menampilkan

gejala negatif: postur katatonik dan fleksibilitas seperti lilin

yang bisa di pertahankan dalam kurun waktu yang panjang

d) Skizofrenia tidak tergolongkan

e) Skizofrenia residua

Skizofrenia residual akan di diagnosis ketika setidaknya

epsiode dari salah satu dari empat jenis skizofrenia yang

lainnya telah terjadi. Tetapi skizofrenia ini tidak mempunyai

satu pun gejala positif yang menonjol.

4) Manisfestasi

a) Gejala-gejala schizophrenia (Singgih Dirgagunarsa, 1998 :

141-142)

a) Kontak dengan realitas tidak ada lagi, penderita lebih

banyak hidup dalam dunia khayal sendiri, dan berbicara

serta bertingkah laku sesuai dengan khayalannya,

sehingga tidak sesuai dengan kenyataan.

b) Karena tidak ada kontak dengan realitas, maka logikanya

tidak berfungsi sehingga isi pembeicaraan penderita

sukar untuk diikuti karena meloncat-loncat (inkoheren)

dan seringkali muncul kata-kata aneh yang hanya dapat

dimengerti oleh penderita sendiri.

c) Pikiran, ucapan, dan perbuatannya tidak sejalan, ketiga

aspek kejiwaan ini pada penderita schizophrenia dapat

berjalan sendiri-sendiri, sehingga ia dapat menceritakan

kejadian yang menyedihkan sambil tertawa.\

d) Sehubungan dengan pikiran yang sangat berorientasi

pada khayalannya sendiri, timbul delusi ata waham pada

11

Page 12: makalah(1)

penderita schizophrenia (bisa waham kejaran dan

kebesaran).

e) Halusinasi sering dialami pula oleh penderita

schizophrenia.

b) Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi

dua kelas :

1. Gejala-gejala positif termasuk halusinasi, delusi,

gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut

positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat

diamati oleh orang lain.

2. Gejala-gejala negatif. Gejala-gejala yang dimaksud

disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri

khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang

atau tidak mampu menampakkan /mengekspresikan

emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan

untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-

kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan

bicara (alogia).

b. Psikosis mania-depresif

Psikosis mania-depresif merupakan kekalutan mental yang berat, yang

berbentuk gangguan emosi yang ekstrim, yaitu berubah-ubahnya

kegembiraan yang berlebihan (mania) menjadi kesedihan yang sangat

mendalam (depresi) dan sebaliknya dan seterusnya.

1) Gejala-gejala psikosis mania-depresif

a) Gejala-gejala mania antara lain:

1. euphoria (kegembiraan secara berlebihan

2. waham kebesaran

3. hiperaktivitas

4. pikiran melayang.

b) Gejala-gejala depresif antara lain :

1. Kecemasan

2. Pesimis

3. Hipoaktivitas

4. Insomnia

5. anorexia.

2) Faktor penyebab psikosis mania-depresif

12

Page 13: makalah(1)

Psikosis mania-depresif disebabkan oleh faktor yang

berhubungan dengandua gejala utama penyakit ini, yaitu mania dan

depresi. Aspek mania terjadi akibat dari usaha untuk melupakan

kesedihan dan kekecewaan hidup dalam bentuk aktivitas-aktivitas

yang sangat berlebihan. Sedangkan aspek depresinya terjadi karena

adanya penyesalan yang berlebihan.

F. Penatalaksanaan Psikosa

1. Terapi psikofarmaka

Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada

Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan

perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf

kualitas hidup klien (Hawari, 2001). Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa

golongan, diantaranya : antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas,

antiinsomnia, anti-panik, dan anti obsesif-kompulsif. Pembagian lainny adari obat

psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika

(Hawari, 2001).

a. Antipsikotik

1) Derivate fenotiazin

Contohnya adalah Kloropromazin.

Indikasi utama fenotiazin adalah skizofrenia gangguan

psikosis yang tersering ditemukan. Gejala psikotik yang dipengaruhi

secara baik oleh fenotiazin dan antipsikosis lain ialah ketegangan,

hiperaktivitas, combativeness, hostility, halusinasi, delusi akut, susah

tidur, anoreksia, perhatian diri yang buruk, negativism, dan kadang-

kadang mengatasi sifat menarik diri. Pengaruhnya terhadap insight,

judgement, daya ingat dan orientasi kurang. Pemebreian antipsikotik

sangat memudahkan perawatan pasien. Walaupun antipsikosi angat

bermanfaat untuk mengatasi gekala psikosis akut, namun pengunaan

antipsikosis saja tidak mencukupi untuk merawat pasien psikotik.

Perawatan, perlindungan, dan dukungan mental spiritual terhadap

pasien sangatlah penting.

Batas keamanan CPZ cukup lebar sehingga obat ini cukup

aman. Efek samping umumnya merupakan efek perluasan

farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul berupa

ikterus, dermatitis dan leucopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia

13

Page 14: makalah(1)

dalam darah perifer. Pada dosis berlebihan, semua derivate

fenotiazin dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal serupa dengan

yang terlihat pada parkinsonisme. Dikenal 6 gejala sindrom

neurologic yang karakteristik dari obat ini. Empat diantaranya biasa

terjadi sewaktu obat diminum, yaitu distonia akut, akatisia,

parkinsonisme dan sindrom neuroleptik malignant yang terakhir

jarang terjadi. Dua sindrom yang terjadi setelah pengobatan

berbulan-bulan sampai bertahun-bertahun berupa tremor perioral

(jarang) dan diskinesia Tardif. Hipotensi ortostatik sering terlihat

pada penderita dengan system vasomotor yang labil. Takar lajak

tioridazin (lebih dari 300 mg)menyebabkan aritmia ventricular dan

blok jantung. Karena efek terhadap jantung mungkin aditif dengan

antitioridazin dan pimozoid dapat menyebabkan kelainan EKG mirip

hipokalemia. Efek samping hipotermia dapat digunakan pada terapi

hibernasi. Efek antikolinergik berupa takikardia, mulut dan

tenggorok kering sering terjadi pada pemberian fenotiazin. Perlu

digunakan berhati-hati pada penderita glaucoma dan hipertrofi

prostat,

2) Butirofenon

Indikasi utama haloperidol ialah untuk psikosis. Butirofenon

merupakan obat pilihan untuk mengobati sindrom Gilles de la

Tourette, suatu kelainan neurologic yang aneh yang ditandai dengan

kejang otot hebat, menyeringai (grimacing) dan explosive utterances

of foul expletives (coprolalia, mengeluarkan kata-kata jorok).

Efek samping terjadi karena haloperidol menimbulkan reaksi

ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi terutama pada penderita

usia muda. Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai dengan

hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reversi keadaan mania atau

sebagai efek samping yang sebenarnya. Perubahan hematologic

ringan dan selintas dapat terjadi tetapi hanya agranulositosis sering

dilaporkan. Frekuensi kejadian ikterus akibat haloperidol rendah.

Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai

terdapat bukti bahwa obat ini tidak menimbulkan efek teratogenik.

b. Obat antipsikotik atipikal

Obat-obatan jenis ini disebut atipikal karena obat ini berhubungan dngan

insidensi gangguan pergerakan yang lebih rendah dan ditoleransi lebih baik

14

Page 15: makalah(1)

daripada antipsikosis lainnya. Mekanisme kerja secara umum obat ini adalah

dengan menghambat reseptor diopamin D2 dan reseptor serotonin 5HT2.

Contoh obat golongan ini diantaranya klozapin, Olanzapine (Zyprexa),

Risperidone (Risperdal), Quetiapine (Seroquel), dsb.

c. Antidepresan dan antimania

Contoh obat golongan ini adalah

1) Andep, diproduksi oleh; Medikon prima, komposisi: Fluoksetin

hidroklorida 20 mg, fungsinya untuk pengobatan depresi , terutama

kategori gangguan depresi mayor. Efek samping: gangguan syaraf ,

gangguan saluran cerna.

2) Antipres: komposisi: sertalin 50 mg, fungsinya untuk pengobatan

gejala depsresi dengan atau tanpa riwayat mania. Efek samping: mual,

diare, gangguan fungsi seks pria, tremor

3) Caurage diproduksi oleh Soho, komposisi: Fluoksetin 20 mg,

pengobatan Depresi, efek samping: Anoreksia,  mual, muntah, dyspepsia,

mulut kering , diare.

d. Antiansietas dan antiinsomnia

Contoh obat golongan ini adalah sebagai berikut.

a. Alganak diproduksi oleh Guardian Pharmatama, komposisi: Alpazolam,

Fungsi berhubungan; Ansietas yang berhubungan dengan depresi ,

gangguan panik dengan atau tanpa agoraphobia

b. ALVIZ, diproduksi oleh Pharos Altana Pharma, komposisi: Alprazolam,

Fungsi pengobatan jangka pendek ansietas sedang sampai berat dan

ansietas yang berhubungan dengan depresi

c. ASABIUM, diproduksi oleh Otto, komposisi: klobazam 10 mg, Fungsi

obat untuk Mengatasi keadaan yang berhubungan dengan

ansietas,ketegangan,gangguan tidur di sebabkan kelainan mental dan

emosional.

2. Terapi somatic

Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat gangguan jiwa

sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh lain. Salah satu bentuk

terapi ini adalah Electro Convulsive

Jenis terapi :

a. Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik

dimana arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada

pelipis. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya

15

Page 16: makalah(1)

diharapkan efek yang terapeutik tercapai. Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak

diketahui, tetapi diperkirakan bahwa ECT menghasilkan perubahan-perubahan

biokimia di dalam otak (Peningkatan kadar norepinefrin dan serotinin) mirip

dengan obat anti depresan. (Townsend alih bahasa Daulima,2006).

b. Terapi Modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang

bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan

perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yangn adaptif.

Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:

1) Terapi Individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan

pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan

seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara

perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang

dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi,

dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui

hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan di awal hubungan. Hubungan terstruktur

dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan

konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu

meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan

cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

2) Terapi Lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menatalingkungan agar

terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive

menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan

rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi

kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan

memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

3) Terapi Kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap

yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang

diterapkan adalah membantu mempertimbangkan stressor dan

kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan

keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan

perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir

yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah

dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus asuhan

adalah membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini,

16

Page 17: makalah(1)

harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun

perubahan kognitif.

4) Terapi Keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota

keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi

keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya.

Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang

mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang

dituntut oleh anggotanya. Dalam terapi keluarga semua masalah

keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-

masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut

digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota

keluarga mawas diri apa masalah yang terjadi di keluarga, apa

kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk

kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga

dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang

seharusnya.

5) Terapi Kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yangdibentuk

dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media

kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan

sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan

kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan

mengubah perilaku maladaptive. Terapi Perilaku Anggapan dasar dari

terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses

pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan

disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang

digunakan dalam terapi jenis ini adalah: Role model, Kondisioning

operan, Desensitisasi sistematis, Pengendalian diri dan Terapi aversi

atau rileks kondisi.

6) Terapi Bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-

anak akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari

pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat

mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa

diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah

anak tersebut.

17

Page 18: makalah(1)

BAB II

PENGKAJIAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN PSIKOSA

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan wawancara dan observasi kepada klien dan keluarga

yang menjenguknya. Pengkajian harus diawali dengan membangun trust antara perawat –

klien. Pengkajian pertama kali dilakukan secara lengkap guna menggali informasi yang

dibutuhkan untuk terapi mengumpulkan data sesuai dengan yang diperlukan kemudian data

tersebut di kelompokan, dianalisis. Beberapa hal yang dapat dikaji dari klien :

1. Identitas

Klien

Nama

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan

Agama

Suku / Bangsa

Alamat

Status Perkawinan

Diagnosa Medis

Tgl.Masuk Rumah Sakit

Tgl Dikaji

Penanggung jawab

Nama

Umur

Pekerjaan

Hubungan dgn Klien

Alamat

2. Alasan Masuk

Meliputi penyebab klien masuk rumah sakit dan usaha yang sudah dilakukan untuk

mengatasi masalah tersebut dan hasilnya.

3. Faktor Prediposisi

Meliputi :

a. Riwayat penyakit masa lalu dan hasil pengobatan sebelumnya.

b. Riwayat penyakit keluarga.

c. Riwayat trauma yang pernah dialami

d. Masalah keperawatan yang muncul

4. Faktor Fisik

a. Tanda-tanda Vital

b. Ukur

c. Sistematik

18

Page 19: makalah(1)

1) Sistem pernafasan

2) Sistem Kardiovaskuler

3) Sistem Pencernaan

4) Sistem musculoskeletal.

5) Sistem Integrumen

6) Sistem Endokrin

7) Sistem perkemihan

8) Sistem Persyarafan

Kesadaran

Fungsi Nervus Kranial

d. Masalah keperawatan yang muncul

5. Faktor Psikososial

a. Genogram

1) Menggambarkan hubungan klien dengan keluarga minimal 3 generasi ke

atasnya

2) Masalah keperawatan yang muncul

b. Konsep diri

1) Citra tubuh/ gambaran diri

2) Identitas diri

3) Peran diri

4) Ideal diri

5) Harga diri

6) Masalah Keperawatan yang muncul

c. Hubungan Sosial

1) Orang yang berarti dalam hidup klien.

2) Kelompok yang berarti dalam masyarakat.

3) Keterlibatan klien dalam kelompok tersebut.

4) Masalah keperawatan yang muncul.

d. Spiritual

1) Nilai keyakinan

2) Kegiatan Beribadah

3) Masalah Keperawatan yang muncul

6. Status Mental

a. Penampilan

b. Pembicaraan

c. Aktivitas motorik

d. Alam perasaan

e. Efektif

19

Page 20: makalah(1)

f. Interaksi selama

wawancara

g. Persepsi

h. Proses piker

i. Isi piker

j. Tingkat kesadaran

k. Memori

l. Masalah keperawatan

yang muncul

7. Kebutuhan persiapan pulang

20

Page 21: makalah(1)

a. Makan

b. BAB / BAK

c. Berpakaian

d. Mandi

e. Istirahat tidur

f. Penggunaan obat

g. Pemeliharaan kesehatan

h. Kegiatan di dalam rumah

i. Masalah keperawatan

Page 22: makalah(1)

8. Aspek Medis

a. Diagnosa Medis

b. Terapi

9. Daftar Masalah keperawatan

Menulis data pendukung dan masalah yang muncul kemudian membuat pohon

masalah dari data tersebut

10. Diagnosis Keperawatan

Dari hasil analisis pengkajian, dapat dibuat diagnosis guna kesembuhan klien.

B. Perencanaan

Pada tahap ini perawat menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan

permasalahan yang ada dan sesuai dengan keadaan klien saat itu. Dalam tahap perencanaan

ini perawat dapat membaca sumber/literature yang memuat rencana tindakan keperawatan

jiwa dengan standar Asuhan Keperawatan secara nasional maupun Asuhan Keperawatan

lingkup Rumah Sakit / instansi setempat.

C. Implementasi

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, tidak lepas dari rencana yang telah

disusun, yang sebelumnya ditelaah terlebih dahulu tentang kesesuaian dengan kebutuhan

klien saat akan dilakukan tindakan.

D. Evaluasi

Pada tahap akhir proses keperawatan, sesuai dengan tinjauan teori yang ada, perawat

melakukan evaluasi/ penilaian terhadap setiap tindakan yang telah dilakukan. Yang

didokumentasikan pada catatan keperawatan dengan melakukan evaluasi terhadap tujuan

yang telah ditetapkan dalam perencanaan baik itu tujuan khusus maupun tujuan umum

dimana setelah dievaluasi semua diagnosis teratasi.

E. Asuhan Keperawatan Klien dengan Psikosa

1. Resiko tinggi terhadap kekerasan (diarahkan pada diri sendiri atau orang lain)

berhubungan dengan:

a. Kurang rasa percaya: Kecurigaan terhadap orang lain

b. Panik

c. Instruksi dari halusinasi

d. Pikiran delusional

e. Tindakan agersif: Tujuan merusak secara langsung benda-benda yang berada

dalam lingkungan sekitarnya

f. Perilaku merusak diri atau aktif; tindakan bunuh diri yang agresif

Page 23: makalah(1)

g. Perkataan yang mengancam bermusuhan; tindakan menyombongkan diri untuk

menyiksa orang lain secara psikologis

h. Peningkatan aktifitas motorik, langkah kaki, rangsangan, mudah tersinggung,

kegelisahan.

i. Mempersepsikan lingkungan sebagai suatu ancaman

j. Menerima “suruhan” melalui pendengaran atau penglihatan sebagai ancaman.

Data Subyektif :

Klien mengatakan benci atau kesal pada

seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang

orang yang mengusiknya jika sedang

kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau

gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara

menguasai: berteriak, menjerit, memukul

diri sendiri/orang lain.

Ekspresi marah saat membicarakan

orang, pandangan tajam.

Merusak dan melempar barang barang

No Intervensi Rasional

1. Pertahankan agar lingkungan pasien

pada tingkat stimulus yang

rendah,sedikit orang,dekorasi yang

sederhana,tingkat kebisingan rendah

Tingkat ansietas akan meningkat dalam

lingkungan yang penuh stimulus. Individu-

individu yang ada mungkin dirasakan

sebagai suatu ancaman karena

mencurigakan, sehingga akhirnya membuat

pasien agitasi

2. Observasi secara ketat perilaku pasien

(setiap 15 menit). Kerjakan hal ini

sebagai suatu kegiatan yang rutin

untuk menghindari timbulnya

kecurigaan dalam diri pasien.

Observasi ketat merupakan hal yang

penting, karena dengan demikian intervensi

yang tepat dapat diberikan segera dan untuk

selalu memastikan bahwa pasien dalam

keadaan aman

3. Singkirkan semua benda-benda yang

dapat membahayakan dari lingkungan

sekitar pasien

Jika pasien berada dalam keadaan gelisah,

bingung, pasien tidak akan menggunakan

benda-benda tersebut untuk membahayakan

diri sendiri maupun orang lain

Page 24: makalah(1)

4. Coba salurkan perilaku merusak diri ke

kegiatan fisik untuk menurunkan

ansietas pasien (mis. memukuli karung

pasir)

Latihan fisik adalah suatu cara yang aman

dan efektif untuk menghilangkan

ketegangan yang terpendam

5. Staf harus mempertahankan dan

menampilkan perilaku yang tenang

terhadap pasien

Ansietas menular dan dapat ditransfer dari

perawat kepada pasien

6. Berikan obat-obatan sesuai program

terapi pengobatan. Pantau keefektifan

obat-obatan dan efek sampingnya.

Cara mencapai “batasan alternative yang

paling sedikit” harus diseleksi ketika

merencanakan intervensi untuk psikiatri

2. Isolasi sosial berhubungan dengan:

a. Kurangnya rasa percaya diri kepada orang lain

b. Panik

c. Waham

d. Sukar berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau

e. Perkembangan ego yang lemah

Batasan Karakteristik:

a. Menyendiri dalam ruangan

b. Tidak berkomunikasi , menarik diri, tidak melakukan kontak mata (mutisme,

autisme)

c. Sedih, afek datar

d. Mengekspresikan perasaan penolakan atau esepian kepada orang lain

Data Subyektif

Sukar didapat jika klien

menolak komunikasi, kadang

hanya dijawab dengan singkat

”tidak”, ”ya”.

Data Obyektif

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul,

menyendiri/menghindari orang lain, berdiam diri di kamar,

komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam), kontak

mata kurang, menolak berhubungan dengan orang lain,

perawatan diri kurang, posisi tidur seperti janin (menekur)

.

No. Intervensi Rasional

1. Perlihatkan sikap menerima dengan

cara melakukan kontak yang sering

tapi singkat

Sikap menerima dari oran lain akan

meningkatkan harga diri pasien dan

memfasilitasi rasa percaya kepada orang

lain

Page 25: makalah(1)

2. Perlihatkan penguatan positif kepada

orang lain.

Membuat pasien merasa menjadi

seseorang yang berguna

3. Temani pasien untuk memperlihatkan

dukungan selama aktivitas kelompok

yang mungkin merupakan hal yang

menakutkan atau sukar untuk pasien

Kehadiran seseorang yang dipercaya akan

memberikan rasa aman kepada pasien.

4. Jujur dan menepati semua janji Kejujuran dan rasa membutuhkan

menimbulkan suatu hubungan saling

percaya

5. Berhati-hatilah dengan dengan

sentuhan. Biarkan pasien mendapatkan

ruangan ekstra dan kesempatan untuk

keluar ruangan jika pasien menjadi

begitu ansietas.

Pasien yang curiga dapat saja menerima

sentuhan sebagai suatu bahasa tubuh yang

meninsyaratkan ancaman

6. Berikan obat-obatan penenang sesuai

program pengobatan pasien. Pantau

keefektifan dan efek samping obat.

Obat-obatan anti psikosis menolong untuk

menurunkan gejala psikos pada seseorang,

dengan demikian mudah berinterkasi

dengan orang lain.

7. Berikan penngakuan dan penghargaan

tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi

dengan oran lain.

Penguatan akan meningkatkan harga diri

pasien.

3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan :

a. Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain

b. Panik

c. Kesensitifan (kerentanan) seseorang

d. Rendah diri

e. Menekan rasa takut

f. Sistem pendukung tidak adekuat

g. Ego kurang berkembang

h. Disfungsi sistem keluarga

Batasan Karakteristik :

a. Kelainan dalam partisipasi social

Page 26: makalah(1)

b. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar

c. Penggunaan mekanisme pertahanan diri tidak sesuai

No. Intervensi Rasional

1. Dorong perawat yang sama untuk

bekerjasama dengan pasien sebanyak

mungkin.

Mempermudah perkembangan hubungans aling

percaya

2. Hindari kontak fisik Pasien yang curiga mungkin mengartikan sentuhan

sebagai bahasa tubuh yang mengisyaratkan

ancaman.

3. Hindari tertawa, berbisik-bisik, atau

bicara pelan-pelan didekat pasien

sehingga pasien dapat melihat hal

tersebut namun tak dapat mendengar apa

yang dibicarakan

Pasien curiga seringkali yakin bahwa orang lain

sedang membicarakan dirinya, dan sikap yang

serba rahasia akan mendukung munculnya rasa

curiga.

4. Jujur dan menepati semua janji Kejujuran dan rasa membutuhkan menimbulkan

suatu hubungan saling percaya

5. Kemungkinan besar dibutuhkan

pendekatan yang kreatif untuk

mendukung masukan makanan

Pasien curiga sering yakin bahwa mereka akan

diracuni sehingga pasie menolak untuk makan

makanan yang disiapkan oleh seseorang dalam

piringnya.

6. Periksa mulut pasien setelah minum obat Meyakinkan bahwa pasien telah menelan obatnya

dan tidak mencoba menyembunyikan obat tersebut

7. Jangan berikan kegiatan yang bersifat

kompetitif. Kegiatan yang mendukung

adanya hubungan interpersonal dengan

perawat atau terapis adalah kegiatan yang

terbaik

Kegiatan kompetitif merupakan kegiatan yang

sangat mengancam pasien-pasien curiga

8. Motivasi pasien untuk mengatakan

perasaan yang sebenernya. Perawat harus

menghindari sikap penolakan terhadap

perasaan marah yang ditunjukkan pasien

langsung kepada diri perawat

Mengungkapkan perasaan secara verbal dalam

suatu lingkungan yang tidak mengancam mungkin

akan menolong pasien untuk sampai kepada saat

tertentu dimana pasien dapat mencurahkan

perasaan yang telah lama terpendam

9. Sikap asertif, sesuai kenyataan,

pendekatan yang bersahabat akan

menjadi hal yang tidak mengancam

Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk

berhubungan dengan sikap atau ceria sekali

Page 27: makalah(1)

pasien yang curiga

4. Perubahan persepsi sensori: Pendengaran/penglihatan berhubungan dengan :

a. Panik

b. Menarik diri

c. Stress berat, mengancam ego yang lemah

Batasan Karakteristik:

a. Berbicara dan tertawa sendiri

b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu (memiringkan kepala ke satu sisi

seperti jika seseorang sedang mendengarkan sesuatu)

c. Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

d. Disorientasi

e. Konsentrasi rendah

f. Pikiran cepat berubah-ubah

g. Kekacauan pikiran

h. Respon yang tidak sesuai

Data Subjektif

Klien mengatakan mendengar bunyi yang

tidak berhubungan dengan stimulus nyata

Klien mengatakan melihat gambaran tanpa

ada stimulus yang nyata

Klien mengatakan mencium bau tanpa

stimulus

Klien merasa makan sesuatu

Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang

dilihat dan didengar

Klien ingin memukul/melempar barang-

barang

Data Objektif

Klien berbicar dan tertawa sendiri

Klien bersikap seperti mendengar/melihat

sesuatu

Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk

mendengarkan sesuatu

Disorientasi

No. Intervensi Rasional

1. Observasi pasien dari tanda-tanda

halusinasi (sikap seperti mendengarkan

sesuatu, berbicara atau tertawa sendiri,

terdiam ditengah-tengah pembicaraan)

Intervensi awal akan mencegah respon agresif yang

diperintah dari halusinasinya

2. Hindari menyentuh pasien sebelum Pasien dapat saja mengartikan sentuhan sebagai suatu

Page 28: makalah(1)

mengisyaratkan kepadanya bahwa kita

juga tidak apa-apa diperlakukan seperti itu

ancaman dan berespon dengan cara yang agresif.

3. Sikap menerima akan mendorong pasien

untuk menceritakan isi halusinasinya

dengan perawat

Penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya

cedera terhadap pasien atau orang lain karena adanya

perintah dari halusinasi

4. Jangan dukung halusinasi. Gunakan kat-

kata “suara tersebut” daripada kata-kata

“mereka” yang secara tidak langsung akan

memvalidasi hal tersebut.

Biarkan pasien tahu bahwa perawat tidak

sedang membagikan persepsi.

Katakan “meskipun saya menyadari

bahwa suara-suara tersebut tidak nyata

untuk anda, saya sendiri tidak

mendengarkan suara-suara yang berbicara

apapun”

Perawat harus jujur kepada pasien sehingga pasien

menyadari bahwa halusinasi tersebut tidak nyata.

5. Coba untuk mengalihkan pasien dari

halusinasinya.

Keterlibatan pasien dalam kegiatan-kegiatan

interpersonal dan jelaskan tentang situasi kegiatan

tersebut, hal ini akan menolong pasien untuk kembali

kepada realita

5. Perubahan proses pikir berhubungan dengan :

a. Ketidakmampuan mempercayai orang lain

b. Panik

c. Menekan rasa takut

d. Stres yang cukup berat

e. Kemungkinan faktor herediter

Batasan Karakteristik :

a. Waham (ide-ide yang salah)

b. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi

c. Kewaspadaan yang berlebihan

d. Ketidaktepatan interpretasi lingkungan

e. Kelainan kemampuan mengambil/membuat keputusan, menyelesaikan masalah,

alasan, pemikiran abstrak atau konseptualisasi, berhitung

f. Perilaku sosial yang tidak sesuai (merefleksikan ketidaktepatan pemikiran)

No. Intervensi Rasional

Page 29: makalah(1)

1. Sementara itu biarkan pasien tahu

bahwa anda tidak menunjukkan bahwa

anda menerima keyakinan pasien yang

mendukung keyakinan tersebut.

Penting untuk dikomunikasikan kepada pasien

bahwa anda tidak menerima delusi sebagai suatu

realita

2. Jangan menambah atau menyangkal

keyakinan pasien. Gunakan teknik

keraguan yang beralasan sebagai teknik

terapeutik “saya suka untuk

mempercayai hal tersebut”

Membantah pasien atau menyangkal

keyakinannya tidak akan bermanfaat apa-apa;

ide-ide waham tidak dapat dikurangi dengan

pendekatan ini, dan mungkin akan menghalangi

perkembangan hubungan saling percaya

3. Bantu pasien untuk mencoba

menghubungkan keyakinan-keyakinan

yang salah tersebut dengan peningkatan

ansietas yang dirasakan oleh pasien.

Diskusikan teknik-teknik yang dapat

digunakan untuk mengontrol ansietas

(misalnya latihan nafas dalam, latihan-

latihan relaksasi yang lain)

Jika pasien dapat belajar untuk menghentikan

ansietas yang meningkat, pikiran wahamnya

mungkin dapat dicegah

4. Fokus dan kuatkankan pada realita.

Kurangi lamanya ingatan tentang

pikiran irasional. Bicara tentang

kejadian-kejadian dan orang yang nyata.

Diskusi yang berfokus pada ide-ide yang salah

tidak akan berguna dan mencapai tujuan, dan

mungkin membuat psikosisnya menjadi lebih

buruk

5. Bantu dan dukung pasien dalam

usahanya untuk mengungkapkan secara

verbal perasaan ansietas, takut atau

tidak aman

Ungkapan perasaan secara verbal dalam

lingkungan yang tidak mengancam akan

menolong pasien untuk mengungkapkan

perasaannya yang mungkin sudah dipendam

cukup lama.

6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan:

a. Menarik diri

b. Regresi

c. Panik

d. Ketidakmampuan mempercayai orang lain

Batasan Karakteristik:

a. Mengalami kesukaran dalam mengambil atau ketidakmampuan untuk

membawa makanan dari piring kedalam piring

b. Ketidakmampuan / menolak untuk membersihkan tubuh atau bagian-bagian

tubuh

Page 30: makalah(1)

c. Kelainan kemampuan atau kurangnya minat dalam memilih pakaian yang

sesuai untuk dikenakan, berpakaian, merawat atau mempertahankan

penampilan pada tahap yang memuaskan

d. Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi dan

berkemih tanpa bantuan

Data Subyektif :

Klien mengatakan:

Mandi sehari sekali, kadang-kadang dua hari

sekali, mencuci rambut seminggu sekali,

mengganti pakaian dua hari sekali.

Data Obyektif :

Kulit agak kotor, rambut kotor tidak disisir,

gigi kotor, pakaian kusut, kuku panjang dan

hitam.

No. Intervensi Rasional

1. Dukung pasien untuk melakukan kegiatan

hidup sehari-hari sesuai tingkat

kemampuan pasien.

Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam

melakukan suatu aktivitas akan meningkatkan

harga diri.

2. Dukung kemandirian pasien, tapi berikan

bantuan pada saat pasien tidak mampu

melakukan kegiatan tersbut

Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan

prioritas dalam keperawatan

3. Berikan pengakuan dan penghargaan

positif untuk kemampuannya yang

mandiri4.

Penguatan positif akan meningkatkan harga diri

dan mendukung terjadinya pengulangan perilaku

yang diharapkan

4. Perlihatkan pasien secara kongkrit,

bagaimana melakukan kegiatan yang

menurut pasien sulit untuk dilakukannya

Dengan berlakunya pikiran kongkrit, penjelasan

harus diberikan sesuai dengan tingkat pengertian

yang nyata

5. Buat catatan secara terinci tentang

masukan makanan dan cairan

Informasi penting untuk mendapatkan suatu

pengkajian nutrisi yang adekuat

6. Berikan makanan kudapan diantara waktu

makan

Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi

makanan dalam jumlah besar pada saat makan

dan mungkin untuk itu membutuhkan

penambahan makanan diluar waktu makan

7. Jika pasien tidak makan karena curiga dan

takut diracuni, berikan makanan kaleng

dan biarkan pasien sendiri yang mebuka

kalengnya, atau jika memungkinkan

sarankan untuk makanan tersebut dimakan

Pasien akan melihat setiap orang makan dari

hidangan yang sama sehingga kecurigaan

berkurang/hilang

Page 31: makalah(1)

secara bersama-sama

8. Jika pasien mengotori dirinya, tetapkan

jadwal rutin untuk kebutuhan defekasi dan

berkemih. Bantu pasien ke kamar mandi

setiap satu atau dua jama sesuai jadwal

yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan.

Pasien akan terbiasa dengan jadwal rutin yang

telah ditetapkan, sehingga mendorong melakukan

defekasi atau berkemih tanpa bantuan

BAB III

ANALISIS FILM BEAUTIFUL MIND

A. Pemeran dan Karakter

Pemeran Utama:

Russell Crowe sebagai John Forbes Nash, Jr.: Pemalu, introvert, penyendiri, rendah diri (merasa

dirinya tidak disukai orang lain), kaku, tidak suka bergaul (tidak menyukai orang lain), penarikan

diri dari lingkungan sosial.

Pemeran Pendukung:

a. Jennifer Connelly sebagai Alicia Nash: Istri Jhon Nash, Sabar, pengertian, baik dan setia.

b. Paul Bettany sebagai Charles Herman: teman khayalan John Nash

c. Ed Harris sebagai William Parcher: Agen Pemerintahan

d. Josh Lucas sebagai Martin Hansen: teman sekampus John Nash

e. Adam Goldberg sebagai Sol: Asistan Lab John

f. Anthony Rapp sebagai Bender: Asisten Lab John

g. Vivien Cardone sebagai Marcee: keponakan Charles Herman (Khayalan)

h. Christopher Plummer sebagai Dr. Rosen: Dokter yang merawat John

B. Sinopsis Film

Film ini bercerita tentang John Nash, seorang matematikawan peraih nobel yang menderita

skizofrenia ditandai dengan gejala – gejala seperti hilangnya kemampuan bersosialisasi, menarik

diri dari pergaulan, delusi (keyakinan yang salah), dan halusinasi.

Page 32: makalah(1)

Film diawali saat John Nash masih menjadi seorang mahasiswa di perguruan tinggi

ternama, Princeton. Di tengah persaingan ketat mendapatkan gelar doktor, Nash mendapat teman

sekamar yang sangat memakluminya, Charles Herman yang memiliki keponakan seorang gadis

cilik Marcee. Nash yang amat terobsesi dengan matematika bahkan menulis berbagai rumus di

kaca jendela kamar dan perpustakaan dan secara tidak sengaja berhasil menemukan konsep teori

keseimbangan yang bertentangan dengan teori bapak ekonomi modern dunia, Adam Smith.

Hidup Nash mulai berubah ketika ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang

dikirim tentara Sovyet. Di sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen rahasia ini, ia

diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi sampai ia

lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.

Alicia Larde, seorang mahasiswinya yang cantik, yang membuatnya sadar bahwa ia juga

membutuhkan cinta. Ketika pasangan ini menikah, Nash justru semakin parah dan merasa terus

berada dalam ancaman bahaya gara-gara pekerjaannya sebagai agen rahasia. Nash semakin hari

semakin terlihat aneh dan ketakutan, sampai akhirnya ketika ia sedang membawakan makalahnya

di sebuah seminar di Harvard, Dr Rosen seorang ahli jiwa menangkap dan membawanya ke

rumah sakit jiwa. Dari situlah terungkap, Nash mengidap paranoid schizophrenia. Beberapa

kejadian yang dialami Nash selama ini hanya khayalan belaka. Tak pernah ada teman sekamar,

Herman dan keponakannya yang menggemaskan, Marcee ataupun Parcher dengan proyek

rahasianya.

Selama Nash berada di rumah sakit ia mendapatkan terapi ECT (Electroshock Therapy)

atau terapi elektrokonvulsif 5 kali seminggu selama 10 minggu. Setelah menjalani perawatan di

rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di rumah dengan Obat Psikoterapetik. Namun,

karena efek yang ditimbukan obat tersebut nash menghentikan pengobatan secara diam – diam.

Hal ini menyebabkan szizofrenia Nash kambuh kembali dan memuncak ketika Nash

diperintahkan untuk membunuh istrinya. Kejadian ini membuat Alicia pergi ketakutan. Namun

akhirnya ada hal penting yang Nash sadari bahwa teman khayalnya tidak pernah tua. Akhirnya

Nash sadar bahwa dia sakit dan berkonsultasi dengan dokter. Jhon Nash memutuskan untuk tidak

melakukan perawatan di rumah sakit. Dia akan berusaha menghadapi penyakitnya sendiri.

Untungnya, Alicia adalah seorang istri setia yang tidak pernah lelah memberi semangat

pada suaminya. Dengan dorongan semangat serta cinta kasih yang tidak pernah habis dari Alicia,

Nash bangkit dan berjuang melawan penyakitnya.

Hingga akhirnya Jhon Nash menerima Nobel di Swedia pada tahun 1994 untuk teori

ekulibriumnya yang banyak berjasa pada teori-teori ekonomi.

Ia menutup penganugerahan tersebut dengan mengatakan: “Aku selalu percaya akan

angka. Dalam persamaan dan logika, yang membawa pada akal sehat. Tapi setelah seumur hidup

mengejar, aku bertanya, apa logika sebenarnya? Siapa yang memutuskan apa yang masuk akal?

Pencarianku membawaku ke alam fisik, metafisik, delusional. Telah kudapatkan penemuan

Page 33: makalah(1)

penting dalam karirku, hidupku. Hanya dipersamaan misterius cinta, alasan logis bisa

ditemukan”.

C. Analisis Psikologi Film

1. PENGKAJIAN

Data Objektive

1. Dr. Rosen menjelaskan bahwa John

memiliki Skizofrenia

2. Dokter mengatakan bahwa John mengalami

halusinasi sejak masuk kuliah. Salah satunya

adalah teman sekamarnya Charles Herman,

William Parcher (agen pemerintah) dan

Marcee (keponakan Charles Herman).

3. Dokter mengatakan bahwa John

menganggap dirinya mata-mata yang

melarikan diri dari Rusia

4. Saat menggendong anaknya tampak wajah

john yang tanpa emosi.

5. Cara John berjabat tangan saat berkenalan

terlihat aneh.

Data Subjektive

1. John mengatakan bahwa dia tidak terlalu

suka orang banyak

William Parcher Marcee dan Charles

Herman

Page 34: makalah(1)

2. John mengatakan kau dia adalah seorang

agen pemerintah (mata-mata)

3. John merasa dikejar – kejar dan dimata –

matai oleh agen rusia

Dari data – data diatas menunjukan berbagai abnormalitas

psikologi yang dialami oleh John Nash diantaranya:

1.Adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.

a. Waham Kejar (delusion of persecution), yaitu

keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu

sedang mengancam atau berencana membahayakan

dirinya, dalam film tersebut yaitu agen pemerintah

dan mata – mata rusia. Waham ini menjadikannya paranoid, yang selalu curiga akan segala

hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan,

diikuti, serta diawasi.

b. Waham Kebesaran (delusion of grandeur), yaitu keyakinan

bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta

menjadi orang penting. John Nash menganggap dirinya adalah

pemecah kode rahasia terbaik dan mata – mata atau agen rahasia.

c. Waham Pengaruh (delusion of influence), adalah

keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba

mengendalikan pikiran dan tindakannya. Adegan yang

menunjukkan waham ini yaitu ketika disuruh

membunuh istrinya, ketika disuruh menunjukkan bahwa

dia jenius, dan ketika diyakinkan bahwa dia tidak berarti

oleh para teman halusinasinya.

2. Adanya halusinasi, yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal

kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan. John Nash mengalami halusinasi bertemu dengan

tiga orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles Herman (teman sekamarnya), William

Parcher (agen pemerintah) dan Marcee (keponakan Charles Herman). Selain itu juga

laboratorium rahasia, dan juga nomer kode yang dipasang pada tangannya.

Page 35: makalah(1)

3. Gejala motorik dapat dilihat dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan gerakan

tangan, jari dan lengan yg aneh. Indikasi ini sangat jelas ketika John Nash berkenalan dengan

teman – temannya dan juga jika dilihat dari cara berjalannya.

4. Adanya gangguan emosi, adegan yang paling jelas yaitu ketika John Nash menggendong

anaknya dengan tanpa emosi sedikitpun.

5. Social withdrawl (penarikan sosial), John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti orang –

orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai

dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.

Page 36: makalah(1)

2. ANALISIS DATA

No Data Objektive Data Subjektive Masalah

1. Dokter mengatakan bahwa

John mengira dirinya sebagai

mata – mata dan dr. Russen

adalah mata-mata Rusia.

John terlihat selalu

waspaspada dan ketakutan

saat istrinya menyalakan

lampu.

John menganggap dirinya adalah

pemecah kode dan agen / mata-

mata pemerintah.

John merasa sedang dikejar-kejar

oleh agen rusia.

Gangguan proses pikir :

waham

2. Dokter mengatakan bahwa

John mempunyai teman

sekamar khayalan

Teman John, Sol melihat John

memanggil seseorang tetapi

tidak ada siapa-siapa

John mengatakan bahwa ia ingin

bertemu dengan william yang

sebenarnya tidak ada

John mengatakan bahwa anaknya

diawasi oleh temannya charles

Halusinasi

3. John memberturkan

kepalanya ke tembok

John mendorong istrinya saat

mengangkat telepon

Teman Khayalan John meminta

John bunuh diri

John merasa teman khayalanya

akan menyakiti strinya

Resiko Perilaku

Kekerasan

4. Saat belajar John berdiri dipaling

belakang

John mengatakan kalau dia

tidak suka keramaian

John juga merasa teman –

temannya tidak menyukainya

Harga Diri Rendah

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berikut ini diagnosa yang muncul dari kasus yang di alami oleh John Nash

a. Gangguan Proses Pikir: Waham

b. Halusinasi

c. Resiko Prilaku Kekerasan

d. Harga Diri Rendah

4. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Terapi Medikasi

Dalam film tersebut John Nash dibawa ke rumah sakit jiwa dan mendapatkan

perawatan ECT (Electroshock Therapy) atau terapi elektrokonvulsif 5 kali seminggu selama

10 minggu. ECT merupakan terapi yang sering digunakan pada tahun 1940 – 1960 sebelum

obat antipsikotik dan anti depresan mudah diperoleh. Aliran listrik yang sangat lemah

Page 37: makalah(1)

dialirkan ke otak melalui kedua pelipis atau pada pelipis yang mengandung belahan otak yang

tidak dominan. Hanya aliran ringan yang dibutuhkan untuk menghasilkan serangan otak yang

diberikan, karena serangan itu sendiri yang bersifat terapis, bukan aliran listriknya. Penenang

otot mencegah terjadinya kekejangan otot tubuh dan kemungkinan luka. Pasien bangun

beberapa menit dan tidak ingat apa-apa tentang pengobatan yang dilakukan. Kerancuan

pikiran dan hilang ingatan tidak terjadi, terutama bila aliran listrik hanya diberikan kepada

belahan otak yang tidak dominant (nondominan hemisphere).Cara kerja terapi ini yaitu

mengalirkan arus listrik berdaya sangat rendah ke otak yang cukup untuk menghasilkan

kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Kejang inilah yang menjadi terapetik bukan arus

listriknya. Sebelum dilakukan ECT pasien disuntikkan insulin sebagai pelemas otot yang akan

mencegah spasme konvulsif otot-otot tubuh dan kemungkinan cedera. Efek samping

penggunaan ECT adalah kelupaan atau gangguan memori. Efek samping ini dapat dihindari

dengan menjaga rendahnya arus listrik yang dialirkan.

Setelah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di

rumah dengan Obat Psikoterapetik. Obat ini harus terus diminum secara teratur oleh penderita

skizofrenia. Meskipun obat ini tidak dapat menyembuhkan skizofrenia, namun obat – obat

antipsikotik akan membantu penderita untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi, serta

memulihkan proses berpikir rasional. Cara kerja obat – obat antipsikotik yaitu menghambat

reseptor dopamin dalam otak. Efek dari pemakaian obat tersebut yaitu : Sulit berkosentrasi,

menghambat proses berpikir, tidak memiliki gairah seksual.

b. Terapi Sosial

Selain terapi biologis, John Nash juga mendapat terapi dari istrinya yaitu berupa

dukungan sosial yang diberikan kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk mulai

berinteraksi sosial (dengan tukang sampah), dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus

berusaha. Terapi Sosial ini sangat membantu penderita skizofrenia dalam menghadapi

peristiwa – peristiwa yang menjadi stressor bagi penderita.

1. Menyuntikan Insulin 2. Melihat Pupil 3. Mengalirkan arus listrik

Istrinya menyarankan John untuk membuang sampah