BAB I
TEORI PSIKOSA
A. Pengertian Psikosa
W.F. Maramis (2005 : 180), menyatakan bahwa psikosis adalah suatu gangguan jiwa
dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality).
Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa hilang kontak dengan
kenyataan yaitu penderita kesulitan membedakan hal nyata dengan yang tidak, umumnya
akan dimulai dengan kesulitan konsentrasi, berbicara tidak jelas dan kesulitan mengingat.
Penderita psikosis akan terlihat jika penderita sudah mengalami delusi, halusinasi dan diikuti
dengan perubahan emosi dan tingkah laku. Penderita gangguan psikosis akan terlihat
menyendiri dengan emosi yang datar tetapi terkadang secara mendadak emosi menjadi sangat
tinggi atau depresi. Pada penderita psikosis juga akan tampak ekspresi emosi yang tinggi dan
akan berhubungan dengan coping mechanism yang terfokus emosi seperti penarikan diri
(Raune, 2004).
Definisi berikutnya tentang psikosis (Medline Plus, 200) rumusannya sebagai berikut:
“Psychosis is a loss of contact with reality, usually including false ideas about what is taking
place or who one is (delusions) and seeing or hearing things that aren't there
(hallucinations)”. Psikosis, menurut Medline Plus adalah kelainan jiwa yang ditandai dengan
hilangnya kontak dengan realitas, biasanya mencakup ide-ide yang salah tentang apa yang
sebenarnya terjadi, delusi, atau melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada
(halusinasi)”.
Maka, dapat disimpulkan psikoa adalah :
1. Psikosis merupakan gangguan jiwa yang berat, atau tepatnya penyakit jiwa,
yang terjadi pada semua aspek kepribadian.
2. Bahwa penderita psikosis tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas.
Penderita hidup dalam dunianya sendiri.
3. Psikosis tidak dirasakan keberadaannya oleh penderita. Penderita tidak
menyadari bahwa dirinya sakit.
4. Usaha menyembuhkan psikosis tidak bisa dilakukan sendiri oleh penderita,
tetapi hanya bisa dilakukan oleh pihak lain.
5. Dalam bahasa sehari-hari, psikosis dikenal dengan istilah gila.
B. Penyebab Psikosa
Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa menurut Santrock (1999) dibedakan atas :
1. Sebab-sebab jasmaniah / biologic
1
a. Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkinterbatas dalam
mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut
sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
b. Jasmaniah
Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan
gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk / endoform
cenderung menderita psikosa manik depresif, sedang yang kurus/ ectoform
cenderung menjadi skizofrenia.
c. Temperamen
Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan
ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa
d. Penyakit dan cedera tubuh
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan
sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian
pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri.
2. Sebab Psikologik
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan
mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia
dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya
gangguan jiwa.
a. Masa bayi
Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 – 3 tahun, dasar
perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan
pada masa ini. Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat/
aman bagi bayi dan dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang
hangat, terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh
tak acuh bahkan menolak dikemudian hari akan berkembang kepribadian
yang bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan.Sebaiknya
dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa aman dan
terlindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan tergesa-gesa
akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.
b. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan
otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan,
akan menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan mengembangkan cara
2
penyesuaian yang salah, dia mungkin menurut, menarik diri atau malah
menentang dan memberontak. Anak yang tidak mendapat kasih sayang
tidak dapat menghayati disiplin tak ada panutan, pertengkaran dan
keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak
aman. hal-hal ini merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan
tingkah laku dan gangguan kepribadian pada anak dikemudian hari.
c. Masa Anak sekolah
Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang
pesat. Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya.
Keluar dari batas-batas keluarga. Kekurangan atau cacat jasmaniah dapat
menimbulkan gangguan penyesuaian diri. Dalam hal ini sikap lingkungan
sangat berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah diri atau sebaliknya
melakukan kompensasi yang positif atau kompensasi negatif. Sekolah
adalah tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan
kemampuan bergaul dan memperluas sosialisasi, menguji kemampuan,
dituntut prestasi, mengekang atau memaksakan kehendaknya meskipun
tak disukai oleh si anak.
d. Masa Remaja
Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahanperubahan yang
penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan
atau kelaki-lakian) Sedang secara kejiwaan, pada masa ini terjadi
pergolakan- pergolakan yang hebat. Pada masa ini, seorang remaja mulai
dewasa mencoba kemampuannya, di suatu pihak ia merasa sudah dewasa
(hak-hak seperti orang dewasa), sedang di lain pihak belum sanggup dan
belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya.
Egosentris bersifat menentang terhadap otoritas, senang berkelompok,
idealis adalah sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang baik
dan penuh pengertian akan sangat membantu proses kematangan
kepribadian di usia remaja.
e. Masa Dewasa muda
Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia
akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia
akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini. Sebaliknya
yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila
mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan
jiwa.
3
f. Masa dewasa tua
Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial
seseorang sudah mantap. Sebagian orang berpendapat perubahan ini
sebagai masalah ringan seperti rendah diri. pesimis. Keluhan psikomatik
sampai berat seperti murung, kesedihan yang mendalam disertai
kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh diri.
g. Masa Tua
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini
Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar,
kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan
rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah
pahaman orang tua terhadap orang di lingkungannya. Perasaan terasing
karena kehilangan teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan
kesulitan emosional yang cukup hebat.
3. Sebab Sosio Kultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun
yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung
menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala.
Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang
misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut.
Beberapa faktor-faktor kebudayaan Menurut Santrock (1999) adalah :
a. Cara-cara membesarkan anak
Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter , hubungan orang tua anak
menjadi kaku dan tidak hangat. Anak - anak setelah dewasa mungkin bersifat
sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut
yang berlebihan.
b. Sistem Nilai
Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang
lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah
kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan di rumah / sekolah dengan
yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari.
c. Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada
Iklan-iklan di radio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan
bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin
jauh dari kenyataan hidup seharihari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang
4
mencoba mengatasinya dengan khayalan atau melakukan sesuatu yang merugikan
masyarakat.
d. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi
Dalam masyarakat modern kebutuhan dan persaingan makin meningkat dan
makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi modern. Memacu
orang untuk bekerja lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin
bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian
pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor
gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan
keluarga sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan
perkembangan kepribadian yang abnormal.
e. Perpindahan kesatuan keluarga
Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya, perubahan-
perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan), sangat cukup mengganggu.
f. Masalah golongan minoritas
Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat
mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk
sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang banyak.
C. Gejala Psikosa
Ada 4 gejala utama psikosis, yaitu : halusinasi, waham (delusi), kekacauan pikiran
atau pikiran terganggu, dan tidak adanya atau kurangnya kesadaran diri atau mawas diri.
1. Halusinasi
Suatu keadaan dimana seseorang merasakan sesuatu lewat panca inderanya
(pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman dan indra pengecap) dimana dalam
kenyataannya hal tersebut tidak ada. Halusinasi bisa berupa halusinasi penglihatan
dimana seseorang melihat suatu warna, bentuk, bayangan manusia atau binatang.
Halusinasi pendengaran dimana seseorang mendengar suara orang (biasanya suara
orang marah, berkata tidak menyenangkan atau menghina). Halusinasi perabaan yang
sering dijumpai adalah keadaan dimana seseorang merasa ada serangga yang
merambat dikulitnya. Halusinasi penciuman dimana seseorang merasa mencium bau
aneh atau tidak sedap. Halusinasi pengecap dimana seseorang mengecap rasa tidak
enak terus menerus dimulutnya.
Tahapan pada halusinasi :
a. Tahap I
1) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
5
2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3) Gerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat
5) Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
b. Tahap II
1) Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
2) Penyempitan kemampuan konsenstrasi
3) Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
c. Tahap III
1) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
daripada menolaknya
2) Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
3) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
4) Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
d. Tahap IV
1) Prilaku menyerang teror seperti panik
2) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
3) Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,
menarik diri atau katatonik
4) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
5) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
2. Waham (delusi)
Suatu keadaan dimana seseorang percaya atau yakin kepada sesuatu yang tidak
masuk akal, sangat aneh, atau jelas jelas salah. Jenis waham yang sering dijumpai
adalah waham kebesaran (grandeur), dimana seseorang merasa menjadi orang penting
atau terkenal (nabi, presiden atau tuhan) dan waham curiga (paranoid), dimana dia
yakin bahwa ada seseorang atau beberapa orang diluar sana yang berusaha
mencelakakan dirinya. Jenis waham yang lain adalah dimana seseorang merasa
bahwa suatu kejadian netral mempunyai arti tersendiri baginya (delusion of
reference). Misalnya dia yakin bahwa berita di TV atau radio membicarakan dirinya
atau berbicara kepadanya, seorang selebriti atau bintang film mengirim pesan khusus
kepadanya. Waham kontrol (delusion of control) dimana seseorang yakin bahwa ada
seseorang (bisa juga suatu benda seperti rumah atau papan iklan) yang memasukan
6
pikiran atau perintah kedalam otaknya atau seseorang (bisa juga CIA atau intel atau
polisi) mencuri pikiran yang ada diotaknya.
3. Kekacauan pikiran
Suatu keadaan dimana seseorang terganggu, bingung atau kacau pikirannya. Hal ini
terlihat Antara lain dalam bentuk:
a. Kata katanya meluncur dengan cepat dan konstan.
b. Isi ucapannya tidak beraturan, meloncat-loncat dari satu topik ke topik
yang lain ditengah kalimat yang belum selesai.
c. Ucapan atau kegiatannya tiba tiba berhenti
4. Tidak adanya kesadaran diri
Penderita gangguan jiwa tidak merasa bahwa ada pikiran atau perilaku yang aneh
pada dirinya. Mereka yakin pada halusinasi maupun waham yang dipunyainya.
Keadaan tersebut menyebabkan mereka tidak mempunyai keinginan untuk berobat
atau meminta pertolongan.
D. Tahapan Psikosa
Gangguan jiwa berat biasanya tidak muncul dengan tiba tiba. Gejalanya sering mulai
muncul diusia 15-16 tahun dan mencapai fase akut (krisis) beberapa tahun kemudian. Gejala
awal tersebut bisa berlangsung selama beberapa bulan hingga beberapa tahun sebelum
menjadi psikosis secara penuh.
Pada fase awal atau dikenal sebagai fase prodromal, beberapa gejala yang biasa
dijumpai adalah:
a. Mulai menarik diri dari pergaulan sosial
b. Kurang mampu berkonsentrasi atau menaruh perhatian pada sesuatu hal tertentu.
c. Perasaan sedih yang tidak jelas penyebabnya.
d. Cemas atau curiga kepada orang lain
e. Mulai membolos sekolah atau kerja
f. Tidak ingin tubuhnya disentuh oleh seseorang
g. Merasa lelah
h. Gangguan tidur
i. Sangat mudah terganggu oleh cahaya, kebisingan, warna atau tekstur benda.
Menurut berbagai penilitian, bila seseorang dalam fase prodromal bisa dikenali dan
ditangani, maka proses berkembangnya penyakit bisa dihentikan. Hanya, hingga sekarang,
para ahli masih berbeda pendapat dalam hal apakah anak dengan gejala psikosis dalam fase
prodromal perlu diberi obat atau cukup dengan terapi atau intervensi psikososial. Keduanya
mempunyai sisi positif dan negatifnya masing masing. Ahli yang tidak mendukung pemberian
7
obat berpendapat bahwa obat anti gangguan jiwa biasanya sangat kuat dan dapat
menimbulkan efek samping dan ketergantungan. Mereka berpendapat bahwa sebaiknya
pemberian obat ditunda hingga gejalanya lebih jelas. Sedangkan ahli yang berpendapat bahwa
sebaiknya anak dalam fase prodromal diberi obat berpendapat bahwa obat akan dapat
menghentikan perkembangan penyakitnya.
Bila pada fase prodromal tidak ada penanganan (misalnya melalui terapi psikososial),
maka penyakitnya akan berkembang hingga mencapai fase akut. Pada fase akut, maka
berbagai gejala psikosis seperti halusinasi, waham dan gangguan berpikir akan muncul.
Setelah melalui fase akut, penderita gangguan jiwa akan memasuki fase pemulihan atau
recovery. Dalam fase ini, kondisi gejala gangguan jiwa sudah terkendali. Fase pemulihan
adalah suatu proses atau perjalanan yang berlangsung seumur hidup. Bila tidak dijaga dan
ditingkatkan kondisi kesehatan jiwanya, penderita gangguan jiwa yang berada dalam fase
pemulihan bisa kembali jatuh kedalam fase akut. Keadaan ini tidak berbeda dengan keadaan
seseorang yang menderita penyakit darah tinggi (hipertensi) atau penyakit gula (diabetes).
Meskipun sudah pulih dan terkendali, bila tidak mau minum obat atau mengendalikan pola
makannya, penderita diabetes atau hipertensi bisa kembali jatuh sakit.
Dalam fase pemulihan, penderita gangguan jiwa perlu tetap menjaga agar tidak
kembali kambuh, antara lain dengan menghindari rangsangan yang mengganggu, yang sering
berbeda antara satu orang dengan lainnya. Penderita juga perlu terus meningkatkan daya
tahan kejiwaannya dan meningkatkan kemampuan berpikirnya, kemampuan bergaul, dan
kemampuan bekerja. Prof. Elyn Sack yang menderita skizofrenia, menjaga dirinya dengan
membuat rumahnya sederhana (tidak ada TV), mengurangi bepergian jauh, membangun
jaringan pertemanan dan tetap minum obat.
E. Jenis Psikosa
Secara umum, psikosis dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan faktor penyebabnya,
yaitu psikosis organik, yang disebabkan oleh faktor oganik dan psikosis fungsional, yang
terjadi karena faktor kejiwaan.
1. Psikosis organic
Psikosis organik adalah penyakit jiwa yang disebabkan oleh faktorfaktor fisik
atau organik, yaitu pada fungsi jaringan otak, sehingga penderita mengalamai
inkompeten secara sosial, tidak mampu bertanggung jawab, dan gagal dalam
menyesuaikan diri terhadap realitas. Psikosis organis dibedakan menjadi beberapa
jenis dengan sebutan atau nama mengacu pada faktor penyabab terjadinya. Jenis
psikosis yang tergolong psikosis organik adalah sebagai berikut.
8
a. Alcoholic psychosis, terjadi karena fungsi jaringan otak terganggu atau rusak
akibat terlalu banyak minum minuman keras.
b. Drug psychose atau psikosis akibat obat-obat terlarang (mariyuana, LSD,
kokain, sabu-sabu, dst.).
c. Traumatic psychosis, yaitu psikosis yang terjadi akibat luka atau trauma pada
kepala karena kena pukul, tertembak, kecelakaan, dst.
d. Dementia paralytica, yaitu psikosis yang terjadi akibat infeksi syphilis yang
kemudian menyebabkan kerusakan sel-sel otak.
2. Psikosis fungsional
Psikosis fungsional merupakan penyakit jiwa secara fungsional yang bersifat
nonorganik, yang ditandai dengan disintegrasi kepribadian dan ketidak mampuan
dalam melakukan penyesuaian sosial. Psikosis jenis inidibedakan menjadi beberapa
yaitu : schizophrenia, psikosis maniadepresif, dan psiukosis paranoid (Kartini
Kartono, 1993 : 106).
a. Schizoprenia
Schizophrenia adalah kepribadian yang terbelah (split of personality). Sebutan
ini diberikan berdasarkan gejala yang paling menonjol dari penyakit ini, yaitu
adanya jiwa yang terpecah belah. Antara pikiran, perasaan, dan perbuatan
terjadi disharmoni. Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan dan kondisi medis
yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal
kognitif, emosional dan tingkah laku. Skizofrenia adalah gangguan jiwa
psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons
emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali
diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa
ada rangsang pancaindra).
1) Penyebab
Pengaruh Neurobiologis. Ada beberapa teori tentang pengaruh
neurogiologis yang menyebabkan Skizorenia. Salah satunya adalah
ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam
otak. Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin
atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang
menyebabkan permasalahan pada zalir serebrospinal.
2) Teori tentang penyebab skizofrenia
a) Diatesis-Stres Modela
Teori ini menggabunggaka antara teori biologis psikososial,
dan lingkungan yang secara khusus mempengaruhi diri
9
seseorang sehingga dapat menyebabkan berkembangnya
gejala skizofrenia. Dimana ketiga faktor tersebut saling
berpengaruh secara dinamis. (kaplan & sadock, 2004)
b) Faktor biologis
Dari biologis terkenal hipotesis dopamin yang menyatakan
bahwa skizofrenia disbabkan oleh aktifitas dopaminergik
yang berlebihan di bagian kortikal otak, dan berkaitan
dengan gejala positif dari skizofrenia. Penelitian terbaru juga
menunjuknan pentingnya neurotransmiter lain termasuk
seretonin, neuropinefrin, glutamat dan GABA. Selain
perubahan yang sifatnya neurokimiawi, penelitian
menggunakan CT-Scan ternyata ditemukan perubahan
anatomi otak seperti pelebaran lateral ventrikel, atropi
korteks atau atropi otak kecil (cerebelum) terutama pada
penderita koronis skizofrenia (kaplan & sadock, 2004)
c) Genetika
Faktor genetika dibuktikan dengan sangat meyakinkan.
Resiko masyarakat umum 1% pada orang tua resiko 5% pada
saudara kandung 8% dan pada anak 12% apabila salah satu
orang tua menderita skizofrenia, walaupun anak telah
dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang
tua skizofrenia 40%. Pada kembar monozigot 47% sedangkan
untuk kembar dizigot 12% (kaplan & sadock , 2004)
d) Faktor Psikososial
1. Teori perkembangan
Bahwa kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih
sayang di tahun-tahun awal kehidupan berperan dalam
menyababkan kurangnya identitas diri, salah interprestasi
terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan sosial
pada penderita skizofrenia (sirait, 2008)
2. Teori belajar
3. Teori keluarga
3) Tipe – tipe Skizofrenia
Berdasarkan definisi dan kriteria diagnostik, skizofrenia di
kelompokan menjadi beberapa tipe :
a) Skizofrenia paranoid
10
Yaitu penderitanya mengalami bayangan dan khayalan
tentang penganiayaan dan kontrol dari orang lain dan juga
kesombongan yang berdasarkan kepercayaan bahwa
penderitanya itu lebih mampu dan lebih hebat dari orang lain
b) Skizofrenia terdisorganisasi
c) Skizofrenia katatonik
Jenis skizofrenia yang ditandai dengan berbagai gangguan
motorik, termasuk kegembiraan ekstrim dan pingsan. Orang
yang menderita bentuk skizofrenia ini akan menampilkan
gejala negatif: postur katatonik dan fleksibilitas seperti lilin
yang bisa di pertahankan dalam kurun waktu yang panjang
d) Skizofrenia tidak tergolongkan
e) Skizofrenia residua
Skizofrenia residual akan di diagnosis ketika setidaknya
epsiode dari salah satu dari empat jenis skizofrenia yang
lainnya telah terjadi. Tetapi skizofrenia ini tidak mempunyai
satu pun gejala positif yang menonjol.
4) Manisfestasi
a) Gejala-gejala schizophrenia (Singgih Dirgagunarsa, 1998 :
141-142)
a) Kontak dengan realitas tidak ada lagi, penderita lebih
banyak hidup dalam dunia khayal sendiri, dan berbicara
serta bertingkah laku sesuai dengan khayalannya,
sehingga tidak sesuai dengan kenyataan.
b) Karena tidak ada kontak dengan realitas, maka logikanya
tidak berfungsi sehingga isi pembeicaraan penderita
sukar untuk diikuti karena meloncat-loncat (inkoheren)
dan seringkali muncul kata-kata aneh yang hanya dapat
dimengerti oleh penderita sendiri.
c) Pikiran, ucapan, dan perbuatannya tidak sejalan, ketiga
aspek kejiwaan ini pada penderita schizophrenia dapat
berjalan sendiri-sendiri, sehingga ia dapat menceritakan
kejadian yang menyedihkan sambil tertawa.\
d) Sehubungan dengan pikiran yang sangat berorientasi
pada khayalannya sendiri, timbul delusi ata waham pada
11
penderita schizophrenia (bisa waham kejaran dan
kebesaran).
e) Halusinasi sering dialami pula oleh penderita
schizophrenia.
b) Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi
dua kelas :
1. Gejala-gejala positif termasuk halusinasi, delusi,
gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut
positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat
diamati oleh orang lain.
2. Gejala-gejala negatif. Gejala-gejala yang dimaksud
disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri
khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang
atau tidak mampu menampakkan /mengekspresikan
emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan
untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-
kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan
bicara (alogia).
b. Psikosis mania-depresif
Psikosis mania-depresif merupakan kekalutan mental yang berat, yang
berbentuk gangguan emosi yang ekstrim, yaitu berubah-ubahnya
kegembiraan yang berlebihan (mania) menjadi kesedihan yang sangat
mendalam (depresi) dan sebaliknya dan seterusnya.
1) Gejala-gejala psikosis mania-depresif
a) Gejala-gejala mania antara lain:
1. euphoria (kegembiraan secara berlebihan
2. waham kebesaran
3. hiperaktivitas
4. pikiran melayang.
b) Gejala-gejala depresif antara lain :
1. Kecemasan
2. Pesimis
3. Hipoaktivitas
4. Insomnia
5. anorexia.
2) Faktor penyebab psikosis mania-depresif
12
Psikosis mania-depresif disebabkan oleh faktor yang
berhubungan dengandua gejala utama penyakit ini, yaitu mania dan
depresi. Aspek mania terjadi akibat dari usaha untuk melupakan
kesedihan dan kekecewaan hidup dalam bentuk aktivitas-aktivitas
yang sangat berlebihan. Sedangkan aspek depresinya terjadi karena
adanya penyesalan yang berlebihan.
F. Penatalaksanaan Psikosa
1. Terapi psikofarmaka
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada
Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan
perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf
kualitas hidup klien (Hawari, 2001). Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa
golongan, diantaranya : antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas,
antiinsomnia, anti-panik, dan anti obsesif-kompulsif. Pembagian lainny adari obat
psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika
(Hawari, 2001).
a. Antipsikotik
1) Derivate fenotiazin
Contohnya adalah Kloropromazin.
Indikasi utama fenotiazin adalah skizofrenia gangguan
psikosis yang tersering ditemukan. Gejala psikotik yang dipengaruhi
secara baik oleh fenotiazin dan antipsikosis lain ialah ketegangan,
hiperaktivitas, combativeness, hostility, halusinasi, delusi akut, susah
tidur, anoreksia, perhatian diri yang buruk, negativism, dan kadang-
kadang mengatasi sifat menarik diri. Pengaruhnya terhadap insight,
judgement, daya ingat dan orientasi kurang. Pemebreian antipsikotik
sangat memudahkan perawatan pasien. Walaupun antipsikosi angat
bermanfaat untuk mengatasi gekala psikosis akut, namun pengunaan
antipsikosis saja tidak mencukupi untuk merawat pasien psikotik.
Perawatan, perlindungan, dan dukungan mental spiritual terhadap
pasien sangatlah penting.
Batas keamanan CPZ cukup lebar sehingga obat ini cukup
aman. Efek samping umumnya merupakan efek perluasan
farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul berupa
ikterus, dermatitis dan leucopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia
13
dalam darah perifer. Pada dosis berlebihan, semua derivate
fenotiazin dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal serupa dengan
yang terlihat pada parkinsonisme. Dikenal 6 gejala sindrom
neurologic yang karakteristik dari obat ini. Empat diantaranya biasa
terjadi sewaktu obat diminum, yaitu distonia akut, akatisia,
parkinsonisme dan sindrom neuroleptik malignant yang terakhir
jarang terjadi. Dua sindrom yang terjadi setelah pengobatan
berbulan-bulan sampai bertahun-bertahun berupa tremor perioral
(jarang) dan diskinesia Tardif. Hipotensi ortostatik sering terlihat
pada penderita dengan system vasomotor yang labil. Takar lajak
tioridazin (lebih dari 300 mg)menyebabkan aritmia ventricular dan
blok jantung. Karena efek terhadap jantung mungkin aditif dengan
antitioridazin dan pimozoid dapat menyebabkan kelainan EKG mirip
hipokalemia. Efek samping hipotermia dapat digunakan pada terapi
hibernasi. Efek antikolinergik berupa takikardia, mulut dan
tenggorok kering sering terjadi pada pemberian fenotiazin. Perlu
digunakan berhati-hati pada penderita glaucoma dan hipertrofi
prostat,
2) Butirofenon
Indikasi utama haloperidol ialah untuk psikosis. Butirofenon
merupakan obat pilihan untuk mengobati sindrom Gilles de la
Tourette, suatu kelainan neurologic yang aneh yang ditandai dengan
kejang otot hebat, menyeringai (grimacing) dan explosive utterances
of foul expletives (coprolalia, mengeluarkan kata-kata jorok).
Efek samping terjadi karena haloperidol menimbulkan reaksi
ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi terutama pada penderita
usia muda. Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai dengan
hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reversi keadaan mania atau
sebagai efek samping yang sebenarnya. Perubahan hematologic
ringan dan selintas dapat terjadi tetapi hanya agranulositosis sering
dilaporkan. Frekuensi kejadian ikterus akibat haloperidol rendah.
Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai
terdapat bukti bahwa obat ini tidak menimbulkan efek teratogenik.
b. Obat antipsikotik atipikal
Obat-obatan jenis ini disebut atipikal karena obat ini berhubungan dngan
insidensi gangguan pergerakan yang lebih rendah dan ditoleransi lebih baik
14
daripada antipsikosis lainnya. Mekanisme kerja secara umum obat ini adalah
dengan menghambat reseptor diopamin D2 dan reseptor serotonin 5HT2.
Contoh obat golongan ini diantaranya klozapin, Olanzapine (Zyprexa),
Risperidone (Risperdal), Quetiapine (Seroquel), dsb.
c. Antidepresan dan antimania
Contoh obat golongan ini adalah
1) Andep, diproduksi oleh; Medikon prima, komposisi: Fluoksetin
hidroklorida 20 mg, fungsinya untuk pengobatan depresi , terutama
kategori gangguan depresi mayor. Efek samping: gangguan syaraf ,
gangguan saluran cerna.
2) Antipres: komposisi: sertalin 50 mg, fungsinya untuk pengobatan
gejala depsresi dengan atau tanpa riwayat mania. Efek samping: mual,
diare, gangguan fungsi seks pria, tremor
3) Caurage diproduksi oleh Soho, komposisi: Fluoksetin 20 mg,
pengobatan Depresi, efek samping: Anoreksia, mual, muntah, dyspepsia,
mulut kering , diare.
d. Antiansietas dan antiinsomnia
Contoh obat golongan ini adalah sebagai berikut.
a. Alganak diproduksi oleh Guardian Pharmatama, komposisi: Alpazolam,
Fungsi berhubungan; Ansietas yang berhubungan dengan depresi ,
gangguan panik dengan atau tanpa agoraphobia
b. ALVIZ, diproduksi oleh Pharos Altana Pharma, komposisi: Alprazolam,
Fungsi pengobatan jangka pendek ansietas sedang sampai berat dan
ansietas yang berhubungan dengan depresi
c. ASABIUM, diproduksi oleh Otto, komposisi: klobazam 10 mg, Fungsi
obat untuk Mengatasi keadaan yang berhubungan dengan
ansietas,ketegangan,gangguan tidur di sebabkan kelainan mental dan
emosional.
2. Terapi somatic
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat gangguan jiwa
sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh lain. Salah satu bentuk
terapi ini adalah Electro Convulsive
Jenis terapi :
a. Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik
dimana arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada
pelipis. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya
15
diharapkan efek yang terapeutik tercapai. Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak
diketahui, tetapi diperkirakan bahwa ECT menghasilkan perubahan-perubahan
biokimia di dalam otak (Peningkatan kadar norepinefrin dan serotinin) mirip
dengan obat anti depresan. (Townsend alih bahasa Daulima,2006).
b. Terapi Modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang
bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan
perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yangn adaptif.
Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
1) Terapi Individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan
pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan
seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara
perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang
dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi,
dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui
hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan di awal hubungan. Hubungan terstruktur
dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan
konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu
meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan
cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
2) Terapi Lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menatalingkungan agar
terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive
menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan
rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi
kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan
memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
3) Terapi Kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap
yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang
diterapkan adalah membantu mempertimbangkan stressor dan
kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan
keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan
perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir
yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah
dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus asuhan
adalah membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini,
16
harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun
perubahan kognitif.
4) Terapi Keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi
keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya.
Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang
mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang
dituntut oleh anggotanya. Dalam terapi keluarga semua masalah
keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-
masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut
digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota
keluarga mawas diri apa masalah yang terjadi di keluarga, apa
kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk
kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga
dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang
seharusnya.
5) Terapi Kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yangdibentuk
dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media
kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan
sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan
kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan
mengubah perilaku maladaptive. Terapi Perilaku Anggapan dasar dari
terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses
pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang
digunakan dalam terapi jenis ini adalah: Role model, Kondisioning
operan, Desensitisasi sistematis, Pengendalian diri dan Terapi aversi
atau rileks kondisi.
6) Terapi Bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-
anak akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari
pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat
mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa
diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah
anak tersebut.
17
BAB II
PENGKAJIAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PSIKOSA
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan wawancara dan observasi kepada klien dan keluarga
yang menjenguknya. Pengkajian harus diawali dengan membangun trust antara perawat –
klien. Pengkajian pertama kali dilakukan secara lengkap guna menggali informasi yang
dibutuhkan untuk terapi mengumpulkan data sesuai dengan yang diperlukan kemudian data
tersebut di kelompokan, dianalisis. Beberapa hal yang dapat dikaji dari klien :
1. Identitas
Klien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Agama
Suku / Bangsa
Alamat
Status Perkawinan
Diagnosa Medis
Tgl.Masuk Rumah Sakit
Tgl Dikaji
Penanggung jawab
Nama
Umur
Pekerjaan
Hubungan dgn Klien
Alamat
2. Alasan Masuk
Meliputi penyebab klien masuk rumah sakit dan usaha yang sudah dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut dan hasilnya.
3. Faktor Prediposisi
Meliputi :
a. Riwayat penyakit masa lalu dan hasil pengobatan sebelumnya.
b. Riwayat penyakit keluarga.
c. Riwayat trauma yang pernah dialami
d. Masalah keperawatan yang muncul
4. Faktor Fisik
a. Tanda-tanda Vital
b. Ukur
c. Sistematik
18
1) Sistem pernafasan
2) Sistem Kardiovaskuler
3) Sistem Pencernaan
4) Sistem musculoskeletal.
5) Sistem Integrumen
6) Sistem Endokrin
7) Sistem perkemihan
8) Sistem Persyarafan
Kesadaran
Fungsi Nervus Kranial
d. Masalah keperawatan yang muncul
5. Faktor Psikososial
a. Genogram
1) Menggambarkan hubungan klien dengan keluarga minimal 3 generasi ke
atasnya
2) Masalah keperawatan yang muncul
b. Konsep diri
1) Citra tubuh/ gambaran diri
2) Identitas diri
3) Peran diri
4) Ideal diri
5) Harga diri
6) Masalah Keperawatan yang muncul
c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti dalam hidup klien.
2) Kelompok yang berarti dalam masyarakat.
3) Keterlibatan klien dalam kelompok tersebut.
4) Masalah keperawatan yang muncul.
d. Spiritual
1) Nilai keyakinan
2) Kegiatan Beribadah
3) Masalah Keperawatan yang muncul
6. Status Mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
e. Efektif
19
f. Interaksi selama
wawancara
g. Persepsi
h. Proses piker
i. Isi piker
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
l. Masalah keperawatan
yang muncul
7. Kebutuhan persiapan pulang
20
a. Makan
b. BAB / BAK
c. Berpakaian
d. Mandi
e. Istirahat tidur
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
h. Kegiatan di dalam rumah
i. Masalah keperawatan
8. Aspek Medis
a. Diagnosa Medis
b. Terapi
9. Daftar Masalah keperawatan
Menulis data pendukung dan masalah yang muncul kemudian membuat pohon
masalah dari data tersebut
10. Diagnosis Keperawatan
Dari hasil analisis pengkajian, dapat dibuat diagnosis guna kesembuhan klien.
B. Perencanaan
Pada tahap ini perawat menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan
permasalahan yang ada dan sesuai dengan keadaan klien saat itu. Dalam tahap perencanaan
ini perawat dapat membaca sumber/literature yang memuat rencana tindakan keperawatan
jiwa dengan standar Asuhan Keperawatan secara nasional maupun Asuhan Keperawatan
lingkup Rumah Sakit / instansi setempat.
C. Implementasi
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, tidak lepas dari rencana yang telah
disusun, yang sebelumnya ditelaah terlebih dahulu tentang kesesuaian dengan kebutuhan
klien saat akan dilakukan tindakan.
D. Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan, sesuai dengan tinjauan teori yang ada, perawat
melakukan evaluasi/ penilaian terhadap setiap tindakan yang telah dilakukan. Yang
didokumentasikan pada catatan keperawatan dengan melakukan evaluasi terhadap tujuan
yang telah ditetapkan dalam perencanaan baik itu tujuan khusus maupun tujuan umum
dimana setelah dievaluasi semua diagnosis teratasi.
E. Asuhan Keperawatan Klien dengan Psikosa
1. Resiko tinggi terhadap kekerasan (diarahkan pada diri sendiri atau orang lain)
berhubungan dengan:
a. Kurang rasa percaya: Kecurigaan terhadap orang lain
b. Panik
c. Instruksi dari halusinasi
d. Pikiran delusional
e. Tindakan agersif: Tujuan merusak secara langsung benda-benda yang berada
dalam lingkungan sekitarnya
f. Perilaku merusak diri atau aktif; tindakan bunuh diri yang agresif
g. Perkataan yang mengancam bermusuhan; tindakan menyombongkan diri untuk
menyiksa orang lain secara psikologis
h. Peningkatan aktifitas motorik, langkah kaki, rangsangan, mudah tersinggung,
kegelisahan.
i. Mempersepsikan lingkungan sebagai suatu ancaman
j. Menerima “suruhan” melalui pendengaran atau penglihatan sebagai ancaman.
Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada
seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau
gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai: berteriak, menjerit, memukul
diri sendiri/orang lain.
Ekspresi marah saat membicarakan
orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang barang
No Intervensi Rasional
1. Pertahankan agar lingkungan pasien
pada tingkat stimulus yang
rendah,sedikit orang,dekorasi yang
sederhana,tingkat kebisingan rendah
Tingkat ansietas akan meningkat dalam
lingkungan yang penuh stimulus. Individu-
individu yang ada mungkin dirasakan
sebagai suatu ancaman karena
mencurigakan, sehingga akhirnya membuat
pasien agitasi
2. Observasi secara ketat perilaku pasien
(setiap 15 menit). Kerjakan hal ini
sebagai suatu kegiatan yang rutin
untuk menghindari timbulnya
kecurigaan dalam diri pasien.
Observasi ketat merupakan hal yang
penting, karena dengan demikian intervensi
yang tepat dapat diberikan segera dan untuk
selalu memastikan bahwa pasien dalam
keadaan aman
3. Singkirkan semua benda-benda yang
dapat membahayakan dari lingkungan
sekitar pasien
Jika pasien berada dalam keadaan gelisah,
bingung, pasien tidak akan menggunakan
benda-benda tersebut untuk membahayakan
diri sendiri maupun orang lain
4. Coba salurkan perilaku merusak diri ke
kegiatan fisik untuk menurunkan
ansietas pasien (mis. memukuli karung
pasir)
Latihan fisik adalah suatu cara yang aman
dan efektif untuk menghilangkan
ketegangan yang terpendam
5. Staf harus mempertahankan dan
menampilkan perilaku yang tenang
terhadap pasien
Ansietas menular dan dapat ditransfer dari
perawat kepada pasien
6. Berikan obat-obatan sesuai program
terapi pengobatan. Pantau keefektifan
obat-obatan dan efek sampingnya.
Cara mencapai “batasan alternative yang
paling sedikit” harus diseleksi ketika
merencanakan intervensi untuk psikiatri
2. Isolasi sosial berhubungan dengan:
a. Kurangnya rasa percaya diri kepada orang lain
b. Panik
c. Waham
d. Sukar berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau
e. Perkembangan ego yang lemah
Batasan Karakteristik:
a. Menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi , menarik diri, tidak melakukan kontak mata (mutisme,
autisme)
c. Sedih, afek datar
d. Mengekspresikan perasaan penolakan atau esepian kepada orang lain
Data Subyektif
Sukar didapat jika klien
menolak komunikasi, kadang
hanya dijawab dengan singkat
”tidak”, ”ya”.
Data Obyektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul,
menyendiri/menghindari orang lain, berdiam diri di kamar,
komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam), kontak
mata kurang, menolak berhubungan dengan orang lain,
perawatan diri kurang, posisi tidur seperti janin (menekur)
.
No. Intervensi Rasional
1. Perlihatkan sikap menerima dengan
cara melakukan kontak yang sering
tapi singkat
Sikap menerima dari oran lain akan
meningkatkan harga diri pasien dan
memfasilitasi rasa percaya kepada orang
lain
2. Perlihatkan penguatan positif kepada
orang lain.
Membuat pasien merasa menjadi
seseorang yang berguna
3. Temani pasien untuk memperlihatkan
dukungan selama aktivitas kelompok
yang mungkin merupakan hal yang
menakutkan atau sukar untuk pasien
Kehadiran seseorang yang dipercaya akan
memberikan rasa aman kepada pasien.
4. Jujur dan menepati semua janji Kejujuran dan rasa membutuhkan
menimbulkan suatu hubungan saling
percaya
5. Berhati-hatilah dengan dengan
sentuhan. Biarkan pasien mendapatkan
ruangan ekstra dan kesempatan untuk
keluar ruangan jika pasien menjadi
begitu ansietas.
Pasien yang curiga dapat saja menerima
sentuhan sebagai suatu bahasa tubuh yang
meninsyaratkan ancaman
6. Berikan obat-obatan penenang sesuai
program pengobatan pasien. Pantau
keefektifan dan efek samping obat.
Obat-obatan anti psikosis menolong untuk
menurunkan gejala psikos pada seseorang,
dengan demikian mudah berinterkasi
dengan orang lain.
7. Berikan penngakuan dan penghargaan
tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi
dengan oran lain.
Penguatan akan meningkatkan harga diri
pasien.
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan :
a. Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain
b. Panik
c. Kesensitifan (kerentanan) seseorang
d. Rendah diri
e. Menekan rasa takut
f. Sistem pendukung tidak adekuat
g. Ego kurang berkembang
h. Disfungsi sistem keluarga
Batasan Karakteristik :
a. Kelainan dalam partisipasi social
b. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
c. Penggunaan mekanisme pertahanan diri tidak sesuai
No. Intervensi Rasional
1. Dorong perawat yang sama untuk
bekerjasama dengan pasien sebanyak
mungkin.
Mempermudah perkembangan hubungans aling
percaya
2. Hindari kontak fisik Pasien yang curiga mungkin mengartikan sentuhan
sebagai bahasa tubuh yang mengisyaratkan
ancaman.
3. Hindari tertawa, berbisik-bisik, atau
bicara pelan-pelan didekat pasien
sehingga pasien dapat melihat hal
tersebut namun tak dapat mendengar apa
yang dibicarakan
Pasien curiga seringkali yakin bahwa orang lain
sedang membicarakan dirinya, dan sikap yang
serba rahasia akan mendukung munculnya rasa
curiga.
4. Jujur dan menepati semua janji Kejujuran dan rasa membutuhkan menimbulkan
suatu hubungan saling percaya
5. Kemungkinan besar dibutuhkan
pendekatan yang kreatif untuk
mendukung masukan makanan
Pasien curiga sering yakin bahwa mereka akan
diracuni sehingga pasie menolak untuk makan
makanan yang disiapkan oleh seseorang dalam
piringnya.
6. Periksa mulut pasien setelah minum obat Meyakinkan bahwa pasien telah menelan obatnya
dan tidak mencoba menyembunyikan obat tersebut
7. Jangan berikan kegiatan yang bersifat
kompetitif. Kegiatan yang mendukung
adanya hubungan interpersonal dengan
perawat atau terapis adalah kegiatan yang
terbaik
Kegiatan kompetitif merupakan kegiatan yang
sangat mengancam pasien-pasien curiga
8. Motivasi pasien untuk mengatakan
perasaan yang sebenernya. Perawat harus
menghindari sikap penolakan terhadap
perasaan marah yang ditunjukkan pasien
langsung kepada diri perawat
Mengungkapkan perasaan secara verbal dalam
suatu lingkungan yang tidak mengancam mungkin
akan menolong pasien untuk sampai kepada saat
tertentu dimana pasien dapat mencurahkan
perasaan yang telah lama terpendam
9. Sikap asertif, sesuai kenyataan,
pendekatan yang bersahabat akan
menjadi hal yang tidak mengancam
Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk
berhubungan dengan sikap atau ceria sekali
pasien yang curiga
4. Perubahan persepsi sensori: Pendengaran/penglihatan berhubungan dengan :
a. Panik
b. Menarik diri
c. Stress berat, mengancam ego yang lemah
Batasan Karakteristik:
a. Berbicara dan tertawa sendiri
b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu (memiringkan kepala ke satu sisi
seperti jika seseorang sedang mendengarkan sesuatu)
c. Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d. Disorientasi
e. Konsentrasi rendah
f. Pikiran cepat berubah-ubah
g. Kekacauan pikiran
h. Respon yang tidak sesuai
Data Subjektif
Klien mengatakan mendengar bunyi yang
tidak berhubungan dengan stimulus nyata
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa
ada stimulus yang nyata
Klien mengatakan mencium bau tanpa
stimulus
Klien merasa makan sesuatu
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang
dilihat dan didengar
Klien ingin memukul/melempar barang-
barang
Data Objektif
Klien berbicar dan tertawa sendiri
Klien bersikap seperti mendengar/melihat
sesuatu
Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu
Disorientasi
No. Intervensi Rasional
1. Observasi pasien dari tanda-tanda
halusinasi (sikap seperti mendengarkan
sesuatu, berbicara atau tertawa sendiri,
terdiam ditengah-tengah pembicaraan)
Intervensi awal akan mencegah respon agresif yang
diperintah dari halusinasinya
2. Hindari menyentuh pasien sebelum Pasien dapat saja mengartikan sentuhan sebagai suatu
mengisyaratkan kepadanya bahwa kita
juga tidak apa-apa diperlakukan seperti itu
ancaman dan berespon dengan cara yang agresif.
3. Sikap menerima akan mendorong pasien
untuk menceritakan isi halusinasinya
dengan perawat
Penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya
cedera terhadap pasien atau orang lain karena adanya
perintah dari halusinasi
4. Jangan dukung halusinasi. Gunakan kat-
kata “suara tersebut” daripada kata-kata
“mereka” yang secara tidak langsung akan
memvalidasi hal tersebut.
Biarkan pasien tahu bahwa perawat tidak
sedang membagikan persepsi.
Katakan “meskipun saya menyadari
bahwa suara-suara tersebut tidak nyata
untuk anda, saya sendiri tidak
mendengarkan suara-suara yang berbicara
apapun”
Perawat harus jujur kepada pasien sehingga pasien
menyadari bahwa halusinasi tersebut tidak nyata.
5. Coba untuk mengalihkan pasien dari
halusinasinya.
Keterlibatan pasien dalam kegiatan-kegiatan
interpersonal dan jelaskan tentang situasi kegiatan
tersebut, hal ini akan menolong pasien untuk kembali
kepada realita
5. Perubahan proses pikir berhubungan dengan :
a. Ketidakmampuan mempercayai orang lain
b. Panik
c. Menekan rasa takut
d. Stres yang cukup berat
e. Kemungkinan faktor herediter
Batasan Karakteristik :
a. Waham (ide-ide yang salah)
b. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
c. Kewaspadaan yang berlebihan
d. Ketidaktepatan interpretasi lingkungan
e. Kelainan kemampuan mengambil/membuat keputusan, menyelesaikan masalah,
alasan, pemikiran abstrak atau konseptualisasi, berhitung
f. Perilaku sosial yang tidak sesuai (merefleksikan ketidaktepatan pemikiran)
No. Intervensi Rasional
1. Sementara itu biarkan pasien tahu
bahwa anda tidak menunjukkan bahwa
anda menerima keyakinan pasien yang
mendukung keyakinan tersebut.
Penting untuk dikomunikasikan kepada pasien
bahwa anda tidak menerima delusi sebagai suatu
realita
2. Jangan menambah atau menyangkal
keyakinan pasien. Gunakan teknik
keraguan yang beralasan sebagai teknik
terapeutik “saya suka untuk
mempercayai hal tersebut”
Membantah pasien atau menyangkal
keyakinannya tidak akan bermanfaat apa-apa;
ide-ide waham tidak dapat dikurangi dengan
pendekatan ini, dan mungkin akan menghalangi
perkembangan hubungan saling percaya
3. Bantu pasien untuk mencoba
menghubungkan keyakinan-keyakinan
yang salah tersebut dengan peningkatan
ansietas yang dirasakan oleh pasien.
Diskusikan teknik-teknik yang dapat
digunakan untuk mengontrol ansietas
(misalnya latihan nafas dalam, latihan-
latihan relaksasi yang lain)
Jika pasien dapat belajar untuk menghentikan
ansietas yang meningkat, pikiran wahamnya
mungkin dapat dicegah
4. Fokus dan kuatkankan pada realita.
Kurangi lamanya ingatan tentang
pikiran irasional. Bicara tentang
kejadian-kejadian dan orang yang nyata.
Diskusi yang berfokus pada ide-ide yang salah
tidak akan berguna dan mencapai tujuan, dan
mungkin membuat psikosisnya menjadi lebih
buruk
5. Bantu dan dukung pasien dalam
usahanya untuk mengungkapkan secara
verbal perasaan ansietas, takut atau
tidak aman
Ungkapan perasaan secara verbal dalam
lingkungan yang tidak mengancam akan
menolong pasien untuk mengungkapkan
perasaannya yang mungkin sudah dipendam
cukup lama.
6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan:
a. Menarik diri
b. Regresi
c. Panik
d. Ketidakmampuan mempercayai orang lain
Batasan Karakteristik:
a. Mengalami kesukaran dalam mengambil atau ketidakmampuan untuk
membawa makanan dari piring kedalam piring
b. Ketidakmampuan / menolak untuk membersihkan tubuh atau bagian-bagian
tubuh
c. Kelainan kemampuan atau kurangnya minat dalam memilih pakaian yang
sesuai untuk dikenakan, berpakaian, merawat atau mempertahankan
penampilan pada tahap yang memuaskan
d. Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi dan
berkemih tanpa bantuan
Data Subyektif :
Klien mengatakan:
Mandi sehari sekali, kadang-kadang dua hari
sekali, mencuci rambut seminggu sekali,
mengganti pakaian dua hari sekali.
Data Obyektif :
Kulit agak kotor, rambut kotor tidak disisir,
gigi kotor, pakaian kusut, kuku panjang dan
hitam.
No. Intervensi Rasional
1. Dukung pasien untuk melakukan kegiatan
hidup sehari-hari sesuai tingkat
kemampuan pasien.
Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam
melakukan suatu aktivitas akan meningkatkan
harga diri.
2. Dukung kemandirian pasien, tapi berikan
bantuan pada saat pasien tidak mampu
melakukan kegiatan tersbut
Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan
prioritas dalam keperawatan
3. Berikan pengakuan dan penghargaan
positif untuk kemampuannya yang
mandiri4.
Penguatan positif akan meningkatkan harga diri
dan mendukung terjadinya pengulangan perilaku
yang diharapkan
4. Perlihatkan pasien secara kongkrit,
bagaimana melakukan kegiatan yang
menurut pasien sulit untuk dilakukannya
Dengan berlakunya pikiran kongkrit, penjelasan
harus diberikan sesuai dengan tingkat pengertian
yang nyata
5. Buat catatan secara terinci tentang
masukan makanan dan cairan
Informasi penting untuk mendapatkan suatu
pengkajian nutrisi yang adekuat
6. Berikan makanan kudapan diantara waktu
makan
Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi
makanan dalam jumlah besar pada saat makan
dan mungkin untuk itu membutuhkan
penambahan makanan diluar waktu makan
7. Jika pasien tidak makan karena curiga dan
takut diracuni, berikan makanan kaleng
dan biarkan pasien sendiri yang mebuka
kalengnya, atau jika memungkinkan
sarankan untuk makanan tersebut dimakan
Pasien akan melihat setiap orang makan dari
hidangan yang sama sehingga kecurigaan
berkurang/hilang
secara bersama-sama
8. Jika pasien mengotori dirinya, tetapkan
jadwal rutin untuk kebutuhan defekasi dan
berkemih. Bantu pasien ke kamar mandi
setiap satu atau dua jama sesuai jadwal
yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan.
Pasien akan terbiasa dengan jadwal rutin yang
telah ditetapkan, sehingga mendorong melakukan
defekasi atau berkemih tanpa bantuan
BAB III
ANALISIS FILM BEAUTIFUL MIND
A. Pemeran dan Karakter
Pemeran Utama:
Russell Crowe sebagai John Forbes Nash, Jr.: Pemalu, introvert, penyendiri, rendah diri (merasa
dirinya tidak disukai orang lain), kaku, tidak suka bergaul (tidak menyukai orang lain), penarikan
diri dari lingkungan sosial.
Pemeran Pendukung:
a. Jennifer Connelly sebagai Alicia Nash: Istri Jhon Nash, Sabar, pengertian, baik dan setia.
b. Paul Bettany sebagai Charles Herman: teman khayalan John Nash
c. Ed Harris sebagai William Parcher: Agen Pemerintahan
d. Josh Lucas sebagai Martin Hansen: teman sekampus John Nash
e. Adam Goldberg sebagai Sol: Asistan Lab John
f. Anthony Rapp sebagai Bender: Asisten Lab John
g. Vivien Cardone sebagai Marcee: keponakan Charles Herman (Khayalan)
h. Christopher Plummer sebagai Dr. Rosen: Dokter yang merawat John
B. Sinopsis Film
Film ini bercerita tentang John Nash, seorang matematikawan peraih nobel yang menderita
skizofrenia ditandai dengan gejala – gejala seperti hilangnya kemampuan bersosialisasi, menarik
diri dari pergaulan, delusi (keyakinan yang salah), dan halusinasi.
Film diawali saat John Nash masih menjadi seorang mahasiswa di perguruan tinggi
ternama, Princeton. Di tengah persaingan ketat mendapatkan gelar doktor, Nash mendapat teman
sekamar yang sangat memakluminya, Charles Herman yang memiliki keponakan seorang gadis
cilik Marcee. Nash yang amat terobsesi dengan matematika bahkan menulis berbagai rumus di
kaca jendela kamar dan perpustakaan dan secara tidak sengaja berhasil menemukan konsep teori
keseimbangan yang bertentangan dengan teori bapak ekonomi modern dunia, Adam Smith.
Hidup Nash mulai berubah ketika ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang
dikirim tentara Sovyet. Di sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen rahasia ini, ia
diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi sampai ia
lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.
Alicia Larde, seorang mahasiswinya yang cantik, yang membuatnya sadar bahwa ia juga
membutuhkan cinta. Ketika pasangan ini menikah, Nash justru semakin parah dan merasa terus
berada dalam ancaman bahaya gara-gara pekerjaannya sebagai agen rahasia. Nash semakin hari
semakin terlihat aneh dan ketakutan, sampai akhirnya ketika ia sedang membawakan makalahnya
di sebuah seminar di Harvard, Dr Rosen seorang ahli jiwa menangkap dan membawanya ke
rumah sakit jiwa. Dari situlah terungkap, Nash mengidap paranoid schizophrenia. Beberapa
kejadian yang dialami Nash selama ini hanya khayalan belaka. Tak pernah ada teman sekamar,
Herman dan keponakannya yang menggemaskan, Marcee ataupun Parcher dengan proyek
rahasianya.
Selama Nash berada di rumah sakit ia mendapatkan terapi ECT (Electroshock Therapy)
atau terapi elektrokonvulsif 5 kali seminggu selama 10 minggu. Setelah menjalani perawatan di
rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di rumah dengan Obat Psikoterapetik. Namun,
karena efek yang ditimbukan obat tersebut nash menghentikan pengobatan secara diam – diam.
Hal ini menyebabkan szizofrenia Nash kambuh kembali dan memuncak ketika Nash
diperintahkan untuk membunuh istrinya. Kejadian ini membuat Alicia pergi ketakutan. Namun
akhirnya ada hal penting yang Nash sadari bahwa teman khayalnya tidak pernah tua. Akhirnya
Nash sadar bahwa dia sakit dan berkonsultasi dengan dokter. Jhon Nash memutuskan untuk tidak
melakukan perawatan di rumah sakit. Dia akan berusaha menghadapi penyakitnya sendiri.
Untungnya, Alicia adalah seorang istri setia yang tidak pernah lelah memberi semangat
pada suaminya. Dengan dorongan semangat serta cinta kasih yang tidak pernah habis dari Alicia,
Nash bangkit dan berjuang melawan penyakitnya.
Hingga akhirnya Jhon Nash menerima Nobel di Swedia pada tahun 1994 untuk teori
ekulibriumnya yang banyak berjasa pada teori-teori ekonomi.
Ia menutup penganugerahan tersebut dengan mengatakan: “Aku selalu percaya akan
angka. Dalam persamaan dan logika, yang membawa pada akal sehat. Tapi setelah seumur hidup
mengejar, aku bertanya, apa logika sebenarnya? Siapa yang memutuskan apa yang masuk akal?
Pencarianku membawaku ke alam fisik, metafisik, delusional. Telah kudapatkan penemuan
penting dalam karirku, hidupku. Hanya dipersamaan misterius cinta, alasan logis bisa
ditemukan”.
C. Analisis Psikologi Film
1. PENGKAJIAN
Data Objektive
1. Dr. Rosen menjelaskan bahwa John
memiliki Skizofrenia
2. Dokter mengatakan bahwa John mengalami
halusinasi sejak masuk kuliah. Salah satunya
adalah teman sekamarnya Charles Herman,
William Parcher (agen pemerintah) dan
Marcee (keponakan Charles Herman).
3. Dokter mengatakan bahwa John
menganggap dirinya mata-mata yang
melarikan diri dari Rusia
4. Saat menggendong anaknya tampak wajah
john yang tanpa emosi.
5. Cara John berjabat tangan saat berkenalan
terlihat aneh.
Data Subjektive
1. John mengatakan bahwa dia tidak terlalu
suka orang banyak
William Parcher Marcee dan Charles
Herman
2. John mengatakan kau dia adalah seorang
agen pemerintah (mata-mata)
3. John merasa dikejar – kejar dan dimata –
matai oleh agen rusia
Dari data – data diatas menunjukan berbagai abnormalitas
psikologi yang dialami oleh John Nash diantaranya:
1.Adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.
a. Waham Kejar (delusion of persecution), yaitu
keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu
sedang mengancam atau berencana membahayakan
dirinya, dalam film tersebut yaitu agen pemerintah
dan mata – mata rusia. Waham ini menjadikannya paranoid, yang selalu curiga akan segala
hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan,
diikuti, serta diawasi.
b. Waham Kebesaran (delusion of grandeur), yaitu keyakinan
bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta
menjadi orang penting. John Nash menganggap dirinya adalah
pemecah kode rahasia terbaik dan mata – mata atau agen rahasia.
c. Waham Pengaruh (delusion of influence), adalah
keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba
mengendalikan pikiran dan tindakannya. Adegan yang
menunjukkan waham ini yaitu ketika disuruh
membunuh istrinya, ketika disuruh menunjukkan bahwa
dia jenius, dan ketika diyakinkan bahwa dia tidak berarti
oleh para teman halusinasinya.
2. Adanya halusinasi, yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal
kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan. John Nash mengalami halusinasi bertemu dengan
tiga orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles Herman (teman sekamarnya), William
Parcher (agen pemerintah) dan Marcee (keponakan Charles Herman). Selain itu juga
laboratorium rahasia, dan juga nomer kode yang dipasang pada tangannya.
3. Gejala motorik dapat dilihat dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan gerakan
tangan, jari dan lengan yg aneh. Indikasi ini sangat jelas ketika John Nash berkenalan dengan
teman – temannya dan juga jika dilihat dari cara berjalannya.
4. Adanya gangguan emosi, adegan yang paling jelas yaitu ketika John Nash menggendong
anaknya dengan tanpa emosi sedikitpun.
5. Social withdrawl (penarikan sosial), John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti orang –
orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai
dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.
2. ANALISIS DATA
No Data Objektive Data Subjektive Masalah
1. Dokter mengatakan bahwa
John mengira dirinya sebagai
mata – mata dan dr. Russen
adalah mata-mata Rusia.
John terlihat selalu
waspaspada dan ketakutan
saat istrinya menyalakan
lampu.
John menganggap dirinya adalah
pemecah kode dan agen / mata-
mata pemerintah.
John merasa sedang dikejar-kejar
oleh agen rusia.
Gangguan proses pikir :
waham
2. Dokter mengatakan bahwa
John mempunyai teman
sekamar khayalan
Teman John, Sol melihat John
memanggil seseorang tetapi
tidak ada siapa-siapa
John mengatakan bahwa ia ingin
bertemu dengan william yang
sebenarnya tidak ada
John mengatakan bahwa anaknya
diawasi oleh temannya charles
Halusinasi
3. John memberturkan
kepalanya ke tembok
John mendorong istrinya saat
mengangkat telepon
Teman Khayalan John meminta
John bunuh diri
John merasa teman khayalanya
akan menyakiti strinya
Resiko Perilaku
Kekerasan
4. Saat belajar John berdiri dipaling
belakang
John mengatakan kalau dia
tidak suka keramaian
John juga merasa teman –
temannya tidak menyukainya
Harga Diri Rendah
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berikut ini diagnosa yang muncul dari kasus yang di alami oleh John Nash
a. Gangguan Proses Pikir: Waham
b. Halusinasi
c. Resiko Prilaku Kekerasan
d. Harga Diri Rendah
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Terapi Medikasi
Dalam film tersebut John Nash dibawa ke rumah sakit jiwa dan mendapatkan
perawatan ECT (Electroshock Therapy) atau terapi elektrokonvulsif 5 kali seminggu selama
10 minggu. ECT merupakan terapi yang sering digunakan pada tahun 1940 – 1960 sebelum
obat antipsikotik dan anti depresan mudah diperoleh. Aliran listrik yang sangat lemah
dialirkan ke otak melalui kedua pelipis atau pada pelipis yang mengandung belahan otak yang
tidak dominan. Hanya aliran ringan yang dibutuhkan untuk menghasilkan serangan otak yang
diberikan, karena serangan itu sendiri yang bersifat terapis, bukan aliran listriknya. Penenang
otot mencegah terjadinya kekejangan otot tubuh dan kemungkinan luka. Pasien bangun
beberapa menit dan tidak ingat apa-apa tentang pengobatan yang dilakukan. Kerancuan
pikiran dan hilang ingatan tidak terjadi, terutama bila aliran listrik hanya diberikan kepada
belahan otak yang tidak dominant (nondominan hemisphere).Cara kerja terapi ini yaitu
mengalirkan arus listrik berdaya sangat rendah ke otak yang cukup untuk menghasilkan
kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Kejang inilah yang menjadi terapetik bukan arus
listriknya. Sebelum dilakukan ECT pasien disuntikkan insulin sebagai pelemas otot yang akan
mencegah spasme konvulsif otot-otot tubuh dan kemungkinan cedera. Efek samping
penggunaan ECT adalah kelupaan atau gangguan memori. Efek samping ini dapat dihindari
dengan menjaga rendahnya arus listrik yang dialirkan.
Setelah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di
rumah dengan Obat Psikoterapetik. Obat ini harus terus diminum secara teratur oleh penderita
skizofrenia. Meskipun obat ini tidak dapat menyembuhkan skizofrenia, namun obat – obat
antipsikotik akan membantu penderita untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi, serta
memulihkan proses berpikir rasional. Cara kerja obat – obat antipsikotik yaitu menghambat
reseptor dopamin dalam otak. Efek dari pemakaian obat tersebut yaitu : Sulit berkosentrasi,
menghambat proses berpikir, tidak memiliki gairah seksual.
b. Terapi Sosial
Selain terapi biologis, John Nash juga mendapat terapi dari istrinya yaitu berupa
dukungan sosial yang diberikan kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk mulai
berinteraksi sosial (dengan tukang sampah), dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus
berusaha. Terapi Sosial ini sangat membantu penderita skizofrenia dalam menghadapi
peristiwa – peristiwa yang menjadi stressor bagi penderita.
1. Menyuntikan Insulin 2. Melihat Pupil 3. Mengalirkan arus listrik
Istrinya menyarankan John untuk membuang sampah
Top Related