makalah-tugas-22.doc
Transcript of makalah-tugas-22.doc
MAKALAH
PERKEMBANGAN MORAL MENURUT HAVIGHURST
Disusun guna memenuhi tugas individu
Mata kuliah “Konsep Dasar Pkn SD”
Dosen Pengampu: Drs. Sri Harmanto
Disusun oleh :
Elinda Juli E
1001100026
1D / PGSD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2010
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya kepada kami sehigga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “PERKEMBANGAN MORAL MENURUT HAVIGHURST” .
Penyusun makalah ini bertujuan untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Konsep
Dasar PKn dan untuk mengetahui perkembangan moral menurut beberapa tokoh.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun penulisan. Kekurangan-kekurangan
tersebut terutama disebabkan karena kelemahan dan keterbatasan pengetahuan serta
kemampuan penulis. Hanya dengan kearifan dan bantuan dari berbagai pihak untuk
memberikan kritik dan saran yang konstruktif maka kekurangan-kekurangan tersebut
dapat diperkecil. Namun dalam penulisan makalah ini ada sepercik harapan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta diridlai oleh Allah SWT amin.
Purwokerto, Desember 2010
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL MAKALAH.....................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................4
A.Latar Belakangan ............................................................................................4
B.Tujuan..............................................................................................................4
C.Permasalahan...................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................6
A.Perkembangan Moral menurut Havighurst.....................................................6
B. Hubungan perkembangan moral siswa dengan peendidikan moral...............11
C. Kritik terhadap pendapat Havighurst..............................................................18
BAB III PENUTUP .......................................................................................................19
A.KESIMPULAN...............................................................................................19
B.SARAN...........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dan pertumbuhan manusia merupakan permasalahan yang sangat
aktual untuk dipelajari, kemudian dalam perkembangan manusia itu sendiri jika dilihat
dari sudut pandang psikologi dijadikan dasar serta cara untuk menciptakan keberhasilan
serta keunggulan dalam proses pendidikan. Selanjutnya menurut Havighurst dan tokoh
yang lain juga melahirkan berbagai kerangka rumusan tentang psikologi juga mencoba
membangun pijakan tentang perkembangan psikologi anak yang nantinya berimplikasi
pada masalah-masalah pendidikan.
Di dalam pertumbuhan manusia yang mana pertumbuhan tersebut berawal dari
perkembangan kanak-kanak, yang mana dalam pendapat Havighurst disebutkan bahwa
perkembangan dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Yang paling
dominan yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan anak adalah dalam lingkungan
keluarga, yang mana dalam lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang sangat
sering mereka jumpai artinya dalam kehidupan sehari-hari anak-anak lebih menghabiskan
waktu dengan kakak, adik, ibu, bapak dan anggota keluarga yang lain. Selanjutnya setiap
tahap perkembangan individu tersebut juga harus sejalan dengan perkembangan aspek-
aspek lainnya, yaitu fisik, psikis, emosional, moral dan social.
B. Tujuan
a. Untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Konsep Dasar PKN SD
b. Untuk mengetahui Perkembangan moral anak
c. Untuk mengetahui sesuatu yang yang berpengaruh terhadap perkembangan anak
d. Untuk mengerti Perkembangan fisik dan Jasmani anak
e. Untuk mengerti Perkembangan Intelektual dan Emosional anak
a. Untuk mengerti Perkembangan bahasa anak
f. Untuk mengerti Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap anak4
g. Mengetahui bagaimana Hubungan perkembangan moral siswa dengan
peendidikan moral
C. Permasalahan
Permasalahan yang diambil yaitu mengenai bagaimana perkembangan dan
pertumbuhan manusia yang di mulai dari pertumbuhan anak-anak itu sendiri. Yang mana
dari pendapat tokoh bahwa pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
terutama dalam lingkungan keluarga, yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak tersebut. Dan dalam masa anak-anak juga sangat dipengaruhi oleh
cara peniruan atau bagaimana anak tersebut meniru gaya atau tingkah laku orang lain
dalam melakukan sesuatu tindakan oleh karena itu anak-anak dalam berkembang
mengikuti proses pelaziman dan peniruan. Dan dalam Pendidikan merupakan usaha sadar
yang terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik
mengembangkan kemampuannya secara optimal. Dengan pencapaian tujuan pendidikan,
perlu diupayakan suatu sistem pendidikan yang mampu membentuk kepribadian dan
ketrampilan peserta didik yang unggul, yakni beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, manusia yang kreatif, cakap, terampil, jujur, dapat dipercaya, disiplin,
bertanggung jawab dan memiliki solidari yang tinggi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Moral menurut Havighurst
Perkembangan kanak-kanak amat dipengaruhi oleh lingkungannya. Institusi
keluarga amat mempengaruhi pribadi anak-anak. Havighurst membagi perkembangan
menjadi tiga fase yaitu : Fase Bayi dan Awal anak-anak ( 0-6 tahun), anak-anak mula
bercakap, mula berintraksi dengan orang lain, belajar bertolak ansur dan bertimbang
rasa, sedia mendengar pandangan orang lain dan boleh membedakan betul dan salah,
Fase Pertengahan anak-anak ( 6-12 tahun ) menguasai beberapa kemahiran dalam
permainan, kemahiran 3M, mula berkawan dengan orang lain dan mampu memahami
konsep hidup serta moral, Fase Awal Remaja dan Remaja ( 12-18 tahun ), bentuk badan
mulai berubah, minat bergaul dengan lawan jenis, ingin kebebasan dan konsep baik dan
buruk semankin mantap. Robert J. Havighurst juga mengemukakan bahwa pada usia-
usia tertentu seseorang harus mampu melakukan tugas-tugas perkembangan.
Kemampuan merupakan keberhasilan yang memberikan kebahagiaan serta memberi
jalan bagi tugas-tugas berikutnya, dan terdiri dari tugas perkembangan;
1. Masa kanak-kanak (usia bayi dan usia TK)
2. Masa anak (usia SD)
3. Masa remaja
4. Masa dewasa awal
5. Masa setengah baya
6. Masa tua
6
Menurut Havighurst setiap tahap perkembangan individu harus sejalan dengan
perkembangan aspek-aspek lainnya, yaitu fisik, psikis, emosional, moral dan sosial.
KARAKTERISTIK ANAK USIA SD
a. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani
Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-
anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula.
Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang
menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua
terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain. Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi
perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak
menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh
makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan
hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Olahraga juga
merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga
atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat
mengganggu gerak dan kesehatan anak. Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai
macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan
penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu
memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan
kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.
b. Perkembangan Intelektual dan Emosional
Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara
lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat
terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional,
tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam
berkomunikasi dengan teman-temannya. Perkembangan emosional berbeda satu sama
lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan
7
orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga
dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa. Perkembangan emosional juga
dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor
eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh.
Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat
mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu
banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang
sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat
kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. Perlakuan
saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga
memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak. Dalam mengatasi
berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya orang tua
berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya.
Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan
sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan
memperlambat perkembangan mental dan emosional anak. Stres juga dapat disebabkan
oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua,
keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang
menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat
marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar
kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta
berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas.
c. Perkembangan Bahasa
Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 - 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu
membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak
memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu
bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak
dan kesediaan orang tua membimbing anaknya. Fungsi dan tujuan berbicara antara lain:
(a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat
8
untuk membina hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e)
untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi
perilaku orang lain. Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a)
kematangan alat berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk
dicontoh oleh anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan
(f) bimbingan dari orang tua. Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga
terdapat gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak
sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
d. Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap
1. Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga
harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan
dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak
dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak
apabila berbuat atau berperilaku yang positif.
2. Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang
berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar
pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam
masyarakat luas.
3. Fungsi hadiah bagi anak, antara lain:
a. memiliki nilai pendidikan
b. memberikan motivasi kepada anak
c. memperkuat perilaku dan
d. memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.
4. Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah:
1. fungsi restruktif
9
2. fungsi pendidikan,
3. sebagai penguat motivasi.
5. Syarat pemberian hukuman adalah:
1. segera diberikan,
2. konsisten,
3. konstruktif,
4. impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada
perbuatannya,
5. harus disertai alasan,
6. sebagai alat kontrol diri,
7. diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.
10
B. Hubungan perkembangan moral siswa dengan peendidikan moral
Perkembangan emosi remaja pada peringkat awal terutama pada zaman kanak-
kanak banyak dipengaruhi melalui pelaziman dan cara peniruan. Cara pelaziman berlaku
dengan mudah dan cepat pada masa beberapa tahun permulaan hidup mereka. Kanak-
kanak menggunakan daya imaginasi dalam membayangkan sesuatu mengikut yang telah
dilazimkan. Cara peniruan pula, kanak-kanak meniru tingkah laku emosi yang
diperhatikannya pada orang lain dan memberikan gerak balas terhadap perkara berkenaan
dengan cara yang tidak dapat dibuatnya dulu. Oleh kerana itu, emosi remaja pada zaman
kanak-kanak berkembang mengikut proses pelaziman dan peniruan.
Ibu bapak adalah orang pertama yang menjadi contoh kepada anak-anak remaja.
Jika ibu bapak berkelakuan buruk, bertindak keras dan menganiaya anak-anak, emosi dan
tingkah lakunya akan turut menyeleweng karena sejak kecil jiwa mereka ditanam dengan
bibit kerusakan. Ketika usia remaja pula, emosi berkembang dengan pesat hasil daripada
kematangan dan pembelajaran. Itulah sebabnya bentuk pernyataan emosi pada zaman
remaja banyak bergantung kepada apa yang dipelajarinya daripada masyarakat sekeliling.
Antara ciri emosi remaja ialah romantik, mudah keliru dan mudah marah atau
memberontak. Remaja yang mempunyai ciri-ciri romantik adalah remaja yang
mengalami tarikan heteroseksual (tarikan antara remaja yang berlainan kelamin) melalui
pendampingan mereka dengan remaja lain. Pada zaman remaja adalah puncak wujudnya
perasaan cinta romantis. Menurut Dr Rohaty Majzub, perasaan romantis membawa
pengertian bahwa mereka menganggap dan menggambarkan individu yang dicintai itulah
yang paling ideal, mempunyai watak, sahsiah atau ciri-ciri yang memikat hati remaja.
Perasaan romantis remaja mempunyai pengaruh mendalam kepada hidup mereka.
Perasaan romantis ini mendorong remaja menulis dalam diary peribadi. Penulisan diary
peribadi adalah ciri yang menunjukkan pengasingan diri dan keupayaannya untuk
menguraikan mengenai dirinya di samping keinginannya untuk lari daripada gelisah
melanda dirinya. Remaja akan mencatatkan peristiwa harian terutama bagi
menggambarkan perasaannya sama ada perasaan cinta, kecewa dan gembira. Ketika
11
zaman remaja, perubahan fisikal, emosi dan personality berlaku dengan pesat dan mereka
harus memahaminya dengan teliti. Ketika ini juga berlaku perubahan dalam hubungan
mereka dengan keluarga, rekan sebaya dan masyarakat sekeliling. Harapan yang baik dan
tanggungjawab mula dikenakan kepada mereka. Dalam keadaan begini kadang-kadang
mereka mudah keliru dengan peranan dan tanggungjawab mereka. Itulah sebabnya
golongan remaja mudah bertukar pendirian, pendapat, ideologi dan kawan-kawan. Selain
itu, remaja juga mempunyai emosi yang mudah marah. Zaman remaja yang dikatakan
sebagai ‘storm and stress’ mudah menyebabkan remaja memberontak dan marah
terhadap seseorang atau sesuatu perkara. Seseorang remaja mempunyai kehendak yang
harus diterima keluarga, rekannya dan masyarakat sekeliling. Remaja mudah
menunjukkan emosi memberontak dan marahnya dengan tindakan agresif seperti
mendurhaka kepada keluarga, lari dari rumah dan ingkar dengan peraturan sekolah.
Mereka mendurhaka kepada keluarga sebagai percobaan untuk bebas daripada sifat
kekanak-kanakan dan untuk mencapai kemerdekaan jiwa. Jiwa ingin lari dari rumah pula,
apabila mereka rasa tidak selera dengan undang-undang dan mencoba untuk hidup bebas.
Tindakan tingkah dari peraturan sekolah pula, karena remaja menganggap
pembelajaran di sekolah mengganggu jiwa remajanya karena di sekolah terdapat banyak
peraturan dan ruang kritikan seperti guru, kerja sekolah dan disiplin. Pendidik perlu
memahami bahwa remaja yang dalam proses perkembangan dan perubahan boleh
menimbulkan pelbagai masalah emosi karena mereka sedang berhadapan dengan proses
penyesuaian diri antara zaman kanak-kanak dengan alam dewasa. Bagi remaja yang
bersedia dengan kehadiran masalah dan sanggup menerimanya dengan hati terbuka,
mereka berjaya menerima perubahan itu sekali pun kadang kala pahit baginya. Tetapi
bagi sesetengah remaja pula, tidak berupaya menyesuai atau menerima dengan mudah
perubahan itu, lalu menunjukkan gangguan psikologi pada dirinya. Dr Zakiah Daradjat,
seorang pengkaji masalah remaja berkata, perkara yang menyebabkan masalah emosi
remaja adalah disebabkan oleh perubahan jasmani, terutama perubahan hormon seks,
keadaan masyarakat dan keadaan ekonomi yang melingkungi remaja serta perlakuan
orang tua yang kaku dan bertentangan dengan remaja. Masalah yang berkaitan dengan
emosi remaja disebut juga sebagai masalah personal psikologi (Hassan
12
Langgulung,1977). Masalah personal psikologi ialah perkara yang berkaitan peribadi dan
masalah psikologi remaja itu sendiri seperti personaliti, perubahan emosi, kebimbangan,
kerisauan, keyakinan dan tekanan. Masalah personaliti seperti mudah hilang sabar, takut
membuat kesilapan, sukar membuat keputusan, sukar melupakan kesilapan lalu dan gagal
dalam beberapa perkara dilakukan. Zaman remaja yang penuh dengan tekanan dan
kecemasan emosi, amat memerlukan pendekatan pendidikan teladan dalam proses
memberi bimbingan kepada golongan ini. Pendidik perlu menggunakan pendekatan
psikologi pendidikan. Untuk melaksanakan pendekatan psikologi pendidikan, terlebih
dulu penpendidikan perlu memahami psikologi remaja. Dengan pemahaman ini,
penpendidikan dapat menyelami emosi dan jiwa remaja serta dapat menggunakan
pendekatan sesuai dengan minat dan kecenderungan mereka.
Remaja amat memerlukan sokongan dan pemahaman daripada orang dewasa ketika
mereka mengharungi zaman yang penuh dengan cabaran ini. Ketika ini, perubahan dari
aspek emosi agak pesat. Sekiranya mereka tidak mendapat sokongan daripada orang
dewasa, mereka mudah mengalami gangguan emosi dan menimbulkan masalah emosi
yang boleh memberi kesan tidak baik kepada perkembangan psikologi remaja.
2. Pendidikan agama remaja
Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan
berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara
optimal, baik aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik. Aspek kognitif
yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek
afektif berkenaan dengan sifat yang terdiri dari lima aspek yakni: penerimaan, jawaban
atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam
aspek, yaitu: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretatif.
13
Sejalan dengan pencapaian tujuan pendidikan, perlu diupayakan suatu sistem
pendidikan yang mampu membentuk kepribadian dan ketrampilan peserta didik yang
unggul, yakni beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia yang
kreatif, cakap, terampil, jujur, dapat dipercaya, disiplin, bertanggung jawab dan memiliki
solidaritas sosial yang tinggi. Untuk mewujudkan manusia yang unggul perlu diberikan
landasan pendidikan yang kokoh. Oleh karena itulah kebutuhan dasar siswa harus
terpenuhi lebih dahulu, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan
rasa kasih sayang, dan kebutuhan akan harga diri. Bangsa kita sebenarnya telah memiliki
pilar pendidikan yang sangat fundamental, yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantoro,
Ing Ngarso Sun Tulodho, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani, namun
implementasinya dalam pendidikan kita masih rendah. Empat pilar pendidikan yang
dijadikan fondasi pendidikan pada era informasi dan jaringan global ini dalam meraih dan
merebut pasar internasional. Keempat pilar tersebut adalah :
1. Learning to Know (belajar untuk tahu)
Pada proses pembelajaran melalui penerapan paradigma ini, peserta didik akan
dapat memahami dan menghayati bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari
fenomena yang terdapat dalam lingkungannya. Untuk mengkondisikan masyarakat
belajar yang efektif dewasa ini, diperlukan pemahaman yang jelas tentang “apa” yang
perlu diketahui, “bagaimana” mendapatkan Ilmu pengetahuan, “mengapa’ ilmu
pengetahuan perlu diketahui, “untuk apa” dan “siapa” yang akan menggunaka ilmu
pengetahuan itu. Belajar untuk tahu diarahkan pada peserta didik agar mereka memiliki
pengetahuan fleksibel, adaptable, value added dan siap memakai bukan siap pakai.
Sebab, salah satu ukuran luar yang dapat dipakai untuk melihat sejauh mana tingkat
kemjuan diskursus suatu disiplin ilmu adalah dengan melihat upaya-uapay dan hasil
diskursus mengenai disiplin tersebut.
2. Learning to Do (Belajar untuk melakukan)
Proses pembelajaran dengan penekanan agar peserta didik menghayati proses
belajar dengan melakukan sesuatu yang bermakna ‘’Active Learning‘’. Peserta didik
14
memperoleh kesempatan belajar dan berlatih untuk dapat menguasai dan memiliki
standar kompetensi dasar yang dipersyaratkan dalam dirinya. Proses pembelajaran yang
dilakukan menggali dan menemukan informasi (information searching and exploring),
mengolah dan informasi dan mengambil keputusan (information processing and decision
making skill), serta memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving skill).
Menurut John Dewey bahwa pembelajaran yang dapat dilakukan dengan: 1). Belajar
peserta didik dengan berpikir kreatif, 2). Keterampilan proses, 3). Problem solving
approach, 4). Pendekatan inkuiri, 5). Program sekolah yang harus terpadu dengan
kehidupan masyarakat, dan 6). Bimbingan sebagai bagian dari mengajar. Beberapa
bentuk Active Learning ; Kegiatan Active learning dilakukan dengan kegiatan mandiri,
peserta didik membaca sendiri bahan yang akan dibahas di kelas.
3. Learning to be (Belajar untuk menjadi diri sendiri)
Proses pembelajaran yang memungkinkan lahirnya manusia terdidik dengan sikap
mandiri. Kemandirian belajar merupakan kunci terbentuknya rasa tanggung jawab dan
kepercayaan diri untuk berkembang secara mandiri. Sikap percaya diri akan lahir dari
pemahaman dan pengenalan diri secara tepat. Belajar mandiri harus didorong melalui
penumbuhan motivasi diri. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan
dalam melatih kemandirian peserta didik, misalnya; pendekatan sinektik, problem soving,
keterampilan proses, discovery, inquiry, kooperatif, dan sebagainya Pendekatan
pembelajaran tersebut mengutamakan keterlibatan peserta didik secara efektif.
Pendekatan-pendektan pembelajaran ini pada dasarnya suatu proses sosial, peserta didik
dibantu dalam melakukan peran sebagai pengamat yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi. Meskipun guru dapat memberikan situasi masalah, namun
dalam penerapannya, peserta didik mencari, menanyakan, memeriksa dan berusaha
menemukan sendiri hal-hal yang dipelajari. Para peserta didik mulai berpikir berdasarkan
kemampuan dan pengalamannya masing-masing secara logis. Strategi pembelajaran
inkuiri merupakan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran.
15
4. Learning To Live Together (Belajar untuk Hidup Bersama)
Proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menghayati hubungan
antar manusia secara intensif dan terus menerus untuk menghindarkan pertentangan
ras/etnis, agama, suku, keyakinan politik, dan kepentingan ekonomi. Peningkatan
pendidikan nilai kemanusiaan, moral, dan agama yang melandasi hubungan antar
manusia.
Untuk mewujudkan makna pendidikan dan fondasi pembelajaran yang
terintegrasikannya nilai-nilai kemanusiaan dalam kepribadian dan perilaku selama proses
pembelajaran diperlukan proses pembelajaran yang efektif. Keefektifan proses
pembelajaran merupakan pencerminan dalam mencapai tujuan pembelajaran tepat yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Keefektifan proses
pembelajaran berkenaan dengan jalan, upaya, teknik dan strategi yang digunakan dalam
mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, tepat dan cepat (Nana Sudjana, 1996 : 52).
Sekolah tidak hanya berkewajiban untuk memelihara nilai-nilai masyarakat, namun juga
harus memberikan keaktifan kepada peserta didik dan secara kritis dalam menghadapi
masalah-masalah sosial, dan harus mengadakan usaha pemecahan masalah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan pembelajaran antara lain
kemampuan guru dalam menggunakan strategi. Penerapan strategi pembelajaran
dipengaruhi oleh faktor tujuan, peserta didik, situasi, fasilitas dan pembelajaran itu
sendiri. Dengan menerapkan metode yang tepat, proses pembelajaran akan berlangsung
lebih efektif sehingga hasil pembelajaran akan lebih baik dan mantap. Salah satu startegi
pembelajaran yang memberikan perhatian pengembangan potensi peserta didik adalah
strategi keterampilan proses (proses pemecahan masalah).
2. Pengembangan Potensi remaja
Pengembangan potensi peserta didik merupakan proses yang disengaja dan
sistematis dalam membiasakan/mengkondisikan peserta didik agar memiliki kecakapan
dan keterampilan hidup. Untuk dapat mengembangkan, sebelum ataupun bersamaan
16
dengan usaha kongkrit dilakukan, sangat perlu adanya pengertian dan pemahaman para
pendidik terhadap remaja.5 Kecakapan dan keterampilan yang dimaksud berarti luas, baik
kecakapan personal (personal skill) yang mencakup; kecakapan mengenali diri sendiri
(self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill), kecakapan sosial (social
skill), kecakapan akademik (academic skill), maupun kecakapan vokasional (vocational
skill). Kegiatan pendidikan pada tahap melatih lebih mengarah pada konsep
pengembangan kemampuan motorik peserta didik. Terkait dengan proses melatih ini,
perlu dilakukan pembiasaan dan pengkondisian anak dalam berpikir secara kritis,
strategis dan taktis dalam proses pembelajaran. Peserta didik dilatih memahami,
merumuskan, memilih cara pemecahan dan memahami proses pemecahan “masalah”.
Berangkat dari kondisi tersebut, maka budaya instant dalam pembelajaran yang selama
ini dibudayakan harus ditinggalkan, menuju proses pemberdayaan seluruh unsur dalam
sistem pembelajaran. Untuk membekali terjadinya pergeseran orientasi pendidikan di era
global dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang unggul, diperlukan
strategi pengembangan pendidikan, antara lain:
1. Mengedepankan model perencanaan pendidikan (partisipatif) yang berdasarkan
pada need assessment dan karakteristik masyarakat.
2. Pemerintah hendaknya berperan sebagai katalisator, fasilitator dan pemberdaya
masyarakat.
3. Penguatan fokus pendidikan, yaitu fokus pendidikan diarahkan pada pemenuhan
kebutuhan masyarakat, kebutuhan stakeholders, kebutuhan pasar dan tuntutan
teman saing.
4. Pemanfaatan sumber luar (out sourcing), memanfaatkan berbagai potensi sumber
daya (belajar) yang ada, lembaga-lembaga pendidikan yang ada, pranata-pranata
kemasyarakatan, perusahaan/industri, dan lembaga lain yang sangat peduli pada
pendidikan.
17
5. Memperkuat kolaborasi dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak, baik dari
instansi pemerintah mapun non pemerintah, bahkan baik dari lembaga di dalam
negeri maupun dari luar negeri.
6. Menciptakan soft image pada masyarakat sebagai masyarakat yang gemar belajar,
sebagai masyarakat belajar seumur hidup.
C. Kritik terhadap pendapat Havighurst
Berdasarkan pendapat Havighurst mengenai perkembangan moral pada anak-anak
yang mana menurut Havighurst sangat dipengaruhi lingkungan.
Yang mana dalam hal ini saya memberi kritikan bahwa, memang benar
perkembangan anak memang dipengaruhi oleh lingkungan. tetapi, menurut saya
perkembangan anak bukan hanya di pengaruhi oleh lingkungan saja melainkan
pertumbuhan anak juga di pengaruhi oleh faktor-faktor yang lain misalnya perkembangan
anak tersebut muncul karena adanya hasil pemikiran dan hasil berfikir anak itu tersebut.
Dalam perkembangannya anak melibatkan pemikiran untuk memperluas kemampuannya
dalam menghadapi sebuah tantangan dalam kehidupannya kelak. Oleh karena itu seorang
anak harus di beri bimbingan, arahan dan petunjuk agar anak tersebut tidak terjerumus
pada hal-hal yang tidak benar yang nantinya akan dilakukan pada kehidupannya yang
akan datang baik pada saat mereka dewasa maupun masa tua kelak.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa perkembangan dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap
tahap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek-aspek lainnya, yaitu
fisik, psikis, emosional, moral dan sosial. Karakristik di dalam pertumbuhan anak yaitu
pertumbuhan fisik atau jasmani, perkembangan intelektual dan emosional, perkembangan Moral,
sosial, dan sikap. Pada perkembangannya anak-anak dipengaruhi oleh peniruan . dan pendidik
perlu memahami bahwa remaja yang dalam proses perkembangan dan perubahan boleh
menimbulkan pelbagai masalah. Pendidik perlu menggunakan pendekatan psikologi pendidikan.
Untuk melaksanakan pendekatan psikologi pendidikan, terlebih dulu penpendidikan perlu
memahami psikologi remaja. Sejalan dengan pencapaian tujuan pendidikan, perlu diupayakan
suatu sistem pendidikan yang mampu membentuk kepribadian dan ketrampilan peserta didik
yang unggul, yaitu Learning to Know (belajar untuk tahu), Learning to Do (Belajar untuk
melakukan), Learning to be (Belajar untuk menjadi diri sendiri), Learning To Live Together
(Belajar untuk Hidup Bersama) dalam pengembangan Potensi remaja ,potensi peserta didik
merupakan proses yang disengaja dan sistematis dalam membiasakan/mengkondisikan peserta
didik agar memiliki kecakapan dan keterampilan hidup.
B. Saran
a. Dalam perkembangan anak, orang tua diharapkan memberikan perhatian yang
maksimal kepada anaknya sehingga anak tidak terjerumus pada hal-hal yang
19
tidak benar dan menyimpang norma-norma yang ada pada masyarakat dan
nantinya anak tersebut dapat tumbuh menjadi anak yang berguna bagi dirinya,
bangsa dan Negara.
b. Guru dan orang tua seharusnya bekerja sama dalam meningkatkan kualitas
pengawasan belajar pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=414
http://bayoesmartboy.blogspot.com/2008/04/havighurst-tugas-tugas-perkembangan.html
http://cybercounselingstain.bigforumpro.com/psikologi-perkembangan-ii-f14/tugas-
tugas-perkembangan-menurut-havighurst-t191.htm
20