makalah tentang haki
description
Transcript of makalah tentang haki
-
PENTINGNYA HAK CIPTA DALAM SUATU KARYA
Makalah
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang di ampu oleh
Moch. Whiky Rizkyanfi.
Oleh:
Aftaru Annisa (112130012)
Benita Lailani (112130055)
Bimo Prabowo (112130057)
Budiman Rahmadhan (112130058)
PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
STISI TELKOM
BANDUNG
2012
-
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kepata Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyelesaikan
makalah yang berjudul PENTINGNYA HAK CIPTA DALAM SUATU KARYA
sehingga dapat dikumpulkan tepat waktu untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia.
Dalam makalah ini akan di bahas tentang Pengertian Hak Cipta, contoh Kasus Hak
Cipta, Perbedaan Hak Cipta dan Hak Paten, serta sejarah hak cipta di Indonesia dan
Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap Hak Cipta.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada sang
pencipta internet , Tim Bernas Lee yang telah sangat membantu kami.
Tim penulis tahu masih kurang sempurna dalam penulisan makalah ini. Akhir kata,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, 02 Desember 2012
Tim Penulis
-
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Plagiarisme merupakan kejahatan hak kekayaan intelektual yang sangat fatal. Dunia
seni yang berkembang secara pesat, menuntut kita akan melindungi hasil karya para seniman
dan sastrawan dari pencurian karya berupa plagiarisme. Plagiarisme menyebabkan hasil
karya para seniman dan sastrawan tidak diakui. Agar seniman dan desainer diakui dalam
karyanya yang bermanfaat bagi masyarakat, timbul hak cipta dan hak paten untuk melindungi
para pencipta karya.
Tidak pedulinya masyarakat terhadap hak cipta membuat para seniman untuk
memiliki keinginan atau niat yang kokoh untuk membuat karya-karya. Hal itu menghasilkan
penurunan jumlah karya yang di hasilkan oleh para seniman dan desainer.
Sebagai contoh, kasus yang ada di masyarakat adalah pembajakan peranti lunak yang
selalu menjadi masalah negara Indonesia. Contoh lainnya adalah penduplikatan lukisan
secara terang-terangan tanpa sepengetahuan pencipta lukisan tersebut. Masih banyak contoh
kasus yang ada di marsyarakat. Untuk itu hak cipta itu sangat penting dalam pembuatan
karya.
Plagiarisme menyebabkan hasil karya para seniman dan sastrawan tidak diakui.
Alasannya untuk melindungi hasil karya agar tidak digubah oleh orang lain.
Menyebabkan para industri kreatif untuk tidak mempublikasikan hasil karya dan
berhenti berkreatifitas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Hak Kekayaan Intelektual ? 2. Bagaimana Sejarah Hak Cipta ? 3. Apa perbedaan Hak Cipta dan Hak Paten ? 4. Mengapa Hak Cipta itu Penting ?
1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini dubuat untuk menyadarkan kepada masyarakat berapa pentingnya
hak cipta dan peran penting sebuah seniman atau desaigner dalam menciptakan karya.
Menuntut agar masyarakat menghargai karya seniman atau designer dengan tidak melakukan
hal yang melanggar sesuai undang-undang.
-
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian (HaKI)
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) atau harta
intelek (di Malaysia) ini merupakan padanan dari bahasa Inggris Intellectual Property Right.
Kata "intelektual" tecermin bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan,
daya pikir, atau produk pemikiran manusia (WIPO, 1988:3).
Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif Yang diberikan suatu peraturan
kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Secara sederhana HAKI
mencakup Hak Cipta, Hak Paten Dan Hak Merk. Namun jika dilihat lebih rinci HAKI
merupakan bagian dari benda (Saidin : 1995), yaitu benda tidak berwujud (benda imateriil).
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk dalam bagian hak atas benda tak berwujud
(seperti Paten, merek, Dan hak cipta). Hak Atas Kekayaan Intelektual sifatnya berwujud,
berupa informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sastra, keterampilan Dan sebaginya
Yang tidak mempunyai bentuk tertentu.
2.2 Tinjauan Umum Hak Cipta
Hak Kekayaan atas Intelektual (HaKI) secara sederhana adalah suatu hak yang timbul
dari olah pikir otak manusia yang mengahasilkan produk atau proses yang berguna bagi
manusia. HakI bisa juga di artikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah membuat
sesuatu yang berguna bagi orang lain. HaKI juga merupakan hak untuk menikmati secara
ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual.
Lingkup HaKI sendiri secara hukum terdiri atas dua macam hak kekayaan intelektual.
Hak tersebut antara lain adalah :
1. Hak cipta
2. Hak kekayaan industri yang mencakup :
Hak kekayaan industri selanjutnya bisa di pilah lagi beberapa sub jenis. Pemilahan
tersebut berdasarkan undang-undang yang tersedia,yakni
1. Merek
2. Paten
3. Rahasia dagang
4. Desain Industri
5. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
6. Varietas tanaman
-
2.3 Sejarah Hak Cipta
Konsep hak cipta di Indonesia merupakan terjemahan dari konsep copyright dalam
bahasa Inggris (secara harafiah artinya hak salin). Copyright ini diciptakan sejalan dengan penemuan mesin cetak. Sebelum penemuan mesin ini oleh Gutenberg, proses untuk membuat
salinan dari sebuah karya tulisan memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama dengan
proses pembuatan karya aslinya. Sehingga, kemungkinan besar para penerbitlah, bukan para
pengarang, yang pertama kali meminta perlindungan hukum terhadap karya cetak yang dapat
disalin.
Awalnya, hak monopoli tersebut diberikan langsung kepada penerbit untuk menjual
karya cetak. Baru ketika peraturan hukum tentang copyright mulai diundangkan pada tahun
1710 dengan Statute of Anne di Inggris, hak tersebut diberikan ke pengarang, bukan penerbit.
Peraturan tersebut juga mencakup perlindungan kepada konsumen yang menjamin bahwa
penerbit tidak dapat mengatur penggunaan karya cetak tersebut setelah transaksi jual beli
berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut juga mengatur masa berlaku hak eksklusif bagi
pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun, yang kemudian setelah itu karya tersebut
menjadi milik umum.
Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra atau Konvensi Bern) pada tahun 1886 adalah yang pertama kali mengatur masalah copyright antara negara-negara berdaulat. Dalam
konvensi ini, copyright diberikan secara otomatis kepada karya cipta, dan pengarang tidak
harus mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan copyright. Segera setelah sebuah karya
dicetak atau disimpan dalam satu media, si pengarang otomatis mendapatkan hak
eksklusif copyright terhadap karya tersebut dan juga terhadap karya derivatifnya, hingga si
pengarang secara eksplisit menyatakan sebaliknya atau hingga masa
berlaku copyright tersebut selesai.
2.4 Sejarah Hak Cipta di Indonesia
Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari
Konvensi Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan
karsa bangsa asing tanpa harus membayar royalti.
Pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta
berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan menetapkan Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan undang-undang hak cipta
yang pertama di Indonesia. Undang-undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997, dan pada akhirnya
dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 yang kini berlaku. Perubahan undang-
undang tersebut juga tak lepas dari peran Indonesia dalam pergaulan antarnegara. Pada tahun
1994,pemerintah meratifikasi pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade
Organization - WTO), yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Propertyrights - TRIPs (Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual). Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994. Pada tahun 1997, pemerintah meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui
Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan juga meratifikasi World Intellectual Property
-
Organization Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO) melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.
2.5 Hak Cipta dan Penciptaanya
Pengertian Hak Cipta Pengertian Hak Cipta dan hal-hal yang berkaitan dengannya secara
garis besar dijabarkan dalam UU No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta sebagai berikut.
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk mengumumkan atau
memperbanyak dengan tidak mengurangi batasan-batasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang
menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari
pihak yang menerima hak tersebut.
Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau
penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apa pun termasuk media internet, atau
melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat
orang lain.
Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara keseluruhan
maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama
ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer.
Hak terkait adalah hak yang berkaitan dengan hak cipta, yaitu hak eksklusif bagi pelaku
untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya; bagi produser rekaman suara untuk
memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya dan bagi
lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemegang hak terkait
kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak
terkaitnya dengan persyaratan tertentu.
-
2.6. HAK CIPTA DAN HAK PATEN
A. Hak Cipta
Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur
penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta
merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan
pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada
umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau "ciptaan". Ciptaan
tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya,film, karya-karya koreografis
(tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto,
perangkat lunak komputer,siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain
industri.
Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak cipta
berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten, yang
memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak cipta bukan merupakan hak
monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang
melakukannya.
Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya mencakup ciptaan yang berupa
perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak mencakup gagasan umum, konsep, fakta, gaya,
atau teknik yang mungkin terwujud atau terwakili di dalam ciptaan tersebut. Sebagai contoh,
hak cipta yang berkaitan dengan tokoh kartun Miki Tikus melarang pihak yang tidak berhak
menyebarkan salinan kartun tersebut atau menciptakan karya yang meniru tokoh tikus
tertentu ciptaan Walt Disney tersebut, namun tidak melarang penciptaan atau karya seni lain
mengenai tokoh tikus secara umum.
Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak Cipta, yaitu, yang
berlaku saat ini, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002. Dalam undang-undang tersebut,
pengertian hak cipta adalah "hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku"
(pasal 1 butir 1).
Contoh hasil dari hak cipta (hasil karya yang di lindungi)
a. Karya sastra seperti buku, pamflet, novel, puisi, laporan, iklan, instruksi manual, artikel surat kabar dan bahkan daftar belanjaan dan kertas ujian.
b. karya-karya drama (yaitu, sesuai yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan, sebagai contoh skenario, naskah drama). Tidak ada keharusan karya drama tersebut disajikan
dalam bentuk tulisan, bisa juga dalam bentuk rekaman).
c. karya-karya koreografi d. komposisi-komposisi musik (semua suara atau musik bisa merupakan obyek
perlindungan asalkan disajikan dalam bentuk tertentu (contoh : transkrip atau
rekaman).
e. karya-karya sinematografi (gambar-gambar bergerak : films, videotapes, iklan, program televisi dan klip video).
f. Karya-karya artistik seperti gambar, lukisan, arsitektur, patung, ukiran, model, diagram, peta, ukiran kayu dan cetakan. Karya-karya tersebut tidak harus merupakan
karya seni yang bagus.
-
g. foto-foto
h. ilustrasi, peta, diagram, dan rancangan i. karya-karya turunan (derivative works), seperti terjemahan, adaptasi dan aransemen
musik.
Menurut TRIPs, karya-karya berikut ini harus dilindungi
a. karya-karya yang dilindungi oleh konvensi Bern;
b. program komputer;
c. data base;
d. seni pertunjukan (baik secara hidup/langsung, dalam bentuk penyiaran atau
rekaman dalam fonogram);
e. Fonogram (rekaman suara atau media lainnya);
f. Penyiaran (termasuk program televisi dan radio serta liputan tentang pertunjukan
hidup);
Undang-undang Hak Cipta mengatur hal yang kurang lebih sama. Pasal 12(1)
menetapkan karya-karya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra dilindungi, sebagai
berikut:
a. buku-buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan karya tulis, dan
karya-karya tulis lainnya;
b. khotbah, kuliah, pidato dan karya-karya lisan lainnya;
c. alat bantu visual yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. lagu, termasuk karawitan dan phonogram;
e. karya-karya drama, tari (karya-karya koreografis), pertunjukan boneka, pantomim;
f. pertunjukan-pertunjukan;
g. karya-karya penyiaran;
h. semua bentuk seni, seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, pahatan, patung,
collase, kerajinan tangan motif, diagram, sketsa, logo dan bentuk huruf;
i. arsitektur;
j. peta;
k. seni batik;
l. foto;
m. karya-karya sinematografi;
n. terjemahan, interpretasi, adaptasi, antologi dan database (ini dilindungi sebagai
ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan aslinya).
-
1. Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta
Konsep yang mendasari hukum hak cipta adalah bahwa hak cipta tidak melindungi ide-ide, informasi atau fakta-fakta, tetapi lebih melindungi bentuk pengungkapan daripada ide-ide, informasi atau fakta-fakta tersebut. Hak cipta hanya ada dalam bentuk-bentuk yang nyata, bukan ide-ide itu sendiri. Dengan demikian, hak cipta tidak melindungi ide-ide atau informasi sampai ide atau informasi tersebut dituangkan dalam bentuk yang dapat dihitung atau dalam bentuk materi dan dapat diproduksi ulang.
Hal ini tecermin dalam Pasal 2 TRIPs yang menyatakan bahwa perlindungan hak cipta diberikan untuk "pengungkapan bukan ide-ide, tata cara, metode dari pengoperasian konsep matematika". Meskipun demikian, adalah mungkin untuk beberapa ide yang bernilai komersial dilindungi dengan hukum rahasia dagang.
Contoh lain dari ide yang tidak dilindungi, tetapi bentuk konkret dari pengungkapannya dilindungi adalah :
1. Informasi-informasi ilmu pengetahuan yang terdapat dalam buku-buku teks universitas tidak dilindungi oleh hak cipta, tetapi kata-kata, bagan-bagan, atau ilustrasi yang digunakan oleh pengarang adalah dilindungi.
2. Suatu ide untuk menulis biografi orang terkenal, sebagai contoh bintang rock, tidak dilindungi oleh hak cipta dan informasi yang didapat oleh pengarang juga tidak dilindungi, tetapi bentuk dari kata-kata yang digunakan oleh pengarang adalah dilindungi.
Ide untuk menulis naskah sandiwara tentang Pemilu 1999 tidak dilindungi, tetapi kata-kata dalam sandiwara berdasarkan pemilu tersebut serta musik dan peralatan yang digunakan mungkin dilindungi.
2. Hak-hak yang dimiliki oleh pemegang hak cipta
UU Hak cipta Indonesia menyatakan bahwa pemegang hak cipta memiliki hak eksklusif untuk mengumumkan dan memperbanyak karya-karya mereka, dan memberi izin untukmelaksanakan hak tersebut kepada orang lain.
Pengumuman didefinisikan sebagai, pembacaan, penyuaraan, penyiaran atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun termasuk media internet dan dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat orang lain.
Perbanyakan terjadi saat keseluruhan ataupun bagian yang sangat penting dari sebuah karya diperbanyak. Ini termasuk memperbanyak sesuatu ke dalam sebuah bentuk yang berbeda. Sebagai contoh, melukis sebuah patung, membuat drama dari sebuah novel atau menyiarkan sebuah drama dianggap perbanyakan.
Oleh karena itu, seorang pemilik hak cipta mungkin mempunyai satu atau lebih hak-hak yang berikut: 1. Hak untuk memproduksi ulang karya; hal ini merupakan hak dasar dari pemegang hak
cipta. Pemegang hak cipta berhak menyalin karyanya dalam bentuk apapun (contoh :
-
dengan memfotokopi, mengetik, menyalin dengan tangan, memindai ke dalam komputer atau membuat rekaman).
2. Hak untuk memublikasikan; pemegang hak cipta atas karya sastra, drama, musik dan karya artistik mempunyai hak untuk memublikasikannya untuk pertama kalinya.
3. Hak untuk mempertunjukkan karya di depan umum; pemilik hak cipta di bidang sastra, drama, dan musik mempunyai hak untuk mempertunjukkan karyanya di depan umum. Pemilik hak cipta di bidang rekaman suara mempunyai hak untuk memperdengarkannya di depan umum. Hal ini termasuk memainkan lagu-lagu yang dilindungi hak cipta di restoran-restoran atau tempat kerja. Pemilik hak cipta atas film mempunyai hak untuk memperlihatkan dan memperdengarkannya di depan umum.
4. Hak untuk menyiarkan karya kepada khalayak; untuk karya sastra, drama dan musik, rekaman suara dan film sinematografi, pemilik hak cipta mempunyai hak eksklusif untuk menyiarkan karyanya. Hak untuk membuat adaptasi: pemilik dari hak cipta atas karya sastra, drama atau musik mempunyai hak untuk membuat adaptasi atas karyanya (contoh : terjemahan, dramatisasi).
5. Hak untuk menyewakan karyanya; pemilik hak cipta atas program komputer dan karya sinemagrafis memilii hak untuk mengontrol penyewaan yang bersifat komersial atas karyanya.
6. Hak untuk mengimpor/mengekspor karyanya; pemilik hak cipta biasanya mengontrol pengimporan dan pengeksporan karyanya untuk kepentingan komersial. Pemilik hak cipta boleh menjual atau memberikan lisensi satu atau semua haknya.
3. Pengalihan hak cipta
Hak cipta merupakan kekayaan pribadi maka terhadapnya dapat diperlakukan sebagaimana halnya perlakuan atas bentuk kekayaan lainnya. Hak cipta dapat;
diberikan begitu saja, dilisensikan, dialihkan (contoh: dialihkan kepada orang lain), dijual, diwasiatkan, bahkan diambil alih.
4. Hak-hak Moral Pencipta bisa menuntut sebab hukum Indonesia melindungi apa yang disebut
sebagai hak-hak moral. Hak-hak moral merupakan kekayaan pribadi yang dipunyai oleh pengarang/pencipta dari materi hak cipta dan ada secara terpisah dari hak-hak lainnya yang telah dijual/dilisensikan oleh pemilik hak cipta kepada orang lain. Terdapat dua jenis utama hak-hak moral (pasal 24), yaitu :
1. Hak untuk diakui dari karya, yaitu hak dari pengarang untuk dipublikasikan sebagai pengarang atas karyanya, untuk mencegah orang lain mengaku sebagai pengarang karya tersebut, atau untuk mencegah orang lain menghubungkan kepengarangan kepada orang lain; dan
2. Hak keutuhan, yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas penyimpangan atas karyanya atau perubahan lainnya atau tindakan-tindakan yang bisa menurunkan kualitas.
-
Bahkan, kalau pemegang hak cipta atau ahli warisnya memberi atau melisensikan hak ciptanya kepada orang lain, pemegang hak cipta asli dapat menuntut kalau namanya, judul atau isi karya diubah tanpa izinnya.
5. Jangka Waktu Perlindungan
Pasal 29 UU RI No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa hak cipta atas:
a. buku, pamlet, dan semua karya-karya tulis lainnya, b. tari, koreografi, c. segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung, d. seni batik, e. ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks, f. arsitektur, g. ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan sejenis lainnya, h. alat peraga, i. peta, j. terjemahan, tafsir, saduran dan bunga rampai
dilindungi selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 tahun setelah pengarang meninggal. Jangka waktu hak cipta beralku selama hidup pencipta meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya.
Hak cipta atas ciptaan: a. program komputer, b. Sinematografi, c. Fotografi, d. Database, e. karya hasil pengalihwujudan,
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.
Hak cipta atas perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diterbitkan. Perlu dicatat bahwa hak cipta yang dipegang oleh negara atas karya-karya kebudayaan tanpa batas waktu. Namun, jika negara memegang hak cipta mewakili karya yang tidak diketahui pengarangnya dan belum diterbitkan, jangka waktu perlindungan hak cipata dibatasi sampai 50 tahun (Pasal 31).
Karya-karya yang tidak diberikan perlindungan hak cipta: a. pertemuan terbuka dari institusi-institusi tinggi negara, b. hukum dan perundang-undangan, c. pidato-pidato kenegaraan dan pidato pejabat pemerintah, d. keputusan pengadilan dan perintah pengadilan, e. keputusan badan arbitrasi
-
6. Pendaftaran Hak Cipta
Pendaftaran dianjurkan berdasarkan beberapa alasan. Pertama, pendaftaran
memampukan perusahaan-perusahaan atau orang-orang yang ingin mengadakan
perjanjian lisensi untuk meneliti apakah seseorang sudah mendaftarkan sebuah perjanjian
lisensi yang serupa. Kedua, pendaftaran memungkinkan pemerintah untuk mengontrol
perjanjian lisensi yang merugikan negara. Perjanjian lisensi tidak boleh berisi peraturan-
peraturan yang merugikan perekonomian negara, dan jika ini terjadi, Direktur Jenderal
Hak Cipta dapat menolak pendaftaran perjanjian lisensi tersebut.
5. Syarat-syarat Pendaftaran:
Syarat-syarat pengajuan pendaftaran hak cipta adalah sebagai berikut :
1. Surat Kuasa Khusus yang ditandatangani diatas materai 6.000,- 2. Surat Pernyataan Khusus yang ditandatangani diatas materai 6.000,- 3. Etiket atau logo maupun gambar ciptaan sebanyak 15 lembar 4. Copy KTP dan NPWP pendirian Badan Usaha yang dilegalisir (bagi pemohon
atas nama badan usaha).
B. Hak Paten
Kata paten, diambil dari bahasa Inggris yaitu patent, yang awalnya berasal dari kata patere yang artinya membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari istilah letters patent, yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak
eksklusif kepada individu dan pelaku bisnis tertentu.
adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 1)
Sementara itu, arti invensi dan inventor (yang terdapat dalam pengertian di atas, juga menurut
undang-undang tersebut, adalah):
Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay.
2)
Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara
bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang
menghasilkan invensi. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 3)
Kata paten, berasal dari bahasa Inggris patent, yang awalnya berasal dari kata patere
yang berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari istilah
letters patent, yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak
eksklusif kepada individu dan pelaku bisnis tertentu. Dari definisi kata paten itu
sendiri, konsep paten mendorong inventor untuk membuka pengetahuan demi
kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya, inventor mendapat hak eksklusif selama
periode tertentu. Mengingat pemberian paten tidak mengatur siapa yang harus
melakukan invensi yang dipatenkan, sistem paten tidak dianggap sebagai hak
monopoli.
-
1.Hukum yang mengatur Contoh sampul dokumen paten Amerika Serikat?
Saat ini terdapat beberapa perjanjian internasional yang mengatur tentang hukum paten. Antara lain, WTO Perjanjian TRIPs yang diikuti hampir semua negara. Pemberian hak paten bersifat teritorial, yaitu, mengikat hanya dalam lokasi tertentu. Dengan demikian, untuk mendapatkan perlindungan paten di beberapa negara atau wilayah, seseorang harus mengajukan aplikasi paten di masing-masing negara atau wilayah tersebut. Untuk wilayah Eropa, seseorang dapat mengajukan satu aplikasi paten ke Kantor Paten Eropa, yang jika sukses, sang pengaju aplikasi akan mendapatkan multiple paten (hingga 36 paten, masing-masing untuk setiap negara di Eropa), bukannya satu paten yang berlaku di seluruh wilayah Eropa.
2.Subjek yang dapat dipatenkan Secara umum, ada tiga kategori besar mengenai subjek yang dapat
dipatenkan: proses, mesin, dan barang yang diproduksi dan digunakan. Proses mencakup algoritma, metode bisnis, sebagian besar perangkat lunak (software), teknik medis, teknik olahraga dan semacamnya. Mesin mencakup alat dan aparatus. Barang yang diproduksi mencakup perangkat mekanik, perangkat elektronik dan komposisi materi seperti kimia, obat-obatan, DNA, RNA, dan sebagainya. Kebenaran matematika, termasuk yang tidak dapat dipatenkan. Software yang menerapkan algoritma juga tidak dapat dipatenkan kecuali terdapat aplikasi praktis (di Amerika Serikat) atau efek teknikalnya (di Eropa).
Saat ini, masalah paten perangkat lunak (dan juga metode bisnis) masih merupakan subjek yang sangat kontroversial. Amerika Serikat dalam beberapa kasus hukum di sana, mengijinkan paten untuk software dan metode bisnis, sementara di Eropa, software dianggap tidak bisa dipatenkan, meski beberapa invensi yang menggunakan software masih tetap dapat dipatenkan.
Paten yang berhubungan dengan zat alamiah (misalnya zat yang ditemukan di hutan rimba) dan juga obat-obatan, teknik penanganan medis dan juga sekuens genetik, termasuk juga subjek yang kontroversial. Di berbagai negara, terdapat perbedaan dalam menangani subjek yang berkaitan dengan hal ini. Misalnya, di Amerika Serikat, metode bedah dapat dipatenkan, namun hak paten ini mendapat pertentangan dalam prakteknya. Mengingat sesuai prinsip sumpah Hipokrates (Hippocratic Oath), dokter wajib membagi pengalaman dan keahliannya secara bebas kepada koleganya. Sehingga pada tahun 1994, The American Medical Association (AMA) House of Delegates mengajukan nota keberatan terhadap aplikasi paten ini.
Di Indonesia, syarat hasil temuan yang akan dipatenkan adalah baru (belum pernah diungkapkan sebelumnya), mengandung langkah inventif (tidak dapat diduga sebelumnya), dan dapat diterapkan dalam industri. Jangka waktu perlindungan untuk paten biasa adalah 20 tahun, sementara paten sederhana adalah 10 tahun. Paten tidak dapat diperpanjang. Untuk memastikan teknologi yang diteliti belum dipatenkan oleh pihak lain dan layak dipatenkan, dapat dilakukan penelusuran dokumen paten. Ada beberapa kasus khusus penemuan yang tidak diperkenankan
-
mendapat perlindungan paten, yaitu proses/produk yang pelaksanaannya bertentangan dengan undang-undang, moralitas agama, ketertiban umum atau kesusilaan; metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan; serta teori dan metode di bidang matematika dan ilmu pengetahuan, yakni semua makhluk hidup, kecuali jasad renik, dan proses biologis penting untuk produksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikro-biologis.
3.Istilah - Istilah dalam Paten
a. Invensi
Adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
b. Inventor atau pemegang Paten Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi. Pemegang paten adalah inventor sebagai pemilik paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam daftar umum paten.
c. Hak yang dimiliki oleh pemegang Paten Pemegang paten memiliki hak eklusif untuk melaksanakan paten yang dimilikinya dan melarang orang lain yang tanpa persetujuannya : 1) Dalam hal Paten Produk : membuat, menjual, mengimpor, menyewa,
menyerahkan, memakai, menyediakan untuk di jual atau disewakan atau diserahkan produk yang di beri paten.
2) Dalam hal Paten Proses : Menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a. a) Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain
berdasarkan surat perjanjian lisensi. b) Pemegang paten berhak menggugat ganti rugi melalui pengadilan
negeri setempat, kepada siapapun, yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 di atas.
c) Pemegang paten berhak menuntut orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam butir 1 diatas.
d) Pengajuan Permohonan Paten Paten diberikan atas dasar permohonan dan memenuhi persyaratan administratif dan subtantif sebagaimana diatur dalam Undang-undang Paten.
e) Sistem First to File Adalah suatu sistem pemberian paten yang menganut mekanisme bahwa seseorang yang pertama kali mengajukan permohonan dianggap sebagai pemegang paten, bila semua persyaratannya dipenuhi.
-
4.Mengajukan Suatu Permohonan Paten Suatu permohonan paten sebaiknya diajukan secepat mungkin, mengingat sistem
paten Indonesia menganut sistem First to File. Akan tetapi pada saat pengajuan, uraian lengkap penemuan harus secara lengkap menguraikan atau mengungkapkan penemuan tersebut.
Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh seorang Inventor sebelum mengajukan permohonan paten: a. Melakukan penelusuran. Tahapan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi
tentang teknologi terdahulu dalam bidang invensi yang sama (state of the art) yang memungkinkan adanya kaitannya dengan invensi yang akan diajukan. Melalui informasi teknologi terdahulu tersebut maka inventor dapat melihat perbedaan antara invensi yang akan diajukan permohonan Patennya dengan teknologi terdahulu.
b. Melakukan Analisis. Tahapan ini dimaksudkan untuk menganalisis apakah ada ciri khusus dari invensi yang akan diajukan permohonan patennya dibandingkan dengan Invensi terdahulu.
c. Mengambil Keputusan. Jika invensi yang dihasilkan tersebut mempunyai ciri teknis dibandingkan dengan teknologi terdahulu, maka invensi tersebut sebaiknya diajukkan permohonan patennya. Sebaliknya jika tidak ditemukan ciri khusus, maka invensi tersebut sebaiknya tidak perlu diajukan untuk menghindari kerugian dari biaya pengajuan permohonan paten.
-
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Baik HaKI, Hak Cipta, ataupun Paten memiliki nilai yang penting dalam perlindungan pemilikan suatu hal yang telah di buat ataupun di temukan oleh seseorang. Pembuatan Hak Cipta itu sendiri harus memenuhi kriteria yang di tentukan . Hak Cipta tersebut di bantu oleh hukum dan undang-undang tertulis sehingga memberika sanksi yang tegas bagi para pelanggar Hak Cipta. Cara untuk mendapatkan pemilikan seseorang tersebut adalah dengan mengalihkan hak dari sang pembuatnya melalui lisensi ataupun penjualan.
3.2 Saran Para seniman sebaiknya sudah langsung mendaftarkan hak cipta atas karya yang mereka buat agar tidak terjadi pelanggaran hak yang di lakukan oleh oknum yang ingin meraup keuntungan atas karya mereka secara illegal. Masyarakat pun seharusnya ikut serta dalam pemberantasan pelanggaran hak cipta dengan cara membeli atau memperoleh karya yang di buat oleh seniman secara legal dan memiliki lisensi yang jelas.