Tugas Makalah HAKI 2

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan di bidang hukum di Indonesia sebagaimana termaksud dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) melalui Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No.IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004, serta untuk mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu pengetahuan, seni, dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa dalam Wahana Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, maka dirasakan perlunya perlindungan hukum terhadap hak cipta. Perlindungan Hukum tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik untuk tumbuh dan berkembangnya gairah mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Di Indonesia, Undang-undang yang melindungi karya cipta adalah Undang-undang nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, sebagaiman telah di ubah oleh undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang perubahan Atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, dan terkhir telah 1

Transcript of Tugas Makalah HAKI 2

Page 1: Tugas Makalah HAKI 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam rangka pembangunan di bidang hukum di Indonesia sebagaimana

termaksud dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) melalui Ketetapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No.IV/MPR/1999 Tentang

Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004, serta untuk mendorong dan

melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu

pengetahuan, seni, dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan

kehidupan bangsa dalam Wahana Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undang-undang Dasar 1945, maka dirasakan perlunya perlindungan hukum

terhadap hak cipta. Perlindungan Hukum tersebut dimaksudkan sebagai upaya

untuk mewujudkan iklim yang lebih baik untuk tumbuh dan berkembangnya

gairah mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra di tengah-tengah

masyarakat Indonesia.

Di Indonesia, Undang-undang yang melindungi karya cipta adalah

Undang-undang nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, sebagaiman telah di ubah

oleh undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang perubahan Atas Undang-

undang Nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, dan terkhir telah di ubah lagi

dengan undang-undang Nomor 12 tahun 1997 tentang perubahan Atas Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang hak cipta beserta beberapa peraturan

pelaksanaannya.dan pada tanggal 29 Juli 2002 telah diundangkan Undang-

Undang yang terbaru yaitu Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta yang mulai berlaku 12 (dua belas) bulan sejak diundangkan sehingga

karenanya Undang-undnag Hak Cipta yang baru tersebut tidak banyak disinggung

dalam penulisan ini.

1

Page 2: Tugas Makalah HAKI 2

1.2 Identifikasi Masalah

Bertolak dari apa yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah di

atas, dalam hal ini penuls mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah pengakuan hak cipta ?

2. Apa pengertian dan landasan hukum hak cipta di Indonesia ?

3. Bagaimana pengaturan kerjasasama lisensi ?

4. Bagaimana pengaturan hak dan wewenang menggugat ?

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuannya penulisan makalah ini berdasarkan

permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pengakuan hak cipta

2. Untuk mengetahui apa pengertian dan landasan hukum hak cipta di Indonesia

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan kerjasa sama lisensi

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan hak dan wewenang menggugat

2

Page 3: Tugas Makalah HAKI 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pengakuan Hak Cipta

Harsono Adisumarto (1990: 1-4) dalam bukunya “Hak Milik Intelektul

Khususnya Hak Cipta” mengemukakan bahwa faktor–faktor yang mempunyai

pengaruh terhadap perkembangan hak cipta adalah faktor sosial, politik dan

teknologi. Khusus mengenai teknologi dapat diutarakan bahwa setelah di

temukannya mesin cetak oleh J. Guetenberg pada pertengahan abad ke-15, maka

terjadilah perubahan dalam waktu yang pendek serta dengan biaya yang lebih

ringan, sehingga perdagangan buku menjadi meningkat.

Lebih lanjut Harsono mengatakan, dalam abad ke-15 dan sebelumnya,

kelompok yang berhubungan dengan penerbitan dan perdagangan buku termasuk

suatu gilda yang memperoleh kewenangan khusus dari penguasa raja untuk

memperbanyak, mencetak dan memperdagangkan buku.

Dalam akhir abad ke-17 para pedagang dan penulis menentang kekuasaan

yang diperoleh para penerbit dalam penerbitan buku, dan menghendaki dapatnya

ikut serta dan untuk menikmati hasil ciptaannya dalam bentuk buku. Sebagai

akibat ditemukanya mesin cetak yang membawa akibat terjadinya perubahan

masyarakat maka dalam tahun 1709 parlemen Inggris menerbitkan Undang-

undang Anne (The Statute of Anne) yang bertujuan untuk membatasi hak cipta

yang di pegang oleh penerbit dan Undang-undang tersebut dianggap sebagai

Undang-undang Hak Cipta yang pertama.

Lebih lanjut Harsono mengatakan, tidak hanya faktor teknologi yaitu

dengan di temukaknya mesin cetak dan faktor politik dengan usaha penguasa

untuk membatasi kewenangan para penerbit dalam bidang penerbitan dan

perdagangan buku, tetapi faktor sosialpun mendukung terjelmanya hak cipta yang

melekat atas karya tulis para pengarang dan penulis. Dalam Tahun 1690, John

Locke yang di kutip Harsono mengutarakan dalam bukunya Two Treatises on

Civil Government bahwa pengarang atau penulis mempunyai hak dasar

(“natural Right”) atas karya ciptanya.

3

Page 4: Tugas Makalah HAKI 2

Adapun perkembangan di Belanda dengan Undang-undang tahun 1817,

hak cipta (Kopijregt) tetap berada pada penerbit; baru dengan Undang-undang hak

cipta tahun 1881 hak khusus pencipta (uitsuitendrecht van de maker) sepanjang

mengenai pengumuman dan perbanyakan memperoleh pengakuan formal dan

materiil.

Dalam tahun 1886 terciptalah konvensi Bern untuk perlindungan karya

sastra dan seni, suatu pengaturan yang modern di bidang hak cipta. Kehendak

untuk ikut serta dalam Konvensi Bern, merupakan dorongan bagi Belanda

terciptanya Undang-undang Hak Cipta Tahun 1912 (Auteurswet 1912).

4

Page 5: Tugas Makalah HAKI 2

2.2 Pengertian dan Landasan Hukum Hak Cipta di Indonesia

Istilah hak cipta di usulkan pertama kalinya oleh Prof. Moh. Syah, SH.

Pada Kongres Kebudayaan di Bandung seperti yang di kutip Saidin, yang

kemudian di terima di kongres itu sebagai pengganti istilah hak pengarang yang

dianggap kurang luas cakupan pengertiannya. Istilah hak pengarang itu sendiri

merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda Auteures Rechts.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa pengertian tersebut “kurang luas” karena

istilah hak pengarang itu memberikan kesan “penyempitan” arti, seolah-olah yang

di cakup oleh pengarang itu hanyalan hak dari pengarang saja, atau yang ada

sangkut pautnya dengan karang pengarang. Sedangkan istilah hak cipta itu lebih

luas, dan ia mencakup juga tentang karang mengarang. Lebih jelas batasan

pengertian ini dapat dilihat dalam Pasal 2 UHC 1982, yang di perbaharui dengan

UHC No.7 Tahun 1987, menurutu ketentuan ini, hak cipta adalah hak khusus bagi

pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak

ciptannya maupun memberi izin untuk itu, dengan tidak mengurangi pembatasan-

pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengakuan secara hukum atas Hak Cipta sesuai karya cipta di Indonesia

boleh dikatakan belum begitu lama dan belum memasyarakat. Keadaan ini di

sebabkan bahwa produk hukum untuk mengakui dan melindungi Hak Cipta

tersebut baru terbit pada tahun 1982, yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982

tentang Hak Cipta. Pada Tahun 1987 Undang-undang ini diubah menjadi Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 6

tahun 1982 tentang Hak Cipta. Kemudian terjadi lagi perubahan atas Undang-

undang tersebut, dan selanjutnya menjadi Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997

tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987.

5

Page 6: Tugas Makalah HAKI 2

Perubahan-perubahan pada Undang-undang tersebut diatas pada dasarnya

di maksudkan sebagai suatu upaya untuk mengakomodasikan dan

mengaktualisasikan seluruh sifat, jenis dan bentuk karya cipta dan hak cipta yang

tampak dinamis dan berkembang terus. Akomodasi dan aktualisasi yang dimaksud

antara lain direalisasikan dengan menetapkan pengertian dan cakupan Karya Cita

dan Hak Cipta atas sesuatu karya cipta.

Harsono Adisumarto (1990:5) mengatakan, rumusan Undang-undang

mengenai pengertian Hak Cipta di dasarkan pada Undang-undang Nomor 6 Tahun

1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1987 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 6 Tahun

1982 tentang Hak Cipta, disingkat UHC-Indonesia.

Menurut Saidin (1997) : 34-36) dalam bukunya “Aspek Hukum hak

Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights)” undang-undang ini di

keluarkan adalah untuk merealisasikan amanah GBHN (tahun 1978) dalam rangka

pembangnunan di bidang hukum, di maksudkan untuk mendorong dan melindungi

pencipta dan hasil karya ciptanya.

Lebih lanjut Saidin menambahkan, dengan keluarnya UHC 1982, yang

diperbaharui dengan UHC No.7 Tahun 1987 ini secara tegas di nyatakan di cabut

Auteurswet 1912 Stb. No. 600, karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan cita-cita

hukum nasional. Demikianlah kita lihat tujuan di keluarkannya UHC 1982, yang

diperbaharui dengan UHC No.7 Tahun 1987, yang pada bagian lain telah pula

menyebutkan hak cipta, Menurut ketentuan ini, hak cipta adalah hak khusus bagi

pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak

ciptaannya maupun memberi izin untuk itu, dengan tidak mengurangi

pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam konteks itu, Hutauruk yang di kutip Saidin mengatakan, ada dua

unsur penting yang terkandung dari rumusan pengertian hak cipta yang termuat

dalam Pasal 2 UHC 1982, yang di perbaharui dengan UHC No.7 Tahun 1987 itu,

yaitu :

1. Hak yang dapat di pindahkan . dialihkan kepada pihak lain.

6

Page 7: Tugas Makalah HAKI 2

2. hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun, dan dengan jalan apapun

tidak dapat di tinggalkan dari padanya (mengumumkan karyanya,

menetapkan judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atau nama

samarannya dan mempertahankan keutuhan atau integritas ceritanya).

Menyadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin

memperluas bentuk dan sifat Hak Cipta, maka Undang-undang Nomor 7 Tahun

1987 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang hak

Cipta di nilai masih kurang memadai untuk mengikuti perkembangan keadaan.

Karena itu Undang-undang tersebut perlu lebih disesuaikan dan atau di ubah, agar

dapat mengimbangi perkembangan keadaan.

Pengganti Undang-undang tersebut adalah Undang-undang Nomor 12

Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor Tahun 1982 tentang

hak cipta sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun

1987.

Pasal 1 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 menyatakan sebagai

berikut :

1. Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang

atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,

imajinasi, kecekatan, ketrampilan atau keahlian yang dituangkan dalam

bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

2. Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta dalam bentuk yang khas dan

menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan

sastra.

3. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau

orang yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau orang lain yang

menerima lanjut hak dari orang tersebut diatas.

Dari uraian diatas ditarik pokok pemahaman bahwa pencipta suatu karya

dapat terdiri satu orang atau lebih. Karya cipta yang dimaksud meliputi karya

cipta di bidang ilmu pengetahuan, karya cipta di bidang kesenian, dan karya cipta

dibidang sastra. Sedangkan pemegang Hak Cipta bisa yang menciptakan karya itu

sendiri, tetapi bisa juga orang-orang lain yang mendapat hak Cipta tersebut.

7

Page 8: Tugas Makalah HAKI 2

Pasal 2 Undang-undnag Nomor 12 Tahun 1997 menyatakan bahwa :

(1) Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaan maupun memberi izin untuk

itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pencipta maupun penerima Hak Cipta atas karya film dan program

komputer memiliki hak untuk memberi izin atau melarang orang lain

yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut untuk

kepentiangan yang bersifat komersial.

(3) Ketentuan mengenai hak untuk memberi izin atau melarang penyewaan

sebagaimana di maksud dalam ayat (2) berlaku pula bagi produser

rekaman suara.

Dari uraian pasal diatas dapat disimpulkan bahwa Hak Cipta adalah hak

khusus yang di peroleh seseorang atau lebih atas karya ciptaannya. Hak khusus ini

dapat juga di peroleh orang yang tidak termasuk orang menciptakan karya

tersebut, namun secara sah mendapat hak khusus di maksud dari orang yang

menciptakan karya tersebut.

Pasal 10A Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 menjelaskan sebagai

berikut :

(1) Apabila suatu ciptaan tidak diketahui penciptaannya dan ciptaan itu

belum di terbitkan, maka negara memegang Hak Cipta atas ciptaan

tersebut untuk kepentingan penciptanya.

(2) Apabila suatu ciptaan telah di terbitkan tetapi tidak di ketahui

penciptanya atau pada ciptaan tersebut hanya tertera nama samaran

penciptanya, maka penerbit memegang Hak Cipta atas ciptaan tersebut

untuk kepentingan penciptanya.

Pasal diatas tampaknya diarahkan untuk mengantisipasi kemungkinan

terjadi ketidak jelasan Hak Khusus dari Hak Cipta atas sesuatu karya cipta yang

tidak atau belum di ketahui siapa penciptanya. Hal ini memang penting mengingat

tidak sedikit karya cipta yang tidak jelas siapa penciptanya.

8

Page 9: Tugas Makalah HAKI 2

Selanjutnya dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997

menyebutkan bahwa :

(1) Dalam Undang-undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam

bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang meliputi karya :

a. buku, program komputer, plamfet, susunan perwajahan karya tulis

yang di terbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya;

b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lainnya yang diwujudkan

dengan cara di ucapkan;

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan ilmu pengetahuan;

d. ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks, termasuk

karawitan, dan rekaman suara;

e. drama, tari (koreografi), pewayangan, pantomin;

f. karya pertunjukan;

g. karya siaran;

h. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,

seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, seni terapan yang

berupa seni kerajinan tangan;

i. arsitektur;

j. peta;

k. seni batik;

l. fotografi;

m. sinematografi;

n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya lainnya dari

hasil pengalihwujudan.

(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf n dilindungi sebagai ciptaan

tersendiri, dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas ciptaan aslinya.

(3) Dalam perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

termasuk juga semua ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, akan

tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang

memungkinkanperbanyakan hasil karya itu.

9

Page 10: Tugas Makalah HAKI 2

Bila di banding dengan materi undang-undang sebelumnya, Pasal 11

Undang-undang Nomor 12 tahun 1997 jauh lebih rinci penjelasanya atas jenis-

jenis Hak Cipta.

Pasal 27A Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 menjelaskan sebagai

berikut :

(1) Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau di laksanakan oleh Negara

berdasarkan :

a. ketentuan pasal 10 ayat (2) huruf b, berlaku tanpa batas waktu;

b. ketentuan pasal 10A ayat (1), berlaku selama 50 (lima puluh) tahun

sejak karya cipta tersebut pertama kali di ketahui umum.

(2) Hak Cipta atas ciptaan yang dilaksanakan oleh penerbit berdasarkan

ketentuan pasal 10A ayat (2) berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak

karya cipta tersebut pertama kali di terbitkan.

Pasal 28A Undnag-undang Nomor 12 Tahun 1997 menetapkan bahwa

jangka waktu perlindungan bagi hak pencipta sebagaimana di maksud dalam ;

a. Pasal 24 ayat (1) berlaku tanpa batas waktu; dan b pasal 24 ayat (2) dan ayat(3)

berlaku selama berlangsungnya jangka waktu Hak Cipta atas ciptaan yang

bersangkutan, kecuali untuk pencantuman dan perubahan nama atau nama

samaran penciptanya.

Pasal 28 B Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 menjelaskan:

Tanpa mengurangi hak Pencipta atas jangka waktu perlindungan Hak

Cipta yang dihitung sejak lahirnya suatu ciptaan, penghitungan jangka

waktu perlindungan bagi ciptaan yang dilindungi :

a. selama 25 (dua puluh lima) tahun;

b. selama 50 (lima puluh) tahun;

c. selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh)

tahun setelah pencipta meninggal dunia; di mulai sejak 1 Januari untuk

tahun berikutnya setelah ciptaan tersebut diumumkan, di ketahui oleh

umum, diterbitkan, atau setelah pencipta meninggal dunia.

10

Page 11: Tugas Makalah HAKI 2

2.3 Pengaturan Perjanjian Kerjasama Lisensi

Mengenai Lisensi, Pasal 38A Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997

menyatakan sebagai berikut :

(1) Pemegang Hak Cipta berhak memberi lisensi kepada pihak

lain berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk melaksanakan

perbuatan sebagaimana di maksud dalam pasal 2.

(2) Kecuali jika di perjanjikan lain, maka lingkup lisensi

sebagaimana di maksud dalam ayat (1) meliputi semua

perbuatan sebagaimana di maksud dalam pasal 2, berlangsung

selama jangka waktu lisensi diberikan dan berlaku untuk

seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

Dari penjelasan pasal diatas tampak bahwa urusan lisensi perlu diatur

secara khusus oleh pihak pemberi lisensi kepada pihak yang menerima lisensi.

Pada umumnya pemberian lisensi dari satu pihak kepada pihak lain ini di lakukan

secara tertulis dalam bentuk pasal-pasal perjanjian tertentu, yang di sepakati kedua

belah pihak.

Pasal 38 B Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 menyatakan, bahwa

kecuali jika perjanjian lain, maka Pemegang Hak Cipta tetap boleh melaksanakan

sendiri atau memberi lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk melaksanakan

perbuatan sebagaimana di maksud dalam pasal 2.

Pasal 38 C Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 menyatakan sebagai

berikut :

(1) Perjanjian lisensi di larang memuat ketentuan yang langsung maupun

tidak langsung dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian

Indonesia.

(2) Agar dapat mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga, perjanjian

lisensi wajib di catatkan di kantor Hak Cipta.

(3) Permintaan pencatatan perjanjian lisensi yang memuat ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di tolak oleh Kantor Hak Cipta.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian lisensi, termasuk tata cara

pencatatannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

11

Page 12: Tugas Makalah HAKI 2

Ketentuan pada pasal diatas jelas di maksudkan untuk melindungi warga

negara Indonesia dari cara-cara yang tidak hanya akan merugikan dirinya, tetapi

dapat pula merugikan negara. Hal ini bisa saja terjadi sebagai akibat kekurang

pengertian pihak yang menerima lisensi, karena pihak pemberi lisensi adalah

pihak asing, yang tentu mempunyai kepentingan dan aturan tertentu. Itu sebabnya

perlu di keluarkan Peraturan Pemerintah yang khusus mengatur urusan lisensi ini.

2.4 Pengaturan Hak dan Wewenang Menggugat

Bila terjadi pelanggaran atas suatu Hak Cipta, maka persoalan yang akan

timbul bagi Pencipta atau ahli warisnya adalah bagaimana memperkirakan

pelanggaran Hak Cipta tersebut. Mengenai Hak dan Wewenang Menggugat, pasal

41 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 menyatakan sebagai berikut :

Penyerahan Hak Cipta atas seluruh ciptaan kepada orang atau badan lain tidak

mengurangi hak pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat seseorang yang

tanpa persetujuannya :

a. meniadakan nama Pencipta yang tercantum pada ciptaan itu;

b. mencantumkan nama Pencipta pada ciptaannya;

c. mengganti atau mengubah judul ciptaan itu; dan atau

d. mengubah isi ciptaan itu.

Pasal 42 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 menjelaskan sebagai berikut :

(1) Pemegang Hak Cipta berhak untuk mengajukan gugatan ganti rugi ke

pengadilan negeri atas pelanggaran atas Hak Ciptanya dan meminta

penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil perbanyakannya.

(2) Dalam hal terdapat gugatan untuk penyerahan benda sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), maka Hakim dapat memerintahkan bahwa

penyerahan itu baru dilaksanakan setelah pemegang Hak Cipta membayar

sejumlah nilai benda yang di serahkan kepada pihak yang beritikad baik.

(3) Pemegang hak Cipta juga berhak untuk meminta kepada pengadilan

negeri agar memerintahkan penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan

yang diperoleh dari penyelenggaraan ceramah dan penemuan ilmiah

12

Page 13: Tugas Makalah HAKI 2

lainnya, atau pertunjukan atau pameran karya yang merupakan hasil

pelanggaran Hak Cipta atau dengan cara melanggar Hak Cipta tersebut.

(4) Untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya

dilanggar, Hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk menghentikan

kegiatan pembuatan, perbanyakan, penyiaran, pengedaran dan penjualan

ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta.

Pasal 43 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 menyatakan bahwa Hak

Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 tidak berlaku

terhadap benda yang ada dalam tangan seseorang yang tidak memperdagangkan

benda-benda itu dan memperolehnya untuk keperluan sendiri.

Dengan adanya pasal tersebut diatas, maka diperoleh kejelasan dan

kepastian mengenai tidak semua Hak Cipta berlaku atas setiap semua karya

ciptaan. Artinya, Hak Cipta dimaksud ini tidak berlaku terhadap karya-karya yang

ada dalam tangan seseorang yang tidak memperdagangkan karya-karya tersebut

dan memperolehnya untuk keperluan sendiri. Sebagai misal, karya lukisan yang

berada di tangan kolektor.

Selanjutnya pasal 43A Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997

menyatakan bahwa Pencipta atau ahli waris ciptaan dapat mengajukan gugatan

ganti rugi atas pelanggaran ketentuan Pasal 24.

Dengan adanya pasal 34A tersebut, maka setiap Pencipta atau ahli waris

Hak Cipta mempunyai landasan hukum yang jelas untuk melakukan upaya hukum

terhadap pelanggaran atas Hak Ciptanya. Pasal inilah yang tampaknya menjadi

suatu hal yang perlu diperjelas dan dipertegas melalui perubahan peraturan

perundang-undangan, sehingga seseorang Pencipta atau ahli waris Hak Cipta

memperoleh pegangan hukum dalam memperkarakan Hak Ciptanya.

Pasal 43B menyatakan hak untuk mengajukan gugatan sebagaimana

dimaksud dalam psal 42 tidak mengurangi hak Negara untuk melakukan tuntutan

pidana terhadap pelanggaran Hak Cipta.

Dalam pasal 43C BAB VA tentang Hak-hak yang berkaitan dengan Hak

Cipta menyatakan bahwa :

13

Page 14: Tugas Makalah HAKI 2

(1) Pelaku memiliki hak khusus untuk memberi izin atau melarang orang lain

yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak dan menyiarkan

rekaman suara dan atau gambar dari pertunjukkannya.

(2) Produser rekaman suara memiliki hak khusus untuk memberi izin atau

melarang orang lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak karya

rekaman suara.

(3) Lembaga penyiaran memiliki hak khusus untuk memberi izin atau

melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak

dan menyiarkan ulang karya siarannya melalui transisi dengan atau tanpa

kabel, atau melalui sistem elektromagnetik lainnya.

Pasal 43 D Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 menyatakan bahwa :

(1) Jangka waktu perlindungan bagi :

a. Pelaku yang menghasilkan karya pertunjukan berlaku selama 50

(lima puluh) tahun sejak karya tersebut diwujudkan atau di

pertunjukan;

b. Prosedur rekaman suara yang menghasilkan karya rekaman

suara berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya tersebut

selesai di rekam;

c. Lembaga penyiaran yang menghasilkan karya siaran berlaku

selama 20 (dua puluh) tahun sejak karya siaran tersebut pertama

kali disiarkan.

(2) Penghitungan jangka waktu perlindungan sebagaimana di maksud dalam

ayat (1) dimulai sejak 1 Januari tahun berikutnya setelah :

a. suatu karya pertunjukan selesai di wujudkan atau dipertunjuk-

kan;

b. suatu karya rekaman suara selesai direkam;

c. suatu karya siaran selesai disiarkan untuk pertama kali.

Selanjutnya pada dimensi lain yang dimaksud dengn pemegang hak cipta

Saidin dalam bukunya “Aspek Hukum Kekayaan Intelektual” adalah pencipta

sebagai hak pemilik hak cipta, atau orang yang menerima hak tersebut dari

pencipta atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari orang tersebut di atas

14

Page 15: Tugas Makalah HAKI 2

sebagaimana yang dimaksud oleh pasal 1 butir (b) UHC 1982, yang diperbaharui

dengan UHC No.7 tahun 1987.

Lebih lanjut Saidin menngutip pendapat Vollmar, menjelaskan bahwa

setiap mahkluk hidup mempunyai apa yang disebut wewenang berhak yaitu

kewenangan untuk membezit (mempunyai) hak-hak dan setiap hak tentu ada

subyek haknya sebagai hak tersebut. Setiap ada hak tentu ada kewajiban. Dan

saidin kembali mengutip pendapat Prof. Mahadi “setiap ada subyek pasti ada

obyek” kedua-duanya tidak lepas satu sama lain, melainkan ada relasi (hubungan)

ada hubungan dengan yang satu dengan yang lain. Dan apabila dihubungkan

dengan hak cipta, maka yang menjadi subyeknya adalah pemegang hak yaitu

pencipta atau orang atau badan hukum yang secara sah memperoleh hak untuk itu.

Yaitu dengan cara pewarisan, hibah, wasiat, dijadikan milik negara atau dengan

perjanjian, sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 3 UHC 1982, yang

diperbaharui dengan UHC No.7 Tahun 1987. Sedangkan yang menjadi obyeknya

ialah benda yang dalam hal ini adalah hak cipta, sebagai benda immaterial.

Sedangkan yang dimaksud dengan istilah “dapat” dijadikan milik negara

dari penjelasan perundang-undangan diatas, memberikan arti bahwa peralihan hak

kepada negara itu hanya suatu kemungkinan saja, bukan suatu keharusan dan

untuk itu harus di penuhi beberapa syarat, yaitu:

1. demi kepentingan negara;

2. dengan sepengetahuan pemegangnya;

3. dengan keputusan presiden;

4. atas dasar pertimbangan dewan hak cipta;

5. kepada pemegang hak cipta diberi imbalan penghargaan yang

ditetapkan oleh Presiden.

Jadi jika dilihat persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat hak cipta itu

dijadikan milik negara, maka dapat dikatakan persyaratan hampir sama dengan

tata cara pencabutan hak atas tanah.

15

Page 16: Tugas Makalah HAKI 2

BAB III

PENUTUP

Dengan telah diundangkannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982

Tentang hak cipta yang kemudian diubah dan di perbaharui dengan undang-

undang Nomor 7 tahun 1987 dan selanjutanya di perbaharui dengan Undang-

undang Nomor 12 tahun1997 Tentang p

erubahan Atas Undang-undang hak Cipta Nomor 7 Tahun 1987, Indonesia

bertekad untuk menghargai dan melindungi ciptaan ,pencipta dan pemegang hak

cipta atas suatu ciptaan di bidang Ilmu Pengetahuan, Seni dan Sastra. Hal ini bisa

dilihat dari adanya perubahan maupun perbaikan atas perundang-undangan

tersebut, dimana ditetapakan sanksi pidana yang berat bagi para pelaku tindak

pidananya serta di tandatanganinya pula perjanajian perlindungan hukum timbal

balik dengan di keluarkannya Keppres tentang pengesahan persetujuan mengenai

perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman

suara antara Negara Republik Indonesia dengan Masyarakat Eropah (Keppres No.

17 Tahun 1988), sedangkan perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak

cipta antara Negara Republik Indonesia dengan Amerilka Seriakat (Keppres No.

25 Tahun 1989), Negara Republik Indonesia dengan Australia (Keppres No. 38

Tahun 1993), dan Negara Republik Indonesia dengan Inggris (Keppres No. 56

Tahun 1994).

16

Page 17: Tugas Makalah HAKI 2

DAFTAR PUSTAKA

Damian, Eddy. Dkk. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung PT. Alumni. 2002

Eddy Damian, Hukum Hak Cipta menurut beberapa Konvensi Internasional, Undang-undang hak cipta 1997 dan perlindungannya terhadap buku serta perjanjian penerbitannya (Bandung : Penerbit Alumni, 1999), halaman 141.

Kansil. Hukum Perusahaan Indonesia. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. 2002

Purwosatjipto. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia I. Jakarta: Djambatan 2003

Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta (Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya bakti,1998), Halaman 19.

17

Page 18: Tugas Makalah HAKI 2

MAKALAH

H A K C I P T A

Oleh

Abdul Basith Rachman Romario Heipon

Agustho E.Krey Christiani Koirewoa

Aldy Reza Stup Bay Devica Seroirawani

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2012

18

Page 19: Tugas Makalah HAKI 2

19