Makalah Tentang Akhlak Dan Hukum

14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep kehidupan umum masyarakat dunia termasuk didalamnya bangsa Indonesia tidak pernah terlepas dari konsep kehidupan global yang sudah berjalan melalui proses yang sangat panjang. Konsep tersebut menjadi konsep berbangsa, bernegara; seperti Kapitalisme, Liberalisme, Sosialisme, Komunisme, Sekularisme dan konsep berbangsa dan bernegara yang berlandaskan agama. Seluruh Konsep kehidupan dan isme dijadikan sebagai filosofi kehidupan berbangsa dan bernegara untuk membentuk tatanan kehidupan serta peradaban manusia, yang tidak lain memiliki maksud dan tujuan untuk mewujudkan keselarasan dan kesejahteraan masyarakat dan bangsanya. Eforia isme politik tersebut berkembang di era perebutan kekuasaan pasca perang dunia I dan II melalui proyek-proyek politik propaganda untuk saling memberi pengaruh dari negara-negara yang menang dalam perang tersebut untuk dijadikan konsumsi bagi Negara yang 1

description

Akhlak & Hukum

Transcript of Makalah Tentang Akhlak Dan Hukum

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKonsep kehidupan umum masyarakat dunia termasuk didalamnya bangsa Indonesia tidak pernah terlepas dari konsep kehidupan global yang sudah berjalan melalui proses yang sangat panjang. Konsep tersebut menjadi konsep berbangsa, bernegara; seperti Kapitalisme, Liberalisme, Sosialisme, Komunisme, Sekularisme dan konsep berbangsa dan bernegara yang berlandaskan agama.Seluruh Konsep kehidupan dan isme dijadikan sebagai filosofi kehidupan berbangsa dan bernegara untuk membentuk tatanan kehidupan serta peradaban manusia, yang tidak lain memiliki maksud dan tujuan untuk mewujudkan keselarasan dan kesejahteraan masyarakat dan bangsanya. Eforia isme politik tersebut berkembang di era perebutan kekuasaan pasca perang dunia I dan II melalui proyek-proyek politik propaganda untuk saling memberi pengaruh dari negara-negara yang menang dalam perang tersebut untuk dijadikan konsumsi bagi Negara yang mendapat nasib kalah dalam perang, atau negara-negara yang memang memiliki kondisi sumber daya manusia dan alam sebagai objek perebutan kekuasaan, atau juga memang karena memiliki kelemahan sehingga dari awal menjadi objek jajahan. Di Indoneia sendiri sebagai Negara yang memiliki nasib terjajah karena ekses dari penemuan-penemuan lost land oleh bangsa-bangsa Eropa serta ekses dari perang dunia I dan II, memiliki sejarah kehidupan yang panjang serta berganti haluan politik. Bahkan hampir semua isme dan haluan politik pernah dilalui oleh para pendiri bangsa (founding father). Diyakini semua ini dimaksudkan ingin membangun tatanan kehidupan bangsa yang progresif, maju dan memiliki peradaban bangsa yang lebih baik dan maju pasca penjajahan yang kita alami selama 350 tahun.Indonesia dengan melalui proses panjang dan perjuangan yang tidak sedikit memakan korban, maka para wakil rakyat dan pemimpin bangsa menetapkan bahwa idiologi dan konsep berbangsa dan bernegara Indonesia adalah Pancasila dan UUD 45.Ironis sekali ditengah perjuangan penataan peradaban bangsa Indonesia, justru bangsa Indonesia terpuruk dan makin terpuruk karena konsistensi bangsa kita akan perwujudan peningkatan kualitas bangsa hancur karena persepsi individual dan kelompok yang terlalu dipaksakan karena memiliki ego politik dan ego kepentingan kelompok yang terlalu dikedepankan. Indonesia hancur berantakan karena kesalahan konsep kehidupan dari level atas, menengah hingga bawah salah berpijak. Sifat-sifat yang pernah menjadi tauladan para pemimpin bangsa dan agama yang selalu merujuk kepada nilai-nilai etika moral dan agama disisihkan bahkan dijadikan sebuah konsumsi insidentil yang bersifat seremonial saja.Para pemimpin korupsi, dzalim dan anarkis dalam melaksanakan kepemimpinannya, pengusaha memanfaatkan kebejatan para pemimpin untuk menghisap darah rakyat, dan rakyat dari level atas hingga level grass root asyik mencontoh kedzaliman yang dilakukan para pemimpin, yang pada gilirannya menjadi kejahatan sistemik yang tidak disadari oleh mereka.

B. Rumusan Masalah1. Apa itu Akhlak dan Hukum?2. Apa Hubungan Antara Akhlak dengan Hukum?

C. Tujuan Penulisan1. Untuk Mengetahui Apa itu Akhlak dan Hukum2. Untuk Mengetahui Apa Hubungan Antara Akhlak dengan Hukum

BAB IIPEMBAHASAN

A. Akhlak Dan Hukum1. Pengertian AkhlakPengertian akhlak itu bermacam-macam pendapat. Akhlak pada umumnya menerangkan tentang perilaku atau perbuatan manusia. Akhlak itu sangat penting bagi manusia. Akhlak manusia itu ada dua, yaitu akhlak yng baik dan akhlak yang buruk. Akhlak berasal dari bahasa arab akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari khuluq. Secara bahasa akhlak mempunyai arti budi pekerti , tabiat, dan watak. Dalam kebahasaan akhlak sering disinonimkan dengan moral dan etika. Menurut istilah yang dijelaskan oleh Ibnu Maskawih akhlak adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan.Menurut Al-Ghazali, Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu. Akhlak umumnya disama artikan dengan arti kata budi pekerti, kesusilaan atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, atau tidak berbeda pula dengan arti kata ethic (etika).Dimana-mana setiap kesempatan dan situasional orang berbicara tentang etika. Memang etika ini menarik untuk dibicarakan, akan tetapi sulit untuk dipraktekkan. Etika adalah sistem daripada prinsip-prinsip moral tentang baik dan buruk. Baik dan buruk terhadap tindakan dan atau perilaku.2. Pengertian HukumSistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela.Dan hukum juga merupakan peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarat berhak untuk memperoleh pembelaan didepan hukum. Hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan atau ketetapan/ ketentuan yang tertulis ataupun yang tidak tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi untuk orang yang melanggar hukum.

B. Hubungan Akhlak Dengan HukumSebagaimana terdapat hubungan erat antara moral dan agama, demikian juga antara moral dan hukum. Kita mulai saja dengan memandang hubungan ini dari segi hukum. Hukum membutuhkan moral. Dalam kekaisaran Roma sudah terdapat pepatah Quid leges sine moribus? Apa artinya undang-undang jika tidak disertai dengan moralitas?Hukum tidak berarti banyak, kalau tidak dijiwai oleh moralitas. Tanpa moralitas, hukum akan kosong. Kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moralnya. Karena itu hukum selalu diatur dengan norma moral. Di sisi lain, moral juga membutuhkan hukum. Moral akan mengawang-awang saja, kalau tidak diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian hukum bisa meningkatkan dampak sosial dan moralitas.Keberhasilan dan kegagalan suatu negara terletak pada sikap dan prilaku dari seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, DPR (wakil rakyat), pengusaha, penegak hukum dan masyarakat. Apabila akhlak dan moral etik dijunjung oleh bangsa kita maka tatanan kehidupan bangsa tersebut akan mengarah pada kepastian masa depan yang baik, dan apabila sebaliknya maka keterpurukan dan kemungkinan dari termarjinalisasi oleh lingkungan bangsa lain akan terjadi.Bangsa kita terlalu terkonsentrasi dengan teori politik dan teori kehidupan yang berkiblat pada dunia barat dan timur saat membangun masyarakat. Bahkan kecenderungan untuk meninggalkan identitas timur religius lebih kentara. Di era 1950 - 1960 an negara kita berganti-ganti haluan politik seperti liberalisme, capitalisme komunisme dan nasionalis agama (nasakom) pernah dilalui dengan menggunakan pola trycle and error, sehingga mengalami keterlambatan sikap karena sering berganti pola politik yang pada akhirnya kita mengalami keterpurukan dan mendapat label negara terburuk baik di level regional, Asia maupun dunia. Hal ini terjadi diseluruh aspek kehidupan; di dunia politik, ekonomi, sosial, budaya dan sistem penegakan hukum.Selama ini pembangunan nasional meliputi bidang agama, sebagai buktinya secara kuantitatif dan formalitas tempat ibadah kita dan seremoni keagamaan kita tampak ramai. Namun krisis akhlak terjadi sampai kini, disinilah sebuah tantangan bagi pemerintah dan pemuka agama.Jalan keluarnya adalah bahwa kini harus mempunyai orientasi berbeda dengan sebelumnya. Kalau masa lalu seluruh bentuk pembangunan, termasuk bidang agama, berorientasi pada monoloyalitas politik, kini tentu harus diubah total. Orientasinya hendaknya untuk memperbaiki moralitas dan akhlak bangsa kita dan untuk memberdayakan masyarakat pemeluknya untuk hidup aman (hasanah) di dunia dan di akhirat kelak.Dengan demikian maka perbaikan masa depan bangsa harus dimulai dengan perbaikan akhlak dan moral, karena identitas bangsa kita adalah identitas timur yang religius dimana hampir seluruh agama yang terlahir di dunia ini semua berasal dari dunia timur. Terutama harus dimulai dari perilaku para pemimpin bangsa, karena perilaku masyarakat pada umumnya seperti lokomotif dan gerbong, alurnya dari bawah hingga tingkat atas berjalan estafet mengikuti arah dan stratifikasi sosial yang ada.Etika berkuasa menurut Al-Ghazali, seperti hikmah-hikmah yang diungkapkan Imam Al-Ghazali tentang perilaku masyarakat akan sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinannya : Jika penguasa korupsi, maka korupsi akan menjadi trend dikalangan para pengikutnya. Keruntuhan dan kemakmuran suatu bangsa sangat bergantung pada perilaku dan etika berkuasa pemimpinnya.Agama dan kekuasaan adalah saudara kembar seperti dua orang bersaudara yang dilahirkan dari satu perut yang sama Oleh karena itu wajib bagi seorang penguasa untuk menyempurnakan agamanya dan menjauhkan hawa nafsu, bid'ah, kemungkaran, keragu-raguan dan setiap hal yang mengurangi kesempurnaan syariat. Sesungguhnya tabi'at rakyat merupakan tabi'at dari para penguasa.Orang-orang awam melakukan perbuatan yang merusak karena mengikuti perbuatan para pembesar, mereka meneladani dan mencontoh tabiat para pembesar, seperti yang terjadi pada sejarah al-Wahid bin Abdul Malik dari keturunan bani Umayyah memiliki kegemaran terhadap bangunan dan pertanian, maka dengan serta merta rakyat dan bangsanya turut meneladani, tetapi ketika Sulaiman bin Abdul Malik kegemarannya makan, jalan-jalan dan memperturutkankan syahwat maka seluruh rakyatnya meneladani dan mengikutinya.Jadi benang merah pembentukan masyarakat bangsa dan Negara berkehendak membentuk tatanan kehidupan yang memiliki akhlak dan moral adalah harus diawali dengan penataan kepemimpinan yang bersifat komprehensif, tidak saja presidenya akan tetapi seluruh komponen kepemimpinan; wakil rakyat, penegak hukum, pemegang kekuasaan di bidang perekonomian, pendidikan dan seluruh unsur birokrasi pelayanan rakyat harus ditata kembali. Pemimpin negara, wakil rakyat dan seluruh pemegang kekusaan dari gubernur sampai ke tingkat pemerintahan dan tokoh masyarakat akhlak dan moralnya harus baik. Tidak ada lagi pemimpin yang dzalim kepada rakyat, bangsa dan negaranya. Memantapkan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral, spiritual dan akhlak dalam penyelenggaraan negara serta mengupayakan agar segala peraturan perundang-undangan tidak bertentangan dengan moral agama.Meningkatnya pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi individu, keluarga, masyarakat dan penyelenggara negara dan terbangunnya harmoni sosial guna mempererat persatuan dan kesatuan nasional. Hal ini karena berkeyakinan bahwa pengembangan pribadi, watak dan akhlak mulia selain dilakukan oleh lembaga pendidikan formal, juga oleh keluarga, lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan tradisional keagamaan serta tempat-tempat ibadah.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanAkhlak pada umumnya menerangkan tentang perilaku atau perbuatan manusia. Akhlak itu sangat penting bagi manusia. Akhlak manusia itu ada dua, yaitu akhlak yng baik dan akhlak yang buruk. Sedangkan hukum merupakan sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial. Hukum juga merupakan peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.Keberhasilan dan kegagalan suatu negara terletak pada sikap dan prilaku dari seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, DPR (wakil rakyat), pengusaha, penegak hukum dan masyarakat. Apabila moral etik dijunjung oleh bangsa kita maka tatanan kehidupan bangsa tersebut akan mengarah pada kepastian masa depan yang baik, dan apabila sebaliknya maka keterpurukan dan kemungkinan dari termarjinalisasi oleh lingkungan bangsa lain akan terjadi.Jadi benang merah pembentukan masyarakat bangsa dan Negara berkehendak membentuk tatanan kehidupan yang memiliki etika moral yang berlandaskan agama adalah harus diawali dengan penataan kepemimpinan yang bersifat komprehensif, tidak saja presidenya akan tetapi seluruh komponen kepemimpinan; wakil rakyat, penegak hukum, pemegang kekuasaan di bidang perekonomian, pendidikan dan seluruh unsur birokrasi pelayanan rakyat harus ditata kembali. Pemimpin negara, wakil rakyat dan seluruh pemegang kekusaan dari gubernur sampai ke tingkat pemerintahan dan tokoh masyarakat etika dan moralnya harus merujuk kepada agama. Tidak ada lagi pemimpin yang dzalim kepada rakyat, bangsa dan negaranya.1