Makalah Smk Bim

28
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi adalah suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik (Utama, 2006). Infeksi yang terjadi di rumah sakit dan menyerang penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan, serta gejala-gejala yang dialami baru muncul selama seseorang itu dirawat atau selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya. Rumah sakit merupakan salah satu tempat dimana kita dapat menemukan mikroba patogen. Rumah sakit merupakan depot bagi berbagai macam panyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang bersifat karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit seperti udara, lantai, makanan, benda-benda medis ataupun non medis (Darmadi, 2008). B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang, maka identifikasi masalah dalam makalah ini adalah : 1.Pengertian Infeksi Nosokomial 2.Plebitis Pada Pemasangan Infus 3.Perawatan Ruang Rumah Sakit 4.Kompres Buli-buli Air panas dan Kirbat Es

Transcript of Makalah Smk Bim

Page 1: Makalah Smk Bim

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infeksi adalah suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai

suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik (Utama, 2006). Infeksi yang terjadi di

rumah sakit dan menyerang penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan

keperawatan, serta gejala-gejala yang dialami baru muncul selama seseorang itu dirawat

atau selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial terjadi karena

adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit dan

perangkatnya. Rumah sakit merupakan salah satu tempat dimana kita dapat menemukan

mikroba patogen. Rumah sakit merupakan depot bagi berbagai macam panyakit yang

berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang bersifat karier. Kuman penyakit ini

dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit seperti udara, lantai, makanan,

benda-benda medis ataupun non medis (Darmadi, 2008).

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang, maka identifikasi masalah dalam makalah

ini adalah :

1. Pengertian Infeksi Nosokomial

2. Plebitis Pada Pemasangan Infus

3. Perawatan Ruang Rumah Sakit

4. Kompres Buli-buli Air panas dan Kirbat Es

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apa pengertian Infeksi Nosokomial?

2. Bagaimana Plebitis Pada Pemasangan Infus?

3. Apakah Pengertian Perawatan Ruang Rumah Sakit?

4. Bagaimana Prosedur Kompres Buli-buli Air panas dan Kirbat Es?

Page 2: Makalah Smk Bim

1

D. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian infeksi nosokomial.

2. Untuk mengetahui proses plebitis pada pemasangan infus.

3. Untuk mengetahui pengertian perawatan ruang rumah sakit.

4. Untuk mengetahui prosedur kompres buli-buli air panas dan kirbat es.

Page 3: Makalah Smk Bim

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Infeksi Nosokomial.

Infeksi Nosokomial adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau pasien saat

dilakukan perawatan di rumah sakit. Jenis yang paling sering adalah infeksi luka

bedah dan infeksi saluran kemih dan saluran pernafasan bagian bawah (pneumonia).

Tingkat paling tinggi terjadi di unit perawatan khusus, ruang rawat bedah dan

ortopedi serta pelayanan obstetri (seksio sesarea). Tingkat paling tinggi dialami oleh

pasien usia lanjut, mereka yang mengalami penurunan kekebalan tubuh (HIV/AIDS,

pengguna produk tembakau, penggunaan kortikosteroid kronis), TB yang resisten

terhadap berbagai obat dan mereka yang menderita penyakit bawaan yang parah

(Alvarado, 2000).

Faktor Penyebab Utama

Penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :

1. Suntikan yang tidak aman dan seringkali tidak perlu.

2. Penggunaan alat medis tanpa ditunjang pelatihan maupun dukungan laboratorium.

3. Standar dan praktek yang tidak memadai untuk pengoperasian bank darah dan

pelayanan transfusi

4. Penggunaan cairan infus yang terkontaminasi, khususnya di RS yang membuat cairan

sendiri

5. Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik spektrum

luas yang berlebih atau salah

Kuman Penyebab Infeksi Nosokomial

1. Staphylococcus aureus

Umumnya ditularkan oleh para petugas yang menularkan biasanya “karier” dan

ditularkan melalui tangan. Di tempat perawatan dimana penyakit yang disebabkan

kuman ini berupa endemi/epidemi maka koloni Stafilokokkus aureus ini dapat

ditemukan di kulit, lubang hidung dan nasofaring. Semakin banyak koloni ini

ditemukan, semakin tinggi pula angka kejadian infeksi oleh kuman tersebut. Infeksi

yang ditimbulkannya dapat berupa pustula dikulit, konjungtivitis, paranokia,

omfalitis, abses subkutan (mastitis), sepsis,pneumo-nia, mepingitis, osteomielitis,

enteritis dan lain-lain.

Page 4: Makalah Smk Bim

1

2. Streptococcus

Koloni kuman ini dapat ditemukan di kulit, liang telinga dan nasofaring oleh karena

kuman ini dibawa oleh bayi pada waktu lahir atau didapat di tempat perawatan yang

ditularkan oleh petugas bangsal. Pada umumnya infeksi streptococus ini masuk ke

tubuh melalui kulit yang lece, jalan nafas atau pencernaan dan kemudian

menimbulkan erisipelas dikulit, selulitis, pneumonia, sepsis, meningitis dan lain-lain.

3. Pneumocoocus

Penularan biasanya berasal dari “karier” yaitu petugas. Kuman ini dapat

menimbulkan pneumonia, infeksi kulit, infeksi tali pusat, sepsis, meningitis dan lain

sebagainya.

4. Listeria monocytogenes

Infeksi dapat terjadi di dalam kandungan (melalui plasenta. ke janin ataumelalui

jalan lahir). Menurut Barr (1974), infeksi listiriosis lebih sering terjadi pasca waktu

bayi melalui jalan lahir, oleh karena bayi terkontaminasi dengan flora di jalan lahir

yang mengandung kuman listeria. Wabah yang terjadi di bangsal adalah akibat

terjadinya infeksi silang diantara sesama bayi baru lahir. Selain itu dapat terjadi

infeksi tranplasental yang menyebabkan timbulnya gejala infeksi berat seperti

peumonia, sepsis, abses milier dan abses hati. Koloni kuman ini dapat dijumpai di

hidung, tenggorokan, mekonium, darah dan air seni.

5. Infeksi kuman gram negatif

Kuman gram negatif seperti Klebsiella pneumonia, Flavobacterium

meningosepticum, Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, E.coli, Salmonella,

Shigella dan lain-lain sering ditemukan di kulit, hidung, nasofaring dan flora.Pada

bayi terkontaminasi dengan mikro organisme tersebut yang terdapat di jalan

lahir/daerah perineum ibu, atau bayi menelan cairan yang mengandung mikro

organisme tersebut pacta waktu lahir. Penyakit yang ditimbulkannya ialah enteritis,

sepsis, meningitis, pneumonia, abseshati, necrotizing enterocolitis dan infeksi traktus

urinarius.

6. Neisseria gonorrhoeae

Biasanya kuman ini menimbulkan infeksi pada mata yang disebut Gonococcal

ophthalmia neonatorum. Disamping itu dapat menyebabkan gonococcal arthritis dan

disseminated gonorrhoe. Kuman lain yang juga dapat menyebabkan infeksi mata

adalah Klamidia trakhomatis, Stafilokokkus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

7. Infeksi kuman anaerob

Page 5: Makalah Smk Bim

1

Kuman yang selalu menyebabkan infeksi dari golongan anaerob ini adalah

bakteriodes dan streptokokkus anaerob, keduanya dapat dijumpai di vagina dan

uterus wan ita hamil dan post partum. Oleh sebab itu bayi baru lahir mungkin saja

mengandung kuman ini waktu lahir atau beberapa saat setelah lahir sehingga

mungkin saja terjadi bakteremia atau sepsis pada hari-hari pertama kehidupan.

Lebih-lebih hila diketahui bayi tersebut lahir dari ibu dengan ketuban pecah dini,

amnionitis, bayi baru lahir yang berbau busuk atau bayi yang menderita abses di

kepala sebagai akibat pengambilan darah intra uterin untuk menganalisa gas darah,

setal hematom yang terinfeksi, perforasi usus dan setiap penyakit infeksi yang tidak

sembuh-sembuh dengan pengobatan. Kuman anaerob lainnya yang sangat berbahaya

adalah Clostridium tetani. Kuman ini berbentuk spora bila diluar tubuh manusia dan

didalam tubuh akan mengeluarkan tetanospasmin suatu toksin neurotropik yang

menyebabkan kejang otot yang merupakan manifestasi klinik untuk diagnosis tetanus

neonatorum. Tempat masuknya kuman ini biasanya dari tali pusat oleh karena alat

pemotong tali pusat yang tidak steril atau cara merawat tali pusat yang tidak

mengindahkan tindakan aseptic dan antiseptik. Misalnya tali pusat dibungkus dengan

bubuk atau daun-daun tertentu atau dibiarkan saja terbuka sehingga kontaminasi

dengan Clostridum mudah terjadi.

8. Infeksi jamur

Infeksi jamur yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir adalah yang

disebabkan oleh Candida albicans. Infeksi ini dapat terjadi :

1) Intra uterin sebagai akibat naiknya mikro organisme ini dari vagina ke uterus, dan

dapat menimbulkan pneumonia kongenital dan septikemia.

2) Koloni Candida albicans yang dibawa bayi ketika melalui jalan lahir atau didapat

di tempat perawatan, misalnya ditularkan melalui dot, tangan para petugas yang

mengandung Candida albicans. Candidiasis yang paling sering di temukan ialah

“oral thrush” (Candidiasis mulut). Penyakit ini merupakan endemis ditempat

perawatan bayi baru lahir. Keadaan ini memudahkan terjadinya Candidiasis usus

dengan tanpa diare, candidiasis perianal, candidiasisparu dan candidiasis sistemik.

Candidiasis sistemik dapat pula terjadi pada pemberian cairan melalui pembuluh

darah balik dan dapat menyebabkana abses hati. Pemakaian obat antibiotika dan

kortikosteroid yang lama juga memudahkan timbulnya infeksi candida.

9. Infeksi virus

Menurut Mc. Cracken (1981) infeksi nosokomial oleh virus dapat disebabkan oleh

ECHO (Enteric Cythopathogenic Human Orphan) virus yang dapat menyerang alat

pernafasan, pencernaan, selaput otak (aseptic meningitis), Coxsackie virus

Page 6: Makalah Smk Bim

1

menyebabkan miokarditis, meningoensefalitis, Adeno virus menyebabkan

pneumonia, hepatosplenomegali, ikterus dan perdarahan, Syncytial virus yang

terutama menyerang alat pernafasan.

Dampak Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial memberikan dampak sebagai berikut :

1. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang

permanen dan kematian

2. Dampak tertinggi pada negara-negara sedang berkembang dengan prevalensi

HIV/AIDS yang tinggi.

3. Meningkatkan biaya kesehatan di berbagai negara yang tidak mampu dengan

meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal

dan penggunaan layanan lain.

Pencegahan

Infeksi nosokomial sebagian besar dapat dicegah dengan berbagai cara pencegahan

infeksi yang telah tersedia dan relatif murah yaitu:

1. Menerapkan Tindakan Pencegahan Baku khususnya cuci tangan (atau penggunaan

larutan cuci tangan antiseptik) dan memakai sarung tangan.

2. Memproses alat dan benda bekas pakai dengan benar.

3. Mengurangi suntikan yang tidak aman dan tidak perlu.

4. Meningkatkan praktek pencegahan infeksi di Kamar Operasi dan ruang lain yang

beresiko tinggi untuk mencegah infeksi luka bedah dan mencegah penyakit yang

ditularkan melalui darah.

Tidak semua dapat dicegah, khususnya penyakit pada orang tua, sakit jantung kronis,

penyakit paru-paru atau ginjal, kurang gizi parah dan yang disebabkan oleh

komplikasi AIDS.

B. Flebitis

1. Pengertian, karakteristik dan bahaya Flebitis

Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia

maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena.

Flebitis merupakan suatu peradangan pada pembuluh darah (vena) yang dapat

terjadi karena adanya injury misalnya oleh faktor (trauma) mekanik dan faktor

kimiawi, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada endotelium dinding

pembuluh darah khususnya vena.

Page 7: Makalah Smk Bim

1

Flebitis dikarakteristikkan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan,

bengkak, indurasi dan serta mengeras di bagian vena yang terpasang kateter

intravena (Smeltzer & Bare, 2001). Flebitis juga

dikarakteristikkan dengan adanya rasa lunak pada area insersi atau

sepanjang vena. Insiden flebitis meningkat sesuai dengan lamanya

pemasangan jalur intravena, komposisi cairan atau obat yang diinfuskan

(terutama pH dan tonisitasnya, ukuran dan tempat kanula dimasukkan,

pemasangan jalur IV yang tidak sesuai, dan masuknya mikroorganisme

saat penusukan) (Smeltzer & Bare, 2001).

Flebitis dapat menyebabkan trombus yang selanjutnya menjadi tromboflebitis,

perjalanan penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun demikian jika trombus

terlepas dan kemudian diangkut ke aliran darah dan masuk jantung maka dapat

menimbulkan seperti katup bola yang menyumbat atrioventikular secara

mendadak dan menimbulkan kematian. Hal ini menjadikan flebitis sebagai salah

satu permasalahan yang penting untuk dibahas di samping flebitis juga sering

ditemukan dalam proses keperawatan (Hidayat, 2006).

2. Penyebab Flebitis

Menurut Darmawan (2008), penyebab flebitis adalah flebitis kimia, flebitis

mekanis dan bakterial.

a. Flebitis Kimia

1) Jenis cairan infus

pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko

flebitis tinggi. pH larutan dekstrosa berkisar antara 3-5, di mana

keasaman diperlukan untuk mencegah karamelisasi dekstrosa selama proses

sterilisasi autoklaf, jadi larutan yang mengandung

glukosa, asam amino dan lipid yang digunakan dalam nutrisi parenteral

bersifat lebih flebitogenik dibandingkan normal saline.

2) Jenis obat yang dimasukan melalui infus

Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat,

antara lain Kalium Klorida, Vancomycin, Amphotrecin B, Cephalosporins,

Diazepam, Midazolam dan banyak obat kemoterapi. Larutan infus dengan

osmolaritas > 900 mOsm/L

harus diberikan melalui vena sentral. Mikropartikel yang terbentuk bila

partikel obat tidak larut sempurna dalam pencampuran juga merupakan

Page 8: Makalah Smk Bim

1

faktor kontribusi terhadap flebitis. Jadi, jika diberikan obat intravena

masalah bisa diatasi dengan penggunaan filter sampai 5 µm.

Jenis obat – obatan yang bisa di berikan melalui infus antara lain

seperti: Golongan antibiotik (Ampicicilin, amoxcicilin, clorampenicol,

dll) ,anti diuretic (furosemid, lasix dll) anti histamin atau setingkatnya

(Adrenalin, dexamethasone ,dypenhydramin). Karena kadar puncak obat

dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus

(suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi

obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami

hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes

mellitus.

3) Jenis kateter infus

Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat

iritasi dibanding politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan

lebih halus, lebih termoplastik dan lentur. Risiko tertinggi untuk

flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau

polietilen.

b. Flebitis mekanis :

1) Lokasi pemasangan infus

Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat

dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Misalnya

Dextrose 5%, NaCl 0,9%, produk darah, dan albumin. Hindarkan vena pada

punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut, karena

akan menganggu kemandirian lansia.

2) Ukuran kanula

Flebitis mekanis dikaitkan dengan penempatan kanula. Kanula

yang dimasukkan pada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis

mekanis. Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan

difiksasi dengan baik.

c. Flebitis bakterial

1) Teknik pencucian tangan yang buruk

Infeksi di rumah sakit dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat

dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari

pasien itu sendiri (endogenous infection). Oleh karena itu perlu usaha

Page 9: Makalah Smk Bim

1

pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi di yaitu dengan

meningkatkan perilaku cuci tangan yang baik.

2) Teknik aseptik tidak baik

Faktor yang paling dominan menimbulkan kejadian plebitis adalah perawat

pada saat melaksanakan pemasangan infus tidak

melaksanakan tindakan aseptik dengan baik dan sesuai dengan

standar operasional prosedur

3) Teknik pemasangan kanula yang buruk

Tindakan penatalaksanaan infus yang buruk, pasien akan terpapar pada

resiko terkena infeksi nosokomial berupa flebitis.

4) Lama pemasangan kanula

Kontaminasi infus dapat terjadi selama pemasangan kateter intravena

sebagai akibat dari cara kerja yang tidak sesuai prosedur serta pemakaian

yang terlalu lama. The Center for Disease Control and Prevention

menganjurkan penggantian kateter setiap 72-96 jam untuk membatasi

potensi infeksi.

5) Perawatan infus

Perawatan infus bertujuan untuk mempertahankan tehnik steril,

mencegah masuknya bakteri ke dalam aliran darah,

pencegahan/meminimalkan timbulnya infeksi, dan memantau area insersi

sehingga dapat mengurangi kejadian flebitis.

6) Faktor pasien

Faktor pasien yang dapat mempengaruhi angka flebitis mencakup

usia, jenis kelamin dan kondisi dasar (yaitu diabetes melitus, infeksi, luka

bakar).

3. Pencegahan Flebitis

Menurut Darmawan (2008), pencegahan flebitis adalah :

a. Mencegah flebitis bakterial : Pedoman ini menekankan kebersihan tangan,

teknik aseptik, perawatan daerah infus serta antisepsis kulit. Walaupun lebih

disukai sediaan Chlorhexidine 2%, Tinctura Yodium, Iodofor atau alkohol 70%

juga bisa digunakan.

b. Selalu waspada dan jangan meremehkan teknik aseptik : Stopcock sekalipun

(yang digunakan untuk penyuntikan obat atau pemberian infus IV, dan

pengambilan sampel darah) merupakan jalan masuk kuman yang potensial ke

Page 10: Makalah Smk Bim

1

dalam tubuh. Pencemaran stopcock lazim dijumpai dan terjadi kira-kira 45-

50% dalam serangkaian besar kajian.

c. Rotasi kanula : Mengganti tempat (rotasi) kanula ke lengan kontralateral setiap

hari ada 15 pasien menyebabkan bebas flebitis. Namun, dalam uji kontrol acak

kateter bisa dibiarkan aman di tempatnya lebih dari 72 jam jika tidak ada

kontra indikasi. The Center for Disease Control and Prevention menganjurkan

penggantian kateter setiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi, namun

rekomendasi ini tidak didasarkan atas bukti yang cukup.

d. Aseptic dressing : Dianjurkan aseptic dressing untuk mencegah flebitis. Kasa

steril digantti setiap 24 jam

e. Laju pemberian : Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat infus

larutan hipertonik diberikan makin rendah risiko flebitis. Namun, ada

paradigma berbeda untuk pemberian infus obat injeksi dengan osmolaritas

tinggi. Osmolaritas boleh mencapai 1000 mOsm/L jika durasi hanya beberapa

jam. Durasi sebaiknya kurang dari tiga jam untuk mengurangi waktu kontak

campuran yang iritatif dengan dinding vena. Ini membutuhkan kecepatan

pemberian tinggi (150-330 mL/jam). Vena perifer yang paling besar dan

kateter yang sekecil dan sependek mungkin dianjurkan untuk mencapai laju

infus yang diinginkan, dengan filter 0,45 mm. Kanula harus diangkat bila

terlihat tanda dini nyeri atau kemerahan. Infus relatif cepat ini lebih relevan

dalam pemberian infus jaga sebagai jalan masuk obat, bukan terapi cairan

maintenance atau nutrisi parenteral.

f. Titratable acidity : Titratable acidity dari suatu larutan infus tidak pernah

dipertimbangkan dalam kejadian flebitis. Titratable acidity mengukur jumlah

alkali yang dibutuhkan untuk menetralkan pH larutan infus. Potensi flebitis

dari larutan infus tidak bisa ditaksir hanya berdasarkan pH atau titratable

acidity sendiri. Bahkan pada pH 4,0 larutan glukosa 10% jarang menyebabkan

perubahan karena titratable acidity sangat rendah (0,16 mEq/L). Dengan

demikian makin rendah titratable acidity larutan infus makin rendah risiko

flebitisnya.

g. Heparin dan hidrikortison : Heparin sodium, bila ditambahkan cairan infus

sampai kadar akhir 1 unitt/mL, mengurangi masalah dan menambah waktu

pasang kateter. Risiko flebitis yang berhubungan dengan pemberian cairan

tertentu (misal : Kalium Klorida, Lidocaine, dan antimikrobial) juga dapat

dikurangi dengan pemberian aditif intravena tertentu seperti hidrokortison.

Pada uji klinis dengan pasien penyakit koroner, hidrokortison secara bermakna

mengurangi kekerapan flebitis pada vena yang diinfus lidokain, kalium klorida

atau antimikrobial. Pada dua uji acak lain, heparin sendiri atau dikombinasi

Page 11: Makalah Smk Bim

1

dengan hidrokortison telah mengurangi kekerapan flebitis, tetapi penggunaan

heparin pada larutan yang mengandung lipid dapat disertai dengan

pembentukan endapan kalsium

h. In-line Filter : In-line Filter dapat mengurangi kekerapan flebitis tetapi tidak

ada data yang mendukung efektivitasnya dalam mencegah infeksi yang terkait

dengan alat intravaskular dan sistem infus.

C. Pengertian Perawatan Ruang Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang

pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.

Perbandingan antara jumlah ranjang rumah sakit dengan jumlah penduduk Indonesia

masih sangat rendah. Untuk 10 ribu penduduk cuma tersedia 6 ranjang rumah sakit.

Pengertian umum

• Poliklinik Spesialis : memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistis

ditiap unit pelayanan sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.

• Poliklinik Umum : memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat umum sesuai

dengan standar pelayanan medis yang ditetapkan.

• Poliklinik Gigi : memberikan pelayanan kesehatan gigi bersifat umum maupun

spesialistis sesuai dengan standar pelayanan medis.

• Instalasi Gawat Darurat : memberikan pelayanan medik yang optimal, cepat dan

tepat pada penderita gawat darurat berdasarkan kriteria standar baku serta etika

kedokteran.

Perawat :

• Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar pelayanan asuhan keperawatan

yang telah ditentukan

• Mengutamakan kepentingan penderita

Penunjang Medik :

• Laboratorium : kegiatan dibidang laboratorium klinik untuk kepentingan

diagnosis , 24 jam sehari sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan.

Pemeriksaan Rutin : lama 1 jam, Pemeriksaan Kimia Darah : lama 4 jam

• Radiologi : kegiatan dibidang radiologi untuk diagnosis terapi bagi penderita

rawat jalan maupun rawat inap, 24 jam sehari, juga meliputi pemeriksaan CT

Scan, USG. Pemeriksaan rutin : lama 1 jam, Pemeriksaan dengan kontras : lama

3 jam

• Gizi : penyelenggaraan pelayanan gizi, berupa konsultasi .

• Apotik : melayani pembelian obat kepada pasien selama 24 jam sehari

• Sentral Opname : tempat pendaftaran pasien rawat inap dan IGD, dan

menentukan dirawat dikelas berapa

Page 12: Makalah Smk Bim

1

1. HCU : High Care Unit, suatu ruang perawatan pasien yang kondisinya agak

gawat, dimana lebih intensive, tetapi tanpa alat ventilator / alat bantu pernafasan.

2. ICU / CVCU : Intensive Care Unit / Cardiovascular Care Unit, suatu ruang

perawatan pasien yang kondisinya gawat, lebih intensive dengan peralatan

ventilator / alat bantu pernafasan.

3. Medical Check Up : pasien dapat melakukan Medical Check Up, ada beberapa

klasifikasi yaitu : A, B, C, D, Medical untuk tenaga Fungsional Pelayanan,

Medical Calon Pegawai / CPNS, Medical Standar

4. Haemodialisa : suatu tindakan cuci darah yang dilakukan sesuai indikasi

5. Kamar Jenazah : tempat untuk jenazah sebelum keluar dari Rumah Sakit, tempat

untuk melakukan Pemulasaran Jenazah, termasuk Penyimpanan Jenazah dalam

Frezer

6. EKG : Elektro Kardiografi, hasil rekam jantung yang dilaksanakan di poliklinik

spesialis Jantung

7. EEG : Elektro Encephalografi, hasil rekam saraf otak yang dilaksanakan di

poliklinik spesialis Syaraf

8. Treadmill : yang dilaksanakan di poliklinik spesialis Jantung

9. Ambulance : ada 2 yaitu IGD dan Jenazah

Pengelolaan limbah padat dan cair

• Incenerator : tempat pengelolaan / pembakaran limbah padat medis produk dari

Rumah Sakit

• IPAL ( Instalasi pengolahan Air Limbah ) : tempat pengelolaan limbah cair hasil

buangan dari Rumah Sakit

Pasien datang / masuk : pasien yang datang sendiri tanpa rujukan atau dengan rujukan.

Pasien Pulang : bila telah menyelesaikan administrasi di kasir

D. Prosedur Kompres Buli-Buli Air Panas Dan Kirbat Es.

Hal yang perlu diperhatikan:

1. kain kasa harus diganti pada waktunya dan suhu kompres di pertahankan tetap

hangat

2. cairan jangan terlalu panas, hindarkan agar kulit jangan sampai kulit terbakar

3. kain kompres harus lebih besar dari pada area yang akan dikompres

4. untuk kompres hangat pada luka terbuka, peralatan harus steril. Pada luka tertutup

seperti memar atau bengkak, peralatan tidak perlu steril karena yang penting

bersih.

5. kompres panas kering menggunakan buli-buli panas

Page 13: Makalah Smk Bim

1

1. Persipan Alat :

buli-buli panas dan sarungnya

termos berisi air panas

termomerter air panas

lap kerja

2. Prosedur :

cuci tangan

lakukan pemasangan telebih dahulu pada buli-buli panas dengan cara mengisi

buli-buli dengan air panas, kencangkan penutupnya kemudian membalik posisi

buli-buli berulang-ulang, lalu kosongkan isinya. Siapkan dan ukur air yang di

inginkan (50-60ºc)

isi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari buli-

buli tesebut. Lalu keluarkan udaranya dengan cara :

• letakkan atau tidurkan buli-buli di atas meja atau tempat datar.

• Bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan permukaan air di leher buli-

buli

• Kemudian penutup buli-buli di tutup dengan rapat/benar

Periks apakah buli-buli bocor atau tidak lalu keringkn dengan lap kerja dan

masukkan ke dalam sarung buli-buli

Bawa buli-buli tersebut ke dekat klien

Letakkan atau pasang buli-buli pada area yang memerlukan

Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang timbul akibat

pemberian kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan, ketidak

nyamanan, kebocoran, dsb.

Ganti buli-buli panas setelah 30 menit di pasang dengn air anas lagi, sesuai

yang di kehendaki

Bereskan alat alat bila sudah selesai

Cuci tangan

Dokumentasikan

1. Kompres Dingin Kering Dengan Kirbat Es (Eskap)

A.    Persiapan Alat :

Kirbat es/eskap dengan sarungnya

Kom berisi berisi potongan-potongan kecil es dan satu sendok teh garam agar

es tidak cepat mencair

Air dalam kom

Lap kerja

Page 14: Makalah Smk Bim

1

Perlak pengalas

B.     Prosedur :

1.      Bawa alat-alat ke dekat klien

2.      Cuci tangan

3.      Masukkan batnan es ke dalam kom air supaya pinggir es tidak tajam

4.      Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang lebih setengah bagian dari

kirbat tersebut

5.      Keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang kosong, lalu di tutup

rapat

6.      Periksa skap, adakah kebocoran atau tidak

7.      Keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke dalam sarungnya

8.      Buka area yang akan di kompres dan atur yang nyaman pada klien

9.      Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang akan di kompres

10.  Letakkan eskap pada bagian yang memerlukan kompres

11.  Kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa, dan suhu tubuh

12.  Angkat eskap bila sudah selesai

13.  Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman

14.  Bereskan alat setelah selesi melakukan prasat ini

15.  Cuci tangan

16.  Dokumentasikan

C.    Hal-Hal Yang Perlu Di Perhatikan

Bila klien kedinginan atau sianosis, kirbat es harus segera di angkat

Selama pemberian kirbat es, perhatikan kult klien terhadap keberadaan iritasi

dan lain-lain

Pemberian kirbat es untuk menurukan suhu tubuh, maka suhu tubuh harus di

control setiap 30-60 menit.bila suhu sudah turun kompres di hentikan

Bila tdak ada kirbat es bias menggunakan kantong plastic

Bila es dalam kirbat es sudah mencair harus segera dig anti (bila perlu)

Page 15: Makalah Smk Bim

1

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi Nosokomial adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau

pasien saat dilakukan perawatan di rumah sakit. Jenis yang paling sering adalah infeksi

luka bedah dan infeksi saluran kemih dan saluran pernafasan bagian bawah

(pneumonia).

Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia

maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena. Flebitis

dapat menyebabkan trombus yang selanjutnya menjadi tromboflebitis, perjalanan

penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun demikian jika trombus terlepas dan kemudian

Page 16: Makalah Smk Bim

1

diangkut ke aliran darah dan masuk jantung maka dapat menimbulkan seperti katup

bola yang menyumbat atrioventikular secara mendadak dan menimbulkan kematian.

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang

pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.

Sedangkan ruang perawatan terdiri dari bermacam-macam ruangan dengan pemakaian

dan fungsi yang berbeda.

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan

cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang

memerlukan.

B. Saran

Siswa agar dapat memahami mengenai pengertian infeksi nosokomial, proses

plebitis pada pemasangan infuse, mengetahui pengertian perawatan ruang rumah sakit,

dan prosedur kompres buli-buli air panas dan kirbat es, serta dapat mengerti betapa

pentingnya seorang perawat dalam kehidupan klien.

Kritik dan saran yang bersifat membangun dari guru pembimbing dan para

pembaca yang senantiasa dapat membantu untuk penulisan makalah di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Program Study S-1 Keperawatan STIKES Banyuwangi. 2009. Panduan Keterampilan

Prosedur Lab KDM 2. Jawa Timur : EGC

Ns. Kusyati, Eni, S.Kep, dkk. 2006. ketermpilan dan prosedur laboratorium. Jakarta :

EGC

Darmawan Iyan, 2008. Penyebab dan Cara Mengatasi Plebitis. Diakses dari

http://[email protected].

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/nosokomial/

http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_sakit

Page 17: Makalah Smk Bim

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan Rahmat dan anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

yang berjudul “Infeksi Nosokomial, Plebitis pada Pemasangan Infus, Perawatan Ruang

RS dan Kompres Buli-buli panas dan Kirbat Es”. Penulis menyadari bahwa penyusunan

makalah ini dapat terselesaikan dengan baik karena tidak lepas dari bantuan dari beberapa

pihak oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis meyampaikan terima kasih pada

yang terhormat Guru pembimbing dan rekan-rekan semua yang tidak bisa saya sebut satu-

persatu.

Penulis menyadari sesungguhnya bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kelengkapan makalah ini agar lebih baik dari pembuatan makalah yang akan datang.

Page 18: Makalah Smk Bim

1

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan mengharapkan makalah ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya bagi dunia pendidikan

kesehatan dan bermanfaat pula bagi pembaca pada umumnya.

Ngawi, ....November 2013

Penulis

Page 19: Makalah Smk Bim

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 1

C. Rumusan Masalah........................................................................................ 1

D. Tujuan.......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Infeksi Nosokomial.................................................................... 4

B. Flebitid......................................................................................................... 6

C. Pengertian perawatan ruang rumah sakit..................................................... 11

D. Prosedur kompres buli-buli air panas dan kirbat es..................................... 13

BAB IV KESIMPULAN

A. Kesimpulan.................................................................................................. 16

B. Saran............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Flebitis .............................................................................................18

Lampiran 2. Lokasi Pemasangan Infus........................................................................... 19

Lampiran 3. Posisi Rawat Inap Pelayanan Rumah Sakit................................................ 20

Page 20: Makalah Smk Bim

1