makalah sistem pemerintahan di indonesia
-
Upload
lusy-mariana-pasaribu -
Category
Education
-
view
1.646 -
download
0
Transcript of makalah sistem pemerintahan di indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia
Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan
Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut
juga sebagai Nusantara. Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006,
Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang
berpenduduk Muslim terbesar di dunia meskipun secara resmi bukanlah negara Islam.
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah
Jakarta. Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan
Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu
ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan
Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal
abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai
kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-
rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra.
Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia menyatakan
kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai
hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses
demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat. Dari Sabang sampai
Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku
Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Semboyan nasional
Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti
keberagaman yang membentuk negara. Jati diri suatu bangsa bukan saja dapat kita
lihat dari bagaimana karakter pokok dari para warga bangsa, tetapi juga dari pilihan
ideologi dan sistem pemerintahan yang dipilih oleh bangsa tersebut.
Setiap negara memiliki sistem untuk menjalankan kehidupan
permerintahannya. Sistem tersebut adalah sistem pemerintahan. Ada beberapa macam
sistem pemerintahan di dunia ini seperti presidensial dan parlementer. Setiap sistem
1
pemerintahan memiliki kelebihan dan kekurangan, karakteristik, dan perbedaan
masing-masing. Sejak tahun 1945 Indonesia pernah berganti sistem pemerintahan.
Indonesia pernah menerapkan kedua sistem pemerintahan ini. Selain itu terjadi juga
perubahan pokok-pokok sistem pemerintahan sejak dilakukan amandemen UUD
1945. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia adalah negara yang
menerapkan sistem pemerintahan presidensial. Namun dalam perjalannannya,
Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan parlementer karena kondisi dan
alasan yang ada pada waktu itu. Berikut adalah sistem pemerintahan Indonesia dari
1945 hingga sekarang.
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu
kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme
karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan
rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana penerapannya
kebanyakan sudah mendarah daging dalam kebiasaan hidup masyarakatnya dan
terkesan tidak bisa diubah serta cenderung statis. Jika suatu pemerintahan mempunya
sistem pemerintahan yang statis dan absolut maka hal itu akan berlangsung selamanya
sehingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut. Secara luas,
sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum
mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan
politik, pertahanan, ekonomi dan keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan
yang kontinu dan bersifat demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa turut andil
dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit
negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh. Secara
sempit, sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda
pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan
mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci
pokok sistem pemerintahan negara. Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem
pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem
pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan
Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan
masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan.
Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut
2
dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat.
Karena itu tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan
presiden sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya
kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu
presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga
mampu menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan
lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan pertentangan antar pejabat
negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di
Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan
bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan
sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang
konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Dalam
menjalankan sistem pemerintahan perlu memperhatikan asas pemerintahan. Asas
adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaraannya, yang menjadi
tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan. Jadi dengan demikian yang
menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem pemerintahan seperti
ideologi suatu bangsa, filsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem
pemerintahannya. Ilmu pemerintahan itu sama sebagaimana ilmu-ilmu kenegaraan
lainnya yang banyak berkonotasi pada masalah kekuasaan, maka di khawatirkan
timbul kecenderungan pada kesewenang-wenangan, oleh karena itu diperlukan etika
yang berakhir dari moral dan norma agama.
Dengan demikian kita perlu memperhatikan semua aspek yang berhubungan
dengan sistem pemerintahan agar sistem pemerintahan di Indonesia dapat berjalan
dengan baik dan sesuai dengan konstitusi negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang sistem pemerintahan di indonesia,
maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian sistem pemerintahan?
2. Bagaimana sistem pemerintahan di Indonesia?
3. Bagaimana pelaksanaan sistem pemerintahan negara Indonesia?
3
4. Bagaimana sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi sistem pemerintahan.
2. Memahami sistem pemerintahan di Indonesia.
3. Memahami pelaksanaan sistem pemerintahan negara Indonesia.
4. Memahami sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Pemerintahan di Indonesia
Sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan pemerintahan.
Kata sistem merupakan terjemahan dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani
(sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sistem
berarti suatu keseluruhan yang terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai
hubungan fungsional. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak,
contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari
beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga
membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat
yang berada di negara tersebut. Kata „sistem‟ banyak sekali digunakan dalam
percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini
digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya
menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah
sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. Dari penjabaran
pengertian tentang sistem di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa sistem itu
memang kompleks dan sangat terkait dengan hal yang ada di dalamnya, karena sistem
tidak akan jalan apabila salah satu elemen sistem tersebut tidak jalan. Atau dapat juga
dikatakan bahwa pengertian sistem adalah sekumpulan unsur atau elemen yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk
mencapai suatu tujuan. Pemerintah merupakan kemudi, dalam bahasa Latin asalnya
Gubernaculum. Dalam bahasa Indonesia, kata dasar pemerintah adalah perintah,
kemudian ditambahkan
Imbuhan em dan an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perintah adalah
perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatu; pemerintah adalah
kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, negara; pemerintahan
adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah. Pemerintah adalah organisasi
yang mencakup aparatur negara yang meliputi semua organ-organ, badan atau
lembaga, alat kelengkapan negara memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan
5
dalam bentuk (penerapan hukum dan undang-undang) di kawasan tertentu. Kawasan
tersebut adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan mereka. Kekuasaan dalam
suatu negara menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kekuasaan
eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan
menjalankan pemerintahan; kekuasaan legislatif yang berarti kekuasaan membentuk
undang-undang; dan kekuasaan yudikatif yang berarti kekuasaan mengadili terhadap
pelanggaran atas undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis besar
meliputi lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Pemerintah berbeda dengan
pemerintahan. Pemerintah merupakan organ atau alat pelengkap jika dilihat dalam arti
sempit pemerintah hanyalah lembaga eksekutif saja. Pemerintahan dalam arti sempit
adalah semua aktivitas, fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga
untuk mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam arti luas adalah semua aktivitas
yang terorganisir yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan
pada dasar negara, rakyat, atau penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya
tujuan negara. Pemerintahan juga dapat didefinisikan dari segi struktural fungsional
sebagai sebuah sistem struktur dan organisasi dari berbagai dari berbagai macam
fungsi yang dilaksanakan atas dasar-dasar tertentu untuk mencapai tujuan negara
(Haryanto dkk, 1997:2-3). C.F Strong mendefinisikan pemerintahan dalam arti luas
sebagai segala aktivitas badan-badan publik yang meliputi kegiatan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan negara. Sedangkan
pemerintahan dalam arti sempit adalah segala kegiatan badan-badan publik yang
hanya meliputi kekuasaan eksekutif.
Dari pengertian di atas, maka dalam melakukan pembahasan mengenai
pemerintahan negara titik tolak yang dipergunakan adalah dalam konteks
pemerintahan dalam arti luas. Yaitu meliputi pembagian kekuasaan dalam negara.
Dengan demikian, jika pengertian pemerintahan tersebut dikaitkan dengan pengertian
sistem, maka yang dimaksud dengan sistem pemerintahan adalah suatu tatanan atau
susunan pemerintahan yang berupa suatu struktur yang terdiri dari organ- organ
pemegang kekuasaan di dalam negara dan saling melakukan hubungan fungsional di
antara organ-organ tersebut baik secara vertikal maupun horisontal untuk mencapai
suatu tujuan yang dikehendaki. Jadi, sistem pemerintahan negara menggambarkan
adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya
lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan
6
negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Lembaga-lembaga yang berada
dalam satu sistem pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling
menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.
Menurut ruang lingkup, pengertian sistem pemerintahan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Sistem pemerintahan dalam arti sempit
Sistem pemerintahan adalah sebuah kajian yang melihat hubungan legislatif dan
eksekutif dalam sebuah negara. Berdasarkan kajian ini dibedakan dua model
pemerintahan yakni, system parlementer dan system presidensial .
2) Sistem pemerintahan dalam arti luas
Sistem pemerintahan adalah suatu kajian pemerintahan negara yang bertolak dari
hubungan antara semua organ negara, termasuk hubungan antara pemerintah pusat
dengan bagian-bagian yang ada didalam negara. Sistem pemerintahan negara
dibedakan menjadi negara kesatuan, negara serikat (federal), dan negara konfederasi.
3) Sistem pemerintahan dalam arti sangat luas
Sistem pemerintahan adalah suatu system pemerintahan yang menitik beratkan
hubungan antara negara dan rakyat. Sistem ini dibedakan menjadi system
pemerintahan monarki, pemerintahan aristokrasi, dan pemerintahan demokrasi.
Menurut para ahli, sistem pemerintahan dapat diklasifikan sebagai berikut:
1) Aristoteles Menurut jumlah orang yang memerintah dan sifat pemerintahannya
dibagi menjadi enam, yakni monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, republik (politea)
dan demokrasi.
2) Polybius Menurut jumlah orang yang memerintah serta sifat pemerintahannya
dibedakan menjadi enam jenis pemerintahan, yakni monarki, tirani, aristokrasi,
oligarki, demokrasi, dan anarki (oklokrasi).
3) Kranenburg Adanya ketidakpastian penggunaan istilah monarki dan republik untuk
menyebutkan bentuk negara atau pemerintahan.
7
4) Leon Duguit Membagi bentuk pemerintahan berdasarkan cara penunjukkan kepala
negaranya, yakni sistem republik yang kepala negaranya diangkat lewat pemilihan
dan sistem monarki yang kepala negaranya diangkat secara turun menurun.
5) Jellinec Membagi bentuk pemerintahan menjadi dua, yakni republik dan monarki.
Sistem pemerintahan negara-negara di dunia ini berbeda-beda sesuai dengan
keinginan dari negara yang bersangkutan dan disesuaikan dengan keadaan bangsa dan
negaranya. Sistem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer
merupakan dua model sistem pemerintahan yang dijadikan acuan oleh banyak negara.
Amerika Serikat dan Inggris masing-masing dianggap pelopor dari sistem
pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer.
Dari dua model tersebut, kemudian dicontoh oleh negara-negara lainnya.
Sistem pemerintahan suatu negara berguna bagi negara lain. Salah satu kegunaan
penting sistem pemerintahan adalah sistem pemerintahan suatu negara menjadi dapat
mengadakan perbandingan oleh negara lain. Suatu negara dapat mengadakan
perbandingan sistem pemerintahan yang dijalankan dengan sistem pemerintahan yang
dilaksakan negara lain. Negara-negara dapat mencari dan menemukan beberapa
persamaan dan perbedaan antarsistem pemerintahan. Tujuan selanjutnya adalah
negara dapat mengembangkan suatu sistem pemerintahan yang dianggap lebih baik
dari sebelumnya setelah melakukan perbandingan dengan negara-negara lain. Mereka
bisa pula mengadopsi sistem pemerintahan negara lain sebagai sistem pemerintahan
negara yang bersangkutan. Dengan demikian, sistem pemerintahan suatu negara dapat
dijadikan sebagai bahan perbandingan atau model yang dapat diadopsi menjadi bagian
dari sistem pemerintahan negara lain. Amerika Serikat dan Inggris masing-masing
telah mampu membuktikan diri sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan
presidensial dan parlementer seara ideal. Sistem pemerintahan dari kedua negara
tersebut selanjutnya banyak ditiru oleh negara-negara lain di dunia yang tentunya
disesuaikan dengan negara yang bersangkutan.
Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem pemerintahan dibedakan
menjadi dua klasifikasi besar, yaitu:
8
1. Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem presidensial (presidensiil), atau disebut juga dengan sistem
kongresional, merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan
eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif. Sistem
pemerintahan ini dianut oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar
negara-negara Amerika Latin dan Amerika Tengah. Menurut Rod Hague,
pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu: i) Presiden yang dipilih rakyat
memimpin pemerintahan dan mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
ii) Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa
saling menjatuhkan. iii) Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif
dan badan legislatif. iv) Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang
relatif kuat dan tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya
dukungan politik.
Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden
melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat
masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena
pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan
menggantikan posisinya.
Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu:
i) Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara.
ii) Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
iii) Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non- departemen.
iv) Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif (bukan kepada
kekuasaan legislatif).
v) Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
vi) Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
Kelebihan sistem pemerintahan presidensial yaitu:
a. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.
9
b. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya,
masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Filipina adalah
enam tahun dan Presiden Indonesia adalah lima tahun.
c. Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
d. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi
oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.
Kekurangan sistem pemerintahan presidensial yaitu:
a. Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak.
b. Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
c. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara
eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas
d. Pembuatan keputusan memakan waktu yang lama.
2. Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen
memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki
wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan
pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda
dengan sistem presidensiil, di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden
dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan.
Dalam presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun
dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja. Sistem
parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari dukungan
secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen, sering
dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan
kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang legislatif, menuju kritikan
dari beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang
ditemukan dalam sebuah republik kepresidenan. Sistem parlemen dipuji, dibanding
dengan sistem presidensiil, karena kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada
publik.
10
Kekurangannya adalah dia sering mengarah ke pemerintahan yang kurang
stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman dan Republik Keempat Perancis.
Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala
pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah perdana
menteri, dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit atau
seremonial. Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki seorang presiden terpilih
dengan banyak kuasa sebagai kepala negara, memberikan keseimbangan dalam sistem
ini. Negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer adalah Inggris, Jepang,
Belanda, Malaysia, Singapura dan sebagainya.
Ciri-ciri pemerintahan parlementer yaitu:
i) Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan
kepala negara dikepalai oleh presiden/raja.
ii) Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi
berdasarkan undang-undang.
iii) Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non- departemen.
iv) Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
v) Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
vi) Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
Kelebihan sistem pemerintahan parlementer:
a. Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan
legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
b. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
c. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan sistem pemerintahan parlementer:
a. Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
b. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir
sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
11
c. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet
adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka
yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
d. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman
mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk
menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
B. Sistem Pemerintahan Indonesia
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat
disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah republik. Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk
pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai
kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.”
Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial.
Kekuasaan pemerintahan negara Indonesia menurut UUD pasal 1 sampai
dengan pasal 16, pasal 19 sampai dengan pasal 23 ayat (1) dan ayat (5), serta pasal 24
adalah:
a) Kekuasaan menjalani perundang–undangan negara atau kekuasaan eksekutif yang
dilakukan oleh pemerintah.
b) Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah atau
kekuasaan konsultatif yang dilakukan oleh DPA.
c) Kekuasaan membentuk perundang–undangan negara atau kekuasaan legislatif yang
dilakukan oleh DPR.
d) Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan negara atau kekuasaan eksaminatif
atau kekuasaan inspektif yang dilakukan oleh BPK.
12
e) Kekuasaan mempertahankan perundang–undangan negara atau kekuasaan yudikatif
yang dilakukan oleh MA.
Berdasarkan ketetapan MPR nomor III/MPR/1978 tentang kedudukan dan
hubungan tata kerja lembaga tertinggi negara dengan atau antara lembaga – lembaga
Tinggi Negara ialah sebagai berikut.
i) Lembaga tertinggi negara adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat. MPR sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara dengan pelaksana kedaulatan rakyat
memilih dan mengangkat presiden atau mandataris dan wakil presiden untuk
melaksanakan Garis–garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan putusan–putusan MPR
lainnya. MPR dapat pula diberhentikan presiden sebelum masa jabatan berakhir atas
permintaan sendiri, berhalangan tetap sesuai dengan pasal 8 UUD 1945, atau
sungguh–sungguh melanggar haluan egara yang ditetapkan oleh MPR.
ii) Lembaga–lembaga tinggi negara sesuai dengan urutan yang terdapat dalam UUD
1945 ialah presiden (pasal 4 – 15), DPA (pasal 16), DPR (pasal 19-22), BPK (pasal
23), dan MA (pasal 24).
a) Presiden adalah penyelenggara kekuasaan pemerintahan tertinggi dibawah MPR.
Dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh seorang wakil presiden. Presiden atas
nama pemerintah (eksekutif) bersama–sama dengan DPR membentuk undang-undang
termasuk menetapkan APBN. Dengan persetujuan DPR, presiden dapat menyatakan
perang.
b) Dewan Pertimbangan Agung (DPA) adalah sebuah bahan penasehat pemerintah
yang berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presiden. Selain itu DPA berhak
mengajukan pertimbangan kepada presiden.
c) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebuah badan legislatif yang dipilih oleh
masyarakat berkewajiban selain bersama-sama dengan presiden membuat undang-
undang juga wajib mengawasi tindakkan-tindakan presiden dalam pelaksanaan haluan
Negara.
d) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ialah badan yang memeriksa tanggung jawab
tentang keuangan negara. Dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah. BPK memriksa semua pelaksanaan APBN. Hasil
pemeriksaannya dilaporkan kepada DPR.
e) Mahkamah Agung (MA) adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman
yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
13
pengaruh lainnya. MA dapat mempertimbangkan dalam bidang hukum, baik diminta
maupun tidak diminta kepada kepada lembaga – lembaga tinggi negara.
C. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan di Indonesia
Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensiil. Namun dalam prakteknya banyak bagian-bagian dari
sistem pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di
Indonesia. Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang
berjalan di Indonesia adalah sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau
perpaduan antara sistem pemerintahan presidensiil dengan sistem pemerintahan
parlementer. Apalagi bila dirunut dari sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali
perubahan sistem pemerintahan.
i) Tahun 1945 – 1949 Pemerintahan yang diterapkan saat itu adalah sistem
parlementer.
Terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD 1945 antara lain:
a. Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu presiden menjadi
badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang
merupakan wewenang MPR.
b. Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer
berdasarkan usul BP – KNIP.
ii) Tahun 1949 – 1950 Didasarkan pada konstitusi RIS. Pemerintahan yang diterapkan
saat itu adalah sistem parlementer kabinet semu (Quasy Parlementary). Sistem
pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS bukan kabinet parlementer murni
karena dalam sistem parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan yang
sangat menentukan terhadap kekuasaan pemerintah.
iii) Tahun 1950 – 1959 Landasannya adalah UUD 1950 pengganti konstitusi RIS 1949.
Sistem Pemerintahan yang dianut adalah parlementer kabinet dengan demokrasi
liberal yang masih bersifat semu. Adapun ciri-cirinya ialah sebagai berikut:
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.
c. Presiden berhak membubarkan DPR.
d. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.
14
iv) Tahun 1959 – 1966 Pada masa ini Indonesia menganut sistem pemerintahan
demokrasi terpimpin. Era “Demokrasi Terpimpin”, yaitu kolaborasi antara
kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan
independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan
ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, cadangan devisa menurun,
inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah. Presiden
mempunyai kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk melenyapkan kekuasaan-
kekuasaan yang menghalanginya sehingga nasib parpol (10 parpol yang diakui)
ditentukan oleh presiden. Tidak ada kebebasan mengeluarkan pendapat.
v) Tahun 1966 – 1998 Pada 27 Maret 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto
untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali
secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Presiden
Soeharto memulai “Orde Baru” dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno
pada akhir masa jabatannya. Orde Baru berlangsung selama 30 tahun. Dalam jangka
waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktek
korupsi yang merajalela di negara ini. Lama kelamaan banyak terjadi penyimpangan-
penyimpangan. Kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin
melebar.
Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan
utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang
didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan
MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari
kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini
mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD
juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor
kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.
Dikarenakan sistem pemerintahan yang sangat terpusat dan krisis finansial Asia yang
menyebabkan ekonomi Indonesia melemah, maka terjadi demonstrasi besar-besaran
yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.
Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998
yang kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa
pun meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam
15
maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari
jabatannya pada 21 Mei 1998. vi) Tahun 1998 – Sekarang Pelaksanaan demokrasi
pancasila pada era reformasi telah banyak memberikan ruang gerak pada partai politik
maupun DPR untuk mengawasi pemerintah secara kritis dan dibenarkan untuk unjuk
rasa.
Perubahan dalam sistem pemerintahan tidak hanya berhenti sampai di situ saja
karena terjadi perbedaan pelaksanaan sistem pemerintahan menurut UUD 1945
sebelum UUD 1945 diamandemen dan setelah terjadi amandemen UUD 1945 pada
tahun 1999 - 2002.
1) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut Konstitusi RIS Sistem Pemerintahan
Indonesia menurut konstitusi RIS adalah sistem Pemerintah Parlementer yang tidak
murni. Pasal 118 konstitusi RIS antara lain:
a. Presiden tidak dapat di ganggu gugat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
2) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUDS 1950 UUDS 1950 masih tetap
mempergunakan bentuk sistem pemerintahan seperti yang diatur dalam konstitusi
RIS. Di dalam pasal 83 UUDS 1950 dinyatakan sebagai berikut:
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik
bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-
sendiri.
3) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Sebelum Amandemen Pokok-
pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen
tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem pemerintahan
negara tersebut sebagai berikut.
a. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) Suatu negara
dapat dikatakan sebagai negara yang didasarkan atas hukum apabila alat-alat
perlengkapan yang ada di dalamnya senantiasa bertindak dengan sesuai dan terikat
pada aturan-aturan yang ditentukan terlebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang
dikuasakan untuk mengadakan aturan-aturan tersebut. Suatu negara yang menyatakan
diri sebagai negara hukum harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia.
Selain itu negara hukum juga harus menjalankan peradilan yang bebas dari pengaruh
suatu kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak.
16
b. Sistem Konstitusional Konstitusi menjadi pondasi negara yang mengatur
pemerintahannya, membagi kekuasaan dan mengatur tindakan-tindakannya. Dengan
sistem konstitusional dapat memperkuat dan mempertegas terhadap sistem negara
hukum seperti yang digariskan dalam sistem pemerintahan Indonesia.
c. Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan MPR MPR mempunyai tugas
dan kewenangan untuk mengubah, menetapkan UUD, melantik kepala negara
(presiden) dan wakil kepala negara (wakil presiden). MPR juga mempunyai
kewenangan untuk memberhentikan presiden dan atau wakil presiden atas usul DPR,
apabila terbukti telah melakukan pelanggaran akum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela.
d. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah MPR
Berdasarkan hasil amandemen UUD 1945, yaitu pasal 6A disebutkan bahwa presiden
dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Dalam
pasal 3 ayat 2 juga dinyatakan bahwa “Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik
Presiden dan Wakil Presiden.”
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR Dalam Penjelasan UUD 1945
dinyatakan dengan jelas bahwa Presiden harus mendapatkan persetujuan DPR untuk
membentuk UU dan untuk menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara, akan
tetapi Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan.
f. Menteri negara sebagai pembantu presiden Presiden mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri negara. Menteri-menteri negara tidak bertanggung
jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, melainkan kepada Presiden.
g. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas Setiap negara demokrasi memiliki
konstitusi untuk membatasi kekuasaan seorang kepala negara. Indonesia sebagai
negara hukum (sistem pemerintahan yang pertama) menganut sistem konstitusional
(sistem pemerintahan yang kedua) dan adanya fungsi pengawasan (kontrol) DPR.
Pemerintahan orde baru dengan tujuh kunci pokok diatas berjalan sangat stabil dan
kuat. Pemerintah memiliki kekuasaan yang besar. Sistem Pemerintahan Presidensial
yang dijalankan pada era ini memiliki kelemahan pengawasan yang lemah dari DPR
namun juga memiliki kelebihan kondisi pemerintahan lebih stabil.
4) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Setelah Amandemen Di akhir
era orde baru muncul pergerakan untuk mereformasi sistem yang ada menuju
pemerintahan yang lebih demokratis. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan sebuah
pemerintahan yang konstitusional. Pemerintahan yang konstitusional adalah yang
17
didalamnya terdapat pembatasan kekusaaan dan jaminan hak asasi. Kemudian
dilakukanlah amandemen Undang-undang Dasar 1945 sebanyak 4 kali, tahun: 1999,
2000, 2001, 2002. Berdasarkan konstitusi yang telah diamandemen ini diharapkan
sebuah sistem pemerintahan yang lebih demokratis akan terwujud.
Adapun pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia setelah amandemen yakni
sebagai berikut:
a. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara
terbagi dalam beberapa provinsi.
b. Bentuk pemerintahan adalah republik konstitusional, sedangkan sistem
pemerintahan presidensial.
c. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan
wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
d. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
e. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR.
DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
f. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.
g. Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan
parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-
kelemahan yang ada dalam sistem presidensial.
Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai
berikut;
a. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi,
DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
b. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan
dari DPR.
c. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR. k. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal
membentuk undang- undang dan hak budget (anggaran)
18
D. Asas Sistem Pemerintahan
1. Asas Pemerintahan Umum
Asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaraannya, yang
menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan. Jadi dengan demikian
yang menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem pemerintahan
seperti ideologi suatu bangsa, filsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem
pemerintahannya. Untuk itu dalam membahas asas suatu pemerintahan, kita perlu
melihat berbagai prinsip-prinsip, pokok-pokok pikiran, tujuan, struktur organisasi,
faktor- faktor kekuatan dan proses pembentukan suatu negara. Hal ini karena
sebagaimana sifat dari pada ilmu pemerintahan itu sendiri, maka dalam menetukan
asas ilmu pemerintahan ini, yang diselidiki hanyalah asas pemerintahan dari suatu
negara tertentu, bukan pemerintahan pada umumnya.
Tentang asas-asas pemerintahan yang berlaku secara umum, Dr. Talizi
mengatakan sebagai berikut bahwa “Pengertian asas dalam hubungannya ini adalah
dalam arti khusus. Secara umum dapat dikatakan bahwa asas-asas pemerintahan
tercantum didalam pedoman-pedoman, peraturan-peraturan dan jika diusut sampai
tingkat tertinggi.” Beberapa asas pemerintahan yaitu:
i) Asas Aktif Pemerintah memiliki sumber utama pembangunan. Di negara-negara
berkembang pemerintah senantiasa berada pada posisi sentral, oleh karena itu
pemerintah memegang peran inovatif dan inventif. Bahkan pemerintah mengurus
semua permasalahan pembangunan, pemerintahan, dan kemasyarakatan, mulai dari
orang-orang yang belum lahir kedunia, sampai dengan orang-orang yang telah
meninggal dunia. Jadi pemerintah selalu aktif di mannapun berada.
ii) Asas Vrij Bestuur Vrij berarti kosong, sedangkan Bestuur berarti pemerintahaan.
Jadi Vrij Bestuur adalah kekosongan pemerintahaan. Hal ini timbul karena melihat
bahwa tidak seluruhnya penjabaran setiap departemen dan non departemen sampai ke
kecamatan-kecamatan, apalagi kelurahan-kelurahan dan desa-desa. Asas ini biasanya
disebut juga sebagai asas mengisi kekosongan.
iii) Asas Freies Eremessen Berlainan dengan asas Vrij Bestuur, bila mana pekerjaan itu
ada tetapi aparat pelaksanaannya tidak ada. Maka pada asas Freies Eremessen,
pekerjaan itu memang belum ada dan mesti dicari serta ditemukan sendiri. Jadi
terlepas hanya sekedar mengurus hal-hal yang secara tegas telah digariskan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah tingkat yang lebih di atas, untuk
19
dipertanggungjawabkan hasilnya. Dalam hal ini pemerintah bebas mengurus dan
menemukan inisiatif pekerjaan baru, sepenjang tidak ada pertentangan dengan
peraturan peundang-undangan yang berlaku ataupun ketentuan-ketentuan lain yang
berkenaan dengan norma kebiasaan suatu tempat.
iv) Asas Historis Asas yang dalam penyelenggaraan pemerintaha, bila terjadi suatu
peristiwa pemerintah, maka untuk menanggulanginya pemerintah berpedoman kepada
penanggulangan dan pemecahan peristiwa yang lalu, yang sudah pernah terjadi.
v) Asas Etis Asas yang dalam penyelenggaraan pemerintahaan, pemerintah tidak lepas
pemperhatikan kaidah norma. Oleh karenanya dinegara Indonesia, pelaksanaan
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila senang tiasa digalakan, disamping
masing-masing agama berlomba menyampaikan bahwa pemerintah bukan masalah
sekuler yang tepisah jauh dari etika dan moral, tetapi merupakan amanah Allah yang
harus dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.
vi) Asas Otomatis Asas dengan sendirinya, bila ada suatu kegiataan baru yang diluar
tanggung jawab suatu departemen atau non departemen, baik sifatnya rutin atau
sewaktu-waktu, maka dengan sendirinya pekerjaan itu dipimpin oleh parat
Departemen Dalam Negeri sebagai poros pemerintahan dalam negeri, walaupun
dengan tetap melihatkan aparat lain. Misalnya, kepanitian Hari- Hari Besar Nasional,
penyambut tamu Negara, dan lain-lain. Di daerah dikelola oleh Pemerintah Daerah.
vii) Asas Detournement De Pauvoir Asas Detournement De Pauvoir adalah asas
kesewenang-wenangan pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahannya atau
sebaliknya ketidakpedulian pemerintah terhadap masyarakatnya. Jadi asas ini
merupakan pertentangan dari semua asas yang telah di sampaikan di atas karena
menyalahgunakan kekuasaan yang di peroleh.
2. Asas Penyelenggaraan Pemerintah Di Indonesia
Ada tiga asas penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia yang harus
diseimbangkan pemakaiannya sebagai berikut:
i) Asas Negara Hukum Yaitu asas yang mempedomani peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Ini mengandung arti bahwa negara, termasuk di dalamnya
pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, dalam melaksanakan tindakan
apapun harus di landasi oleh hukum atau harus dapat dipertanggung jawabkan secara
hukum. Prinsip dari asas ini terdapat dalam rumusan Peraturran yang diwujudkan dari
20
cita-cita hukum (rechssidee), kalau tidak demikian muncul kesemena-menaan yang
bermula dari subjektifitas penguasa.
ii) Asas Semangat Kekeluargaan Yaitu asas yang mempedomani rasa kemanusiaan
dan cinta kasih senasib sepenanggungan. Istilah kekeluargaan itu berasal dari kata
“keluarga”. Keluarga itu terdapat dalam masyarakat, bangsa apa saja, selain
ditentukan oleh ikatan darah juga terdapat ikatan lainnya yang terjadi karena rasa
cinta kasih antara semua anggota yang sudah dianggap keluarga, yang membawa
akibat saling bantu-membantu, saling menghormati dan saling memberikan
perlindungan. Demikianlah jika ikatan-ikatan itu ditingkatkan dalam hubugan antar
keluarga sampai pada hubungan antar anggota keluarga yang lebih besar, disebut
kekeluargaan. Kekeluargaan ini sebagai pengobjektifan dari keluarga yang subjektif.
iii) Asas Kedaulatan Rakyat Yaitu asas yang mempedomani bahwa kekuasaan tertinggi
adalah hati nurani rakyat kecil yang selama ini walaupun jumlah mereka besar, tetapi
mereka diam (silent majority). Asas ini berasal dari keinginan untuk dibedakan
demokrasi dengan kebebasan, kendatipun demokrasi membicarakan berbagai
kebebasan seperti kebebasan berpendapat, kebebasan menuntut ilmu dan
mengusahakan mata pencaharian yang layak serta lain-lain.
Namun kebebasan pada gilirannya dapat mencapai dekadensi moral karena
bagaimanapun manusia ingin bebas bahkan hidup sendiri, peraturan dan hukum tetap
perlu diadakan sendiri. Ketiga asas tersebut di atas mutlak harus diseimbangkan,
karena bila di laksanakan sendiri-sendiri cenderung akan meiliki ekses negatif.
Misalnya hukum yang dilaksanakan secara berlebih-lebihan akan menyingkirkan
kemanusiaan dan kekeluargaan, nilai-nilai kekeluargaan bila dilakukan berlebihan
akan melupakan hukum yang harus dijalankan, dan kebebasan rakyat yang dibiarkan
berlebihan akan menimbulkan pelanggaran syariah agama yang trasendental. Namun
demikian apabila dijalankan berbarengan secara seimbang akan menciptakan hasil
yang luar biasa baiknya, dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan Indonesia. Ini
memang merupakan sifat dan asas yang dianut oleh undang-undang dasar 1945, yang
di cetuskan dari pola piker oendiri Negara kesatuan republik Indonesia ini dulu. Itulah
sebabnya dalam ketatanegaraan Indonesia kita kenal hukum yang bersumber dari
nilai-nilai luhur pancasila, kekeluargaan leluhur yang berbhineka tunggal ika, dan
keberadan Dewan Perwakilan Rakyat yang walaupun sampai saat ini masih tetap
mencari bentuk keindonesiaannya.
21
3. Asas Pemerintahan di Daerah
Dalam hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintah daerah, kita
mengenal beberapa kali pergantian undang-undang pemerintah daerah. Menurut
undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintah di daerah, yang
masih berlaku sampai saat ini, dikenal beberapa asas penyelenggaraan pemerintah di
daerah sebagai berikut:
i) Asas desentralisasi Asas desentralisasi adalah asas penyerahan sebagian urusan
dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri.
ii) Asas dekonsentrasi Asas dekonsentrasi adalah asas pelimpahan wewenang dari
pemerintah pusat atau kepala wilayah, atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya,
kepada pejabat-pejabatnya di Daerah.
iii) Tugas Pembantuan Tugas pembantuan adalah asas untuk turut sertanya
Pemerintah Daerah bertugas dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Pusat yang
ditugaskan kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerinah Pusat atau Pemerintah Daerah
Tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan kepada yang
menugaskannya.
Konsekuensi dari ketiga asas tersebut di atas, maka diadakan sebagai berikut:
i) Otonomi daerah, yaitu akibat adanya desentralisasi lalu diadakan daerah otonomi
yant diberikan hak wewenang dan kewajiaban untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai peraturan berlaku
ii) Daerah otonom, yaitu akbiat adanya otonomi daerah lalu dibentuklah daerah-
daerah otonomi, baik untuk tingkat 1 maupun tingkat 2. Daerah otonom itu sendiri
berarti kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah terntentu yang
hendak berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri dakam ikatan Negara kesatuan republic ndoneisa sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
iii) Wilayah adminsitratif, yaitu akibat adanya asas dekonsentrasi. Wilayah
administratif itu sendiri, berarti lingkungan kerja perangkat pemerintah pusat yang
menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintah umum di daerah. Tugas
pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang meliputi bidang letenramanm,
ketertiban, politik, kordinasi, pengawasan dan urusan pemerintahan lainnya (seperti
22
peradilan keamanan, moneter, dan luar negeri) yang tidak termasuk tugas suatu
instansi dan tidak termasuk urusan rumah tangga daerah.
iv) Kata „mengurus‟ dan „mengatur‟ dalam pemberian otonomi kepada daerah dapat
di bedakan, yaitu mengurus berarti fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang di
jalankan oleh pihak eksekutif daerah yaitu kepala daerah, sedangkan mengatur berarti
fungsi pengaturan yang di jalankan oleh pihak pembuat peraturan daerah yaitu
legislatif yang dipegang Dewan Perwakilah Rakyat Daerah.
E. Etika Pemerintahan di Indonesia
Karena ilmu pemerintahan itu sama sebagaimana ilmu-ilmu kenegaraan
lainnya yang banyak berkonotasi pada masalah kekuasaan, maka dikhawatirkan
timbul kecenderungan pada kesewenang-wenangan, oleh karena itu diperlukan etika
yang berakhir dari moral dan norma agama. Kebanyakan orang merasa bahwa norma-
norma dan hukum-hukum mempunyai peranan yang besar dalam bidang etika. Karena
kalau tidak demikian apapun yang diatur akan menemukan kesewenang-wenangan,
dan akhirnya gilirannya menjadi ketiranian. Etika artinya sama dengan kata Indonesia
„Kesusilaan‟, kata dasarnya adalah, susila kemudian diberi awalan ke dan akhiran an.
„Susila‟ berasal dari bahasa Sansekerta, „Su‟ berarti baik, dan „Sila‟ berarti norma
kehidupan. Jadi „Etika‟ berarti menyangkut kelakuan yang menuruti norma-norma
kehidupan yang baik. Asal kata „etika‟ itu sendiri sebenarnya berasal dari perkataan
Yunani „Ethos‟ yang berarti watak atau adat. Kata ini identik dengan asal kata
„Moral‟ dari bahasa Latin „Mos‟ (bentuk jamaknya adalah „Mores‟) yang berarti
adat atau moral hidup. Jadi kedua kata tersebut (etika dan moral) menunjukkan cara
berbuat yang menjadi adat karena persetujuan atau praktek sekelompok manusia.
Dengan demikian etika dapat diartikan sebagai suatu atau setiap kesediaan
jiwa seseorang untuk senantiasa taat dan patuh kepada seperangkat peraturan-
peraturan kesusilaan. Berbagai kasus yang non etis (tidak beretika) terjadi di sekililing
kita, beberapa diantaranya yang dapat tercatat antara lain sebagai berikut:
i) Seorang tukang becak yang matanya terasa sedikit gatal berobat ke rumah sakit.
Oleh dokter serta merta mata tersebut dioperasi, dengan catatan setelah pulang jangan
dibuka balutnya sampai kemudian datang lagi untuk diperiksa dalam berobat jalan.
Sayang, di rumah balut mata tersebut terbuka dan sang istri menyaksikan sendiri
23
rongga mata suaminya bolong berlubang. Rupanya sang dokter lebih butuh uang hasil
penjualan kornea mata yang melekat pada mata pasiennya, daripada menghargai
organ tubuh terpenting pasiennya itu.
ii) Masih dari segi medis, seorang perawat menjawab dengan tegas permintaan
seorang ibu yang datang menggendong anaknya karena demam panas. “Ibu tidak
disiplin, mengapa datang jam begini, besok saja kembali lagi.” Sang ibu dengan
berhiba menjawab: “Bukankah besok hari Minggu”. Dengan gamblang petugas yang
disiplin ini menangkis: “Kalau begitu ibu kembali lagi hari Senin, sekarang saya harus
mengerjakan tugas lain, saya bukan hanya melayani ibu saja, banyak tugas yang harus
diselesaikan”.
iii) Kejadian perampokan, pencurian, pencolongan dan penodongan di suatu kota sulit
sekali dideteksi, karena pelakunya selalu tidak diketahui ke mana larinya dan di mana
tempat tinggalnya. Tetapi ketika suatu kali seseorang berhasil melacaknya, orang
tersebut menjadi terperangah karena menyaksikan sang perampok dengan mulus lari
dari penjara tempat tinggalnya. Ia memang sengaja dilepas oleh petugas penjara,
untuk mencari tambahan penghasilan mereka bersama, sudah barang tentu hasilnya
dibagi-bagi.
iv) Seorang wakil rakyat yang duduk di majelis, mewakili kaum buruh yang
diperjuangkan haknya agar tidak senantiasa ditekan dan dirugikan. Tetapi yang
bersangkutan pada kenyataannya sehari-hari terlibat kasus penyiksaan pada pembantu
rumah tangganya sendiri. Betapa memprihatinkan seorang pembantu yang lugu
ternyata mendapat perlakuan yang sangat menyedihkan, gajinya tidak dibayarkan, ia
juga mendapat siksaan berat sekujur tubuhnya penuh dengan bekas tindakan
kekerasaan. Seperangkat perlakuan yang dilakukan majikannya antara lain menyiram
dengan air panas, menyetrika punggung, menendang, menembak kakinya dengan
senapan angin, memborgol, tidak memberi makan, tidak membayarkan gaji, serta
memperkosa.
v) Beberapa orang petugas keamanan dan ketertiban, mengejar sekelompok anak
muda yang baru saja dilaporkan habis memperkosa seorang gadis belia. Tetapi
sewaktu gerombolan anak-anak muda itu masuk ke rumah ayahnya yang menjadi
pejabat teras daerah pemerintah setempat, para petugas keamanan dan ketertiban
tersebut tidak lagi melanjutkan pengejaran buruannya, mereka hanya berputar- putar
saja sekeliling rumah, gentar untuk masuk ke dalam. Kejadian itu kemudian hanya
hilang begitu saja.
24
vi) Para pejabat keuangan dan kebendaharawan berusaha untuk ikut melakukan
pembelian, yang seharusnya dipesan bagian pengadaan perlengkapan dan pembelian.
Sehingga pemborong dan toko yang merasa dijadikan langganan, untuk melancarkan
perdagangannya memberikan komisi pada sang pejabat.
Pada giliranya terjadi kerancuan, barang yang dipesan tidak lagi memenuhi
target permintaan, asal jadi dan merugikan negara, karena sang pejabat yang disogok
tidak mempunyai keberanian untuk membantah, tender telak dimenangkan secara
kolega atau bahkan primordial. Seluruh kejadian di atas dilakukan oleh aparat
pemerintah yang sempat disajikan oleh berbagai media massa. Sepertinya kasus-kasus
non etis di atas sudah menjadi hal yang tidak asing lagi di dekitar kita. Sudah
seharusnya kita membenahi diri masing- masing di saat aparat pemerintah pun tidak
lagi bisa dijadikan sebagai acuan.
25
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari seluruh pembahasan makalah ini, kami dapat simpulkan bahwa sistem
pemerintahan negara Indonesia menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang
bekerja dan berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan
penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik
meliputi empat institusi pokok, yaitu eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif.
Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain seperti parlemen, pemilu, dan dewan
menteri. Dalam sistem pemerintahan Indonesia, lembaga-lembaga negara berjalan
sesuai dengan mekanisme demokratis. Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan
bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat
disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah republik. Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk
pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai
kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.”
Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial. Sistem pemerintahan negara Indonesia berbeda dengan sistem
pemerintahan yang dijalankan di negara lain. Namun, terdapat juga beberapa
persamaan antarsistem pemerintahan negara. Misalnya, dua negara memiliki sistem
pemerintahan yang sama. Perubahan pemerintah di negara terjadi pada masa genting,
yaitu saat perpindahan kekuasaan atau kepemimpinan dalam negara. Perubahan
pemerintahan di Indonesia terjadi antara tahun 1997 sampai 1999. Hal itu bermula
dari adanya krisis moneter dan krisis ekonomi.
Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem pemerintahan. Pada
tahun 1945-1949 Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer. Kemudian
pada tahun 1949-1950 Indonesia menganut sistem parlementer kabinet semu yang
26
didasarkan pada konnstitusi RIS. Pada tahun 1950-1959 Indonesia menganut sistem
pemerintahan parlementer kabinet dengan demokrasi liberal yang masih bersifat
semu. Indonesia pernah menganut sistem pemerintahan demokrasi terpimpin pada
tahun 1959-1966. Setelah itu, Indonesia dibawah kepemimpinan Soeharto dari tahun
1968-1988 menjalankan sistem pemerintahan orde baru. Setelah jatuhnya
pemerintahan Soeharto, Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi
Pancasila hingga sekarang. Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan,
sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan
presidensial. Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di
bawah kepemimpinan Presiden Suharto.
Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat
besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur
menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau
persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu tidak adanya pengawasan dan tanpa
persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung dapat
disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden
juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh
penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang
kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti.
Konflik dan pertentangan antarpejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik
perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri
presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang
didapatkanya. Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk
menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun
pemerintahan yang konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada
konstitusi. Dalam menjalankan sistem pemerintahan perlu memperhatikan asas
pemerintahan. Asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap
kebenaraannya, yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan.
Jadi dengan demikian yang menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar dari suatu
sistem pemerintahan seperti ideologi suatu bangsa, filsafah hidup dan konstitusi yang
membentuk sistem pemerintahannya.
27
B. Saran
Sudah saatnya, kita bersama-sama bergerak untuk mencapai angan demokrasi
yang telah dicita-citakan oleh para pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh Indonesia.
Unsur-unsur demokrasi yang kadang menjadi akar permasalahan harus bisa
diselesaikan dan diperbaiki, karena konsep demokrasi bukan hak paten yang tidak
bisa diubah. Ia harus bersifat dinamis dan bisa mengikuti kultur sosial- politik-budaya
Negara yang menggunakannya sebagai asas negara. Usaha perubahan
tersebutsebenarnya telah sering dilakukan dan sayangnya malah menjadi ancaman
bukan kenyamanan. Rakyat perlu diperkuat kembali bahwa mereka bukan alat
kekuasaan yang dengan mudah diatur kesana ke mari. Elit penguasa dan rakyat harus
bisa bekerja sama selama tujuan demokrasi menjadi patokan utama bernegara yang
baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
C. S. T. Kansil, S.H. dan Christine S. T. Kansil, S.H., M.H. 2005. Sistem
Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Setiadi, M. Elly. 2005. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
http://www.anneahira.com/pemerintahan.htm Sistem Pemerintahan Indonesia
dari Masa ke Masa Chandra Yudiana E
Pergantian Sistem Pemerintahan Indonesia: Masa Kemerdekaan Hingga Era
Reformasi Sistem Pemerintahan Indonesia
http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/03/sistem
pemerintahan-indonesia.html Sistem Pemerintahan Indonesia Wikipedia Ensklopedia
Bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Kewarganegaraan Kewarganegaraan Wikipedia
Ensklopedia Bebas
29