MAKALAH SECANG 2

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan tanaman semak yang berkhasiat obat. Secang merupakan salah satu tanaman obat Indonesia yang banyak digunakan oleh industri jamu. Secang atau tepatnya kayu secang atau Caesalpinia sappan L. termasuk salah satu bahan rempah-rempah yang banyak diperdagangkan. Kayu secang mempunyai berbagai macam khasiat antara lain sebagai pewarna pada bahan anyaman, kue, minuman atau sebagai tinta. Karena kayu secang apabila direbus akan memberikan warna merah gading muda. Selain khasiat tersebut di atas, kayu secang ternyata juga berkhasiat untuk obat berbagai macam penyakit. Beberapa penyakit yang dapat diobati adalah diare, disentri, TBC, luka dalam, sifilis, darah kotor, berak darah, memar berdarah, malaria, tetanus, tumor, radang selaput lender mata. Budidaya tanaman secang belum dilakukan secara intensif baik oleh masyarakat maupun oleh perkebunan, diduga karena penggunaannya masih terbatas didalam negeri yaitu untuk kebutuhan beberapa pabrik jamu. Tetapi mengingat manfaat tanaman secang sebagai tanaman obat berkhasiat, maka perlu dilakukan upaya peningkatan pengadaan teknik

Transcript of MAKALAH SECANG 2

Page 1: MAKALAH SECANG 2

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan tanaman semak yang

berkhasiat obat. Secang merupakan salah satu tanaman obat Indonesia yang

banyak digunakan oleh industri jamu. Secang atau tepatnya kayu secang atau

Caesalpinia sappan L. termasuk salah satu bahan rempah-rempah yang

banyak diperdagangkan. Kayu secang mempunyai berbagai macam khasiat

antara lain sebagai pewarna pada bahan anyaman, kue, minuman atau sebagai

tinta. Karena kayu secang apabila direbus akan memberikan warna merah

gading muda. Selain khasiat tersebut di atas, kayu secang ternyata juga

berkhasiat untuk obat berbagai macam penyakit. Beberapa penyakit yang

dapat diobati adalah diare, disentri, TBC, luka dalam, sifilis, darah kotor,

berak darah, memar berdarah, malaria, tetanus, tumor, radang selaput lender

mata.

Budidaya tanaman secang belum dilakukan secara intensif baik oleh

masyarakat maupun oleh perkebunan, diduga karena penggunaannya masih

terbatas didalam negeri yaitu untuk kebutuhan beberapa pabrik jamu. Tetapi

mengingat manfaat tanaman secang sebagai tanaman obat berkhasiat, maka

perlu dilakukan upaya peningkatan pengadaan teknik budidaya agar

berkesinambungan penyediaan simplisia sumber bahan obat tersebut tidak

mengalami kepunahan.

Untuk menunjang kegiatan industri, suatu produksi harus dimulai dari

cara mendapatkan bahan baku yang tepat, baik dari segi kuantitas ataupun

kualitasnya. Faktor yang sangat berpengaruh dalam hal ini adalah aspek

budidaya dan pascapanen yang tepat. Proses pembuatan simplisia di tingkat

petani masih dilakukan secara tradisional, dan kadang-kadang tidak

memenuhi cara-cara pengolahan yang baik dan benar, sehingga untuk

mendapatkan mutu yang baik agak sulit dicapai.

Page 2: MAKALAH SECANG 2

Pengembangan secang skala luas sampai saat ini perlu didukung

dengan upaya pembudidayaannya secara optimal dan berkesinambungan.

Untuk mencapai tingkat keberhasilan budidaya yang optimal diperlukan

bahan tanaman dengan jaminan produksi dan mutu yang baik serta stabil

dengan cara menerapkan budidaya yang tepat. Bila tanaman telah

dibudidayakan, dapat dipantau secara mudah keseragaman umur, masa

panen, dan varietas. Faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya suatu

mutu simplisia adalah keaslian, kemurnian dan zat berkhasiat yang

dikandungnya. Usaha peningkatan mutu sebaiknya dilakukan sejak awal,

yaitu dari penentuan areal pertanaman yang cocok secara agronomis serta

menggunakan bibit unggul. Dengan budidaya diharapkan produktivitas dari

tanaman secang tinggi, sehingga pengambilan langsung dari alam berkurang,

dan kelangkaan dari spesies tanaman secang dapat dihindari.

B. Rumusan MasalahRumusan masalah yang akan dibahas dalam paper ini adalah :

1. Bahan Tanam

2. Pembibitan

3. Pengolahan Tanah

4. Pemanenan

5. Pemeliharaan

6. Panen dan Pasca Panen

C. Tujuan

Paper ini disusun dengan tujuan untuk :

1. Mengetahui Bahan Tanam

2. Mengetahui Pembibitan

3. Mengetahui Pengolahan tanah

4. Mengetahui Cara Penanaman

5. Mengetahui Pemeliharaan

6. Mengetahui proses panen dan pasca panen

Page 3: MAKALAH SECANG 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bahan Tanam

Menurut Tjitrosoepomo(2005),taksonomi tanaman secang

adalah

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dycotyledoneae

Bangsa : Fabales

Suku : Fabaceae

Marga : Caesalpinia

Jenis : Caesalpinia sappan L.

Secang atau sepang (Caesalpinia sappan L) adalah pohon anggota

suku polong-polongan (Fabaceae) yang dimanfaatkan pepagan (kulit kayu)

dan kayunya sebagai komoditi perdagangan rempah-rempah. Tumbuhan ini

berasal dari Asia Tenggara dan mudah ditemukan di Indonesia. Kulit kayunya

dimanfaatkan orang sebagai bahan pengobatan, pewarna, dan minuman

penyegar. Hingga abad ke-17 kulit kayunya menjadi bagian perdagangan

rempah-rempah dari Siam dan Nusantara ke berbagai tempat di dunia. Secang

dikenal dengan berbagai nama, seperti seupeueng (Aceh), sepang (Gayo),

sopang (Toba), lacang (Minangkabau), secang (Sunda), secang (Jawa),

secang (Madura), sepang (Sasak), supa (Bima), sepel (Timor), hape (Sawu),

hong (Alor), sepe (Roti), sema (Manado), dolo (Bare), sapang (Makasar),

sepang (Bugis), sepen (Halmahera selatan), savala (Halmahera Utara),

sungiang (Ternate), roro (Tidore), sappanwood (Inggris), dan suou (Jepang).

Kerabat dekatnya yang berasal dari Amerika Selatan kayu brazil atau brezel

(C. echinata), juga dimanfaatkan untuk hal yang sama.

Secang mempunyai tinggi pohon 5 sampai 10 m, mempunyai batang

dan cabang berduri tempel yang bentuknya bengkok dan letaknya tersebar.

Batang kayu secang berbentuk bulat, berwarna hijau kecoklatan. Daun

Page 4: MAKALAH SECANG 2

majemuk menyirip ganda, panjang 25-40 cm, jumlah anak daun 10-20 pasang

yang letaknya berhadapan. Anak daun tidak bertangkai, bentuknya lonjong,

pangkal rompang, ujung bulat, tepi rata dan hampir sejajar, panjang 10-25

mm, lebar 3-11 mm, warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk berbentuk

malai, keluar dari ujung tangkai dengan panjang 10-40 cm, mahkota bentuk

tabung, warnanya kuning. Buahnya buah polong, panjang 8-10 cm, lebar 3-4

cm, ujung seperti paruh berisi 3-4 biji, bila masak warnanya hitam. Biji bulat

memanjang, panjang 15-18 mm, lebar 8-1 1 mm, tebal 5-7 mm, warnanya

kuning kecoklatan (Wijayakusuma, 1994).

Kayu Secang sejak lama tumbuh liar dan biasanya digunakan

masyarakat untuk tanaman pagar pembatas. Secang hidup di daerah

pegunungan berbatu yang tidak mempunyai hawa terlalu dingin dan tanaman

ini merupakan perdu yang umumnya tumbuh dan banyak dijumpai pada

dataran rendah hingga ketinggian 1700 m dpl. Di habitat alaminya, sebagian

besar pohon Kayu secang tumbuh pada tempat-tempat yang berbukit dengan

tipe tanah seperti liat dan berbatu-batu, pada daerah dengan ketinggian tempat

rendah dan sedang. Di semenanjung Malaysia, pohon ini tumbuh dengan

sangat baik pada tepi-tepi sungai yang berpasir. Pohon ini tidak toleran pada

tanah-tanah yang terlalu basah. Pohon kayu secang tumbuh pada lokasi-lokasi

yang memiliki kisaran curah hujan tahunan 700-4300 mm, rata-rata suhu

udara tahunan adalah 24-27.5°C, dan dengan kisaran pH tanah adalah 5-7.5.

B. Pembibitan

Salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman obat adalah

penyiapan bibit. Bibit yang baik akan memberikan hasil yang baik pula selain

didukung oleh faktor lain. Mengenai pembibitan tanaman khasiat obat ada 2

yaitu secara vegetatif dan secara generatif. Pembibitan secara vegetatif ada

berbagai macam cara yaitu setek, tunas, okulasi maupun menyambung,

stolon, dan kultur jaringan. Sedangkan pembibitan secara generatif yaitu

dengan menggunakan biji. Pembibitan generatif biasanya untuk tanaman-

tanaman yang menghasilkan biji dan biji itu bisa dikecambahkan atau bisa

berkecambah dengan sendirinya. Namun tidak semua biji bisa digunakan

Page 5: MAKALAH SECANG 2

sebagai alat pembiakan generatif karena ada biji yang tidak berkecambah

walaupun dihadapkan pada kondisi yang mendukung perkecambahan benih.

Pada tanaman secang pembibitan dapat dilakukan secara vegetatif dengan

stek batang maupun cangkok dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan

biji.

Jika dengan menggunakan biji untuk pembibitan hal yang perlu

diperhatikan yaitu:

1. Kemurnian benih, benih tidak tercampur dengan benih yang lain atau

benih spesies lain atau kultivar lain. Sehingga benih yang digunakan harus

satu spesies atau satu varietas.

2. Viabilitas, yaitu daya kecambah benih. Viabilitas benih harus tinggi jika

daya kecambah rendah maka akan rugi dalam mengecambahkan karena

sedikit yang berkecambah.

3. Vigor benih, yaitu kekuatan tumbuh bibit. Walaupun biji bisa

berkecambah tapi nanti keberlangsungan sampai bibit kadang tidak

normal. Sehingga dibutuhkan vigor yang tinggi agar pertumbuhan bibitnya

normal antara akar, batang, daun dan juga tunasnya. Diharapkan jika

ditanam akan seragam.

Tanaman obat memiliki keragaman jenis dan karakter yang berbeda-

beda, sehingga perlu dilakukan persiapan pembibitan, antara lain: Pemilihan

jenis tanaman , Penyesuaian jenis tanaman dan lahan, Persiapan lahan dan

media tanam. Pembibitan dilakukan dengan pembuatan bedengan yang

kemudian membuat sungkup untuk melindungi tanaman muda. Karena

tanaman muda atau bibit tunas-tunasnya tidg.ak tahan terhadap cahaya

matahari yang langsun Apabila pembibitan dari tempat persemaian sudah siap

untuk ditanam maka akan melakukan transplanting pada lahan. Langkah-

langkah dalam transplanting yaitu memilih bibit yang sehat kemudian

mencabut bibit dengan hati-hati supaya tidak ada yang rusak. Lalu

memasukkan bibit ke dalam lubang tanah dan memadatkan media ke dekat

pangkal batang. Dan menjaga kelembaban media agar tidak kekeringan.

Page 6: MAKALAH SECANG 2

Kayu secang dapat diperbanyak menggunakan biji. Perkecambahan

berlangsung dengan mudah, namun dapat ditingkatkan dengan membungkus

biji ke dalam kain katun dan mencelupkannya ke dalam air mendidih selama

5 detik. Dengan teknik tersebut, perkecambahan dapat tercapai hingga 90 %.

Biasanya tumbuhan ini ditanam di bawah naungan di sekitar tepi hutan.

C. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah merupakan salah satu aspek penting untuk budidaya

tanaman obat karena tanah adalah tempat tumbuh dan nutrisi tanaman.

Sehingga dengan pengolahan tanah yang baik akan menunjang pertumbuhan

dan produktivitas tanaman obat. Pada budidaya tanaman secang pengolahan

tanah dibagi menjadi 2 yaitu pengolahan tanah pada persemaian dan

pengolahan tanah pada lahan tanam.

Pengolahan tanah untuk persemaian benih tanaman secang yaitu

dengan membuat bedengan setinggi 15-30 cm. Luas bedengan disesuaikan

dengan jumlah bibit yang disemaikan. Kemudian dilakukan penggemburan

tanah dengan mencampur tanah, pupuk kandang dan pasir dengan ratio 2:1:1.

Pemberian pupuk kandang supaya tanah memberikan tambahan nutrisi,

sedangkan pasir untuk menambah porositas pada tanah itu apabila tanah itu

padat atau lengket. Jadi airnya bisa keluar dan oksigen masuk. Selain itu pada

bedengan diberi sungkup untuk melindungi tanaman muda. Karena tunas-

tunas tanaman muda tidak tahan terhadap sinar matahari yang langsung

Bedengan dibentuk dengan cara menimbun tanah atau meninggikan

permukaan tanah dari hasil galian parit sebagai batas bedengan. Bedengan

sebaiknya dibuat memanjang dengan arah timur - barat. Panjang dan lebar

bedengan dibuat sesuai dengan kebutuhan. Jarak antar bedengan yang

merupakan saluran air juga dapat digunakan untuk berjalan pada saat

pemeliharaan. Saluran air berfungsi untuk menghindarkan tergenangnya air

pada saat musim hujan (Syukur dan Hernani, 2001)..

Pengolahan tanah untuk lahan tanaman secang yang habitus tanaman

tinggi atau pohon yaitu membuat lubang sesuai habitus tanaman. Sebagai

tanaman perdu, secang membutuhkan lubang tanam 30 x 30 x 30 cm.

Page 7: MAKALAH SECANG 2

Memisahkan tanah galian antara top soil 2/3 bagian dan sub soil 1/3 bagian.

Kemudian mencampur pupuk dasar yang berupa pupuk kandang secara

merata. Takaran pupuk kandang yang diberikan adalah 20ton/ha.

Membiarkan lubang tanam terbuka selama minimal seminggu agar terkena

udara luar, sinar matahari, dan hujan. Setelah itu mengembalikan tanah pada

lubang dengan catatan top soil dibagian bawah dan sub soil dibagian bawah.

Kemudian menanam bibit pada tubang tanam dan memadatkan media dekat

pangkal bibit.

Permasalahan dalam pengolahan tanah ini adalah jarak tanam yang

sesuai dengan tanaman secang. Landasan kerapatan tanam sebenarnya

merupakan fungsi lebar tajuk atau akar dengan tingkat kesuburan tanah di

suatu lokasi. Semakin lebar tajuk suatu pohon maka akan semakin lebar jarak

tanam yang harus disediakan demikian juga sebaliknya semakin sempit lebar

tajuk suatu pohon maka akan semakin sempit atau rapat pohon tersebut per

hektar. Dengan kata lain semakin rapat jarak tanamnya maka akan semakin

banyak jumlah individu pohon yang menempati ruangan satu hektar tersebut.

D. Penanaman

Bibit yang akan ditanam di areal budidaya tanaman obat adalah

bibit yang sudah diseleksi yaitu bibit yang sehat dan pertumbuhannya

baik. Bibit yang disemaikand engan menggunakan polibag dipindahkan ke

lubang tanam dengan cara menyobek satu sisi polibeg, kemudian bibit

dimasukkan ke lubang tanam yang telah disiapkan. Harus diusahakan agar

media tanam yang melekat pada bibit tidak terpisah. Selanjutnya tanah

galian lubang tanam dimasukkan kembali dan dipadatkan agar bibit dapat

tumbuh dengan kokoh. Bibit yang baru ditanam disiram dengan air

secukupnya. Sebaiknya pemindahan bibit ke lapangan dilakukan pada pagi

atau sore hari.

Penanaman secang tidak tergantung musim, meski demikian,

perawatan tanaman merupakan kegiatan yang harus dilakukan setiap petani,

terlebih bila usaha budidaya tersebut berorientasi pada hasil yang baik. faktor

penanaman lainnya yaitu jarak penanaman. Jarak tanam atau kerapatan pohon

Page 8: MAKALAH SECANG 2

per hektar merupakan jumlah pohon yang harus ada dalam satuan luas per

hektar. Untuk bibit yang akan tumbuh daun panjang dan lebar dan banyak

cabang maka jarak tanam yang lebar. Sedangkan Untuk bibit yang akan

tumbuh daun daun kecil maka jarak tanamnya sempit.

Penanaman benih ditanam dengan kedalaman sesuai dengan besarnya

benih. Misalnya jika benih diameternya 0,5 cm maka ditanam 0,5 cm

dibawah permukaan tanah. Namun tidak begitu selamanya karena

kelembaban media atau basah keringnya media juga menentukan teknik

penanaman. Misalnya pada musim penghujan jika benih ditanam terlalu

dalam maka biasanya akan banyak airnya bisa membusuk. Tetapi jika musim

kemarau ditanam terlalu dangkal biasanya benih itu akan kekeringan dan

tidak berkecambah. Jadi terlalu dalam tidak baik, dan terlalu dangkal juga

tidak baik mengingat kondisi kelembaban tanah saat itu. Selain itu

penanaman juga tergantung tekstur tanah ji ka tekstur padat ditanam lebih

dangkal jika gembur maka di tanam lebih dalam.

E. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman secang meliputi kegiatan pemupukan,

penyiraman, penyiangan dan pembumbunan, serta pengendalian hama dan

penyakit.

1. Pemupukan

Pupuk yang diberikan pada tanaman obat dapat berupa pupuk

organik maupun anorganik. Sebaiknya pupuk yang digunakan dalam

budidaya tanaman obat adalah pupuk organik, penggunaan pupuk

anorganik dikhawatirkan dapat menimbulkan pengaruh yang kurang

baik bagi kandungan/senyawa-senyawa berkhasiat obat yang ada pada

tanaman. Pupuk organik yang dapat digunakan adalah berbagai jenis

pupuk kandang dan kompos, yang harus diperhatikan pupuk organik

yang digunakan harus benar-benar matang dan tidak mengandung

bahan pencemar. Pupuk organik dapat diberikan dengan cara

mencampurkannya pada lubang tanam pada saat penanaman atau

mencampurkannya pada tanah di antara barisan tanaman atau areal di

Page 9: MAKALAH SECANG 2

bawah tajuk tanaman.

2. Penyiraman

Pada awal penanaman dan musim kemarau penyiraman harus

dilakukan dengan teratur. Kelembaban tanah harus selalu dijaga,

sebaiknya penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore

hari. Pada musim hujan frekuensi penyiraman dapat dikurangi

tergantung kondisi kelembaban tanah. Apabila tanaman obat

dibudidayakan pada lahan yang tidak terlalu luas, pekarangan rumah

atau di dalam pot maka penyiraman dapat menggunakan gembor. Tetapi

apabila tanaman obat dibudidayakan dalam skala luas sebaiknya

menggunakan sprinkle untuk membantu penyiramannya. Sarana irigasi

dan sistem pengairan lain juga dapat dimanfaatkan untuk mengairi lahan.

Selain pengairan, sistem pembuangan air yang berlebih juga harus

diperhatikan. Harus diusahakan agar lahan tidak tergenang. Beberapa

jenis tanaman obat sangat rentan terhadap penggenangan air.

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk menjaga kelembaban

tanah adalah dengan menggunakan mulsa. Berbagai jenis mulsa dapat

dimanfaatkan seperti mulsa jerami, mulsa plastik hitam perak dan

mulsa plastik hitam. Masing-masing jenis mulsa memiliki keunggulan

dan kelemahan, sebaiknya penggunaannya disesuaikan dengan jenis

tanaman obat yang dibudidayakan dan kondisi lingkungan.

3. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan gulma harus dilakukan secara intensif untuk

menghindarkan kompetisi antara gulma dengan tanaman obat yang

dibudidayakan, yaitu persaingan dalam penyerapan unsur hara dan air,

penerimaan cahaya matahari, dan gulma juga dapat menjadi tanaman

inang bagi hama yang dapat menyerang tanaman obat yang

dibudidayakan. Penurunan produksi akibat gulma cukup besar bisa

lebih dari 50%. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai

cara antara lain secara manual yaitu dengan menggunakan cangkul,

arit atau koret, secara kultur teknis yaitu dengan mengatur jarak tanam

Page 10: MAKALAH SECANG 2

dan penggunaan mulsa, secara kimia yaitu dengan penggunaan

herbisida. Pada budidaya tanaman obat hendaknya penggunaan herbisida

merupakan alternatif terakhir karena dikhawatirkan residu herbisida

terserap oleh tanaman sehingga berpengaruh terhadap senyawa- senyawa

berkhasiat obat yang terdapat pada tanaman (Suhardi,1986).

4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalianm hama dan penyakit dapat dilakukan secara

mekanis, kultur teknis, dan kimia. Pengendalian secara mekanis adalah

dengan cara menangkap hama yang menyerang tanaman atau

membuang bagian tanaman yang terserang hama atau penyakit.

Pengendalian secara kultur teknis antara dengan pengaturan kelembaban

udara, pengaturan pelindung dan intensitas sinar matahari. Pengendalian

secara kimia dengan menggunakan insektisida dan fungsida. Sebaiknya

penggunaan insektisida dan fungisida pada budidaya tanaman obat

dihindari, dikhawatirkan residu bahan kimia tersebut dapat

mempengaruhi senyawa-senyawa berkhasiat obat pada tanaman.

Apabila dibutuhkan dapat digunakan insektisida dan fungisida nabati.

Beberapa fungisida dan bakterisida nabati: Limbah daun

tembakau sebanyak 200 g dihancurkan atau diiris menjadi serpihan kecil.

Serpihan limbah daun tembakau ini dibenamkan di darah perakaran .

Nikotin yang dikandung oleh limbah tembakau dapat diserap oleh

tanaman untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan jamur dan

bakteri (Novizan, 2002).

F. Panen

Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses

budidaya tanaman obat. Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan

setelah panen merupakan periode kritis yang sangat menentukan kualitas dan

kuantitas hasil tanaman. Setiap jenis tanaman memiliki waktu dan cara panen

yang berbeda. Begitu juga tanaman yang mengalami stres lingkungan akan

memiliki waktu panen yang berbeda meskipun jenis tanamannya sama.

Tanaman yang dipanen buahnya memiliki waktu dan cara panen yang

Page 11: MAKALAH SECANG 2

berbeda dengan tanaman yang dipanen berupa biji, rimpang, daun, kulit dan

batang. Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa

metabolit sekunder secara maksimal. Umur panen tanaman berbeda-beda

tergantung jenis tanaman dan kecepatan pembentukan metabolit sekundernya.

Tanaman secang baru dapat dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun,

karena apabila dipanen terlalu muda kandungan zat aktifnya seperti tanin dan

sappan masih relatif sedikit.

Pemanenan pada kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang

sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah pada awal musim

kemarau. Cara panen kulit batang, biasanya dengan membersihkan kulit

batang terlebih dahulu dari kotoran yang tidak diinginkan, baru dipanen.

G. Pasca Panen

Pascapanen merupakan salah satu tahapan pengolahan dari bahan-

bahan yang telah dipanen, dan harus dilakukan secara baik dan benar, karena

akan berpengaruh terhadap kuantitas, kualitas dan zat berkhasiat yang

terkandung didalamnya. Dan dapat memberikan hasil dengan kualitas yang

optimal, mempunyai kadar zat berkhasiat yang tinggi, stabil, efisien dan

mempunyai penampilan fisik yang menarik. Secara umum, tahap pengolahan

meliputi sortasi basah, pencucian, pengecilan ukuran, pengeringan, sortasi

kering, pengemasan dan penyimpanan. Cara pencucian dan pengeringan

harus dilakukan dengan baik dan teliti. Selain itu, proses pengolahan

sebaiknya dilakukan ditempat yang sedekat mungkin dengan lokasi

tanaman yang dipanen. Apabila terjadi penundaan dalam pencucian dan

pengeringan, hal ini dapat menimbulkan kelainan kualitas dari simplisia yang

dihasilkan. Untuk itu, dengan teknik pengolahan yang baik dan benar maka

akan dihasilkan simplisia dengan kualitas yang memenuhi persyaratan

standar.

Page 12: MAKALAH SECANG 2

Gambar Diagram alir penanganan pascapanen tanaman dari kulit batang

Dalam upaya mendapatkan simplisia dengan kualitas yang tinggi,

diperlukan suatu tindakan pengamanan dimulai dari prapanen, pada saat

panen dan pascapanen. Tahap-tahap pengolahan yang dilakukan, tergantung

pada bahan yang akan diolah. Bahan baku tanaman obat sumbernya

sangat beragam antara lain yang berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah,

rimpang dan kulit kayu. Tanaman secang biasanya yang dijadikan bahan baku

obat yaitu kulit kayunya.

Page 13: MAKALAH SECANG 2

BAB III

PENUTUP

A. KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari makalah Agronomi Tanaman

Obat ini yaitu :

1. Secang atau sepang (Caesalpinia sappan L) adalah pohon anggota suku

polong-polongan (Fabaceae) yang dimanfaatkan pepagan (kulit kayu) dan

kayunya sebagai komoditi perdagangan rempah-rempah.

2. Mengenai pembibitan tanaman khasiat obat ada 2 yaitu secara vegetatif

dan secara generatif. Kayu secang dapat diperbanyak menggunakan biji

dan stek batang.

3. Pemeliharaan tanaman secang meliputi kegiatan pemupukan,

penyiraman, penyiangan dan pembumbunan, serta pengendalian hama

dan penyakit.

4. Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen merupakan

periode kritis yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas hasil

tanaman.

5. Secara umum, tahap penanganan pasca panen meliputi sortasi basah,

pencucian, pengecilan ukuran, pengeringan, sortasi kering, pengemasan

dan penyimpanan.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan terkait permasalahan yang dibahas

dalam makalah ini adalah :

1. Perlu adanya penyuluhan tentang cara budidaya jahe yang baik kepada

para petani.

2. Peningkatan budidaya untuk memenuhi permintaan bahan baku obat

herbal.

3. Perlu adanya peran pemerintah mewujudkan pertanian organik di

Indonesia.

Page 14: MAKALAH SECANG 2

DAFTAR PUSTAKA

Novizan. 2002. Memuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Suhardi. 1986. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta. 218 hlm.

Syukur, C. dan Hernani. 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.136 hlm

Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 447 hlm.

Wijayakusuma, H. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid 1. Pustaka Kartini. Jakarta. 122 hlm.