makalah SDC.dock.docx
-
Upload
jorlanda-fanggidae -
Category
Documents
-
view
29 -
download
1
Transcript of makalah SDC.dock.docx
SINDROM CUSHING
I.KONSEP TEORI
A. Pengertian
Definisi sindrom chusing dari beberapa sumber, antara lain :
Syndrome Chusing: Gambaran klinis yang timbul akibat peningkatan glukotirid
plasma jangka panjang dalam dosis farmakologik (Latrogen). (William. F. Ganang,
Fisiologis Kedokteran, Hal 364)
Syndrome Chusing: Di sebabkan oleh sekresi berlebihan steroid adrenokortial,
terutama kortisol. (IPD.Edisi III jilid I, hal 826)
Syndrome Chusing: Akibat rumatan dari kadar kortisol darah yang tinggi secara
abnormal karena hiperfungsi korteks adrenal. (Ilmu Kesehatan anak, Edisi 15 hal
1979).
B. Etiologi
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang
berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal
berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan
sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang
mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang disebabkan tumor hipofisis disebut
penyakit cusing. (buku ajar ilmu bedah, R. Syamsuhidayat, hal 945)
Klasifikasi penyebab sindrom chusing, antara lain:
1. Primary chusing syndrome
Terlampau banyaknya produksi cortison yang diakibatkan oleh adrenal
adenoma atau carsinoma.
2. Secondary chusing syndrome
Terlampau banyaknya produksi cortisol yang diakibatkan oleh adrenal
hyperplasia karena banyak sekali ACTH. Terlalu banyak produksi ACTH
dapat diakibatkan oleh :
a) Pituitary mengeluarkan terlalu banyak ACTH karena gangguan
pituitary atau hypothalamus.
b) Peningkatan produksi ACTH yang berasal dari cetopic non-pituitary
(produksi hormon diluar pituitary), seperti pada bronchogenic
carsinoma, bronchial adenoma, pancreatic carsinoma.
3. Iatrogenic chusing syndrome
Kadar cortisol yang sangat tinggi sebagai akibat dari terapi glucocorticoids
yang berlangsung lama.
C. Patofisiologi
Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cushing adalah peninggian
kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami manifestasi
klinik sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat metabolik dari kelebihan
glikokorikoid.
Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormone
Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah
kortisol.
Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah
ini:
1) Metabolisme protein dan karbohidrat.
Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada
protein, menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein
untuk mensistesis protein, sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein pada
jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang. Secara klinis dapat
ditemukan:Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan
lambat.Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang
pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami atropi dan menjadi
lemah.Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan
penyokong vaskule menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein
tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan
mudah terjadi fraktur patologis.Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan
merangsang glukoneogenesis dan menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer,
sebagai akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada seseorang
yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari
glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk
meningkatkan toleransi glukosa.Sebaliknya penderita dengan kemampuan
sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan
tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik DM.
2) Distribusi jaringan adiposa.
Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh
(Obesitas). Wajah bulan (moon face), Memadatnya fossa supraklavikulare dan
tonjolan servikodorsal (punguk bison), Obesitas trunkus dengan ekstremitas
atas dan bawag yang kurus akibat atropi otot memberikan penampilan klasik
perupa penampilan Chusingoid.
3) Elektrolit, efek minimal pada elektrolit serum.
Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat menyebabkan
retensi natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia
dan alkalosis metabolik.
4) Sistem kekebalan
Ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah
pembentukan antibody humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat
ransangan antigen yang lainnya tergantung pada reaksi-reaksi yang
diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi.Glukokortikoid mengganggu
pembentukan antibody humoral dan menghabatü pusat-pusat germinal limpa
dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen.Gangguan respon
imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini:
Proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag Induksi
dan proleferasi limfosit imunokompeten. Produksi anti bodi,Reaksi
peradangan.Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
5) Sekresi lambung
Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan . sekresi asam hidroklorida
dan pepsin dapat meningkat.Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh
steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya tukak.
6) Fungsi otak
Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini
ditandai dengan oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan
episode depresi singkat.
7) Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan
peningkatan eritropoiesis.Namun secara klinis efek farmakologis yang
bermanfaat dari glukokortikoid adalah kemampuannya untuk menekan reaksi
peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid:Dapat menghambat hiperemia,
ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler.Menghambat pelapasan
kiniin yang bersifat pasoaktif dan menekan fagositosis.Efeknya pada sel mast;
menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik akut yang
berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi.Penekanan
peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang
merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu
melindungi diri sebagai layaknya sementara menerima dosis farmakologik.
(Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-1091).
D. Manifestasi Klinis
1. Rambut kepala menjadi tipis
2. Wajah bulan (moon face)
3. Perubahan-Perubahan pada kulit
4. Hirsutisme
5. Buffalo hump
6. Hipertensi
7. Disfungsi Gonad
8. Gangguan Psikologis
9. Kelemahan Otot,Mudah lelah
10. Osteoporosis akibat Katabolisme Protein yang berlebih
11. Haus dan poliuri
12. Gangguan tidur akibat dhiural kortisol
13. Nyeri punggung
E. Komplikasi
Komplikasi Cushing syndrome antara lain:
1. Diabetes
2. Pembesaran tumor hipofisis
3. Patah tulang karena osteoporosis
4. Tekanan darah tinggi
5. Batu ginjal
6. Infeksi berat
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Peningkatan kemih 17-hydroxycorticoids dan 17-ketogenic steroid.
2. Kadar kortisol yang berlebihan plasma.
3. Plasma ACTH meningkat.
4. Penekanan deksametason tes, mungkin dengan pengukuran ekskresi kortisol urin,
untuk memeriksa:
Unsuppressed tingkat kortisol dalam menyebabkan sindrom Cushing oleh
tumor adrenal.
Ditekan tingkat kortisol pada penyakit Cushing disebabkan oleh tumor
hipofisis.
5. CT scan dan ultrasonografi menemukan tumor.
6. Pemeriksaan elektro kardiografi : untuk menentukan adanya hipertensi
7. Pemeriksaan darah lengkap eosinofil menurun
Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium Yang diperiksa HasilHormon / Metabolit 17 – hidroksikortikoid
(17 – OHCS) (plasma, urin)
17 – ketosteroid (17 – KS) (plasma, urin)
Naik
Naik
Sel darah Eosinofil Neutrofil
TurunNaik
Glukosa Darah Urin
NaikPositif
Pemeriksaan Penunjang
Bila data laboratorium masih meragukan, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis Sindrom Cushing.
Pemeriksaan Penunjang
Hasil
a. Foto rontgen tulang
b. – Pielografi– Laminografi
c. Arteriografi
d. Scanning
e. Ultrasonografi
f. Foto rontgen cranium
- Osteoporosis terutama pelvis, cranium, costa, vertebra
- Pembesaran adrenal (karsinoma)- Lokalisasi tumor adrenal
- Tumor
- Hiperplasi
- Tumor
- Hiperplasi- Tumor Hipofisis
G. Penatalaksanaan
Pengobatan syndrome chusing tergantung ACTH tidak seragam,bergantung
apakah sumber ACTH adalah hipofisis /Ektopik
1. Jika dijumpai tumor hipofis ,Sebaiknya diusahakan reseksi tumor transfeonida.
2. Jika terdapat bukti hiperfunggsi hipofisis namun tumor tidak ditemukan maka
sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis
3. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenolektomi total dan diikuti
pemberian kortisol dosis fisiologis
4. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma adrenal,maka pengangkatan
neoplasa disusul kemoterapi pada penderita dengan karsinoma/terapi pembedahan.
5. Digunakan obat dengan jenis Metropyne,amino gluthemid yang bisa
mensekresikan kortisol. (Patofisiologis edisi 4 hal :1093)
1. Manajemen Kolaboratif
Focus manajemen medis adalah mengidentifikasi penyebab dan menyingkirkan
apa yang menyebabkan kelebihan kortisol. Pada sindrom chusing iatrogenic
(gangguan yang timbul akibat dari pengobatan), fokusnya pada pengendalian tanda
dan gejala apabila terapi dengan kortikosteroid tidak dapat dihentikan.
2. Medikasi
Ada dua kelompok obat yang dapat dipakai, yaitu obat yang bisa mencegah
produksi kortisol (mitotane) dan antagonis serotonin yang bisa mencegah keluarnya
ACTH (cyproheptadine)
3. Tindakan
Prosedur bedah dapat dilaksanakan, misalnya adenektomi hipofisis atau
hipofisektomi, adenektomi adrenal, dan adrenalektomi unilateral atau bilateral. Terapi
radiasi pada hipofisis dapat dilakukan apabila pembedahan tidak berhasil atau
pembedahan tidak dianjurkan.
4. Diet
Kalori, lipid, natrium dan kolesterol harus dibatasi. Modifikasi diet untuk
pasien dengan diabetes mellitus disesuaikan dengan kadar gula dalam darah.
II.KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Dasar
Pengumpalan riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek tubuh
dari hormone korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada kemampuan
korteks adrenal untuk berespons terhadap perubahan kadar kortisol dan aldosteron.
Riwayat kesehatan mencakup informasi tentang tingkat aktivitas klien dan
kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin dan perawatan diri. Detailnya pengkajian
keperawatan untuk klien dengan sindrom cushing mencakup:
a. Data Subjectif, berikut hal yang harus dikaji:
1) Perubahan proporsi tubuh, berat badab,distribusi bulu tubuh, rambut kepala
rontok atau menipis, pigmentasi kulit, memar, ekimosis, dan luka sulit sembuh
2) Nyeri tulang, terutama nyeri punggun
3) Riwayat infeksi pada kulit dan saluran pernapasan
4) Data neurologis, misalnya tingkah laku, konsentrasi ingatan
5) Asupan makanan dan cairan selama 24 jam
6) Peningkatan rasa haus dan nafsu makan
7) Perubahan haluaran urine
8) Data seksualitas. Wanita mengalami perubahan menstruasi, cirri-ciri
seksualitas sekunder, dan libido. Pria mengalami perubahan libido dan cirri-ciri
seksualitas sekunder
9) Pengetahuan mengenai proses penyakitnya dan diagnosis pengobatan.
b. Data objektif, berikut hal yang harus dikaji:
1) Adanya moon face, buffalo hump, obesitas trunkus, lengan dan kaki kurus,
hiperpigmentasi, striae, memar, ekimosis, dan luka yang belum sembuh.
2) Neurologis : ketepatan emosi dengan situasi, konsentrasi, dan ingatan.
3) Kardiovaskuler : tekanan darah, berat badan, nadi, adanya edema, dan
distensi vena jugularis.
4) Nutrisi : asupan makanan dan cairan
5) Musculoskeletal : massa otot, kekuatan, dan kemmpuan berdiri dari posisi
duduk
6) Eliminasi : haluaran urine dan adanya glukosuria
7) Seksualitas : cirri-ciri seksual sekunder, jerawat, distribusi bulu-bulu tubuh,
dan rambut kepala.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernapasan
Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat retraksi
intercouste hidung, pergerakan dada simetris
Palpasi : Vocal premilis teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas
tambahan ronchi wheezing
b) Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggal
c) Sistem Pencernaan
Mulut : Mukosa bibir kering
Tenggorokan: Tidak dapat pembesaran kelenjar tiroid
Limfe : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Abdoment :
I : Simetris tidak ada benjolan
P : Tidak terdapat nyeri tekan
P : Suara redup
A : Tidak terdapat bising usus
d) Sistem Eliminasi
Tidak ada gangguan eliminasi
e) Sistem Persyarafan
Composmentis (456)
f) Sistem Integument / ekstrimitas
g) Kulit
Adanya perubahan-perubahan warna kulit,berminyak,jerawat
h) Sistem Muskulus keletal
Tulang : Terjadi osteoporosis
Otot : Terjadi kelemahan
i) genitalia : klitoris membesar, amenore
3. Pemeriksaan Penunjang
Uji diagnostic untuk gangguan ini adalah memeriksa adanya peningkatan
kortisol serum, hilangnya irama diurnal dari produksi kortisol, CT Scan, dan
ultrasuara untuk mengetahui adanya tumor adrenal. (Standar Perawatan Pasien;
Susan Martin Tucker, hal, 342)
Pada sindrom chusing iatrogenic, uji diagnostic yang dilakukan adalah:
Uji terhadap darah dilakukan untuk mengetahui:
1. Penurunan kadar kalium serum (hipokalemia)
2. Peningkatan natrium serum (hipernatremia)
3. Peningkatan bikarbonat serum dan pH (alkalosis)
4. Penurunan magnesium serum (hipomagnesemia)
5. Peningkatan aldosteron plasma
Uji terhadap urine dilakukan untuk mengetahui :
1. Penurunan berat jenis urine (urine encer)
2. Peningkatan protein urine
3. Peningkatan aldosteron urine.
4. Analisa Data
Data Pendukung Etiologi Masalah
DS :
- Kelemahan secara
menyeluruh
DO :
- kemampuan berdiri
dari posisi duduk
- aktivitas dibantu
keluarga dan perawat
- tirah baring
/imobilisasi
- Tumor adrenokortikal,
hyperplasia adrenal, dan
tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam
darah
- produksi protein
- pembentukan energy
- Intoleransi aktivitas
Intoleransi Aktivitas
DS :
- Klien mengatakan ada
memar dan lukanya
sulit sembuh
DO :
- Terdapat memar dan
ada luka yang belum
sembuh
- Kelembapan kulit
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan turgor
- Tumor adrenokortikal,
hyperplasia adrenal, dan
tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam
darah
- produksi protein
- protein kulit hilang
- kerusakan integritas kulit
Kerusakan integritas
kulit
DS :
- penolakan terhadap
berbagai perubahan
- Pemakaian obat
glukokortikoid dalam
Gangguan citra tubuh
actual
- perasaan negative
mengenai bagian tubuh
(perasaan tidak
berdaya)
- keputusasaan atau
tidak ada kekuatan
DO :
- adanya moon face,
buffalo hump, obesitas
- perubahan struktur
dan atau fungsi actual
jangka panjang
- kadar kortisol dalam
darah
- distribusi jaringan
adipose
- Moon face, buffalo hump
- Gangguan citra tubuh
DS :
- Perubahan haluaran
urine
DO :
- Haluaran urine dan
adanya glukosuria
- Tumor adrenokortikal,
hyperplasia adrenal, dan
tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam
darah
- Retensi natrium
- Penumpukan cairan
- Gangguan keseimbangan
cairan
Kelebihan volume
cairan
DS :
- melaporkan nyeri baik
secara verbal maupun
nonverbal
DO :
- posisi untuk
mengurangi nyeri
- tingkah laku ekspresif
(gelisah, meringis, dan
- Pemakaian obat
glukokortikoid dalam
jangka panjang
- kadar kortisol dalam
darah
- sekresi lambung
- ulkus
- nyeri
Nyeri
mengeluh)
- perubahan dalam
nafsu makan
DS :
- Keterbatasan
kemampuan untuk
melakukan
ketramppilan motorik
halus
DO:
- Keterbatasan ROM
- Tumor adrenokortikal,
hyperplasia adrenal, dan
tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam
darah
- produksi protein
- protein jaringan hilang
- atropi otot
- resti cedera
Resti Cedera
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme
protein.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
5. Nyeri berhubungan dengan meningkatnya sekresi lambung
6. Resti cedera berhubungan dengan atropi otot
C. Intervensi Keperawatan
No
.
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan kelemahan
dan perubahan
metabolisme
protein. Yang
ditandai dengan :
DS :
- Kelemahan
secara menyeluruh
DO :
- kemampuan
berdiri dari posisi
duduk
- aktivitas dibantu
keluarga dan
perawat
- tirah
baring/imobilisasi
Setelah tindakan
keperawatan
diharapkan
toleransi aktivitas
baik, dengan
kriteria hasil :
- klien
menunjukkan
kemampuan untuk
melakukan
aktivitasnya sendiri
- Kaji tanda-
tanda intoleransi
- Bantu untuk
memilih aktivitas
yang sesuai
dengan
kemampuan fisik,
psikologis dan
social
- Bantu aktivitas
klien yang berarti
- Pastikan
lingkungan aman
bagi
keberlangsungan
gerakan-gerakan
yang melibatkan
sejumlah besar
otot-otot tubuh
- Adanya tanda-
tanda intoleransi
aktivitas, dapat
memudahkan
penentuan intervensi
selanjutnya
- Aktivitas yang
sesuai dengan
kemampuan klien,
akan mengurangi
penggunaan
kekuatan otot yang
berlebihan
- Mengurangi
penggunaan energi
yang berlebihan, dan
klien tidak cepat
capai
- Mencegah jatuh,
fraktur dan cedera
lainnya pada tulang
dan jaringan lunak,
mencegah terbentur
pada sudut furniture
yang tajam.
2. Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan edema,
yang ditandai
dengan :
DS :
- Klien
mengatakan ada
memar dan
lukanya sulit
sembuh
DO :
- Terdapat memar
dan ada luka yang
belum sembuh
- Kelembapan
kulit
- Perubahan
pigmentasi
- Perubahan turgor
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan keadaan
kulit membaik,
dengan kriteria
hasil
- Memar hilang
- Luka sembuh
- Turgor kulit baik
- Pigmentasi kulit
normal
- Inspeksi kulit
terhadap
perubahan warna,
turgor, vaskular.
- Pantau masukan
cairan dan hidrasi
kulit dan
membran
mukosa.
- Inspeksi area
tergantung
edema.
- Berikan
perawatan kulit.
Berikan salep
atau krim.
- Anjurkan
menggunakan
pakaian katun
longgar.
- Kolaborasi
dalam pemberian
matras busa.
- Menandakan area
sirkulasi
buruk/kerusakan
yang dapat
menimbulkan
pembentukan
infeksi.
- Mendeteksi
adanya
dehidrasi/hidrasi
berlebihan yang
mempengaruhi
sirkulasi dan
integritas jaringan
pada tingkat seluler.
- Jaringan edema
lebih cenderung
rusak/robek.
- Lotion dan salep
mungkin diinginkan
untuk
menghilangkan
kering, robekan kulit
- Mencegah iritasi
dermal langsung dan
meningkatkan
evaporasi lembab
pada kulit.
- Menurunkan
tekanan lama pada
jaringan.
3. Gangguan citra
tubuh
berhubungan
dengan perubahan
penampilan fisik,
yang ditandai
dengan:
DS :
- penolakan
terhadap berbagai
perubahan actual
- perasaan
negative mengenai
bagian tubuh
(perasaan tidak
berdaya,
keputusasaan atau
tidak ada kekuatan
DO :
- adanya moon
face, buffalo
hump, obesitas
- perubahan
struktur dan atau
fungsi actual
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan citra
tubuh kembali,
dengan kriteria
hasil :
- Dapat
membicarakan diri
sendiri secara
positif
- Klien
mengungkapkan
perasaan dan
metode koping
untuk persepsi
negatif tentang
perubahan
penampilan
- Bina hubungan
saling percaya
- Kaji tingkat
pengetahuan
pasien tentang
kondisi dan
pengobatan
- Diskusikan arti
perubahan pada
pasien.
- Anjurkan orang
terdekat
memperlakukan
pasien secara
normal dan bukan
sebagai orang
cacat.
- Rujuk ke
perawatan
kesehatan.
Contoh:
kelompok
pendukung.
- Dengan hubungan
saling percaya, klien
akan dapat
mengungkapkan
perasaannya dan
masalahnya
- Mengidentifikasi
luas masalah dan
perlunya intervensi.
- Beberapa pasien
memandang situasi
sebagai tantangan,
beberapa sulit
menerima perubahan
hidup/penampilan
peran dan
kehilangan
kemampuan control
tubuh sendiri.
- Menyampaikan
harapan bahwa
pasien mampu untuk
mangatur situasi dan
membantu untuk
mempertahankan
perasaan harga diri
dan tujuan hidup.
- Memberikan
bantuan tambahan
untuk manajemen
jangka panjang dari
perubahan pola
hidup.
4. Kelebihan volume
cairan
berhubungan
dengan kelebihan
natrium, yang
ditandai dengan :
DS :
- Perubahan
haluaran urine
DO :
- Haluaran urine
dan adanya
glukosuria
edema
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan dapat
menunjukkan
pulihnya volume
cairan, dengan
criteria hasil :
- Menunjukkan
volume cairan
stabil, dengan
keseimbangan
pemasukan dan
pengeluaran, berat
badan stabil, tanda
vital dalam rentang
normal
- Tak ada edema.
- Ukur masukan
dan haluaran,
catat
keseimbangan
positif. Timbang
berat badan tiap
hari.
- Awasi tekanan
darah.
- Kaji derajat
perifer/edema
dependen
- Awasi albumin
serum dan
elektrolit
(khususnya
kalium dan
natrium)
- Batasi natrium
dan cairan sesuai
indikasi.
- Menunjukan status
volume sirkulasi,
terjadinya/
perbaikan
perpindahan cairan,
dan respon terhadap
terapi.
Keseimbangan
positif/peningkatan
berat badan sering
menunjukkan retensi
cairan lenjut.
- Peningkatan
tekanan darah
biasanya
berhubungan dengan
kelebihan volume
cairan tetapi
mungkin tidak
terjadi karena
perpindahan cairan
keluar area vaskuler.
- Perpindahan
cairan pada jaringan
sebagai akibat
retensi natrium dan
air, penurunan
albumin dan
penurunan ADH.
- Penurunan
albumin serum
memperngaruhi
tekanan osmotic
koloid plasma,
mengakibatkan
pembentukan
edema.
- Natrium mungkin
dibatasi untuk
meminimalkan
retensi cairan dalam
area ekstravaskuler.
5. Nyeri
berhubungan
dengan
peningkatan
sekresi lambung,
yang ditandai
dengan :
DS :
- melaporkan
nyeri baik secara
verbal maupun
nonverbal
DO :
- posisi untuk
mengurangi nyeri
- tingkah laku
ekspresif (gelisah,
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan,
diharapkan nyeri
berkurang/hilang,
dengan criteria
hasil:
- Klien
mengatakan nyeri
hilang/berkurang
- menunjukkan
postur tubuh rileks
- mampu tidur
dengan tepat
- Catat keluhan
nyeri, lokasi,
lamanya,
intensitas (skala
0-10)
- Kaji ulang
faktor yang
meningkatkan
dan menurunkan
nyeri
- Berikan makan
sedikit tapi sering
sesuai indikasi
untuk pasien
- Berikan obat
sesuai indikasi.
Mis, antasida.
- Nyeri tidak selalu
ada tetapi bila ada
harus dibandingkan
dengan gejala nyeri
pasien.
- membantudalam
membuat diagnosa
dan kebutuhan
terapi.
- makanan
mempunyai efek
penetralisir asam,
juga menghancurkan
kandungan gaster.
Makanan sedikit
mencegah distensi
dan haluaran gaster.
meringis, dan
mengeluh)
- perubahan
dalam nafsu
makan
- menurunkan
keasaman gaster
dengan absorbsi atau
dengan menetralisir
kimia
6. Resti cedera
berhubungan
dengan atropi
otot,yang ditandai
dengan :
DS :
- Keterbatasan
kemampuan untuk
melakukan
ketrampilan
motorik halus
DO :
- Keterbatasan
ROM
Setelah dilakukan
tidakan
keperawatan
diharapkan cedera
tidak terjadi,
dengan criteria
hasil:
- Klien bebas dari
cedera jaringan
lunak atau fraktur
- Klien bebas dari
area ekimotik
- Klien tidak
mengalami
kenaikan suhu
tubuh, kemerahan,
nyeri, atau tanda-
tanda infeksi dan
inflamasi lainnya
- Kaji tanda-
tanda ringan
infeksi
- Ciptakan
lingkungan yang
protektif
- Bantu klien
ambulasi
- Berikan diet
tinggi protein,
kalsium, dan
vitamin D
- Efek antiinflamasi
kortikosteroid dapat
mengaburkan tanda-
tanda umum
inflamasi dan
infeksi.
- Mencegah jatuh,
fraktur dan cedera
lainnya pada tulang
dan jaringan lunak.
- Mencegah terjatuh
atau terbentur pada
sudut furniture yang
tajam.
- Meminimalkan
penipisan massa otot
dan osteoporosis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar
yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemeberian dosis
farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid.
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol yang berlebihan, kelebihan
stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma
maupun carcinoma. Misalnya adenoma pada hipofisis.
Sindrom cushing juga dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka
panjang dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang
berlebihan pada gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom
cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat rangsangan belebihan oleh
ACTH atau sebab patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal.
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep sindrom cushing serta dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien, edisi 3. Jakarta: EGC.
Price, S. A., 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6. Jakarta:
EGC.
Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran.
Bandung.
Brunner & Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
http://alam414m.blogspot.com/2011/06/askep-sindrom-cushing.html
http://agungadiaryono.blogspot.com/2012/05/sindrom-cushing-
makalah.html#.UVb03lLM6o8
http://dhaniekim.blogspot.com/2011/05/askep-cushings-sindrom.html