Makalah Respirasi Kelp.xviii

download Makalah Respirasi Kelp.xviii

of 22

description

makalah

Transcript of Makalah Respirasi Kelp.xviii

BAB II

Makalah Seminar MA. Keperawatan RESPIRASI

PENGKAJIAN FISIK DAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA SISTEM RESPIRASI

DISUSUN OLEH:

Kelompok XVIII1. Anik Achmani

( 130915171 )2. Elfina Natalia

( 130915228 )3. Elifa Ihda Rahmayanti

( 130915190 )4. Eko Kurniawan

( 130915193 )

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2009/2010KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya makalah pengkajian fisik dan pemeriksaan diagnostik pada sistem respirasi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata ajaran keperawatan respirasi agar mahasiswa mengenal tentang bagaimana pengkajian fisik dan pemeriksaan diagnostik pada sistem respirasi sehingga diharapkan agar makalah ini dapat mencapai sasaran yakni di pergunakan sebagai pedoman belajar, menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan perawat.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing, teman-teman di fakultas keperawatan, petugas perpustakaan di Universitas Airlangga serta seluruh pihak yang terkait dengan penyelesaiannya makalah ini.

Kami menyadari pada penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca dan semua pihak yang berguna bagi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang sangat kami harapkan.

Akhirnya harapan penulis semoga makalah ini bisa di pergunakan sebagaimana mestinya serta dapat memberi manfaat bagi pembaca, khususnya bagi para perawat.

Surabaya, September 2009

Penulis

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGKAJIAN SISTEM PERNAFASANRiwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan masalah yang lalu. Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat perawatan dahulu, riwayat keluarga dan riwayat psikososial.

Riwayat kesehatan dimulai dari biografi klien, dimana aspek biografi yang sangat erat hubungannya dengan gangguan oksigenasi mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan (terutama yang berhubungan dengan kondisi tempat kerja) dan tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal mencakup kondisi tempat tinggal serta apakah klien tinggal sendiri atau dengan orang lain yang nantinya berguna bagi perencanaan pulang (Discharge Planning).I. KELUHAN UTAMA

Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada klien gangguan kebutuhan oksigen dan karbondioksida antara lain : batuk, peningkatan produksi sputum, dyspnea, hemoptysis, wheezing, Stridor dan chest pain.

1. Batuk (Cough)Batuk merupakan gejala utama pada klien dengan penyakit sistem pernafasan. Tanyakan berapa lama klien batuk (misal 1 minggu, 3 bulan). Tanyakan juga bagaimana hal tersebut timbul dengan waktu yang spesifik (misal : pada malam hari, ketika bangun tidur) atau hubungannya dengan aktifitas fisik. Tentukan batuk tersebut apakah produktif atau non produktif, kongesti, kering.2. Peningkatan Produksi Sputum.Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan tenggorok. Trakeobronkial tree secara normal memproduksi sekitar 3 ons mucus sehari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal (Normal Cleansing Mechanism). Tetapi produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Tanyakan dan catat warna, konsistensi, bau dan jumlah dari sputum karena hal-hal tersebut dapat menunjukkan keadaan dari proses patologik. Jika infeksi timbul sputum dapat berwarna kuning atau hijau, sputum mungkin jernih, putih atau kelabu. Pada keadaan edema paru sputum akan berwarna merah mudah, mengandung darah dan dengan jumlah yang banyak.

3. DyspneaDyspnea merupakan suatu persepsi kesulitan untuk bernafas/nafas pendek dan merupakan perasaan subjektif klien. Perawat mengkaji tentang kemampuan klien untuk melakukan aktifitas. Contoh ketika klien berjalan apakah dia mengalami dyspnea ?. kaji juga kemungkinan timbulnya paroxysmal nocturnal dyspnea dan orthopnea, yang berhubungan dengan penyakit paru kronik dan gagal jantung kiri.

4. HemoptysisHemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan. Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis, Upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru dan abses paru.

5. Chest PainChest pain (nyeri dada) dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru. Gambaran yang lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal, cardiac dan gastrointestinal. Paru-paru tidak mempunyai saraf yang sensitif terhadap nyeri, tetapi iga, otot, pleura parietal dan trakeobronkial tree mempunyai hal tersebut. Dikarenakan perasaan nyeri murni adalah subjektif, perawat harus menganalisis nyeri yang berhubungan dengan masalah yang menimbulkan nyeri timbul.

II. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien. Secara umum perawat menanyakan tentang :

1) Riwayat merokok : merokok sigaret merupakan penyebab penting kanker paru-paru, emfisema dan bronchitis kronik. Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non perokok. Anamnesis harus mencakup hal-hal :

a) Usia mulainya merokok secara rutin.

b) Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari

c) Usia melepas kebiasaan merokok.

2) Pengobatan saat ini dan masa lalu

3) Alergi

4) Tempat tinggal

III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu :

1) Penyakit infeksi tertentu : khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi dapat diketahui sumber penularannya.

2) Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu; selain itu serangan asthma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.

3) Pasien bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi. Tapi polusi udara tidak menimbulkan bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.

IV. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul akibat stress.

Penyakit pernafasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan.

Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat mengkaji reaksi klien terhadap masalah stres psikososial dan mencari jalan keluarnya.B.PENGKAJIAN FISIK SISTEM PERNAFASANKunci dari setiap teknik pengkajian ini adalah untuk mengembangkan pendekatan yang sistematik, teknik yang paling tepat yaitu jika pengkajian dimulai dari kepala lalu ke tubuh bagian bawah. Kemudian hal yang perlu di persiapkan dan diperhatikan oleh perawat pada saat pengkajian antara lain yaitu : peralatan yang diperlukan, cuci tangan sebelum melakukan prosedur, siapkan pasien, pastikan lingkungan yang kondusif, jaga privasi pasien, pemeriksaan harus efektif dan efisien bagi perawat dan pasien, dan gunakan universal precaution.Pada Orang dewasa

a) Inspeksi

a. Inspeksi1) Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk.2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.3) Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.4) Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis dan lordosis.5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.6) Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernafasan.7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL)/COPD8) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh klien.9) Kelainan pada bentuk dada :a) Barrel ChestTimbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan diameter AP : T (1:1), sering terjadi pada klien emfisema.

b) Funnel Chest (Pectus Excavatum)Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfans syndrome atau akibat kecelakaan kerja.

c) Pigeon Chest (Pectus Carinatum)Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan diameter AP. Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat.

d) KyphoscoliosisTerlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu pergerakan paru-paru, dapat timbul pada klien dengan osteoporosis dan kelainan muskuloskeletal lain yang mempengaruhi thorax.

Kiposis : meningkatnya kelengkungan normal kolumna vertebrae torakalis menyebabkan klien tampak bongkok.

Skoliosis : melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral

10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.11) Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.

Frekuensi dan pola pernapasan Pernafasan normal berdasarkan usiaUsiaFrekuensi

Bayi baru lahir35 40 x /mnt

Bayi ( 6 bulan )30 50 x / mnt

Todler ( 2 tahun )25 32 x / mnt

Anak-anak20 30 x / mnt

Remaja16 19 x / mnt

Dewasa12 20 x / mnt

Gambaran pola nafas yang mengganggu pola pernafasan antara lain :

Gambaran pola nafasDeskripsiKeterangan

EupneaIrama halus dan ekspirasi lebih lama daripada inspirasi.Wanita mempunyai frekuensi pernapasan agak lebih tinggi dari pria

TakipneaPernafasan superfisial, cepat; irama teratur atau tidak teraturPenyakit keterbatasan paru ; pleuris

BradipneaFrekuensi lambat dan lebih dalam, irama teraturSaat tidur, minum alkohol, narkotik opiat, peningkatan tekanan intrakranial

ApneaPenghentian nafas Henti nafas

Cheyne StokesPernafasan periodik sehubungan dg periode apnea, siklus bertahap meningkat lalu menurun frekuensi dan kedalamannyaNormal selama siklus tidur pada usia lanjut, peningkatan intrakranial, gagal jantung kiri

Pernafasan ataxik

( pernafasan Biots )Periode Apnea bergantian, tidak teratur dg rentetan pernafasan dangkal pada kedalaman yg samaMeningitis, lesi fossa posterior

Pernafasan KussmaulsPernafasan mendesah teratur, dalam dg peningkatan pada frekuensi pernafasanAsidosis metabolik, umumnya terlihat pada asidosis diabetik, uremia

ApneusisFase inspirasi terengah-engah, panjang di ikuti dengan fase ekspirasi tdk adekuat, pendek.Cedera pada mekanisme pernafasan.

Obstruksi pernafasanFase ekspirasi tdk efektif, panjang dg pernafasan dangkal, peningkatan pernafasan.Penyakit paru Obstruktif

b) Palpasi

Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).

Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.

Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.

Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara

Leher

Trakea yang normal dalam garis lurus di antara otot sternokleidomastoideus pada leher dan mudah digerakkan serta dengan mudah kembali ke posisi garis tengah stelah digeser. Masa dada, goiter, atau cedera akut dapat mengubah posisi trakea, selain itu pada efusi pleura selalu membuat deviasi trakea ke sisi jauh dari yang sakit sementara pada atelektasis, trakea sering tertarik ke bagian yang sakit. Dada

1. Fremitus vocal adalah vibrasi yang dirasakan ketika pasien mengatakan 99. Vibrasi normal bila terasa diatas batang bronkus utama. Bila teraba di atas perifer paru, hal ini menunjukkan konsolidasi sekresi atau efusi pleura ringan sampai sedang.

2. Fremitus Ronkhi adalah vibrasi yang teraba di atas sekresi dan kongesti pada bronkus atau trakea.

3. Emfisema subkutan menyebabkan krepitasi di atas daerah yang terkena. Bila di auskultasi, juga terdengar crackles. Hal ini dapat berpindah ke daerah yang berbeda tergantung pada posisi pasien. Kebocoran udara dari suatu pneumothoraks atau pneumomediastinum ke dalam jaringan subkutan menyebabkan emfisema subkutan.

c) Perkusi

Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.

Jenis suara perkusi :

Suara perkusi normal :

Resonan (Sonor)

Dullness

Tympany: bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.: musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara.

Suara Perkusi Abnormal :HiperresonanFlatness: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang abnormal berisi udara.: sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana areanya seluruhnya berisi jaringan.

d) Auskultasi

Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan suara.

Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih

Suara nafas normal :

a) Bronchial : sering juga disebut dengan Tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.

b) Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.

c) Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.

Suara nafas tambahan :

d) Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit.

e) Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum

f) Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali klien juga mengalami nyeri saat bernafas dalam.

g) CracklesFine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.

Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.PENGKAJIAN SISTEM PERNAPASAN PADA ANAK ( pediatric )Untuk mengkaji anak atau bayi, adalah dengan menanyakan pada orangtua atau anak bila anak sudah bisa diajak komunikasi, tentang batuk, demam, dispnea, kesulitan bernapas, mengi, mudah letih, infeksi pernapasan masa lalu, sering flu, dan riwayat gangguan pernapasan dalam keluarga. PengkajianTemuan / Tanda klinis

a. Kaji dada terhadap stridor, serak, dengkur, mengi, dan batuk. 1. Stridor inspirasi dan dengkur ekspirasi menunjukkan epiglotitis.2. Mengi menunjukkan asma, bronkiolitis, atau aspirasi benda asing.

b. amati nares eksternal terhadap pengembanganPengembangan nares eksternal menunjukkan distress pernapasan.

c. Amati bantalan kuku terhadap warna dan clubbing 1. Sianosis kadang kadang menunjukkan gagal nafas , vasokontriksi atau polisitemia.

2. Clubbing biasanya menunjukkan hipoksemia kronik, seperti pada kistik fibrosis dan bronkoektasis.

d. Amati warna badan anakSianosis dan bercak-bercak pada badan menunjukkan hipoksemia yang berat.

e.Periksa thoraks terhadap konfigurasi, kesimetrisan, dan abnormalitas.1. Pada anak yang lebih tua > 6 tahun, bila dada bundar menunjukkan gangguan paru kronik2. Sternum yang menonjol atau tertekan harus diperhatikan . hal ini dapat membahayakan ekspansi paru.3. Gerakan asimetris, dimana satu sisi thoraks menurun menunjukkan pneumonia, pneumothoraks, atau benda asing

f. Perhatikan ukuran payudara dalam hubungan dengan umur anak.Ginekomastia pada anak laki-laki menunjukkan obesitas atau masalah hormonal atau sistemik.

g. Amati dada terhadap retraksi atau tertarik ke dalam di area supraklavikula, trakea, substernal dan interkostal. Pembengkakan atau penonjolan pada area ini mungkin juga dijumpai.

1. Retraksi merupakan indikasi dari adanya pernapasan yang memerlukan usaha besar pada bayi dan anak-anak.2. Pembengkakan menyertai air trapping yang berat.

h. Amati jenis pernapasan anakPernapasan abdomen pada anak > 7 tahun menunjukkan gangguan pernapasan /tulang iga yang fraktur.

Amati kedalaman dan regularitas pernapasan dan lama inspirasi dan ekspirasi.

Palpasi : letakkan tangan anda dan ibu jari bersama-sama sepanjang batas iga dada atau punggung anak ketika anak sedang duduk. Untuk fremitus taktil bisa digunakan jari telunjuk atau permukaan telapak tangan. Gerakan secara simetris ketika berucap 99 . Pada bayi fremitus dapat dirasakan saat bayi menangis.

Perkusi : Lakukan diatas sela iga, bergerak secara simetris dan sistematik.

Auskultasi : dapat dilakukan pada lapangan paru secara sistematis dan simetris dari apeks ke dasar paru.

Di aksila untuk penderita pneumonia. Rales atau crackles dengan mudah terdengar di area ini.

Bunyi dapat menyebar dari traktus respiratorius atas jika anak mempunyai mucus di hidung atau tenggorok.1. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan masalah pernapasan obstruktif, seperti asma.2. Fremitus yang menurun menunjukkan asma, pneumothoraks, atau benda asing.3. Fremitus meningkat terjadi pada pneumonia dan atelektasis.4. Nada perkusi adalah pekak jika terdapat cairan atau massa di paru-paru.5. Laporkan bunyi tambahan yang terdengar. Ronki atau mengi asimetris menunjukkan adanya benda asing.6. Tidak adanya bunyi nafas unilateral menunjukkan pneumothoraks.

1. Bunyi nafas normal pada anak 1) Vesikular ( inspirasi > ekspirasi )2) Bronkovesikular ( Inspirasi = Ekspirasi ) 3) Bronkotubular ( Inspirasi < Ekspirasi ).

2. Bunyi nafas Tambahan pada anak Rales : Halus terdapat pada pneumonia, gagal jantung kongestif ; sedang pada edema paru ; Kasar pada pneumonia dengan gejala paru yang mereda, bronchitis. Mengi : Sonor terdengar pada penyakit bronchitis ; bunyi berdesis terdengar pada asma. Mengi yang terdengar saat inspirasi menandakan obstruksi tinggi, sedangkan bila terdengar pada ekspirasi menandakan adanya obstruksi rendah.

Pleural Friction Rub : Terdengar pada inspirasi atau ekspirasi menunjukkan adanya permukaan pleura yang meradang.

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SISTEM RESPIRASIa. Pengkajian Diagnostik

Prosedur diagnostic ini membantu dalam pengkajian klien dengan gangguan respirasi. Pengkajian diagnostic ini terdiri dari :

a) KulturPemeriksaan ini membantu dalam mengidentifikasi organisme yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan bawah.

b) Biopsi

Di bagi atas 2 (dua) jenis :

Biopsi paru

Ada 3 (tiga) jenis biopsi paru non bedah dengan angka kesakitan yang rendah yaitu :

Penyikatan bronchial transkateter

Prosedur ini berguna untuk evaluasi sitologi lesi paru dan untuk identifikasi organisme patogenik.

Biopsi jarum perkutan

Aspirasi menggunakan jarum jenis spinal yang memberikan specimen jaringan untuk pemeiksaan histology. Biopsi paru tranbronkial

Menggunakan forsep pemotong yang dimasukkan dengan bronkoskop serat optic. Biopsi diindikasikan jika diduga lesi paru, pemeriksaan sputum rutin dan pencucian bronkoskop menunjukkan negative. Biopsi Nodus limfe

Biopsi ini dilakukan untuk mendeteksi penyebaran penyakit pulmonal melalui nodus limfe.b. Pemeriksaan untuk mengevaluasi struktur anatomi paru.

Pemeriksaan radiology toraks dan paru

Pemeriksaan radiology memberikan informasi tentang : Status sangkar iga (tulang rusuk, pleura, kontur diagfragma dan jalan nafas atas). Ukuran, kontur, dan posisi mediastinum dan hilus paru (jantung, aorta, nodus limfe dan percabangan bronkhial). Tekstur dan tingkat penyebaran udara dari parenkim paru. Ukuran, bentuk, jumlah, dan lokasi lesi pulmonal (kavitasi, area fibrosis, dan daerah konsodilasi).

Pemeriksaan ini diindikasikan untuk : Mendeteksi perubahan paru yang disebabkan oleh proses patologis (tumor, inflamasi, fraktur, akumulasi cairan atau udara). Menentukan therapi yang sesuai. Mengevaluasi pengobatan. Memberikan gambaran tentang suatu proses progresif dari penyakit paru.

Contoh Gambaran radiologi pada kelainan paru paru :

Asthma Chronic Atelektasis paruCancer ParuEfusi pleura

Efusi pleuraOdema paru PneumoniaTbc paru

Pemeriksaan Ultrasonografi

Ultrasonografi thoraks dapat memberikan informasi tentang efusi pleural pada paru. E K G

Pulmonary HT ( Hypertension ) tampak pada EKG, P tinggi di II dan III dan aVF dan biasanya pada Right Ventricular Hypertrophy. Iskemia dan aritmia sering dijumpai pada gangguan ventilasi dan oksigenasi.

Computed Tomograph (CT)

CT digunakan untuk mengidentifikasi massa dan perpindahan struktur yang disebabkan oleh kista, neoplasma, lesi inflamasi, dan abses.

Pemeriksaan Fluoroskopi

Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang dinamika dada seperti gerakan diafragmatis, ekspansi dan ventilasi paru.Fungsi lain dari fluoroskopi untuk :

Mengamati diafragma saat inspirasi dan ekspirasi.

Mendeteksi gerakan mediastinal selama nafas dalam.

Mendeteksi massa mediastinal.

Pemeriksaan Angiografi Pulmonal

Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi embolisme pulmonal dan berbagai lesi kongenital pada pembuluh pulmonal. Pemeriksaan Endoskopi

Pemeriksaan ini memberikan visualisasi binokular lebih baik.

Pemeriksaan Bronkoskopi

Pemeriksaan bronkoskopi dilakukan dengan cara memasukkan bronkoskop kedalam trakea dan bronki. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengamati cabang trakeobronkial terhadap abnormalitas, biopsi jaringan, dan aspirasi sputum.c. Pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi pernafasan

Uji Fungsi PulmonalPemeriksaan ini menggunakan spirometer dan memberikan informasi tentang manifestasi pasien dengan mengukur volume paru, mekanisme paru, dan kemampuan difusi paru.

Fungsi UFP yaitu :

Skrining penyakit pulmonal. Evaluasi preoperatif. Mengevaluasi kondisi untuk melakukan penyapihan dari ventilator. Pemeriksaan fisiologi pulmonal. Mengobservasi efek terapi. Meneliti efek latihan pada fisiologi pernafasan. Pemeriksaan Oksimetri Nadi

Oksimetri nadi adalah metoda noninvasif pemantauan kontinue saturasi oksigen haemoglobin (SaO2). Pemeriksaan ini digunakan untuk memantau pasien terhadap perubahan mendadak atau perubahan kecil saturasi oksigen. Selai itu oksimetri nadi merupakan salah satu bentuk monitoring oksigen dengan mengukur absorban komputer dari berbagai panjang gelombang dapat diketahui kadar oksihemoglobin. Oksimeter dapat mengukur saturasi yang di dasarkan atas pulse oksimeter sampai pada 2 % dari Sa O2. tempat pengukuran biasanya pada ujung pada ujung jari, kepala, cuping telinga, dahi. Nilai Normalnya adalah 95 100% baik pada arteri maupun perifer. Kapnografi

Pemeriksaan ini merupakan prosedur noninvasif yang mengukur konsentrasi karbon dioksida ekshalasi pada klien dengan ventilasi mekanik.

Continous Invasive intraarterial oxygen and carbondioxide monitors

Dapat memonitor dengan tindakan invasive memasukkan kateter sensor ke dalam kateter arteri nomor 20 dan berbagai faktor dapat diukur dengan sensor ini yakni PCO2 dan PO2. Dengan cara ini system monitor aman, akurat dan dapat digunakan .

Komponen Oksigenasi normal :

Transport oksigen600 100 cc/mnt

500 600 mL/mnt/m2

Oksigen konsumsi120 160 mL/mnt/m2

3 4 cc/mnt/kg

Ekstrasi Oksigen0.25 0.35 %

Cardiac Output4 8 liter/mnt

2,5 4 ltr/mnt/m2

Hemoglobin12 16 g/dL

SaO2> 0,90 atau > 90 %

PaO260 100 mm Hg

Pemeriksaan Gas Darah ArteriAnalisis gas darah arteri memberikan determinasi objektif tentang oksigenasi darah arteri, pertukaran gas, ventilasi alveolar, dan keseimbangan asam basa. Selain itu juga penting untuk menentukan adanya Asidosis atau alkalosis atau campuran keduanya. Selain itu analisa gas darah penting dalam memperbaiki oksigenasi serta evaluasi kemajuan pengobatan.

Nilai gas darah Normal :

VariabelArteriVena

pH7,35 -7,457,35 -7,45

pCO235 4545 50

HCO322 2622 26

O240 50

Saturasi O295 100 %75 80 %

Kelebihan Basa+20 s.d +4

Secara definisi , pH di bawah 7,35 adalah asam dan di atas 7,45 adalah basa. Kematian sel terjadi bila pH kurang dari 6,8 atau lebih dari 7,8. Asidosis disebabkan oleh penambahan ion hidrogen ( H+ ) atau hilangnya bicarbonat ( HCO3- ); Alkalosis adalah hilangnya hidrogen atau penambahan bicarbonat.

Perubahan akut Analisa Gas Darah dan respon kompensasi :

AbnormalitaspHPaCO2HCO3Kondisi klinis

Asidosis Respiratorik (retensi CO2, penurunan ventilasi permenit)< 7,35> 45 > 26 *CO2 tertahan shg tidak berfungsinya empat fase perna-fasan : ventilasi, difusi, perfusi dan difusi sel

Alkalosis Respiratorik

(hilangnya CO2, peningkatan ventilasi per menit) > 7,45< 35< 22 *Syok , edema paru , emboli paru , hipoksemia.

Asidosis Metabolik

(penurunan HCO3 atau kelebihan Hidrogen) < 7,35< 35 *< 22Retensi asam laktat dari syok , obat-obatan, ketoasidosis, toksin dll

Alkalosis Metabolik

(peningkatan HCO3 atau penurunan hidrogen)> 7,45> 45 *> 26Dapat memperbaiki keadaan hipoventilasi pada PPOM dan retensi CO2.

d. Pemeriksaan spesimen Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru, yang harus diperhatikan pada pemeriksaan ini adalah konsistensi, warna, dan bau sputum, dari pemeriksaan ini didapatkan informasi tentang kemungkinan bronchitis, bronkiektasis, pneumonia, TB dan keganasan. Pink Frothy Sputum, kemungkinan edema paru. Groosy bloody sputum kemungkinan terjadi pada TB Paru, Infark paru atau keganasan. Cara pemeriksaan sputum Bta cukup diambil specimen secara langsung ( dalam wadah bersih ) ; Untuk pemeriksaan kultur : ambil dengan canula suction steril dan dalam wadah yang steril pula ; untuk pemeriksaan keganasan pada paru, sputum di taruh dalam wadah steril dengan alkohol 70 % ; dan untuk anak-anak dapat di periksa pagi hari sebelum makan. Torasentesis

Torasentesis adalah pemeriksaan dengan menusukkan jarum ke dalam spasium pleural. Indikasi pemeriksaan ini adalah :

Pengangkatan cairan pleural untuk tujuan diagnostik Biopsi plural Pembuangan cairan jika cairan tersebut mengancam dan mengakibatkan ketidaknyamanan pada pasien Instalasi antibiotik atau obat lainnya ke dalam spasium pleura.

Dengan mengetahui secara lengkap dan detail tentang pengkajian Sistem Pernapasan baik pengkajian fisik maupun Diagnostik, serta penunjang lainnya, diharapkan perawat professional dapat dengan segera mengetahui gangguan pernapasan pada pasien, sehingga dapat menentukan intervensi keperawatan yang tepat dan melakukan kolaborasi dengan cepat dan akurat.D. PENGKAJIAN PERNAFASAN PADA GAWAT DARURAT1) AIRWAY : Lihat apakah ada sumbatan jalan nafas ( pada pasien tidak sadar, hilangnya tonus otot tenggorokan sehingga pangkal lidah jatuh ke belakang., buka jalan nafas dengan pengangkatan rahang bawah ( jaw thrust ) dan Tengadah kepala topang dagu ( Head tilt Chin Lift ) untuk membebaskan jalan nafas bila pasien tidak sadar, pasang oral / nasal airway; untuk menahan pangkal lidah dari dinding belakang faring.

Yang harus di Ingat :

1. Selalu periksa apakah nafas spontan timbul selelah pemasangan oral/nasopharing.2. Bila tidak ada nafas spontan lakukan nafas buatan dengan alat bantu nafas yang memadai.3. Bila tidak ada alat bantu nafas yang memadai, lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.

2) BREATHING : Setelah jalan nafas terbuka , kita perlu memonitor pernafasan pasien dan apabila belum adekuat dapat diberikan pernafasan buatan antara lain :

a. Pernafasan mulut ke mulut atau mulut ke hidung

b. Pernafasan mulut ke sungkup muka ( pocket Facemask )

c. Tahap lanjut bisa dengan bagging , atau pemasangan Endo trakeal Tube.3) CIRCULATION : Periksa apakah ada tanda-tanda henti Jantung ; apabila ada segera lakukan Resusitasi Jantung Paru ( RJP )DAFTAR PUSTAKA

M. Amin , Hood Alsagaff , Pengantar Ilmu Penyakit Paru cetakan kedua , Airlangga University Press , 1993.

Irman Somantri ; Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan Sistem Penafasan . EGC : JAKARTA. 2008Potter & Perry ; Buku ajar Fundamental Keperawatan edisi 4 , EGC , cetakan 1 , 2005.

Brenda Goodner , Linda Skidmore Roth , Panduan Tindakan Keperawatan klinik Praktis , cetakan I . EGC , 1995.

Anna Owen, Pemantauan Perawatan Kritis , cetakan 1 , EGC, 1997.

H. Tabrani Rab , Agenda Gawat Darurat ( Critical Care ) Jilid 1, edisi pertama , penerbit alumni bandung , 1998.