terapi respirasi

22
MAKALAH (TINJAUAN PUSTAKA) TERAPI RESPIRASI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT KEPANITERAAN KLINIK BIDANG ANESTESIOLOGI DAN RAWAT INTENSIF DI BLU RSUD SEMARANG Oleh : NI MADE RAHAYU W 01.204.4847 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Transcript of terapi respirasi

Page 1: terapi respirasi

MAKALAH

(TINJAUAN PUSTAKA)

TERAPI RESPIRASIDIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT

KEPANITERAAN KLINIK

BIDANG ANESTESIOLOGI DAN RAWAT INTENSIF

DI BLU RSUD SEMARANG

Oleh :

NI MADE RAHAYU W

01.204.4847

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2010

Page 2: terapi respirasi

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ni Made Rahayu Wardani

NIM : 01.204.4847

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Bidang Pendidikan : Anestesiologi dan Terapi Intensif

Periode Kepaniteraan Klinik : 15 april – 1 mei 2010

Judul Makalah : Terapi Respirasi

Diajukan : April 2010

Pembimbing : dr Donni Indra Kusuma, Sp. An Msi Med

TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN TANGGAL : ………………………..

Mengetahui :

Ketua SMF Anestesiologi dan Rawat Intensif

BLU RSUD Kota Semarang,

Dr. Purwito Nugroho, Sp. An

PEMBIMBING :

Dr. Donni Indra Kusuma, Sp. An Msi M

Page 3: terapi respirasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan Judul “Terapi Cairan” ini dapat selesai dengan baik

dan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Bidang Anestesiologi

dan Rawat Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang di BLU RSUD Kota

Semarang periode 19 April – 1 Mei 2010.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan kerja sama

yang telah diberikan selama penyusunan referat ini, kepada :

1. Dr. Abimanyu MM., selaku direktur Rumah Sakit Umum daerah Kota Semarang

2. Dr. Wahyu Hendarto, Sp. An., selaku Ka. Instalasi Anestesiologi dan Pembimbing Kepaniteraan Klinik

Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Kota Semarang.

3. Dr. Purwito Nugroho, Sp.An selaku Ka. SMF dan Pembimbing Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan

terapi intensif RSUD Kota Semarang.

4. Dr. Donni Indra Kusuma, Sp. An. Msi. Med, selaku Pembimbing Kepaniteraan Klinik Anestesiologi

dan Terapi Intensif RSUD Kota Semarang.

5. Dr. Agustina. S. selaku Residen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro serta Staff Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Kota Semarang.

6. Rekan-rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Anestesiologi dan terapi Intensif RSUD Kota

Semarang.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari semua pihak, supaya referat ini dapat menjadi lebih baik, dan berguna bagi

semua yang membacanya.

Page 4: terapi respirasi

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun

kekurangan dalam makalah ini.

Semarang, April 2010

Penulis

Page 5: terapi respirasi

TERAPI RESPIRASI

Ni Made Rahayu Wardani*, Donni Indra Kusuma**

ABSTRACT

Respiratory care ( also called respiratory therapy ) refers both to the delivery of pulmonary therapy and diagnostic test and to the allied health profession that has evolved since the 1950 s to become an integral part of cardiopulmonary diagnostics and critical care. Respiratory therapists scope of practice encompasses medical gas therapy, delivery of aerosolized medications, air way management, mechanical ventilation, positive air way pressure therapy, critical care monitoring, cardiopulmonary rehabilitation, and application of various techniques collectively termed chest physical therapy.

the latter includes administering bland and therapeutic aerosols, clearing pulmonary secretions, reexpansion of atelectatic lung, and peserving normal lung function postoperatively or during illness. diagnostic services may include pulmonary function testing, arterial blood gas analysis, electrocardiography testing, and evaluation of sleep disordered breathing. the majority of respiratory care procedures are based on clinical practice guidelines known as CPG s, 50 of which have been developed by the american association for respiratory care using best practice/evidence based medicine criteria.

ABSTRAK

Perawatan pernafasan ( atau disebut juga terapi respirasi ) mengacu untuk terapi pada paru dan uji diagnostic serta profesi kesehatan yang telah berkembang sejak tahun 1950 menjadi bagian dari diagnostic kardiopulmoner dan perawatan klinis. Ruang lingkup terapi pernafasan meliputi terapi gas medis, pemberian obat aerosol, cara manajemen jalan napas, ventilasi mekanik, cara terapi tekanan udara positif, pemantauan perawatan rehabilitasi kritis, cardiopulmonary, dan penerapan berbagai teknik secara kolektif yang disebut terapai dada secara fisik.

Yang terakhir ini mencakup terapi aerosol, sekresi paru, atelektasis paru, fungsi normal paru pasca operasi atau selama sakit. Layanan diagnostic mencakup pengujian paru, analisa gas darah arteri, pengujian elektrokardiografi, dan evaluasi dari tidur dan bernafas secara tidak teratur. Sebagian besar prosedur perawatan pernapasan di dasarkan pada pedoman praktek klinis yang dikenal sebagai CPG s, 50 diantaranya telah dikembangkan oleh asosiasi Amerika untuk dilakukan perawatan pernapasan menggunakan obat yang telah dibuktikan.

Kata kunci : Terapi respirasi , ruang lingkup Terapi, prosedur perawatan pernapasan.

*Coassistant Anestesi FK Unissula 19 April – 1 Mei 2010**Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Kota Semarang

Page 6: terapi respirasi

PENDAHULUAN

Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme,

untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh tubuh. Masing- masing sel dalam tubuh

menggunakan oksigen untuk metabolism nutrisi dan memproduksi tenaga. Tanpa oksigen, sel akan segera

mati. Jika seseorang tanpa sakit atau cedera, oksigen 21% ( dalam udara bebas) cukup untuk mendukung

fungsi normal.

Definisi Terapi Oksigen (menurut AARC Clinical Practice Guidline: Oxygen therapy for adults in the acute

care facility: 2002 revision and update) adalah Pemberian oksigen pada konsentrasi diatas kadar oksigen udara

bebas untuk tujuan terapi atau mencegah gejala gejala dan manifestasi dari hipoksia.4

Tujuan dan indikasi

Terapi ini merupakan salah satu terapi pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi.

Tujuan umum :

Untuk mengatasi keadaan hipoksemia, menurunkan kerja pernafasan, menurunkan beban kerja otot jantung ( miokard)

Indikasi :

Pada kondisi kerusakan O2 jaringan yang diikuti gangguan metabolism dan sebagai bentuk hipoksemia, secara umum terjadi pada :

- Kadar oksigen arteri (PaO2) rendah

- Kerja pernafasan (laju nafas-nafas dalam, bernafas dengan otot tambahan)

- Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard)

Adapun kondisi klinis yang mungkin memerlukan terapi oksigen adalah:

- Henti jantung paru. RJP hanya memberikan 25-33 % dari efektif sirkulasi. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi memberikan survival yang lebih baik.3

- Gagal nafas, gagal jantung atau AMI - Syok. Pada semua jenis syok jumlah oksigen darah menurun untuk sampai ke jaringan

- Meningkatnya kebutuhan O2 (lika bakar, infeksi berat, multiple trauma)

- Keracunan CO2

- Kehilangan darah

- Penyakit paru

- Hipoksemia (PaO2<7,8> 24 /min)

Page 7: terapi respirasi

Terapi gas Medis

Terapi gas medis termasuk terapi tambahan dengan menggunakan oksigen hiperbarik,

helium campuran oksigen dan oksida nitrat. Oksigen secara medis diindikasikan untuk kedua

paru dan gangguan non pulmonary. Oksigen yang tersedia di silinder ber tekanan tinggi, melalui

system pipa, dari konsentrator oksigen, serta dalam bentuk cair. Helix kadang kadang digunakan

untuk mengobati peningkatan kerja pernafasan (WOB) karena menghalangi jalan pernafasan atas

lesi. Oksida nitrat diberikan untuk efek dilatasi vascular paru. Sasaran utama dari terapi oksigen

untuk mencegah atau memperbaiki hipovolemia dan atau hipoksia jaringan. Terapi oksigen saja

tidak dapat memperbaiki hipoksemia either atau hypoxia. Continuous tekanan udara positif

(CPAP) atau tekanan positif akhir ekspirasi (PEEP) mungkin diperlukan untuk mecegah alveoli

yang kolaps.

Pasien dengan hiperkapnia memerlukan bantuan ventilasi. Konsentrasi yang tinggi oksigen

dapat diindikasikan untuk kondisi yang tidak ada gas yang telah dimampatkan ( misalnya

nitrogen) dari tubuh atau peredaran darah.1 Konsentrasi oksigen yang tinggi relative bebas terjadi

komplikasi. Tambahan oksigen diindikasikan untuk orang dewasa, anak anak, dan bayi ( lebih

dari 1 bulan) ketika PaO2 kurang dari 60 mmHg atau SaO2 atau SpO2 kurang dari 90%, ketika

berada dalam keadaan istirahat.1 Pada neonatus, disarankan jika PaO2 kurang dari 50 mmHg atau

SaO2 kurang dari 88% (atau PO2 kapiler kurang dari 40 mmHg. Terapi mungkin diperlukan untuk

pasien jika dokter mencurigai terjadi hipoksia berdasarkan penelaahan masalah cardiopulmonary

atau pada pemeriksaan fisik pasien dengan infark miokard, edema paru kardiogenik, infeksi paru

akut (ALI), sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), fibrosis paru, keracunan sianida, atau

menghirup karbonmonoksida semua membutuhkan oksigen tambahan diberikan selama periode

perioperatif. Karena anestesi umum biasanya menyebabkan penurunan PaCo2 sekunder untuk

meningkatkan ventilasi pulmonal/ perfusi dan penurunan kapasitas residual oksigen tambahan

harus diberikan seperti penghisapan trakea atau bronkoskopi yang sering menyebabkan desaturasi

arteri.1 Terdapat bukti bahwa suplemen oksigen efektif untuk memperpanjang kelangsungan

hidup pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik yang PaO2 istirahat lebih rendah dari 60

mmHg . juga tampak efek ringan pada tekanan arteri paru rata- rata dan indeks subjektif pasien

dispnea.

Page 8: terapi respirasi

PERALATAN TAMBAHAN UNTUK TERAPI OKSIGEN

A. Peralatan dengan aliran oksigen rendah/ low flow

Oksigen (100%) diberikan dengan aliran yang tetap. Ini dimaksudkan untuk pasien agar pola

pernapasannya tetap stabil. Aliran oksigen tergantung adanya perubahan ventilasi, jumlah udara

di dalam ruangan. System aliran udara yang rendah, yaitu :

- Ventilasi yang kurang dari 8- 10 l/menit

- Frekuensi Pernafasan kurang dari 20 x/menit

- Volume tidal (VT) kurang dari 0,8 l

- Normal inspirasi 10 – 30 l/menit.

PERALATAN :

1. Nasal Kanul

Adalah selang bantu pernafasan yang diletakkan dilubang hidung2. Nasal kanul memiliki

keuntungan yaitu pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur.

Pemasangan mudah, pasien bebas makan, bebas bicara. Kerugian pemberian nasal kanul

tidak dapat member konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila pasien

bernafas melalui mulut, dapat mengiritasi selaput lendir. Nasal kanul tersedia untuk ukuran

orang dewasa, anak- anak, dan bayi.1 pada bayi, terdapat berbagai macam ukuran sehingga

memungkinkan bayi untuk menyusu dan mengurangi trauma pada wajah. oksigen perliter

sekitar 1 -2 % ( diatas 21%) pada orang dewasa dalam keadaan istirahat. Pemberian nasal

kanul diharapkan dapat memberikan konsentrasi oksigen sampai 30 – 35% dengan bernapas

normal dan arus oksigen 3 – 4 l/min.5

Gambar 1. Penggunaan nasal kanul pada neonatus

2. Nasal Mask/ masker hidung

Adalah jenis masker yang banyak digunakan. Masker ini bisa menutupi hidung dengan

sempurna dan menggunakan pengikat yang dapat menjaga masker tetap terpasang dengan

Page 9: terapi respirasi

baik selama tidur.3 masker ini ditujukan untuk memberikan terapi tambahan setara dengan

oksigen nasal kanul dalam kondisi aliran rendah untuk pasien dewasa. Keuntungan utama

masker hidung yaitu kenyamanan pasien.1

Gambar 2. Nasal mask

3. Nonreservoir Oxygen mask

Masker oxygen sederhana atau reservoir, merupakan perangkat plastic ringan yang dapat

meliputi hidung dan mulut. Masker yang erat pada wajah pasien dapat menyesuaikan dengan

bentuk wajah pasien dengan pengikat kepala yang elastic. Aliran oksigen minimum sekitar

5l/menit diterapkan untuk masker agar menghindari terjadinya rebrearhing dan kerja

pernafasan yang berlebihan. Jumlah oksigen tergantung pada volume, pola pernapasan, dan

aliran oksigen ke masker. Saat bernafas normal sangat masuk akal bila FIO2 0,3 – 0,6 dengan

arus 5 – 10 l/menit.

4. Reservoir mask / sungkup muka

Terdapat dua tipe reservoir yang digunakan yaitu partial rebreathing mask dan non

rebreathing mask. Sungkup muka non rebreathing dengan kantong (reservoir) O2/ NRM

( antara reservoir dan masker terdapat katup), aliran O2 8 – 12 lt/mnt menghasilkan

konsentrasi O2 90%. Sungkup muka rebreathing (antara reservoir/kantong dengan masker

tanpa adanya penghalang/katup) dengan kantong O2 aliran O2 60 – 80%.3 Keduanya hanya

sekali pakai, plastic ringan, plastic transparan yang dapat diletakkan dibawah dagu.

Perbedaan antara keduanya yaitu adanya penutup dan kantung reservoir. Kantung reservoir

umumnya memiliki kurang lebih 600 ml atau kurang, arus minimum oksigen 10 – 15 l/min.1

Gambar 3. Reservoir mask

Page 10: terapi respirasi

B. Peralatan dengan aliran oksigen tinggi / High flow

Suatu teknik pemberian O2 dimana FIO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernapasan,

sehingga dengan teknik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur. Pada

sistem tinggi aliran O2 lebih tinggi dari kecepatan aliran inspirasi pasien. Gas campuran yang

masuk ke tubuh pasien sesuai yang diinginkan. Yang termasuk sistem ini antara lain Aerosol

mask/resuscitator, venture mask, traceostomy collars, T-yube adapters dan face tent. 5 Inspirasi

gas diberikan secara terus menerus dengan aliran tinggi atau penggunaan dengan kantong

reservoir. Idealnya, FIO2 tidak dipengaruhi oleh pola pernafasan.1 Pasien yang dyspnea dan

hypoxemia yang memerlukan oksigen 100% lebih dari 100 l/menit. System aliran tinggi

diindikasikan untuk pasien yang membutuhkan

- Konsistensi FIO2

- Dengan inspirasi yang kuat dengan arus yang besar (> 40 l/menit)

1. Bag Mask Valve

Valve mask system tas ini dirancang untuk membantu ventilasi korban tidak sadarkan diri

untuk waktu yang lama, sementara konsentrasi oksigen tinggi. System ini dapat

bermanfaat untuk upaya CPR yang diperpanjang karena ketika menggunakan kompresi

jantung eksternal, output jantung dipotong 25 hingga 30% dari kapasitas normal dan

ventilasi buatan tidak mencukupi melalui system peredaran darah untuk mempertahankan

hidup untuk jangka waktu yang lama. Berbagai jenis katup mask system ini dalam ukuran

dewasa dan anak anak. Intinya yaitu terdiri dari kantong untuk ventilasi, reservoir

oksigen, masker wajah plastic berbagai ukuran, dan tabung untuk sambungan ke suplai

oksigen. Valve mask ini sulit digunakan, mask ini hanya dapat digunakan jika terdapat

orang yang berpengalaman. Pasokan oksigen 10 – 15 liter permenit, tergantung pada

konsentrasi yang diinginkan ( 15 liter permenit akan memberikan konsentrasi oksigen 90

persen).4

Gambar 4. Reservoir tas

Page 11: terapi respirasi

2. Air Entrainment Venture Mask

Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju

ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga terdapat

tekanan negative, akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yang dihasilkan

lebih banyak. Aliran O2 4 – 14 lt/menit menghasilkan konsentrasi O2 30 – 55%.

Keuntungannya yaitu konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada

alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FIO2, suhu dan kelembaban gas

dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2. Kerugian dari venture ini pada

umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang lain pada aliran rendah. Bahaya jika

terjadi aspirasi bila muntah dan nekrosis karena pemasangan sungkup yang terlalu ketat.

Gambar 5. Venturi mask

3. Air Entrainment Nebulizers

Nebulizer merupakan alat bantu pernapasan yang dapat digunakan sebagai terapi untuk

mengencerkan dahak dengan dilakukan pengasapan (terapi uap). Nebulizer digunakan

untuk mengobati asma, alergi dan gangguan system pernapasan lain. Volume yang besar,

output tinggi atau semua nebulizer bertujuan dalam perawatan pernapasan selama

bertahun- tahun untuk mengontrol FIO2. Unit ini biasanya digunakan untuk extubation

yang bersifat aerosol. Alat ini digunakan dengan maksimal hanya 15 l/menit bila sumber

tekanan adalah 50 psi. 1 Dengan menggunakan nebulizer, pemberian obat menjadi lebih

efisien karena dengan nebulasi yang tinggi menjamin durasi pemberian obat yang lebih

optimal dan juga pemberian nebulizer akan meninggalkan sisa obat. Alat ini akan

mengeluarkan uap untuk disemprotkan atau dihirup oleh pasien. 2

Gambar 6. Nebulizers

Page 12: terapi respirasi

Kontraindikasi Terapi Oksigen

1. Orang dengan kelainan paru-paru karena bisa mengakibatkan pecahnya paru-paru dalam ruangan

bertekanan tinggi,

2. Orang dengan riwayat operasi paru,

3. Infeksi saluran nafas atas,

4. Cedera paru, tumor ganas,

5. Orang yang mengidap penyakit-penyakit menular lain dan mengidap gaustrophobia (rasa takut berada

dalam ruangan tertutup).

Karena itu, biasanya pasien diminta menyediakan data pemeriksaan darah lengkap dan hasil foto

rontgen paru minimal 6 bulan berselang sebelum memulai terapi oksigen hiperbarik ini. Terapi oksigen

hiperbarik ini dilakukan secara berkala mulai dari enam sampai sepuluh kali berturut-turut selama satu

jam tergantung pada tempat penyedia fasilitasnya.6

Kontra indikasi terapi hiperbarik terutama pada penderita pneumothorak yang belum dirawat, kecuali bila

sebelum pemberian oksigen hiperbarik dikerjakan tindakan bedah untuk mengatasi pneumothorak

tersebut, dan juga bagi yang sedang hamil. Karena tekanan partial oksigen yang tinggi berhubungan

dengan penutupan patent ductus arteriosus bersifat bahaya bagi kehamilan dan janin yang dikandung.

Namun demikian, ada juga penelitian yang menunjukkan hasil, komplikasi seperti itu tidak terjadi.

METODE

Oksigen diberikan dengan kanula nasal 2 (dua) liter permenit dapat meningkatkan fraksi oksigen

inspirasi dari 21% menjadi 27%, pendapat lain menyatakan bahwa oksigen dapat diberikan 2-4 liter per-

menit. Metode ini kurang efisien sebab hanya oksigen yang mengalir pada awal inspirasi saja yang

sampai di alveoli dan ikut proses pertukaran gas. Penggunaan kateter transtrakeal merupakan salah satu

carauntuk mengatasi kurang efisiennya metode pemberian oksigen dengan kanula nasal. Keuntungan

kateter transtrakeal adalah mengurangi volume ruang rugi anatomik, karena oksigen yang diberikan dosis

kecil dan langsung melalui trakea, mengurangi iritasi nasal, telinga dan fasial serta mencegah bergesernya

alat tersebut pada saat tidur. Komplikasi yang dapat terjadi dengan cara pemberian seperti ini adalah

emfisema subkutis, bronkospasme, batuk paroksismal, dislokasi kateter, infeksi di lubang trakea tempat

masuknya kateter transtrakeal dan mucous ball yang bisa mengakibatkan keadaan menjadi fatal.

Page 13: terapi respirasi

Terapi oksigen dengan ruang hiperbarik dilakukan dalam ruangan yang terbuat dari baja dengan tekanan

udara dibuat berkisar antara2-3 atm. Dalam tekanan yang lebih tinggi ini perjalanan oksigen ternyata akan

menjadi lebih lancar termasuk bagi oarang yang mengalami penyempitan pembuluh darah. Oksigen murni

yang dihirupnya akan tetap lancar memasuki pembuluh darah menuju sel karena tekanan tinggi akan

oksigen larut dalam cairan tubuh sehingga dapat sampai kesetiap jaringan tubuh dengan cepat. Dengan

mekanisme ini maka semua jaringan sel dalam tubuh akan mendapat oksigen secara maksimal sehingga

metabolisme tubuh pun akan berlangsung lebih baik.

Penggantian jaringan yang rusak termasuk penyembuhan luka pun akan berlangsung lebih cepat.

Beberapa penelitian malah menyebutkan keadaan ini juga dapat membunuh berbagai macam bakteri

penyebab penyakit yang ada didalam tubuh. Dengan metabolisme maksimal makaproses penuaan pun

akan dapat dihanbat sehingga orang akan kelihatan tetap cantik dan bugar. Sebuah survey konsumen di

Amerika mencatat berbagai problem kesehatan yang melatarbelakangi pemilihan terapi ini seperti

diabetes, stroke, anemia berat, hingga cedera atau luka seperti cedera olah raga, luka bakar dan

sebagainya. Rata-rata ruangan hiperbarik yang ada sekarang bisa menampung beberapa pasien sekaligus.

Awalnya, terapi oksigen hiperbarik (OHB) biasa digunakan sebagai terapi bagi penyelam untuk

menormalkan gas-gas dalam tubuhnya. Biasanya, penyelam dimasukkan kedalam Hyperbaric Chamber

atau Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) lalu diberi oksigen murni (100 persen) dengan cara dihirup

melalui hidung dengan menggunakan masker. Peserta bisa duduk atau berbaring didalamnya. Pada

prinsipnya, dalam terapi hiperbarik ini, penderita atau peserta menghisap oksigen dalam ruangan

bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Tekanan yang diberikan, hampir tiga kali lipat

tekanan udara biasa. Sedangkan oksigen murni yang terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa.

Hiperbarik ini mempunyai manfaat yang cukup banyak. Menurut Dr Muhammad Akbar, Sp.S, ketua

bagian saraf Unhas/RS Wahidin Sudirohusodo, terapi hiperbarik sangat baik untuk menormalkan jaringan

hipoksia (kekurangan oksigen) dan anoksia (tidak ada oksigen), dan meningkatkan kemampuan lekosit

membunuh kuman. Tak hanya itu, terapi oksigen itu juga dapat meningkatkan neovaskularisasi (jaringan

darah) dan proliferasi (pertambahan sel baru yang menggantikan sel mati) serta mengobati penyakit

dekompresi. Belakangan, para ilmuwan menemukan bahwa terapi oksigen tersebut juga baik bagi

penderita diabetes mellitus (DM) maupun stroke.

Prinsip dasar terapi hiperbarik, penderita menghisap oksigen dalam ruangan bertekanan tinggi,

hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Dengan tekanan yang diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan udara

biasa, dan oksigen murni yang terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Sehingga total oksigen

mampu terkonsumsi dalam terapi hiperbarik oksigen ini, 15 kali lebih banyak,dibanding bernafas dalam

keadaan biasa.

Page 14: terapi respirasi

Pelaksanaan pengobatan dengan oksigen hiperbarik dapat dikerjakan di dalam kamar tunggal (monoplace

chamber) atau kamar ganda (multiplace chamber). Kamar udara bertekanan tinggi ganda dapat digunakan

oleh banyak orang, maximum 10 orang.di sini penderita dapat didampingi oleh perawat atau dokter yang

ikut mengalami tekanan bersama dengan penderita. Dalam kamar udara bertekanan tinggi ganda ini

penderita menghisap oksigen 100% melalui masker.

Kamar udara bertekanan tinggi ganda ini cocok digunakan untuk penderita yang karena keadaannya perlu

seorang pendamping, atau bilamana akan dilakukan tindakan bedah atau yang akan menjalani tindakan

lainnya.

Ventilator

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk

mempertahankan oksigenasi.

Indikasi Pemasangan Ventilator

1. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)

2. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.

3. Post trepanasi dengan black out.

4. Respiratory arrest.

Kriteria Pemasangan Ventilator

Menurut pontopidan seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :

- Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.- Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.- PaCO2 lebih dari 60 mmHg- PaO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.- Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

Macam-macam Ventilator.

Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:

1. Volume cycled ventilator.

Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled

Page 15: terapi respirasi

ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.

2. Pressure Cycled Ventilator

Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.

3. Time cycled ventilator

Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan.7 Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)

Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2

Mode-Mode Ventilator.

Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung dari mode yang kita setting. Mode mode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mode control.

Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)

2. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation.

Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.

Page 16: terapi respirasi

3. Mode ASB / PS : assisted spontaneus breathing / pressure Suport

Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.

4. CPAP : Continous Positive Air Pressure.

Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.7

KESIMPULAN

Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia, sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal akibatnya. Tak hanya untuk bernafas dan mempertahankan kehidupan., oksigen juga sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Terapi gas medis termasuk terapi tambahan dengan menggunakan oksigen hiperbarik, helium campuran oksigen dan oksida nitrat. Oksigen secara medis diindikasikan untuk kedua paru dan gangguan non pulmonary. Oksigen yang tersedia di silinder ber tekanan tinggi, melalui system pipa, dari konsentrator oksigen, serta dalam bentuk cair. Helix kadang kadang digunakan untuk mengobati peningkatan kerja pernafasan (WOB) karena menghalangi jalan pernafasan atas lesi. Oksida nitrat diberikan untuk efek dilatasi vascular paru. Sasaran utama dari terapi oksigen untuk mencegah atau memperbaiki hipovolemia dan atau hipoksia jaringan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Clinical Anesthesiology (9780838515532): G. Edward Morgan, Maged S. Mikhail, Michael J.

Murray: Books.

2. http://kurniasciences.blogspot.com/2009/01/terapi-oksigen.html

3. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/pemberian-nebulizer/

4. http://www.slideshare.net/abhique/airway-breathing-dan-circulation-abc

5. http://sleepclinicjakarta.tblog.com/post/1970100399

6. http://marsaid2009.blogspot.com/2009/06/blog-post.html

7. http://irwanef.blogspot.com/2009/07/terapi-oksigen.html