Makalah Puskesmas New'.docx

73
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2009 : 33). Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah pokok program upaya kesehatan yang antara lain mencakup program penyakit menular seperti penyakit demam berdarah dengue. Pelaksanaan 1

Transcript of Makalah Puskesmas New'.docx

Page 1: Makalah Puskesmas New'.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

dapat terwujud melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia

yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam

lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu, secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2009 :

33).

Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah

pokok program upaya kesehatan yang antara lain mencakup program penyakit

menular seperti penyakit demam berdarah dengue. Pelaksanaan program

pemberantasan penyakit demam berdarah dengue adalah bagian dari

pembangunan kesehatan dan merupakan bagian dari upaya pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular (Depkes, 2009: 33).

Penyakit yang disebabkan vector, khususnya yang vektornya nyamuk

merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Adapun penyakit yang

menjadi prioritas di dalam pengendalian vektor antara lain DBD. Penyakit

demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita serta

1

Page 2: Makalah Puskesmas New'.docx

semakin luas penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan

kepadatan penduduk (Depkes RI, 2007: 1).

Penyakit DBD melibatkan 3 organisme yaitu: virus dengue, nyamuk

Aedes dan host manusia. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) ditularkan

dari orang sakit ke orang sehat pada umumnya melalui gigitan nyamuk penular

(vector), yaitu nyamuk dari Genus Aedes.Penyakit ini disebabkan oleh virus

dengue yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya atau vaksinnya.

Pemberantasan yang paling sederhana dan dapat dilaksanakan pada masyarakat

adalah pemberantasan vektor. Karena virus dengue ditularkan dari orang sakit

ke orang sehat melalui gigitan nyamuk Aedes (Depkes RI, 2007: 1).

Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada

tahun 1953-1954 di Filipina. Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi ke

sebagian besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (WHO,

2010). Insidensi demam berdarah dengue meningkat secara dramatis di seluruh

dunia dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh dunia sekitar

2,5 milyar orang memiliki resiko terkena demam dengue. Mereka terutama

tinggal di daerah perkotaan negara-negara tropis dan subtropis. Diperkirakan

saat ini sekitar 50 juta kasus demam dengue ditemukan setiap tahun, dengan

500.000 kasus memerlukan penanganan di Rumah Sakit. Dari kasus di atas,

sekitar 25.000 jumlah kematian terjadi setiap tahunnya (WHO, 2010).

Di Indonesia, penyebaran demam berdarah pertama kali terdata pada

tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta (WHO, 2010). Pada tahun 2007, dilaporkan

terdapat 156.000 kasus demam dengue atau 71,4 kasus per 1.000 populasi.

Kasus ini tersebar di seluruh 33 propinsi di Indonesia; di 357 dari total 480

2

Page 3: Makalah Puskesmas New'.docx

kabupaten (Dengue Report of Asia-Pacific Dengue Program Managers Meeting

2008). Dari total kasus di atas, kasus DBD berjumlah 16.803, dengan jumlah

kematian mencapai 267 jiwa. Pada tahun 2001, distribusi usia penderita

terbanyak adalah di atas 15 tahun (54,5%), sedangkan balita (1-5 tahun) 14,7%,

dan anak-anak (6-12 tahun) 30,8% (DepKes RI, 2008).

Menurut data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Solok jumlah

kasus DBD pada tahun 2010 adalah 9 orang meningkat pada tahun 2011

berjumlah 27 orang, pengobatannya berhasil semua pasien yang diobati

sembuh. dan tahun 2012 jumlah penderita DBD adalah 60 orang, sedangkan

tahun 2013 35 orang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah

ini :

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Kejadian DBD Di Wilayah Kerja Puskesmas Se Kota

Solok Pada Bulan Januari Sampai Desember Tahun 2013

NO Puskesmas Jumlah Kejadian DBD Meninggal

1 Tanjung Paku 15 02 Tanah Garam 14 03 Nan Balimo 2 04 KTK 4 0

Jumlah 35 0(Laporan Dinas Kesehatan Kota Solok tahun 2013)

Dari tabel 1.1 diatas kasus DBD terbanyak berada pada Puskesmas

Tanjung Paku yaitu 15 orang (42,8%). Sedangkan pada tahun 2014 jumlah

kasus DBD adalah 14 kasus kemudian meningkat lagi pada tahun 2015 menjadi

15 kasus sampai bulan Juli 2015. Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku

merupakan daerah padat dan sebagian besar penduduknya sibuk bekerja

3

Page 4: Makalah Puskesmas New'.docx

(Laporan Rekapitulasi Kejadian DBD Dinas Kesehatan Kota Solok pada tahun

2015).

Tingginya kasus, terutama kematian akibat DBD di Indonesia tidak

terlepas dari kontrol dan pencegahan yang lemah oleh berbagai pihak,

khususnya dari pemerintah dan masyarakat. Kebanyakan dokter di Indonesia

juga belum menerapkan standard penanganan kasus DBD, sehingga jumlah

kematian masih tinggi. Faktor penting lainnya adalah belum tersedianya obat

spesifik atau vaksin untuk menangani dengue (Delianna, 2008).

Tindakan pencegahan meluasnya penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) dilakukan dengan pengendalian terhadap vektor melalui pemberantasan

jentik nyamuk Aedes aegypty dengan beberapa metode yang tepat yaitu secara

fisik, biologis dan kimiawi. Metode ini apabila di kombinasikan dengan prilaku

menguras, menutup dan mengubur (3M) akan menjadi cara yang efektif dalam

mencegah penyakit DBD. Salah satu upaya pencegahan DBD secara kimiawi

yaitu dengan pemberian larvasida berupa butiran pasir temefos 1% terbukti

ampuh untuk memberantas jentik nyamuk Aedes aegypty selama 8-12 minggu

(WHO,2005). Butiran pasir temefos 1% lebih dikenal oleh masyarakat dengan

nama abate, pemberian abate disebut dengan abatisasi.

Dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan lingkungan, perhatian air

dikaitkan sebagai factor perpindahan/penularan penyebab penyakit (agent). Air

membawa penyebab penyakit dari kotoran penderita, kemudian sampai ke tubuh

orang lain melalui makanan, susu dan minuman. Air juga berperan untuk

membawa penyebab penyakit non microbial seperti bahan-bahan toksik yang

dikandungnya. Penyakit-penyakit infeksi yang biasanya ditularkan melalui air

4

Page 5: Makalah Puskesmas New'.docx

adalah typus abdominalis, kolera, disentri, basiller, dan lain-lain. Peracunan

logam juga dapat terjadi melalui media air.

Pengetahuan yang masih kurang dan tingkat kesadaran yang rendah

disinyalir memberikan dampak yang kurang baik terhadap kualitas kesehatan

masyarakat, kurangnya pengetahuan dengan indikasi rendahnya kesadaran akan

mengurangi perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan terutama

dalam upaya pencegahan DBD dan dari pengalaman terbukti bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan

berlangsung lama. Pengetahuan akan manfaat pencegahan penyakit DBD dapat

diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Penyuluhan

tentang bagaimana pencegahan penyakit DBD banyak dilakukan oleh petugas

kesehatan baik di Posyandu, Mesjid, maupun tempat tempat umum lainnya.

Dengan pengalaman ini, pengetahuan masyarakat menjadi meningkat, yang

menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi

serta tindakan mereka untuk selalu melakukan pencegahan dengan 3 M

(Ekasari, 2005: 5).

Perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang

menyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit. (Kasl dan Cobb

(1966); Niel Niven (2002:184). Sedangkan menurut Benyamin Bloom (1908)

seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manuasia itu ke dalam 3

domain, ranah atau kawasan yakni: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan

psikomotor (tindakan).

5

Page 6: Makalah Puskesmas New'.docx

B. Rumusan Masalah

Meningkatnya kasus DBD di wilayah kerja puskesmas Tanjung Paku

dari tahun 2013 ke 2014 dan belum diketahuinya bagaimana perilaku

masyarakat dalam upaya pencegahan penularan penyakit DBD di wilayah

kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2015.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan

penularan penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota

Solok tahun 2015

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi pengetahuan masyarakat tentang penularan penyakit

DBD di wilayah kerja Puskesmas Tanjung paku Kota Solok tahun 2015

b. Diketahui distribusi sikap masyarakat tentang penularan penyakit DBD di

wilayah kerja Puskesmas Tanjung paku Kota Solok tahun 2015

c. Diketahui distribusi tindakan pencegahan penularan penyakit DBD oleh

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung paku Kota Solok tahun

2015

D. Manfaat

1. Bagi Puskesmas Tanjung Paku

Diharapkan dapat menjadi pedoman bagi petugas surveilan puskesmas

Tanjung Paku dalam memberikan penyuluhan pada masyarakat guna

6

Page 7: Makalah Puskesmas New'.docx

mencegah penularan penyakit DBD dan menganjurkan masyarakat agar

melakukan PSN dan 3 M plus

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat melakukan pencegahan DBD di rumah

3. Bagi Peneliti

Untuk mengaplikasikan dari teori-teori yang telah dipelajari selama bangku

kuliah dan menambah pengetahuan serta wawasan penulis tentang penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD).

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam Karya Tulis Ilmiah adalah gambaran perilaku

masyarakat dalam upaya pencegahan penularan penyakit DBD di wilayah

kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok pada bulan Juli 2015.

7

Page 8: Makalah Puskesmas New'.docx

BAB II

ANALISA SITUASI

A. Gambaran Umum Puskesmas

1. Peta wilayah

2. Geografi

Puskesmas Tanjung Paku merupakan satu dari Puskesmas yang ada di Kota

Solok. Berdiri pada tahun 1983 dengan luas tanah 1050 M2, merupakan

Puskesmas Rawat Jalan. Puskesmas Tanjung Paku terletak di wilayah kerja

Kecamatan Tanjung Harapan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan VI Suku Kota Solok

b. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Saok Laweh Kabupaten Solok

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Simpang Rumbio Kota

Solok

8

Page 9: Makalah Puskesmas New'.docx

Jarak antara Puskesmas Tanjung Paku dengan Ibukota Propinsi

Sumatera Barat 65 Km, dengan luas wilayah kerja 22,64 Km yang berbagi atas

4 (empat) kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan Koto Panjang

2. Kelurahan PPA

3. Kelurahan Tanjung Paku

4. Kelurahan Kmpung Jawa

B. Visi dan Misi Puskesmas

1. Visi

Visi Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok adalah “ Terwujudnya

Pelayanan Prima Menuju Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat”

2. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, ditetapkanlah misi yaitu :

1) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber PHBS

2) Meningkatkan kemitraan dengan Stake Holder bidang

kesehatan

3) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan

4) Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan

5) Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistem informasi

6) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja

7) Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan

upaya kesehatan masyarakat (UKM) beserta kesehatan lingkungan.

9

Page 10: Makalah Puskesmas New'.docx

3. Janji Pelayanan

Melayani dengan sepenuh hati

4. Motto

Pelayanan kami pengabdian terbaik

C. Demografi dan Kependudukan

Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk 18.756 jiwa dengan 4.323 KK,

dengan jumlah penduduk perkelurahan sebagai berikut :

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku

Tahun 2014No Kelurahan Jumlah

PendudukJumlah KK

1 Kota Panjang 2.040 439

2 PPA 5.275 1.186

3 Tanjung Paku 5.493 1.196

4 Kampung Jawa 5.948 1.502

Jumlah 18.756 4.323

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2014

D. Sosial Budaya

1. Agama

Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk mayoritas beragama Islam

2. Suku

Sebagian besar masyarakatnya Suku Minang

3. Mata Pencarian

10

Page 11: Makalah Puskesmas New'.docx

Masyarakat Puskesmas Tanjung Paku bermata pencarian sebagai pegawai,

pedagang dan petani.

4. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Puskesmas Tanjung Paku

cukup lengkap, yaitu 16 TK/PAUD, 18 SD/MI, 3 SLTP, 3 SLTA dan 2 PT.

Pada tabel berikut dapat dilihat fasilitas pendidikan di wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Paku menurut Kelurahan :

Tabel 2.2

Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku

Tahun 2014

No Kelurahan TK/Paud SD SLTP SLTA PT

1. Kota Panjang 1 1 0 1 0

2 PPA 3 5 0 2 1

3 Tanjung Paku 5 4 1 0 1

4 Kampung Jawa

9 8 2 0 0

Jumlah 18 18 3 3 2

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2014

E. Sumber Daya Kesehatan

1. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Tanjung Paku sudah cukup

memadai, yang masih kurang adalah tenaga non kesehatan.

11

Page 12: Makalah Puskesmas New'.docx

Tabel 2.3Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Tanjung Paku

Tahun 2014No Jenis Tenaga Jumlah Ket

1 Dokter Umum 4 orang 1 Kepala Puskesmas

2 Dokter Gigi 1 orang

3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 4 orang TU, Gizi, Kesling, Promkes

4 Nurse 2 orang

5 S1 Keperawatan 2 orang

6 D3 Perawat 5 orang 2 kontrak, 1 sukarela

7 SPK 3 orang

8 D3 Bidan 16 orang

3 PTT, 1 sukarela

9 D1 Bidan 2 orang

10 D3 Kesling 1 orang

11 D3 Gizi 2 orang

12 D3 Gigi 1 orang

13 D3 Apikes 2 orang 1 kontrak

14 D3 Refraksi 1 orang

15 D3 AAK 1 orang

16 Tenaga Elektromedik 1 orang

17 SMAK 1 orang

18 D3 Farmasi 1 Orang

19 SMF 1 orang

20 Sopir 1 orang Kontrak

21 Petugas Jaga Malam 1 orang Kontrak

22 Cleaning Servis 1 orang Kontrak

23 Umum 1 orang

JUMLAH 55

12

Page 13: Makalah Puskesmas New'.docx

orang

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun

2014

F. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Paku

adalah :

Tabel 2.4. Sarana dan Prasarana Puskesmas Tanjung Paku

Tahun 2015

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Puskesmas Induk 1

2 Puskesmas Pembantu 5

3 Poskeskel 4

4 Posyandu Balita 32

5 Posyandu Lansia 11

6 Apotik 4

7 Optikal 4

8 Toko Obat Berizin 4

9 RSUD/RST 1

10 Rumah Sakit Swasta 1

11 Labor 2

12 Sarana Transportasi Kendaraan Roda 4 Puskesmas Tanjung Paku

2

13 Sarana Transportasi Kendaraan Roda 2 Puskesmas Tanjung Paku

22

Jumlah 93

13

Page 14: Makalah Puskesmas New'.docx

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun

2014

G. Sasaran

Sasaran yang digunakan diperoleh dari data sasaran program kesehatan tahun

2015 Kota Solok Kecamatan Tanjung Harapan, yaitu :

Tabel 2.5. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku

Tahun 2015

No Kelurahan Jumlah Penduduk

Jumlah KK

Bayi(0

-23bl)

Anak Balita (24-59 bln)

Balita(0-

59 bln)

Bumil Bufas

1 Kota Panjang 2.040 439 90 124 214 48 43

2 PPA 5.275 1.186 232 321 553 124 112

3 Tanjung Paku 5.493 1.196 243 334 577 129 117

4 Kampung Jawa

5.948 1.502 259 363 622 139 128

Jumlah 18.756

4.323 824 1.142 1.966 440 400

(Badan Pusat Statistik tahun 2015)

14

Page 15: Makalah Puskesmas New'.docx

Tabel 2.6.Target dan Capaian SPM Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2014 sebagai

Pelayanan wajibNo INDIKATOR KINERJA INDON

ESIA2015

TARGET 2014

CAPAIAN 2014

I Pelayanan Kesehatan Dasar1 Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 95% 95% 91%2 Cakupan Ibu hamil yang dengan komplikasi 80% 80% 100%3 Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan

atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

90% 90% 92,4%

4 Cakupan Ibu Nifas 90% 90% 92,4%5 Cakupan neonatal dengan komplikasi yang

ditangani80% 80% 100%

6 Cakupan kunjungan Bayi 90% 90% 84%7 Cakupan Desa Universal Child

Immunization100% 92% 100%

8 Cakupan pelayanan anak Balita 90% 80% 91%9 Cakupan pemberian makanan pendamping

ASI pada anank usia 6-24 bulan keluarga miskin

100% 100% 100%

10 Cakupan Balita Gizi buruk 100% 100% 100%11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD

dan setingkat100% 100% 100%

12 Cakupan peserta KB aktif 70% 71% 72,39%13 Cakupan penemuan penanganan penderita penyakita. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate

100.000 penduduk < 15 tahun1 1 100%

b. Penemuan Penderita Pnemonia Balita 100% 83% 88,9%c. Penemuan pasien baru TB BTA Positif 70% 70% 53,33%d. Penderita DBD yang ditangani 100% 100% 100%e. Penemuan penderita diare 100% 100% 100%14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar

pasien bk?masyarakat miskin100% 100% 82,94%

II Pelayanan Kesehatan Rujukan

15

Page 16: Makalah Puskesmas New'.docx

15 Cakupan pelayanan kesehata rujukan pasien masyarakat miskin

46% 100% 15%

16 Cakupan pelayanan gawat darurat level I yang harus diberikan sarana kesehatan (RS)

100% 89% 100%

III Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB17 Cakupan Desa/Kelurahan mengalami

KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi, 24 jam

100% 100% 100%

IV Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat18 Cakupan Desa siaga aktif 80% 100% 100%

Sumber : Laporan tahunan TB Paru 2014

H. Jenis Pelayanan Tambahan

Tabel 2.7Target dan Capaian SPM Dinas Kesehatan Kota Solok

Tahun 2104 sebagai Pelayana Tambahan

NO

INDIKATOR KINERJA

INDONESIA 2015

TARGET 2014

CAPAIAN 2014

1. Cakupan pelayanan kesehatan lansia

73% 73% 74,83%

2. Cakupan pelayanan kesehatan remaja

82% 82% 88,11%

3. Cakupan air minum yang memenuhi syarat

100% 95% 95,41%

4. Akses jamban sehat 90% 92% 84,09%5. Rumah/bangunan bebas

jentik jamuk aedes90% 93% 81,27%

Sumber : LKPJ Dinas Kesehatan Tahun 2014

Dari tabel di atas terlihat bahwa, beberapa target SPM Bidang Kesehatan

yang menjadi target pelayanan wajib dan pelayanan tambahann di kota Solok

sudah tercapai, sedangkan yang belum tercapai yaitu :

16

Page 17: Makalah Puskesmas New'.docx

1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4

2. Cakupan kunjungan bayi

3. Penemuan pasien baru TB BTA Positif

4. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin

5. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

6. Akses jamban sehat

7. Rumah/Bangunan bebas jentik nyamuk Aedes Aygypty

I. Prioritas Masalah

Rumus :

P = I x T x R

Keterangan :

P : Prioritas MasalahI : Pentingnya masalah (Importance)T : Kelayakan Teknologi (Technology)R : Sumber Daya yang tersedia (Resource)

Masalah I T R P PrioritasSanitasi Rumah (DBD) 5 4 2 40 ICakupan kunjungan bayi 4 3 2 24 IIJamban Sehat 4 2 2 16 IIIBTA+ 3 1 4 12 IV

Dari tabel Matrix di atas, ditemukan bahwa yang menjadi prioritas masalah

adalah Sanitasi Rumah (rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes aegypty)

Tabel 2.8

HASIL PEMERIKSAAN JENTIK KADER KEL. KAMPUNG JAWA PERIODE OKTOBER 2013

17

Page 18: Makalah Puskesmas New'.docx

NO NAMA RT/RWPOS

NEGJUMLAH YANG DI PERIKSA

1SRI DEWI ANDAYANI

I/I 2 40 42

2 EFNI YANTI I/I 2 29 31

3 TRISMINARTI II/I 8 21 29

4 ZAINIBAR II/I 7 29 36

5 SAMRISNA I/II 4 30 34

6RINA ANDRINI

I/III 4 41 45

7PONIMBAR SUJADI

II/II 6 24 30

8 NOFYENTI II/II 4 33 37

9 ARNI K I/III 6 10 16

10FAUZI TANJUNG

II/III 5 10 15

11 ROSITA II/III 4 12 16

12APRIDA DEWI

I/IV 11 19 30

13 RISDAWATI I/IV 1 18 19

14ERMINI ZARNI

II/IV 3 30 33

15 YUNITA II/IV 6 30 36

16 RITAWATI II/IV 3 20 23

17 FERAWATI I/V 2 31 33

18 RINA RIANTI II/V 3 21 24

19INDAH JUFRI NERI

II/V 5 35 40

20SHERLY NASTITI

II/V 2 41 43

21 ERYET III/V 0 18 18

22 ASIANORA III/V 6 22 28

18

Page 19: Makalah Puskesmas New'.docx

23 FATMIWATI III/V 4 19 23

24DEDI SUWARDI

I/VI 4 23 27

25 ROSMIYETTI I/VI 8 35 43

26 YULITA I/VI 4 28 32

27 RATNA WATI I/VI 5 19 24

28 MARYATI II/VI 4 55 59

29 YASMITA II/VI 2 40 42

30LOLA ANGGINA

II/VI 2 37 39

31 APRIYADI II/VI 5 37 42

32 TRI LESTARI III/VI 6 20 26

33 ERNAWATI III/VI 3 35 38

34TRISNAI MINARSIH

III/VI 8 22 30

35RILLISMAR SYAHRIL

III/VI 2 43 45

JUMLAH 151 977 1128

HASIL PEMERIKSAAN JENTIK KADER KEL. TANJUNG PAKU PERIODE OKTOBER 2013

NO NAMA RT/RW POS NEGJUMLAH YANG DI PERIKSA

1 MELMI SUSANTI I/I 5 38 43

2 RUSNIATI I/I 0 43 43

3 ARVI MARDALENI II/I 4 28 32

4 JUSNELIARTI II/I 6 34 40

19

Page 20: Makalah Puskesmas New'.docx

5 ASNIWAR I/II 8 50 58

6 ROFELIA I/II 3 55 58

7 FITRIA ARYANI I/II 3 33 36

8 ERNAWATI I/II 2 39 41

9 GUSMARINI II/II 6 37 43

10 YENTI II/II 7 36 43

11 NAILUREDHA II/II 6 36 42

12 SUSHATRIS III/II 5 44 49

13 ERMAWATI III/II 2 52 54

14 FITRINA III/II 2 36 38

15 RISWENIZA I/III 2 27 29

16 RAMADONA I/III 0 28 28

17 YULIANIS II/III 1 24 25

18 MEGA SUSANTI II/III 1 24 25

19 AFLINDA YENI III/III 1 25 26

20 MURNIATI III/III 0 26 26

21 EVI RITA III/III 2 27 29

22 NURSILA III/III 3 35 38

23 NELBUDRA I/IV 5 25 30

24 MARLENA I/IV 2 31 33

25 DARYANITA II/IV 0 24 24

20

Page 21: Makalah Puskesmas New'.docx

JUMLAH 76 857 933

HASIL PEMERIKSAAN JENTIK KADER KEL. PPA

PERIODE OKTOBER 2013

NO NAMA RT/RW POS NEGJUMLAH YANG DI PERIKSA

1 MARTINI I/I 0 22 22

2 RATNA I/I 0 24 24

3 YULIMARNI I/I 2 25 27

4 WARNI WAHID II/I 0 24 24

5 YARNI WAHID II/I 0 24 24

6 AFNIMAIL II/I 2 18 20

7 RUSDA II/I 3 21 24

8 NELIAROZA II/I 0 43 43

9 PEMI SUSILAWATI II/I 0 36 36

10 JASMIWARNI IV/I 0 25 25

11 NELIRIAWATI IV/I 1 33 34

12 YOGA AULIA MERFA I/II 2 18 20

13 ASMERI EMITA I/II 1 33 34

14 RENIDAWATI I/II 2 36 38

15 DELA ISMAR II/II 1 32 33

16 NORAFERI I/III 3 25 28

21

Page 22: Makalah Puskesmas New'.docx

17 IRMA DEVI I/III 4 35 39

18 KARTINI I/III 1 16 17

19 DEWI KARTIKA SARI II/III 2 37 39

20 HELMADANI I/IV 3 23 26

21 ROSMIL AIDA I/IV 2 22 24

22 RITA PUTRI I/IV 3 23 26

23 SARI AMELIA I/IV 4 24 28

24 TRISMINARTI II/IV 2 26 28

25 FERAWATI II/IV 3 22 25

JUMLAH 41 667 708

           

HASIL PEMERIKSAAN JENTIK KADER KEL. KOTO PANJANG PERIODE OKTOBER 2013

NO NAMA RT/RW POS NEGJUMLAH YANG DI PERIKSA

1 ENI SURYANI I/I 3 28 31

2 YUSNANI I/I 1 16 17

3 SUGIA FITA GORA I/II 2 18 20

4 SRI WULAN DILA I/II 2 18 20

5 WISDA FEBRI YENI II/II 2 8 10

22

Page 23: Makalah Puskesmas New'.docx

6 MARTA DEWI II/II 2 9 11

7 SUPRA RISROZA III/II 1 16 17

8 AFRIANTI III/II 0 16 16

9 YULFANA DEWI I/III 1 15 16

10 YULIA KASLI I/III 2 22 24

11 YULIA ELFA RAHMI II/III 0 14 14

12 DESRA NELTI II/III 3 30 33

13 HERAWATI III/III 2 48 50

14 RIKA KUMALA SARI IV/III 0 13 13

15 ASMAWARNI IV/III 2 16 18

JUMLAH 23 287 310

23

Page 24: Makalah Puskesmas New'.docx

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Pengertian

DBD Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Demam

berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah

tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini

disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus flavivirus, famili

flavividae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan

wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi.

24

Page 25: Makalah Puskesmas New'.docx

Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh Nyamuk Aedes Agepty

(Medicastore. 2008).

Sejak tahun 1968 kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya

bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas

penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta

tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di

Indonesia. Padatnya penduduk membuat nyamuk senang, karena nyamuk lebih

mudah menggigit. Selain itu, kepadatan penduduk menjadikan produksi sampah

meningkat, sehingga menambah tempat bagi nyamuk untuk bersarang. (Pratiwi,

2009).

2. Gejala dan Tanda DBD

Pada umumnya penderita DBD dikenal dengan gejala bintik-bintik

atau ruam merah pada kulit yang apabila diregangkan malah terlihat jelas

bintik- bintiknya. Hal itu memang menjadi salah satu tanda bahwa telah

tergigit nyamuk Aedes agypti. Untuk lebih waspada dan menindak lanjuti

kasus DBD, berikut beberapa gejala DBD:

a. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus

menerus berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang

kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 mendadak turun. Jika

digambarkan, maka grafiknya menyerupai pelana kuda. Jangan tunggu hingga

25

Page 26: Makalah Puskesmas New'.docx

7 hari, lepas hari ketiga panas tetap tinggi, dianjurkan untuk memeriksakan

diri dengan tes darah. Karena apabila dalam waktu kurang dari 7 hari

penderita tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penderita dapat meninggal

dunia.

b. Tanda-tanda pendarahan

Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya

berupa uji Torniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih

manifestasi perdarahan sebagai berikut : Petekie, Purpura, Ekimosis,

Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Perdarahan gusi, Hematemesis, Melena,

dan Hematuri. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk.

Untuk membedakannya, regangkan kulit, jika bintik merah pada kulit tersebut

hilang maka bukan Petekie. Petekie merupakan tanda pendarahan yang

tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam.

Uji Torniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih Petekie pada kulit

seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar)

dekat lipat siku (fossa cubiti).

c. Pembesaran Hati (Hepatomegali)

Sifat pembesaran hati :

1) Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan

penyakit

2) Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit

3) Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus

4) Renjatan (Syok)

Tanda-tanda renjatan:

26

Page 27: Makalah Puskesmas New'.docx

- Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari

tangan dan kaki

- Penderita menjadi gelisah

- Sianosis di sekitar mulut

- Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba

- Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau

kurang Penyebab renjatan: karena perdarahan, atau karena

kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang

terganggu.

5) Trombositopeni

- Jumlah trombosit < 100.000/μl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7

sakit

- Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah

trombosit dalam batas normal atau menurun.

- Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila

normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun.

- Hemokonsentrasi (Peningkatan Hematokrit)

Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi

selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya

perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit

secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului

peningkatan hematokrit.

d. Gejala Klinik lain

27

Page 28: Makalah Puskesmas New'.docx

1) Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot,

anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan

kejang

2) Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan

kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis

3) Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului

perdarahan gastrointestinal dan renjatan

3. Pertolongan Bagi Penderita DBD

a. Penderita diberi minum yang banyak

b. Penderita dikompres dengan air dingin

c. Penderita diberi obat penurun panas

d. Secepatnya penderita dibawa ke dokter, Puskesmas atau Rumah Sakit,

khususnya bila penderita tampak gelisah, ujung kaki dan tangannya dingin

dan berkeringat.

4. Penularan DBD

DBD dapat dengan mudah menular melalui vektor penularnya, yakni

nyamuk Aedes aegypti melalui gigitannya. Seminggu setelah digigit oleh

nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue, maka orang tersebut

akan jatuh sakit demam berdarah, atau dapat juga tetap sehat tetapi menjadi

carrier (sumber penular dengan menyimpan virus dengue). Nyamuk yang

menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue, sepanjang nyamuk

tersebut hidup akan tetap mengandung virus dengue dan setiap saat dapat

28

Page 29: Makalah Puskesmas New'.docx

ditularkan kepada orang lain melalui gigitannya pula (menggigit pada siang

hari).

Penularan DBD juga perlu diwaspadai apabila terdapat seseorang yang

menderita DBD maka lokasi rumahnya berada tidak jauh dari rumah penderita

perlu diwaspadai akan keberadaan nyamuk Aedes aegypti, hal ini karena

kemampuan terbang nyamuk tersebut +40 m, dan jangkauan terbang maksimal

sejauh 100 m. Sehingga perlu secepatnya melakukan pembersihan terhadap

tempat-tempat penampungan air di sekitar rumah atau menghubungi

Puskesmas terdekat. Berdasarkan hal tersebut di atas maka setiap orang dapat

terserang demam berdarah setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang

mengandung virus dengue. Hanya saja ketahanan tubuh setiap orang yang

memungkinkan tingkat kasus DBD berbeda satu sama lain. Sehingga selain

memberantas vektor penular dan menghindarinya, ada baiknya setiap orang

menjaga imunitasnya sehingga dapat terhindar dari kasus DBD.

5. Tempat Penularan Bagi Penularan DBD

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk

penularnya. Tempat potensial untuk terjadi penularan DBD adalah:

1) Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)

2) Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang

yang datang dari berbagai wilayah. Tempat-tempat tersebut antara lain :

a) Sekolah, karena anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah

selain itu merupakan kelompok umur yang paling susceptible terserang

DBD

29

Page 30: Makalah Puskesmas New'.docx

b) Rumah sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.

Karena dalam hal ini orang yang datang dari berbagai wilayah dan

kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD atau carier virus

dengue

c) Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, dan

tempat ibadah

3) Pemukiman baru di pinggir kota

Pemukiman baru di pinggir kota ini penduduknya berasal dari

berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau

carier yang membawa virus dengue yang berlainan dari masingmasing

lokasi asal.

B. Upaya Pencegahan DBD

Upaya untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD

yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes aegypti

sebagai vector utama. Oleh karena nyamuk tersebut hidup di dalam dan sekitar

rumah penduduk, maka partisipasi masyarakat dalam pengendalian vector

Aedes aegypti sangat menentukan keberhasilannya. Cara pencegahan yang

disarankan kepada masyarakat adalah program pemberantasan sarang nyamuk

(PSN) dengan cara fisik maupun kimia (Departemen Kesehatan RI,2002).

Departemen Kesehatan selama ini telah melakukan berbagai upaya

dalam penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia.

Awalnya strategi pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah

pemberantasan nyamuk dewasa ini melalui pengasapan, kemudian strategi

30

Page 31: Makalah Puskesmas New'.docx

ditambah dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat

penampungan air. Namun demikian kedua metode tersebut belum berhasil

dengan memuaskan. Akhir-akhir ini Departemn kesehatan mengembangkan

metode pencegahan penyakit DBD untuk mengubah prilaku masyarakat

dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang

nyamuk (PSN) oleh keluarga/masyarakat secara rutin, serentak dan

berkesinambungan. Metode ini dipandang sangat efektif dan relative lebih

murah dibandingkan dengan metode terdahulu. Pemberantasan sarang nyamuk

(PSN) yang dianjurkan kepada keluarga/masyarakat adalah dengan cara

melakukuan kegiatan 3 M plus, yaitu menutup,menguras tempat penampungan

air,mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta cara

lain untuk mengusir atau menghindari gigitan nyamuk dengan memakai obat

anti nyamuk atau menyemprot dengan insektisida (Departemen Kesehatan

RI,2003).

Umumnya kebanyakan orang terparadigma dengan pemberantasan DBD

melalui fogging atau penyemprotan. Padahal untuk melakukan fogging tersebut

diperlukan beberapa ketentuan, mulai dari penemuan kasus dan kemudian

pengajuan surat penyemprotan kepada Rumah Sakit terdekat. Hal ini karena

fogging tidak baik apabila diterapkan terlalu sering (Departemen Kesehatan RI,

2005).

Upaya lain untuk memberantas nyamuk dan juga jentik, terdapat

beberapa cara sederhana dan hanya diperlukan kepedulian, ketelitian dan

keuletan setiap penghuni rumah akan keadaan lingkungan. Cara paling efektif

31

Page 32: Makalah Puskesmas New'.docx

untuk mencegah penularan DBD adalah dengan menghindari gigitan nyamuk

penular, mengurangi populasi nyamuk penular, dan mengenali cara hidup

nyamuknya. Mengapa tindakan menghindari vektor penular itu penting, karena

seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa apabila penderita DBD digigit

nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam

lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di

berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya.

Satu minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap

untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Penularan ini

terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum mengisap

darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis),

agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue

dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Virus ini akan tetap berada di dalam

tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti

yang telah mengisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang

hidupnya. Maka dari itu perlu bagi masyarakat mengetahui lebih dalam sifat,

ataupun cara hidup dari nyamuk pembawa virus dengue ini, sehingga dapat

menghindari gigitannya. Sedangkan sifat atau ciri nyamuk Aedes aegypti

meliputi:

a. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk domestik, yakni nyamuk yang

berada di bangunan-bangunan seperti contohnya rumah dan tersebar luas di

daerah tropis

b. Kemampuan terbang + 40 m, maksimal 100 m

c. Senang dengan benda yang bergantungan dan di tempat yang lembab/gelap

32

Page 33: Makalah Puskesmas New'.docx

d. Siklus hidup : telur – jentik – kepompong dalam air ( + 7 – 10 hari )

e. Sekali bertelur menghasilkan 100-200 telur

f. Tempat perkembangbiakan adalah di TPA (Tempat Penampungan Air)

Berdasarkan hal tersebut maka cara yang untuk menurunkan populasi

nyamuk Aedes aegypti dengan cara yang telah dikenal oleh masyarakat yakni

melalui 3 M, yaitu :

a. Menutup TPA (tempat penampungan air).

Upaya ini dapat dilakukan dengan menutup semua tempat-tempat yang

dapat menampung air sebagai tempat perkembangan vector nyamuk.

b. Menguras TPA seminggu sekali dan terus menerus

Hal ini dilakukan untuk memotong siklus perkembangan nyamuk yaitu

dengan membunuh jentik-jentik yang ada di tempat penampungan air

dengan cara menguras seminggu sekali, sehingga jentik-jentik nyamuk tidak

dapat berkembang menjadi nyamuk dewasa.

c. Mengubur barang-barang bekas yang menjadi TPA

Barang-barang bekas yang tidak terpakai dan dapat menampung air

sebaiknya dikubur saja, karena tempat-tempat seperti ini juga menjadi

tempat perkembangbiakan nyamuk. Akhir-akhir ini pencegahan dan

pemberantasan DBD tidak hanya dapat ditempuh melalui 3M, cara paling

efektif adalah melalui PSJN (Pemberantasan Sarang Jentik dan Nyamuk)

untuk menekan angka kasus DBD. Selain karena tempat jentiknya yang

jelas, yakni di tempat penampungan Air (TPA), juga karena jentik

merupakan awal fase hidup nyamuk. Upaya dalam menerapkan PSJN ini

dilakukan dengan beberap cara:

33

Page 34: Makalah Puskesmas New'.docx

- Pemberdayaan masyarakat dengan pembinaan ratusan Kader Jumantik

(Siswa Pemantau Jentik) dan Bumantik (Ibu Pemantau Jentik), yang

bertugas memantau 10 rumah di sekitarnya menyangkut keberadaan

jentik di rumah mereka. Tidak lupa juga memberikan penyuluhan

- Ikanisasi

- Abatesasi (temephos)

- Fogging, dengan syarat dan persetujuan dari Rumah Sakit sekitar

Kesadaran dan kepedulian masyarakat merupakan kunci awal dari

menurunnya angka DBD di suatu wilayah. Sehingga DBD dapat terjadi di

wilayah mana pun, termasuk di wilayah elit. Cara yang paling efektif

adalah menghindari gigitan nyamuk dengan cara menurunkan populasi.

Melalui kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, secara

otomatis akan menghambat perkembangan jentik, dengan adanya

kepedulian maka aplikasi dari upaya-upaya memberantas DBD akan

terealisasi, dengan begitu tidak akan memberi kesempatan bagi nyamuk

untuk berkembang (Departemen Kesehatan RI, 2002: 14).

C. Konsep perilaku

Perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berasal dari

luar atau dari dalam dirinya, sedangkan respon ini dapat bersifat pasif (tanpa

tindakan, berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan)

sehingga mempunyai pengaruh besar terhadap status kesehatan individu maupun

masyarakat (Notoatmodjo, S. 2007: 133)

34

Page 35: Makalah Puskesmas New'.docx

Perilaku merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti :

pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan reaksi.

Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa

yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun

tidak langsung. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari

manusia itu sendiri. (Notoatmodjo 2007: 133)

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan minuman serta lingkungan. (Notoatmodjo 2007: 136)

Klasifikasi perilaku kesehatan menurut Becker (1979) adalah:

a. Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya

b. Perilaku sakit

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan

gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit

Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang mencakut hak-hak

orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban ini

harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain.

Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda

disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua

yakni:

35

Page 36: Makalah Puskesmas New'.docx

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat givenatau bawaan misalnya tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan

totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang. Dengan perkataan lain perilaku

manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas.

1. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo,S. 2007 :139).

b. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

36

Page 37: Makalah Puskesmas New'.docx

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, yaitu orang telah mulai mencoba perilaku baru

e. Adaption, ibu menyusui telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui ini

didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku

tersebut bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. (Notoatmodjo,S.

2007 :140).

c. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan bertujuan mengelompokkan tingkah laku

masyarakat atau individu yang diinginkan. Bagaimana individu itu berfikir dan

berbuat sebagai hasil dari suatu unit pengetahuan yang telah di berikan. Adapun

tingkat pengetahuan dalam domain kognitif adalah :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

37

Page 38: Makalah Puskesmas New'.docx

tentang apa yang dipelajari, antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

besar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, meramalkan, menyimpulkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

38

Page 39: Makalah Puskesmas New'.docx

Dengan kata lain sintesis ini adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu

formulasi-formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya menyusun,

dapat merencanakan, dapat meringkas dan dapat menyesuaikan suatu teori atau

rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilain-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

(Notoatmodjo,S. 2007 :140-142).

2. Sikap

a. Definisi Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang –tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap

juga dapat diartikan sebagai bahwa sikap suatu sindrom atau kumpulan gejala

dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran,

perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2010:29). Sikap

merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur

sikap baik sebagai individu maupun kelompok (Wawan, 2010:19)

39

Page 40: Makalah Puskesmas New'.docx

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah

merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan

reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka, tingkah laku yang terbuka.

Newcomb (Notoatmodjo, 2007:142), salah seorang ahli psikologi sosial

menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak

dan bukan pelaksana motif tertentu.

b. Tingkat Sikap

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang

berkaitan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan

dan perhatian orang itu terhadap tentang gizi

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila diatanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan yang diberikan terlepas dari pekerjaan

itu benar / salah adalah berarti menerima ide itu

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan mendiskusian suatu masalah

adalah sautu sikap tingkat tiga misalnya : seorang ibu mengajak ibu lain

untuk melakukan gotong royong sekitar lingkungan adalah suatu bukti

bahwa si ibu punya sikap positif.

40

Page 41: Makalah Puskesmas New'.docx

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala

resiko, merupakan sikap paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi

akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tua

sendiri. (Notoatmodjo,2007: 152)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam

situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah

dengan sikap orang yang dianggap penting

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita

terhadap berbagai masalah

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

41

Page 42: Makalah Puskesmas New'.docx

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama

sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika

kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap

6) Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

menkanisme pertahanan ego (Wawan, 2010:35-37)

d. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Pada pengukuran sikap ini dapat dipergunakan skala model

likert dimana dalam pengolahannya menggunakan skor dengan

pernyataan nilai positif dan negatif (Wawan , 2010:39).

Positif dapat dinyatakan:

Sangat setuju (SS) : 4

Setuju (S) : 3

Tidak Setuju (TS) : 2

Sangat tidak setuju (STS) : 1

Negatif dapat dinyatakan :

Sangat setuju (SS) : 1

Setuju (S) : 2

Tidak Setuju (TS) : 3

Sangat tidak setuju (STS) : 4

42

Page 43: Makalah Puskesmas New'.docx

Setelah didapatkan hasil, kemudian data numerik dikonfersikan menjadi

data kategorik, dengan kategori sikap positif apabila didapatkan nilai

responden ≥ mean, dan ketegori sikap negatif apabila didapatkan nilai

responden < mean. Setelah data dikategorikan kemudian data

diinterprestasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3. Praktik (Domain Psikomotor)

Suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas. Selain faktor fasilitas,

juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain. (Soekidjo Notoatmodjo,

2007:145)

Menurut Soekidjo Notoatmodjo(2007:145) praktik mempunyai beberapa

tingkatan yaitu:

a. Persepsi, diartikan dapat mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan

praktik tingkat I

b. Respon terpimpin, diartikan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator

praktik tingkat II

c. Mekanisme, diartikan apabila seseorang telah dapat melaksanakan

sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah menjadi

kebiasaan, maka ia telah mencapai praktik tingkat III

43

Page 44: Makalah Puskesmas New'.docx

d. Adopsi, merupakan suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikan tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut

Sampai kini, belum ada obat maupun vaksin mencegah DBD, cara ampuh

untuk mencegah. DBD adalah hindari gigitan nyamuk dan lakukan PSN

(pemberantasan sarang nyamuk). Nyamuk aedes aegypti hanya menggigit orang

pada siang hari dengan waktu efektif 2 jam setelah matahari terbit (jam 08.00 –

12.00) dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam (jam 15.00 – 17.00), cegah

tergigit nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk oles (repellent), menggunakan

kelambu bila tidur siang, bunuh nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk

bakar/semprot baik didalam maupun diluar rumah pada pagi dan sore hari.

BAB IV

PENYAJIAN DATA dan RENCANA TINDAK LANJUT

A. Gambaran Umum Kasus

44

Page 45: Makalah Puskesmas New'.docx

1. Menentukan Penyebab Masalah

Untuk menentukan penyebab masalah dapat digunakan berbagai metode di

antaranya :

a. Analisa tulang ikan (fish bone analysis)

b. Analisa pohon masalah (problem tree analysis)

Kami menggunakan analisis tulang ikan untuk melakukan kajian analisa

penyebab masalah dari segi komponen yang terdiri dari 5M (man, money,

material, method, machine) dan 1E.

Adapun yang menjadi penyebab masalah kurangnya cakupan angka bebas

jentik nyamuk di wilayah puskesmas tanjung paku adalah sebagaimana terlihat

pada diagram berikut :

45

Page 46: Makalah Puskesmas New'.docx

B. Rencana Tindak Lanjut Kasus

Dari analisis penyebab masalah, disusun rencana tindak lanjut untuk

alternative pemecahan masalah. Terlihat pada tabel dibawah ini dimana kami

46

Page 47: Makalah Puskesmas New'.docx

menyusun rencana tindak lanjut baik yang akan kami laksanakan maupun

berupa saran untuk Puskesmas dan Instansi terkait.

1. Rencana Tindak Lanjut Yang Dilaksanakan

Rencana tindak lanjut yang dilaksanakan adalah membuat leaflet yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD

bahwa penyakit DBD dapat diatasi dengan hidup bersih serta melakukan

pembentukan kader jumantik yang bertujuan untuk meningkatkan penjaringan

kejadian DBD.

Tabel 4.1Rencana Tindak Lanjut Yang Dilaksanakan

NoRencana Tindak Lanjut

Tujuan SasaranPenanggung Jawab

Tanggal

1. Membuat leaflet tentang DBD

Untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit DBD

Masyarakat Pemegang program

September 2015

2 Penyegaran kader Jumantik

Untuk meningkatkan penjaringan kejadian DBD

Pemegang Program

Kepala puskesamas

September 2015

2. Rencana Tindak Lanjut Yang Disarankan

Rencana tindak lanjut yang kelompok sarankan adalah :

a. Melakukan review kepada pemegang program ABJ tentang penemuan

penderita DBD yang bertujuan menyegarkan kembali tentang tugas pokok

dan fungsi pemegang program serta meningkatkan kinerja pemegang

program dipuskesmas

47

Page 48: Makalah Puskesmas New'.docx

b. Kurangnya media promosi disebabkan karena kurangnya penyediaan dana

promosi. Rencana tindak lanjut yang disarankan adalah mengusulkan

tambahan dana kepada Dinas Kesehatan untuk pengadaan media promosi.

c. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya 3M+ disebabkan

karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan lingkungan.

Rencana tindak lanjut yang disarankam adalah menjadwalkan kegiatan

rutin penyuluhan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan yang

dilaksanakan oleh petugas promosi kesehatan.

d. Instruksi pembagian buku panduan untuk kader jumantik yang bertujuan

untuk panduan kerja serta menambah pengetahuan kader yang dilaksanakan

oleh dinas kesehatan.

Tabel 4.2Rencana Tindak Lanjut Yang Disarankan

No

Rencana Tindak Lanjut

Tujuan Penanggung Jawab Tanggal

1. Review tentang penemuan penderita DBD dan target pencapaian

Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menemukan pederita DBD

Pemegang program DBD, petugas poli umum, dan promkes

September 2015

2. Mengusulkan tambahan dana kepada dinas kesehatan untuk pengadaan media promosi

Untuk meningkatkan dan mempermudah dalam melakukan promosi kesehatan melalui media promosi

Promkes dan pemegang program DBD

September 2015

3. Menjadwalkan kegiatan rutin penyuluhan tentang kebersihan lingkungan

Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya 3M+ dan kebersihan lingkungan

Petugas promosi kesehatan

September 2015

48

Page 49: Makalah Puskesmas New'.docx

4. Instruksi pembagian buku panduan untuk kader jumantik

Menambah pengetahuan kader dalam memberikan penyuluhan dan promosi kesehatan

Pemegang program September 2015

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

49

Page 50: Makalah Puskesmas New'.docx

Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara prilaku 3M, abatisasi dan

keberadaan jentik nyamuk Aedes Aegypty terhadap kejadian Demam Berdarah

Dengue di wilayah puskesmas tanjung paku kota solok. Prilaku 3M masyarakat di

wilayah puskesmas Tanjung Paku pada umumnya sudah baik. Prilaku 3M ini

berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypty. Kegiatan abatisasi

masih dilaksanakan oleh sebagian kecil masyarakat. Prilaku 3M yang baik dan

abatisasi berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypty yang

rendah. Keberadaan jentik nyamuk aedes aegypty berhubungan dengan terjadinya

penyakit DBD yaitu dengan memberantas keberadaan jentik nyamuk aedes

aegypty.

Disarankan agar masyarakat di wilayah puskeskas tanjung paku untuk

meningkatkan kegiatan PSN DBD melalui 3M. Setiap ada acara seperti arisan dan

lain sebagainya, sebaiknya ibu kader kesehatan selalu mengingatkan warganya dan

dapat menjadi teladan bagi yang lain. Meningkatkan kegiatan kerja bakti PSN

DBD minimal satu bulan sekali yang di koordinir oleh perangkat kelurahan. Dana

dapat diperoleh dari iuran warga dan mengadakan lomba bebas jentik nyamuk

tingkat RW/RT, sehingga warga dapat termotivasi untuk melaksanakan upaya 3M.

Pendanaan untuk lomba ini dapat diperoleh dari iuran warga ataupun mencari

sponsor.

50