MAKALAH PROF MUL.doc

25
MAKALAH PENDEKATAN DESAIN HOLISTIK Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Desain dan Model Pembelajaran Dosen Pengampu: Prof. Mulyoto, M.Pd Disusun Oleh : Charismalitta M S861402010 Esti Pramiati S861402018 Marchela Siwi F S861402024 PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Transcript of MAKALAH PROF MUL.doc

Page 1: MAKALAH PROF MUL.doc

MAKALAH

PENDEKATAN DESAIN HOLISTIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Desain dan Model Pembelajaran

Dosen Pengampu: Prof. Mulyoto, M.Pd

Disusun Oleh :

Charismalitta M S861402010

Esti Pramiati S861402018

Marchela Siwi F S861402024

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

Page 2: MAKALAH PROF MUL.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki dasawarsa kedua abad 21 ini, permasalahan pendidikan di Indonesia semakin

kompleks. Perekonomian menjadi latar belakang permasalahan yang sudah kronis. Peningkatan

kualitas pendidikan tidak dijadikan target prioritas oleh pemerintah. Meskipun anggaran

pendidikan meningkat, namun lebih karena tujuan perekonomian juga, misalnya program

sertifikasi guru yang idealismenya meningkatkan kualitas guru hingga saat ini belum tampak

kemajuannya. Hal tersebut didukung dengan sistem birokrasi yang akuntabel.

Namun demikian, patut diapresiasi upaya dari beberapa kalangan swasta yang berupaya

mendongkrak kualitas pendidikan. Munculnya program-program pendidikan yang unggulan

dapat menjadi satu alternatif bagi masyarakat dalam mencari tempat bagi anak-anaknya untuk

bersekolah. Meski tetap muncul pro-kontra, namun terobosan-terobosan model pendidikan ini

terasa dibutuhkan.

Model pendidikan yang sampai saat ini masih eksis dan menjadi alternatif, salah satunya

adalah pendekatan pendidikan holistik (holistic education). Model ini mulai dimunculkan pada

tahun 1960-an, sebagai bagian dari gerakan humanistik. Gerakan ini melawan arus industrialisasi

yang melanda dunia pendidikan saat itu, yaitu memandang manusia sebagai bagian dari mesin

industri, termasuk siswa. Humanistik melihat siswa sebagai sasaran didik yang harus

dikembangkan intelektual, perasaan, nilai moral, dan tujuan pribadi siswa secara seimbang

(Miller, 2001).

2

Page 3: MAKALAH PROF MUL.doc

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan-permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini sebagai

berikut.

1. Bagaimanakah konsepsi dan pengertian Pembelajaran Holistik ?

2. Apakah tujuan pembelajaran holistik ?

3. Bagaimanakah urgensi perubahan paradigma yang diperlukan dalam implementasi

pembelajaran holistik ?

4. Bagaimanakah aplikasi pembelajaran holistik di dalam pendidikan anak ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan pada makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui konsep dan arti pembelajaran holistik

2. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran holistik

3. Untuk mengetahui urgensi perubahan paradigma dalam pembelajaran holistik

4. Untuk mengetahui aplikasi pembelajaran holistik dalam proses pendidikan anak

3

Page 4: MAKALAH PROF MUL.doc

BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsepsi dan Pengertian Pembelajaran Holistik

Secara etimologi (bahasa) holistik berasal dari kosakata Inggris holistic. Istilah ini berasal

dari kata holy yang berarti suci dan bijak. Sedangkan akar kata holy sendiri adalah whole yang

bermakna menyeluruh.

Kamus Psikologi secara lengkap mendefinisikan holistik sebagai berikut:

Sebuah istilah umum yang diterapkan kepada pendekatan filosofis apapun yang berfokus pada keseluruhan organisme hidup. Aksioma dasar tentang sebuah pandangan holistik bahwa sebuah fenomena yang kompleks tidak bisa dimengerti lewat sebuah analisis terhadap bagian-bagian penyusunnya saja. Lawan dari elementarisme dan atomisme. Teori Gestalt dan teori Freudian adalah contoh klasik pendekatan-pendekatan bagi pendekatan-pendekatan holistik di dalam psikologi.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa holistik mempunyai hubungan yang erat dengan

dunia psikologi, sebuah dunia yang mengkaji jiwa manusia.

Tidak berbeda jauh dengan definisi tersebut, William F. O’Neill memberikan definisi

holistik sebagai berikut.

Sebuah sudut pandang dalam filosofi yang menganggap bahwa segala hal yang mengada

(eksis) pada puncaknya tercakup dalam sebuah wilayah kekuatan-kekuatan yang secara total

bersatu (sebuah keseluruhan kosmis), dan bahwa tidak ada apapun yang dapat benar-benar

dipahami kecuali dalam keterkaitan-keterkaitan totalnya dengan segala aspek lain dari being.

4

Page 5: MAKALAH PROF MUL.doc

Kamus Besar Bahasa Indonesia membagi pengertian holistik menjadi dua macam.

Pertama, sebagai sebuah paham, holistik adalah cara pendekatan terhadap suatu masalah atau

gejala, dengan memandang masalah atau gejala itu sebagai suatu kesatuan yang utuh. Kedua,

sebagai sebuah sifat, maka holistik berhubungan dengan sistem keseluruhan sebagai suatu

kesatuan lebih daripada sekadar kumpulan bagian.

Hall dan Lindzey, dalam Supratiknya, memberikan definisi holistik sebagai semua teori

yang menekankan pandangan bahwa manusia merupakan suatu organisme yang utuh atau padu

dan bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata berdasarkan aktivitas

bagian-bagiannya.

Merujuk pada beberapa literatur terkait pendekatan holistik (Henzell-Thomas, 2006;

Miller, 2001; Miller, 1991; Bawazir, 2007), maka secara umum pendekatan ini menekankan pada

tujuan membentuk karakter anak yang selaras dengan nilai moral dan etika yang berlaku.

Karakter ini dapat dibentuk melalui berbagai teknik, yaitu:

a. Mengoptimalkan kreatifitas seni sebagai media untuk menghidupkan jiwa dan

imajinasi, mengembangkan kesadaran akan keindahan dan merangsang otak.

b. Melakukan studi lapangan untuk mengenalkan kondisi lingkungan secara nyata, baik

lingkungan sosial maupun fisik.

c. Menanamkan nilali-nilai etika dan moral, baik yang bersumber dari agama maupun

dari sosial dan negara, untuk dijadikan sebagai nilai pribadi siswa, melalui pemahaman

dan praktek pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Bekerjasama dengan orangtua dan masyarakat dalam memantau perkembangan siswa

di sekolah maupun di luar sekolah.

Media Seni yang Kreatif

Kesenian memiliki fungsi yang menyenangkan bagi yang mendengar atau melihat.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seni memiliki implikasi mengarahkan perasaan

5

Page 6: MAKALAH PROF MUL.doc

menjadi lebih halus dan sensitif, misalnya musik klasik dan instrumentalia yang membantu

peningkatan konsentrasi dan mempertajam intuisi. Selama ini kesenian masih diposisikan sebatas

mata pelajaran bagi siswa, bukan media pembelajaran.

Beberapa contoh pemanfaatan seni sebagai media belajar :

a. Cara menghafal dengan lagu

b. Memahami dengan seni peran / drama

c. Menghayati dengan melukis

Melalui kreativitas media ini, siswa juga dapat diarahkan pada pengenalan potensi dirinya

yang unik dan mampu mengembangkannya untuk membantu dalam mencapai prestasi yang

optimal.

Studi Lapangan

Pemahaman terhadap suatu konsep akan lebih mudah dan lebih berkesan bagi siswa

dengan mengenal secara langsung. Hal ini mencakup pengenalan terhadap lingkungan fisik

maupun sosial siswa. Misalnya :

a. Materi tentang lingkungan hidup yang harus selalu bersih dapat dikenalkan di TPA

Sampah, pemukiman kumuh / girli, wilayah yang masih asri / hijau.

b. Materi tentang proses tumbuhnya tanaman dapat dibawa ke sawah, ladang, kebun buah,

kebun sayur, kebun tanaman hias.

c. Materi tentang toleransi antar umat beragama dapat dikenalkan pada kunjungan ke

sekolah Islam, Nasrani, candi, kuil.

6

Page 7: MAKALAH PROF MUL.doc

d. Materi tentang amal jariyah dapat dikenalkan dengan mengunjungi panti asuhan dan

kemudian membrikan sumbangan secara langsung kepada anak panti.

e. Materi tentang kerja keras dan daya saing, dilakukan melalui terlibat aktif dalam berbagai

perlombaan individual maupun antar kelompok, antar kelas atau antar sekolah. Melalui

pengenalan langsung studi lapangan ini siswa juga dirangsang daya kritisnya dalam

membandingkan antara konsep yang ada dengan kenyataan di lapangan.

Penanaman Nilai Etika

Nilai etika dan moral, baik yang bersumber dari sosial, agama, maupun negara dapat

dipahami selain melalui pengenalan di kelas, juga melalui praktik dalam kehidupan sehari-hari.

Pelatihan secara rutin, baik di sekolah maupun di rumah dapat mempermudah siswa dalam

mengintegrasikan nilai-nilai itu di dalam dirinya. Misalnya, membaca doa dalam setiap aktivitas

belajar, makan, ke kamar mandi, pulang sekolah, naik kendaraan, akan tidur, bangun tidur, dan

sebagainya. Selain itu, nilai juga dapat ditanamkan melalui studi lapangan maupun kesenian,

sebagaiman uraian sebelumnya.

Kerjasama

Keberhasilan suatu proses pendidikan anak pada hakikatnya sangat berkait erat dengan

kerjasama yang sinergis antara orangtua, sekolah, dan pemerintah. Regulasi / sistem dan

kurikulum yang diputuskan pemerintah dan kemudian dilaksanakan oleh sekolah, harus

didukung sepenuhnya oleh keluarga dan masyarakat. Dukungan ini berupa :

a. Memberikan feedback secara aktif ke sekolah, terutama terkait dengan proses pembelajaran anak di sekolah, dan juga bagaimana perkembangan belajar anak di rumah. Komite kelas atau komite sekolah menjadi sangat penting posisinya dalam aktivitas ini.

b. Terlibat aktif dalam proses pembelajaran di sekolah, misalnya melalui program smart parenting di mana orangtua dan anak melakukan proses belajar bersama. Hal ini akan memberikan pemahaman kepada orangtua bahwa pembelajaran

7

Page 8: MAKALAH PROF MUL.doc

anak perlu didampingi oleh orangtua secara aktif (adanya kesulitan yang harus dipecahkan bersama, target disusun bersama, perencanaan kegiatan bersama).

Istilah pendidikan holistik juga muncul dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah. Dalam peraturan tersebut, holistik di definisikan sebagai cara memandang segala

sesuatu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan bagian lain yang lebih luas.

Dengan diakomodirnya istilah holistik dalam Permendiknas, maka semakin menunjukkan

betapa pentingnya konsep pendidikan holistik sebagai alternatif pembelajaran yang sudah ada

sebelumnya dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia.

Dunia pendidikan tidak dapat dilepaskan dari suatu konsep yang dipopulerkan oleh

Benjamin S. Bloom. Bloom (1956) mendeskripsikan tiga sistem klasifikasi bebas untuk bidang

kognitif, psikomotor dan afektif, istilah sistem klasifikasi Bloom untuk bidang kognitif, afektif,

psikomotorik. Biasanya digunakan untuk merujuk pada sistem klasifikasinya untuk bidang

kognitif, yang mana menemukan enam tipe dari tujuan tindakan berbeda: 1) pengetahuan, 2)

komprehensi, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, dan 6) evaluasi. Gagne (1985) memperkenalkan

sistem klasifikasi lain yang digunakan secara luas untuk bidang kognitif. Sistem klasifikasi ini

membuat perbedaan antara informasi verbal, keahlian intelektual, strategi kognitif, sikap dan

keahlian psikomotor.

2. Tujuan Pembelajaran Holistik

Tujuan pembelajaran holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam

suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis

melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pembelajaran holistik,

peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat

memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang

sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan

emosionalnya (Basil Bernstein).

Jika merujuk pada pemikiran Abraham Maslow, maka pendidikan harus dapat

mengantarkan peserta didik untuk memperoleh aktualisasi diri (self-actualization) yang ditandai

8

Page 9: MAKALAH PROF MUL.doc

dengan adanya: (1) kesadaran; (2) kejujuran; (3) kebebasan atau kemandirian; dan (4)

kepercayaan.

Pembelajaran holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik,

baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses

pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif,

oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana

orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi

pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2)

prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4)

pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu

berada.

Dalam pembelajaran holistik, peran dan otoritas guru untuk memimpin dan mengontrol

kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan guru lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor,

dan fasilitator. Forbes (1996) mengibaratkan peran guru seperti seorang teman dalam perjalanan

yang telah berpengalaman dan menyenangkan.

Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan

yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan

individu dihargai dan kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.

Gagasan pembelajaran holistik telah mendorong terbentuknya model-model pendidikan

alternatif, yang mungkin dalam penyelenggaraannya sangat jauh berbeda dengan pendidikan

pada umumnya, salah satunya adalah homeschooling, yang saat ini sedang berkembang,

termasuk di Indonesia.

3. Urgensi perubahan paradigma yang diperlukan dalam implementasi Pembelajaran

Holistik

Belajar hakekatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang, perubahan sabagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam bebagai

9

Page 10: MAKALAH PROF MUL.doc

bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan,

keterampilan dan kemampuan serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu

yang belajar.

Seperti yang dikemukakan oleh George J. Mouly bahwa belajar adalah perubahan

tingkah laku seseoran berkat adanya pengalaman. Pendapat senada disampaikan oleh kimble dan

Garmezi yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative permanen,

terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar

adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinal melalui pengalaman dan latihan-latihan.

Dengan demikian, inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku karena

adannya suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan

keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan apresiasi. Adapun pengalaman

dalam proses belajar ialah bentuk interaksi antara individu dengan lingkungan.

Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran

yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student

centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan

pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua

perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses

maupun basil pendidikan.

Satu inovasi yang menarik mengiringi perubahan paradigma tersebut adalah ditemukan

dan diterapkannya model Pembelajaran- Holistik. Inovasi yang bermula dari suatu pandangan

pilosofis esensialisme, kemudian berkembang pada berbagai mata pelajaran atau bidang studi.

Apa sesungguhnya praktik belajar ini? Praktik belajar diartikan sebagai,suatu inovasi

pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori/konsep-konsep

melalui pengalaman belajar praktik-empiris. Dalam konteks yang lebih luas, dalam model

pembelajaran ini hasil akhirnya adalah assessment (penilaian) yang bersifat komprehensif, baik

dari segi proses maupun produk pada semua aspek pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif,

maupun psikomototrik.

10

Page 11: MAKALAH PROF MUL.doc

Berdasarkan paparan di atas, maka model pembelajaran Holistik mendasarkan diri (self

oriented) pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut:

a. Proses Belajar

1) Belajar tidak hanya sekadar menghafal. Siswa harus mengonstruksikan

pengetahuan dibenak mereka sendiri sendiri.

2) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari

pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.

3) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan

mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.

4) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang

terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

5) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

6) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna

bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

7) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan

terus seiiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan

seseorang.

b. Transfer Belajar

1) Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.

2) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit

demi sedikit).

3) Penting bagi siswa untuk tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia

menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.

c. Siswa sebagai Pembelajar

11

Page 12: MAKALAH PROF MUL.doc

1) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan

seorang anak mempunyai kecenderunpn untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.

2) Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru.

Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.

3) Peran orang dewasa berperan membantu menghubungkan antara yang baru dan

yang sudah diketahui.

4) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan

kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan

menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

d. Pentingnya lingkungan belajar.

1) Belajar efektif itu dimualai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.

2) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana siswa menggunakan pengetahuan baru

mereka. Strategi belajar lebih penting daripada hasilnya.

3) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang

benar.

4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

5) Media pembelajaran harus dirancang dan dikembangkan untuk memberikan

lingkungan yang interaktif, memotivasi dan menyenangkan.

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, ada kecenderungan dewasa ini untuk

kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah

dan menyentuh dimensi fisik, kognitif dan jiwa, mental dan emosional anak. Belajar akan lebih

bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran

yang berorientasi pada penguasaan materi (Rote Learning) terbukti berhasil dalam kompetisi

mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam

kehidupan jangka panjang.

12

Page 13: MAKALAH PROF MUL.doc

Model pembelajaran holistik merupakan konsep belajar yang membantu guru untuk

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil

pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah

dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru

ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.

Untuk membantu siswa mamahami konsep-konsep dan memudahkan guru dalam

mengajarkan konsep-konsep tersebut diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang langsung

mengaitkan materi konteks pelajaran dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.

4. Aplikasi Pendekatan Holistik dalam Pendidikan Anak

Pendekatan dalam proses pelaksanaan pendidikan yang mampu melihat anak secara

keseluruhan adalah Pendekatan Holistik. Pendekatan Holistik dikemas bukan dalam bentuk yang

kaku melainkan melalui hubungan langsung antara anak didik dengan lingkungannya.

Pendekatan Holistik  tidak melihat manusia dari aktivitasnya yang terpisah pada bagian-bagian

tertentu, namun merupakan mahluk yang bersifat  utuh dan tingkah lakunya tidak dapat

dijelaskan  berdasarkan aktivitas bagian-bagiannya. Tidak hanya  melalui potensi intelektualnya

saja, namun juga dari potensi spiritual dan emosionalnya

Proses pelaksanaan pendekatan Holistik dalam pendidikan akan mengajak anak berbagi

pengalaman kehidupan nyata, mengalami peristiwa-peristiwa langsung yang diperoleh dari

pengetahuan kehidupan. Dengan demikian pendidik diharapkan dapat

menyalakan/menghidupkan kecintaan anak akan pembelajaran. Pendidik juga mendorong anak

untuk melakukan refleksi, diskusi daripada mengingat secara pasif tentang fakta-fakta. Hal ini

jauh lebih bermanfaat dibanding keterampilan pernecahan masalah yang bersifat abstrak.

Komunitas pembelajaran yang diciptakan pada proses pendidikan Holistik harus dapat

merangsang pertumbuhan kreativitas pribadi, dan keingintahuan dengan cara berhubungan

dengan dunia. Dengan demikian anak didik dapat menjadi pribadi-pribadi yang penuh rasa ingin

tahu yang dapat belajar apapun yang mereka butuh ketahui dalam setiap konteks baru,

13

Page 14: MAKALAH PROF MUL.doc

Menurut Djauharah Bawazir (2008) model pendidikan holistik ini melahirkan Kurikulum

Holistik yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Spiritualitas adalah jantung dari setiap proses dan praktek pembelajaran

b. Pembelajaran diarahkan agar siswa menyadari akan keunikan dirinya dengan segala

potensinya. Mereka harus diajak untuk berhubungan dengan dirinya yang paling dalarn

(inner self, sehingga memahami eksistensi, otoritas, tapi sekaligus bergantung

sepenuhnya kepada pencipta Nya).

c. Pembelajaran tidak hanya mengembangkan cara berpikir analitis/linier tapi juga intuitif.

d. Pembelajaran berkewajiban menumbuhkembangkan potensi kecerdasan majemuk

(multiple intelligences), yaitu kecerdasan tidak hanya tunggal berdasarkan nilai IQ tetapi

ada kecerdasan lain yang dimiliki setiap anak. Misalnya, kecerdasan bahasa, kecerdasan

berkaitan dengan angka, kecerdasan sosial, kecerdasan kinesetik dan lain-lain.

e. Menyadarkan anak akan keterkaitannya dengan komunitas sekitarnya

f. Mengajak anak menyadari hubungannya dengan bumi dan ciptaan Allah selain manusia

seperti hewan, tumbuhan, dan benda  (air, udara, tanah) sehingga mereka memiliki

kesadaran ekologis.

g. Kurikulumnya memperhatikan hubungan antara berbagai pokok bahasan dalam tingkatan

transdisipliner, sehingga hal itu akan lebih memberi makna kepada siswa.

h. Menghantarkan anak untuk menyeimbangkan antara belajar individual dengan kelompok

(kooperatif, kolaboratif, antara isi dengan proses, antara pengetahuan dengan imajinasi,

antara rasional dengan intuisi, antara kuantitatif dengan kualitatif).

i. Pembelajaran yang tumbuh, menemukan, dan memperluas cakrawala.

j. Pembelajaran yang merupakan  sebuah proses kreatif dan artistik.

Menurut Woofolk, A (1993) menyebutkan aplikasi pendekatan holistik dalam

pembelajaran di sekolah adalah sebagai berikut.

a. Wawasan pengetahuan yang mendalam ( insight ), yaitu bahwa wawasan memegang

peranan penting dalam perilaku.

14

Page 15: MAKALAH PROF MUL.doc

b. Pembelajaran yang bermakna ( meaning full learning ) yaitu kebermaknaan unsur – unsur

yang terkait dalam suatu objek atau peristiwa akan menunjanng pembentukan insight

dalam proses pembelajaran.

c. Perilaku bertujuan ( purposive behavior ) yaitu bahwa hakikatnya perilaku itu terarah

pada suatu tujuan.

d. Prinsip ruang hidup ( life space ) menyatakan bahwa perilaku individu mempunyai

keterkaitan  dengan lingkungan atau medan dimana ia berada. Prinsip ini

mengaplikasikan adanya padanan dan akitan antara proses pembelajaran dengan tuntutan

dan kebutuhan lingkungan.

e. Transfer dalam pembelajaran, yaitu pemindahan pola – pola perilaku dari suatu situasi

pembelajaran tertentu kepada situaasi lain. Transfer akan terjadi apabila anak menangkap

prinsip – prinsip pokok dari suatu masalah dan memnemukan generalisasi kemudian

digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.

15

Page 16: MAKALAH PROF MUL.doc

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus

pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan topik-topik lain sehingga terbangun

kerangka pengetahuan . Pembelajaran yang terbangun meliputi kognitif, afektif dan psikomotor

yang kesemua komponen tersebut merupakan keutuhan dari manusia. Sehingga prinsip yang

sesuai dengan pendekatan holistik ini adalah pembelajaran Humanistik yang lebih tepatnya

memanusiakan manusia.

Pendekatan holistik sendiri memiliki berbagai metode dan teknik dalam penerapannya.

Metode tersebut adalah belajar melalui keseluruhan bagian otak dan belajar melalui kecerdasan

majemuk (multiple intelligences). Sedangkan teknik yang digunakan dalam pendekatan holistik

adalah mengajukan pertanyaan, memvisualkan informasi dan merasakan informasi. Sehingga

Pendekatan Holistik  tidak melihat manusia dari aktivitasnya yang terpisah pada bagian-bagian

tertentu, tetapi merupakan makhluk yang bersifat  utuh dan tingkah lakunya tidak dapat

dijelaskan  berdasarkan aktivitas bagian-bagiannya. Tidak hanya  melalui potensi intelektualnya

saja, tetapi juga dari potensi spiritual dan emosionalnya.

16

Page 17: MAKALAH PROF MUL.doc

DAFTAR PUSTAKA

William F. O’Neill. 2002. Ideologi-Ideologi Pendidikan, terj. Omi Intan Naomi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

A. Supratiknya (ed.). 1993. Psikologi Kepribadian 2: Teori-Teori Holistik (Organismik-

Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius

Akhmad Sudrajat. 2008. “Tentang Pendekatan Holistik” diakses pada hari Senin, 28 November

2011 di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/26/pendidikan-holistik/

Djauharah Bawazir. 2008. “Pendekatan Holistik Dalam Pendidikan Anak” diakses pada hari

Senin, 17 November 2014 di http://bunyan.co.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=284&Itemid=97

Pusat penelitian dan pelayanan pendidikan Universitas Sanata Darma. 2009. “Pembelajaran

Holistik” diakses pada hari Senin, 17 November 2014 di

http://p4-usd.blogspot.com/2009/05/pembelajaran-holistik.html

Young, Schoot H. 2005. “Belajar Holistik” diakses pada hari Senin, 17 November 2014 di

www. jwelford .demon.co.uk/ brainwaremap/holist.html

17

Page 18: MAKALAH PROF MUL.doc

18