Makalah Prof Eddy i

15
PERANAN METODE GEOFISIKA DALAM EKSPLORASI GAS METANA BATUBARA (COALBED METHANE) Eddy Ibrahim *) *) Guru Besar Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Jalan Raya Prabumulih, OI, Palembang, E-mail : [email protected] Abstrak CoalBed Methane (CBM), dikenal juga sebagai gas karbon batubara, adalah gas alam dengan rantai karbon tunggal (metana) yang diproduksi dari batu bara. CBM sama seperti gas alam yang dikenal saat ini, namun perbedaannya adalah diperoleh dari suatu situasi geologi yang berbeda, yaitu terbentuk dan tersimpan dalam reservoar batubara. Sedangkan gas alam yang kita kenal saat ini, diproduksi dari reservoar pasir, gamping maupun rekahan batuan beku. Eksplorasi CBM pada umumnya merujuk dari pengetahuan geologi dari daerah tersebut dan melakukan pengeboran langsung pada daerah yang disinyalir kaya CBM dengan kenampakan di permukaannya (ada semburan gas). Namun pada umumnya untuk mengeksplorasi keberadaan CBM ini biasanya dilakukan pengeboran langsung, hal ini disamping kurang efisien juga menimbulkan biaya yang relatif mahal. Karena diketahui untuk memproduksi gas metana dari reservoar batubara harus diawali dengan kegiatan rekayasa untuk membangun permeabilitas sampai gas metana dapat mengalir ke lubang bor dimana kegiatan rekayasa ini membutuhkan waktu relatif lama. Oleh karena itu diperlukan metoda eksplorasi tidak langsung (geofisika) untuk membantu penentuan lebih akurat keberadaan batubara penghasil gas metana, porositas, arah retakan, permeabilitas, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi pori. Dari tingkat akurasi yang tinggi tersebut sangat membantu dalam eksploitasi (penentuan posisi bor, rekayasa permeabilitas dan posisi seam batubara serta peringkat batubara) dari gas metan yang ada dibawah permukaan. PENDAHULUAN Gas Metana Batubara (GMB) atau yang populer dikenal dengan CoalBed Methane (CBM), merupakan campuran gas-alam seperti halnya gas bumi yang diperoleh pada suatu situasi geologi tertentu pada lapisan batubara. CBM adalah gas alam yang mengandung metana (CH 4 ), diproduksi dengan metode yang non tradisional namun karena karakternya seperti gas alam biasa, maka bisa dijual dengan cara konvensional gas biasa. CBM timbul karena proses biokimia sebagai akibat dari aktifitas mikrobiologi atau dari proses termal akibat penambahan panas sebanding kedalaman dari batubara. Pada umumnya CBM ini terdapat dalam keadaan batubara yang terendam (jenuh) air. Seringnya seam batubara tersaturasi oleh air ini yang menyebabkan timbulnya kandungan metana (CH 4 ) dalam batubara. Padahal batubara yang tersaturasi dalam air pada umumnya merupakan batubara kualitas rendah. Sumber dari ESDM menyebutkan bahwa cadangan CBM di tanah air sekitar 2-3 kali dari cadangan gas nasional. Selain itu, pemanfaatan gas metana menjadi sebuah pertimbangan karena beberapa hal sebagai berikut: 1. CBM merupakan energi alternatif yang dihasilkan di luar MIGAS dari fosil. 2. Pemanfaatan CBM sebagai sumber energi menjadi alternatif menarik karena kadar polutannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan batubara dan minyak bumi.

description

PERANAN METODE GEOFISIKA DALAM EKSPLORASI GAS METANA BATUBARA (COAL BED METHANE )

Transcript of Makalah Prof Eddy i

Page 1: Makalah Prof Eddy i

PERANAN METODE GEOFISIKA DALAM

EKSPLORASI GAS METANA BATUBARA (COALBED METHANE)

Eddy Ibrahim*)

*)

Guru Besar Teknik Pertambangan,

Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya,

Jalan Raya Prabumulih, OI, Palembang,

E-mail : [email protected]

Abstrak CoalBed Methane (CBM), dikenal juga sebagai gas karbon batubara, adalah gas alam

dengan rantai karbon tunggal (metana) yang diproduksi dari batu bara. CBM sama seperti gas

alam yang dikenal saat ini, namun perbedaannya adalah diperoleh dari suatu situasi geologi

yang berbeda, yaitu terbentuk dan tersimpan dalam reservoar batubara. Sedangkan gas alam

yang kita kenal saat ini, diproduksi dari reservoar pasir, gamping maupun rekahan batuan beku.

Eksplorasi CBM pada umumnya merujuk dari pengetahuan geologi dari daerah tersebut dan

melakukan pengeboran langsung pada daerah yang disinyalir kaya CBM dengan kenampakan di

permukaannya (ada semburan gas). Namun pada umumnya untuk mengeksplorasi keberadaan

CBM ini biasanya dilakukan pengeboran langsung, hal ini disamping kurang efisien juga

menimbulkan biaya yang relatif mahal. Karena diketahui untuk memproduksi gas metana dari

reservoar batubara harus diawali dengan kegiatan rekayasa untuk membangun permeabilitas

sampai gas metana dapat mengalir ke lubang bor dimana kegiatan rekayasa ini membutuhkan

waktu relatif lama. Oleh karena itu diperlukan metoda eksplorasi tidak langsung (geofisika)

untuk membantu penentuan lebih akurat keberadaan batubara penghasil gas metana, porositas,

arah retakan, permeabilitas, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi pori. Dari tingkat akurasi

yang tinggi tersebut sangat membantu dalam eksploitasi (penentuan posisi bor, rekayasa

permeabilitas dan posisi seam batubara serta peringkat batubara) dari gas metan yang ada

dibawah permukaan.

PENDAHULUAN

Gas Metana Batubara (GMB) atau yang populer dikenal dengan CoalBed Methane

(CBM), merupakan campuran gas-alam seperti halnya gas bumi yang diperoleh pada

suatu situasi geologi tertentu pada lapisan batubara. CBM adalah gas alam yang

mengandung metana (CH4), diproduksi dengan metode yang non tradisional namun

karena karakternya seperti gas alam biasa, maka bisa dijual dengan cara konvensional gas

biasa. CBM timbul karena proses biokimia sebagai akibat dari aktifitas mikrobiologi atau

dari proses termal akibat penambahan panas sebanding kedalaman dari batubara. Pada

umumnya CBM ini terdapat dalam keadaan batubara yang terendam (jenuh) air.

Seringnya seam batubara tersaturasi oleh air ini yang menyebabkan timbulnya kandungan

metana (CH4) dalam batubara. Padahal batubara yang tersaturasi dalam air pada

umumnya merupakan batubara kualitas rendah.

Sumber dari ESDM menyebutkan bahwa cadangan CBM di tanah air sekitar 2-3 kali dari

cadangan gas nasional. Selain itu, pemanfaatan gas metana menjadi sebuah pertimbangan

karena beberapa hal sebagai berikut:

1. CBM merupakan energi alternatif yang dihasilkan di luar MIGAS dari fosil.

2. Pemanfaatan CBM sebagai sumber energi menjadi alternatif menarik karena kadar

polutannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan batubara dan minyak bumi.

Page 2: Makalah Prof Eddy i

3. Biaya eksploitasi untuk CBM sendiri cukup rendah karena sumur-sumur eksploitasi

yang digunakan untuk mengambil CBM tidak membutuhkan biaya tinggi dalam

pengeborannya.

4. Gas mempunyai tingkat penggunaan dengan energi yang luas, dan dengan krisis energi

yang terjadi saat ini serta harga bahan bakar yang relatif sangat tinggi pengembangan

akan sumber daya energi alternatif ini sewajarnya mendapat perhatian serius.

Indonesia memiliki potensi CBM yang cukup besar pada 11 coal basin yang ada dengan

sumber daya gas sekitar 453,30 Tcf (Migas dan ADB, 2003). Potensi sebesar ini hanya

tersebar di dua pulau saja, yaitu pulau Sumatera dan Kalimantan. Pulau-pulau lainnya

tidak significant. Cekungan Sumatera Selatan merupakan peringkat pertama dengan

potensi sumber daya (resources) CBM sebesar 183 Tcf. Sumber daya adalah

undiscovered reserves atau cadangan yang belum ditemukan, yang ditentukan (dihitung)

berdasarkan perkiraan teoritis dengan memakai informasi geosain. Oleh karena itu perlu

dilakukan peningkatan status dari sumber daya (resources) menjadi cadangan.

Peningkatan status dapat dilakukan dengan cara pemetaan kondisi bawah permukaan

menggunakan metode geofisika dimana lokasi masing- masing sumber daya yang

diperkirakan ada. Setelah memperoleh kepastian mengenai keberadaan, kuantitas, dan

kualitasnya, sumber daya ini berubah tingkatnya menjadi cadangan. Cadangan ini

kemudian akan merupakan cadangan terbukti (proven reserves), apabila cukup bukti-

bukti mengenai volume dan kapasitas produksi (dan karakteristik fisik lingkungan

pengendapannya), serta cara penambangannya dan tingkat komersialitasnya (mineable).

Cadangan terbukti ini dapat berkurang karena diproduksikan atau adanya revisi negatif.

Sebaliknya, dapat bertambah karena adanya penemuan baru atau revisi positif.

Gambar 1. Sebaran Sumber daya Gas Metana Batubara

Eksplorasi CBM pada umumnya merujuk dari pengetahuan geologi dari daerah tersebut

dan melakukan pengeboran langsung pada daerah yang disinyalir kaya CBM dengan

kenampakan di permukaannya (ada semburan gas). Namun karena umumnya untuk

mengeksplorasi keberadaan CBM ini biasanya dilakukan pengeboran langsung, hal ini

disamping kurang efisien juga menimbulkan biaya yang relatif mahal. Oleh karena itu

diperlukan metode-metode eksplorasi yang paling efektif dan efisien untuk memetakan

keberadaan CBM di bawah permukaan tanah beserta penghitungan cadangannya. Untuk

mendapatkan metode-metode tersebut diperlukan tahap-tahap kegiatan yang dimulai dari

:

1. Mempelajari genesa batubara yang menghasilkan metane beserta CBM geologi

play di sekitar Sumatera Selatan.

Page 3: Makalah Prof Eddy i

2. Menentukan strategi pendeteksian CBM dibawah permukaan dengan seismik

fisika batuan. Pada beberapa keadaan reservoar (temperatur, fluida, tekanan pori).

3. Menentukan strategi pendeteksian CBM dibawah permukaan dengan resistivitas

fisika batuan (real resitivity, imajiner resistivity, complex resistivity, frekuensi

response) pada beberapa keadaan reservoar (temperatur, saturasi fluida).

4. Menentukan standard petrofisika well-logging untuk seam batubara penghasil

CBM.

5. Melakukan uji pengukuran lapangan seismik pantul dan pembuatan bor eksplorasi

pada lapangan penghasil CBM, karakterisasi CBM dengan data seismik pantul.

6. Melakukan uji pengukuran lapangan geolistrik dan pembuatan bor eksplorasi pada

lapangan penghasil CBM, karakterisasi CBM dengan data geolistrik.

Metoda Geofisika yang prospek digunakan untuk eksplorasi gas metana batubara (CBM)

antara lain :

A. Metoda Seismik Fisika Batuan

Penggunaan metoda ini bertujuan untuk mempelajari perilaku gelombang elastik pada

batubara yang mendekati keadaan sesungguhnya pada lapisan CoalBed Methane di alam

serta untuk memperoleh pengetahuan tentang hubungan antara sifat fisis (porositas, arah

retakan, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi pori) dan karakter perambatan gelombang

(frekuensi, kecepatan, atenuasi, dan bentuk gelombang) pada batubara penghasil gas

methana. Sehingga dapat dipelajari teknik-teknik estimasi distribusi CBM, kandungan

CBM, peringkat batubara melalui seismik. Perilaku-perilaku fisis yang diungkap adalah

relasi perambatan gelombang elastik dan sifat fisika batubara pada beragam kondisi,

yaitu: temperatur, tekanan overburden, tekanan pori, tekanan efektif, pada batubara

penghasil gas methana, terutama pada lapangan Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan

bagian Timur sebagai deposit CBM terbesar di Indonesia.

Hasil ini akan sangat berguna untuk dijadikan panduan eksplorasi CBM di suatu daerah,

sehingga biaya eksplorasi CBM dapat lebih efektif dan efisien. Hasil semua pengukuran

akan disimpan dalam sebuah Database Seismic Rock Physics. Upscalling data dari skala

laboratorium selanjutnya dikorelasikan dengan data dan skala lapangan agar hasil

kegiatan ini bisa dimanfaatkan dalam persoalan yang lebih makro. Namun hubungan

antara keberadaan gas metana (CBM) dengan gelombang seismik belum diteliti secara

detil oleh peneliti domestik maupun di luarnegeri. Maka dengan kegiatan ini seismik

dapat berperan sebagai pendeteksi gas metana batubara bawah permukaan secara tak

langsung. Dengan demikian, menjadikan kegiatan ini dapat dipakai untuk mereduksi

biaya eksplorasi dan meluaskan jangkauan eksplorasi, sehingga untuk menjadikan potensi

CBM menjadi potensi terukur yang lebih pasti dan tentunya tidak memerlukan banyak

lobang bor.

Page 4: Makalah Prof Eddy i

Gambar 2. Skema pengukuran sampel batubara

dalam temperatur dan tekanan reservoar

Semua akuisisi data harus dapat merekam secara baik dengan ketelitian yang tinggi untuk

analisa spektrum frekuensi dan atenuasi gelombang saat melewati medium dengan

berbagai perubahan parameter fisis sampel dan sifat kimia fluidanya. Diagram alir

pengukuran pada kegiatan ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Diagram Alir Pengukuran

B. Metoda Resistivitas Fisika Batuan

Penggunaan metoda ini bertujuan untuk mempelajari perilaku perambatan (arus) listrik di

batubara yang mendekati keadaan sesungguhnya pada lapisan CoalBed Methane di alam

serta untuk memperoleh pengetahuan tentang hubungan antara sifat fisis (porositas, arah

retakan, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi pori) dan sifat kelistrikannya (hambatan

jenis DC, hambatan jenis bergantung frekuensi dan hambatan jenis kompleks) pada

batubara penghasil gas metana. Perilaku-perilaku yang akan diungkap dari kegiatan ini

adalah relasi resistivitas dan sifat fisika batubara pada beragam kondisi, yaitu: temperatur,

tekanan overburden, tekanan pori, tekanan efektif, pada batubara penghasil gas metana,

terutama pada lapangan Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan bagian Timur sebagai

deposit CBM terbesar di Indonesia. Hasil ini akan sangat berguna untuk dijadikan

panduan eksplorasi CBM di suatu daerah, sehingga biaya eksplorasi CBM dapat lebih

efektif dan efisien sekaligus murah.

C. Metoda Well-Logging Fisika Batuan

Page 5: Makalah Prof Eddy i

Kegiatan ini akan mempelajari perilaku sifat fisika batubara penghasil CBM, mulai dari:

gamma ray spectroscopy, density, sifat listrik, sifat sonic, sifat hamburan neutron, sifat

magnetisasi di batubara yang mendekati keadaan sesungguhnya pada lapisan CoalBed

Methane di alam serta untuk memperoleh pengetahuan tentang hubungannya dengan

keadaan reservoar seperti: porositas, arah retakan, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi

pori pada batubara penghasil gas methana. Diharapkan kegiatan ini menghasilkan

persamaan-persamaan petrofisika empiris yang bisa dipakai sebagai persamaan standard

untuk memprediksi keberadaan CBM dalam seam batubara. Kegiatan ini didukung oleh

perangkat well-logging serta perangkat spectroscopy gamma dan laboratorium rock

physics.

D. Metoda Seismik Pantul

Pengukuran data lapangan seismik pantul dilakukan pada lapangan prospek CBM, dari

kegiatan ini akan dapat diketahui mulai dari penyusunan konfigurasi, pengolahan hingga

karakterisasi lapisan penghasil CBM dengan gelombang seismik.

Topik kegiatan pada bidang ini adalah:

1. Pembuatan dan riset tentang sumber seismik (baik untuk metode yang eksplosive

maupun yang non eksplosive)

2. Standarisasi workflow processing untuk pencitraan batubara

3. Kegiatan untuk pencitraan seismik 3 D untuk konfigurasi mini

4. Kegiatan karakterisasi reservoar CBM dengan gelombang seismik

Page 6: Makalah Prof Eddy i

Gambar 4. Konfigurasi Pengukuran Seismik Pantul

Untuk Eksplorasi CBM

Gambar 5. Citra Seismik Untuk Lapisan Batubara

Gambar 5 memperlihatkan citra seismik untuk lapisan batubara, bagaimana kita

mendapatkan informasi bahwa batubara tersebut mempunyai kandungan CBM atau tidak,

hal tersebut harus dijawab dalam kegiatan ini untuk penentuan strategi-strateginya

melalui:

1. Inversi impedansi akustik (Inversi AI).

2. AVO dan inversi AVO.

E. Metoda Geolistrik Resistivitas

Pengukuran geofisika dengan menggunakan metoda Geolistrik Tahanan Jenis

memanfaatkan fenomena sifat listrik batuan. Setiap batuan memiliki nilai resistivitas

yang berbeda, bergantung pada jenis mineral, densitas, porositas, temperatur, dan

kandungan air di dalamnya. Metoda Geolistrik memanfaatkan arus listrik sebagai sumber

tegangan untuk memperoleh informasi nilai resistivitas batuan bawah permukaan.

Dengan menggunakan 4 elektroda logam (konvensional) yang ditanam pada tanah, 2

elektroda arus dan 2 elektroda potensial, arus listrik diinjeksikan kedalam bumi melalui

elektroda arus, selanjutnya 2 elektroda potensial akan menangkap respon beda potensial

batuan bawah permukaan antara dua titik pada datum di kedalaman tertentu.

Page 7: Makalah Prof Eddy i

Informasi nilai arus, beda potensial, jarak spasi pengukuran dan tipe pengukuran akan

diproses lebih lanjut untuk mendapatkan sebaran nilai resistivitas lapisan batuan di bawah

permukaan.

Beberapa teknik pengambilan data dapat dilakukan dengan cara 1 D maupun 2 D seperti

gambar 6. Hasil yang didapat akan digabungkan dengan analisa resistivitas rock physics

seperti terlihat pada gambar 7,8.

Gambar 6. Ilustrasi Pengambilan Data Geolistrik 2D, Posisi Elektroda, Jarak Spasi Dan

Posisi Datum Point

Gambar 7. Penampang 2D Hasil Inversi Geolistrik

Untuk Eksplorasi Batubara Pada Kondisi

Lapangan Yang Berbeda

(Ibrahim, E, 2007)

Berikut dibawah ini adalah contoh geolistrik 2D untuk pembedaan Variasi Kadar Air

pada Lapisan Batubara :

Page 8: Makalah Prof Eddy i

Gambar 8. Penampang 2D Hasil Inversi Geolistrik Untuk

Perbedaan Variasi Kadar Air Dan Komposisi

Pada Lapisan Batubara sama

(Ibrahim, E, 2008)

Untuk Eksplorasi Gas Metana Batubara atau CBM , hasil awal telah diperoleh seperti

pada gambar 9 dimana asumsi awalnya adalah tiga seam setelah dilakukan pengukuran

Geolistrik 2 D diperoleh lebih dari tiga seam batubara (enam Seam) pada formasi Muara

Enim dengan kedalam lebih kurang 800 m

Gambar 9. Penampang 2D Hasil Inversi Geolistrik Untuk

Eksplorasi Gas Metana Batubara atau CBM

(Ibrahim, E, 2010, dkk)

F. Metoda Elektromagnetik (GPR)

GPR (Ground Penetrating Radar) merupakan salah satu metode geofisika bersifat non-

destructive berdasarkan prinsip- prinsip teori elektromagnetik dengan rentang frekuensi

Page 9: Makalah Prof Eddy i

gelombang radio antara 1 sampai 1000 MHz (Annan, A.P, 2001). Sistim GPR terdiri dari

dua antena yang digunakan untuk mentransmisikan dan menerima sinyal-sinyal radar.

Pengaktif sinyal melalui antena pemancar akan memancarkan sinyal dan masuk kedalam

tanah dan sinyal tersebut akan dipantulkan oleh masing-masing lapisan. Sinyal yang

kembali ke permukaan membuat citra lapisan pemantul diterima oleh antena penerima.

Aplikasi GPR fokus utamanya untuk memetakan struktur dalam tanah dimana

selanjutnya digunakan untuk struktur non- logam. Penyelidikan GPR pertama kali adalah

untuk memetakan ketebalan dari lembaran- lembaran es dan ketebalan glasier di Arctic

dan Antartika (Annan, A.P, 2001).

Aplikasi GPR untuk batubara diawali dengan melakukan simulasi 2 D dan 3 D secara

numerik ( Ibrahim E, 2007a, 2007 b) dilanjutkan percobaan dalam skala laboratorium

(Ibrahim E, dkk, 2006b) dan implementasi pada lapangan ( Ibrahim E dkk, 2003a, 2004a,

2004b, 2004c, 2006a, 2008, 2010). Dimana dari hasil- hasil penelitian tersebut dapat

menghasilkan informasi geometri, rekahan- rekahan dan kadar air pada lapisan batubara

serta informasi adanya noise yang bisa menimbulkan kesalahan dalam penafsiran tentang

informasi yang sebenarnya dari target beserta lingkungannya.

Gambar 10. Hasil Simulasi 2D Untuk Posisi Batubara di

dalam Lempung

Gambar 11. Hasil Simulasi 3D Untuk Variasi Orientasi

Antena Pada Rekahan Batubara

Page 10: Makalah Prof Eddy i

Gambar 12. Implementasi GPR Dengan Variasi Orientasi

Antena Pada Singkapan Batubara Lapangan

Gambar 13. Implementasi GPR Untuk Eksplorasi

Batubara Dengan Kondisi Lapangan Yang

Berbeda

Hasil Penelitian lain yang telah dilakukan dan diperoleh adalah kemampuan metode GPR

untuk membedakan secara lapangan variasi peringkat batubara berdasarkan kadar air (

Ibrahim, E, 2005).

Gambar 14. Implementasi GPR Untuk Eksplorasi

Batubara Pada Peringkat Batubara secara

Lateral Berbeda

Page 11: Makalah Prof Eddy i

Gambar 15. Visualisasi Implementasi GPR Untuk

Eksplorasi Batubara Pada Peringkat Batubara

secara Lateral Berbeda

Gambar 16. Analisis Spektrum Frekuensi Untuk

Membedakan Batubara dengan Bukan

Batubara

Gambar 17. Crossplot Amplitudo Membedakan Variasi

Kadar Air pada Lapisan Batubara Yang Sama

Gambar 18. Crossplot Sudut Phase Membedakan Variasi

Komposisi dan Struktur pada Lapisan

Batubara Yang Sama

Page 12: Makalah Prof Eddy i

PENUTUP

Dapat disimpulkan dari hasil- hasil penelitian yang telah saya lakukan baik secara teoritik

maupun empirik maka dapat disimpulkan bahwa prospek pengembangan metoda

eksplorasi Gas Metan Batubara (CBM) dapat dilakukan dengan beberapa hal yang antara

lain :

1. Perlunya dipelajari hubungan antara peringkat batubara, struktur mikro dan

kelakuan aliran gas didalam reservoar batubara

2. Pelunya dipelajari perilaku gelombang elastik pada batubara yang mendekati

keadaan sesungguhnya pada lapisan Coal Bed Methane di alam serta untuk

memperoleh pengetahuan tentang hubungan antara sifat fisis (porositas, arah

retakan, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi pori) dan karakter perambatan

gelombang (frekuensi, kecepatan, atenuasi, dan bentuk gelombang) pada batubara

penghasil gas metana. Sehingga dapat dipelajari teknik-teknik estimasi distribusi

CBM, kandungan CBM, rank batubara melalui seismik.

3. Perlunya dipelajari perilaku perambatan (arus) listrik di batubara yang mendekati

keadaan sesungguhnya pada lapisan Coal Bed Methane di alam serta untuk

memperoleh pengetahuan tentang hubungan antara sifat fisis (porositas, arah

retakan, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi pori) dan sifat kelistrikannya

(hambatan jenis DC, hambatan jenis bergantung frekuensi dan hambatan jenis

kompleks) pada batubara penghasil gas metana.

4. Perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut terhadap pengunaan metoda geolistrik

dengan dilakukan simulasi baik 2 D maupun 3D pada kondisi yang bervariasi (ada

gas dan tidak ada gas metana) pada lingkungan yang sebenarnya dan selanjutnya

dilakukan percobaan pengukuran skala laboratorium dengan berbagai konfigurasi

hingga diperoleh desain akuisisi optimal yang hasilnya dapat digunakan untuk

akuisisi lapangan secara riil pada kondisi yang bervariasi dan informasi yang

akurat terhadap keberadaan kandungan gas metana batubara (CBM).

5. Untuk metode GPR karena frekuensi yang digunakan antara 10 MHz sampai 1000

MHz perlu dilakukan modifikasi peralatan sehingga bisa digunakan untuk

eksplorasi CBM yaitu dibawah 1 MHz sehingga penetrasi kedalaman pengukuran

bisa mencapai 300 M lebih. Oleh karena itu perlu dikembangkannya pemodelan

2D dan 3 D untuk metode elektromagnetik (GPR) yang telah termodifikasi

tersebut dengan cara melakukan pengukuran secara laboratorium konstanta

dielektrik batubara dengan berbagai kandungan kuantitas gas metana pada

berbagai peringkat batubara. Perolehan hasil pemodelan baik 2D maupun 3D

dapat memberikan informasi posisi secara tegas berdasarkan signature-nya

(bentuk gelombang) dengan lingkungan tempat pengukuran. Pengaruh arah

polarisasi listrik dari antena dipole terhadap arah bidang-bidang pecah (dimana

gas metana terjebak) didalam lapisan batubara perlu diperhitungkan. Artinya

posisi antena akan menentukan informasi apa yang yang akan diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Makalah Prof Eddy i

Gautier, D.L., Dolton, G.L., Takahashi, K.I., and Varnes, K.L., eds., (1996, 1995).,

National Assessment of United States Oil and Gas Resources— Results, methodology,

and supporting data: U.S. Geological Survey Digital Data Series DDS–30, release 2,

oneCD-ROM.

Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Handayani. G and Fauzi. U and Islam.S. (2003a),

Determination study of coal seams thickness by using GPR method and presented a oral

presentation at Joint Convention Jakarta 2003, The 32nd IAGI and the 28th HAGI annual

convention and exhibition, Proceedings.

Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Fauzi. U and Handayani. G and Islam. S. (2003b),

Estimation study of total moisture variability in coal seams laterally by using GPR

method and presented a oral presentation at Joint convention Jakarta 2003, The 32nd

IAGI and the 28th HAGI annual convention and exhibition, Proceedings.

Ibrahim. E and Parnadi. W.W. (2004b), Analysis of absorption and dispersion from GPR

data., and presented a oral presentation (code : A321GCX7HP) in session T25.03,

“ground penetrating radar” at 32nd

International Geological Congress, Florence, Italy,

Expanded abstract, August 23, 2004.

Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Fauzi. U and Handayani. G. (2004c), Measurements

study of antenna height variations in GPR records : case study of field experiments at

Bukit Asam coal mining field, and presented a poster presentation (code : A321GCPC55)

in session T32.02, “application of remote sensing in geological prospecting” at 32nd

International Geological Congress, Florence, Italy, Expanded Abstract, August 25,

2004.

Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Fauzi. U and Handayani. G (2004d), Influence of

application of different frequency antenna to quality data by GPR (evaluation by

experiment at data coal seams outcrop and presented a poster presentation (code:

A321GCJKC5) in session T08.04, “Magnetotellurics” at 32nd

International Geological

Congress, Florence, Italy, Expanded Abstract, August 27, 2004.

Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Fauzi. U and Handayani. G and Islam. S. (2004e),

Determination of geometry and bedding plane orientation in coal seam use of GPR

method and presented a poster presentation (code: A321GC47TN) in session T08.04,

“Magnetotellurics” at 32nd

International Geological Congress, Florence, Italy, Expanded

Abstract, August 27, 2004

Ibrahim.E. (2004f), Studi penentuan perbedaan sifat fisik secara lateral pada satu lapisan

batubara menggunakan metoda GPR., Proseding Temu Profesi Tahunan XIII PERHAPI

(Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia) 2004, hal 167- 179.

Ibrahim, (2005)., Studi penggunaan GPR multi konfigurasi pada tahap eksploitasi

batubara (studi kasus pada tambang batubara Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatera

Selatan), Disertasi Doktor (S-3), Program Studi Fisika, FMIPA, ITB.

Page 14: Makalah Prof Eddy i

Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Fauzi. U and Handayani G. (2006a) Layered coal

characterization using Multi-configuration Antenna and presented a oral presentation

(code : Jakarta06-PNS-01) at Jakarta 2006 (SEG-HAGI-IPA-IATMI-IAGI) International

Geosciences Conference and Exhibition, Expanded Abstract, August 14-16, 2006,

Jakarta.

Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Fauzi. U and Handayani G. (2006b) Laboratory

Experiments for Coal Rank Characterization Using 1 GHz GPR Antenna and presented a

oral presentation (code : Jakarta06-OT-58) at Jakarta 2006 (SEG-HAGI-IPA-IATMI-

IAGI) International Geosciences Conference and Exhibition, Expanded Abstract, August

14-16, 2006, Jakarta.

Ibrahim, E (2006c), CBM Alternatif Solusi Pasokan Energi , Pemakalah pada Pidato

Ilmiah untuk pelepasan Sarjana Baru Fakultas Teknik UNSRI di Dekanat FT UNSRI,

Indralaya.

Ibrahim, E (2006d), Alternatif Solusi Pasokan Energi di Sumatera Selatan, pada Kolom

OPINI, Sumatera Ekspres, Senin, 24 Juli 2006

Ibrahim, E, Basri, H, Nurhandoko. B, Endang, WDH., (2007a). Studi Pengembangan

Metoda Eksplorasi Batubara Penghasil Gas Metana (CBM), Workshop Gas Metana

Batubara, The Westin Resort, Nusa Dua-Bali, 25-26 Januari 2007. (Binder Makalah)

Ibrahim, E, Iskandar, S.A, Basri, H (2007b). Penggunaan Metode GPR dan Geolistrik

Pada Eksplorasi Batubara, and presented a oral presentation at Seminar Nasional XIII -

FTI-ITS , Surabaya, 6-7 Maret 2007

Ibrahim, E (2007c). Pemodelan Kedepan 2D Ground Penetrating Radar (GPR) Untuk

Batubara, Dipresentasikan secara Oral pada Seminar Nasional Pasca Sarjana VII- 2007,

2 Agustus 2007, ITS, Surabaya.

Ibrahim, E (2007d). Pemodelan Kedepan 3D Ground Penetrating Radar (GPR) Untuk

Batubara Dan Lempung, Dipresentasikan secara Oral pada TPT XVI 2007 PERHAPI, 5-

7 September 2007, Makassar.

Ibrahim, E (2007e). Estimasi Peringkat Batubara Berdasarkan Kandungan Air Total

Menggunakan Cara Refleksi Profil, Prosiding TPT XVI 2007 PERHAPI, 5-7 September

2007, Makassar.

Ibrahim, E and W.W. Parnadi., (2008) A New Perspective in Imaging of Coal Seams

using Multi-Configuration GPR for environmentally-Save Excavation Purposes, and

presented a oral presentation in the International Conference on Environmental Research

and Technology 2008 (ICERT 2008), Parkroyal, Penang, Malaysia

Ibrahim. E and Wahyudi W.P (2010), GPR acquisition and processing design to

delineation and mapping of shallow layered coal at Tanjung Enim, South Sumatera,

Page 15: Makalah Prof Eddy i

Indonesia (IGCE10-OP-57) and Presented a oral Presentation at the Bali International

Convention Centre 19-22 Juli 2010 (Proceeding Bali 2010, International Geosciences

Conference & Exposition) and Accepted paper on Jurnal HAGI 2010

Ibrahim E,., Hasjim, M, Bahrain, D., Parnadi, W.,(2010). Karakterisasi Reservoir CBM

Menggunakan Geolistrik di Kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatera Selatan, Penelitian

Unggulan Kompetitif UNSRI, Bidang Energi Baru Terbarukan, Lembaga Penelitian

UNSRI.

Kuuskraa, V.A., and Brandenberg, C.F., (1989), Coalbed methane sparks a new energy

industry: Oil and Gas Journal, v. 87, no. 41, p. 49–56.

Migas dan ADB, (2003), Daerah Penghasil Batu Bara di Indonesia, Direktorat batu bara,

Departemen Energi dan Sumber Daya Alam Daerah Penghasil Coal Bed Mathane di

Indonesia, Departemen Energi dan Sumber Daya Alam

Nurhandoko, B. E. B., Condronegoro, R., Supriyanto, B. E., Nashrudin, M., (2005), Pore

pressure measurement using seismic wave parameter and AVO parameter, Indonesian

Journal of Physics.

Nurhandoko, B.E.B, (2004), Pore, fracture and fluid imaging of subsurface using seismic

wave, Seminar held by Ministry of Res. And Technology.

Nurhandoko, B. E. B., (2005), Karakterisasi reservoar hidrokarbon secara kuantitatif

melalui gelombang seismik dengan seismic rock physics: dari pengembangan perangkat

ke aplikasi lapangan, Seminar Riset Unggulan ITB 2005.

Rice, D.D., (1997), Coalbed methane—An untapped energy resource and an

environmental concern: U.S. Geological Survey Fact Sheet FS–019–97. (Available only

on the web at http://energy.usgs.gov/ factsheets/Coalbed/coalmeth.html)

Yusup. M dan Ibrahim. E. (2004c). Penggunaan georadar (GPR) untuk penyelidikan

batubara. Proseding Temu Profesi Tahunan XIII PERHAPI (Perhimpunan Ahli

Pertambangan Indonesia) 2004, hal 180-192.