Makalah Preop

13
MAKALAH LAPORAN PRE OPERATIVE OLEH SELVI SULISTIANINGSIH H1A010041 STASE ANESTESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

description

selvi

Transcript of Makalah Preop

MAKALAHLAPORAN PRE OPERATIVE

OLEH SELVI SULISTIANINGSIHH1A010041STASE ANESTESI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BENGKULU2014BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPemeriksaan rutin pre anestesi, baik atas dasar indikasi sesuai gambaran klinis pasien ataupun tidak, telah menjadi bagian praktek klinik selama bertahun-tahun. Tujuan pemeriksaan tersebut adalah melakukan identifikasi kondisi yang tidak terduga yang mungkin memerlukan terapi sebelum operasi atau perubahan dalam penatalaksanaan operasi atau anestesia perioperatif, menilai penyakit yang sudah diketahui sebelumnya, kelainan, terapi medis atau alternatif yang dapat mempengaruhi anestesia perioperatif, memperkirakan komplikasi pascabedah, dan sebagai dasar pertimbangan untuk referensi berikutnya.1Penilaian pertama pre anestesi adalah riwayat kesehatan pasien. Masalah patologis yang memerlukan operasi dan jenis tindakan operasinya juga penting dan kita harus tahu kira kira berapa lama waktu yang dibutuhkan. Tanyakan kepada pasien riwayat operasi dan anestesi yang terdahulu dan penyakit serius yang pernah dialami.2Di lain pihak telah disepakati oleh para konsultan dan anggotaAmerican Society of Anesthesiologists(ASA) bahwa pemeriksaan pre anestesi sebaiknya tidak dilakukan secara rutin. Pemeriksaan prabedah dapat dilakukan secara selektif untuk optimalisasi pelaksanaan perioperatif. Indikasi dilakukannya pemeriksaan harus berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari rekam medik, anamnesis, pemeriksaan fisik, tipe dan tingkat invasif operasi yang direncanakan dan harus dicatat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanpa adanya indikasi klinis, kemungkinan menemukan hasil abnormal yang bermakna pada pemeriksaan laboratorium, elektrokardiografi dan foto toraks kecil.3

1.2ManfaatDari riwayat klinis dan pemeriksaan fisik dapat ditentukan pasien sehat yang tepat untuk menjalani operasi, dan memilih pemeriksaan prabedah yang diperlukan. Setiap pemeriksaan pre anestesi harus dilakukan dengan alasan tepat sehingga membawa keuntungan bagi pasien dan menghindari efek samping potensial. Keuntungan yang didapat termasuk waktu pelaksanaan anestesia atau pemakaian sumber yang dapat meningkatkan keamanan dan efektivitas proses anestesia selama dan sesudah operasi.

1.3 TujuanTujuan dilakukannya pemeriksaan pre anestesi adalah untuk menilai status kesehatan pasien dan segala penyulit sebelum dilakukannya tindakan anestesi agar perawat / dokter anestesi dapat mempersiapkan semua kebutuhan untuk tindakan tersebut, dapat menilai status kesehatan fisik pasien pre anestesi menurutAmerican Society of Anesthesiologists(ASA) dan dapat mengetahui penyulit saat dilakukannya tindakan anestesi umum (intubasi) denganSkor Mallampati.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anamnesis Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven). Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan cara mencari data :1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)3. Riwayat Kesehatan Keluarga4. Riwayat Sosial dan EkonomiSebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.

1. Riwayat Penyakit Sekarang, Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis dengan menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu : 1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?) 4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.

2. Riwayat Penyakit DahuluDitanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll)3. Riwayat Penyakit KeluargaAnamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.

4. Riwayat Sosial dan EkonomiHal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum a lkohol atau merokok, obat- obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan).

Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya sangatlahpenting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yangperlu mendapat perhatian khusus,misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas pasca bedah,sehingga kita dapat merancang anestesia berikutnya dengan lebih baik. Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelum nya untuk eliminasi nikotin yang mempengaruhi sistem kardiosirkulasi, dihentikan beberapa hari untukmengaktfkan kerja silia jalan pernapasan dan 1-2 minggu untuk mengurangi produksi sputum. Kebiasaan minum alkohol juga harus dicurigai akan adanya penyakit hepar.

5. Pemeriksaan fisikPemeriksaan keadaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar sangatpenting untuk diketahui apakah akan menyulitkan keadaan laringoskopiintubasi. Leherpendek dan kaku jugaakan menyulitkan laringoskopi intubasi.Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang keadaan umum tentu tidak boleh dilewatkan seperti inpeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi semua sistem organ tubuh pasien.

6. Pemeriksaan laboratoriumUji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang dicurigai. Pada usia pasien diatas 50 tahun ada anjuran pemeriksaan EKG dan foto thoraks.

2.2 Penilaian Status Fisik Menurut ASASkala yang paling luas adalah digunakan untuk memperkirakan resiko yaitu klasifikasi status fisik menurut ASA. Tujuannya adalah suatu sistem untuk menilai kesehatan pasien sebelum operasi. Pada tahun 1963 American Society of Anesthesiologists (ASA) mengadopsi sistem klasifikasi status lima kategori fisik; sebuah kategori keenam kemudian ditambahkan.

2.3 Masukan oralRefleks laring mengalami penurunan selama anestesia. Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan nafas merupakan risiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anestesia. Untuk meminimalkan risiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anestesia harus dipantangkan dan masukan oral (puasa)selama periode tertentu selama induksi anestesia.2.4 Penilaian Tampakan Faring dengan Skor MallampatiDalam anestesi, skor Mallampati, juga Mallampati klasifikasi, digunakan untuk memprediksi kemudahan intubasi.Hal ini ditentukan dengan melihat anatomi rongga mulut, khusus, itu didasarkan pada visibilitas dasar uvula, pilar faucial.Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan maksimal menurut Mallampati dibagi menjadi 4 grade:Grade I: Pilarfaring, uvula, dan palatum mole terlihat jelasGrade II: Uvula dan palatum moleterlihat sedangkanpilar faringtidakterlihatGrade III : Hanya palatum mole yang terlihatGrade IV: Pilarfaring, uvula, dan palatummole tidak terlihat

Penampakan faring pada tes Mallampati

2.5 Premedikasi Untuk Anestesi dan OperasiPasien yang akan dioperasi biasanya diberikan premedikasi karena: Diberikan sedatif untuk mengurangi ansietas (meskipun ini tidak diperlukan pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun) Diberikan sedatif untuk mempermudah konduksi anestesi Diberikan analgetik jika pasien merasa sakit preoperative atau dengan latar belakang analgesia selama dan sesudah operasi Untuk menekan sekresi, khusus sebelum penggunan ketamin (dipakai atropine, yang dapat digunakan untuk aktivitas vagus dan mencegah bradikardi, khususnya pada anak anak. Obat obatan premedikasi, dosisnya disesuaikan dengan berat badan dan keadaan umum pasien. Biasanya premedikasi diberikan IM 1 jam sebelumnya atau peroral 2 jam sebelum anestesi.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

Sebelum dilakukannya anestesi dalam setiap tindakan operasi sebaiknya dokterdan perawat anestesi melakukan evaluasi atau penilaian dan persiapan pra anestesi padapasien-pasien yang akan melakukan tindakan operasi.Selain itu perlu diperhatikan pertimbangan-pertimbangan anestesi seperti anamnesapasien, mengetahui riwayat pasien sangatlah penting, yang termasuk riwayat adalah indikasiprosedur operasi, informasi mengenai anestesi sebelumnya, dan pengobatan saat ini.Pemeriksaan fisik pasien yang harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati tapi fokus,perhatian ekstra ditujukan untuk evaluasi terhadap jalan napas, jantung, paru, danpemeriksaan neurologi dan juga dilakukan evaluasi resiko perdarahan dan thrombosis sertaevaluasi jalan nafas (mallampati). Pemeriksaan umum seperti tanda vital, kepala dan leher,precordium, paru-paru, abdomen, ektremitas, punggung dan neurologi. Pemeriksaanpenunjang juga dilakukan jika ada indikasi tertentu yang didapatkan dari anamnesa danpemeriksaan fisik. Setelah itu baru dilakukan pengklasifikasian status fisik pasienmenggunakanASA(AmericanSociety of Anaesthesiologist) yang merupakan klasifikasi yanglazim digunakan untuk menilai status fisik pasien pra-anestesi.

DAFTAR PUSTAKA

1. The Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland. 2007. Recommendations For Standards Of Monitoring During Anaesthesia And Recovery. 2. Latief, SA, Suryadi, KA, Dachlan, MR. 2001. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. 3. Morgan, G. Edward Jr,. Maged, S. Mikhail, and Murray,Michael J,. 2006. ClinicalAnesthesiology, Fourth Edition. United States of America: Appleton & Lange.4. Miller, Ronald D. 2005. Millers Anesthesia, 7th edition. United States of America: Elsevier5. Dobson, MB. 1994. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta: EGC.