Makalah Preeklampsia Fix
-
Upload
amalia-fildzah -
Category
Documents
-
view
281 -
download
14
Transcript of Makalah Preeklampsia Fix
PREEKLAMPSIA-EKLAMPSIA
PADA IBU HAMIL
DISUSUN OLEH :
AMALIA FILDZAH (1010.711.105)
AMANSIUS TIMON (1010.711.090)
FIRMINA MARA SEPTIA (1010.711.085)
RISTA MELLYANA PURBA (1010.711.081)
PARASUCI DEWI (1010.711.006)
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait
dengan kehamilan dan persalinan. 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari
500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Di Indonesia, 2
orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Begitu juga dengan
kematian anak, di Indonesia setiap 20 menit anak usia di bawah 5 tahun meninggal. Dengan
kata lain 30.000 anak balita meninggal setiap hari dan 10,6 juta anak balita meninggal setiap
tahun. Sekitar 99 % dari kematian ibu dan balita terjadi di negara miskin, terutama di Afrika
dan Asia Selatan. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi
yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal
setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan
persalinan. Sebagai perbandingan, angka kematian bayi di negara maju seperti di Inggris saat
ini sekitar 5 per 1.000 kelahiran hidup. Sebagian besar kematian perempuan disebabkan
komplikasi karena kehamilan dan persalinan, termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak
aman, tekanan darah tinggi dan persalinan lama. (Anonim, 2005)
Preeklampsia-eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan penyebab
utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di Indonesia. Sehingga
diagnosis dini preeklampsia yang merupakan pendahuluan eklampsia serta
penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan seksama. Disamping itu, pemeriksaan
antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan
proteinuria sangat penting dalam usaha pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor
predisposisi lain. (Sudinaya, 2003)
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat berperan sebagai pendidik,
konselor dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Oleh karena itu pentingnya peran
ibu untuk mengurangi / mencegah resiko terjadinya pre eklampsia menjadi eklampsia.
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik)
dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia (Ilmu
Kebidanan : 2005).
Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan
ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, dkk., 2005).
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau disertai udema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan : 2009).
B. KLASIFIKASI
1. Pre eklamsia Ringan
Adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang
berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
Diagnosis :
Diagnosis pre eklamsi ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
a) Hipertensi : sistolik / diastolic ≥ 140/90 mmHg.
b) Proteinuria : ≥ 300 mg / 24 jam.
c) Edema : Edema local tidak dimasukkan dalam kriteria pre eklamsi, kecuali edema
pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
2. Pre Eklamsia Berat
Adalah pre eklamsia dengan tekanan darah sistolik lebih dari ≥ 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 gr / 24 jam.
Diagnosis :
a) Sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolic ≥ 110 mmHg.
b) Proteinuria lebih 5 gr / 24 jam.
c) Oliguria (produksi urine sedikit).
d) Kenaikan kadar kreatinin plasma.
e) Gangguan visus dan serebral.
f) Nyeri epigastrium (nyeri ulu hati).
g) Edema paru-paru dan sianosis.
h) Hemolisis mikroangiopatik.
i) Trombositopenia berat (penurunan jumlah tromobosit dalam darah).
j) Gangguan fungsi hepar.
k) Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat.
l) Sindrom HELLP (preeklampsia-eklampsia dengan adanya hemolisis, peningkatan
enzim hepar dan trombositopenia).
C. ETIOLOGI
Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklampsia terjadi pada
14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami
anomali rahim yang berat. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit
ginjal, insiden dapat mencapai 25% (Bobak, dkk., 2005).
Penyebab timbulnya preeklamsia tidak diketahui. Di bawah ini beberapa
faktor risiko preeklamsia:
1. Ibu obesitas.
2. Janin besar.
3. Usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun.
4. Riwayat preeklamsia pada keluarga.
5. Preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
6. Hipertensi.
7. Diabetes mellitus.
8. Kehamilan kembar.
9. Infeksi saluran kemih, dll .
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut
sehingga kelainan ini sering dikenal dengan “The disease of theory” adapun teori-teori
tersebut antara lain :
1. Peran prostasiklin dan tromboksan S
Pada Preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler sehingga terjadi
penurunan produksi prostasiklin (PGI-2) yang pada kehamilan normal meningkat,
aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan (TxA2) dan serotonin sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan
endotel.
2. Peran faktor imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama, hal ini dihubungkan dengan
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta yang tidak sempurna.
Beberapa wanita dengan Preeklampsia mempunyai kompleks imun dalam serum.
Beberapa study yang mendapati aktivasi komplemen dan system imun humoral pada
Preeklampsia.
3. Peran faktor genetik / familial
Beberapa bukti yang mendukung factor genetik pada Preeklampsia antara lain:
a. Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada anak-anak
dari ibu yang menderita Preeklampsia.
b. Kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada anak cucu ibu hamil
dengan riwayat Preeklampsia dan bukan ipar mereka.
c. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron-System (RAAS).
Penyebab lain yang diperkirakan terjadi, adalah :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola
hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
c. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
d. Kelainan aliran darah menuju rahim.
e. Kerusakan pembuluh darah.
f. Masalah dengan sistem ketahanan tubuh.
g. Diet atau konsumsi makanan yang salah.
Jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, preeklamsia akan segera berubah menjadi
eklamsia yang berakibat fatal pada bayi dan ibu, yaitu infeksi dan perdarahan yang
menyebabkan kematian. Maka pencegahan yang bisa dilakukan adalah memastikan
pemeriksaan rutin setiap bulan agar perkembangan berat badan serta tekanan darah ibu
dapat terpantau secara baik.
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia
plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian
dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang
menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering
kali sukar ditemukan mana yang sebab mana yang akibat (Ilmu Kebidanan : 2005).
D. PATOFISIOLOGI
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus,
lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah
akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan
air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena
retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199, 2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap
berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang dapat menyebabkan
vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan perdarahan dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf
lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus
dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri
epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi
penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan
pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).
PATHWAY
Tekanan Darah
Hamil <20 minggu
Kejang (-)
Hipertensi kronik
NormalMeningkat TD >140/90
Hamil >20 minggu
Kejang (-)
E. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : Pertambahan berat badan yang
berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia ringan
Superimposed preeklampsia
Hipertensi kronik
HCL
LAEDP
Kongesti vena pulmonal
MK.Ggn pemenuhan nutrisi
tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit
kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual
atau muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat
dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.
Secara klinis, gejala-gejala preeklamsia adalah:
1. Peningkatan tekanan darah. Sebagai patokan digunakan batasan tekanan darah lebih
dari 130/90 mmHg.
2. Terjadi pembengkakan di daerah kaki dan tungkai. Pada kondisi yang lebih berat
pembengkakan terjadi di seluruh tubuh. Pembengkakan ini terjadi akibat pembuluh
kapiler bocor, sehingga air yang merupakan bagian sel merembes dan masuk ke
dalam jaringan tubuh dan tertimbun di bagian tertentu.
3. Kadar protein tinggi dalam urin karena gangguan ginjal. Gejala preeklampsia ringan
menunjukkan angka kadar protein urin yang tinggi, yaitu lebih dari 500 mg per 24
jam.
4. Kenaikan berat badan lebih dari 1,36 kg setiap minggu selama trimester kedua, dan
lebih dari 0,45 kg setiap minggu pada trimester ketiga.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah;
Penurunan hemoglobin (Nilai normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah
12-14 gr%)
Hematokrit meningkat (Nilai rujukan 37 – 43 vol%)
Trombosit menurun (Nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm³)
b. Urinalisis; Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi hati;
Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat ( N= 15-45 u/ml )
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat ( N= <31 u/l )
Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
d. Tes kimia darah; Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
2. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intra uterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
3. Pemeriksaan fungsi hati (Bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan
sebagainya). Pemeriksaan fungsi ginjal (ureumdankreatinin). Uji untuk meramalkan
hipertensi Roll Over test Pemberian infus angiotensin II.
G. KOMPLIKASI
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antara lain:
Pada Ibu
a. Eklampsia
b. Solusio plasenta
c. Pendarahan subkapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah (DIC)
e. Sindrom HELLP (Hemolisis, Elevated, Liver,enzymes dan low platelet count)
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
Pada Janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
H. PENATALAKSANAAN
Satu-satunya obat yang manjur adalah dengan mempercepat persalinan, tapi pada
preeklamsia di awal kehamilan, yang bisa dilakukan adalah:
a. Bedrest
Mengulur waktu kelahiran bayi dengan istirahat total agar tekanan darah turun dan
meningkatkan aliran darah menuju plasenta, agar bayi dapat bertahan. Klien
diharuskan berbaring total dan hanya diperbolehkan duduk atau berdiri jika memang
benar-benar diperlukan. Tekanan darah dan kadar protein urin akan dimonitor secara
ketat. Jika preeklamsia sudah parah, kemungkinan klien diminta beristirahat di rumah
sakit sambil melakukan test stres janin untuk memonitor perkembangan janin.
b. Obat hipertensi
Dokter dapat merekomendasikan pemakaian obat penurun tekanan darah. Pada
preeklamspia parah dan sindroma HELLP, obat costicosteroid dapat memperbaiki
fungsi hati dan sel darah. Obat ini juga dapat membantu paru-paru bayi tumbuh bila
harus terjadi kelahiran prematur.
c. Melahirkan
Ini adalah cara terakhir mengatasi preeklamsia. Pada preklamsia akut/parah, dokter
akan menganjurkan kelahiran prematur untuk mencegah yang terburuk. Kelahiran ini
juga diperlukan kondisi minimal, seperti kesiapan tubuh ibu dan kondisi janin.
I. PENCEGAHAN
Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan
dengan penyebab yang sama. Pencegahan yang dimaksud ialah upaya untuk mencegah
terjadinya preeklampsia pada perempuan hamil yang berisiko terjadinya preeklampsia
(Prawirohardjo, 2008). Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi
angka kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur
dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan
urin untuk menetukan proteinuria. Untuk mencegah kejadian preeklampsia ringan dapat
dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan preeklampsia :
a. Diet makanan. Makanan tinggi protein, rendah karbohidrat, cukup vitamin, rendah
lemak.
b. Cukup istirahat. Istirahat yang cukup pada kehamilan tua dalam arti bekerja
seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring
ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami
gangguan.
c. Pengawasan antenatal. Bila terjadi perubahan peran dan gerak janin dalam rahim
segera datang ke tempat pemeriksaan.
d. Minum 6-8 gelas air sehari.
e. Olahraga yang cukup.
f. Hindari makanan yang digoreng dan junkfood, minum alkohol, berkafein, juga
menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
g. Mengkonsumsi multivitamin yang mengandung asam folat dan suplemen nutrisi.
h. Mengkonsumsi makanan berserat.
J. PENATALAKSANAAN PREEKLAMSIA
1. Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan
a. Dapat dikatakan tidak mempunyai resiko bagi ibu maupun janin.
b. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100
mmHg).
c. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan
minimal 8 jam pada malam hari).
d. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur.
e. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
f. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari,
atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30
mg/hari).
g. Diet rendah garam dan diuretik TIDAK PERLU.
h. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu.
i. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu
rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut,
atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat
antihipertensi.
j. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia
berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan.
k. Pengakhiran kehamilan : Ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau
indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan
matur.
l. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan
bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
2. Penatalaksanaan pre-eklampsia berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.
Aktif berarti : Kehamilan diakhiri/diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal.
Konservatif berarti : Kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan
medisinal.
Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi.
a. Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di sekitar
kamar bersalin. Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini :
Ada tanda – tanda impending eklampsia.
Ada HELLP syndrome.
Ada kegagalan penanganan konservatif.
Ada tanda-tanda gawat janin atau IUGR.
Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Pengobatan medisinal : Diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose
5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram
intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan
sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit).
Syarat pemberian MgSO4 : Frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit, tidak ada
tanda-tanda gawat napas, diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya,
refleks patella positif.
MgSO4 dihentikan bila : Ada tanda-tanda intoksikasi, atau setelah 24 jam pasca
persalinan, atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang
nyata.
Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl
0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).
Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg
atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg. Obat yang dipakai umumnya
nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat
diberi tambahan 10 mg lagi.
Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi persalinan
dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2. Sectio
cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi
partus pervaginam. Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu
ekstraksi vakum atau cunam.
b. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending
eklampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.
Medisinal : Sama dengan penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam.
Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai
kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PREEKLAMPSIA-EKLAMPSIA
A. PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
Data subyektif :
a. Umur biasanya sering terjadi pada primigravida , < 20 tahun atau > 35 tahun.
b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM.
d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
f. Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
Data Obyektif :
a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.
c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress.
d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks
+ ).
B. ANALISIS DATA
DS DO
1. Klien mengatakan sakit kepala
didaetha frontal
2. Klien mengatkan ada odema pada
kaki
3. Klien mengatakan mual muntah
jika sakit kepala
1. TD : 160/110 mmHg
2. RR : 26x/mnt
3. HR : 89x/mnt
4. Suhu : 370C
5. Terdapat skotoma, diplopia dan
4. Klien mengatakan nyeri daerah
epigastrium
5. Klien mengtakan sebelum hamil
tidak pernah mengalami
hipertensi
6. Klien mengtakan tidak pernah
makan ikan asin dan garam
berlebihan
ambliopia
6. Penglihatan klien kabur
7. Proteinuria 5gr
8. Oliguri <500cc/24 jam
9. DJJ : 150x/mnt
10. O2 kurang ke plasenta
11. HPHT : 03 Oktober 2012
12. G1P0A0
C. MASALAH KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta.
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan
jalan lahir.
d. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan.
D. PERENCANAAN
Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu.
Kriteria Hasil :
a. Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt
Intervensi :
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari
PIH
2. Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.
3. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan
nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung
dan paru yang mendahului status kejang.
4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus.
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya
persalinan.
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM.
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah
terjadinya kejang
Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin.
Kriteria Hasil :
DJJ ( + ) : 12-12-12
Hasil NST :
Hasil USG ;
Intervensi :
1. Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta.
2. Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul
IUGR
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang,
aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia
bagi janin
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas
janin
5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
Diagnosa keperawatan III :
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan
jalan lahir.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat
mengantisipasi rasa nyerinya.
Kriteria Hasil :
a. Ibu mengerti penyebab nyerinya
b. Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien.
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan
tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya.
2. Jelaskan penyebab nyerinya.
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif.
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul.
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh
darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi.
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri.
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien.
Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
- Ibu tampak tenang
- Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
- Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan ibu.
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa.
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan.
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional
ibu yang maladaptif.
3. Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif.
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif.
4. Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara
lapang dada sehingga dapat membawa ketenangan hati.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Hanifa W. Ilmu Kebidanan Ed. 3. Cetakan 7. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2005.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: YBP-SP.
Saifuddin AB, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi I. Yayasan Bina Pustaka-SP. Jakarta. 2001; 206-14.
Sujiyatini dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika : Jogjakarta
Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.
http://bidanienumasangaji.wordpress.com/2010/03/21/preeklampsia-ringan/