Makalah Preeklampsia Fix

27
PREEKLAMPSIA-EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DISUSUN OLEH : AMALIA FILDZAH (1010.711.105) AMANSIUS TIMON (1010.711.090) FIRMINA MARA SEPTIA (1010.711.085) RISTA MELLYANA PURBA (1010.711.081) PARASUCI DEWI (1010.711.006) S1 KEPERAWATAN

Transcript of Makalah Preeklampsia Fix

Page 1: Makalah Preeklampsia Fix

PREEKLAMPSIA-EKLAMPSIA

PADA IBU HAMIL

DISUSUN OLEH :

AMALIA FILDZAH (1010.711.105)

AMANSIUS TIMON (1010.711.090)

FIRMINA MARA SEPTIA (1010.711.085)

RISTA MELLYANA PURBA (1010.711.081)

PARASUCI DEWI (1010.711.006)

S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2013

BAB I

Page 2: Makalah Preeklampsia Fix

PENDAHULUAN

         Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait

dengan kehamilan dan persalinan. 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari

500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Di Indonesia, 2

orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Begitu juga dengan

kematian anak, di Indonesia setiap 20 menit anak usia di bawah 5 tahun meninggal. Dengan

kata lain 30.000 anak balita meninggal setiap hari dan 10,6 juta anak balita meninggal setiap

tahun. Sekitar 99 % dari kematian ibu dan balita terjadi di negara miskin, terutama di Afrika

dan Asia Selatan. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi

yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal

setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan

persalinan. Sebagai perbandingan, angka kematian bayi di negara maju seperti di Inggris saat

ini sekitar 5 per 1.000 kelahiran hidup. Sebagian besar kematian perempuan disebabkan

komplikasi karena kehamilan dan persalinan, termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak

aman, tekanan darah tinggi dan persalinan lama. (Anonim, 2005)

Preeklampsia-eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan penyebab

utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di Indonesia. Sehingga

diagnosis dini preeklampsia yang merupakan pendahuluan eklampsia serta

penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan seksama. Disamping itu, pemeriksaan

antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan

proteinuria sangat penting dalam usaha pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor

predisposisi lain. (Sudinaya, 2003)

                      Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat berperan sebagai pendidik,

konselor dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Oleh karena itu pentingnya peran

ibu untuk mengurangi / mencegah resiko terjadinya pre eklampsia menjadi eklampsia.

BAB II

KONSEP DASAR

Page 3: Makalah Preeklampsia Fix

A. PENGERTIAN

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas

yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik)

dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia (Ilmu

Kebidanan : 2005).

Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan

ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, dkk., 2005).

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan

proteinuria (Prawirohardjo, 2008).

Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya

hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau disertai udema pada

kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan : 2009).

B. KLASIFIKASI

1. Pre eklamsia Ringan

Adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang

berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.

Diagnosis :

Diagnosis pre eklamsi ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai

proteinuria dan atau edema setelah kehamilan 20 minggu.

a) Hipertensi : sistolik / diastolic ≥ 140/90 mmHg.

b) Proteinuria : ≥ 300 mg / 24 jam.

c) Edema : Edema local tidak dimasukkan dalam kriteria pre eklamsi, kecuali edema

pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.

2. Pre Eklamsia Berat

Adalah pre eklamsia dengan tekanan darah sistolik lebih dari ≥ 160 mmHg dan

tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 gr / 24 jam.

Diagnosis :

a) Sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolic ≥ 110 mmHg.

b) Proteinuria lebih 5 gr / 24 jam.

Page 4: Makalah Preeklampsia Fix

c) Oliguria (produksi urine sedikit).

d) Kenaikan kadar kreatinin plasma.

e) Gangguan visus dan serebral.

f) Nyeri epigastrium (nyeri ulu hati).

g) Edema paru-paru dan sianosis.

h) Hemolisis mikroangiopatik.

i) Trombositopenia berat (penurunan jumlah tromobosit dalam darah).

j) Gangguan fungsi hepar.

k) Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat.

l) Sindrom HELLP (preeklampsia-eklampsia dengan adanya hemolisis, peningkatan

enzim hepar dan trombositopenia).

C. ETIOLOGI

Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklampsia terjadi pada

14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami

anomali rahim yang berat. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit

ginjal, insiden dapat mencapai 25% (Bobak, dkk., 2005).

Penyebab timbulnya preeklamsia tidak diketahui. Di bawah ini beberapa

faktor risiko preeklamsia:

1. Ibu obesitas.

2. Janin besar.

3. Usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun.

4. Riwayat preeklamsia pada keluarga.

5. Preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.

6. Hipertensi.

7. Diabetes mellitus.

8. Kehamilan kembar.

9. Infeksi saluran kemih, dll .

Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut

sehingga kelainan ini sering dikenal dengan “The disease of theory” adapun teori-teori

tersebut antara lain :

Page 5: Makalah Preeklampsia Fix

1. Peran prostasiklin dan tromboksan S

Pada Preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler sehingga terjadi

penurunan produksi prostasiklin (PGI-2) yang pada kehamilan normal meningkat,

aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan

tromboksan (TxA2) dan serotonin sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan

endotel.

2. Peran faktor imunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama, hal ini dihubungkan dengan

pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta yang tidak sempurna.

Beberapa wanita dengan Preeklampsia mempunyai kompleks imun dalam serum.

Beberapa study yang mendapati aktivasi komplemen dan system imun humoral pada

Preeklampsia.

3. Peran faktor genetik / familial

Beberapa bukti yang mendukung factor genetik pada Preeklampsia antara lain:

a. Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada anak-anak

dari ibu yang menderita Preeklampsia.

b. Kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada anak cucu ibu hamil

dengan riwayat Preeklampsia dan bukan ipar mereka.

c. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron-System (RAAS).

Penyebab lain yang diperkirakan terjadi, adalah :

a. Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola

hidatidosa.

b. Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.

c. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

d. Kelainan aliran darah menuju rahim.

e. Kerusakan pembuluh darah.

f. Masalah dengan sistem ketahanan tubuh.

g. Diet atau konsumsi makanan yang salah.

Jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, preeklamsia akan segera berubah menjadi

eklamsia yang berakibat fatal pada bayi dan ibu, yaitu infeksi dan perdarahan yang

menyebabkan kematian. Maka pencegahan yang bisa dilakukan adalah memastikan

Page 6: Makalah Preeklampsia Fix

pemeriksaan rutin setiap bulan agar perkembangan berat badan serta tekanan darah ibu

dapat terpantau secara baik.

Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia

plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian

dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang

menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering

kali sukar ditemukan mana yang sebab mana yang akibat (Ilmu Kebidanan : 2005).

D. PATOFISIOLOGI

Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.

Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus,

lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah

merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah

akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat

dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan

air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena

retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi

perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199, 2003).

Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap

berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang dapat menyebabkan

vasospasme dan agregasi platelet.  Penumpukan trombus dan perdarahan dapat

mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf

lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus

dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri

epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi

penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan

pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan

trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin

terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).

PATHWAY

Tekanan Darah

Hamil <20 minggu

Kejang (-)

Hipertensi kronik

NormalMeningkat TD >140/90

Hamil >20 minggu

Kejang (-)

Page 7: Makalah Preeklampsia Fix

E. MANIFESTASI KLINIS

Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : Pertambahan berat badan yang

berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia ringan

Superimposed preeklampsia

Hipertensi kronik

HCL

LAEDP

Kongesti vena pulmonal

MK.Ggn pemenuhan nutrisi

Page 8: Makalah Preeklampsia Fix

tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit

kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual

atau muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat

dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.

Secara klinis, gejala-gejala preeklamsia adalah:

1. Peningkatan tekanan darah. Sebagai patokan digunakan batasan tekanan darah lebih

dari 130/90 mmHg.

2. Terjadi pembengkakan di daerah kaki dan tungkai. Pada kondisi yang lebih berat

pembengkakan terjadi di seluruh tubuh. Pembengkakan ini terjadi akibat pembuluh

kapiler bocor, sehingga air yang merupakan bagian sel merembes dan masuk ke

dalam jaringan tubuh dan tertimbun di bagian tertentu.

3. Kadar protein tinggi dalam urin karena gangguan ginjal. Gejala preeklampsia ringan

menunjukkan angka kadar protein urin yang tinggi, yaitu lebih dari 500 mg per 24

jam.

4. Kenaikan berat badan lebih dari 1,36 kg setiap minggu selama trimester kedua, dan

lebih dari 0,45 kg setiap minggu pada trimester ketiga. 

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah;

Penurunan hemoglobin (Nilai normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah

12-14 gr%)

Hematokrit meningkat (Nilai rujukan 37 – 43 vol%)

Trombosit menurun (Nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm³)

b. Urinalisis; Ditemukan protein dalam urine.

c. Pemeriksaan Fungsi hati;

Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat

Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.

Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat ( N= 15-45 u/ml )

Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat ( N= <31 u/l )

Page 9: Makalah Preeklampsia Fix

Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

d. Tes kimia darah; Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

2. Radiologi

a. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intra uterus

lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah.

3. Pemeriksaan fungsi hati (Bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan

sebagainya). Pemeriksaan fungsi ginjal (ureumdankreatinin). Uji untuk meramalkan

hipertensi Roll Over test Pemberian infus angiotensin II.

G. KOMPLIKASI

Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi

antara lain:

Pada Ibu

a. Eklampsia

b. Solusio plasenta

c. Pendarahan subkapsula hepar

d. Kelainan pembekuan darah (DIC)

e. Sindrom HELLP (Hemolisis, Elevated, Liver,enzymes dan low platelet count)

f. Ablasio retina

g. Gagal jantung hingga syok dan kematian.

Pada Janin

a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus

b. Prematur

c. Asfiksia neonatorum

d. Kematian dalam uterus

e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

Page 10: Makalah Preeklampsia Fix

H. PENATALAKSANAAN

Satu-satunya obat yang manjur adalah dengan mempercepat persalinan, tapi pada

preeklamsia di awal kehamilan, yang bisa dilakukan adalah:

a. Bedrest

Mengulur waktu kelahiran bayi dengan istirahat total agar tekanan darah turun dan

meningkatkan aliran darah menuju plasenta, agar bayi dapat bertahan. Klien

diharuskan berbaring total dan hanya diperbolehkan duduk atau berdiri jika memang

benar-benar diperlukan. Tekanan darah dan kadar protein urin akan dimonitor secara

ketat. Jika preeklamsia sudah parah, kemungkinan klien diminta beristirahat di rumah

sakit sambil melakukan test stres janin untuk memonitor perkembangan janin.

b. Obat hipertensi

Dokter dapat merekomendasikan pemakaian obat penurun tekanan darah. Pada

preeklamspia parah dan sindroma HELLP, obat costicosteroid dapat memperbaiki

fungsi hati dan sel darah. Obat ini juga dapat membantu paru-paru bayi tumbuh bila

harus terjadi kelahiran prematur.

c. Melahirkan

Ini adalah cara terakhir mengatasi preeklamsia. Pada preklamsia akut/parah, dokter

akan menganjurkan kelahiran prematur untuk mencegah yang terburuk. Kelahiran ini

juga diperlukan kondisi minimal, seperti kesiapan tubuh ibu dan kondisi janin.

I. PENCEGAHAN

Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan

dengan penyebab yang sama. Pencegahan yang dimaksud ialah upaya untuk mencegah

terjadinya preeklampsia pada perempuan hamil yang berisiko terjadinya preeklampsia

(Prawirohardjo, 2008). Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi

angka kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.

Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur

dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan

urin untuk menetukan proteinuria. Untuk mencegah kejadian preeklampsia ringan dapat

dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan preeklampsia :

a. Diet makanan. Makanan tinggi protein, rendah karbohidrat, cukup vitamin, rendah

lemak.

Page 11: Makalah Preeklampsia Fix

b. Cukup istirahat. Istirahat yang cukup pada kehamilan tua dalam arti bekerja

seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring

ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami

gangguan.

c. Pengawasan antenatal. Bila terjadi perubahan peran dan gerak janin dalam rahim

segera datang ke tempat pemeriksaan. 

d. Minum 6-8 gelas air sehari.

e. Olahraga yang cukup.

f. Hindari makanan yang digoreng dan junkfood, minum alkohol, berkafein, juga

menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

g. Mengkonsumsi multivitamin yang mengandung asam folat dan suplemen nutrisi.

h. Mengkonsumsi makanan berserat.

J. PENATALAKSANAAN PREEKLAMSIA

1. Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan

a. Dapat dikatakan tidak mempunyai resiko bagi ibu maupun janin.

b. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu

dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100

mmHg).

c. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan

minimal 8 jam pada malam hari).

d. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur.

e. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.

f. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :

metildopa 3x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari,

atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30

mg/hari).

g. Diet rendah garam dan diuretik TIDAK PERLU.

h. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu.

i. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu

rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut,

Page 12: Makalah Preeklampsia Fix

atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat

antihipertensi.

j. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia

berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan.

k. Pengakhiran kehamilan : Ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan

pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau

indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan

matur.

l. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan

bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.

2. Penatalaksanaan pre-eklampsia berat

Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. 

Aktif berarti : Kehamilan diakhiri/diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal.

Konservatif berarti : Kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan

medisinal.

Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi.

a. Penanganan aktif.

Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di sekitar

kamar bersalin. Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini :

Ada tanda – tanda impending eklampsia.

Ada HELLP syndrome.

Ada kegagalan penanganan konservatif.

Ada tanda-tanda gawat janin atau IUGR.

Usia kehamilan 35 minggu atau lebih 

Pengobatan medisinal : Diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose

5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram

intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan

sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit).

Syarat pemberian MgSO4 : Frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit, tidak ada

tanda-tanda gawat napas, diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya,

refleks patella positif.

Page 13: Makalah Preeklampsia Fix

MgSO4 dihentikan bila : Ada tanda-tanda intoksikasi, atau setelah 24 jam pasca

persalinan, atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang

nyata.

Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl

0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).

Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg

atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg. Obat yang dipakai umumnya

nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat

diberi tambahan 10 mg lagi.

Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi persalinan

dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2. Sectio

cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi

partus pervaginam. Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu

ekstraksi vakum atau cunam.

b. Penanganan konservatif

Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending

eklampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.

Medisinal : Sama dengan penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah

mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam.

Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai

kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PREEKLAMPSIA-EKLAMPSIA

Page 14: Makalah Preeklampsia Fix

A. PENGKAJIAN

Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :

Data subyektif :

a. Umur biasanya sering terjadi pada primigravida , < 20 tahun atau > 35 tahun.

b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri

epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.

c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,

hipertensi kronik, DM.

d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta

riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.

e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.

f. Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh

karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

Data Obyektif :

a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.

b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.

c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress.

d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks

+ ).

B. ANALISIS DATA

DS DO

1. Klien mengatakan sakit kepala

didaetha frontal

2. Klien mengatkan ada odema pada

kaki

3. Klien mengatakan mual muntah

jika sakit kepala

1. TD : 160/110 mmHg

2. RR : 26x/mnt

3. HR : 89x/mnt

4. Suhu : 370C

5. Terdapat skotoma, diplopia dan

Page 15: Makalah Preeklampsia Fix

4. Klien mengatakan nyeri daerah

epigastrium

5. Klien mengtakan sebelum hamil

tidak pernah mengalami

hipertensi

6. Klien mengtakan tidak pernah

makan ikan asin dan garam

berlebihan

ambliopia

6. Penglihatan klien kabur

7. Proteinuria 5gr

8. Oliguri <500cc/24 jam

9. DJJ : 150x/mnt

10. O2 kurang ke plasenta

11. HPHT : 03 Oktober 2012

12. G1P0A0

C. MASALAH KEPERAWATAN

a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ

(vasospasme  dan peningkatan tekanan darah).

b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan

pada plasenta.

c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan

jalan lahir.

d. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap

proses persalinan.

D. PERENCANAAN

Diagnosa keperawatan I :

Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ

(vasospasme dan peningkatan tekanan darah).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu.

Kriteria Hasil :

a. Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )

b. Tanda-tanda vital :

Tekanan Darah            : 100-120/70-80 mmHg           Suhu   : 36-37 C

Page 16: Makalah Preeklampsia Fix

Nadi                            : 60-80 x/mnt               RR       : 16-20 x/mnt

Intervensi :

1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam

R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari

PIH

2. Catat tingkat kesadaran pasien

R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.

3. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan

nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )

R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung

dan paru yang mendahului status kejang.

4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus.

R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya

persalinan.

5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM.

R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah

terjadinya kejang

Diagnosa keperawatan II :

Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada

plasenta.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin.

Kriteria Hasil :

DJJ ( + ) : 12-12-12

Hasil NST :

Hasil USG ;

Intervensi :

1. Monitor DJJ sesuai indikasi

R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio

plasenta.

Page 17: Makalah Preeklampsia Fix

2. Kaji tentang pertumbuhan janin

R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul

IUGR

3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang,

aktifitas janin turun )

R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia

bagi janin

4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM

R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas

janin

5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST

R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

Diagnosa keperawatan III :

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan

jalan lahir.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat

mengantisipasi rasa nyerinya.

Kriteria Hasil :

a. Ibu mengerti penyebab nyerinya

b. Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi :

1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien.

R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan

tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya.

2. Jelaskan penyebab nyerinya.

R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif.

3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul.

R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh

darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi.

4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri.

Page 18: Makalah Preeklampsia Fix

R/. untuk mengalihkan perhatian pasien.

Diagnosa keperawatan IV :

Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap

proses persalinan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

- Ibu tampak tenang

- Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan

- Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi :

1. Kaji tingkat kecemasan ibu.

R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian

pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa.

2. Jelaskan mekanisme proses persalinan.

R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional

ibu yang maladaptif.

3. Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif.

R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif.

4. Beri support system pada ibu

R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara

lapang dada sehingga dapat membawa ketenangan hati.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Makalah Preeklampsia Fix

Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Hanifa W. Ilmu Kebidanan Ed. 3. Cetakan 7. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo; 2005.

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: YBP-SP.

Saifuddin AB, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi I. Yayasan Bina Pustaka-SP. Jakarta. 2001; 206-14.

Sujiyatini dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika : Jogjakarta

Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

http://bidanienumasangaji.wordpress.com/2010/03/21/preeklampsia-ringan/