Makalah Pestisida Kelompok 5

49
A. Pengertian Pestisida Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama..Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia (Sartono, 2001). USEPA dalam Soemirat (2005) menyatakan pestisida sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan mikroorganisme penggangu. Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam Kementrian Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk: 1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian. 2. Memberantas rerumputan 3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan 4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak 5. Memberantas atau mencegah hama-hama air 6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad- jasad renik dalam bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian

Transcript of Makalah Pestisida Kelompok 5

Page 1: Makalah Pestisida Kelompok 5

A. Pengertian Pestisida

Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari kata caedo

berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama..Secara

umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan

populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung

merugikan kepentingan manusia (Sartono, 2001). USEPA dalam Soemirat (2005) menyatakan

pestisida sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan,

menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan mikroorganisme penggangu.

Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam Kementrian

Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah semua zat kimia dan

bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian

tanaman atau hasil-hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan

3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan

4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak

5. Memberantas atau mencegah hama-hama air

6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam bangunan

rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit

pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah

dan air.

Menurut PP RI No.6 tahun 1995 dalam Soemirat (2005), pestisida juga didefinisikan

sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan lain, serta

mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan tanaman. Sementara itu, The

United States Environmental Control Act dalam Runia (2008) mendefinisikan pestisida sebagai

berikut:

1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk

mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat,

nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus,

bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia.

Page 2: Makalah Pestisida Kelompok 5

2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur

pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.

Menurut Depkes (2004) dalam Rustia (2009), pestisida kesehatan masyarakat adalah

pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular (serangga, tikus)

atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan, tempat kerja, tempat umum

lain, termasuk sarana nagkutan dan tempat penyimpanan/pergudangan. Pestisida terbatas

adalah pestisida yang karena sifatnya (fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya,

dinilai sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya

diizinkan untuk diedarkan, disimpan dan digunakan secara terbatas.

Penggolongan Pestisida Secara Umum

A. Insektisida

Pestisida khususnya insektisida merupakan kelompok pestisida yang terbesar dan terdiri

atas beberapa sub kelompok kimia yang berbeda. yaitu:

1. Organoklorin merupakan insektisida chlorinated hydrocarbon secara kimiawi tergolong

insektisida yang relatif stabil dan kurang reaktif, ditandai dengan dampak residunya yang lama

terurai di lingkungan. Salah satu insektisida organoklorin yang terkenal adalah DDT. Pestisida

ini telah menimbulkan banyak perdebatan. Kelompok organoklorin merupakan racun terhadap

susunan syaraf baik pada serangga maupun mamalia. Keracunan dapat bersifat akut atau kronis.

Keracunan kronis bersifat karsinogenik (kanker).

2. Organofosfat. insektisida ini merupakan ester asam fosfat atau asam tiofosfat. Pestisida ini

umumnya merupakan racun pembasmi serangga yang paling toksiksecara akut terhadap binatang

bertulang belakang seperti ikan, burung, cicak dan mamalia. Pestisida ini mempunyai efek

memblokade penyaluran impuls syaraf dengan cara mengikat enzim asetilkolinesterase.

Keracunan kronis pestisida golongan organofosfat berpotensi karsinogenik

3. Karbamat, kelompok ini merupakan ester asam N-metilkarbamat. Bekerja menghambat

asetilkolinesterase. Tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut tidak berlangsung lama, karena

prosesnya cepat reversibel.1'7 Kalau timbul gejala, gejala itu tidak bertahan lama dan cepat

kembali normal. Pada umumnya, pestisida kelompok ini dapat bertahan dalam tubuh antara 1

sampai 24 jam sehingga cepat diekskresikan.

4. Piretroid dan yang berasal dari tanaman lainnya

Piretroid berasal dari piretrum diperoleh dari bunga Chrysanthemum cinerariaefolium.

Page 3: Makalah Pestisida Kelompok 5

Insektisida tanaman lain adalah nikotin yang sangat toksik secara akut dan bekerja pada susunan

saraf. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi dapat menimbulkan alergi pada

orang yang peka.

B. Herbisida

Ada beberapa jenis herbisida yang toksisitasnya pada hewan belum diketahui dengan pasti.

1. Senyawa klorofenoksi, misalnya 2,4-D (2,4 asam diklorofenoksiasetat) dan 2,4,5-T (2,4,5-

asam triklorofenoksi asetat). Senyawa-senyawa ini bekerja pada tumbuhan sebagai hormon

pertumbuhan. Toksisitasnya pada hewan relatif rendah. Tetapi

klorakne, mempunyai efek toksik pada manusia disebabkan oleh pencemar 2,3,7,8-

tetraklorobenzo-p-dioksin.

2. Herbisida biperidil, misalnya parakuat dan dikuat, telah dipergunakan secara luas. Toksisitas

zat ini dilakukan lewat pembentukan radikal bebas. Toksisitas parakuat ditandai oleh efek paru-

paru melalui paparan inhalasi dan oral. Keracunan kronis pestisida paraquat dan dikuat bersifat

karsinogenik

3. Herbisida lainnya seperti dinitro-o-kresol (DNOC), amitrol (aminotriazol), karbamat

profam dan kloroprofam dan Iain-lain

C. Fungisida

1. Senyawa merkuri, misalnya metil dan etil merkuri merupakan fungisida yang sangat efektif

dan telah dipergunakan secara luas untuk mengawetkan butir padi-padian. Beberapa kecelakaan

tragis akibat penggunaan pestisida ini, menyebabkan banyak kematian dan kerusakan neurologi

menetap, sehingga kini tidak digunakan lagi.

2. Senyawa dikarboksimida antara lain dimetil-tiokarbamat (ferbam, tiram dan ziram) dan

etilenbisditiokar (maneb, nabamdan zineb). Toksisitas akut senyawa ini relatif rendah. karena itu

zat ini dipergunakan secara luas dalam pertanian tapi ada kemungkinan berpotensi karsinogenik.

3. Derivat ftalimida misalnya kaptan dan folpet, mempunyai toksisitas akut dan kronis yang

sangat rendah namun berpotensi karsinogenik dan teratogenik.

4. Senyawa aromatik misalnya pentaklorofenol (PCP), sebagai bahan pengawet kayu.

Pentakloronitrobenzen (PCNB) dipergunakan sebagai fungisida dalam mengolah tanah. Secara

akut zat ini tidak begitu tosik dibandingkan PCP, tetapi dapat bersifat karsinogenik.

Page 4: Makalah Pestisida Kelompok 5

5. Fungisida lain adalah senyawa Nheterosiklik tertentu misalnya benomil dan tiabendazol.

Toksisitas bahan kimia ini sangat rendah sehingga dipergunakan secara luas dalam pertanian.

Heksaklorobenzen dipergunakan sebagai zat pengolah benih.

D. Rodentisida

1. Warfarin adalah suatu antikoagulan yang bekerja sebagai anti metabolit vitamin K, dengan

demikian menghambat pembentukan protrombin. Bahan kimia ini telah dipergunakan secara luas

karena toksisitasnya rendah.

2. Tiourea misalnya ANTU (a-naftiltiourea) sangat toksik pada tikus tetapi tidak begitu toksik

bagi manusia.

3. Natrium fluoroasetat dan fluoroasetamida, bersifat sangat toksik karena itu kedua zat

ini hanya boleh digunakan oleh orang-orang tertentu yang mendapat izin. Kedua toksikan ini

bekerja menghambat siklus asam sitrat.

4. Rodentisida lainnya mencakup produk tumbuhan misalnya alkaloid striknin, perangsang

susunan syaraf pusat kuat, squill merah, yang mengandung glikosida skilaren A dan B. Glikosida

ini mempunyai efek kardiotonik dan emesis sentral karena itu zat ini secara relatif tidak beracun

bagi sebagian besar mamalia tetapi sangat beracun bagi tikus. Rodentisida anorganik antara lain

seng fosfid, talium sulfat, arsen trioksida dan unsur fosfor.

E. Fumigan

Sesuai namanya, kelompok pestisida ini mencakup beberapa gas, cairan yang mudah menguap

dan zat padat yang melepaskan berbagai gas lewat reaksi kimia. Dalam bentuk gas, zat-zat ini

dapat menembus tanah untuk mengendalikan serangga-serangga, hewan pengerat dan nematoda

tanah. Banyak fumigant misalnya akrilomtril, kloropikrm dan etilen bromida adalah zat kimia

reaktif dan dipergunakan secara luas dalam industri kimia.Beberapa fumigan bersifat

karsinogenik seperti etilen bromida, 1,3-dikloropropen.

1. Formulasi Pestisida

Bahan terpenting yang bekerja aktif dalam pestisida terhadap hama sasaran

dinamakan bahan aktif (Active ingridient atau bahan tehnis). Dalam pembuatan pestisida

di pabrik (manufacturing plant), bahan aktif tersebut tidak dibuat secara murni, tetapi

Page 5: Makalah Pestisida Kelompok 5

dicampur sedikit dengan bahan-bahan pembawa lainnya. Bahan tehnis dengan kadar

bahan aktif yang tinggi tersebut tidak dapat digunakan sebelum diubah bentuk dan sifat

fisiknya dan dicampur dengan bahan lainnya.

Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut

dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk jadi yang merupakan

campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif (inert ingridient)

dinamakan formulasi (formulated product). Formulasi sangat menentukan bagaimana

pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus dipergunakan, berapa dosis atau

takaran yang harus dipakai, berapa frekuensi dan interfal penggunaan, serta terhadap

sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan dengan efektif. Untuk

keamanan distribusi dan penggunaannya pestisida diedarkan dalam beberapa macam

formulasi, yaitu sebagai berikut :

a. Fomulasi cair

Terdapat beberapa bentuk formulasi cair, yaitu :

1) Pekatan yang dapat diemulsikan

Formulasi pekatan yang dapat diemulsikan atau emulsifeable concentrate, lazim

disingkat EC, merupakan formulasi dalam bentuk cair, dibuat dengan

melarutkan bahanaktif dalam palarut tertentu dan ditambah sulfaktan atau bahan

pengemulsi. Contoh : Agrothion 50 EC, Basudin 60 EC

2) Pekatan yang larut dalam air

Biasanya disebut water soluble concentrate (WSC), terdiri atas bahan aktif yang

dilarutkan dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur baik dengan air.

Contoh : Azodrin 15 WSC

3) Pekatan dalam air

Disebut juga aqueous concentrate, merupakan pekatan pestisida yang dilarutkan

dalam air dari bentuk garam dari herbisida asam yang mempunyai kelarutan

tinggi dalam air. Contoh : 2-metil-4 - khlorofenoksiasetat (MCPA) 2,4 –

dikhloroferroksi asetat (2,4 – D)

4) Pekatan dalam minyak

Page 6: Makalah Pestisida Kelompok 5

Oil concentrate merupakan formulasi cair yang mengandung bahan aktif

konsentrasi tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatik seperti

xilin atau nafta Contoh : Sevin 4 oil.

5) Aerosol

Formulasi cair dengan bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut organik,

kedalamnya ditambahkan gas yang bertekanan, kemudian dikemas menjadi

kemasan yang siap pakai, dibut dalam konsentrasi rendah. Contoh : Flygon

aerosol

6) Gas yang dicairkan

Liquified gases merupakan pestisida dengan bahan aktif berbentu gas yang

dipampatkan pada tekanan tertentu dalam suatu kemasan. Contoh : Methyl

Bromida

b. Formulasi padat

Beberapa formulasi padat yang ada, sebagai berikut :

1) Tepung yang dapat disuspensikan (dilarutkan)

Disebut juga wetable powder (WP) atau dispersible powder (DP) merupakan

tepung kering yang halus, sebagai bahan pembawa inert (misalnya tepung tanah

liat) yang bila dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Ke dalam

formulasi ini juga ditambahkan surfaktan sebagai bahan pembasah atau

penyebar untuk mempercepat pembasahan tepung untuk air, mencegah

penggumpalan dan pengendapan tepung, mencegah pembentukan busa yang

berlebihan Contoh : Ficam 50 WP

2) Tepung yang dapat dilarutkan

Formulasi yang dapat dilarutkan atau Soluble powder (SP) sama dengan WP,

tapi bahan aktif, bahan pembawa dan bahan lainnya dalam formulasi ini

semuanya mudah larut dalam air. Contoh : Dowpon M.

3) Butiran

Dinamakan juga Granula (G), bahan aktifnya menempel atau melapisi bahan

pembawa yang inert, seperti tanah liar, pasir, atau tonkol jagung yang ditumbuk.

Contoh Abate 1G.

Page 7: Makalah Pestisida Kelompok 5

4) Pekatan debu

Dust concentrate adalah tepung kering yang mudah lepas dengan ukuran kurang

dari 75 micron, mengandung bahan aktif dalam konsentrasi yang relatif tinggi,

antara 25 sampai 75%.

5) Debu

Terdiri atas bahan pembawa yang kering dan halus, mengandung bahan aktif

dalam konsentrasi 1 – 10 %. Ukuran debu kurang dari 70 micron. Contoh :

lannate 2 D.

6) Umpan

Disebut juga Bait (B), merupakan campuran bahanaktif pestisida dengan bahan

penambah yang inert, biasanya berbentuk bubuk, pasta atau butiran (biji/benih)

Contoh : Zink Fosfit (Umpan Bubuk) Klerat RM (biji beras yang dilapisi bahan

aktif pestisida)

7) Tablet

Ada dua bentuk, bentuk tablet yang bila terkena udara akan menguap menjadi

fumigan, biasanya digunakan untuk fumigasi gudang atau perpustakaan, contoh :

Phostoxin tablet

Bentuk lainnya adalah tablet yang penggunaannya diperlukan pemanasan, uap

yang dihasilkannya dapat membunuh/mengusir hama, contoh : Fumakkila

8) Padat lingkar

Merupakan campuran bahan aktif pestisida dengan serbuk kayu atau sejenisnya

dan perekat yang dibentuk menjadi padatan yang melingkar. Contoh : Moon

Deer 0,2 MC

Cara Kerja Pestisida :

a. Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran.

b. Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas

c. Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau

mengisap cairan tanaman.

d. Pestisida lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.

Page 8: Makalah Pestisida Kelompok 5

E. Cara dan Petunjuk Penggunaan Pestisida

Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan

pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan

sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan

angin, suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel

pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula

kelembapan yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya

racun. Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.

Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu

tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah

menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat mempercepat timbulnya resistensi.

1. Dosis pestisida

Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas

tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah

jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan

satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas

atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.

2. Konsentrasi pestisida

Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida :

a. Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.

b. Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.

c. Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.

3. Alat semprot

Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan

volume larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi

sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya kurang dari 5 liter.

4. Ukuran droplet

Ada bermacam-macam ukuran droplet :

a. Veri coarse spray lebih 300 µm

b. Coarse spray 400-500 µm

c. Medium spray 250-400 µm

d. Fine spray 100-250 µm

Page 9: Makalah Pestisida Kelompok 5

e. Mist 50-100 µm

f. Aerosol 0,1-50 µm

g. Fog 5-15 µm

5. Ukuran partikel

Ada bermacam-macam ukuran partikel:

a. Macrogranules lebih 300 µm

b. Microgranules 100-300 µm

c. Coarse dusts 44-100 µm

d. Fine dusts kurang 44 µm

e. Smoke 0,001-0,1 µm

6. Ukuran molekul hanya ada satu macam, yatu kurang 0,001 µm

Dalam menggunakan pestisida harus menggunakan petunjuk-petunjuk yang telah ditetapkan yaitu :

1. Memilih pestisida

Di pasaran banyak dijual formulasi pestisida yang satu sama lain dapat berbeda nama dagangnya, walaupun mempunyai

bahan aktif yang sama. Untuk memilih pestisida, pertama yang harus diingat adalah jenis jasad pengganggu yang akan

dikendahikan. Hal tersebut penting karena masing-masing formulasi pestisida hanya manjur untuk jenis jasad

pengganggu tertentu. Maka formulasi pestisida yang dipilih harus sesuai dengan jasad pengganggu yang akan

dikendalikan. Untuk mempermudah dalam memilih pestisida dapat dibaca pada masing-masing label yang tercantum

dalam setiap pestisida. Dalam label tersebut tercantumjenis-jenis jasad pengganggu yang dapat dikendahikan. Juga

tercantum cara penggunaan dan bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan.

Untuk menjaga kemanjuran pestisida, maka sebaiknya belilah pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan oleb

Departemen Pertanian yang dilengkapi dengan wadah atau pembungkus asli dan label resmi. Pestisida yang tidak

diwadah dan tidak berlabel tidak dijamin kemanjurannya.

2. Menyimpan pestisida

Pestisida senantiasa harus disimpan dalam keadaan baik, dengan wadah atau pembungkus asli, tertutup rapat, tidak

bocor atau rusak. Sertakan pula label asli beserta keterangan yang jelas dan lengkap. Dapat disimpan dalam tempat yang

khusus yang dapat dikunci, sehingga anak-anak tidak mungkin menjangkaunya, demikian pula hewan piaraan atau

temak. Jauhkan dari tempat minuman, makanan dan sumber api. Buatlah ruang yang terkunci tersebut dengan ventilasi

yang baik. Tidak terkena langsung sinar matahari dan ruangan tidak bocor karena air hujan. Hal tersebut kesemuanya

dapat menyebabkan penurunan kemanjuran pestisida.

Untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu pestisida tumpah, maka harus disediakan air dan sabun ditergent, beserta

pasir, kapur, serbuk gergaji atau tanah sebagai penyerap pestisida. Sediakan pula wadah yang kosong, sewaktu-waktu

Page 10: Makalah Pestisida Kelompok 5

untuk mengganti wadah pestisida yang bocor.

4. Menggunakan pestisida

Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal yang harus diperhatikan:

a. Pestisida digunakan apabila diperlukan

b. Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan pestisida

c. Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label

d. Anak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian pula wanita hamil dan orang yang tidak baik

kesehatannya

e. Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap melalui luka

f. Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki, sarung tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup

hidung dan rambut dan atribut lain yang diperlukan

g. Hati-hati bekerja dengan pestisida, lebih-lebih pestisida yang konsentrasinya pekat. Tidak boleh sambil makan dan

minum

h. Jangan mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila tercium

i. Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan di tempat terbuka. Gunakan selalu alat-alat

yang bersih dan alat khusus

j. Dalam mencampur pestisida sesuaikan dengan takaran yang dianjurkan. Jangan berlebih atau kurang

k. Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali dianjurkan

l. Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun hujan, cuaca panas, angin kencang dan arah

semprotan atau sebaran berlawanan arah angin. Bila tidak enak badan berhentilah bekerja dan istirahat secukupnya

m. Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar supaya tidak digunakan oleh orang lain untuk tempat

makanan maupun minuman

n. Pasanglah tanda peringatan di tempat yang baru diperlakukan dengan pestisida

o. Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan, demikian pula pakaian-pakaian, dan mandilah

dengan sabun sebersih mungkin.

Peraturan Pemerintah No. Tahun 1973

Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan

supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973. Dalam peraturan tersebut antara lain ditentukan bahwa:

1. Tiap pestisida harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian melalui Komisi Pestisida untuk dimintakan izin

penggunaannya

2. Hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian boleh disimpan, diedarkan

dan digunakan

3. Pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian hanya boleh disimpan, diedarkan

Page 11: Makalah Pestisida Kelompok 5

dan digunakan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam izin pestisida itu.

4. tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi keterangan-keterangan yang dimaksud dalam

surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan

dalam pendaftaran dan izin masing-masing pestisida.

5. Dalam peraturan pemerintah tersebut yang disebut sebagai pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta

jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

a. memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian

b. memberantas gulma

c. mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan

d. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, kecuali yang tergolong pupuk

e. memberantas atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan.

f. memberantas atau mencegah hama air

g. memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga

h. memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang

dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

i. Sesuai dengan definisi tersebut di atas maka suatu bahan akan termasuk dalam pengertian pestisida apabila bahan

tersebut dibuat, diedarkan atau disimpan untuk maksud penggunaan seperti tersebut di atas.

selain itu juga ada UU no 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman, PP nomor 6 tahun 1995 tentang

perlindungan tanaman, Keputusan Menteri Pertanian nomor 434.1 tahun 2001 tentang syarat dan tata cara pendaftaran

pestisida dan ketentuan pelaksanaannya

Dampak Penggunaan Pestisida Pertanian

Pestisida merupakan bahan kimia, campuran bahan kimia atau bahan-bahan lain yang

bersifat bioaktif. Pada dasarnya, pestisida bersifat racun. Oleh sebab sifatnya sebagai racun itulah

pestisida dibuat, dijual dan digunakan untuk meracuni OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).

Setiap racun berpotensi mengandung bahaya. Oleh karena itu, ketidakbijaksanaan dalam

penggunaan pestisida pertanian bisa menimbulkan dampak negatif. Beberapa dampak negative

dari penggunaan pestisida antara lain sebagai berikut:

1. Dampak Bagi Kesehatan Petani

Penggunaan pestisida bisa mengontaminasi pengguna secara langsung sehingga

mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini, keracunan bisa dikelompokkan menjadi 3 kelompok,

yaitu keracunan akut ringan, keracunan akut berat dan kronis. Keracunan akut ringan

menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan, badan terasa sakit dan diare. Keracunan

akut berat menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut, sulit bernapas keluar air liur, pupil

Page 12: Makalah Pestisida Kelompok 5

mata mengecil dan denyut nadi meningkat. Selanjutnya, keracunan yang sangat berat dapat

mengakibatkan pingsan, kejang-kejang, bahkan bisa mengakibatkan kematian. Keracunan kronis

lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan tidak menimbulkan gejala serta tanda yang

spesifik. Namun, Keracunan kronis dalam jangka waktu yang lama bisa menimbulkan gangguan

kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida

diantaranya iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati,

ginjal dan pernapasan.

2. Dampak Bagi Konsumen

Dampak pestisida bagi konsumen umumnya berbentuk keracunan kronis yang tidak segera

terasa. Namun, dalam jangka waktu lama mungkin bisa menimbulkan gangguan kesehatan.

Meskipun sangat jarang, pestisida dapat pula menyebabkan keracunan akut, misalnya dalam hal

konsumen mengkonsumsi produk pertanian yang mengandung residu dalam jumlah besar.

3. Dampak Bagi Kelestarian Lingkungan

Dampak penggunaan pestisida bagi lingkungan bisa dikelompokkan menjadi dua kategori.

a. Bagi Lingkungan Umum

1) Pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara).

2) Terbunuhnya organisme non target karena terpapar secara langsung.

3) Terbunuhnya organisme non target karena pestisida memasuki rantai makanan.

4) Menumpuknya pestisida dalam jaringan tubuh organisme melalui rantai makanan

(bioakumulasi)

5) Pada kasus pestisida yang persisten (bertahan lama), konsentrasi pestisida dalam

tingkat trofik rantai makanan semakin keatas akan semakin tinggi (bioakumulasi).

6) Penyederhanaan rantai makanan alami.

7) Penyederhanaan keragaman hayati.

8) Menimbulkan efek negatif terhadap manusia secara tidak langsung melalui rantai

makanan.

b. Bagi Lingkungan Pertanian

1) OPT menjadi kebal terhadap suatu pestisida (timbul resistensi OPT terhadap

pestisida)

2) Meningkatnya populasi hama setelah penggunaan pestisida

Page 13: Makalah Pestisida Kelompok 5

3) Timbulnya hama baru, bisa hama yang selama ini dianggap tidak penting maupun

hama yang sama sekali baru.

4) Terbunuhnya musuh alami hama.

5) Perubahan flora, khusus pada penggunaan herbisida.

6) Fitotoksik (meracuni tanaman)

4. Dampak Sosial Ekonomi

a. Penggunaan pestisida yang tidak terkendali menyebabkan biaya produksi menjadi

tinggi.

b. Timbulnya biaya sosial, misalnya biaya pengobatan dan hilangnya hari kerja jika terjadi

keracunan.

c. Publikasi negatif di media massa

Bagaimana Pestisida Meracuni Manusia?

1. Melalui Kulit

Hal ini dapat terjadi apabila pestisida terkena pada pakaian atau langsung pada kulit. Ketika

petani memegang tanaman yang baru saja disemprot, ketika pestisida terkena pada kulit atau

pakaian, ketika petani mencampur pestisida tanpa sarung tangan, atau ketika anggota keluarga

mencuci pakaian yang telah terkena pestisida. Untuk petani atau pekerja lapangan, cara

keracunan yang paling sering terjadi adalah melalui kulit.

2. Melalui Pernapasan

Hal ini paling sering terjadi pada petani yang menyemprot pestisida atau pada orang-orang

yang ada di dekat tempat penyemprotan. Perlu diingat bahwa beberapa pestisida yang beracun

tidak berbau.

3. Melalui Mulut

Hal ini terjadi bila seseorang meminum pestisida secara sengaja ataupun tidak, ketika

seseorang makan atau minum air yang telah tercemar, atau ketika makan dengan tangan tanpa

mencuci tangan terlebih dahulu setelah berurusan dengan pestisida.

Dampak Kesehatan Akut Pestisida

Semua pestisida mempunyai bahaya potensial bagi kesehatan. Ada dua tipe keracunan, yaitu

keracunan langsung dan jangka panjang.

Page 14: Makalah Pestisida Kelompok 5

1. Keracunan akut

Terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada saat itu.

2. Keracunan kronis

Terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan membutuhkan waktu untuk muncul atau

berkembang. Efek-efek jangka panjang ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan

bertahun-tahun setelah terkena pestisida.

Beberapa efek kesehatan akut adalah:

Apakah arti “Efek Lokal” dari keracunan akut pestisida?

a. Efek akut lokal terjadi bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak

langsung dengan pestisida.

b. Efek akut lokal biasanya berupa iritasi, seperti rasa kering, kemerahan dan gatalgatal di

mata, hidung, tenggorokan dan kulit; mata berair dan batuk.

c. Atau berupa masalah-masalah kulit, seperti kemerahan, gatal-gatal, kudis, melepuh dan kulit

kehilangan warna. Gejala yang umum dari keracunan pestisida adalah bila kuku-kuku jari

Page 15: Makalah Pestisida Kelompok 5

berubah warna menjadi hitam atau biru. Pada kasus- kasus yang lebih serius kuku-kuku jari

akan lepas.

Apakah arti “Efek Sistem” dari keracunan akut pestisida?

a. Efek sistemik muncul bila pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan mempengaruhi

seluruh sistem tubuh.

b. Darah akan membawa pestisida ke seluruh bagian dari tubuh dan mempengaruhi mata,

jantung, paru-paru, perut, hati, lambung, otot, usus, otak dan syaraf.

c. Gejala-gejala keracunan dan berapa cepat bekerjanya tergantung pada jenis bahan kimia,

waktu dan kadar racun dalam pestisida tersebut.

Penggunaan pestisida ini tidak akan menimbulkan masalah apabila sesuai dengan aturan

yang diperbolehkan. Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dapat

membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Hal ini sehubungan dengan sifatnya yang toksik, serta kemampuan dispersinya yang

tinggi yaitu mencapai 100% (Mangkoedihardja, 1999).

PERANAN PESTISIDA DALAM BIDANG PERTANIAN

Pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian hama. Prinsip penggunaan

pestisida secara ideal adalah sebagai berikut (Fischer, 1992 dan Natawigena, 1985):

1. Harus kompatibel dengan komponen pengendalian hama yang lain, yaitu komponen

pengendalian hayati,

2. Efektif, spesifik dan selektif untuk mengendalikan hama tertentu,

3. Meninggalkan residu dalam waktu yang diperlukan saja,

4. Tidak boleh persisten di lingkungan, dengan kata lain harus mudah terurai,

5. Takaran aplikasi rendah, sehingga tidak terlalu membebani lingkungan,

6. Toksisitas terhadap mamalia rendah (LD50 dermal dan LD50 oral relatif tinggi), sehingga

aman bagi manusia dan lingkungan hayati,

7. Dalam perdagangan (labelling, pengepakan, penyimpanan, dan transpor) harus memenuhi

persyaratan keamanan,

8. Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut,

9. Harga terjangkau bagi petani.

Page 16: Makalah Pestisida Kelompok 5

DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN PESTISIDA DALAM KEGIATAN PERTANIAN

Pestisida masih diperlukan dalam kegiatan pertanian. Penggunaan pestisida yang tidak

bijaksana dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dapat menimbulkan dampak negatif bagi

lingkungan dan kesehatan manusia. Berikut ini diuraikan beberapa dampak negatif yang

mungkin timbul akibat penggunaan pestisida dalam bidang pertanian, yang tidak sesuai dengan

aturan.

1. Pencemaran air dan tanah

Di lingkungan perairan, pencemaran air oleh pestisida terutama terjadi melalui aliran air dari

tempat kegiatan manusia yang menggunakan pestisida dalam usaha mena ikkan produksi

pertanian dan peternakan. Jenis-jenis pestisida yang persisten (DDT, Aldrin, Dieldrin) tidak

mengalami degradasi dalam tanah, tapi malah akan berakumulasi. Dalam air, pestisida dapat

mengakibatkan biology magnification, pada pestisida yang persisten dapat mencapai komponen

terakhir, yaitu manusia melalui rantai makanan. Pestisida dengan formulasi granula, mengalami

proses dalam tanah dan air sehingga ada kemungkinan untuk dapat mencemari tanah dan air.

2. Pencemaran udara

Pestisida yang disemprotkan segera bercampur dengan udara dan langsung terkena sinar

matahari. Pestisida dapat mengalami fotodekomposisi di udara. Pestisida mengalami perkolasi

atau ikut terbang menurut aliran angin. Makin halus butiran larutan makin besar kemungkinan

ikut perkolasi dan makin jauh ikut diterbangkan arus angin.

3. Timbulnya spesies hama yang resisten

Spesies hama yang akan diberantas dapat menjadi toleran terhadap pestisida, sehingga

populasinya menjadi tidak terkendali. Ini berarti bahwa jumlah individu yang mati sedikit sekali

atau tidak ada yang mati, meskipun telah disemprot dengan pestisida dosis normal atau dosis

lebih tinggi sekalipun. Populasi dari spesies hama dapat pulih kembali dengan cepat dari

pengaruh racun pestisida serta bisa menimbulkan tingkat resistensi pestisida tertentu pada

populasi baru yang lebih tinggi, hal ini biasanya disebabkan oleh pestisida golongan

organoklorin.

4. Timbulnya spesies hama baru atau ledakan hama sekunder

Penggunaan pestisida yang ditujukan untuk memberantas jenis hama tertentu, bahkan dapat

menyebabkan munculnya jenis hama yang lain. Ledakan hama sekunder tersebut dapat terjadi

beberapa saat setelah penggunaan pestisida, atau pada akhir musim tanam atau malah pada

Page 17: Makalah Pestisida Kelompok 5

musim tanam berikutnya. Ledakan hama sekunder dapat lebih merusak daripada hama sasaran

sebelumnya.

5. Resurgensi

Bila suatu jenis hama setelah memperoleh perlakuan pestisida berkembang menjadi lebih

banyak dibanding dengan yang tanpa perlakuan pestisida, maka fenomena itu disebut resurgensi.

Faktor penyebab terjadinya resurgesi antara lain adalah

a. Butir semprotan pestisida tidak sampai pada tempat hama berkumpul dan makan;

b. Kurangnya pengaruh residu pestisida untuk membunuh nimfa hama yang menetas

sehingga resisten terhadap pestisida;

c. Predator alam mati terbunuh pestisida;

d. Pengaruh fisiologis insektisida kepada kesuburan hama. Hama bertelur lebih banyak

dengan angka kematian hama yang menurun;

e. Pengaruh fisiologis pestisida kepada tanaman sedemikian rupa sehingga hama dapat

hidup lebih subur (Djojosumarto, 2000).

6. Merusak keseimbangan ekosistem

Penggunaan pestisida seperti insektisida, fungisida dan herbisida untuk membasmi hama

tanaman, hewan, dan gulma (tanaman benalu) yang bisa mengganggu produksi tanaman sering

menimbulkan komplikasi lingkungan (Supardi, 1994). Penekanan populasi insekta hama

tanaman dengan menggunakan insektisida, juga akan mempengaruhi predator dan parasitnya,

termasuk serangga lainnya yang memangsa spesies hama dapat ikut terbunuh. Misalnya, burung

dan vertebrata lain pemakan spesies yang terkena insektisida akan terancam kehidupannya.

Sehingga dengan demikian bersamaan dengan menurunnya jumlah individu spesies hama,

menurun pula parasitnya. Sebagai contoh misalnya kasus di Inggris, dilaporkan bahwa di daerah

pertanian dijumpai residu organochlorin yang tidak berpengaruh pada rodentia tanah . Tapi

sebaliknya, pada burung pemangsa Falcotinnunculus dan Tyto alba, yang semata-mata

makanannya tergantung pada rodentia tanah tersebut mengandung residu tinggi, bahkan pada

tingkat yang sangat fatal. Se bagai akibatnya, banyak burung-burung pemangsa yang mati.

Begitu juga pada binatang jenis kelelawar. Golongan ini ternyata tidak terlepas dari pengaruh

pestisida. Dari 31 ekor kelelawar yang diteliti, semuanya mengandung residu senyawa

Organochhlorin dengan DDE (Hendrawan, 2002).

7. Dampak terhadap kesehatan masyarakat

Page 18: Makalah Pestisida Kelompok 5

Penggunaan pestisida dalam kegiatan pertanian dapat mengakibatkan dampak negatif pada

kesehat an manusia, misalnya:

a. Terdapat residu pestisida pada produk pertanian;

b. Bioakumulasi dan biomagnifikasi melalui rantai makanan. Manusia sebagai makhluk

hidup yang letaknya paling ujung dari rantai makanan dapat memperoleh efek

biomagnifikasi yang p aling besar. Dampak ini ditimbulkan oleh pestisida golongan

organoklorin;

c. Keracunan pestisida, yang sering terjadi pada pekerja dengan pestisida.

Dampak negatif pestisida terhadap kesehatan manusia, baik secara langsung maupun tak

langsung yang dihubungkan dengan sifat dasar bahan kimianya (Keman, 2001 dan

Djojosumarto, 2000):

a. Organoklorin (OK)

Merupakan racun kontak dan racun perut. Merugikan lingkungan dan kesehatan

masyarakat karena sifat persistensinya sangat lama di lingkungan, baik di tanah maupun

jaringan tanaman dan dalam tubuh hewan. Persistensi organoklorin menimbulkan dampak

negatif seperti biomagnifikasi dan masalah keracunan kronik yang membahayakan.

Herbisida senyawa 2,3,7,8 –TCDD merupakan senyawa toksik untuk ternak termasuk

manusia, masuk lewat kontak kulit atau saluran pencernakan, menginduksi enzim oksidase,

karsinogen kuat, teratogenik serta menekan reaksi imun. Toksisitas golongan organoklorin

ini yaitu sebagai anastesi, narkotik dan racun sistemik. Cara kerja spesifiknya adalah sebagai

depressant system saraf pusat (narkosis), kerusakan jaringan liver dan kerusakan jaringan

ginjal.

b. Organofosfat (OP)

Merupakan racun kontak, racun perut maupun fumigan. Toksisitas karena paparan

senyawa ini meliputi system syaraf melalui inhibisi enzim kolinesterase.

c. Karbamat

Seperti halnya golongan organofosfat, toksisitasnya dengan penghambatan aktivitas

enzim kolinesterase pada sistem syaraf.

PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH PESTISIDA

A. Pengelolaan Pestisida

Page 19: Makalah Pestisida Kelompok 5

Tindakan pengelolaan terhadap pestisida bert ujuan untuk agar manusia terbebas dari

keracunan dan pencemaran oleh pestisida. Beberapa tindakan pengelolaan yang perlu diambil

untuk mencegah keracunan dan pencemaran ol eh pestisida ialah penyimpanan, pembuangan

serta pemusnahan limbah pestisida . Penyimpanan pestisida sebagai barang berbahaya harus

diperhatikan. Dari studi household yang pernah dilakukan oleh FAO di Alahan Panjang,

Sumatera Utara dan Brebes , banyak ibu rumah tangga yang menyimpan pestisida di rumah satu

ruang dengan tempat menyimpan makanan, minuman dan mudah dijangkau oleh anak (Depkes,

2000). Pestisida harus disimpan pada tempat yang aman . Hal yang perlu diperhatikan dalam

penyimpanan pestisida, yaitu ( Siswanto, 1991 dan Depkes 2000):

1. Pestisida disimpan dalam kemasan aslinya, jangan dipindahkan ke wadah lain terutama

wadah yang biasa digunakan untuk menyimpan makanan atau minuman.

2. Dalam jumlah kecil, pestisida dapat disimpan dalam lemari tersendiri, terkunci dan jauh dari

jangkauan anak –anak dan binatang piaraan, tidak berdekatan denga n penyimpanan

makanan atau api.

3. Dalam jumlah besar, pestisida dapat disimpan dalam gudang dengan ketentuan sebagai

berikut:

a. Lokasi gudang harus terpisah dari aktivitas umum dan tidak terkena banjir dan lantai

gedung harus miring.

b. Dinding dan lantai gudang kuat dan mudah dibersihkan.

c. Pintu dapat ditutup rapat dan diberi peringatan atau dengan tulisan atau gambar.

d. Mempunyai ventilasi, penerangan yang cukup, dan suhu memenuhi ketentuan yang

berlaku.

e. Selalu dikunci apabila tidak ada kegiatan.

f. Tidak boleh disimpan bersama-sama bahan lain.

g. Pemasangan instalasi listrik dan penggunaan peralatan listrik harus memenuhi

persyaratan yang berlaku.

h. Di luar ruangan penyimpanan ditulis papan peringatan.

4. Cara penyimpanan pestisida harus memenuhi syarat yang berlaku terhadap kemungkinan

bahaya peledakan. Limbah pestisida biasanya berupa pestisida sisa yang berada dalam

kemasan. Pembuangan yang tidak benar selain dapat mencemari lingkungan juga merupakan

potensi bagi orang untuk terpapar secara tidak langsung dengan pestisida. Pembuangan dan

Page 20: Makalah Pestisida Kelompok 5

pemusnahan limbah pestisida, yang perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Siswanto,

1991 dan Depkes 2000):

1) Sampah pestisida sebelum dibuang harus dirusak terlebih dahulu sehingga tidak dapat

digunakan lagi.

a. Drum dan kaleng yang terbuat dari logam setelah dirusak (dilubangi dengan cara

menusuk) dihancurkan serta selanjutnya di kubur. Jangan melakukan pemusnahan

pada kaleng-kaleng bekas aerosol.

b. Wadah yang terbuat dari plastik dirusak (punctured) dan selanjutnya di kubur di

tempat yang aman.

c. Wadah berupa gelas dipecah dan dikubur di tempat yang aman

d. Wadah berupa kertas atau karton dibakar

2) Pembakaran wadah pestisida harus dilakukan di suatu tempat yang letaknya jauh rumah

untuk mencegah terhirupnya asap yang ditimbulkan panas pembakaran tersebut.

3) Pembuangan sampah atau limbah pestisida sebaiknya harus ditempat khusus, bukan di

tempat pembuangan sampah atau limbah umum.

4) Lokasi tempat pembuangan dan pemusnahan sampah atau limbah pestisida harus terletak

pada jarak yang aman dari daerah pemukiman dan badan air.

5) Untuk melakukan pemusnahan pestisida, pilihlah tempat yang permukaan air tanah pada

musim hujan tidak lebih tinggi dari 3,25 meter di bawah permukaan tanah.

6) Tempat penguburan pestisida letaknya harus jauh dari sumber air, sumur, kolam ikan dan

saluran air minum (100 meter atau lebih).

7) Jarak antara 2 (dua) lubang tidak boleh kurang dari 10 (sepuluh) meter.

B. Penggunaan Pestisida secara Aman

Dalam penggunaan pestisida sangat banyak faktor yang perlu dipertimbangkan mengingat

besarnya risiko yang diterima oleh masing-masing pihak. Kelompok yang perlu mendapat

perhatian adalah pekerja yang berhubungan dengan pestisida, karena merupakan kelompok

masyarakat yang sangat rentan terhadap keracunan pestisida. Pekerja yang berhubungan dengan

pe stisida dalam hal ini adalah pekerja dalam suatu perusahaan pengelola pestisida ataupun

petani sebagai pengguna pestisida.

Page 21: Makalah Pestisida Kelompok 5

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Organisasi Pangan Dunia (FAO), 1992 yang

meneliti 214 orang petani selama dua tahun, terjadinya keracunan akut yang diderita oleh

petani

responden disebabkan petani tidak memahami bahaya pestisida terhadap kesehatannya.

Sedangkan pakaian pelindung yang aman, terlalu panas untuk digunakan di daerah tropis dan

harganya terlalu

mahal, sehingga para petani harus menerima keadaan sakit sebagai risiko bekerja di sektor

pertanian (Depkes, 2000). Para petani potensial sebagai penderita keracunan pestisida

yang dipergunakan di lahan usaha taninya. Keracunan terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut:

1. Kurang mengertinya petani akan bahaya pestisida.

2. Masih banyaknya pestisida yang sangat berbahaya yang beredar dan mudah didapati

oleh petani.

3. Tidak tersedianya alat pelindung diri yang aman, murah dan enak digunakan oleh

petani.

Agar para pekerja yang berhubungan dengan pestisida dapat terhindar dari bahaya

keracunan pestisida, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah

(Siswanto, 1991 dan Depkes, 2000):

A) Pekerja harus memehuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Berumur 18 (delapan belas) tahun ke atas.

2. Telah mendapat penjelasan serta latihan mengenai pengelolaan pestisida serta

pengetahuan tentang bahaya-bahaya, pencegahannya dan cara pemberian pertolongan

pertama apabila terjadi keracunan.

B) Pekerja harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Tidak boleh menjalani pemaparan lebih dari 5 jam sehari dan 30 jam dalam seminggu.

2. Memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang berupa pakaian kerja, sepatu laras tinggi,

sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernapasan.

3. Menjaga kebersihan badan, pakaian kerja, APD, alat perlengkapan kerja, tempat kerja

serta menghindari tumpahan dan percikan pestisida.

4. Dalam penyemprotan tidak boleh menggunakan pestisida dalam bentuk debu.

C) Umum

Page 22: Makalah Pestisida Kelompok 5

1. Pekerja tidak boleh dalam keadaan mabuk p ada saat bekerja atau yang mempunyai

kekurangan-kekurangan lain, baik fisik maupun mental yang mungkin dapat

membahayakan.

2. Pekerja yang luka atau mempunyai penyakit kulit pada anggota badan yang kemungkinan

dapat terkena oleh pestisida, kecuali bila dapat dilakukan tindakan perlindungan.

3. Pekerja bukan wanita hamil atau sedang menyusui.

Bahaya pencemaran pestisida pada hasil pertanian dapat memberikan dampak negatif pada

masyarakat luas. Usaha pencegahan terjadinya pencemaran pestisida terhadap bahan makan an

dapat dilakukan melalui kampanye dan penyuluhan mengenai pengurangan penggunaan pestisida

di lahan pertanian secara berlebihan (Darmono, 2001). Pengendalian hama yang terintegrasi

yaitu dengan jalan penggunaan pestisida sekecil mungkin, sesuai dengan ke butuhan.

Pengendalian hama yang terintegrasi paling efektif dicapai dengan melihat alam pertanian

sebagai ekosistem, dengan tujuan utama adalah untuk menghindari berkembangnya resistensi

terhadap insektisida dan untuk memperkecil gangguan ekologi pred ator dan parasit yang

memangsa serangga hama pertanian (Supardi, 1994).

Perencanaan dalam penggunaan pestisida harus dilakukan untuk memperkecil kemungkinan

manusia dan lingkungan tercemar oleh pestisida yang beracun dan resisten di alam. Termasuk

didalamnya terdapat peraturan pengendalian penggunaan pestisida di sektor pertanian. Penelitian

yang ditujukan untuk pencarian bibit tahan hama dan penyakit dengan kualitas produksi yang

tinggi perlu terus

dilakukan. Biasanya ini dapat dicapai dengan mengadakan perkawinan silang, dengan suatu

varietas yang telah diketahui resistensinya terhadap penyakit tertentu sehingga varietas baru yang

timbul akibat perkawinan ini diharapkan akan resisten terhadap penyakit.

C. Pengawasan terhadap penggunaan pestisida

Penggunaan pestisida baik pada bidang kesehatan masyarakat untuk pemberantasan vektor

penyakit ataupun pada bidang pertanian harus dimonitor oleh perwakilan WHO pada tingkat

nasional untuk membantu pengembangan strategi manajemen resistensi dan petunjuk

penggunaan pes tisida secara aman dan terbatas, dan perjanjian penggunaan pestisida pada

tingkat

internasional (WHO, 2001 dan WHO, 1999).

Page 23: Makalah Pestisida Kelompok 5

Komisi Pestisida Internasional mengadakan Konvensi Roterdam 1999, 72 negara telah

menandatangani kesepakatan untuk mengawasi peredaran dan perdagangan pestisida yang

membahayakan kehidupan makhluk hidup. Sampai saat ini, tercatat 22 pestisida yang

membahayakan ditarik dari peredaran dan tidak boleh digunakan lagi. Beberapa di antara adalah,

2, 4, 5-T, Aldrin, Captanol, Chlordane, Chlodimeform, Cholorobenzilate, DDT, 1, 2,

Dibromoethane (EDB), Dieldrin, Dinozeb, Fluoroaacetamiede, HCH, Heptachlor,

Hexahlorobenze, Lindane, Mer cury compound, dan Pentahchlorophenol ditambah beberapa

senyawa Metahamidophos, Methyl-Parathion, Mono-crothopos, Parathion dan Phospamidhon

(Hendrawan, 2002).

D. Sistim Pertanian Back to Nature

Cara yang paling baik untuk mencegah pencemaran pestisida adalah tidak menggunakan

pestisida sebagai pemberantas hama. Mengingat akibat sampingan yang terlalu berat, atau bah

kan menyebabkan rusaknya lingkungan dan merosotnya hasil panen, penggunaan pestisida mulai

di kurangi.

Sistim pertanian dengan konsep back to nature merupakan salah satu solusi yang menarik untuk

mengurangi penggunaan pestisida dalam bidang pertanian. Dalam konsep ini dikembangkan

sistem pertanian yang tidak menggunakan pestisida dalam mengendalikan hama tanaman. Cara

yang dapat ditempuh untuk mencegah dan mengurangi serangan hama antara lain mengatur jenis

tanaman dan waktu tanam, memilih varietas yang ta han hama, memanfaatkan predator alami,

menggunakan hormon serangga, memanfaatkan daya tarik seks pada serangga, sterilisasi

(Depkes, 2000).

Pemanfaatan predator alami atau disebut juga k ontrol biologi, misalnya pemeliharaan

burung hantu sebagai pemangsa h ama tikusdan pemeliharaan serangga pemangsa hama

serangga lainnya

sangat disarankan. Penggunaan pestisida alami atau disebut juga p estisida nabati adalah bahan

aktif tunggal atau majemuk yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu

tumbuhan,

dengan bahan dasar yang berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati ini relatif aman bagi

lingkungan, mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Pestisida nabati

Page 24: Makalah Pestisida Kelompok 5

dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk

lainnya. Keuntungan

penggunaan pestisida nabati antara lain:

a. bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan;

b. relatif aman bagi manusia dan ternak pelihar aan karena residu mudah hilang;

c. relatif mudah dibuat oleh masyarakat

Tetapi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida nabati

yaitu:

a. bahan aktif pada beberapa pestisida nabati belum diketahui, sehingga sangat perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahuinya;

b. bahan aktif dapat bervariasi baik dalam hal komposisi maupun konsentrasi pada tanaman

sejenis, tergantung pada bagian tanaman yang digunakan sebagai pestisida nabati, umur

tanaman pestisida nabati, iklim dan kondisi tanah;

c. bahan aktif kemungkinan merupakan c ampuran dari beberapa bahan aktif yang bekerja

secara sinergis;

d. data mengenai toksikologi dan ekotoksikologi pestisida nabati sangat terbatas ; (e)

standart untuk menganalisis bahan aktif dari pestisida alami relatif sukar (WHO, 2001).

Jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati antara lain adalah Aglaia (Aglaia odorata L),

Bengkoang (Panchyrrhyzus erosus - Urban), Jeringau (Acorus calamus L), Serai (Andropogan

margus L), Sirsak (Annona muricata L), Srikaya (Annona squamosa L). Jenis tumbuhan

penghasil atraktan / pemikat antara lain adalah Daun wangi (Melaleuca bracteata L) dan Selasih

(Ocimum sanctum). Jenis tumbuhan penghasil rodentia nabati antara lain adalah Gadung – KB

(Dioscorea composita L) dan Gadung racun (Dioscorea hispida) (Dinas Pertanian & Kehutanan

Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. 2002).

PENUTUP

Penggunaan pestisida di bidang pertanian, mulai dari tahap pembenihan hingga hasil

pertanian merupakan suatu hal yang sangat sulit dihindari. Penggunaan pestisida di bidang

pertanian haruslah bijaksana dan tepat, mengingat konsumen akhir dari produk pertanian adalah

manusia. Selain dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan manusia, penggunaan

pestisida yang tidak tepat dapat mencemari lingkungan dan merusak keseimbangan ekosistem

Page 25: Makalah Pestisida Kelompok 5

secara luas, yang pada akhirnya akan berdampak secara tidak langsung pada kelangsungan

kehidupan manusia.

Pencemaran oleh pestisida dapat dicegah dengan berbagai cara antara lain dengan

pengelolaan dan penggunaan pestisida yang benar dan aman, pengawasan kegiatan yang be

rkaitan dengan pestisida dan terutama bagi sektor pertanian . Pencemaran pestisida dapat ditekan

dengan penerapan sistem pertanian back to nature.

Gejala dan Tanda Keracunan Pestisida

No Jenis Pestistida Gejala&Tanda Keterangan

1 Insektisida:

Organoklorin

Mual, muntah, gelisah, pusing,

lemah, rasa geli atau menusuk

pada kulit, kejang otot, hilang

koordinasi,

tidak sadar

Tidak ada antidote langsung

untuk

mengatasi keracunan. Obat

yang diberikan hanya

mengurangi gejala seperti anti

konvulsi dan pernafasan

buatan

Oraganofosfat

dan karbamat

Lelah, sakit kepala, pusing,

hilang selera makan, mual,

kejang perut, diare, penglihatan

kabur, keluar: air mata, keringat,

air liur berlebih, tremor, pupil

mengecil, denyut jantung

lambat, kejang otot (kedutan),

tidak sanggup berjalan, rasa

tidak nyaman dan sesak, buang

air besar dan kecil tidak

terkontrol,

inkontinensi, tidak sadar dan

kejang-kejang

Gejala keracunan karbamat

cepat muncul

namun cepat hilang jika

dibandingkan dengan

organofosfat.

Antidot: atropin atau

pralidoksim

Piretroid sintetik Iritasi kulit: pedih, rasa terbakar,

gata-gatal, rasa geli, mati rasa,

inkoordinasi, tremor, salivasi,

Jarang terjadi keracunan,

karena

kecepatan absorpsi melalui

Page 26: Makalah Pestisida Kelompok 5

muntah, diare, iritasi pada

pendengaran dan perasa

kulit rendah

dan piretroid cepat hilang

Piretroid derivat

tanaman: piretrum

dan

piretrin

Alergi, iritasi kulit dan asma Pada umumnya efek muncul 1-

2 jam

setelah paparan dan hilang

dalam 24 jam

Piretrin lebih ringan dari pada

piretrum tapi bersifat iritasi

pada orang yang peka

Insektisida

anorganik

Asam borat &borat

Iritasi kulit: kulit kemerahan,

pengelupasan. gatalgatal

pada kaki, bokong dan

kemaluan. Iritasi saluran

pernafasan dan sesak nafas

Insktisida

mikroba:

Bacillus

thuringiensis

Radang saluran pencemaan

DEET repellent Iritasi kulit, kulit kemerahan,

melepuh hingga nyeri,

iritasi mata, pusing, perubahan

emosi

2 Herbisida Iritasi pada kulit, mata, saluran

pencemaan

Herbisida biperidil

Parakuat

Pertumbuhan abnormal pada :

paru, lensa dan kornea mata,

mukosa hidung, kerusakan paru-

paru, ginjal,hati dan otak

Akumulasi selama

menimbulkan kematian

24-72 jam

Dikuat Gangguan lensa mata dan

dinding saluran usus, gelisah,

mengurangi sensiti vitas

Lebih ringan dari pada

parakuat

Page 27: Makalah Pestisida Kelompok 5

terhadap rangsangan.

Dikuat atau

parakuat

Iritasi pada membran mukosa

mulut, kerongkongan

dan perut, muntah, iritasi kulit

dan rasa terbakar, mimisan,

radang pada mulut dan saluran

pernafasan

atas.

Dosis tinggi

Klorfenoksi

herbisida

Iritasi tingkat sedang pada kulit

dan membran mukosa, rasa

terbakar pada hidung, sinus dan

dada, batuk, pusing. Iritasi perut,

muntah, perut dan dada, sakit,

diare, pusing, bingung, bizar,

tidak sadar

Kontak dalam jangka lama

akan menghilangkan pigmen

kulit

Dalam tubuh hanya tinggal

dalam waktu singkat

Herbisida arsenik :

Ansar & motar

Pertumbuhan berlebih pada

epidermis, pengelupasan kulit,

produksi cairan berlebih pada

muka, kelopak

mata dan pergelangan kaki, garis

putih pada kuku, kehilangan

kuku, rambut rontok, bercak

merah pada

membran mukosa.

Kerusakan saluran pencernaan:

radang mulut dan

kerongkongan, perut rasa nyeri

terbakar, haus,

muntah, diare berdarah.

Kerusakan sistem saraf pusat:

pusing, sakit kepala,

Oral

Keracunan berat:

Bau bawang putih pada

pemafasan dan feses.

Gejala mulai muncul 1-3 jam

sejak

paparan.

Kematian terjadi setelah 1-3

hari

kemudian biasanya akibat

kegagalan

sistem sirkulasi

Page 28: Makalah Pestisida Kelompok 5

lemah, kejang otot, suhu tubuh

turun, lamban,

mengigau, koma, kejang-kejang

Kerusakan hati: kulit kuning

Kerusakan darah: pengurangan

set darah merah, putih

dan platelet darah.

3 Fungisida Iritasi pada membran mukosa Dermal, inhalasi, oral

Pengawet kayu

Kreosot (coal tar)

Iritasi kulit hingga dermatitis,

Iritasi mata dan saluran

pemafasan, kerusakan hati parah

Sakit kepala, pusing, mual,

muntah, timbul bercak biru

kehitaman-hijau kecoklatan pd

kulit.

Oral

Dermal

Pentaklorofenol Iritasi kulit, mata dan saluran

pemafasan

menimbulkan rasa kaku pada

hidung, tenggorokan gatal,

keluar air mata, berjerawat.

Demam, sakit kepala, mual,

berkeringat banyak,

hilangnya koordinasi, kejang-

kejang, demam tinggi, kejang

otot dan tremor, sulit bernafas,

konstriksi dada, nyeri perut dan

muntah, gelisah, eksitasi dan

bingung, haus hebat, kolaps.

Dermal

Oral

Arsenik Mual, sakit kepala, diare, nyeri

perut, pusing, kejang otot,

mengigau, kejang-kejang

Berdampak pada sistem saraf

pusat, paru-paru, jantung dan

hati. Gejala muncul 1-

Page 29: Makalah Pestisida Kelompok 5

beberapa jam setelah paparan.

Kematian terjadi setelah 1-3

hari setelah paparan

(tergantung dosis)

4 Rodentisida:

Kumarin Kronis: sakit kepala menetap,

sakit perut, salivasi, demam

iritasi saluran pemafasan atas.

Perdarahan pada hidung, gusi,

kencing berdarah, feses

berlendir, timbul bercak biru

kehitaman-hijau

kecoklatan pd kulit.

Indadion Kerusakan saraf, jantung dan

sistem sirkulasi,

hemoragi, kematian pada hewan.

Pada manusia belum ada dampak

yang dilaporkan

Seng sulfat Diare, nyeri perut, mual, muntah,

sesak, tereksitasi, rasa dingin,

hilang kesadaran, edema paru,

iritasi hebat, kerusakan paru-

paru, hati, ginjal dan sistem

saraf pusat, koma kematian

Strikhnin Kerusakan sistem saraf dalam

20-30 menit: kejangkejang

hebat,kesulitan pernafasan,

meninggal.

5 Fumigan Sakit kepala, pusing. mual,

muntah

Sulfur florida Depresi, sempoyongan, gagap,

Page 30: Makalah Pestisida Kelompok 5

mual, muntah, nyeri lambung.

gelisah, mati rasa, kedutan,

kejang-kejang, nyeri dan rasa

dingin di kulit, kelumpuhan

pemafasan

Fosfm Rasa dingin, nyeri dada, diare,

muntah, batuk, dada sesak, sukar

bernafas. lemas, haus dan

gelisah,nyeri lambung, hilangnya

koordinasi, kulit kebiruan, nyeri

tungkai, perbesaran pupil, timbul

cairan pada paruparu,

pingsan, kejang-kejang, koma

dan kematian

Halokarbon Kulit kemarahan, melepuh dan

pecah-pecah menimbulkan kulit

kasar dan iuka.

Nyeri perut, lemah, gagap,

bingung, tremor,

kejangkejangseperti epilepsi

Tanda Peringatan pada Label Kemasan Pestisida

No Tanda peringatan Label kemasan

1 I.a. Sangat berbahaya sekali Coklat tua

2 I.b. Sangat berbahaya Merah tua

3 II. Berbahaya Kuning tua

4 III. Cukup berbahaya Biru tua

Tanda-tanda Peringatan

Page 31: Makalah Pestisida Kelompok 5

Semua pestisida toksik. Perbedaan toksisitas adalah pada derajat atau tingkat toksisitas. Pestisida

akan berbahaya jika tejadi paparan yang berlebih. Pada label kemasan pestisida terdapat 4 tanda-

tanda peringatan yang menunjukkan derajat pestisida tersebut. Tanda peringatan ini

menunjukkan potensi resiko pengguna pestisida bukan keampuhan produk pestisida.

Petunjuk yang Harus Diikuti bagi Pengguna Pestisida

1. Selalu menyimpan pestisida dalam wadah asli yang berlabel.

2. Jangan menggunakan mulut untuk meniup lubang pada alat semprot.

3. Jangan makan, minum atau merokok pada tempat penyemprotan dan sebelum mencuci tangan.

Penanganan Keracunan Pestisida

Setiap orang yang pekerjaannya sering berhubungan dengan pestisida seperti petani, buruh

penyemprot dan Iain-lain harus mengenali gejala dan tanda keracunan pestisida dengan baik.

Tindakan pencegahan lebih baik dilakukan untukmenghindari keracunan. Setiap orang yang

berhubungan dengan pestisida harus memperhatikan hal- hal berikut:

1. Kenali gejala dan tanda keracunan pestisida dan pestisida yang sering digunakan.

2. Jika diduga keracunan, korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat.

3. Identifikasi pestisida yang memapari korban, berikan informasi ini pada rumah sakit atau

dokter yang merawat.

4. Bawa label kemasan pestisida tersebut. Pada label tertulis informasi pertolongan pertama

penanganan korban.

5. Tindakan darurat dapat dilakukan sampai pertolongan datang atau korban dibawa ke rumah

sakit.

Pertolongan Pertama yang Dilakukan

1. Hentikan paparan dengan memindahkan korban dan sumber paparan, lepaskan pakaian korban

dan cuci/mandikan korban

2. Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan buatan. Korban diinstruksikan

agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi segera, ada waktu untuk menolong korban

3. Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan informasi tentang pestisida

yang memapari korban dengan membawa label kemasan pestisida

Page 32: Makalah Pestisida Kelompok 5

4. Keluarga seharusnya diberi pengetahuan/ penyuluhan tentang pesticida sehingga jika terjadi

keracunan maka keluarga dapat memberikan pertolongan pertama.