Makalah Pers

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk dari hak publik jumlahnya banyak, salah satu diantaranya adalah hak publik untuk mendapatkan informasi dimana hak tersebut merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu sarana untuk memperoleh informasi adalah dari pers, oleh karena itu sudah sepatutnya apabila kemerdekaan pers dijamin melalui suatu undang-undang. Jaminan terhadap kemerdekaan pers yang merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis, adalah juga jaminan terhadap kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pertumbuhan dan perkembangan pers nasional korelatif atau memiliki hubungan satu sama lain, dengan laju pertumbuhan dan perkembangan pembangunan nasional secara keseluruhan. Di satu pihak, pers merupakan salah satu media pendukung keberhasilan

description

pers di indonesia

Transcript of Makalah Pers

Page 1: Makalah Pers

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 

Bentuk dari hak publik jumlahnya banyak, salah satu diantaranya adalah

hak publik untuk mendapatkan informasi dimana hak tersebut merupakan hak

asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan

dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan

bangsa. Salah satu sarana untuk memperoleh informasi adalah dari pers, oleh

karena itu sudah sepatutnya apabila kemerdekaan pers dijamin melalui suatu

undang-undang. Jaminan terhadap kemerdekaan pers yang merupakan salah satu

wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk

menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang

demokratis, adalah juga jaminan terhadap kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan

pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar (UUD)

1945. 

Pertumbuhan dan perkembangan pers nasional korelatif atau memiliki

hubungan satu sama lain, dengan laju pertumbuhan dan perkembangan

pembangunan nasional secara keseluruhan. Di satu pihak, pers merupakan salah

satu media pendukung keberhasilan pembangunan, di lain pihak, pers banyak

turut mengambil manfaat dari keberhasilan pembangunan. Keberhasilan dalam

bidang pendidikan, peningkatan pendapatan masyarakat dan perluasan fasilitas

perhubungan darat, laut dan udara, misalnya, sudah jelas besar manfaatnya bagi

pertumbuhan dan perkembangan pers. 

Adanya hubungan korelatif antara pers nasional dan pembangunan

membawa konsekwensi bahwa bentuk dan isi pers Indonesia perlu mencerminkan

bentuk dan isi pembangunan. Dengan lain perkataan, kepentingan pers nasional

perlu mencerminkan kepentingan pembangunan nasional. Pers sebagai media

pendukung keberhasilan pembangunan, perlu senantiasa menyadari tentang tujuan

pembangunan nasional, ialah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan

makmur, yang mementingkan pemerataan materiil dan spirituil, berdasarkan

Page 2: Makalah Pers

Pancasila, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di samping itu,

perlu juga menyadari tentang landasan pembangunan nasional yang bertumpu

pada pokok pikiran untuk membangun Manusia Indonesia seutuhnya, dan

membangun seluruh masyarakat Indonesia. 

Pers sebagai sub-sistim dari sistim sosial yang ada, di mana pers itu

diterbitkan, perlu menjaga adanya kesadaran tersebut, untuk memantapkan arah

pengabdian pers nasional bagi kepentingan masyarakatnya. Suatu pengabdian

yang akan turut menjamin keberhasilan pembangunan, yang pada gilirannya akan

dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan pers itu sendiri. 

Sudah barang tentu, pengabdian pers kepada masyarakatnya bukan hanya atas

pertimbangan yang bersifat pragmatik semacam itu, yaitu pertimbangan yang

mementingkan hasil-hasil yang praktis tanpa perlu mengkaitkannya dengan

berbagai teori dan alam pemikiran, yang sebenarnya jauh lebih pokok. Hal ini

dapat dipelajari dalam Pedoman Pembinaan Idiil Pers, yang menyangkut pers

pembangunan. 

Di dalam Pedoman Pembinaan Idiil Pers dijelaskan, bahwa pers nasional

sebagai lembaga masyarakat yang mempunyai fungsi untuk mendukung

kemajuan masyarakat lingkungannya, mempunyai tugas dan tanggung jawab

untuk menyebar luaskan pesan-pesan kemajuan dan keberhasilan pembangunan

kepada masyarakat pembacanya. Penyebarluasan pesan-pesan semacam itu

sekaligus akan dapat menanamkan kesadaran, kepercayaan dan harapan yang

wajar kepada masyarakat bahwa orang Indonesia itu sebenarnya mampu untuk

merencanakan dan menyelesaikan pembangunan dengan baik; bahwa setiap

keberhasilan pembangunan akan menempatkan kita dalam keadaan yang lebih

baik, dan bahwa dengan demikian arah pembangunan yang kita anut itu dapat di

pertanggung-jawabkan. 

Pers pembangunan tidak diharapkan untuk menutup mata terhadap

kesulitan, kekurangan ataupun kegagalan dari pembangunan. Tetapi yang penting

untuk diperhatikan adalah perlunya turut menanamkan kepercayaan akan

kemampuan sendiri dalam mengatasi segala macam problema. Kesulitan apapun

yang kita alami dalam melaksanakan pembangunan nasional, perlu diambil

Page 3: Makalah Pers

hikmahnya dan dimanfaatkan untuk mengadakan koreksi dan penyempurnaan,

tanpa mengganggu stabilitas nasional yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

pembangunan itu sendiri secara terencana. 

Akhir-akhir ini, timbul kegamangan dalam dunia pers. Kegamangan itu

merupakan akibat dari pelaksanaan kebebasan pers berupa kritik yang tak

berperasaan, menyesatkan, dan sangat miring.

B. Perumusan Masalah 

Makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 

1. Bagaimanakah implikasi berlakunya Undang-Undang No. 40 Tahun 1999

Tentang Pers Terhadap Kebebasan Pers?

2.

Page 4: Makalah Pers

BAB II

PEMBAHASAN

A. Implikasi UU Pers

1. Fungsi Pers dan Peranan Pers

Fungsi Pers, menurut pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Menurut Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, pers mempunyai fungsi yang

penting yaitu: sebagai media infrmasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial;

sebagai lembaga ekonomi. Fungsi pers sebagai lembaga ekonomi mempunyai

makna bahwa dalam menjalankan fungsinya pers harus menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi agar kualitas pers dan kesejahteraan para karyawan

media penerbitan pers semakin meningkat dan tidak meninggalkan kewajiban

sosialnya.

Di samping itu, pers juga berfungsi menyebarkan informasi yang

objektif, penyalur aspirasi rakyat, meluaskan komunikasi dan partisipasi

masyarakat, serta melakukan kontrol sosial yang konstruktif. Pelaksanaan

fungsi pers tersebut sangat penting dalani kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. yang demokratis. Yang dimaksud dengan

"kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara" adalah bahwa

pers bebas, dari tindakan pencegahan, pelarangan dan atau penekanan agar

hak masyarakat untuk memperoleh informasi terjamin. Kemerdekaan pers

adalah kemerdekaan yang disertai kesadaran akan pentingnya penegakan

supremasi hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan, dan tanggung jawab

profesi yang dijabarkan dalam kode etik jurnalistik serta sesuai dengan hati

nurani insan pers.

Dengan demikian dapat kita lihat peranan pers sangat penting dalam

memperjuangkan terwujudnya tatanan baru di bidang informasi dan

komunikasi atas dasar kepentingan nasional dan percaya pada kekuatan diri

sendiri dalam menjalin kerjasama regional, antar golongan, dan intemasioal,

khususnya di bidang pers. Dimana kegiatan pers ini dapat menggelorakan

Page 5: Makalah Pers

semangat pengabdian perjuangan bangsa, memperkokoh kesatuan dan

persatuan nasional, membantu meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa,

serta menggairahkan partisipasi rakyat dalam pembangunan.

Menurut pasal 6 Undang-undang Pers Nomor 40 Tahun 1999, Pers

Nasional melaksanakan peranan sebagai berikut

a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui,

b. Menegakkan. nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya

supremasi hukum, dan hak asasi manusia serta menghormati

kebhinekaan,

c. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi. yang tepat,

akurat dan benar,

d. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kepentingan umum,

e. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Oleh karena itu peranan pers nasional. sangat penting dalam memenuhi

hak masyarakat untuk mengetahui dan mengembangkan pendapat umum

dengan menyampaikan informasi yang tepat, akurat dan benar. Hal ini akan

mendorong ditegakkannya keadilan dan kebenaran, serta diwujudkannya

supremasi hukum untuk menuju masyarakat yang tertib.

Sehubungan dengan hal itu pemerintah juga harus memberikan

perlindungan hukum. Dalam hal ini yang dimaksud dengan perlindungan

hukum itu "adalah jaminan perlindungan pemerintah dan/atau masyarakat

kepada wartawan atau pekerja pers dalam melaksanakan fungsi, hak,

kewajiban dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan, perundang-

undangan yang berlaku".

2. Kebebasan Pers Sebagai Prasyarat Penyiaran Instrumen Kontrol Dalam

Negara Demokrasi

Setiap penerbitan pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers

memerlukan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers selanjutnya disingkat ‘SIUPP’,

yang dikeluarkan oleh pemerintah. Ketentuan-ketentuan tentang SIUPP akan

diatur oleh pemerintah setelah mendengarkan pertimbangan Dewan Pers.

Page 6: Makalah Pers

Dalam masa reformasi perubahan yuridis atas keberadaan pers

merupakan prasyarat terjadinya liberalisasi sistem politik sebagai upaya

melahirkan media komunikasi sosial-politik dalam kehidupan bernegara.

Masa-masa transisional yang ditandai dengan membuka ruang-ruang

komunikasi publik (masyarakat) merupakan perwujudan hak-hak politik bagi

setiap warga negara atau kelompok-kelompok sosial mengenai kebebasan

mendapatkan informasi dan hak kemerdekaan atas menyampaikan

pendapat/gagasan secara lisan maupun tulisan atau cetak.

Akan tetapi, euphoria politik dalam era reformasi sepanjang kebebasan

dan kemerdekaan pers ini tidaklah serta-merta memiliki persoalan di

kemudian hari dengan begitu saja. Keberadaan lembaga pers terkadang

terkesan masuk dalam situasi pro dan kontra dalam setiap dinamika peristiwa-

peristiwa politik yang sedang berkembang, 1998-2002. Kesan pro-kontra

inipun, dalam waktu seketika membangkitkan sikap kontra demokratis

sebagai pendukung kekuatan politik yang merasa dirugikan atas pemberitaan

Pers. Kasus pendudukan dan penyegelan ilegal kantor SKH Jawa Pos pada

masa pemerintahan Abdurrahman Wahid atau premanisme dalam kasus

penyerangan kantor SKH Tempo di masa pemerintahan Megawati

Soekarnoputri.

Berangkat atas kasus tersebut, kebebasan dan kemerdekaan Pers

menjadi penting untuk ditelaah lebih jauh sebagai upaya membangun

infrastruktur politikketatanegaraan Indonesia yang demokratis. Pilihan yang

dilematis dihadapi oleh kalangan Pers di era reformasi; di satu sisi, jikalau,

pers di kekang maka upaya pembangunan ketatanegaraan Indonesia yang

demokrasi, mengalami perbaikan arah reformasi. Disisi lain, kebebasan dan

kemerdekaan Pers tanpa diikuti oleh upaya transpormasi kultur demokrasi dari

Pers kepada masyarakat pembaca sama halnya dengan lahirkan anarkhisme

atau pemicu lahirnya konflik horizontal di kalangan massarakyat.

Pada esensialnya keberadaan peran media massa (Pers) memiliki 2

(dua) fungsi pokok, yakni; pertama, Kelembagaan Pers merupakan media

pendidikan politik massa rakyat. Kedua, kelembagaan Pers merupakan media

Page 7: Makalah Pers

komunikasi politik. Perdebatan media massa itu harus independen objektif

ataupun pilihan keberpihakan yang sangat partisan. Karena, pemberitaan yang

terkesan pulgar mengambil sikap memihak akan cenderung menjadi

pemberitaan yang bersifat provokatif. Pemberitaan dalam setiap

media massa cukuplah mempengaruhi perkembangan kepribadian bangsa

dalam kehidupan bernegara. Keberadaan pemberitaan Pers dalam meliput

berbagai peristiwa SARA menjadi sangat penting dan kasus maraknya

pornografi dalam pemberitaan Pers.

Disamping itu dalam konteks internal kalangan Pers sendiri memiliki

persoalan yang sangatlah signifkan. Dimana, pada sistem politik yang tidak

demokratis, dalam artian, seperti otoriter ataupun totaliter. Keberadaan Pers

menjadi korban kontrol secara ketat oleh negara, yakni rezim penguasa.

Sementara, kemungkinan di dalam sistem politik yang demokrasi, keberadaan

media massa dikontrol oleh modal dankeinginan pangsa-pasar. Kepemilikan

modal yang kuat dari perseoranagan di dalam perusahaan Pers,

memungkinkan lahirnya rezim pasar yang mengkooptasi pemberitaan yang

disajikan. Otomatis setiap pemberitaan sering lebih mengarah pada akumulasi

modal dengan cara lebih memprioritaskan isu-isu yang elitis sebagai

pemenuhan kebutuhan pangsa-pasar (pembaca). Akan tetapi, kemungkinan

dengan adanya unsur demokratis dari para jurnalis yang berada dalam struktur

kelembagaan Pers, memungkinkan untuk tetap terjaganya pemberitaan Pers

yang disajikan bersifat netral dan profesional. Leo Batubara mengagas 7

(tujuh) formulasi peran dan fungsi pers dalam kehidupan ketatanegaraan

Indonesia demokratis, yakni (Ibid) : Pertama, upaya merubah kultur

penyelenggaraan negara, Kedua, mereformasi paradigma hukum nasional dari

kebiasaan mengkriminalisasikan pers ke arah dekriminalisasi pers seperti

yang lazim berlaku di negara-enagra demokrasi; Ketiga, membangun model

interaksi-pers, penyelenggara negara, dan masyarakat – berdasarkan sistem :

a) Pers bebas memerankan diri sebagai pemberi peringatan dini, wadah dialog

yang memberi pencerahan dan kekuatan keempat demokrasi. b). Peran dan

tugas pers nasional hanya efektif dan bermakna bila penyelenggaraan negara

Page 8: Makalah Pers

juga melakukan reformasi sikap dengan belajar mendengar, merespon, dan

menindaklanjuti apa kata Pers profesional sebagai cermin suara hati

bangsa. Keempat, memberdayakan UU No. 40 tahun 1999 sebagai landasan

yuridis penyelenggaraan pers. Kelima, penegakan hukum hendaknya responsif

terhadap pelaku kekerasan terhadap wartawan dan

pers.Keenam, memposisikan wartawan selayaknya sebagai petugas palang

merah.Ketujuh, melaksanakan fungsi kontrol sosialnya dan peran

pengawasan, kritik, serta koleksi. Pelaku pers haruslah taat kepada prinsip

profesionalisme pers.

Sementara, idealnya fungsi kontrol dan pengawasan pers ini diatur

dalam pasal 28 dan pasal 28F UUD 1945. Kontrol kekuasaan negara di luar

lembaga-lembaga kontrol negara yang konstitusional. Tidak menutup

kemungkinan Pers dapat pula berperan serta aktif memimpin secara ide dan

gagasan akan setiap pergeseran kultur masyarakat Indonesia yang sedang

bergerak menuju format tatanan sosial masyarakat yang demokratis. Peran

Pers sebagai fungsi sosial diartikan, sebagai pendidikan berorientasi

partisipatif politik, pembentukan nilai-nilai moral bangsa, serta sebagai

kontrol atas penegakan dan pemberlakuan hukum dalam kehidupan

masyarakat dan pemerintahan.

Dasar pertimbangan dilakukannya reformasi hukum pers ada lima,

yang dapat dilihat di bagian konsiderans menimbang dalam undang-

undangnya[4]. Pertama, kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud

kedaulatan rakyat dan men jadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis,

sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana

tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 harus

dijamin. Kedua, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara yang

demokratis, kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai dengan

hati nurani dan hak memperoleh informasi, merupakan hak asasi manusia

yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan

kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan

Page 9: Makalah Pers

bangsa. Ketiga, pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar

informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak,

kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan

pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan perlindungan

hukum, serta bebas dalam campur tangan dan paksaan dari mana

pun. Keempat, karena pers nasional berperan ikut menjaga ketertiban dunia

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kelima,

karena UUPL sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

Seperti sudah disebutkan di atas, UUP diundangkan pada tahun 1999,

sedang KK baru pada akhir April 2004 menyetujui dimasukkannya

perlindungan negara atas kebebasan pers di dalam UUD 1945. UUP

menggunakan istilah kemerdekaan pers, dan KK menggunakan istilah

kebebasan pers. Dapat disimpulkan, bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan

prinsip antara istilah kemerdekaan pers dengan istilah kebebasan pers. Istilah

yang dipergunakan secara normatif adalah kemerdekaan pers, tetapi dalam

bahasa lisan, lebih suka digunakan istilah kebebasan pers. Kemerdekaan pers

adalah kebebasan pers, dan sebaliknya kebebasan pers adalah kemerdekaan

pers. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara, tidak

dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran, dan sebagai

jaminan kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak men cari,

memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Kemerdekaan pers

dengan demikian akan disebutkan secara eksplisit dalam Pasal 28 huruf G

UUD 1945, dan dalam UU Pers.

Selain dasar hukum yang disebutkan di atas, dikenal pula Kode Etik

Wartawan Indonesia (KEWI). Ada tujuh butir kode etik dalam KEWI yang

dimuat dalam Surat Keputusan (SK) Dewan Pers No. 1/SK-DP/2000, tanggal

20 Juni 2000. Para wartawan Indonesia yang melaksanakan tugasnya, wajib

memahami dan mematuhi KEWI yang dapat disebut sebagai hukum disiplin

bagi mereka. KEWI itu diibaratkan sebagai lilin pemandu bagi para wartawan

agar tidak terjerumus ke dalam kegagalan[6].

Page 10: Makalah Pers

Ada tujuh butir kode etik dalam KEWI yang dimuat dalam Surat

Keputusan (SK) Dewan Pers No. 1/SK-DP/2000, tanggal 20 Juni 2000, yang

meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Wartawan Indonesia Menghormati Hak Masyarakat Untuk Memperoleh

Informasi Yang Benar.

b. Wartawan Indonesia Menempuh Tatacara Yang Etis Untuk memperoleh

Dan Menyiarkan Informasi Serta Memberikan Identitas Kepada Sumber

Informasi.

c. Wartawan Indonesia Menghormati Asas Rraduga Tak Bersalah, Tidak

Mencampurkan Fakta Dengan Opini, Berimbang, Dan Selalu Meneliti

Kebenaran Informasi Serta Tidak Melakukan Plagiat.

d. Wartawan Indonesia Tidak Menyiarkan Informasi Yang Bersifat Dusta,

Fitnah, Sadis, Cabul, Serta Tidak Menyebutkan Identitas Korban

Kejahatan Susila.

e. Wartawan Indonesia Tidak Menerima Suap Dan Tidak Menyalahgunakan

Profesi.

f. Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, Menghargai Ketentuan Embargo,

Informasi Latar Belakang, Dan Off The Record Sesuai Kesepakatan.

g. Wartawan Indonesia Segera Mencabut Dan Meralat Kekeliruan Dalam

Pemberitaan Serta Melayani Hak Jawab.

3. Ketentuan Pidana dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40

Tahun 1999 Tentang Pers

Ketentuan pidana dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

40 Tahun 1999 diatur dalam Bab VIII dan hanya terdiri dari satu pasal, yaitu

Pasal 18,dengan tiga ayat. Pelanggaran Pasal 18 merupakan tindak pidana,

dan walaupun hanya satu pasal, namun mengandung beberapa rumusan tindak

pidana sebagai berikut di bawah ini :

1. Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan

tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan

Pasal 4 ayat (2), yaitu tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau

pelarangan penyiar-an terhadap pers nasional [Pasal 18 ayat (1)].

Page 11: Makalah Pers

2. Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan

tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan

Pasal 4 ayat (3), yaitu hak pers nasional untuk mencari, memperoleh, dan

menyebarluas-kan gagasan dan informasi [Pasal 18 ayat (1)].

Pasal 18 ayat (1) di atas merumuskan perbuatan yang dapat dilakukan

oleh setiap orang, sebagai tindak pidana dan diancam dengan pidana penjara

atau denda. Pasal 18 ayat (2) dan ayat (3) merupakan perumusan tindak

pidana untuk perusahaan pers sebagai berikut di bawah ini.

1. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) [Pasal 18 ayat

(2)], yaitu berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan

menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta

asas praduga tak bersalah.

2. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (2) [Pasal 18 ayat

(2)], yaitu melayani Hak Jawab.

3. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 13 [Pasal 18 ayat (2)],

yaitu dilarang memuat iklan :

a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau

mengganggu kerukunan hidup antarumat beragama, serta

bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat;

b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya

sesuai de-ngan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.

4. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) [Pasal 18 ayat

(3)], yaitu setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum

Indonesia.

5. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 12 [Pasal 18 ayat (3)],

yaitu wajib mengumumkan nama, alamat, penanggung jawab secara

terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers

ditambah nama dan alamat percetakan.

Page 12: Makalah Pers

Berdasarkan ketentuan di atas, terlihat bahwa kebebasan pers tidak

terelakkan lagi merupakan suatu unsur penting dalam pembentukan suatu

sistem bernegara yang demokratis, terbuka dan transparan. Pers sebagai media

informasi merupakan pilar keempat demokrasi yang berjalan seiring dengan

penegakan hukum untuk terciptanya keseimbangan dalam suatu negara. Oleh

karena itu sudah seharusnya jika pers sebagai media informasi dan juga sering

menjadi media koreksi dijamin kebebasannya dalam menjalankan profesi

kewartawananya. Hal ini penting untuk menjaga obyektifitas dan transparansi

dalam dunia pers, sehingga pemberitaan dapat dituangkan secara sebenar-

benarnya tanpa ada rasa takut atau dibawah ancaman, sebagaimana pada masa

Orde Baru berkuasa dengan istilah self-censorship.

Oleh karena itu jelas negara telah mengakui bahwa kebebasan

mengemukakan pendapat dan kebebasan berpikir adalah merupakan bagian

dari perwujudan negara yang demokratis dan berdasarkan atas hukum. 

Namun demikian, perlu disadari bahwa insan pers tetaplah warga negara biasa

yang tunduk terhadap hukum yang berlaku di Indonesia. Dalam hal ini,

bagaimanapun juga asas persamaan dihadapan hukum atau equality before the

law tetap berlaku terhadap semua warga negara Indonesia termasuk para

wartawan, yang notabene adalah insan pers. Dengan demikian para insan pers

di Indonesia tidak dapat dikecualikan atau memiliki kekebalan (immune)

sebagai subyek dari hukum pidana dan harus tetap tunduk terhadap Kitab

Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku di Indonesia

B. Aplikasi UU Pers Pada Kasus Kekerasa Terhadap Wartawan.

Kekerasan terhadap wartawan belakangan ini marak terjadi di Indonesia,

seperti dinyatakan oleh Direktur Yayasan Tifa, R Kristiawan dalam diskusi publik

Refleksi Kebebasan Pers dalam Industrialisasi Media di Kantor Komisi Penyiaran

Indonesia Daerah (KPID) Jateng, Semarang, 21 May 2012 “Selama 2003-2012

tercatat sebanyak 467 kasus kekerasan terhadap jurnalis, di mana 10 jurnalis di

antaranya meninggal dunia.” Padahal dalam menjalankan tugas jurnalistik para

wartawan dilindungi secara hukum oleh undang- undang. Ini sesuai dengan pasal

Page 13: Makalah Pers

8 UU 40 Tahun 1999 tentang pers yang berbunyi:“Dalam melaksanakan

profesinya wartawan mendapatkan perlindungan hukum”.

Kekerasan terhadap wartawan merupakan pelanggaran terhadap hak asasi

manusia. Dikatakan demikian sebab kekerasan terhadap wartawan

merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap kebebasan pers dalam

menyampaian informasi secara universal telah diakui dalam Declaration of

Human Rights, tepatnya diatur dalam pasal 19 yang menyatakan “setiap orang

berhak atas kebebasan dan mempunyai pendapat-pendapat dengan tidak mendapat

gangguan dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan keterangan dan

pendapat dengan cara apapun dengan tidak memandang batas-batas”.

Tindakan premanisme yang berupa penganiayaan maupun tindak

kekerasan lainnya terhadap media masa apapun alasannya tidak dapat dibenarkan.

Sebab dalam menjalankan tugasnya seorang wartawan mendapat perlindungan

hukum dalam menjalankan profesinya secara tegas diatur dalam Undang-undang

Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers. Ketentuan mengenai adanya perlindungan

terhadap wartawan, secara jelas tercantum dalam pasal 8 Undang-undang Nomor

40 Tahun 1999, yang selengkapnya berbunyi : Dalam melaksanakan profesinya

wartawan mendapat perlindungan hukum. Yang dimaksud adalah jaminan

perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dan atau masyarakat kepada

wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan perannya sesuai

dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.

Ada banyak hal yang melatarbelakangi terjadinya tindak kekerasan

terhadap wartawan. Baik itu yang terjadi karena unsur kesengajaan maupun yang

tidak disengaja. Tindak kekerasan yang terjadi karena unsur kesengajaan biasanya

terkait dengan isi berita yang dibuat oleh wartawan. Misalnya saja dalam hal

peliputan yang bersifat kontroversial yang menyangkut masalah isu korupsi,

pada kondisi seperti ini wartawan akan banyak menghadapi tantangan dari

pihak-pihak yang tidak menginginkan aibnya terbongkar. Selain itu tindakan

anarkis yang menimpa wartawan juga disebabkan ketidakpuasan nara sumber

terhadap isi berita yang dibuat. Untuk menunjukkan ketidakpuasannya itu

banyak dari mereka yang melampiaskan dengan melakukan kekerasan terhadap

Page 14: Makalah Pers

wartawan. Salah satunya dengan melakukan penyerbuan terhadap kantor media

massa yang bersangkutan. Peristiwa pernyerbuan dengan mengerahkan masa

terhadap kantor media masa tampaknya menjadi kebiasaan baru bagi pihak-pihak

yang merasa tidak puas dengan pemberitaan pers. Dalam aksinya, mereka tidak

hanya sekedar memprotes pemberitaan dari media tersebut, tak jarang juga

disertai dengan aksi pengrusakan dan penyerangan terhadap para wartawan.

Seperti yang dialami oleh kantor redaksi surat kabar Batam Pos dan majalah

Tempo beberapa tahun lalu.

Padahal dalam buku Himpunan Ketentuan-Ketentuan Hukum Pidana yang

ada kaitannya Dengan Media Massa, setiap orang yang merasa dirugikan dalam

pemberitaan pers (Cetak, Elektronika) agar menggunakan hak jawab maupun

jalur hukum bukan dengan melakukan tindakan “Main Hakim Sendiri”.

Untuk memberikan gambaran yang faktual tentang masih terjadinya

tindak kekerasan terhadap jurnalis, penulis mengangkat salah satu contoh kasus

tindak kekerasan yang terjadi kepada wartawan, yaitu peristiwa atau kejadiannya

pada saat terjadi demo Falundafa yang terjadi di depan kantor Pemerintah Kota

Surabaya pada tanggal 7 Mei 2011.

Dalam kasus ini terlihat jelas kurangnya perlindungan terhadap wartawan

dan kurangnya upaya hukum yang dilakukan oleh para perusahaan pers

kepada para wartawannya yang mengalami tindak kekerasan. Dalam kasus ini

terlihat juga betapa lemahnya sistem hukum di Indonesia terhadap para aparat

yang melakukan tindak kekerasan. Karena sampai saat ini, proses hukum terhadap

mereka tidak juga terlaksana.

Kejadian bermula saat polisi meminta para pengunjuk rasa menggulung

spanduk dan bendera karena tidak mempunyai ijin. Demonstran menolak untuk

mengikuti perintah polisi. Kericuhan pun tidak bisa dihindari. Namun dengan

arogan polisi menangkap satu persatu pendemo yang dianggap sebagai

provokator. Beberapa demonstran yang ditangkap dipukuli.

Tindakan polisi makin brutal saat sejumlah wartawan yang berusaha

mengambil gambar dihalang-halangi. Wartawan salah satu televisi nasional

mengaku dipukul dan ditendang tiga polisi hingga luka di pelipis dan dagu. Sang

Page 15: Makalah Pers

wartawan melaporkan kasus ini ke Mapolretabes Surabaya. Menurut rencana

seluruh wartawan se-Surabaya akan berdemo ke Mapolrestabes Surabaya terkait

kasus ini.

Tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparat ini seharusnya tidak terjadi

karena sesuai dengan pasal 8 UU 40 Tahun 1999, wartawan dilindungi secara

hukum pada saat menjalankan tugas jurnalistiknya, dalam hal ini, peliputan yang

mereka lakukan merupakan bagian dari tugas jurnalistik mereka sebagai

wartawan. Tindak kekerasan yang dilakukan aparat polisi terhadap wartawan

yang sedang melakukan tugasnya meliput demo ini dapat di kategorikan sebagai

tindakan yang menghalangi tugas wartawan. Bagi mereka dapat dikenakan Pasal

18 ayat (1) Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang PERS, yang

menyatakan: “Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja

melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan

ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling

lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah).”

Page 16: Makalah Pers

BAB III

KESIMPULAN

Kasus-kasus tindak kekerasan terhadap Wartawan dengan memberikan sanksi

hukum yang keras kepada pelaku untuk memberikan efek jera. Mengefektifkan

ketentuan pidana yang diatur dalam BAB VIII, Pasal 18 ayat (1), (2), dan (3) UU

No.40 Tahun 1999 yang menyatakan sbb.:

a. Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan

yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat

(2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau

denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

b. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), serta

Pasal 13 dipidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah).

c. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 12 dipidana

dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

d. Dewan Pers dan organisasi profesi (PWI, AJI, dll) segera mendesak kepada

pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM untuk mengeluarkan

Peraturan Teknis Terkait Perlindungan Hukum Terhadap Wartawan dan secara

tegas menggunakan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS sebagai dasar

hukum lex specialis dalam menyelesaikan kasus-kasus kekerasan terhadap

wartawan.

e. Diperlukan adanya partisipasi dari pihak lain seperti aparat penegak hukum dan

masyarakat itu sendiri untuk membangun budaya taat hukum bagi

masyarakat sehingga perlindungan hukum terhadap wartawan dalam menjalankan

profesi jurnalistik dapat dilakukan secara maksimal paling tidak dapat

dihindarkan tindak kekerasan yang mengancam keselamatan jiwa wartawan

dalam menjalankan tugasnya.