Makalah perpajakan

29
1 PERBANDINGAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE NORMA PERHITUNGAN DAN METODE PEMBUKUAN A. Pendahuluan Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan Negara tidak dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi: Pembayaran gaji aparatur negara seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional Indonesia, dan Polisi Negara Republik Indonesia sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan; Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), Subsidi Listrik, Subsidi Pupuk, Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) atau sejenisnya, Pengadaan Beras Miskin (Raskin), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas); Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi; Pembiayaan lainnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Pada dasarnya setiap orang pribadi baik Warga Negara Indonesia/Warga Negara Asing yang bertempat tinggal di

description

 

Transcript of Makalah perpajakan

Page 1: Makalah perpajakan

PERBANDINGAN PERHITUNGAN PAJAK

PENGHASILAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

NORMA PERHITUNGAN DAN METODE PEMBUKUAN

A. Pendahuluan

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara. Tanpa pajak, sebagian besar

kegiatan Negara tidak dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi: Pembayaran gaji

aparatur negara seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional Indonesia, dan Polisi

Negara Republik Indonesia sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan;

Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), Subsidi Listrik, Subsidi Pupuk, Bantuan Langsung

Sementara Masyarakat (BLSM) atau sejenisnya, Pengadaan Beras Miskin (Raskin), Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas); Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan,

jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi; Pembiayaan lainnya dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pada dasarnya setiap orang pribadi baik Warga Negara Indonesia/Warga Negara

Asing yang bertempat tinggal di Indonesia dan badan yang didirikan/berkedudukan di

Indonesia merupakan Wajib Pajak, kecuali ketentuan peraturan perundang-undangan

menentukan lain. Mengingat sifatnya yang wajib, maka orang atau suatu badan yang menurut

peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban

perpajakan disebut sebagai Wajib Pajak (WP).

Sistem pemungutan pajak ada beberapa macam. Pada awal kemerdekaan, sistem

pemungutan pajak Indonesia berdasarkan Official Assesment System yaitu pihak yang

penentuan jumlah pajak terutang dari Wajib Pajak ditetapkan oleh aparat pajak. Sejak

reformasi perpajakan di Indonesia pada tahun 1984, sistem pemungutan pajak yang baru

diperkenalkan di Indonesia yaitu Self Assessment System. Sistem pemungutan ini

memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri, menghitung,

1

Page 2: Makalah perpajakan

memperhitungkan utang pajaknya sendiri, membayar pajak terutang ke bank tempat

pembayaran pajak dan kantor pos serta melaporkan hasil perhitungan pajaknya ke Kantor

Pelayanan Pajak. Pada sistem ini aparat pajak bertugas untuk mengawasi, melakukan

pelayanan dan penyuluhan kepada Wajib Pajak.

Undang-Undang yang mengatur tentang pemungutan pajak pusat:

1. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Undang-Undang KUP)

2. Pajak Penghasilan (Undang-Undang PPh)

3. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang yang tergolong Mewah

(Undang-Undang PPN/PPnBM)

4. Pajak Bumi dan Bangunan (Undang-Undang PBB)

5. Bea Meterai (Undang-Undang Bea Meterai)

6. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Undang-Undang PPSP)

Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak yang dikenakan atas setiap penghasilan yang diterima yang diperoleh Wajib

Pajak. Penghasilan dimaksud adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima

atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia

yang dapat dipakai untuk konsumsi dan menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Dengan demikian penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium,

hadiah, hasil sewa rumah, bunga, deviden, royalti, komisi, gratifikasi, bonus dan lain

sebagainya.

2

Page 3: Makalah perpajakan

Bagi Wajib Pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara untuk menentukan

besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitu penghitungan dengan cara biasa atau pembukuan

dan penghitungan dengan menggunakan Norma Penghitungan

B. NORMA PERHITUNGAN

Norma Penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnya penghasilan neto

yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dan disempurnakan terus-menerus. Penggunaan

Norma Penghitungan tersebut pada dasarnya dilakukan dalam hal-hal:

a. tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitu pembukuan yang lengkap,

atau

3

Page 4: Makalah perpajakan

b. pembukuan atau catatan peredaran bruto Wajib Pajak ternyata diselenggarakan secara

tidak benar.

Norma Penghitungan disusun sedemikian rupa berdasarkan hasil penelitian atau data

lain, dan dengan memperhatikan kewajaran. Norma Penghitungan akan sangat membantu

Wajib Pajak yang belum mampu menyelenggarakan pembukuan untuk menghitung

penghasilan neto.

Norma Penghitungan Penghasilan Neto hanya boleh digunakan oleh Wajib Pajak orang

pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya

kurang dari jumlah Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Untuk

dapat menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto tersebut, Wajib Pajak orang

pribadi harus memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga)

bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

Wajib Pajak orang pribadi yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan

Neto tersebut wajib menyelenggarakan pencatatan tentang peredaran brutonya sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara

perpajakan.

Pencatatan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan penerapan norma dalam menghitung

penghasilan neto.

Apabila Wajib Pajak orang pribadi yang berhak bermaksud untuk menggunakan

Norma Penghitungan Penghasilan Neto, tetapi tidak memberitahukannya kepada Direktur

Jenderal Pajak dalam jangka waktu yang ditentukan, Wajib Pajak tersebut dianggap memilih

menyelenggarakan pembukuan.

Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan, wajib menyelenggarakan

pencatatan, atau dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan, tetapi:

a. tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan kewajiban pencatatan atau

pembukuan; atau

b. tidak bersedia memperlihatkan pembukuan atau pencatatan atau bukti-bukti

pendukungnya pada waktu dilakukan pemeriksaan sehingga mengakibatkan

peredaran bruto dan penghasilan neto yang sebenarnya tidak diketahui maka

peredaran bruto Wajib Pajak yang bersangkutan dihitung dengan cara lain yang

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan dan penghasilan

netonya dihitung dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

4

Page 5: Makalah perpajakan

Menteri Keuangan dapat menyesuaikan besarnya batas peredaran bruto dengan

memerhatikan perkembangan ekonomi dan kemampuan masyarakat Wajib Pajak untuk

menyelenggarakan pembukuan.

Pencatatan oleh wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan

pekerjaan bebas meliputi peredaran atau penerimaan bruto dan penerimaan penghasilan

lainnya Sedangkan bagi mereka yang semata-mata menerima penghasilan dari luar

usaha dan pekerjaan bebas pencatatannya hanya mengenai penghasilan bruto, pengurang, dan

penghasil netto yang merupakan objek pajak penghasilan. Disamping itu , pencatatan

meliputi pula penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang

bersifat final. Pencatatan harus dapat menggambarkan jumlah peredaran atau penerimaan

bruto dan atau jumlah penghasilan bruto, serta penghasilan yang bukan obyek pajak atau

penghasilan yang dikenakan PPh Final, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang

Pencatatan ataupun pembukuan harus :

Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan

keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya .

Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,

satuan mata uang rupiah, dan

Disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh

Menteri Keuangan ( misalnya, Bahasa Inggris ).

Bagi sebagian orang pribadi yang memiliki usaha kewajiban membuat pembukuan

merupakan suatu hal yang sulit dilakukan selain karena kurangnya pengetahuan mengenai

Akuntansi juga mungkin tidak efisien jika harus mempekerjakan karyawan hanya untuk

membuat pembukuan. Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2000 memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak orang pribadi boleh menghitung

penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto sehingga

tidak perlu membuat pembukuan tetapi cukup hanya membuat pencatatan.

Aturan pelaksanaan mengenai Norma Penghitungan Penghasilan Neto adalah Keputusan

Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP – 536/PJ./2000 yang telah diubah dengan   Peraturan

Menteri Keuangan Nomor   01/PMK.03/2007

5

Page 6: Makalah perpajakan

Beberapa peraturan dalam norma perhitungan (UU PPh no 36 th 2008)

(1) Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk menentukan penghasilan neto, dibuat dan

disempurnakan terus-menerus serta diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

(2) Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang

peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar

delapan ratus juta rupiah) boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan

Norma Penghitungan Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan

syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga)

bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

(3) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang menghitung penghasilan

netonya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto wajib

menyelenggarakan pencatatan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

(4) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang tidak memberitahukan kepada

Direktur Jenderal Pajak untuk menghitung penghasilan neto dengan menggunakan

Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dianggap memilih menyelenggarakan

pembukuan.

(5) Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, termasuk

Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), yang ternyata tidak atau

tidak sepenuhnya menyelenggarakan pencatatan atau pembukuan atau tidak

memperlihatkan pencatatan atau bukti-bukti pendukungnya maka penghasilan netonya

dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan peredaran brutonya

dihitung dengan cara lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan.

(6) Dihapus.

(7) Besarnya peredaran bruto sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diubah dengan

Peraturan Menteri Keuangan.

6

Page 7: Makalah perpajakan

Wajib Pajak yang menyelenggarakan Pembukuan

1. Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan  yang ternyata tidak atau

tidak sepenuhnya menyeIenggarakan pembukuan, penghasilan netonya dihitung

dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

2. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikenakan sanksi administrasi

berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak

atau kurang dibayar dalam tahun pajak yang bersangkutan.

Besarnya Norma penghitungan Penghasilan Neto

(1)  Norma penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah sebagai

berikut :

a.   10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,

Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak;

b ibukota propinsi lainnya;

c. daerah lainnya.

( KepDirjenPajak No.536/PJ/2000 )

(2) Daftar Persentase Penghasilan Neto adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I

Keputusan ini .

7

Page 8: Makalah perpajakan

Berikut ini merupakan tabel beberapa persentase perhitungan penghasilan dengan

menggunakan norma :

NO.

URUT

KODE

URUT

JENIS USAHA WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBUKOTA

PROPINSI

IBUKOTA

PROPINSI

LAINNYA

DAERAH

LAINNYA

1 12111 KELAPA DAN KELAPA

SAWIT

11,5 11 10

2 12113 KOPI 11,5 11 10

3 12131 TEMBAKAU 11,5 11 10

4 33100 INDUSTRI KAYU DAN

BARANG DARI KAYU,

BAMBU, ROTAN DAN KAYU

15 13,5 12,5

5 32200 INDUSTRI PAKAIAN JADI

KECUALI UNTUK KAKI

13,5 13 12,5

6 32300 INDUSTRI KULIT & BARANG

DARI KULIT KECUALI

UNTUK KAKI

17,5 16,5 16

7 32400 INDUSTRI BARANG

KEPERLUAN KAKI

17 16 15

8 34200 INDUSTRI PERCETAKAN

DAN PENERBITAN. SEPERTI

USAHA PERCETAKAN

SECARA STENSIL, OFFSET,

LITHOGRAFI UNTUK

SEGALA JENIS CETAKAN,

TERMASUK PENJILIDAN

BUKU DAN PENERBITAN

14,5 13 12

8

Page 9: Makalah perpajakan

HASIL/BARANG CETAKAN.

9 62200 PERDAGANGAN ECERAN

BARANG-BARANG

KELONTONG,SUPERMARKE

T DAN WARUNG LANGSAM.

YAITU PERDAGANGAN

ECERAN MACAM-MACAM

HASIL INDUSTRI UNTUK

KEPERLUAN RUMAH

TANGGA, KANTOR,

SEKOLAH, MAUPUN

KEPERLUAN PERORANGAN

SEPERTI TOKO KELONTONG,

TOKO SERBA ADA,

SUPERMARKET DAN

WARUNG LANGSAM

30 25 20

10 62420 PERDAGANGAN ECERAN

TEKSTIL, PAKAIAN JADI,

HASIL PENGOLAHAN KULIT

TERMASUK BARANG

KEPERLUAN KAKI

30 25 20

11 62422 PERDAGANGAN ECERAN

BARANG ELEKTRONIK

30 25 20

12 62920 JASA AKUNTANSI DAN

PEMBUKUAN

36 35 35

13 93213 DOKTER 45 42,5 40

14 97110 REPARASI KENDARAAN

BERMOTOR

20 18,5 17,5

15 97400 PEMANGKAS RAMBUT DAN

SALON KECANTIKAN.

30 28 27

9

Page 10: Makalah perpajakan

YAITU JASA

PEMELIHARAAN

RAMBUT DAN KECANTIKAN

TERMASUK KURSUS

MENATA RAMBUT/RIAS

DAN KECANTIKAN

Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha atau pekerjaan bebas

1. Penghitungan penghasilan neto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis

usaha atau pekerjaan bebas, dilakukan terhadap masing-masing jenis usaha dengan

memperhatikan pengelompokan wilayah di atas.

2. Penghasilan neto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha adalah

penjumlahan penghasilan neto dari masing-masing jenis usaha atau pekerjaan bebas

yang dihitung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Menghitung Penghasilan Neto

1. Penghasilan neto bagi tiap jenis usaha dihitung dengan cara mengalikan angka

persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto dengan peredaran bruto atau

penghasilan bruto dari kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dalam 1 (satu) tahun.

2. Dalam menghitung besarnya Pajak Penghasilan yang terutang oleh Wajib Pajak orang

pribadi, sebelum dilakukan penerapan tarif umum terlebih dahulu dihitung

Penghasilan Kena Pajak dengan mengurangkan Penghasilan Tidak Kena Pajak dari

penghasilan neto sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Sesuai dengan UU PPh yang baru tarif  PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak telah

berubah. Lihat perubahaannya pada TARIF,  dan PTKP.

10

Page 11: Makalah perpajakan

Wajib Pajak orang pribadi yang tidak memilih untuk menyelenggarakan pembukuan,

menghitung penghasilan neto usaha atau pekerjaan bebasnya dengan menggunakan

Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari

Tahun Pajak Ybs. Apabila tidak memberitahukan, di anggap memilih Pembukuan

Wajib menyelenggarakan Pencatatan

Menghitung penghasilan neto bukan dari penghasilan dikurangi biaya tetapi

menggunakan tarif tertentu dari bruto

Penghasilan neto = Bruto X tarif Norma

Mengajukan permohonan tertulis

Tetap wajib catatan atas peredaran usaha

Apabila semua syarat tidak dipenuhi maka WP Wajib Pembukuan

Tarif Perkiraan neto/Norma telah ditentukan oleh Dirjen Pajak menurut bidang

usahanya

C. METODE PEMBUKUAN

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur

untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,

modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang

atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan

laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

Yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan

a. Wajib Pajak (WP) Badan;

b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,

kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang

dari Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

11

Page 12: Makalah perpajakan

Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan

huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa

Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.

Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau

stelsel kas.

Pembukuan kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal,

penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung

besarnya pajak yg terutang.

Catatan tersebut di atas terdiri data yang dikumpulkan secara teratur tentang ;

peredaran atau penerimaan bruto, dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk

menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan obyek

pajak dan penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final.

Buku, catatan, dokumen lain wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia, yaitu di

tempat kegiatan atau di tempat tinggal bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Biaya yang dapat dikurangkan, seperti :

- Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan ( 3M ) ,

yaitu biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha yang

penghasilannya merupakan objek pajak

- Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan

amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang

memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, sepanjang harta yang

disusutkan atau diamortisasi tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih,

dan memelihara penghasilan (objek pajak).

- Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan

- Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

- Kerugian dari selisih kurs mata uang asing

- Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia

12

Page 13: Makalah perpajakan

- Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan dengan memperhatikan kewajaran

dan kepentingan perusahaan

- Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih

- Kompensasi kerugian tahun-tahun yang lalu (maksimum 5 tahun).

- Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), khusus bagi Wajib Pajak Orang

Pribadi

Biaya yang tidak bisa dikurang dalam penghasilan, seperti :

- Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi,

kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai

penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi yang bersangkutan (wajib

dipotong PPh Pasal 21).

- Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam

bentuk natura dan kenikmatan

- Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham

atau pihak yang memiliki hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan

dengan pekerjaan yang dilakukan

- Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan, dan warisan, kecuali zakat atas

penghasilan yang nyata-nyata dibayar oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk

agama islam dan atau wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh

pemeluk agama islam kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat

yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah

- Pajak Penghasilan

- Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib

pajak atau orang yang menjadi tanggungannya

- Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham

- Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana

berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di

bidang perpajakan

- Pajak Masukan atas Perolehan BKP/JKP yang tidak dapat dikreditkan karena

tidak sesuai dengan ketentuan

13

Page 14: Makalah perpajakan

- Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang

bukan merupakan obyek pajak, yang pengenaan pajaknya bersifat final,

pengenaan pajaknya berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Netto dan

Norma Penghitungan Khusus

- PPh yang ditanggung pemberi penghasilan, kecuali PPh Pasal 26, sepanjang

PPh tersebut ditambahkan sebagai dasar penghitungan untuk pemotongan PPh

PPh Pasal 26 tersebut

- Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan

dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan yang merupakan Obyek Pajak

-

Untuk wajib pajak badan, besarnya Penghasilan Kena Pajak ( PKP ) sama dengan

penghasilan netto, yaitu penghasilan bruto dikurangi dengan biaya biaya yang

diperkenankan oleh Undang – Undang PPh. Sedangkan untuk Wajib Pajak Orang

Pribadi besarnya Penghasilan Kena Pajak sama dengan penghasilan netto dikurangi

dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak ( PTKP ). Untuk menhitung Penghasilan Kena

Pajak dapat dirumuskan sebagai berikut :

14

Penghasilan Kena Pajak ( WP Orang Pribadi )

= Penghasilan netto – PTKP

= ( Penghasilan Bruto – Biaya yang diperkenankan UU PPh ) - PTKP

Page 15: Makalah perpajakan

STATUS KELUARGA

PTKP 2013

PTKP

WAJIB PAJAK SENDIRI ( TK/0 ) RP 24.300.000

WAJIB PAJAK KAWIN ( K ) + RP 2.025.000

ISTRI PUNYA PENGHASILAN DIGABUNG

( K/I)

+ RP 24.300.000

TANGGUNGAN + RP 2.025.000

MAKSIMAL TANGGUNGAN 3 ( TIGA ) Orang

WP Tidak Kawin Mulai 1 Januari 2013

0 Tanggungan TK/0 Rp 24.300.000

1 Tanggungan TK/1 Rp 26.325.000

2 Tanggungan TK/2 Rp 28.350.000

3 Tanggungan TK/3 Rp 30.375.000

WP Kawin Mulai 1 Januari 2013

0 Tanggungan K/0 Rp 26.325.000

1 Tanggungan K/1 Rp 28.350.000

2 Tanggungan K/2 Rp 30.375.000

3 Tanggungan K/3 Rp 32.400.000

15

BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK(PTKP)

Page 16: Makalah perpajakan

Penghasilan Istri Digabung Mulai 1 Januari 2013

0 Tanggungan K/I/0 Rp 50.625. 000

1 Tanggungan K/I/1 Rp 52.650.000

2 Tanggungan K/I/2 Rp 54.675.000

3 Tanggungan K/I/3 Rp 56.700.000

Contoh : Kawin Anak 2 (K/2)

Penghitungan PTKP :

+ PTKP Dia Sendiri = Rp 24.300.000

+ Kawin = Rp 2.025.000

+ Tanggungan

= 2 x Rp 2.025.000 = Rp 4.050.000

Jumlah PTKP = Rp 30.375.000

TARIF

No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

1 s.d. Rp 50.000.000,00 5%

2 di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 250.000.000,00 15%

3 di atas Rp 250.000.000,00 s.d. Rp 500.000.000,00 25%

4 di atas Rp 500.000.000,00 30%

Contoh Penghitungan PPh Terutang:

Misalnya penghasilan kena pajaknya Rp 77.743.000,

maka PPh terutang:

Rp 50.000.000 X 5% = Rp 2.500.000

Rp 27.743.000 X 15% = Rp 4.161.400 +

16

Page 17: Makalah perpajakan

Jumlah = Rp 6.661.400

Contoh perhitungan dan perbandingan memakai norma perhitungan dan pembukuan :

Contoh 1

1. Bpk. Santos Budiman (K/3) bertempat tinggal di semarang, beliau menjalankan usaha

industry dibidang kerajinan dari bahan kayu dan rotan. Menurut penbukuan yang dicatat

bahwa penjualan pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 1.600.000.000. harga pokok

penjualan ( HPP ) sebesar Rp 700.000.000. Adapun biaya biaya untuk memproduksi

seperti biaya operasional sebesar Rp 400.000.000 dan biaya administrasi sebesar Rp

250.000.000. Ia juga menerima penghasilan lain yaitu dari sewa mesin miliknya yaitu

sebesar Rp 85.000.000. Hitunglah berapa pajak penghasilan tahun 2012 yang terutang

jika masih terdapat sisa kerugian ditahun 2011 sebesar Rp 90.000.000 ?

a. Penghitungan dengan cara pembukuan :

Peredaran Usaha Rp 1.600.000.000

Harga Pokok Penjualan Rp 700.000.000 -

Penghasilan Bruto Rp 900.000.000

Biaya yang diperkenankan

(Biaya Opr dan Adm) Rp 650.000.000 -

Penghasilan Neto Usaha Rp 250.000.000

Penghasilan Lain-lain Rp 85.000.000 +

Penghasilan Netto Dalam Negeri Rp 335.000.000

Penghasilan Netto Luar Negeri Rp 0 +

Penghasilan Netto Rp 335.000.000

Kompensasi Kerugian (Max 5 Thn) Rp 90.000.000 -

Penghasilan Netto setelah Kompensasi Rp 245.000.000

PTKP Rp 32.400.000 -

PKP Rp 212.600.000

Pajak Penghasilan Terhutang :

5 % x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

15% x Rp 162.600.000 = Rp 24.390.000 +

Total Rp 26.890.000

17

Page 18: Makalah perpajakan

b. Perhitungan dengan cara norma perhitungan penghasilan netto

Industry kayu dan rotan 15% xRp 1.600.000.000 = Rp 240.000.000

Persewaan mesin 49% x Rp 85.000.000 = Rp 41.650.000 +¿

Total penghasilan netto = Rp 281.650.000

PTKP = Rp 32.400.000 –

PKP = Rp 272.4000.000

Pajak penghasilan terhutang :

5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

15% x Rp 222.400.000 = Rp 33.360.000 +

Total Rp 35.860.000

Berdasarkan contoh diatas bisa dilihat, jika menggunakan metode pembukuan, Tuan Santos

harus membayar pajak sebesar Rp 26.890.000 , namun jika menggunakan metode norma

perhitungan pajaknya sebesar Rp 35.860.000. Terlihat jelas lebih menguntungkan

menghitung pajaknya jika menggunakan metode pembukuan.

18

Page 19: Makalah perpajakan

Contoh 2

Bp Herlambang (K/2) menjalankan usaha di industri roti dengan omset setahun Rp

550.000.000 dan di industri es dengan omset Rp 435.000.000 di Semarang. Norma untuk

industri roti 15 dan untuk es 17. Kemudian diketahui HPP untuk keduanya adalah Rp

600.000.000 dan total biaya adalah Rp 127.000.000 (operasional dan administrasi )

a. Perhitungan dengan metode norma penghasilan netto

Penghasilan netto setahun dari industry :

Roti 15% x Rp 550.000.000 = Rp 82.500.000

Es 17% x Rp 435.000.000 = Rp 73.950.000 +¿

Total Penghasilan neto = Rp 156.450.000

PTKP = Rp 30.375.000 −¿

Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp126.075.000

Maka pph 21 yang harus disetor

5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

15% x Rp 76.075.000 = Rp 11.411.200 +¿

Total Rp 13.911.200

b. Penghitungan dengan cara pembukuan :

Peredaran Usaha Rp 985.000.000

Harga Pokok Penjualan Rp 600.000.000 -

Penghasilan Bruto Rp 385.000.000

Biaya yang diperkenankan

(Biaya Opr dan Adm) Rp 127.000.000 -

Penghasilan Neto Usaha Rp 258.000.000

Penghasilan Lain-lain Rp +

Penghasilan Netto Dalam Negeri Rp 258.000.000

Penghasilan Netto Luar Negeri Rp 0 +

Penghasilan Netto Rp 258.000.000

Kompensasi Kerugian (Max 5 Thn) Rp -

Penghasilan Netto setelah Kompensasi Rp 258.000.000

19

Page 20: Makalah perpajakan

PTKP Rp 30.375.000 –

PKP Rp 227.625.000

Pajak Penghasilan Terhutang :

5 % x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

15% x Rp 177.625.000 = Rp 26.643.700 +

Total Rp 29.143.700

Berdasarkan contoh diatas bisa dilihat, jika menggunakan metode pembukuan, Tuan

Herlambang harus membayar pajak sebesar Rp 29.143.700, namun jika menggunakan

metode norma perhitungan pajaknya sebesar Rp 13.911.200. Terlihat jelas lebih

menguntungkan menghitung pajaknya jika menggunakan metode norma perhitungan.

Kesimpulan

Cara menghitung pajak penghasilan dengan menggunakan metode norma perhitungan

dan metode pembukuan mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri. Seperti kedua

contoh diatas, hal ini disebabkan oleh perbedaan biaya dan HPP yang dalam pembukuan yang

selalu mengalami perubahan. Jadi, untuk menghitung pajak penghasilan lebih ringkas dan

mudah jika menggunakan cara norma perhitungan , namun adakalanya cara ini bisa

merugikan ,serta adakalanya bisa juga menguntungkan .

20

Page 21: Makalah perpajakan

REFERENSI MAKALAH

1. Kementerian Keuangan RI, Direktorat Jenderal Pajak ( www.pajak.go.id)

E-book KUP edit 2013 E-book PPh E-book Lebih dekat dengan pajak

2. Direktorat Jenderal Pajak, UU KUP no. 16 tahun 2000 3. Buku Perpajakan Edisi Revisi 2011, Prof. DR. Mardiasmo,

MBA, Ak.4. Lampiran I Keputusan Dirjen Pajak Nomor : KEP -

536/PJ./2000 Tanggal : 29 Desember 2000

21