Etika Perpajakan

29
ETIKA PERPAJAKAN Oleh: Kimmy Novika Diendwi Mukti Putri Fitri Arsyanti Desiria Panesia S

description

etika perpajakan

Transcript of Etika Perpajakan

Page 1: Etika Perpajakan

ETIKA PERPAJAKANOleh:

Kimmy Novika

Diendwi Mukti Putri

Fitri Arsyanti

Desiria Panesia S

Page 2: Etika Perpajakan

PENGERTIAN PAJAK Menurut Pasal 1 UU No 28 Tahun 2007 :

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Page 3: Etika Perpajakan

FUNGSI PAJAK ADALAH SEBAGAI BERIKUT : Sebagai fungsi anggaran atau

penerimaan (budgetair). Pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan pemerintah dan bermanfaat untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran.

Sebagai fungsi  mengatur (regulerend). Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Page 4: Etika Perpajakan

FUNGSI PAJAK ADALAH SEBAGAI BERIKUT : Sebagai fungsi stabilitas. Pajak sebagai

penerimaan negara dapat digunakan untuk menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah.

Sebagai fungsi redistribusi pendapatan. Penerimaan negara dari pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan nasional sehingga dapat membuka kesempatan kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Page 5: Etika Perpajakan

PENGERTIAN AKUNTANSI PERPAJAKAN Akuntansi perpajakan dapat didefinisikan

sebagai bidang akuntansi yang mengkalkulasi, menangani, mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi perpajakan sehubungan dengan kejadian-kejadian ekonomi (transaksi) perusahaan.

Peranannya dalam perusahaan adalah signifikan, yaitu:

1.Memberikan membuat perencanaan dan strategi perpajakan (dalam artian positif).

2.Memberikan analisa dan prediksi mengenai potensi pajak perusahaan di masa yang akan datang.

Page 6: Etika Perpajakan

3.Dapat menerapkan perlakuan akuntansi atas kejadian perpajakan (mulai dari penilaian/penghitungan, pencatatan (pengakuan) atas pajak, dan dapat menyajikannya di dalam laporan komersial maupun laporan fiskal perusahaan.

4.Dapat melakukan pengarsipan dan dokumentasi perpajakan dengan lebih baik, sebagai bahan untuk melakukan pemeriksaan dan evaluasi.

Page 7: Etika Perpajakan

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PAJAK Internal Revenue Service (IRS)

mengemukakan bahwa tanggung jawab utama praktisi pajak adalah sistem pajak. Komisi IRS, Roscoe Egger dalam Armstrong (1993 : 85) menyatakan bahwa suatu sistem pajak yang baik dan kuat tidak hanya terdiri dari entitas administrasi pajak saja.

Akuntan Pajak harus bertanggung jawab tidak menyediakan informasi yang salah untuk pemerintah.

Page 8: Etika Perpajakan

ETIKA AKUNTAN PAJAK Salah satu klien yang terpenting

menyarankan untuk merubah perlakuan dari beberapa pajak penghasilannya. Kita percaya jika perlakuan yang disarankan oleh klien tersebut dibuat untuk memperkecilkan pajak yang sebenarnya.

Walaupun itu tidak ada alasan yang tepat untuk merubahnya. Kita hanya mempuyai dua pilihan dasar yaitu : Kita dapat menolak untuk perubahan

tersebut. Kita dapat melakukan untuk perubahan

tersebut sesuai yang disarankan oleh klien.

Page 9: Etika Perpajakan

Hukum pajak dan permintaan dari klien adalah kesempatan potensi yang besar untuk perilaku yang beretika dalam akuntansi pajak. Crenshaw dalam artikelnya menyebutkan empat alasan mengapa dibutuhkan tempat perlindungan pajak: manajemen perusahaan mencari cara baru

untuk memaksimalkan laba dan aliran arus kas meningkatkan kompleksitas baik dari kode pajak

dan keuangan, membuat hal itu lebih mudah dalam realita ekonomi

persepsi tentang investasi bank dan mewujudkan keinginan produk pajak

risiko yang kecil

Page 10: Etika Perpajakan

ETIKA PERPAJAKANDalam kaitannya dengan etika

akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statemet on Responsibilities in Tax Practice (SRTP). Adapun isinya adalah sebagai berikut: Statement on Responsibilities in Tax

Services No. 1, Tax Return Positions (Posisi Pengembalian Pajak)

Statement on Responsibilities in Tax Services No. 2, Answers to Questions on Returns (Jawaban Pertanyaan atas Pengembalian)

Page 11: Etika Perpajakan

Statement on Responsibilities in Tax Services No. 3, Certain Procedural Aspects of Preparing Returns (Aspek prosedur tertentu dalam menyiapkan Pengembalian)Statement on Responsibilities in Tax Services No. 4, Use of Estimates (Penggunaan Estimasi)Statement on Responsibilities in Tax Services No. 5, Departure From a Position Previously Concluded in an Administrative Proceeding or Court Decision (Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya disampaikan di dalam suatu kelanjutan administrative atau keputusan pengadilan)

Page 12: Etika Perpajakan

 Statement on Responsibilities in Tax Services No. 6, Knowledge of Error: Return Preparation (Pengetahuan Kesalahan: Persiapan Kembalian)

Statement on Responsibilities in Tax Services No. 7, Knowledge of Error: Administrative Proceedings (Pengetahuan Kesalahan: Cara kerja administrasi)

Statement on Responsibilities in Tax Services No. 8, Form and Content of Advice to Taxpayers (Format dan isi nasihat pada klien)

Page 13: Etika Perpajakan

KODE ETIK KONSULTAN PAJAK Kode Etik IKPI Kode Etik IKPI adalah kaidah moral yang

menjadi pedoman dalam berfikir, bersikap dan bertindak bagi setiap anggota IKPI.

Setiap anggota IKPI wajib menjaga citra martabat profesi dengan senantiasa berpegang pada Kode Etik IKPI.

Kode Etik IKPI juga mengatur sanksi terhadap tidak dipenuhinya kewajiban atau dilanggarnya larangan oleh anggota IKPI.

Page 14: Etika Perpajakan

Dalam hal kepribadian, Konsultan Pajak Indonesia wajib : Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945. Patuh pada hukum dan peraturan perpajakan,

serta menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan profesi Konsultan Pajak.

Melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi tinggi dan independen.

Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi.

Page 15: Etika Perpajakan

KONSULTAN PAJAK INDONESIA DILARANG : Melakukan kegiatan profesi lain yang

terikat dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri, kecuali dibidang riset, pengkajian dan pendidikan.

Meminjamkan ijin praktik untuk digunakan oleh pihak lain.

Menugaskan karyawannya atau pihak lain yang tidak menguasai pengetahuan perpajakan untuk bertindak, memberikan nasehat dan menangani urusan perpajakan.

Page 16: Etika Perpajakan

DALAM HAL HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEPROFESIKonsultan Pajak Indonesia dilarang : Menarik pelanggan yang diketahui atau patut

dapat diketahui bahwa pelanggan tersebut merupakan pelanggan Konsultan Pajak lain.

Membujuk karyawan dari Konsultan Pajak lain untuk pindah menjadi karyawannya.

Menerima pelanggan pindahan dari Konsultan Pajak lain tanpa memberitahukan kepada Konsultan Pajak lain tersebut, dan harus secara jelas dan meyakinkan secara legal bahwa pelanggan tersebut telah mencabut kuasanya dari Konsultan Pajak lain tersebut.

Page 17: Etika Perpajakan

DALAM HAL HUBUNGAN DENGAN WAJIB PAJAKKonsultan Pajak Indonesia wajib :1. Menjunjung tinggi integritas, martabat

dan kehormatan dengan memelihara kepercayaan masyarakat; bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan rahasia penerima jasa; dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak boleh menerima kecurangan atau mengorbankan prinsip; mampu melihat mana yang benar, adil dan mengikuti prinsip obyektivitas dan kehatihatian.

Page 18: Etika Perpajakan

2. Bersikap profesional: senantiasa menggunakan pertimbangan moral dalam pemberian jasa yang dilakukan; senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan dan menghormati kepercayaan masyarakat dan pemerintah; melaksanakan kewajibannya dengan penuh kehati-hatian, dan mempunyai kewajiban mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan.

Page 19: Etika Perpajakan

3. Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Wajib Pajak: Harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama menjalankan jasanya, dan tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali ada hak atau kewajiban legal profesional yang legal atau hukum atau atas perintah pengadilan untuk mengungkapkannya

Page 20: Etika Perpajakan

KONSULTAN PAJAK INDONESIA DILARANG : Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat

menyesatkan Wajib Pajak mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan.

Memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan instansi perpajakan pasti dapat diselesaikan.

Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan Wajib Pajak untuk pindah atau memilih Konsultan Pajak lain.

Menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan yang diketahui atau patut diketahui melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan. 

Menerima permintaan Wajib Pajak atau pihak lain untuk melakukan rekayasa atau perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perpajakan.

Page 21: Etika Perpajakan

SANKSI ATAS PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

Pasal 13 Kode Etik Konsultan Pajak menegaskan : Sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik antar lain

berupa teguran tertulis, pemberhentian sementara, dan pemberhentian tetap.

Sebelum sanksi yang tersebut pada ayat (1) di atas diberikan, anggota IKPI yang bersangkutan harus diberi kesempatan membela diri dalam rapat Majelis Kehormatan dan anggota tersebut dapat disertai oleh sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anggota IKPI lainnya sebagai pendamping

Dalam hal keputusan sanksi pemberhentian tetap, maka keputusan tersebut baru berlaku setelah yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk membela diri di depan Kongres

Keputusan Kongres merupakan keputusan final dan mengikat.

Page 22: Etika Perpajakan

KASUS GAYUS TAMBUNAN Kronologis kasus gayus

Berawal tudingan Mantan Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Susno Duadji tentang adanya praktek mafia hukum di tubuh Polri dalam penanganan kasus money laundring oknum pegawai pajak bernama Gayus Halomoan Tambunan yang merembet kepada Kejaksaan Agung dan Tim Jaksa Peneliti, Tim Jaksa Peneliti akhirnya bersuara mengungkap kronologis penanganan kasus Gayus H. Tambunan. Berikut ini kronologis penanganan kasus Gayus H. Tambunan menurut Tim Peneliti Kejaksaan Agung.

Dalam berkas yang dikirimkan penyidik Polri kepada kejaksaan, Gayus H. Tambunan dijerat dengan tiga pasal berlapis yakni pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan. Hal ini karena Gayus H. Tambunan adalah seorang pegawai negeri dan memiliki dana Rp. 25 miliar di Bank Panin.

Page 23: Etika Perpajakan

KASUS PENGGELAPAN PAJAK MURNI GAYUS

Dari perkembangan proses penyidikan kasus tersebut, ditemukan juga adanya aliran dana senilai Rp 370 juta di rekening lainnya di Bank BCA milik Gayus H. Tambunan.

Setelah diteliti dan disidik, uang senilai Rp.370 juta tersebut diketahui bukan merupakan korupsi dan money laundring tetapi penggelapan pajak murni. Uang tersebut dimaksudkan untuk membantu pengurusan pajak pendirian pabrik garmen di Sukabumi. Namun demikian, setelah dicek, pemiliknya Mr Son, warga Korea, tidak diketahui berada di mana. Uang tersebut masuk ke rekening Gayus H. Tambunan tetapi ternyata Gayus tidak urus pajaknya. Uang tersebut tidak digunakan oleh Gayus dan tidak dikembalikan kepada Mr. Son sehingga hanya diam di rekening Gayus.

Page 24: Etika Perpajakan

Satgas Pemberantasan Mafia Hukum mengatakan bahwa kasus markus pajak dengan aktor utama Gayus H. Tambunan melibatkan sindikasi oknum polisi, jaksa, dan hakim. Satgas menjamin oknum-oknum tersebut akan ditindak tegas oleh masing-masing institusinya, koordinasi perkembangan ketiga lembaga tersebut terus dilakukan bersama Satgas. Ketiga lembaga tersebut sudah berjanji akan melakukan proses internal. Kasus ini merupakan sindikasi (jaringan) antar berbagai lembaga terkait.

Page 25: Etika Perpajakan

Efek berantai kasus Gayus juga menyentuh istana. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Satgas Anti Mafia Hukum untuk mengungkap kembali kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). SBY menduga dalam kasus tersebut terdapat mafia hukum.

Setelah penyelidikan sekian lama, akhirnya pada tanggal 19 januari 2011, Gayus Tambunan telah dinyatakan bersalah atas kasus korupsi dan suap mafia pajak oleh Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Selatan dengan hukuman 7 tahun penjara dan denda Rp. 300 juta.

Page 26: Etika Perpajakan

ANALISIS KASUS Pembahasan ini difokuskan pada divonis

bebasnya Gayus oleh Pengadilan Negeri Tangerang karena tidak terbukti melakukan salah satu tindak pidana yang disangkakan, yaitu: korupsi. Menurut anggota Komisi III DPR, Andi Anzhar Cakra Wijaya, kasus penggelapan pajak masih belum manjur jika hanya dijerat dengan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang Money Laundering (pencucian uang) dinilai lebih sakti menindak mafia pajak. Para penegak hukum bisa menggunakan Undang-Undang tersebut untuk membuktikan perbuatan penggelapan pajak kasus Gayus Tambunan. Ia menyebutkan, penggelapan pajak itu berasal dari perbuatan Gayus yang menerima suap dari perusahaan-perusahaan yang dibantunya.

Page 27: Etika Perpajakan

Akibat suap itulah terjadi penggelapan pajak yang jumlahnya sangat besar dan merugikan negara. “Kalau ada indikasi penggelapan perpajakan, harus digunakan Undang-Undang Pencucian Uang. Proses penyidikan bisa dimulai dari pencucian uang itu,” tutur Andi. Setuju dengan pendapat Andi Anzhar Cakra Wijaya, penulis berpendapat bahwa sudah seharusnya Gayus dijerat dengan Undang-Undang Tindak Pidana Khusus, yaitu korupsi, pencucian uang dan penggelapan.

Page 28: Etika Perpajakan

Berdasarkan Pasal 43 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang menetapkan bahwa selain dilakukan oleh pembayar pajak (plagen atau dader), tindak pidana pajak dapat melibatkan penyerta (deelderming) seperti wakil, kuasa atau pegawai pembayar pajak atau pihak lain yang menyuruh melakukan (doen plegen atau middelijke), yang turut serta melakukan (medeplegen atau mededader), yang menganjurkan (uitlokker), atau yang membantu melakukan tindak pidana perpajakan (medeplichtige), Gayus mungkin saja berperan sebagai medeplegen, uitlokker atau medeplichtige. Hal ini didasarkan pada keterangan Gayus pada Satgas pemberantasan mafia hukum bahwa dalam melakukan aksinya tersebut Gayus melibatkan sekurang-kurangnya sepuluh rekannya.

Page 29: Etika Perpajakan

The EndThank you