Makalah perpajakan lusi manullang

28
Tugas Individu Administrasi Perpajakan (Pratikum) dan Praktikum Komputer SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT KEPUTUSAN Oleh: Lusi Maretti Rita (1201120078) Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan Administrasi Bisnis

Transcript of Makalah perpajakan lusi manullang

Page 1: Makalah perpajakan lusi manullang

Tugas Individu

Administrasi Perpajakan (Pratikum) dan Praktikum Komputer

SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT KEPUTUSAN

Oleh:

Lusi Maretti Rita

(1201120078)

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan Administrasi Bisnis

Universitas Riau

2013

Page 2: Makalah perpajakan lusi manullang

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas rahmat dan karunia tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan

rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul”Surat Ketetapan Pajak Dan

Surat Keputusan”. ini tepat pada waktunya. Pada dasarnya makalah ini diselesaikan untuk

memenuhi tugas mata kuliah Administrasi Perpajakan yang dibimbing langsung oleh dosen

Sri Zuliarni, S.Sos., MBA

Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara

harus berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

rakyat dalam negara tersebut. dengan demikian setiap orang sebagai anggota masyarakat

suatu negara harus mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak. Oleh

sebab itu pada kesempatan ini penulis akan merangkum materi-materi yang akan menunjang

pemahaman pembaca terhadap isi dalam makalah ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada sumber-sumber informasi

yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini. Penulis juga berharap kepada

pembaca agar memberikan kritik ataupun saran terhadap makalah ini untuk perbaikan

makalah ini selanjutnya.

Pekanbaru, Oktober 2013

Penulis

Page 3: Makalah perpajakan lusi manullang

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulis......................................................................................................................2

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Pajak...................................................................................................................3

2.2 Ketetapan Pajak....................................................................................................................4

2.3 Macam-macam Pajak...........................................................................................................4

2.4 Keberatan.............................................................................................................................8

2.5 Jangka Waktu Pengajuan Keberatan....................................................................................9

2.6 Permintaan Penjelasan Atau Pemberian Keterangan Tambahan.......................................10

2.7 Banding.............................................................................................................................10

2.8 Pembetulan, Pengurangan dan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak..............12

Bab III Penutup

A. Kesimpulan..........................................................................................................................13

B. Saran...................................................................................................................................13

Daftar Pustaka

Page 4: Makalah perpajakan lusi manullang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara harus

berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh rakyat

dalam negara tersebut. dengan demikian setiap orang sebagai anggota masyarakat suatu

negara harus mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak.

Pada umumnya tidak terlepas dari subyek pajak yaitu mereka (orang atau badan) yang

memenuhi syarat subyektif, yaitu syarat yang melekat pada orang atau badan sesuai dengan

apa yang ditentukan oleh undang-undang. Sedangkan obyek pajak artinya mereka

mempunyai potensi untuk dikenai pajak, tetapi belum tentu dikenai pajak. Sementara itu

wajib pajak adalah mereka (orang atau badan) yang selain memenuhi subyektif pajak, juga

harus memenuhi syarat objektif. Jadi wajib pajak itu tidak hanya potensial untuk dikenakan

pajak melainkan memang sudah dikenakan kewajiban untuk membayar utang pajak.

Berdasarkan penetapan dan ketetapan pajak, maka wajib pajak mempunyai hak

mengajukan keberatan atas suatu ketetapan pajak dengan mengajukan keberatan secara

tertulis kepada Direktur Jendral Pajak paling lambat tiga bulan sejak tanggal surat ketetapan,

dan atas keberatan tersebut Direktur Jendral Pajak akan memberikan keputusan paling lama

dalam jangka waktu dua belas bulan sejak surat keberatan diterima dari wajib pajak yang

mengajukannya.

Perlu diketahui bahwa wajib pajak yang mengajukan banding harus membayar

minimal 50% dari utang pajak yang diajukan banding. Pengadilan pajak harus menetapkan

putusan paling lambat dua belas bulan sejak surat banding diterima.

Page 5: Makalah perpajakan lusi manullang

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian pada bagian latar belakang diatas, maka dalam makalah ini akan membahas

tentang sebagai berikut:

1. Apa saja teori yang berhubungan atau landasan teori yang terkait dengan surat

ketetapan pajak dan surat keputusan.

2. Bagaiman ketetapan dan penetapan pajak.

3. Bagaiman bentuk pembetulan ketetapan pajak, pengurangan atau penghapusan sanksi

administrasi dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak.

1.3 Tujuan Penulis

Dalam hal ini, penulis ingin memperoleh informasi dan data yang cukup sehingga

permasalahan yang telah dikemukakan pada rumusan masalah diatas dapat digambarkan

dengan jelas melalui informasi yang diperoleh untuk mengetahui landasan teori yang terkait

dengan penetapan dan ketetapan pajak, mengumpulkan materi atau bahan tulisan

pengetahuan tentang perpajakan khususnya yang berhubungan dengan penetapan dan

ketetapan pajak dan surat keputusan, mengetahui fungsi dan kegunaan pajak, untuk

mengetahui pengertian pajak dan unsur yang ada didalam pajak tersebut.

Page 6: Makalah perpajakan lusi manullang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting, disamping minyak

dan gas bumi. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) bahwa

setiap tahun pajak merupakan sumber penghasilan yang besar bagi pemerintah. Pemerintah

dalam pemungutan pajak adalah berdasarkan keadilan dan kepastian hukum bagi para

pembayar pajak. Definisi pajak menurut Prof. Dr P.J.A andriani yaitu: iuran pajak kepada

negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh wajib pajak membayarnya menurut

peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat

ditunjuk dan yang dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang

berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak, maka

akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terutang

menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Pajak diatur dengan undang-undang, oleh

karena itu pajak itu harus mempunyai dasar hukum yang kuat dan mantap serta pembuatan

undang-undang pajak harus dilakukan dengan cermat dan hati – hati. Pajak letaknya dibidang

hukum publik tetapi erat kaitannya dengan hukum perdata dan hukum adat. Sejauh mana

ketentuan hukum perdata dan hukum adat berlaku terhadap pajak-pajak, maka hal ini perlu

dipelajari dari segi hukum.

Ditinjau dari segi hukum, unsur pajak adalah suatu yang mutlak harus ada agar

sesuatu itu akan ada, antara lain harus ada undang-undang, ada pemerintah, ada subjek, ada

masyarakat sehingga pajak adalah perikatan yang timbul karena undang-undang yang

mewajibkan seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam undang-undang, untuk

membayar suatu jumlah tertentu kepada negara yang dapat dipaksakan, dengan tiada

mendapat imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk, yang dapat digunakan untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

Page 7: Makalah perpajakan lusi manullang

Ditinjau dari segi sosiologi pajak merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam

suatu masyarakat. Pajak-pajak tidak hanya membiayai pengeluaran rutin pemerintah tetapi

yang sangat diharapkan juga untuk membiayai pengeluaran rutin tetapi yang sangat

diharapkan juga untuk membiayai pembangunan.

A. Ciri-ciri Yang Melekat Pada Pengertian Pajak

Yang berhak memungut pajak adalah negara, dalam hal ini adalah pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah.

Pemungutan pajak dilakukan oleh berdasarkan undang-undang serta aturan-

aturan-aturan pelaksanaannya (yang dapat dipaksakan): dalam arti bahwa jika

utang pajak tersebut tidak dibayar, maka utang pajak tersebut dapat ditagih

dengan menggunakan tindakan keras .

Dalam pembayaran pajak-pajak tidak dapat ditunjukkan adanya timbal balik

secara langsung oleh pemerintah.

Pajak tersebut akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam

rangka mencapai kesejahteraan umum.

2.2 Ketetapan Pajak

Prinsip self-assessment dalam pemenuhan kewajiban perpajakan adalah bahwa wajib

pajak (WP) diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar sendiri, dan

melapor pajak yang terutang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

sehingga penentuan besarnya pajak yang terutangdipercayakan pada WP sendiri melalui

Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan.

2.3 Macam-macam Ketetapan Pajak

Dalam sistem perpajakan di indonesia bahwa setiap wajib pajak wajib membayar

pajak yang terutang sebagaimana yang tercantum dalam surat pemberitahuan yang

disampaikan oleh wajub pajak. Kewajiban membayar utang pajak tersebut dengan tidak

Page 8: Makalah perpajakan lusi manullang

menggantungkan pada adanya Surat Ketetapan Pajak (SKP). Atau Direktorat Jenderal pajak

tidak berkewajiban untuk menerbitkan surat ketetapan pajak atas semua surat pemberitahuan

yang disampaikan wajib pajak.

Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Tambahan, Surat Ketetapan pajak Nihil, atau

Surat Ketetapan pajak Lebih Bayar. Penertiban suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas

pada hasil pemeriksaan atau berdasarkan keterangan lain, bahwa pajak yang dihitung dan

dilaporkan dalam surat pemberitahuan yang bersangkutan tidak benar, misalnya pembebanan

biaya ternyata melebihi yang sebenarnya, maka Direktur Jendral Pajak dapat menetapkan

besarnya pajak yang terutang sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

B. Fungsi Ketetapan Pajak

Surat ketetapan pajak berfungsi sebagai:

a) Sarana untuk melakukan koreksi terhadap WP tertentu yang nyata-nyata atau

berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban

materil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.

b) Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.

c) Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.

d) Sarana untuk mengembalikan kerlebihan pajak dalam hal lebih bayar.

e) Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.

Di dalam Undang-undang KUP pada bahagian bab penetapan dan ketetapan terdapat

empat macam Surat Ketetapan Pajak dan satu macam surat tagihan pajak yang meliputi:

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang

menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan

pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus

dibayar.

Page 9: Makalah perpajakan lusi manullang

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan

pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan

sebelumnya.

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak yang

menetukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih

besar dari pada pajak yang terutang.

4. Surat KetetapanPajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan

jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak

terutang atau tidak ada kredit pajak.

5. Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau

sanksi administrasi bunga dan atau denda yang diatur dalam pasal 14 UU KUPyang

mempunyai kekuatan hukum yang sama.

C. Ketentuan Penerbitan SKPKB

Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar hanya

terhadap: wajib pajak tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan atau dari data lain diluar data

yang disampaikan oleh wajib pajak sendiri.

Surat ketetapan pajak pajak tersebut dapat diterbitkan dengan hala-hal sebagai berikut:

a) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lainternyata jumlah pajak yg

terutang tidak atau kurang dibayar.

b) Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sesuai peraturan

perundang-undangan pasal 3 ayat 3 UU KUP dan telah ditegur secara tertulis juga

tidak disampaikan pada waktu sebagai mana ditentukan dalam surat teguran, maka

Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKB secara jabatan.

c) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai PPN dan PpnBM ternyatya tidak

seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif

0 % (nol persen)

d) Apabila wajib pajak tidak menyelenggarakan kewajiban pembukuan atau pencatatan

sesuai dengan pasal 28 dan pasal 29 UU KUP sehingga tidak dapat diketahui

Page 10: Makalah perpajakan lusi manullang

besarnya pajak yang terutang, maka direktur jenderal pajak dapat mengeluarkan

SKPKB secara jabatan.

D. Sanksi Perpajakan Terhadap SKPKB

Sanksi perpajakan SKPKB diatur dalam pasal 13 ayat 2 dan 3 UU KUP masing-masing

sanksi tersebut adalah:

a. Sanksi Administrasi Bunga

Sanksi administrasi bunga dapat dikenakan dari hasil pemeriksaan terhadap pajak

penghasilan atau ada keterangan lain. Sanksi bunga tersebut dihitung sejak saat

terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau pajak sampai

dengan diterbitkannya SKPKB.

b. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan

Sanksi administrasi berupa kenaikan dapat dikenakan jika SKPKB diterbitkan

berdasarkan SPT tidak disampaikan dalam waktunya dan telah ditegur juga tidak

disampaikan.

E. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

Penertiban SKPKBT dapat terjadi apabila ditemukan adanya data baru yang

mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang. Disamping itu untuk menerbitkan

SKPKBT tersebut baru dapat diterbitkan apabila telah dilakukan tindakan pemeriksaan. Jika

surat ketetapan pajak sebelimnya diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan, maka untuk

menerbitkan SKPKBT perlu dilakukan pemeriksaan ulang.

Sanksi SKPKBT

Sanksi perpajakan dapat dikenakan terhadap SKPKBT berupa:

a) Sanksi administrasi berupa kenaikan 100%

Page 11: Makalah perpajakan lusi manullang

b) Kenaikan sebagaimana dimaksud apabila surat SKPKBT diterbitkan berdasarkan

keterangan dari pihak wajib pajak

c) SKPKBT tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi berupa 48%

F. Surat Tagihan Pajak

Surat tagihan pajak diatur dalam pasal 14 UU KUP yang mempunyai kekuatan hukum yang

sama dengan surat ketetapan pajak dalam arti penagihannya dapat juga dilakukan dengan

mengeluarkan surat paksa.

Fungsi Surat Tagihan Pajak

1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang dalam SPT wajib pajak.

2. Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

3. Sarana untuk melakukan penagihan pajak.

Mulai 1 januari 2008, surat tagihan pajak juga dapat diterbitkan dalam hal:

1. Pengusaha kena pajak melaporkan fatkur pajak tidak sesuai dengan masa penertiban

fatkur pajak dikenai sanksi

2. Pengusaha kena pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian

pajak masukan diwajibkan membyar kembali.

2.4 Keberatan

Tata Cara Pengajuan Keberatan

a) Yang Dimaksud Dengan Keberatan

Dalam melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan kemungkinan

terjadi bahwa wajib pajak merasa kurang puas terhadap suatu ketetapan pajak yang dikenakan

kepadanya atau atas pemotongan oleh pihak ketiga dalam hal ini WP dapat mengajuka

keberatan.

b) Hal- Hal Yang Dapat Diajukan Keberatan

Wajib pajak dapat mengajukan keberatan atas:

1) Surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB)

Page 12: Makalah perpajakan lusi manullang

2) Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT)

3) Surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB)

4) Surat ketetapan pajak nihil (SKPN)

5) Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga.

c) Ketentuan Pengajuan Keberatan

Keberatan diajukan kepada kepada kantor pelayanan pajak (KPP) ditempat WP

terdaftar, dengan syarat :

1. Diajukan secara tertulis dengan bahasa indonesia

2. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang

dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dan

disertai alasan-alasan yang jelas.

3. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis pajak dan satu tahun atau masa pajak.

Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan

penagihan pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap bukan Surat

Keberatan, sehingga tidak diproses. Mulai 1 Januari 2008 dalam hal Wajib Pajak mengajukan

keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang harus dibayar

paling sedikit sejumlah yang disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil

pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan.

2.5 Jangka Waktu Pengajuan Keberatan

Keberatan harus diajukan dalam Jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPKB,

SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak tanggal dilakukan pemotongan/ pemungutan oleh pihak

ketiga.

A. Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung ke KPP, maka jangka waktu 3

(tiga) bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak

dilakukan pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan

diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.

B. Untuk surat keberatan yang disampaikan melalui pos (harus dengan pos tercatat),

jangka waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau

Page 13: Makalah perpajakan lusi manullang

sejak dilakukan pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan

tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro.

Penyelesaian Keberatan

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua betas) bulan sejak

tanggal surat keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.

Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas ) telah lewat dan Direktorat Jenderal Pajak tidak

memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap diterima.

Keputusan keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau

menambah besarnya jumlah pajak terhutang.

2.6 Permintaan Penjelasan Atau Pemberian Keterangan Tambahan

A. Untuk keperluan pengajuan keberatan WP dapat meminta penjelasan/ keterangan

tambahan dan Kepala KPP wajib memberikan penjelasan secara tertulis hal-hal yang

menjadi dasar pengenaan, pemotongan, atau pemungutan.

B. WP dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sebelum surat

keputusan keberatannya diterbitkan.

2.7 Banding

Surat Keputusan Keberatan tidak dapat menjadi Wajib Pajak puas. Masih ada satu

kesempatan lagi bagi Wajib Pajak untuk menguji pendapatnya, yaitu melalui proses banding

ke Pengadilan Pajak.

Tata Cara Pengajuan Permohonan Banding

Apabila WP tidak atau belum puas dengan keputusan yang diberikan atas keberatan, WP

dapat mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak, dengan syarat:

Tertulis dalam bahasa Indonesia.

Dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan atas keberatan diterima.

Page 14: Makalah perpajakan lusi manullang

Alasan yang jelas.

Dilampiri salinan Surat Keputusan atas keberatan.

Terhadap satu keputusan diajukan satu surat banding.

Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan

pelaksanaan penagihan pajak. Putusan Pengadilan Pajak bukan merupakan keputusan

Tata Usaha Negara.

Yang Dapat Mengajukan Banding Kepengadilan

1. Bagi Wajib Pajak Badan oleh Pengurus;

2. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah yang bersangkutan atau ahli warisnya

3. Kuasa Hukum dari butir diatas.

Surat Uraian Banding

Surat uraian banding adalah adalah surat terbanding kepada Pengadilan Pajak yang

berisi jawaban atas alasan banding yang diajukan oleh pemohon banding. Putusan Banding

merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap, serta bukan Keputusan Tata

Usaha Negara.

Dalam sejarah banding, jika dibuatkan prosentase Putusan Banding, maka sebagian

besar Putusan Banding berpihak ke Wajib Pajak. Berdasarkan penelitian DJP sendiri,

keputusan banding yang membatalkan surat ketetapan pajak dikarenakan lemahnya proses

pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa pajak. Artinya, banyak pemeriksaan pajak yang

melakukan pemeriksaan tanpa dasar yuridis dan argumentasi yang kuat. Inilah kesempatan

Wajib Pajak, walaupun untuk mencapai banding ini harus melalui jalan yang berliku.

Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau

seluruhnya, maka kelebihan pembayaran dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga

sebesar 2% sebulan, untuk selama-lamanya 24 bulan.

Page 15: Makalah perpajakan lusi manullang

2.8 Pembetulan Ketetapan Pajak, Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi

dan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak

1. Pembetulan Ketetapan Pajak

Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang tidak

mengandung persengketaan antara skus dan Wajib Pajak, dapat dibetulkan oleh

Direktur Jenderal Pajak secara jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak.

2. Kesalahan atau kekeliruan dalam Ketetapan Pajak yang dapat dibetulkan.

Ruang lingkup pembetulan ketetapan pajak, terbatas pada kesalahan atau kekeliruan dari:

1. Kesalahan tulis antara lain : kesalahan yang dapat berupa penulisan nama, alamat,

NPWP, nomor surat ketetapan pajak, Jenis Pajak, Masa atau Tahun Pajak dan tanggal

jatuh tempo.

2. Kesalahan hitung, yang berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan atau

perkalian dan atau pembagian suatu bilangan.

3. Kekeliruan dalam penerapan tarif, penerapan persentase Norma Penghitungan

Penghasilan Neto, penerapan sanksi administrasi, Penghasilan Tidak Kena Pajak

(PTKP), penghitungan PPh dalam tahun berjalan, dan pengkreditan pajak.

H. Ketetapan Pajak yang Dapat Dibetulkan.

Ketetapan pajak yang dapat dibetulkan karena kesalahan atau kekeliruan, antara lain:

a)  Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);

b) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);

c)  Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);

d)  Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);

e)  Surat Tagihan Pajak (STP);

f)  Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak;

g)  Surat Keputusan Keberatan;

Page 16: Makalah perpajakan lusi manullang

h)  Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi;

i)   Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar.

Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan Wajib Pajak

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal

permohonan diterima, harus memberikan keputusan. Apabila jangka waktu tersebut telah

lewat, Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka permohonan pembetulan

yang diajukan tersebut dianggap diterima.

Mulai 1 Januari 2008, jangka waktu penyelesaian permohonan pembetulan Wajib

Pajak harus diselesaikan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan

sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah

lewat Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan suatu keputusan, maka permohonan

pembetulan yang diajukan dianggap dikabulkan.

Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi

Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak dapat

mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang

ternyata dikenakan karena adanya kekhilafan atau bukan karena kesalahan Wajib Pajak.

b) Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi harus memenuhi ketentuan :

Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan memberikan alasan yang jelas

dan meyakinkan;

Disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak yang

mengenakan sanksi administrasi tersebut;

Tidak melebihi jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya STP, SKPKB atau

SKPKBT, kecuali apabila WP dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak

dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya;

Tidak mengajukan keberatan atas ketetapan pajaknya dan diajukan atas suatu STP; suatu

SKPKB atau suatu SKPKBT.

c)  Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau

penghapusan sanksi administrasi paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal permohonan

diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak

memberi keputusan maka permohonan dianggap diterima.

Page 17: Makalah perpajakan lusi manullang

Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar

a)  Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan WP dapat mengurangkan

atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar;

b) Permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar harus memenuhi

ketentuan:

Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia untuk suatu surat ketetapan pajak;

Menyebutkan jumlah pajak yang menurut penghitungan WP seharusnya terhutang.

Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau

pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar paling lama 12 bulan sejak tanggal

permohonan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal

Pajak tidak memberi keputusan maka permohonan dianggap diterima.

Permintaan Penjelasan atau Pemberian Keterangan Tambahan :

a)  Untuk keperluan pengajuan permohonan, Wajib Pajak dapat meminta penjelasan/keterangan

tambahan, dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KKPP) wajib menjawabnya secara tertulis

hal-hal yang menjadi dasar pengenaan, pemotongan atau pemungutan. Wajib Pajak harus

tetap memperhatikan jangka waktu pengajuan permohonan di atas.

b) Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sebelum surat

keputusan atas permohonan diterbitkan.

Page 18: Makalah perpajakan lusi manullang

BAB III

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Sistem pemungutan pajak kita sekarang ini menganut sistem self assessment yaitu

Wajib Pajak diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar sendiri, dan

melaporkan pajak yang terutang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang dipercayakan pada WP sendiri melalui

surat Yang disampaikannya.

Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas kepada WP tertentu yang

disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data fisik

yang tidak dilaporkan oleh WP. Dengan demikian, Ketetapan Pajak berfungsi sebagai:

1.  Koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT WP.

2.  Sarana untuk mengenakan sanksi.

3.  Sarana untuk menagih pajak.

4.  Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hat lebih bayar.

5.  Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.

B.   SARAN

Adapun saran-saran yang dapat penyusun sampaikan melalui makalah perpajakan ini, yaitu ;

Di dalam perpajakan dikenal tarif dan perhitungan pajak untuk menambah

pengetahuan bagi para mahasiswa seharusnya cara-cara tersebut diajarkan melalui

perkuliahan yang telah dilakukan.

Untuk memperlancar proses perkuliahan perpajakan perlu di berikan bahan materi

panduan kuliah berupa buku paket photo copy agar para mahasiswa memiliki bahan

bacaan perpajakan yang bisa dijadikan acuan untuk mengetahui lebih dalam tentang

perpajakan.

Page 19: Makalah perpajakan lusi manullang

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Tjahyono dan Fakhri Huesin.2000.Perpajakan,Edisi Ketiga.Jogjakarta

Waluyo.2004. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Achmad Tjahyono Dan Triono Wahyudi.2005.Perpajakan Indonesia Edisi Kedua.

Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Drs. Azhari. S MA. Ak.Pengantar Perpajakan dan Hukum Pajak. Pekanbaru. Pusat

Pengembangangan pendidikan Universitas Riau