Makalah Pengantar Ilmu Pendidikan - Aspek Spiritual Pendidikan.pdf

download Makalah Pengantar Ilmu Pendidikan - Aspek Spiritual Pendidikan.pdf

of 26

Transcript of Makalah Pengantar Ilmu Pendidikan - Aspek Spiritual Pendidikan.pdf

  • Makalah Pengantar Ilmu Pendidikan

    Dosen: Dra. Irah Kasirah, M.Pd.

    Aspek Spiritual Pendidikan Abdul Goffar Al Mubarok

    5215134375

    Ditujukan untuk memenuhi penilaian mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan.

    S1 Pendidikan Teknik Elektronika

    Fakultas Teknik

    UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

    2014

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Assalaamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

    Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

    yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga kami

    dapat menyelesaikan Makalah Pengantar Ilmu Pendidikan ini sesuai

    dengan waktu yang telah ditentukan.

    Keberhasilan dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini tidak

    lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

    kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

    1. Ibu Irah Kasirah sebagai dosen mata kuliah Pengantar Ilmu

    Pendidikan.

    2. Kedua orangtua yang senantiasa memberikan support dan doa.

    Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari predikat

    sempurna, masih banyak kekurangan di sana sini. Oleh sebab itu, kami

    meminta saran dan kritik yang membangun dari pembaca sebagai

    masukan bagi agar kami dapat menyempurnakan makalah ini.

    Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat diterima untuk

    memenuhi persyaratan nilai mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan

    Wassalamualaikum warrohmatullohi wabarokatuh

    Jakarta, 31 Mei 2014

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR II

    DAFTAR ISI III

    BAB I : PENDAHULUAN 1

    1.1. LATAR BELAKANG 1

    1.2. PERUMUSAN MASALAH 3

    BAB II : PEMBAHASAN 4

    BAB III : PENUTUP 22

    KESIMPULAN 22

    DAFTAR PUSTAKA 23

  • 1

    BAB I : Pendahuluan

    1.1. Latar Belakang

    Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling

    sempurna. Sesuai dengan firman Allah, Sesungguhnya Kami telah

    menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya. 1

    Manusia memiliki kelebihan dibanding mahluk lain, yakni akal

    pikiran. Akal tersebut yang mendorong manusia menjadi lebih maju

    dibanding mahluk lain di muka Bumi ini. Dimana akal pikiran

    menjadi motor penggerak karsa cipta manusia untuk

    mempermudah kehidupan mereka.

    Manusia terlahir ke dunia dalam keadaan lemah dan tidak

    berdaya, sehingga manusia memerlukan bantuan orang lain untuk

    dapat hidup. Dan dari orang lain pula manusia memperoleh

    pengetahuan mengenai tata cara bertahan hidup, bahkan berkat

    akal yang dimilikinya manusia tidak hanya menggunakan

    pengetahuan yang ia dapat untuk sekedar bertahan hidup saja, tapi

    juga mengembangkan pengetahuan tersebut untuk aktualisasi diri

    dan menciptakan berbagai hal baru yang berguna bagi dirinya

    sendiri dan orang lain.

    Akal yang dimiliki manusia dikembangkan melalui berbagai

    proses pendidikan yang dialaminya, sehingga akal tersebut dapat

    lebih peka dan tanggap menghadapi berbagai permasalahan yang

    muncul dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini kita mengenal

    beberapa kecerdasan, dan yang berkaitan dengan kecerdasan

    daya nalar atau kemampuan berpikir adalah Intelligency Quotient

    (IQ). IQ kerap dijadikan harga mati bagi tingkat kemajuan

    pendidikan seorang manusia. Padahal sebenarnya IQ saja tidak

    1 Q.S. At-Tin(95) ayat 4

  • 2

    cukup untuk dijadikan patokan dalam mengukur kemajuan

    pendidikan seseorang.

    Di samping IQ ada juga Emotional Quotient (EQ) yang

    memiliki pengaruh penting dalam pribadi seseorang, sebagai

    penentu sikap yang akan diambil oleh seseorang. Jika seseorang

    yang memiliki IQ tinggi namun lemah dalam aspek EQ maka

    kemampuan intelektual yang dimilikinya tidak akan optimal karena

    tidak disertai dengan kemampuan pengendalian emosi yang baik.

    Selain IQ dan EQ kita juga mengenal Spiritual Quotient (SQ)

    yang sama besar pengaruhnya, bahkan disinyalir SQ merupakan

    aspek kecerdasan yang paling berpengaruh dalam kepribadian

    seseorang. Dimana kecerdasan spiritual merupakan gambaran dari

    kesadaran seseorang akan suatu kekuatan yang mengatur

    jalannya alam semesta dan seisinya, Yang Maha Melihat segala

    tingkah laku yang ia perbuat, sehingga akan muncul sikap positif

    dari individu tersebut kapanpun dan dimanapun.

    Berbagai aspek kecerdasan yang dimiliki manusia perlu

    dikembangkan sejak dini, masa kanak-kanak merupakan masa

    yang tepat dalam mengembangkan kecerdasan-kecerdasan

    tersebut. Anak-anak mudah menyerap atau mengimitasi apa yang

    mereka lihat, dengar, dan terima, baik itu merupakan kebaikan

    maupun keburukan. Sehingga perlu dilakukan pembiasaan

    berperilaku baik sejak usia dini.

    Perilaku yang notabene berkaitan erat dengan EQ dan SQ

    merupakan modal besar yang dibutuhkan manusia untuk dapat

    hidup dengan baik sebagai mahluk indivual, sosial, dan mahluk

    Tuhan. Pembentukan EQ dan SQ akan sulit dilakukan ketika

    seseorang sudah mencapai usia yang matang, yakni usia remaja

    ataupun usia dewasa. Sehingga kami rasa anak-anak yang kelak

    akan menjadi pemimpin di masa depan membutuhkan pendidikan

    EQ dan SQ yang intensif disertai dengan pemberian contoh atau

    teladan yang baik.

  • 3

    1.2. Perumusan Masalah

    Penulisan makalah ini merupakan ide pemecahan

    permasalahan yang digambarkan melalui beberapa

    pertanyaan berikut:

    1. Seperti apa hakikat manusia yang sesungguhnya?

    2. Mengapa manusia memerlukan pendidikan?

    3. Bagaimanakah hubungan antara pendidikan dan kepribadian

    seseorang?

    4. Apakah pendidikan bertumpu pada kecerdasan intelektual

    semata?

    5. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual?

    6. Kapankah waktu yang tepat untuk membentuk pribadi

    seseorang melaui pengembangan spiritual?

    7. Bagaimana cara yang tepat dalam mengembangkan

    kecerdasan spiritual seseorang?

  • 4

    BAB II : Pembahasan

    Dalam tinjauan biologi, manusia merupakan organisme atau

    mahluk hidup yang paling kompleks. Tubuh manusia terdiri atas sistem

    organ yang merupakan kesatuan dari beberapa organ yang memiliki

    fungsi tertentu, dan organ tersebut tersusun atas jaringan-jaringan yang

    berbagai jenis bentuk dan fungsinya, lalu jaringan-jaringan yang

    menyusun organ tersusun atas milyaran sel yang di dalamnya terdapat

    organel-organel sel yang memiliki peranan masing-masing dalam

    menggerakkan kehidupan manusia. Salah satu organ yang paling

    kompleks yang dimiliki manusia adalah otak. Otak merupakan organ yang

    tersusun atas milyaran sel saraf, otak juga merupakan pusat kendali dari

    seluruh gerakan, rangsangan, dan kerja tiap organ bahkan sel-sel yang

    lain.

    Otak juga kerap dikaitkan dengan akal pikiran. Akal dalam Kamus

    Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai daya pikir (untuk memahami

    sesuatu), pikiran, ingatan. Secara fungsional otak dan akal merupakan hal

    yang analog atau sebanding. Namun, pengertian akal di sini bukan

    sebatas daging yang memiliki memori untuk mengingat dan berpikir.

    Karena jika diartikan demikian hewan seperti keledai pun memiliki otak,

    sehingga akal di sini memiliki pengertian yang lebih luas.

    Akal merupakan karunia Tuhan yang khusus diberikan kepada

    manusia, atau dapat dituliskan manusia merupakan satu-satunya mahluk

    yang memiliki akal. Akal inilah yang menjadikan manusia lebih mulia

    dibandingkan mahluk lainnya di muka Bumi ini. Dengan akal yang ia miliki,

    manusia terdorong untuk belajar secara lebih mendalam sehingga

    manusia dapat mengembangkan dirinya. Selain itu, dengan akal itu pula

    manusia dapat menciptakan kumpulan perilaku baru yang mencerminkan

    tingginya tingkat kreativitas yang disebabkan oleh akal manusia. Manusia

  • 5

    juga tidak akan pernah membatasi dirinya dalam belajar berkat sokongan

    dari akal yang dikaruniakan oleh Tuhan untuknya.

    Sementara itu hewan juga mengalami proses belajar, namun lain

    halnya dengan manusia yang menjadikan belajar sebagai sarana dalam

    mengembangkan diri, hewan justru menjadikan belajar hanya sekedar

    upaya untuk survive atau bertahan hidup. Hewan juga tidak menciptakan

    perilaku baru, melainkan hanya mewarisi perilaku-perilaku dari para

    pendahulunya dari species yang sama. Dan hewan juga belajar dalam

    cakupan yang terbatas hanya sesuai dengan jenis/species dari hewan

    tersebut. Maka dapat dikatakan salah satu karakteristik yang

    membedakan manusia dengan hewan adalah akal. Sehingga jika ada

    manusia yang tidak mengembangkan akalnya, sesungguhnya ia dapat

    disamakan dengan hewan yang rendah.

    Meskipun sudah dilengkapi dengan senjata canggih pemberian

    Tuhan berupa akal, tetap saja manusia terlahir ke alam dunia dalam

    keadaan lemah dan tidak berdaya. Seorang bayi yang baru lahir mutlak

    memerlukan pertolongan orang lain untuk dapat bertahan hidup.

    Kemampuan akal yang dimiliki manusia tidak begitu saja datang,

    melainkan didapat melalui suatu proses, yaitu proses belajar dan

    pendidikan. Dan jika dikaitkan antara hakikat manusia dengan pendidikan,

    kita akan mendapatkan beberapa poin, yakni:

    a. Manusia sebagai mahluk individu. Setiap manusia memiliki

    perbedaan, tidak ada satu manusiapun yang sama persis

    dengan manusia lain. Setiap individu berbeda potensinya

    dengan individu lain, dimana setiap individu ini bersifat unik.

    Manusia memiliki keinginan untuk dapat hidup mandiri, namun

    tetap butuh bimbingan dari orang lain untuk mencapai

    kemandirian.

  • 6

    b. Manusia sebagai mahluk sosial. Manusia memiliki potensi

    sosialitas yang dikaruniai sejak lahir 2 , yakni mempunyai

    kemungkinan untuk dapat bersosialisasi dan bergaul dalam

    artian bersedia memberi dan menerima pemberian orang lain.

    Karena memang manusia tidak akan dapat mencapai apa yang

    ia inginkan seorang diri, setiap manusia memerlukan kehadiran

    manusia lain.

    c. Manusia sebagai mahluk susila. Sesungguhnya hanya manusia

    saja mahluk yang dapat mengerti dan menghayati norma-norma

    dan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan, dimana manusia

    dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.

    d. Manusia sebagai mahluk beragama. Agama merupakan

    kebutuhan manusia sebagai mahluk yang lemah. Manusia

    memerlukan sokongan dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk

    dapat menjalani kehidupan ini, manusia butuh tempat

    berlindung dari segala permasalahan yang mungkin muncul

    dalam kehidupannya.

    Manusia pada hakikatnya memiliki potensi masing-masing yang

    unik dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Potensi tersebut

    secara eksplisit diartikan sebagai akal yang dikaruniakan Tuhan bagi

    setiap manusia untuk menjadikan manusia sebagai mahluk yang mampu

    mengelola kehidupan di muka Bumi ini. Akal di sini bukan melulu

    berkaitan dengan kemampuan intelektual semata, tapi juga berkaitan

    dengan kemampuan emosional dan kemampuan spiritual sesuai dengan

    beberapa peranan manusia sebagai mahluk individual, sosial, susila, dan

    beragama.

    Potensi yang dimiliki manusia hanya akan menjadi potensi yang

    terkubur jika tidak dikembangkan. Potensi akal manusia perlu

    dikembangkan melalui suatu proses, yakni proses pendidikan. Sejalan

    2 Irah Kasirah, Part 2 Hakikat Manusia.ppt (Jakarta), slide 6

  • 7

    dengan akal, pendidikan pun tidak melulu pendidikan formal yang identik

    dengan sekolah saja, tapi pendidikan yang diperlukan untuk

    mengembangkan potensi akal juga mencakup pendidikan informal seperti

    kursus dan les, serta pendidikan nonformal seperti organisasi karang

    taruna yang bergerak di bidang kepemudaan, organisasi thariqat yang

    bergerak di bidang keagamaan, sanggar seni yang bergerak di bidang

    kesenian dan kebudayaan, dan padepokan beladiri yang bergerak di

    bidang olahraga.

    Persepsi yang hinggap dalam pikiran sebagian besar masyarakat

    mengenai kecerdasan adalah kecerdasan yang berkaitan dengan

    kemampuan intelektual. Seseorang yang mendapatkan poin besar dalam

    tes IQ akan dielu-elukan oleh orang banyak, karena dianggap sebagai

    orang yang luar biasa, jenius, dan sebagainya. Hal ini merupakan suatu

    hal yang wajar mengingat kategori superior dalam tes IQ adalah di atas

    120, dan di atas itu sudah digolongkan very superior atau jenius. Namun,

    sebenarnya manusia memiliki banyak aspek kecerdasan lain yang

    menentukan kemampuan dan potensi dirinya.

    Seorang manusia yang memiliki IQ setingkat superior belum tentu

    dapat menjadi seorang public speaker yang handal. Hal ini terjadi karena

    public speaking menuntut kelihaian seseorang dalam berbicara

    menyampaikan ide yang ia miliki kepada orang lain, serta bagaimana

    mempengaruhi para audience yang mendengarkan ide yang ia sampaikan.

    Hal ini tidak melulu bertumpu pada kemampuan pikir seseorang, tapi juga

    membutuhkan kemampuan pengendalian emosi yang baik yang tidak

    terdapat dalam kecerdasan intelektual.

    Kemampuan seseorang dalam mengelola emosi dan tindakan yang

    akan ia ambil merupakan bagian dari EQ atau Emontional Quotient yang

    bertitik berat pada bidang emosi dan psikologi seseorang. Aspek

    kecerdasan emosional ini memiliki pengaruh yang lebih besar untuk

    menentukan potensi yang dimiliki oleh seseorang dibandingkan dengan

    kecerdasan intelektual. Pembawaan yang tenang, kemampuan membaca

  • 8

    situasi dan kondisi, serta kemampuan mengendalikan diri menjadi senjata

    utama yang membuat kecerdasan emosi lebih berpengaruh dibanding

    kemampuan intelektual seseorang.

    Sementara itu, di samping EQ kita mengenal ada kecerdasan lain

    yang juga sangat mempengaruhi kepribadian seseorang yakni kecerdasan

    spiritual atau SQ. Spiritual Quotient memiliki andil penting dalam

    pembentukan pribadi seseorang, SQ merupakan penengah antara EQ

    dan IQ. Jika diibaratkan kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan

    yang berkaitan dengan motorik atau tubuh, sementara kecerdasan

    emosional merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan sensorik atau

    kejiwaan. Jadi, kesatuan antara tubuh dan jiwa3 merupakan perwujudan

    dari kecerdasan spiritual (SQ).

    Sebagai perumpamaan, pernah satu waktu para dokter olahraga

    mengatakan bahwa batas kecepatan lari manusia adalah empat menit

    dalam satu mil. Manusia tidak mungkin dapat menempuh satu mil lebih

    dari empat menit. Bahkan, jika manusia berlari melebihi batas kecepatan

    itu, maka jantungnya akan pecah karena kelebihan tenaga. Namun, Roger

    Bannisier berhasil menepis pernyataan para dokter itu dengan

    memecahkan rekor lari satu mil dalam waktu 3 menit, 59,4 detik. Tak lama

    setelah aksi dari Bannisier itu, banyak orang yang menganggapnya

    sebagai manusia super dimana tidak ada seorang pun yang dapat

    mendahuluinya. Namun, satu bulan setelah itu Landy salah satu pelari

    Australia berhasil menempuh jarak satu mil dengan waktu yang lebih

    singkat. Dan setelah itu banyak orang yang berhasil menganulir

    pernyataan para dokter mengenai kemampuan jantung manusia itu.

    Salah satu penjelasan tentang keberhasilan ini adalah teori

    modelling. Ketika ada seseorang yang berhasil melalukan sesuatu, maka

    orang lain akan berpikir sama. Manusia berpikir jika orang lain mampu,

    mengapa kita tidak. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan fisik seseorang

    3 Jalaludin Rakhmat, SQ for Kids Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Sejak Dini (Bandung:

    Mizan, 2007.), p.27

  • 9

    dapat dimanipulasi oleh pikiran. You dont think what you are. You are

    what you think4. Secara sederhana, hal ini sudah dapat menjelaskan apa

    peranan dari kecerdasan spiritual dalam pembentukan pribadi seseorang.

    Contoh lain yang dapat menggambarkan peranan kecerdasan

    spiritual dalam diri seseorang, kembali kita mengambil kasus dari bidang

    kedokteran. Ilmu kedokteran modern menemukan bahwa sistem imun

    (immune system) dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, secara

    langsung atau melalui sistem indoktrin. Tubuh kita ternyata menghasilkan

    sejumlah zat utusan (messenger subtances): neurotransmitter, sepertin

    serotonin, neuropreptid seperti endorfin, hormon seperti adrenalin, sitokin

    seperti interferon. Zat-zat ini mempengaruhi perubahan kondisi fisik dan

    psikologis manusia. Lebih menarik lagi, produksi zat itu sangat erat

    kaitannya dengan kondisi pikiran kita, dengan jiwa kita.

    Pandangan mengenai kesatuan jiwa dan badan ini sempat

    tersisihkan pada para pemikir pasca-Reinassance Descartes, misalnya,

    berpendapat bahwa jiwa consist entirely in thinking, and for its existence,

    has no need of place and is not dependent on any material thing 5

    (Sepenuhnya bersemayam dalam pikiran dan keberadaannya tidak

    memerlukan ruang dan tidak bergantung pada materi apapun).

    Sejak Descartes, berkembang pemikiran lain, yakni dualistik dan

    reduksionistik. Tetapi mulai abad ke-20, pemikiran atau pandangan

    interaksionis tampak pada bidang-bidang baru yang menggabungkan

    berbagai disiplin ilmu, seperti psikobiologi, psikoneuromunologi, somatic

    education, holistic health, dan sebagainya. Penemuan-penemuan baru di

    bidang ini memberikan implikasi yang begitu luas terhadap dunia

    pendidikan.

    Pertama, tubuh dan jiwa memiliki hubungan yang sangat interaktif

    sehingga kita dapat mempengaruhi perubahan psikologis dengan

    4 Ibid.,p.28

    5 Ibid., p.29

  • 10

    memanipulasi proses tubuh (bodily process). Kedua, manusia memiliki

    jiwa dan tubuh yang saling terkait satu sama lain mempunyai kemampuan

    transformatif yang jauh lebih fleksibel daripada yang dapat dibayangkan.

    Hal ini dapat kita jadikan suatu filosofi, yakni menyadari dahsyatnya

    kesatuan antara tubuh dan jiwa.

    Spiritualitas sebenarnya memiliki konsep evolusi tersendiri, yakni

    berupa tahapan-tahapan transisi kondisi spiritualitas seseorang yang oleh

    paleontolog George Gaylord Simson disebut sebagai quantum evolution

    dimana terjadi loncatan-loncatan besar sejak tahap anorganik, tahap

    biologis, sampai tahan psikososial. Samuel Alexander, C. Llloyd Morgan,

    C.D. Board, Joseph Needham, Michael Polanyi, dan lain-lain

    mengembangkan teori bahwa evolusi melahirkan struktur, proses, dan

    hukum yang sebelumnya tidak ada. Item yang muncul merupakan item

    yang benar-benar baru, dan bukan merupakan susunan baru dari unsur-

    unsur sebelumnya. Berbeda bukan saja secara kuantitatif, tetapi juga

    secara kualitatif.

    Kita gunakan suatu konsep yang dikenal dengan sebutan konsep

    emergence. Suatu konsep yang menyiratkan adanya tahap-tahap wujud.

    Masing-masing tahapan berjalan dengan pola dan hukum yang khas

    (distinctive). Morgan menyebut ada empat tahap, yaitu: psychophysical

    events, life, mind dan spirit (God). Alexander menyebut ada lima tahap:

    space, time, matter, life, mind, dan Deity. Semua bentuk penahapan yang

    dikemukakan oleh para ahli menunjukkan bahwa semua wujud bergerak

    menuju kesempurnaan, yakni menuju Tuhan.

    Manusia pun bergerak dari wujud psikofisik menuju wujud Tuhan.

    Sejarah umat manusia tidak lain dari rekaman evolusi kesadaran. Menurut

    Hegel, setiap tahap perkembangan manusia dinasakh tetapi disimpan

    dalam kemajuan sejarah yang bersifat dialektif. Dalam The

    Phenomenology of Spirit (1805), Hegel melacak proses ini sejak budak

    masa purba, yang berjuang melawan kesulitan alam, sampai kepada

    orang Stoik yang menegakkan kebebasan dari tuntutan alam, sampai

  • 11

    kepada orang Skeptik yang membebaskan diri mereka dari kungkungan

    kategori pemikitan, sampai kepada orang Kristen yang menemukan

    kebebasan dalam Tuhan yang transenden, sampai kepada intelektual

    modern yang menggunakan prinsip tertinggi dari rasio. Dalam proses

    dialektik ini, bentuk-bentuk kesadaran yang muncul (Gestalten des

    Bewwustseins) menyerap bentuk-bentuk sebelumnya.6

    Seorang filsuf Hindu mutakhir, Aurobindo membahas berbagai

    tingkat kesadaran yang berpuncak pada Supermind. Pada Supermind,

    keesaan Tuhan dinyatakan dengan keragaman. Individu diselaraskan

    dengan Universal Ground dan kemampuan personal digabungkan dengan

    tindakan kosmik. Ia bercerita tentang tahap-tahap jiwa dengan jenis-jenis

    kegiatan tipikalnya: higher mind dalam pemikiran sinoptik, illumined mind

    dalam inspirasi mistik, intuitive mind dalam genius religius, over mind,

    dalam tindakan yang mengubah dunia. Ia mengingatkan kita pada Henri

    Bergson. Bergson juga menyebutkan tahap kesadaran yang memuncak

    pada intuisi. Ia berasal dari kegiatan instinktif hewani, tetapi dalam diri

    manusia, intuisi berubah menjadi disinterested dan self-conscious.

    Menurut Bergson, intuisi bukan kilasan insight yang datang tiba-tiba.

    Intuisi adalah modus berpikir. Intuisi adalah proses mental ketika kita

    berpartisipasi langsung dengan apa yang kita intuisikan. Bila intelek

    berusaha membuat jarak dengan objek, intuisi masuk ke dalam apa yang

    diketahui. Dalam intuisi, terjadi perpaduan antara yang mengetahui dan

    yang diketahui.

    Melalui intuisi, kata Bergson, kita akan dapat menangkap tujuan

    ilahiah dalam proses evolusi. Elan vital, kekuatan yang mendasari semua

    evolusi ini kadang-kadang dikomunikasikan kepada kaum mistik dalam

    keseluruhannya. Kaum mistik telah mencapai sebagian perpaduan

    (coincidence) dengan upaya kreatif yang dari Tuhan , kalau bukan Tuhan

    itu sendiri. Kekuatan inilah yang mendorong kaum mistik untuk

    merealisasikan tujuan Ilahi dengan memajukan kebaikan sesama manusia.

    6 Ibid., p.32

  • 12

    Menurut Bergson, hanya dengan semangat para mistiklah kita dapat

    menjamin kemajuan umat manusia.

    Pandangan tentang evolusi kesadaran mengingatkan kita pada

    peta pengembangan kesadaran. Pendidikan harus meletakkan anak didik

    pada proses dialektik sejarah yang panjang. Ia harus dapat mengantarkan

    anak melalui berbagai tingkat kesadaran. Tidak boleh ada satu tahap

    kesadaran yang dinafikan. Salah saru di antara tahap kesadaran-yang

    selama ini justru dikesampingkan dalam sistem pendidikan kita-adalah

    kesadaran mistik, kesadaran akan sesuatu yang bersifat ruhaniah. Inilah

    awal kecerdasan spiritual. Selanjutnya kita akan menggunakan pemikiran

    para tokoh Islam.

    Dalam Islam, konsep Spiritual Quotient banyak dikemukakan oleh

    para tokoh yang mumpuni ilmunya, khususnya oleh para tokoh sufi yang

    mendalami tasawuf dan menjadikan marifat sebagai tujuan akhir dan

    impian tertinggi yang hendak mereka capai.

    Dalam kitab yang memuat wasiat dari tokoh besar dalam Islam

    yang terkenal sebagai Qutbil ghauts dan pemimpin para auliya Syeikh

    Sayyid Abdul Qodir al Jilani al Hasani al Huseini yang disusun oleh

    anaknya, disebutkan get out from your own self and be away from it and

    be a stranger to your sense of self, surrender everything to God and

    become His gatekeeper at the door of your heart and keep His

    commandments by admitting whomever He permits to be admitted, and

    honour His prohibition by keeping out everything which He forbids so as

    not to allow the desire of the flesh to get into your heart after it has gone

    out of it.7

    Atau jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, Keluarlah

    dari dirimu sendiri dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi

    hatimu dengan Allah, patuhlah pada perintah-Nya dan larikanlah dirimu

    7 Syeikh Sayyid Abdul Qodir al Jilani RA, Futuhul Ghoib(English)., p.34

  • 13

    dari larangan-Nya agar nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu setelah

    ia keluar.

    Dalam konsep kecerdasan spiritual secara general disebutkan

    tingkat spiritualitas merupakan analogi dari kesadaran seseorang. Maka

    dalam konsep spiritualitas Islam juga disebutkan kesadaran sebagai salah

    satu amal yang paling utama. Disebutkan dalam hadits qudsi, Amalan

    yang paling utama ada tiga, kesadaran seseorang atas dirinya, menolong

    saudaranya dalam hal harta, dan dzikrullah azza wa jalla. Barangsiapa

    yang menyibukkan dirinya dengan ber-dizkr mengingat-Ku dibanding

    meminta pada-Kumaka Aku akan memberikan yang lebih utama.

    Kembali Kepada Allah

    Ini merupakan cara yang paling mutakhir untuk mencapai

    kesadaran yang merupakan tahap tertinggi dalam kecerdasan spiritual.

    Kembali kepada Allah di sini berarti menyerah dan menggantungkan

    segala sesuatu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

    Seperti yang disampaikan oleh Syeikh Abdul Qodir al Jilani kepada

    anaknya sebagai berikut.

    Apabila kamu mati dari mahluk, maka akan dikatakan kepada

    kamu,Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu. Kemudian

    Allah akan mematikan kamu dari nafsu-nafsu badanniyah. Apabila kamu

    telah mati dari nafsu badanniyah, maka akan dikatakan kepada

    kamu, Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu. Kemudian

    Allah akan menghidupkan kamu di dalam suatu kehidupan yang baru.

    Kemudian beliau melanjutkan wasiat tersebut dengan menjelaskan

    manfaat dari sikap tawakal atau penyerahan diri secara bulat terhadap

    Allah.

    Setelah itu kamu akan diberi hidup yang tidak ada mati lai. Kamu

    akan dikayakan dan tidak akan pernah papa lagi. Kamu akan diberkati

    dan tidak akan dimurkai. Kamu akan diberi ilmu, sehingga kamu tidak

    akan pernah bodoh lagi. Kamu akan diberik kesentausaan dan kamu tidak

  • 14

    akan merasa ketakutan lagi. Kamu akan maju dan tidak akan pernah

    mundur lagi. Nasib kamu akan baik, tidak akan pernah buruk. Kamu akan

    dimuliakan dan tidak akan dihinakan. Kamu akan didekati oleh Allah dan

    tidak akan dijauhi oleh-Nya. Martabat kamu akan menjadi tinggi dan tidak

    akan pernah rendah lagi. Kamu akan dibersihkan, sehingga kamu tidak

    lagi merasa kotor. Ringkasnya, jadilah kamu seorang yang tinggi dan

    memiliki kepribadian yang mandiri. Dengan demikian kamu boleh

    dikatakan sebagai manusia super atau orang yang luar biasa. Jadilah

    kamu ahli waris para Rosul, para Nabi, dan orang-orang yang shiddiq.

    Dengan demikian, kamu akan menjadi titik akhir bagi segala kewalian, dan

    wali-wali yang masih hidup akan datang menemui kamu. Melalui kamu,

    segala kesulitan dapat diselesaikan, dan melalui shalatmu, tanaman-

    tanaman dapat ditumbuhkan, hujan dapat diturunkan, dan malapetaka

    yang akan menimpa umat manusia dari seluruh tingkatan dan lapisan

    dapat dihindarkan. Boleh dikatakan kamu adalah polisi yang menjaga kota

    dan rakyat. Orang-orang akan berdatangan menemui kamu dari tempat-

    tempat yang dekat dan jauh dengan membawa hadiah dan oleh-oleh dan

    memberikan khidmat (penghormatan) mereka kepadamu. Semua ini

    hanyalah karena izin Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa jua.

    Lisan manusia tak henti-hentinya menghormati dan memuji kamu. Tidak

    ada dua orang yang beriman yang bertingkah kepadamu. Wahai mereka

    yang baik-baik, yang tinggal di tempat ramai dan merka yang

    mengembara, inilah karunia Allah. Dan Allah mempunyai kekuasaan yang

    tiada batas.8

    Kesadaran tinggi akan diri seseorang yang muncul merupakan

    akibat dari rasa cinta yang timbul dalam hati seseorang. Cinta di sini

    merupakan perwujudan rasa syukur terhadap segala nikmat yang

    diberikan oleh Tuhan secara cuma-cuma terhadap seluruh mahluk-Nya.

    Seorang manusia yang benar-benar meresapi perasaan senang akan

    segala ketentuan yang diberikan Tuhan, menyerah secara bulat terhadap

    8 Syeikh Abdul Qodir Al Jilani RA, Futuhul Ghoib(Bahasa Indonesia)., p.6

  • 15

    kekuasaan Tuhan dan bersyukur atas segala apa yang Tuhan berikan

    kepadanya baik itu adalah kebaikan ataupun musibah. Orang yang telah

    mencapai tahap kesadaran akan menyadari benar bahwa ketentuan

    Tuhan merupakan kebaikan meskipun menurut manusia itu merupakan

    keburukan dan bencana. Kecintaan dan sikap syukur yang semacam ini

    perlu ditanamkan sejak dini terhadap anak-anak untuk dapat

    mengembangkan kecerdasan spiritualnya.

    Metode

    Kita dapat menarik tiga hal yang menjadi dasar bagi penarikan

    metode pengembangan kecerdasan spiritual. Pertama, pendidikan harus

    memerhatikan perpaduan antara tubuh dengan jiwa. Harus disadari

    bahwa hal-hal yang bersifat fisik berpengaruh besar pada proses

    psikologis, seperti persepsi, kognisi, volisi, konsep-diri, dan sebagainya.

    Pada saat yang sama, pikiran-yang mewakili jiwa manusia-memengaruhi

    proses psikologis dan fisiologis sekaligus. Kedua, manusia memiliki

    kemampuan yang hampir tidak ada batasnya. Tubuh dan jiwa manusia

    dapat berkembang jauh lebih tinggi daripada apa yang kita bayangkan.

    Pendidikan harus berusaha mengoptimalkan seluruh potensi ini. Ketiga,

    dimensi mistikal dalam kehidupan manusia harus dikembalikan lagi pada

    situasi belajar. Karena sepanjang sejarah, agama memberikan jalan

    sistematis untuk memperoleh pengalaman mistikal, maka kita dapat

    merujuk pada jaran-ajaran agama yang bersifat mistikal. Agama yang

    mensucikan adalah agama yang mengantarkan anak didik pada proses

    kembali kepada Tuhan, yang membimbing mereka dalam kerinduan

    mereka untuk kembali kepada al-Mashir, untuk-sambil mengutip penyair

    Jerman, Novalis-immer nach Hause.9

    Dari tiga hal tersebut, kita dapat merumuskan tiga metode:

    maksimalisasi pengaruh tubuh terhadap jiwa, maksimalisasi pengaruh jiwa

    terhadap proses psikofisik dan psikososial, serta bimbingan ke arah

    9 Jalaludin Rakhmat, SQ for Kids Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Sejak Dini (Bandung:

    Mizan, 2007.), p.39

  • 16

    pengalaman mistikal. Untuk memaksimalkan pengaruh tubuh, banyak

    metode dapat dikembangkan, namun kita hanya akan menggunakan

    beberapa metode saja yaitu lingkungan fisik yang menyenagkan,

    penggunaan musik, dan memaksimalkan pengaruh jiwa yang akan dapat

    menimbulkan kepercayaan diri.

    Lingkungan fisik yang menyenangkan. Lingkungan yang

    dirasakan menyenangkan oleh seseorang akan membuat orang tersebut

    nyaman dan rela menghabiskan waktu untuk suatu proses pendidikan.

    Berikut ini kutipan yang didapat dari Bobbi De Porter:Dengan

    mengendalikan lingkungan Anda, Anda melakukan langkah efektif

    pertama untuk mengendalikan seluruh pengalaman belajar Anda.

    Skiranya saya harus menyebutkan salah satu alasan mengapa program

    kami berhasil membuat orang belajar lebih baik, saya harus menyebutkan

    karena kami berusaha menciptakan lingkungan optimal, baik secara fisik

    maupun emosional.

    Sebelum program dimulai, staf kami pergi ke setiap ruangan kelas

    dan mengubahnya menjadi tempat di mana anak didik merasa senang,

    terangsang, dan dibantu. Kami memasukkan tanaman, sistem musik, dan

    bila perlu kami menyesuaikan temperatur dan memperbaiki pencahayaan

    (lighting). Kami mengatur bantalan kursi agar merka duduk dengan enak,

    membersihkan jendela, menghias dinding dengan poster-poster yang

    indah dan pernyataan-pernyataan yang positif. Ketika anak didik masuk ke

    lingkungan fisik yang cerah, menyenangkan, dan menantang pada hari

    pertama, setiap orang ditegur secara personal oleh pemimpin tim. Mereka

    dibawa bermain dengan yang lain dalam tim, sehingga mereka mulai

    pelajaran dengan sense of belonging. Semua pengalaman mereka yang

    pertama sangat menyenangkan dan membuat mereka bahagia.10

    Jadi dengan lingkungan fisik tempat belajar seseorang yang

    nyaman dan menyenangkan, seseorang akan merasa memiliki tempat itu

    10 Ibid., p.40

  • 17

    dan merangsang secara emosional untuk dapat belajar dengan penuh

    semangat dan antusiasme yang tinggi. Secara spiritual dalam Islam, hal

    ini berkaitan dengan mahabbah, yakni cinta. Jika seseorang sudah

    mencintai sesuatu, ia tidak akan mudah melepaskan apa yang ia cintai.

    Bahkan ia akan tunduk dan patuh kepada aturan yang membuat ia dekat

    dan akrab dengan kecintaannya tersebut. Dan Tuhan merupakan titik

    tertinggi diantara hal lainnya yang dapat dijadikan kecintaan oleh manusia.

    Jika ada manusia yang mencintai yang Maha Kekal, maka ia akan

    beruntung karena cintanya tidak akan pernah habis. Sementara itu, jika

    manusia mencintai hal yang akan hancur dan rusak, maka kecintaannya

    itu akan hilang seiring hancurnya hal yang ia cintai itu.

    Cinta menghasilkan keinginan yang kuat, hal ini tersirat dalam

    salah satu doa munajat Imam Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi

    Thalib:Tuhanku sungguh Engkau mengetahui tentang diriku. Jika

    ketaatanku belum terlaksana dengan mantap, maka sesungguhnya ia

    telah ada dan abadi dalam bentuk cinta dan keinginan yang kuat.11

    Penggunaan musik. Kegiatan belajar merupakan pekerjaan

    mental yang dapat digolongkan ke dalam kategori berat. Tekanan darat

    seorang murid dapat naik drastis ketika belajar. Gelombang otak

    bertambah cepat dan otot-otot menjadi tegang. Ketika relaksasi, tekanan

    darah menurun dan otot-otot kembali relaks dan melonggar. Namun,

    kondisi yang terlalu relaks atau deeply relaxed akan membuat seorang

    murid sulit untuk berkonsentrasi.

    Penelitian Dr. Georgi Lozanov menunjukkan bahwa ada musik-

    musik tertentu yang membuat kita setengah relaks sehingga kita tetap

    dapat berkonsentrasi. Hal ini dapat kita sebut sebagai relaxed focus.

    Menurutnya musik Baroque merupakan jenis musik yang paling kondusif

    untuk belajar, seperti ciptaan Bach, Handel, Pachelbel, dan Vivaldi. Ketika

    kita belajar, otak kiri kita diaktifkan dan dipaksa bekerja keras untuk

    11 Syeikh Muhammad Mahdi Al-Ashifi, Muatan Cinta Ilahi dalam Doa-Doa Ahlul Bayt(Bandung:

    Pustaka Hidayah, 1994)., p.18

  • 18

    berpikir; dan ketika mendengarkan musik, otak kanan kita akan

    dirangsang oleh musik yang diperdengarkan. Otak kanan seringkali

    mengusik kita ketika belajar, karena ia tidak diberi pekerjaan, sehingga

    malah menciptakan beragam persepsi dan imajinasi.

    Dalam Islam, penggunaan lantunan nada-nada yang indah juga

    sangat dianjurkan. Seperti pembacaan ayat suci Al-Quran, serta puji-

    pujian yang dilantunkan dengan suara yang merdu. Selain itu, salah satu

    musik dalam Islam yang populer diperdengarkan, khususnya dalam

    kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan thariqat tertentu adalah

    qasidah. Qasidah yang diperdengarkan bukan hanya menggunakan

    paduan musik dari terbangan dan merdunya suara vokal dari munsyid

    (penyanyi), tapi juga konten dan lirik yang dilantunkan dalam qasidah

    merupakan kalimat yang menggugah rasa cinta terhadap Allah dan Rosul-

    Nya. Jika anak-anak diajarkan juga untuk melantunkan pujian yang indah

    serta diajarkan makna dan filosofi dari qasidah, maka akan tertanam

    kecintaan yang mendalam terhadap Allah dan Rosul-Nya dalam hati anak-

    anak tersebut.

    Memaksimalkan pengaruh jiwa. Untuk memaksimalkan pengaruh

    jiwa,, kita memerlukan beberapa aspek, contoh: modelling, menanamkan

    rasa bangga, berpikir positif, dan menghindari kritik.12 Modelling, sudah

    merupakan fitrah manusia untuk meniru perilaku orang lain. Dan kita

    hanya perlu menyebutkan bahwa bila manusia menemukan model yang

    tepat, ia akan berusaha menjadi model itu. Ia perlahan-lahan anak

    mengalami perubahan secara ruhaniah, juga jasmaniah mendekat orang

    yang menjadi model itu. Dalam Al-Quran disebutkan Sesungguhnya

    telah ada dalam diri Rosulullah suri tauladan yang baik bagi kalian....13

    Kita mengenal istilah imitasi, yang memiliki arti peniruan sesaat

    yang dilakukan anak dalam memperhatikan perilaku dan perkataan

    12 Jalaludin Rakhmat, SQ for Kids Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Sejak Dini

    (Bandung: Mizan, 2007.), p.42

    13 Q.S. Al Ahzab:21

  • 19

    maupun sikap orang lain. Peniruan akan terjadi apabila perilaku dan

    perkataan itu menarik, menyenangkan dan mempunyai kesan tersendiri

    pada dirinya. Berlangsungnya imitasi ini sangat singkat dan sesaat.

    Peniruan yang lama akan hilang dan ditinggalkan apabila ia mendapat

    peniruan yang baru.14

    Peniruan akan menetap sewaktu anak mendapat respon positif

    yaitu setiap peniruannya mendapat tanggapan penerimaan dari

    lingkungannya, maupun respon negatif yaitu setiap peniruannya

    mendapat penolakan dari lingkungannya. Umumnya anak di bawah lima

    tahun dapat dengan mudah menirukan kata-kata kasar yang dicontohkan

    oleh orang yang lebih tua. Jika lingkungan sekitarnya merespon positif

    terhadap tingkah lakunya, maka anak tersebut akan mengulanginya lagi.

    Dan jika lingkungannya merespon negatif, besar kemungkinan ia tidak

    akan mengulanginya lagi.

    Menanamkan rasa bangga. Keterkaitan antara hasrat berprestasi

    dan rasa bangga dikemukaan oleh David McCleland. Bangsa-bangsa

    yang berhasil membangun peradaban adalah mereka yang merasa

    menjadi manusia istimewa. McCleland menyebut gerakan reformasi dan

    Protestanisme yang disertai dengan keyakinan sebagai umat pilihan. Kita

    sekarang paham mengapa Al-Quran mengingatkan pemeluk Islam bahwa

    antum al-alaun, kuntum khaira uummatin (kalianlah umat yang terbaik)

    dan sebagainya. Atau Rosulullah SAW yang mendidik sahabat-

    sahabatnya untuk tidak merendah di hadapan orang-orang kafir. Dalam

    hubungannya dengan pendidikan, pendidik harus berhasil menanamkan

    pada anak-anak didiknya bahwa mereka bukan sembarang orang. Mereka

    adalah the selected few. Secara praktis, guru dapat mengembangkan rasa

    bangga.

    Berpikir positif sudah sangat sering dibahas oleh banyak penulis

    dalam bukunya. Berpikir positif artinya mempunyai pandangan yang positif

    14 A. Baraja, Mendidik Anak dengan Teladan (Jakarta: Studia Press), p.14

  • 20

    tentang diri Anda, pekerjaan Anda, dan pandangan orang lain pada

    pekerjaan Anda. Berpikir positif juga mempunyai ekspektasi yang baik dan

    berusaha mewujudkannya. You are what you think. Konon, Henry Ford

    berkata,Wheter you think you can or think you cannot-youre right!

    Hindari kritik terhadap peserta didik. Ketika seorang anak kecil

    belajar berjalan, ia terjatuh beberapa kali. Tidak seorang dewasa pun

    yang menegurnya,Hai, bodoh betul kamu. Salah! Bukan begitu

    caranya. Atau Memang kamu sulit belajar? Orang-orang dewasa

    bahkan menggembirakannya, mendorongnya, dan memberikan semangat

    kepadanya. Dalam satu tahun, anak itu sudah sanggup berjalan, sebuah

    gerak yang sangat kompleks baik secara fisik maupun neurologis.

    Dalam dua tahun, anak mulai belajar berbahasa. Dalam lima tahun,

    mereka mengetahui 90% dari semua kata yang biasanya dipergunakan

    oleh orang dewasa. Semuanya diperoleh tanpa mempelajari buku tata

    bahasa atau kurikulum yang sistematik. Tetapi begitu anak masuk sekolah,

    mulailah ia mendengar orang dewasa mengkritiknya, memberikan

    komentar yang tidak sedap tentang prestasinya. Tahun 1982, Jack

    Canfield, psikolog ahli self-esteem, menemukan bahwa dalam satu hari

    rata-rata setiap anak menerima 460 komentar negatif dan 75 komentar

    positif.15 Terdapat enam kali lebih banyak komentar negatif dibandingkan

    dengan komentar positif. Setelah beberapa tahun di sekolah, terjadilah

    learning shuddown, yang menguras banyak tenaga kreatif manusia.

    Dimensi mistikal dapat dimasukkan ke dalam proses belajar

    mengajar, kita dapat merujuk pada latihan ruhani dari berbagai agama.

    Untuk umat Islam, kita dapat mengambil pelajaran dari ajaran thariqat

    yang telah disebutkan sebelumnya di awal. Sebenarnya pada aspek inilah

    proses pengembangan kecerdasan spiritual seseorang dapat terlihat

    dengan pesat. Dalam thariqat dikenal istilah mursyid yang artinya guru

    pembimbing. Mursyid merupakan orang yang sudah memiliki ijazah

    15 Jalaludin Rakhmat, SQ for Kids Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Sejak Dini

    (Bandung: Mizan, 2007.), p.44

  • 21

    langsung dari Allah dan memiliki kemampuan mengawasi, mengarahkan,

    serta membimbing murid atau salik untuk mencapai taraf spiritualitas yang

    tinggi (taqwa). Namun, peranan orangtua dan guru di sekolah juga dapat

    dikategorikan sebagai semi-mursyid yang dengan telaten dan penuh rasa

    kasih sayang membimbing anak-anaknya dalam hal penyucian jiwa dari

    sifat-sifat tercela, untuk kemudian dibimbing untuk aktualisasi diri terhadap

    sifat-sifat luhur dan terpuji yang dikehendaki oleh Tuhan.

  • 22

    BAB III : Penutup

    KESIMPULAN

    Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna

    dibandingkan mahluk lainnya. Manusia merupakan satu-satunya mahluk

    yang dilengkapi dengan akal. Sehingga manusia memiliki banyak aspek

    kecerdasan, di antaranya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional,

    dan kecerdasan spiritual.

    Pada umumnya manusia terlalu mementingkan kecerdasan

    intelektual di atas segalanya, padahal kecerdasan spiritual merupakan

    aspek kecerdasan yang tidak kalah penting guna menunjang kehidupan

    seorang manusia. Manusia yang hidup hebat dengan pemikirannya akan

    menjadi sampah tanpa budi pekerti yang baik. Di sinilah peranan

    kecerdasan spiritual, menjadikan manusia sebagai manusia yang

    hakikatnya memiliki akal yang dapat membedakan kebaikan dan

    keburukan.

    Kecerdasan spiritual perlu ditanamkan sejak dini. Pendidikan

    mengenai spiritualitas merupakan tanggungjawab seluruh lapisan

    masyarakat, khususnya orangtua dan para kaum agamis yang memiliki

    kompetensi dalam mendidik manusia menjadi individu yang memiliki ahlak

    yang terpuji.

  • 23

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Ashifi, Muhammad Mahdi. Muatan Cinta Ilahi dalam Doa-Doa Ahlul

    Bayt. Disunting oleh Jalaludin Rakhmat. Dialihbahasakan oleh

    Ikhlash, Irwan, Husain Al-Kaf, & Musa Al-Kazhim. Bandung:

    Pustaka Hidayah, 1994.

    Al-Jilani, Syeikh Abdul Qodir. Futuhul Ghoib. Baghdad, t.thn.

    Allen, Jane Elizabeth, dan Marylin Cheryl. Disiplin Positif: Menciptakan

    Dunia Penitipan Anak yang Edukatif Bagi Anak Pra-Sekolah.

    Dialihbahasakan oleh Imam Machfud. Jakarta: Prestasi Pustakarya,

    2005.

    Baraja, A. Mendidik Anak dengan Teladan. Jakarta: Studia Press, 2006.

    Kasirah, Irah. Part 2 Hakikat Manusia. Jakarta Timur, Jakarta, Februari

    2014.

    Rakhmat, Jalaludin. SQ for Kids: Mengembangkan Kecerdasan Spiritual

    Anak Sejak Dini. Bandung: Mizan, 2007.