Makalah PBL Blok 24 Leukemia Limfoblastik Akut
description
Transcript of Makalah PBL Blok 24 Leukemia Limfoblastik Akut
Leukemia Limfoblastik Akut pada AnakWilliam Alexander Setiawan
102010098, C6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna utara no.6 Kebon Jeruk, Jakarta
Pendahuluan
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada anak-anak tampak pucat, demam, lemah, sianosis
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
a) Respiration rate
Pada penderita LLA, manifestasi kliniknya pada umumnya anak sesak nafas sehingga
terjadi tachypnea.
Usia Nilai Pernafasan
Bayi baru lahir 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4 tahun 23
6 tahun 21
PBL Blok 24 Hematologi Onkologi Page 1
8 tahun 20
10-12 tahun 19
14 tahun 17
16 tahun 17
18 tahun 16-18
Tabel 1. Nilai Pernafasan Rata-rata Setiap Menit Sesuai Umur(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6)
b) Nadi
Pada penderita LLA, terdapat manifestasi klinik nadi teraba kuat dan cepat (takikardia)
Usia Waktu bangun
(kali/menit)
Tidur
(kali/menit)
Demam
(kali/menit)
Bayi baru lahir 100-180 80-160 >200
1 minggu-3 bulan 100-120 80-200 >200
3 bulan-2 tahun 70-120 70-120 >200
2-10 tahun 60-90 60-90 >200
10 tahun-dewasa 50-90 50-90 >200
Tabel 2. Nilai Nadi Normal pada Anak(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6)
c) Tekanan Darah
Pada penderita LLA, tekanan darahnya tinggi disebabkan oleh hiperviskositas darah
Usia Sistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
Neonatus 80 45
PBL Blok 24 Hematologi Onkologi Page 2
6-12 bulan 90 60
1-5 tahun 95 65
5-10 tahun 100 60
10-15 tahun 115 60
Tabel 3. Nilai Tekanan Darah Normal pada Bayi dan Anak-anak(Aziz Alimul, 2005 : 279 )
d) Suhu
Pada penderita LLA yang terjadi infeksi, suhu akan naik (hipertermi, >37,50C)
Usia Nilai Suhu
3 bulan 37,5
6 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
11 tahun 36,7
13 tahun 36,6
Tabel 4. Nilai Suhu rata-rata normal anak(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 5)
3. Pemeriksaan kepala dan leher
a) Rongga mulut
Apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri). Penyebab yang
paling sering adalah stafilokokus,streptokokus, dan bakteri gram negative usus
serta berbagai spesies jamur.
PBL Blok 24 Hematologi Onkologi Page 3
Perdarahan gusi
Pertumbuhan gigi apakah sudah lengkap
Ada atau tidaknya karies gigi
b) Mata
Konjungtiva anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke
SSP
Sclera apakah ada kemerahan atau ikterik
Perdarahan pada retina
c) Telinga apakah ada ketulian
d) Leher apakah ada distensi vena jugularis
e) Perdarahan otak
Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan tinggi intrakranial),
perubahan dalam status mental, kelumpuhan saraf otak, terutama saraf VI dan VII,
kelainan neurologic fokal.
4. Pemeriksaan dada dan thorax
a) Inspeksi : bentuk thorax, kesimetrisan, adanya retraksi dada, penggunaan otot
bantu pernapasan
b) Palpasi : denyut apex (Ictus Cordis)
c) Perkusi : untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
d) Auskultasi : suara nafas, adakah ada suara napas tambahan: ronchi (terjadi
penumpukan secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
5. Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran pada kelenjar limfe, ginjal,
terdapat bayangan vena
b) Palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa
c) Perkusi adanya asites atau tidak
d) auskultasi peristaltik usus
6. Pemeriksaan genital
a) Pembesaran pada testis
b) hematuria
7. Pemeriksaan integument
a) Kulit
PBL Blok 24 Hematologi Onkologi Page 4
Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie, ekimosis,
ruam)
Nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah, diaforesis (gejala
hipermetabolisme)
Peningkatan suhu tubuh
b) Kuku
rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer
8. Pemeriksaan ekstremitas
a) Adakah sianosis, kekuatan otot
b) Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemia)
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk konfirmasi diagnostic LLA, klasifikasi,
prognostic, dan perencanaan terpi yang tepat, yaitu:1
1. Hitung darah lengkap (complete blood count), dan apus darah tepi
Jumlah leukosit dapat normal, meningkat, atau rendah pada saat diagnosis. Hiperleukositosis
(lebih 100.000/mm3) terjadi pada kira-kira 15% pasien dan dapat melebihi 200.000/mm3. Pada
umumnya terjadi anemia dan trombositopenia. Proporsi sel blas pada hitung leukosit bervariasi
dari 0-100%. Kira-kira sepertiga pasien mempunyai hitung trombosit kurang dari 25.000/mm3.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang
Pemeriksaan ini sangat penting untuk konfirmasi diagnosis dan klasifikasi, sehingga semua
pasien LLA harus menjalani prosedur ini. Specimen yang didapat harus diperiksa untuk analisis
histologi, sitogenetik, dan immunophenotyping. Apus sumsum tulang tampak hiperseluler
dengan limfoblas yang sangat banyak, lebih dari 90% sel berinti pada LLA dewasa. Jika sumsum
tulang seluruhnya digantikan oleh sel-sel leukemia, maka aspirasi sumsum tulang tidak dapat
berhasil, sehingga touch imprint dari jaringan biopsy penting untuk evaluasi gambaran sitology.
3. Sitokimia
Gambaran morfologi sel blas pada apus darah tepi atau sumsum tulang kadang-kadang tidak
dapat membedakan LLA dari leukemia mieloblastik akut (LMA). Pada LLA, pewarnaan sudden
black dan mieloperoksidase akan memberikan hasil yang negative. Mieloperoksidase adalah
enzim sitoplasmik yang ditemukan pada granula primer dari precursor granulositik, yang dapat
dideteksi pada sel blas LMA. Sitokimia juga berguna untuk membedakan precursor B dan B-ALL
PBL Blok 24 Hematologi Onkologi Page 5
dari T-ALL. Pewarnaan fosfatase asam akan positif pada limfosit T yang ganas, sedangkan sel B
dapat memberikan hasil yang positif pada pewarnaan periodic acid shift (PAS). TdT yang
diekspresikan oleh limfoblas dapat dideteksi dengan pewarnaan imunoperoksidase atau flow
cytometry.
4. Imunofenotip (dengan flow cytometry)
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnosis dan klasifikasi LLA. Reagen yang dipakai untuk
diagnosis dan identifikasi subtype imunologi adalah antibody terhadap:
a) Untuk precursor B
CD 10 (common ALL antigen), CD19, CD79A, CD22, cytoplasmic m-heavy chain, dan TdT
b) Untuk sel T
CD1a, CD2, CD3, CD4, CD5, CD7, CD8 dan TdT
c) Untuk sel B
Kappa atau lambda, CD19, CD20, dan CD22
Pada sekitar 15-54% LLA dewasa didapatkan ekspresi antigen myeloid. Antigen myeloid yang
biasa dideteksi adalah CD13, CD15, dan CD33. Ekspresi yang bersamaan dari antigen limfoid dan
myeloid dapat ditemukan pada leukemia bifenotip akut. Kasus ini jarang, dan perjalanan
penyakitnya buruk.
5. Sitogenetik
Analisis sitogenetik sangat berguna karena kelainan sitogenetik berhubungan dengan subtype
LLA tertentu, dan dapat memberikan informasi prognostic. Translokasi t(8;14), t(2;8), dan t
(8;22) hanya ditemukan pada LLA sel B, dan kelainan kromososm ini menyebabkan disregulasi
dan ekspresi yang berlebihan dari gen c-myc pada kromosom 8. Beberapa kelainan sitogenetik
dapat ditemukan pada LLA atau LMA, misalnya kromosom Philadelphia, t(9;22)(q34;q11) yang
khas untuk leukemia mielositik kronik dapat juga ditemukan pada <5% LMA dewasa dan 20%-
30% LLA dewasa.
6. Biologi molecular
Teknik molecular dikerjakan bila analisis sitogenetik rutin gagal, dan untuk mendeteksi t(12;21)
yang tidak terdeteksi dengan sitogenetik standar. Teknik ini juga harus dilakukan untuk
mendeteksi gen BCR-ABL yang mempunyai prognosis buruk.
7. Pemeriksaan lainnya
Parameter koagulasi biasanya normal dan koagulasi intravascular diseminata jarang terjadi.
Kelainan metabolic seperti hiperurikemia dapat terjadi terutama pada pasien dengan sel-sel
PBL Blok 24 Hematologi Onkologi Page 6
leukemia yang cepat membelah dan tumor burden yang tinggi. Pungsi lumbal dilakukan pada
saat diagnosis untuk memeriksa cairan serebrospinal. Perlu atau tidaknya tindakan ini dilakukan
pada pasien dengan banyaknya sel blas yang bersirkulasi masih kontroversi. Definisi
keterlibatan SSP adalah bila ditemukan lebih dari 5 leukosit/mL cairan serebrospinal dengan
morfologi sel blas pada specimen sel yang disentrifugasi.
Differential Diagnosis
Working Diagnosis
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih
banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun ALL jarang terjadi.
Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu
perkembangan sel normal.
Etiologi
Penyebab LLA pada dewasa sebagian besar tidak diketahui. Faktor keturunan dan sidroma
predisposisi genetik lebih berhubungan dengan LLA yang terjadi pada anak-anak. Beberapa faktor
lingkungan dan kondisi klinis yang berhubungan dengan LLA adalah:1
1. Radiasi ionic
Orang-orang yang selamat dari ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki mempunyai risiko
relative keseluruhan 9:1 untuk berkembang menjadi LLA
2. Paparan dengan benzene
Paparan dengan kadar tinggi dapat menyebabkan aplasia sumsum tulang, kerusakan kromosom,
dan leukemia
3. Merokok
Sedikit meningkatkan risiko LLA pada usia diatas 60 tahun.
4. Obat kemoterapi
5. Infeksi EBV (berhubungan kuat dengan LLA L3)
6. Pasien dengan sindroma down dan wiskott-aldrich (peningkatann risiko menjadi LLA)
Epidemiologi
PBL Blok 24 Hematologi Onkologi Page 7
Insiden LLA adalah 1/60.000 orang per tahun, dengan 75% pasien berusia kurang dari 15 tahun.
Insidensi puncaknya pada usia 3-5 tahun. LLA lebih sering ditemukan pada pria daripada wanita. Saudara
kandung dari pasien LLA mempunyai risiko empat kali lebih besar untuk berkembang menjadi LLA,
sedangkan kembar monozigot dari pasien LLA mempunyai risiko 20% untuk berkembang menjadi LLA.1
Patogenesis Molekular
Kelainan sitogenetik yang paling sering ditemukan pada penderita LLA dewasa adalah
t(9;22)/BCR-ABL (20-30%) dan t(4;11)/ALL1-AF4 (6%). Kedua kelainan sitogenetik ini berhubungan
dengan prognosis yang buruk. Fusi gen BCR-ABL merupakan hasil dari translokasi kromosom 9 dan 22
[t(9;22)(q34;q11)] yang dapat dideteksi hanya dengan pulse-field gel electrophoresis atau reverse-
transcriptase polymerase chain reaction. ABL adalah nonreceptor tyrosine protein kinase yang secara
enzimatik mentransfer molekui fosfat ke substrat protein, sehingga terjadi aktivasi jalur transduksi sinyal
yang penting dalam regulasi proliferasi dan pertumbuhan sel.1
Kelainan yang lain yaitu -7, +8, dan karyotipe hipodiploid berhubungan dengan prognosis yang
buruk; sedangkan t(10;14) dan karyotipe hiperdiploid tinggi berhubungan dengan prognosis yang baik.
Mekanisme umum lain dari pembentukan kanker adalah hilangnya atau inaktivasi gen supresor tumor
yang mempunyai peranan penting dalam mengontrol progresi siklus sel, misalnya p16(INK4A) dan
p15(lNK4B). Kejadian yang sering adalah delesi, mikrodelesi. dan penyusunan kembali gen (gene
rearrangement) yang melibatkan p16(INK4A) dan p16(INK4B). Kelainan ekspresi dari gen supresor tumor
Rb dan p53 ternyata lebih sering terjadi. Kelainan yang melibatkan dua atau lebih gen-gen ini ditemukan
pada sepertiga pasien LLA dewasa.1
Gejala Klinik
Presentasi klinis LLA sangat bervariasi. Pada umumnya gejala klinis berupa kegagalan sumsum
tulang atau keterlibatan ekstrameduler oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di sumsum
tulang menyebabkan kurangnya sel-sel normal di darah perifer dan gejala klinis dapat berhubungan
dengan anemia, infeksi, dan pendarahan. Demam atau infeksi yang jelas dapat ditemukan pada separuh
pasien LLA, sedangkan gejala perdarahan pada sepertiga pasien yang baru didiagnosis LLA. Perdarahan
yang berat jarang terjadi. Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis yang dapat ditemukan:1
1. Anemia : mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada
2. Anoreksia
PBL Blok 24 Hematologi Onkologi Page 8
3. Nyeri tulang dan sendi ( karena infilrasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemia)
4. Demam, banyak berkeringat (gejala hipermetabolisme)
5. Infeksi mulut, saluran napas atas dan bawah, selulitis, atau sepsis. Penyebab yang paling sering
adalah Staphylococcus, Sterptococcus, dan bakteri gram negative usus, serta berbagai spesies
jamur.
6. Perdarahan kulit (petekie, ekimosis atraumatik), perdarahan gusi, hematuria, perdarahan
saluran cerna, perdarahan otak.
7. Hepatomegaly, splenomegaly
8. Limfadenopati
9. Massa di mediastinum (sering pada LLA sel T)
10. Leukemia sistem saraf pusat : nyeri kepala, muntah (gejala tekanan tinggi intracranial),
perubahan dalam status mental, kelumpuhan saraf otak terutama saraf 6 dan 7, kelainan
neurologic vocal.
11. Keterlibatan organ lain : testis, retina, kulit, pleura, kulit, pericardium, tonsil.
Penatalaksanaan Medika Mentosa
Keberhasilan terapi LLA terdiri dari control sumsum tulang dan penyakit sistemiknya, juga terapi
atau pencegahan SSP. Hal ini dapat tercapai dengan kombinasi pemberian kemoterapi dan terapi
pencegahan SSP (kemoterapi intratekal dan/atau sistemik dosis tinggi, dan pada beberapa kasus dengan
radiasi kranial). Lama rata-rata terapi LLA bervariasi antara 1,5-3 tahun dengan tujuan untuk eradikasi
populasi sel leukemia. Terapi LLA dibagi menjadi:
1. Induksi remisi
2. Intensifikasi dan konsolidasi
3. Profilaksis susunan saraf pusat
4. Pemeliharaan jangka panjang
Tapi sebelum terapi dimulai, harus diperhatikan hal-hal berikut dari pasien:
1. Metabolic
Hiperurisemia, hiperfosfatemia, dan hipokalsemia sekunder dapat terjadi pada pasien dengan
jumlah sel leukemia yang sangat banyak. Hal ini memerlukan hidrasi intravena, alkalinisasi urin,
dan pemberian alupurinol untuk mencegah akumulasi asam urat.
2. Infeksi
PBL Blok 24 Hematologi Onkologi Page 9
Selain mielosupresi, terapi LLA dapat menekan imunitas seluler sehingga ada yang memberikan
pencegahan terhadap infeksi virus herpes dan Pneumonytis carinii.
3. Hematologic
Batas untuk pemberian transfuse sel darah merah tergantung dari keadaan fisiologic pasien.
Transfuse sel darah merah harus dihindari pada pasien dengan hiperleukositosis karena dapat
meningkatkan secara mendadak viskositas darah dan mempresipitasi leukostasis. Pada keadaan
hiperleukositosis (leukosit >100.000/mm3) dilakukan leukoferesis atau pemberian prednisone
selama 7 hari atau vinkristin sebelum terapi induksi remisi dimulai
Terapi Induksi Remisi
Tujuan dari terapi induksi remisi adalah mencapai remisi komplit hematologic, yaitu eradikasi sel
leukemia yang dapat dideteksi secara morfologi dalam darah dan sumsum tulang dan kembalinya
hematopoiesis normal. Tulang punggung terapi induksi remisi ini adalah prednisone dan inkristin. Terapi
ini biasanya terdiri dari prednisone, vinkristin, dan antrasiklin (pada umumnya daunorubisin) dan juga L-
asparginase. Tambahan obat seperti siklofosfamid, sitarabin dosis konvensional atau tinggi,
merkaptopurin dapat diberikan pada beberapa regimen.
Terapi
Penatalaksanaan Non Medika Mentosa
Komplikasi
1. Infeksi
Komplikasi ini yang sering ditemukan dalam terapi kanker masa anak-anak adalah infeksi
berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Anak paling rentan terhadap infeksi berat
selama tiga fase penyakit berikut:
a) Pada saat diagnosis ditegakkan dan saat relaps (kambuh) ketika proses leukemia telah
menggantikan leukosit normal.
b) Selama terapi imunosupresi
c) Sesudah pelaksanaan terapi antibiotic yang lama sehingga mempredisposisi
pertumbuhan mikroorganisme yang resisten.
PBL Blok 24 Hematologi Onkologi Page 10
Walau demikian, penggunaan faktor yang menstimulasi-koloni granulosit telah mengurangi
insidensi dan durasi infeksi pada anak-anak yang mendapat terapi kanker. Pertahanan pertama
melawan infeksi adalah pencegahan. (Wong, 2009:1141)
2. Perdarahan
Sebelum penggunaan terapi transfuse trombosit, perdarahan merupakan penyebab
kematian yang utama pada pasien leukemia. Kini sebagaian besar episode perdarahan dapat
dicegah atau dikendalikan dengan pemberian konsentrat trombosit atau plasma kaya trombosit.
Karena infeksi meningkat kecenderungan perdarahan dan karena lokasi perdarahan
lebih mudah terinfeksi, maka tindakan pungsi kulit sedapat mungkin harus dihindari. Jika harus
dilakukan penusukan jari tangan, pungsi vena dan penyuntikan IM dan aspirasi sumsum tulang,
prosedur pelaksanaannya harus menggunakan teknik aseptic, dan lakukan pemantauan kontinu
untuk mendeteksi perdarahan.
Perawatan mulut yang saksama merupakan tindakan esensial, karena sering terjadi
perdarahan gusi yang menyebabkan mukositis. Anak-anak dianjurkan untuk menghindari
aktivitas yang dapat menimbulkan cedera atau perdarahan seperti bersepeda atau bermain
skateboard, memanjat pohon atau bermain dengan ayunan.(Wong, 2009:1141-1142)
Umumnya transfuse trombosit hanya dilakukan pada episode perdarahan aktif yang
tidak bereaksi terhadap terapi lokal dan yang terjadi selama terapi induksi atau relaps. Epistaksis
dan perdarahan gusi merupakan kejadian yang paling sering ditemukan.
3. Anemia
Pada awalnya, anemia dapat menjadi berat akibat penggantian total sumsum tulang
oleh sel-sel leukemia. Selama terapi induksi, transfusi darah mungkin diperlukan. Tindakan
kewaspadaan yang biasa dilakukan dalam perawatan anak yang menderita anemia harus
dilaksanakan. (Wong, 2009 : 1142)
Pencegahan
Karena penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti maka tidak ada pencegahan
yang jelas terhadap penyakit ini. Paling tidak faktor risiko LLA seperti paparan radiasi dapat dihindari.
Sedangkan bagi pasien yang telah menderita LLA pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan profilkasis SSP. 50-75% pasien LLA yang tidak mendapat terapi profilaskis akan mengalami
relaps pada SSP. Profilaskis SSP dapat terdiri dari kombinasi kemoterapi intratekal, radiasi cranial, dan
PBL Blok 24 Hematologi Onkologi Page 11
pemberian sisetemik obat yang mempunyai bioavibilitas SSP yang tinggi seperti metotreksat dan
sitarabin dosis tinggi.
Prognosis
Kebanyakan pasien LLA dewasa dapat menyebabkan remisi tapi tidak sembuh dengan
kemoterapi saja, dan hanya 30% yang bertahan hidup lama. Kebanyakan pasien yang sembuh dengan
kemoterapi adalah usia 15-20 tahun dengan faktor prognostic baik lainya. Harapan sembuh untuk pasien
LLA dewasa lainnya tergantung dari terapi yang lebih intensif dengan transplantasi sumsum tulang.
Overall disease-free survival rate untuk LLA dewasa kira-kira 30%. Pasien usia lebih dari 60 tahun
mempunyai disease-free survival rate 10% setelah remisi komplit.1
Kesimpulan
Leukimia limfoblastik akut adalah keganasan klonal dari sel-sel precursor limfoid. Lebih dari 80%
kasus, sel-sel ganas berasal dari Limfosit B, dan sisanya merupakan leukemia sel T. leukemia ini
merupakan bentuk leukemia yang paling sering pada anak-anak. Walaupun demikian, 20% kasus dari
kasus LLA adalah dewasa. Jika tidak diobati, leukemia ini bersifat fatal.1
Daftar Pustaka
1. Alimul A. Asuhan neonatus bayi dan balita. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, 2005. Hal.
279
2.
PBL Blok 24 Hematologi Onkologi Page 12