Makalah Paradigma Ilmu Thomas s

16
1 PARADIGMA ILMU THOMAS S. KUHN I. Biografi Singkat Thomas S. Kuhn Thomas Samuel Kuhn lahir di Cicinnati, Ohio Amerika Serikat, pada tanggal 18 juli 1922. Kuhn lahir dari pasangan Samuel L, Kuhn seorang Insinyur industri dan Minette Stroock Kuhn. Dia mendapat gelar B.S di dalam ilmu fisika dari Harvard University pada tahun 1943 dan M.S. Pada tahun 1946. Pada tahun 1949 mendapatkan gelar Ph.D di tempat yang sama dalam bidang Ilmu fisika. Setelah meninggalkan Harvard dia belajar di Universtitas Berkeley di California dan kemudian menjadi pengajar di departemen filosofi dan sains. Dia menjadi profesor sejarah ilmu pada 1961. Sealain itu Khun mendapat anugrah gelar guru besar dari Princeton University dalam bidang filsafat dan sejarah sains pada tahun 1964. Selanjutnya pada tahun 1983 Ia dianugrahi gelar professor untuk kesekian kalinya, kali ini dari massachuseits Institute of university dan meninggal pada usia 73 tahun pada tanggal 17 Juni 1996. Karya yang dihasilkan oleh Kuhn cukup banyak, akan tetapi yang paling terkenal dan paling banyak mendapat sambutan dari filusuf dan ilmuan adalah The Structure Of Scientific Revolution, sebuah buku yang di terbitkan oleh University of Chichago Press pada tahun 1962. Buku ini terjual lebih dari satu juta copy dalam 16 bahasa dan

Transcript of Makalah Paradigma Ilmu Thomas s

Page 1: Makalah Paradigma Ilmu Thomas s

1

PARADIGMA ILMU THOMAS S. KUHN

I. Biografi Singkat Thomas S. Kuhn

Thomas Samuel Kuhn lahir di  Cicinnati, Ohio Amerika Serikat, pada

tanggal 18 juli 1922. Kuhn lahir dari pasangan Samuel L, Kuhn seorang Insinyur

industri dan Minette Stroock Kuhn. Dia mendapat gelar B.S di dalam ilmu fisika

dari Harvard University pada tahun 1943 dan M.S. Pada tahun 1946. Pada tahun

1949 mendapatkan gelar Ph.D di tempat yang sama dalam bidang Ilmu fisika.

Setelah meninggalkan Harvard dia belajar di Universtitas Berkeley di California

dan kemudian menjadi pengajar di departemen filosofi dan sains. Dia menjadi

profesor sejarah ilmu pada 1961. Sealain itu Khun mendapat anugrah gelar guru

besar dari Princeton University dalam bidang filsafat dan sejarah sains pada tahun

1964. Selanjutnya pada tahun 1983 Ia dianugrahi gelar professor untuk kesekian

kalinya, kali ini dari massachuseits Institute of university dan meninggal pada usia

73 tahun pada tanggal 17 Juni 1996.

Karya yang dihasilkan oleh Kuhn cukup banyak, akan tetapi yang paling

terkenal dan paling banyak mendapat sambutan dari filusuf dan ilmuan adalah The

Structure Of Scientific Revolution, sebuah buku yang di terbitkan oleh University

of Chichago Press pada tahun 1962. Buku ini terjual lebih dari satu juta copy

dalam 16 bahasa dan menjadi buku bacaan dalam pengajaran-pengajaran

pendidikan, sejarah, psikologi, riset, sejarah dan filsafat sains.

II. Paradigma Ilmu Thomas S. Kuhn

Pandangan Kuhn tentang ilmu dan perkembangannya pada dasarnya

merupakan respon terhadap pandangan kalangan positivisme logis dan Popper.

Kalangan positifisme logis ini dikenal dengan Vienna Circle (lingkaran wina),

yang mengemukakan bahwa teori-teori baru dalam ilmu pengetahuan alam

(natural science) ditetapkan melalui “verifikasi”. Menurut Muslih, dalam

pandangan Vienna circle proses verifikasi dan konfirmasi-eksperimentasi

merupakan langkah dan proses dalam pengembangan ilmu, sekaligus sebagai

Page 2: Makalah Paradigma Ilmu Thomas s

2

garis pembeda antara ilmu dengan yang bukan ilmu.1 Sementara Popper dengan

falsifikasinya, menganggap proses perkembangan ilmu dilakukan dengan proses

eksperimentasi untuk membuktikan salah suatu teori ilmu dan juga refutasi

(penyangkalan suatu teori), selama suatu teori bisa bertahan dalam upaya

falsifikasi selama itu pula teori tersebut tetap kokoh. Dua pandangan tersebut

tmpak seperti berbeda, akan tetapi pada dasarnya memiliki kesamaan yang cukup

fundamental, yaitu keduanya jelas memiliki nuansa positivistik dan cenderung

objektifistik, yang cenderung memisahkan antara ilmu dan unsur-unsur

subjektifitas dari ilmuan; keduanya juga memandang, proses perkembangan ilmu

adalah dengan jalan linier-akumulasi dan eliminasi.2

Kuhn menolak pandangan Vienna circle dan Popper tentang kemajuan

ilmiah yang bersifat akumulatif (evolusioner) tersebut, menerutnya ilmu harus

dilihat dari perspektif sejarah, dalam arti sejarah ilmu. Jika Popper menggunakan

sejarah ilmu sebagai bukti untuk mempertahankan pendapatnya, Kuhn justru

menggunakan sejarah ilmu sebagai titik tolak penyelidikannya. Karena kemajuan

ilmiah itu bersifat revulusioner, bukan berdasarkan upaya-upaya membuktikan

salah sutau sistem yang bersifat akumulatif. Sebab, sifat revolusioner hanya terasa

bagi mereka yang terkena dampaknya, atau mereka yang paradigmanya terkena

dampak dari perubahan revolusioner tersebut, maka “paradigma” ini menjadi

konsep sentral dalam pemikiran Kuhn.

Kuhn mengatakan paradigma yang dimaksudkan tidak sama dengan

“model” atau “pola”, melainkan lebih dari itu.3Paradigma dalam pandangan Kuhn

digunakan dalam dua arti. Pertama, sebagai keseluruhan konstelasi, nilai dan

teknik, dan sebagainya yang dimiliki bersama oleh anggota komunitas ilmiah

tertentu. Kedua, sejenis unsur dalam konstelasi tersebut, pemecahan teka-teki

yang konkret, yang digunakan sebagai model atau contoh, dapat menggantikan

kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar teka-teki sains yang normal, yang

1 Muhammad Muslih,Filsafat Ilmu(Yogyakarta: Belukar,2010), 1262 Ibid , 126-1273 Singgih, E.G., Kuhn dan Küng: “Perubahan Paradigma Ilmu dan Dampaknya Terhadap Teologi Kristen”, dalam buku Zainal Abidin Bagir, Integrasi Ilmu dan Agama(Bandung: Mizan Pustaka, 2005), 54

Page 3: Makalah Paradigma Ilmu Thomas s

3

masih tersisa.4 Menurut Muslih, Paradigma ilmu dianggap sebagai suatu skema

kognitif yang dimiliki bersama. Suatu paradigma ilmu akan memberi sekumpulan

ilmuwan cara untuk memahami alam ilmiah. Apabila ada seorang ilmuwan

memperhatikan suatu fenomena dan menafsirkan apa makna yang pemerhatiannya

itu, maka ilmuwan tersebut telah menggunakan suatu paradigma ilmu untuk

memberi makna bagi pemerhatiannya itu. Sedangkan yang dimaksud komunitas

ilmiah dalam pandangan Kuhn adalah apabila ada sekumpulan ilmuwan yang

memilih pandangan bersama tentang alam (yaitu pandangan ilmu bersama). Kuhn

menyimpulkan bahwa faktor hostoris yakni faktor nonmatematis-positivistik,

merupakan faktor penting dalam bangunan paradigma keilmuan secara utuh. Ilmu

pengetahuan terkait erat dengan nilai-nilai sosio-kultural, nilai-nilai budaya,

pertimbangan politik praktis dan lain sebagainya. Atas pandangannya yang

meyakini bahwa ilmu memiliki keterkaitan dengan faktor subjektifitas, dalam arti

konstruksi sosio-kultural dari komunitas ilmiah yang berwujud paradigma ilmu,

filsafat ilmu Kuhn disebut oleh kalangan positivism dengan psychology of

discovery, yang dibedakan dengan logic of discovery sebagaiman positivis.

Dengan demikian paradigma ilmu tidak lebih dari suatu konstruksi

segenap komunitas ilmiah, Dalam komunitas tersebut mereka membaca,

menafsirkan, mengungkap, dan memahami alam, sehingga menurut Kuhn

paradigmalah yang menentukan jenis-jenis eksperimen yang dilakukan oleh para

ilmuawan, tanpa paradigma tertentu para ilmuawan tidak bisa mengumpulkan

fakta-fakta, dengan tiadanya paradigma atau calon paradigma tertentu, semua

fakta yang mungkin sesuai dengan perkembangan ilmu tertentu tampak seakan

sama-sama relevan, akibatnya pengumpulan fakta hamper semuanya merupakan

aktivitas acak.

III. Pandangan Kuhn Tentang Perkembangan Ilmu dan Revolusi Ilmiah.

Menurut Hidayati seperti yang dikutip dari Chalmers, Kuhn berpendapat

bahwa cara ilmu berkembang (progress science) dapat diringkas dalam suatu

4 Singgih, E.G., Kuhn dan Küng: “Perubahan Paradigma Ilmu dan Dampaknya Terhadap Teologi Kristen”, dalam buku Zainal Abidin Bagir, Integrasi Ilmu dan Agama(Bandung: Mizan Pustaka, 2005), 54

Page 4: Makalah Paradigma Ilmu Thomas s

4

skema yang open-ended, artinya sebuah akhir yang selalu terbuka untuk

diperbaiki dan dikembangkan  lebih lanjut. Skema itu ; adalah sebagai berikut :

Pra paradigma -Pra science – paradigma normal science – paradigma- anomali-

krisis – revolusi sains– ilmu normal  baru- krisis baru.5

1. Pra paradigma-Pra science,

Pada tahap ini aktivitas-aktivitas ilmiah dilakukan secara terpisah

dan tidak terorganisir sebab persetujuan yang kecil dan bahkan tidak adanya

persetujuan tentang subjeck matter, problem-problem dan prosedur di antara

para ilmuwan yang bersaing. Hal ini disebabkan karena tidak adanya suatu

pandangan tersendiri yang diterima oleh semua ilmuan tentang suatu teori

(fenomena). Para ilmuwan yang bersaing tersebut kebanyakan mendukung

satu atau lain varian dalam teori tertentu, misalnya tentang sifat cahaya.

Teori Epicurus, teori Aristoteles, atau teori Plato, satu kelompok

menganggap cahaya sebagai partikel-partikel yang keluar dari benda-benda

yang berwujud; bagi yang lain cahaya adalah modifikasi dari medium yang

menghalang di antara benda itu dan mata; yang lain lagi menerangkan

cahaya sebagai interaksi antara medium dan yang dikeluarkan oleh mata. Di

samping itu ada ilmuwan yang membuat kombinasi dan modifikasi lain

yang masing-masing aliran tersebut mendukung teorinya sendiri-sendiri. 

Sehingga teori-teori yang ada sebanyak jumlah pelaksanaannya di lapangan

dan setiap ahli teori itu merasa wajib memulai dengan yang baru dan

membenarkan pendekatannya sendiri yang hal tersebut berlangsung selama

kurun waktu tertentu sampai suatu paradigma tunggal diterima oleh semua

aliran yang dianut ilmuan tersebut dan ketika paradigma tunggal diterima,

maka jalan menuju normal science mulai ditemukan.

2. Paradigma normal science

5 Hidayati, “Paradigma Kuhn” dikutip dari Chalmers , Apakah Itu yang Dinamakan Ilmu?

Terjemahan oleh: Joesoef Isak.( Jakarta: Hasta Mitra, 1983)dalam http://blog.unsri.ac.id/hidayati/filsafat-ilmu/paradigma-kuhn/mrdetail/29380 , diakses 1 Juni 2011

Page 5: Makalah Paradigma Ilmu Thomas s

5

Masih menurut hidayati yang dikutip dari Chalmers, Aktivitas yang

terpisah-pisah dan tidak terorganisasi yang mengawali pembentukan suatu

ilmu akhirnya menjadi tersusun dan terarah pada suatu paradigma tunggal

yang telah dianut oleh suatu masyarakat ilmiah, suatu paradigma yang terdiri

asumsi-asumsi teoritis yang umum dari hukum-hukum serta teknik-teknik

untuk penerapannya diterima oleh para anggota komunitas ilmiah, keadaan

seperti inilah yang dikatakan dalam tahapan paradigma normal sains. 6

Pada tahap yang kedua ini, tidak terdapat sengketa pendapat

mengenai hal-hal fundamental di antara para ilmuan sehingga paradigma

tunggal diterima oleh semuanya. Dan hal inilah merupakan ciri yang

membedakan antara normal science dan pra science.  Paradigma tunggal

yang telah diterima tersebut dilindungi dari kritik dan falsifikasi sehingga ia

tahan dari berbagai kritik dan falsifikasi. Menurut Muslih, “normal science”

melibatkan usaha terperinci dan terorganisasi untuk menjabarkan paradigma

dengan tujuan memperbaiki keseimbangannya dengan alam (fenomena)

dengan memecahkan teka-teki science, baik teka-teki teoritis maupun teka-

teki eksperimental. Teka-teki teoritis meliputi perencanaan dan

mengembangkan asumsi yang sesuai untuk penerapan status hukum. Teka-

teki eksperimental meliputi perbaikan keakuratan observasi dan

pengembangan teknik eksperimen sehingga mampu menghasilkan

pengukuran yang dapat dipercaya. Contoh konsep yang disepakati pada

tahapan normal sains ini adalah  pada abad ke-18, paradigma tentang Optik

karya Newton yang mengajarkan bahwa cahaya adalah partikel yang sangat

halus yang diterima oleh komunitas ilmiah pada zaman tersebut.

Menurut Yudi, Dalam tahap normal science ini terdapat tiga fokus

bagi penelitian sains faktual, yaitu:

1. Menentukan fakta yang penting.

6 Hidayati, “Paradigma Kuhn” dikutip dari Chalmers , Apakah Itu yang Dinamakan Ilmu? Terjemahan oleh: Joesoef Isak.( Jakarta: Hasta Mitra, 1983)dalam http://blog.unsri.ac.id/hidayati/filsafat-ilmu/paradigma-kuhn/mrdetail/29380 , diakses 1 Juni 2011

Page 6: Makalah Paradigma Ilmu Thomas s

6

2. Menyesuaikan fakta dengan teori. Upaya menyesuaikan fakta dengan

teori ini lebih nyata ketergantungannya pada paradigma. Eksistensi

paradigma itu menetapkan dan menyusun masalah-masalah yang harus

dipecahkan;( seringkali paradigma itu secara implisit terlibat langsung

di dalam desain peralatan yang mampu memecahkan masalah tersebut )

3. Mengartikulasikan teori paradigma dengan memecahkan beberapa

ambiguitasnya yang masih tersisa dan memungkinkan pemecahan

masalah yang sebelumnya hanya menarik perhatian saja7

3. Anomali-Krisis

Dalam wilayah “normal science” ini seringkali ada permasalahan

yang tidak terselesaikan dan banyak diantaranya amat penting menurut

asumsi komunitas ilmuan yang pada akhirnya akan muncul keganjilan-

keganjilan, ketidaktepatan,dan penyimpangan-penyimpangan dari hal-hal

yang biasa maka oleh Kuhn situasi ini disebut anomali. Jika anomali

semakin banyak hingga suatu komunitas ilmiah mengumpulkan data-data

yang tidak sejalan dengan pandangan paradigma mereka, serta mulai

mempersoalkan kesempurnaan paradigmanya, maka semenjak itu ilmu

tersebut masuk dalam masa Krisis. Biasanya krisis ini timbul setelah

mengalami sains normal dalam waktu yang lama, dan hal ini merupakan

suatu fase yang harus dilewati untuk menuju kemajuan ilmiah karena

dengan adanya krisis, suatu komunitas ilmiah akan berusaha menyelesaikan

krisis tersebut, hal inilah yang disebut proses sains luar

biasa. Pada proses sains luar biasa ini, komunitas ilmiah akan dihadapkan

pada dua pilihan, apakah akan kembali pada cara-cara yang lama atau

berpindah pada sebuah paradigm baru, jika dia memilih yang kedua maka

terjadilah apa yang disebut oleh Kuhn “revolusi sains” (revolutionary

science).

7 Yudi ,”Paradigma Ilmu Pengetahuan Menurut Thomas S. Kuhn” (http://yherpansi.wordpress.com/2009/11/10/paradigma-kuhn/), diakses 3 Juni 2011

Page 7: Makalah Paradigma Ilmu Thomas s

7

4. Revolusi sains– ilmu normal  baru- krisis baru

Revolusi sains merupakan episode perkembangan non-kumulatif,

dimana paradigma lama diganti sebagian atau seluruhnya oleh paradigma

baru yang ber-tentangan. Transformasi-transformasi paradigma yang

berurutan dari paradigma yang satu ke paradigma yang lainnya melalui

revolusi, adalah pola perkembangan yang biasa dari sains yang telah

matang. Jalan revolusi sains menuju sains normal bukanlah jalan bebas

hambatan.8 Karena banyak sekali ilmuwan setelah mengalamai krisis,

mereka memilih bertahan dengan paradigma lama dalam ilmu normal,

karena menurut singgih mengikuti paradigma baru membawa dampak yang

berat bagi studi dan kegiatan mereka.9

Oleh sebab itu perlu usaha keras untuk mencapai ilmu normal baru.

Maka sesudah komunitas ilmiah mengalami revolusi sains mereka harus

menyusun diri kembali dengan menggunakan paradigma baru, maka ia akan

memilih nilai-nilai, norma-norma, asumsi, bahasa-bahasa, dan cara-cara

memahami alam ilmiah dengan cara baru. Inilah yang disebut proses

pergeseran paradigma ( paradigm shift) walaupun kadang-kandang Kuhn

juga menyebutnya dengan perubahan paradigma (paradigm change). Proses

peralihan komunitas ilmiah dari paradigma lama ke paradigma baru yang

berlawanan inilah yang dimaksud oleh Kuhn sebagai revolusi science. Oleh

karena itu, menurut Kuhn, perkembangan ilmu itu tidak secara komulatif

dan evolusioner tetapi, secara revolusioner, yakni membuang paradigma

lama dan mengambil paradigma baru yang berlawanan dan bertentangan.

Paradigma baru tersebut dianggap dan diyakini lebih dapat memecahkan

masalah untuk masa depan. Melalui revolusi science inilah menurut

Kuhn perkembangan ilmu akan terjadi. Dengan paradigma baru para

pengikutnya mulai melihat subjek matter dari sudut pandang yang baru dan

berbeda dengan yang semula, dan menggunakan teknik metodologinya yang

8Yudi ,”Paradigma Ilmu Pengetahuan Menurut Thomas S. Kuhn” (http://yherpansi.wordpress.com/2009/11/10/paradigma-kuhn/), diakses 3 Juni 20119 Singgih, E.G., Kuhn dan Küng: “Perubahan Paradigma Ilmu dan Dampaknya Terhadap Teologi Kristen” dalam buku Zainal Abidin Bagir, Integrasi Ilmu dan Agama(Bandung: Mizan Pustaka, 2005), 54

Page 8: Makalah Paradigma Ilmu Thomas s

8

lebih unggul dibanding paradigma klasik dalam memecahkan masalah yang

dihadapi. Berdasarkan paradigma baru inilah tradisi ektra ordinari science

dilakukan oleh para komunitas ilmuan yang mendukungnya dan sampai

pada tahap tertentu dapat meyakinkan para pendukung paradigma klasik

tentang keberadaan paradigma baru yang lebih mendekati kebenaran dan

lebih unggul dalam mengatasi science di masa depan. Apabila paradigma

tersebut dapat diterima dan dapat bertahan dalam kurun waktu tertentu maka

dia ilmu tersebut akan menjadi ilmu normal yang baru, dan kemungkinan

akan ditemukan anomali-anomali dan terjadi krisis baru begitu seterusnya.

Akan tetapi apabila para pendukung paradigma klasik tetap keras kepala

terhadap paradigma yang dianutnya dengan berusaha melakukan upaya

pemecahan-pemecahan science normal berdasarkan paradigmanya

walaupun berhasil mengatasi permasalahan itu revolusi besar dan kemajuan

science tidak terjadi. Mereka tetap berada dan terperangkap dalam situasi

normal science dan tetap sebagai ilmuan biasa. Menurut Kuhn, tidak ada

paradigma yang sempurna dan terbebas dari kelainan-kelainan (anomali),

sebagai konsekwensinya ilmu harus mengandung suatu cara untuk

mendobrak keluar dari satu paradigma ke paradigma lain yang lebih baik,

inilah fungsi revolusi tersebut.

IV. Komentar Mengenai Konsep Revolusi Science Kuhn

Jika mengikuti model konsep Kuhn tentang perkembangan ilmu tersebut,

maka merupakan suatu kekeliruan serius jika seorang ilmuan hanya memegang

satu paradigma klasik saja, jika pada saat tersebut anomali-anomali sedang

menyerang paradigmanya secara fundamental, meskipun tidak ada argumen logis

yang dapat memaksa ilmuan untuk melakukan konversi paradigma. Karena tidak

mungkin satu ilmu dapat di gunakan di seluruh disiplin ilmu dalam jangka waktu

yang lama dan terus menerus, hal ini disebabkan karena paradigma lahir menurut

jamannya. Setiap paradigma yang muncul adalah suatu cara untuk mengatasi dan

menjawab teka-teki ataupun permasalahan yang dihadapi pada jaman tertentu.

Jika mengikuti pendapat Kuhn, bahwa ilmu pengetahuan itu terikat oleh ruang dan

Page 9: Makalah Paradigma Ilmu Thomas s

9

waktu, maka sudah jelas bahwa suatu paradigma hanya cocok dan sesuai untuk

permasalahan yang ada pada saat tertentu saja. Sehingga apabila dihadapkan pada

permasalahan berbeda dan pada kondisi yang berlainan, maka perpindahan dari

satu paradigma ke paradigma yang baru yang lebih sesuai adalah suatu keharusan.

Sebagaimana dalam ilmu-ilmu sosial yang berparadigma ganda, usaha-

usaha dalam menemukan paradigma yang lebih mampu menjawab permasalahan

yang ada dan sesuai dengan perkembangan jaman harus terus dilakukan.

Perpaduan antara paradigma fakta sosial, paradigma perilaku sosial, dan

paradigma definisi sosial yang masing-masing mempunyai perbedaan dan

berlawanan diformulasikan dalam suatu paradigma yang utuh yang dapat

memecahkan permasalahan yang lebih kompleks seiring dengan perkembangan

jaman. Dari hal tersebut menjadi sebuah cerminan adanya suatu kemajuan dalam

bidang tertentu karena terjadi revolusi-revolusi yang ditandai adanya perpindahan

dari paradigma klasik ke paradigma baru. Dengan pepindahan paradigma tersebut

memungkinkan munculnya theori-theori keilmuan yang baru yang dapat

menciptakan ilmu baru.

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: Makalah Paradigma Ilmu Thomas s

10

 Aribah Marleny. Peran Sejarah Dalam Revolusi Sains,

http://filsafat.kompasiana.com/2010/05/27/sekilas-tentang-periodesasi-

ilmu- hingga-lahirnya-paradigma-kuhn/, diakses 28 Mei 2011

Hidayati, Paradigma Kuhn,http, //blog.unsri.ac.id/hidayati/filsafat-

ilmu/paradigma-kuhn/mrdetail/29380, diakses 1 Juni 2011

Kebung, kondrad. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 2011

Loekisno .Paradigm Sift Thomas Kuh, http://loekisno.wordpress.com

/2008/02/07/shift-paradigm-thomas-kuhn/,diakses 27 Mei 2011

Muslih, Muhammad. Filsafat Ilmu.Yogyakarta: Belukar, 2010, cet ke-6

Singgih, E.G., Kuhn dan Küng: Perubahan Paradigma Ilmu dan Dampaknya

Terhadap Teologi Kristen, dalam buku Zainal Abidin Bagir. Integrasi

Ilmu dan Agama. Bandung: Mizan Pustaka, 2005

 Udin. Paradigma Thomas S. Kuhn.

http://blog.unsri.ac.id/udin_dot/bacaan/paradigma-thomas-s.-

kuhn/mrdetail/26957 tgl 03 juni 2011

Yudi. Paradigma Ilmu Pengetahuan Menurut Thomas S. Kuhn

http://yherpansi.wordpress.com/2009/11/10/paradigma-kuhn/, diakses 28

Mei 2011