MAKALAH - Web viewMakalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta menambah wawasan...
Transcript of MAKALAH - Web viewMakalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta menambah wawasan...
MAKALAH
ALIRAN FILSAFAT ESSENSIALISME
Untuk memenuhi tugas Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. T. Sulistyono M.Pd, MM
Disusun Oleh:
1. Aji Saraswanto (14144600188)
2. Zafira Syajarotun (14144600196)
3. Neni Lastanti (14144600209)
4. Doni Dimas (14144600249)
Kelas: A5-14
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas Filsafat
Pendidikan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta menambah wawasan
tentang “Aliran Filsafat Essensialisme”. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada rekan-
rekan dan semua pihak yang telah membantu, sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan sesungguhnya hanya
datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Yogyakarta, 08 Maret 2016
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Pengertian Aliran Filsafat Essensialisme........................................................................5
B. Ciri-ciri aliran filsafat Essensialisme..............................................................................6
C. Prinsip-prinsip filosofis aliran filsafat Essensialisme.....................................................7
D. Kelebihan dan Kekurangan aliran filsafat Esensialisme...............................................11
E. Implikasi aliran filsafat Essensialisme dalam dunia pendidikan……….......................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan
penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Secara
filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus
dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya,
sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya.
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul
pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme.
Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan
yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada
keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan
harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak
esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi
tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya
masing-masing. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya
konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu,
esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern.
Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap
simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang
sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi
tuntutan zaman. Realisme modern, yang menjadi salah satu eksponen essensialisme,
titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme
modern sebagai eksponen yang lain pandangan-pandangannya bersifat spiritual. John
Butler mengutarakan ciri dari keduanya yaitu, alam adalah yang pertama-tama
memiliki kenyataan pada diri sendiri, dan dijadikan pangkal berfilsafat. Kualitas-
kualitas dari pengalaman terletak pada dunia fisik. Dan disana terdapat sesuatu yang
4
menghasilkan penginderaan dan persepsi-persepsi yang tidak semata-mata bersifat
mental.
Dengan demikian disini jiwa dapat diumpamakan sebagai cermin yang
menerima gambaran-gambaran yang berasal dari dunia fisik, maka anggapan
mengenai adanya kenyataan itu tidak dapat hanya sebagai hasil tinjauan yang
menyebelah, berarti bukan hanya dari subyek atau obyek semata-mata, melainkan
pertemuan keduanya. Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah
sama dengan substansi gagasan-gagasan (ide-ide). Dibalik dunia fenomenal ini ada
jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos.
Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan
Tuhan. Menurut pandangan ini bahwa idealisme modern merupakan suatu ide-ide
atau gagasan-gagasan manusia sebagai makhluk yang berpikir, dan semua ide yang
dihasilkan diuji dengan sumber yang ada pada Tuhan yang menciptakan segala
sesuatu yang ada di bumi dan dilangit, serta segala isinya. Dengan menguji dan
menyelidiki semua ide serta gagasannya maka manusia akan mencapai suatu
kebenaran yang berdasarkan kepada sumber yang ada pada Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian aliran filsafat Essensialisme?
2. Apakah ciri-ciri aliran filsafat Essensialisme?
3. Apa prinsip-prinsip filosofis aliran filsafat Essensialisme?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari aliran filsafat Essensialisme?
5. Bagaimana implikasi aliran filsafat Essensialisme dalam dunia pendidikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui latar belakang munculnya aliran filsafat Essensialisme.
2. Mengetahui ciri-ciri aliran filsafat Essensialisme.
3. Mengetahui prinsip-prinsip filosofis aliran filsafat Essensialisme.
4. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari aliran filsafat Essensialisme.
5. Mengetahui implikasi aliran filsafat Essensialisme dalam dunia pendidikan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aliran Filsafat Essensialisme
Secara etimologi, essensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni
“Essential” yang berarti inti atau pokok dari sesuatu dan “Isme” berarti aliran,
mazhab atau paham.
Essensialisme dikenal sebagai gerakan pendidikan dan juga sebagai aliran
filsafat pendidikan. Essensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-
nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Essensialisme
muncul pada zaman Renaissance(zaman kelahiran kembali) dengan ciri-ciri utama
yang berbeda dengan Progresivisme, perbedaannya yang utama ialah dalam
memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh dengan fleksibilitas, dimana
terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih
yang mempunyai tata yang jelas. Menurut essensialisme, yang essensial (sesuatu yang
bersifat inti atau hakikat fundamental, atau unsur mutlak yang menentukan
keberadaan sesuatu) harus diwariskan kepada generasi muda agar dapar bertahan dari
waktu ke waktu, karena itu essensialisme tergolong Tradisionalisme (Dinn Wahyudi
dkk, 4.14:2008).
B. Ciri-ciri aliran filsafat Essensialisme
Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, pendidikan sebagai
pemelihara kebudayaan. Karena dalil ini maka aliran Essentialisme dianggap para ahli
sebagai “Conservative road to culture”, yakni aliran ini ingin kembali kepada
kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya
bagi kehidupan manusia.
Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Kebudayaan yang
mereka wariskan kepada kita hingga sekarang, telah teruji oleh segala zaman, kondisi
dan sejarah. Kebudayaan demikian, ialah essensia yang mampu pula mengemban hari
kini dan masa depan umat manusia. Kebudayaan sumber itu tersimpul dalam ajaran
para filosof ahli pengetahuan yang agung, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka
bersifat kekal dan monumental.
6
Kesalahan dari kebudayaan moderen sekarang Essensialisme ialah
kecenderungannya, bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah
ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak
kita ingini sekarang, hanya dapat diatasi dengan kembali secara sadar melalui
pendidikan, ialah kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu. Hanya dengan demikian,
kita boleh optimis dengan masa depan kita, masa depan kebudayaan umat manusia.
Pemikir-pemikir besar yang telah dianggap sebagai peletak dasar asas-asas
filsafat aliran ini, terutama yang hidup pada zaman klasik: Plato, Aristoteles, dan
Democritus. Plato sebagai bapak Objective-Idealisme adalah pula peletak teori-teori
modern dalam Essentialisme. Sedangkan Aristotes dan Democritus, keduanya Bapak
Objective-Realisme. Kedua ide filsafat itulah yang menjadi latar belakang thesis-
thesis Essentialisme. Yang amat dominan dalam Essentialisme tidak hanya filsafat
klasik tersebut. Malahan lebih-lebih ajaran-ajaran filosof pada zaman Renaissance,
merupakan sokoguru aliran ini. Brameld menulis ciri utama Essentialisme itu sebagai
berikut:
“Pandangan-pandangan filsafat yang kuno dan absolutisme pandangan abad-
abad pertengahan tercermin dalam otoritasnya yang tidak dapat ditantang, otoritas
gereja yang dogmatis, dimana pengikut Essentialisme modern bertujuan
mengusahakan suatu sistematika, konsepsi tentang manusia dan alam semesta yang
secepat mungkin cocok bagi kebutuhan zaman dan lembaga-lembaga modern.”
Essensialisme merupakan paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme.
Praktek filsafat pendidikan essensialisme dengan demikian menjadi lebih kaya
dibandingkan jika ia hanya mengambil posisi sepihak dari salah satu aliran yang ia
sintesiskan.
C. Prinsip-prinsip filosofis aliran filsafat Essensialisme
1. Hakikat Manusia
Pandangan ontologis essensialisme merupakan suatu konsepsi bahwa dunia
atau realita ini dikuasai oleh tata (order) tertentu yang mengatur dunia beserta isinya.
Hal ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita, dan
perbuatan manusia harus disesuaikan dengan tata tersebut.
Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan
substansi gagasan-gagasan (ide-ide). Di balik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak
terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai
makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan. Dengan menguji
7
menyelidiki ide-ide serta gagasan-gagasannya, manusia akan dapat mencapai
kebenaran, yang sumbernya adalah Tuhan sendiri.
Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat
tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme modern
sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual. Manusia
memiliki intelegensi ia mampu berpikir, dan karenanya dapat menyesuaikan diri
terhadap dunia eksternalnya sehingga tetap bertahan diri dalam perjuangannya
menghadapi dunia eksternalnya.
2. Hakikat Realitas
Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsepsi bahwa
dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya
dengan tiada cela pula, ini berarti bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita
manusia haruslah disesuaikan dengan tata tersebut. Dibawah ini adalah uraian
mengenai penjabarannya menurut realisme dan idealisme.
a. Realisme yang mendukung esensialisme disebut realisme objektif karena
mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam serta tempat manusia
didalamnya. Terutama sekali ada dua golongan ilmu pengetahuan yang
mempengaruhi realisme ini. Dari fisika dan ilmu-ilmu lain yang sejenis dapat
dipelajari bahwa tiap aspek dari alam fisik ini dapat dipahami berdasarkan adanya tata
yang jelas khusus. Ini berarti bahwa suatu kejadian yang sederhanapun dapat
ditafsirkan menurut hukum alam, seperti misalnya daya tarik bumi.
b. Idealisme objektif mempunyai pandangan kosmos yang lebih optimis dibandingkan
dengan realisme objektif. Yang dimaksud dengan ini adalah bahwa pandangan-
pandangannya bersifat menyeluruh yang boleh dikatakan meliputi segala sesuatu.
Dengan landasan pikiran bahwa totalitas dalam alam semesta ini pada hakikatnya
adalah jiwa atau spirit, idealisme menetapkan suatu pendirian bahwa segala sesuatu
yang ada ini nyata. Ajaran-ajaran Hegel memperjelas pandangan tersebut diatas.
3. Hakikat Pengetahuan
a. Epistemologi Idealisme
Pandangan mengenai pengetahuan bersendikan pada pengertian bahwa
manusia adalah makhluk yang adanya merupakan refleksi dari Tuhan dan yang timbul
dari hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos. Karena itu, dalam diri manusia
tercermin suatu harmoni dari alam semesta, khususnya pikiran manusia (human
mind). Manusia memperoleh pengetahuan melalui berpikir, intuisi, atau introspeksi.
8
Kriteria kebenaran idealism yaitu pikiran atau kesadaran adalah primodial.
Sejak kehidupan ada, sejak itu pula pikiran atau kesadaran ada. Kesadaran atau
pikiran manusia bertugas membangun suatu rancangan dunia dalam yang dianggap
paling mendekati realitas luar absolut. Untuk itu, maka logika atau penalaran menjadi
penting, sebab memang logika atau penalaran itu merupakan bagian yang sangat
esensial dari realitas. Karena itu, sesuatu pengetahuan dikatakan benar bukan karena
berguna untuk memecahkan masalah atau untuk kehidupan praktis, sebagaimana
dianut progresivist, tetapi suatu pengetahuan dikatakan benar karena ia memang
benar, jadi kebenaran bersifat intrinsic, bukan instrumental. Jadi, kebenaran
merupakan perwujudan dari realitas tertinggi. Sebab itu, uji kebenaran pengetahuan
dlakukan melalui uji koherensi atau konsistensi logis ide-idenya (Madjid Noor,dkk,
1987).
b. Epistemologi Realisme
Sumber pengetahuan menurut Realisme adalah dunia luar subyek,
pengetahuan diperoleh melalui pengalaman diri, atau pengamatan. Kita mengetahui
sesuatu jika kita mengamati atau mengalami sesuatu melalui kontak lamgsung melalui
pancaindera. Pengetahuan sudah ada di dalam realitas, manusia tinggal
menemukannya melalui pengamatan atau pengalaman.
Kriteria kebenaran menurut epistemologi realisme adalah suatu pengetahuan diakui
benar jika pengetahuan itu sesuai dengan realitas eksternal (yang objektif) dan
independen. Sebab itu, uji kebenaran pengetahuan dilakukan melalui uji
korespondensi pengetahuan dengan realitas.
4. Hakikat Nilai (Aksiologi)
a. Aksiologi Idealisme
Para filsuf Idealisme sepakat bahwa nilai hakikatnya diturunkan dari realitas
absolut. Realitan absolut merupakan hal nyata yang benar-benar ada yang bersifat
mutlak. Karena itu nilai-nilai adalah abadi atau tidak berubah. Dalam kehidupan
sosial, kualitas spiritual seperti kesadaran cinta bangsa dan patriotism merupakan
nilai-nilai sosial yang perlu dijunjung tinggi, dan Hegel menyimpulkan bahwa karena
Negara adalah manifestasi Tuhan, maka wajib bagi warga negara untuk setia dan
menjunjung negara. Adapun menurut Immanuel dasar nilai sosial itu adalah
kemerdekaan individu, sebab kemerdekaan individu manusia akan memberi dasar
bagi kehidupan sosial yang adil dan sejahtera (Dinn Wahyudin, 4.19:2008).
b. Aksiologi Realisme
9
Para filsuf realisme percaya bahwa standar nilai tingkah laku manusia diatur
oleh hukum alam, dan pada taraf yang lebih rendah diatur melalui konvensi atau
kebiasaan, adat istiadat di dalam masyarakat ( Edward J. Power, 1982). Sejalan
dengan konsep di atas, bahwa moral berasal dari adat istiadat, kebiasaan, atau dari
kebudayaan masyarakat (Dinn Wahyudin, 4.20:2008).
D. Kelebihan dan Kekurangan aliran filsafat Esensialisme
Kelebihan
a. esensialisme membantu untuk mengembalikan subject matter ke dalam proses
pendidikan, namun tidak mendukung perenialisme bahwa subject matter yang
benar adalah realitas abadi yang disajikan dalam buku-buku besar dari
peradaban barat. Great Book tersebut dapat digunakan namun bukan untuk
mereka sendiri melainkan untuk dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan
yang ada pada dewasa ini.
b. essensialisme berpendapat bahwa perubahan merupakan suatu kenyataan
yang tidak dapat diubah dalam kehidupan sosial. Mereka mengakui evolusi
manusia dalam sejarah, namun evolusi itu harus terjadi sebagai hasil desakan
masyarakat secara terus-menerus. Perubahan terjadi sebagai kemampuan
imtelegensi manusia yang mampu mengenal kebutuhan untuk mengadakan
amandemen cara-cara bertindak,organisasi,dan fungsisosial.
Kekurangan
a. menurut esensialis, sekolah tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan
kebijakan-kebijakan sosial. Hal ini mengakibatkan adanya orientasi yang
terikat tradisi pada pendidikan sekolah yang akan mengindoktrinasi siswa dan
mengenyampingkan kemungkinan perubahan.
b. Para pemikir esensialis pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena
mereka berpedoman pada filsafat yang berbeda. Beberapa pemikir esensialis
bahkan memandang seni dan ilmu sastra sebagai embel-embel dan merasa
bahwa pelajaran IPA dan teknik serta kejuruan yang sukar adalah hal-hal yang
benar-benar penting yang diperlukan siswa agar dapat memberi kontribusi
pada masyarakat.
c. Peran guru sangat dominan sebagai seorang yang menguasai lapangan, dan
merupakan model yang sangat baik untuk digugu dan ditiru. Guru merupakan
orang yang menguasai pengetahuan dan kelas dibawah pengaruh dan
10
pengawasan guru. Jadi, inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru,
bukan pada siswa.
E. Implikasi aliran filsafat Essensialisme dalam dunia pendidikan
a. Pendidikan
Bagi penganut Essensialisme pendidikan merupakan upaya untuk
memelihara kebudayaan, “Education as Cultural Conservation”. Mereka
percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang
telah ada sejak awal peradabam umat manusia. Sebab kebudayaan tersebut telah
teruji dalam segala zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan adalah essensial
yang mampu mengemban hari kini dan masa depan umat manusia (Mohammad
Noor Syam, 1984). Pendidikan adalah proses reproduksi dari apa yang telah
terdapat dalam kehidupan sosial. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup,
bukan hidup itu sendiri.
b. Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertujuan menstransmisikan kebudayaan untuk menjamin
solidaritas sosial dan kesejahteraan umum (E.J. Power, 1982).
c. Sekolah
Fungsi utama sekolah adalah memelihara nilai-nilai yang telah turun
temurun, dan menjadi penuntun penyesuaian orang (individu) kepada
masyarakat (Imam Barnadib, 1984). Sekolah yang baik adalah sekolah yang
berpusat pada masyarakat, “society centered school”, yaitu sekolah yang
menggutamakan kebutuhan dan minat masyarakat (Madjid Noor, dkk,1987).
d. Kurikulum
Kurikulum (isi pendidikan) direncanakan dan diorganisasi oleh orang
dewasa atau guru sebagai wakil masyarakat, society centered. Kurikulun
terdiri atas berbagai mata pelajaran yang berisi ilmu pengetahuan, “agama” dan
seni, yang dipandang esensial. Adapun sifat organisasi isi kurikulum adalah
berpusat pada mata pelajaran (subject matter centered).
e. Metode
Dalam hal metode pendidikan Essensialisme menyarankan agar sekolah-
sekolah mempertahankan metode-metode tradisional yang berhubungan dengan
disiplin mental. Metode problem solving memang ada manfaatnya, tetapi bukan
prosedur yang dapat diterapkan dalam seluruh kegiatan belajar. Alasannya,
11
bahwa kebanyakan pengetahuan bersifat abstrak dan tidak dapat dipecahkan ke
dalam masalah-masalah diskrit. Selain itu, bahwa belajar pada dasarnya
melibatkan kerja keras, perlu menekankan disiplin (G. Kneller, 1971).
f. Peranan guru dan peserta didik
Guru atau pendidik berperan senbagai mediator atau “jembatan” antara
dunia masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak. Guru harus disiapkan
sedemikian rupa agar secara teknis mampu melaksanakan peranannya sebagai
pengarah proses belajar. Adapun secara moral guru haruslah orang terdidik
yang dapat dipercaya (E.J. Power, 1982). Dengan demikian inisiatif dalam
pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik (G. Kneller, 1971).
Peranan peserta didik adalah belajar, bukan untuk mengatur pelajaran.
Menurut Idealisme belajar, yaitu menyesuaikan diri pada kebaikan dan
kebenaran seperti yang telah diterapkan oleh yang absolut (Madjid Noor, dkk:
1987). Sedangkan menurut Realisme belajar berarti menyesuaikan diri terhadap
masyarakat dan alam. Belajar berarti menerima dan mengenal dengan sungguh-
sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan
dikurangi dan diteruskan kepada angkatan berikutnya (Imam Barnadib, 1984).
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aliran filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan
agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Aliran Esensialisme ini memandang
bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala
bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah
goyah, kurang terarah, tidak menentu dan kurang stabil. Tujuan pendidikan
esensialisme adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti
pengetahuan yang telah terhimpun, dasar bertahan sepanjang waktu untuk diketahui
oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang tepat untuk membentuk unsur-unsur yang inti (esensiliasme), sebuah pendidikan
sehingga pendidikan, jadi Menurut esensialisme sekolah berfungsi untuk warga
negara supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang
ada di dalam masyarakat.
B. Saran
Sebagai seorang pendidik hendaknya tidak meninggalkan nilai-nilai
budaya lama dalam hal kependidikan, setidaknya dapat memadukan teknik
pengajaran dengan metode lama, karena metode lama juga memiliki nilai-nilai
positif untuk diterapkan. Selalu menjadi figur teladan dan kreatif serta inovatif
dalam menciptakan pengajaran-pengajaran yang menarik bagi para siswanya.
Selalu menyesuaikan teknik pengajaran dengan kurikulum yang telah
ditetapkan, kurangi mengeluh dan terus mensiasati segala perubahan yang
terjadi dalam dunia kependidikan agar tetap bertahan dan berhasil menjadi
seorang guru yang profesional.
13
DAFTAR PUSTAKA
Mudyaharjo, Rejda. 2010. PENGANTAR PENDIDIKAN. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Wahyudin, Dinn, dkk.2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka
http://adanfa.blogspot.co.id/2012/11/makalah-filsafat-pendidikan.html
14