Makalah neuralgia trigeminal

60
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nyeri merupakan bagian dari pengalaman hidup sehari- hari. Nyeri mempunyai sifat yang unik, karena di satu sisi nyeri menimbulkan derita bagi yang bersangkutan, tetapi disisi lain nyeri juga menunjukkan suatu manfaat. Nyeri bukan hanya merupakan modalitas sensori tetapi juga merupakan suatu pengalaman. Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya atau potensi rusaknya jaringan atau keadaan yang menggambarkan kerusakan jaringan tersebut. Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis). Nyeri akut merupakan sensibel nyeri yang mempunyai manfaat. adapun yang menjadi manfaatnya antara lain : manfaat berupa mekanisme proteksi, mekanisme defensif, dan membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit. Di lain pihak, nyeri tetaplah merupakan derita belaka bagi siapapun, dan semestinya ditanggulangi oleh karena menimbulkan perubahan biokimia, metabolisme dan fungsi sistem organ. Bila tidak teratasi dengan baik nyeri dapat mempengaruhi aspek psikologis dan aspek fisik dari penderita. Aspek psikologis meliputi kecemasan, takut, perubahan kepribadian dan perilaku, gangguan tidur dan Lidah Kaku Page 1

description

Terdapat 12 saraf kranial dimana ada : Olfaktorius, Optikus, Okulomotor, Troklearis, Trigeminus, Abdusen, Fasialis, Vestibulokoklearis, Glosofaringeal, Vagus, Aksesorius, Hipoglossus. Dimana saraf – saraf ini memiliki peran tersendiri.Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan. Nyeri di bagi menjadi dua : Nyeri Akut dan nyeri kronik. Dimana nyeri akut nyeri akut dihubungkan dengan kerusakan jaringan. Nyeri akut ini dapat dialami segera setelah pembedahan sampai tujuh hari. Sedangkan nyeri kronik bisa dikategorikan sebagai malignan atau nonmalignan yang dialami pasien paling tidak 1 – 6 bulan.Dari skenario ini dimana didapatkan bahwa pasien mengalami neuralgia trigeminal yaitu merupakan suatu keadaan dengan serangan sakit paroksismal yang singkat dan hebat serta unilateral yang dipicu oleh rangsang sensoris lokal. nyeri yang timbul karena terangsangnya suatu “trigger zone” di sekitar mulut.

Transcript of Makalah neuralgia trigeminal

Page 1: Makalah neuralgia trigeminal

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Nyeri merupakan bagian dari pengalaman hidup sehari-hari. Nyeri mempunyai

sifat yang unik, karena di satu sisi nyeri menimbulkan derita bagi yang bersangkutan,

tetapi disisi lain nyeri juga menunjukkan suatu manfaat. Nyeri bukan hanya

merupakan modalitas sensori tetapi juga merupakan suatu pengalaman. Menurut The

International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri didefinisikan sebagai

suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang

berhubungan dengan adanya atau potensi rusaknya jaringan atau keadaan yang

menggambarkan kerusakan jaringan tersebut. Berdasarkan definisi tersebut nyeri

merupakan suatu gabungan dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri)

dan komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis).

Nyeri akut merupakan sensibel nyeri yang mempunyai manfaat. adapun yang

menjadi manfaatnya antara lain : manfaat berupa mekanisme proteksi, mekanisme

defensif, dan membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit. Di lain pihak, nyeri

tetaplah merupakan derita belaka bagi siapapun, dan semestinya ditanggulangi oleh

karena menimbulkan perubahan biokimia, metabolisme dan fungsi sistem organ. Bila

tidak teratasi dengan baik nyeri dapat mempengaruhi aspek psikologis dan aspek fisik

dari penderita. Aspek psikologis meliputi kecemasan, takut, perubahan kepribadian

dan perilaku, gangguan tidur dan gangguan kehidupan sosial. Sedangkan dari aspek

fisik, nyeri mempengaruhi peningkatan angka morbiditas dan mortalitas.

Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau

yang tidak berbahaya (nonnoksius, epikritik) misalnya sentuhan ringan, kehangatan,

tekanan ringan. Nyeri dapat dirasakan/terjadi secara akut, dapat pula dirasakan secara

kronik oleh penderita. Nyeri akut akan disertai heperaktifitas saraf otonum dan

umumnya mereda dan hilang sesuai dengan laju proses penyembuhan. Pemahaman

tentang patofisiologi terjadinya nyeri sangatlah penting sebagai landasan

menanggulangi nyeri yang diderita oleh penderita. Bila pengelolaan nyeri dan

penyebab nyeri akut tidak dilaksanakan dengan baik, nyeri itu dapat berkembang

menjadi nyeri kronik.

Lidah Kaku Page 1

Page 2: Makalah neuralgia trigeminal

Nyeri sampai saat ini merupakan masalah dalam dunia kedokteran. Nyeri bukan

hanya berkaitan dengan kerusakan struktural dari sistem saraf dan jaringan saja, tetapi

juga menyangkut kelainan transmiter yang berfungsi dalam proses penghantaran

impuls saraf. Di lain pihak, nyeri juga sangat mempengaruhi morbiditas, mortilitas,

dan mutu kehidupan.

B. TUJUAN MASALAH

1. Mahasiswa mampu menjelaskan Anatomi Fisiologi Dua Belas Saraf Cranial.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi Nyeri.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan Mekanisme Nyeri.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan Klasifikasi Nyeri.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan Patofisiologi Nyeri.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan Nyeri.

7. Mahasiswa mampu menjelaskan Neuralgia Trigeminal.

Lidah Kaku Page 2

Page 3: Makalah neuralgia trigeminal

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 SKENARIO

“ LIDAH KAKU “

Seorang wanita berusia 28 tahun datang berobat ke dokter praktek dengan

keluhan nyeri pada pipi dan lidah sebelah kiri. Serangan nyeri ini mulai dirasakan

sejak seminggu yang lalu. Pasien mengaku dulunya ia juga sering merasakan nyeri

didaerah wajah tapi nyerinya tidak khas seperti nyeri yang sekarang dialaminya.

Serangan nyeri yang dirasakan mendadak seperti tertusuk-tusuk yang bertahan selama

beberapa detik sampai 2 menit, kumat-kumatan dan selalu muncul di tempat yang

sama. Kadang nyeri muncul tanpa provokasi tapi lebih sering muncul jika pasien

sedang mengunyah makanan. Dokter menanyakan kemungkinan adanya gejala lain

yang muncul bersamaan dengan keluhan ini seperti mata berair, kebas didaerah wajah,

lidah kaku, mulut mencong atau sulit menelan, namun pasien menyangkal adanya

gejala-gejala tersebut.

1.2 TERMINOLOGI

Nyeri :

adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait

dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang

digambarkan dalam kerusakan tersebut.

1.3 PERMASALAHAN

1. Jelaskan Anatomi dan Fisiologi Dua Belas Saraf Cranial.

2. Bagaimana Definisi Nyeri.

3. Bagaimana Mekanisme Nyeri.

4. Jelaskan Klasifikasi Nyeri.

5. Bagaimana Patofisiologi Nyeri.

6. Jelaskan Neuralgia Trigeminal.

7. Diagnosis Banding.

8. Pemeriksaan Nervus Trigeminal.

Lidah Kaku Page 3

Page 4: Makalah neuralgia trigeminal

2.1 PEMBAHASAN

1. Anatomi dan Fisiologi 12 Saraf Cranial.

Ada 12 saraf kranial yang meninggalkan otak melalui foramina dan fissura di

tengkorak. Semua saraf ini didistribusikan ke kepala dan leher kecuali saraf kranial

kesepuluh, yang mempersarafi struktur-struktur yang berada di toraks dan abdomen.

Saraf-saraf otak tersebut diberi nama sebagai berikut : olfactorius (N.I), opticus (N.II),

oculomotorius (N.III), trochlearis (N.IV), trigeminus (N.V), abducens (N.VI), facialis

(N.VII), vestibulocochlearis (N.VIII), glossopharyngeus (N.IX), vagus (N.X),

accessorius (N.XI), dan hypoglossus (N.XII).

Nervus olfactorius, nervus opticus, dan nervus vestibulocochlearis merupakan saraf

sensorik murni. Nervus oculomotorius, nervus trochlearis, nervus abducens, nervus

accessorius, dan hypoglossus adalah saraf motorik murni. Nervus trigeminus, nervus

facialis, nervus glossopharyngeus, dan nervus vagus merupakan saraf campuran

motorik dan sensorik.

Nervus kranialis memiliki nuklei motorik dan/ atau sensorik di dalam otak dan

serabut-serabut saraf perifer keluar dari otak serta meninggalkan tengkorak menuju

Lidah Kaku Page 4

Page 5: Makalah neuralgia trigeminal

organ sensorik atau efektor. Adapun serabut-serabut saraf kranial dikelompokkan

menjadi beberapa jenis :

1. Serabut aferen somatik, yang menghantarkan impuls rasa nyeri, suhu, raba,

tekanan, dan sensasi propioseptif melalui reseptor-reseptornya di kulit, sendi,

otot, dan sebagainya.

2. Serabut aferen otonom (viseral), yang menghantarkan impuls (nyeri) dari organ

visera.

3. Serabut aferen khusus (SAK), yang terdiri atas SAK somatik yang

menghantarkan impuls dari reseptor khusus (mata, telinga) dan SAK viseral

yang menghantarkan impuls kecap dan bau.

4. Serabut eferen somatik umum, yang mempersarafi otot-otot rangka (III, IV, VI,

XII).

5. Serabut eferen viseral, yang mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar

(parasimpatis/ simpatis).

6. Serabut eferen brankhio-metrik khusus yang mempersarafi otot-otot derivat

arkus brankhialis (N. V untuk arkus 1, N. VII untuk arkus 2, N. IX untuk arkus

3, N. X dan N. XI untuk arkus selanjutnya).

Berbagai komponen saraf otak, fungsi, serta celah di cranium yang dilewati oleh saraf-

saraf tersebut untuk meninggalkan cavum crania diringkas sebagai berikut :

1. Nervus Olfactorius (Saraf Otak I)

Nervus olfactorius muncul dari sel-sel reseptor saraf di dalam membran

mukosa olfaktori yang terletak di rongga hidung bagian atas di cranial conchae

superior. Sel reseptor olfaktori tersebar di antara sel penyokong. Setiap sel

reseptor terdiri dari sel-sel saraf bipolar kecil dengan processus perifer yang

kasar yang berjalan ke permukaan membran dan sebuah processus sentral yang

halus. Dari processus perifer yang kasar timbul cilia-cilia pendek, rambut

olfactorius yang menembus ke dalam mucus yang menutupi permukaan

membran mukosa. Tonjolan serabut-serabut ini bereaksi terhadap bau di udara

dan menstimulasi sel-sel olfactorius.

Processus sentralis yang halus membentuk serabut saraf olfactorius.

Berkas serabut-serabut saraf ini masuk ke bulbus olfactorius melalui lubang-

lubang di lamina cribrosa os ethmoidale. Serabut-serabut nervus olfactorius

tidak bermielin dan diliputi oleh sel Schwann.

Lidah Kaku Page 5

Page 6: Makalah neuralgia trigeminal

2. Nervus Opticus (Saraf Otak II)

Serabut- serabut N. II adalah akson-akson sel di lapisan ganglionik

retina. Serabut tersebut berkonvergensi pada discus opticus dan keluar dari mata,

pusatnya sekitar 3 atau 4 mm dari sisi nasal sebagai N. II. Serabut-serabut N. II

bermielin, namun selubungnya dibentuk oleh sel oligodendrosit bukan sel

Schwann. Oleh karena itu, N. II disamakan dengan traktus saraf di susunan saraf

pusat. Saraf otak II meninggalkan rongga orbita melalui canalis opticus dan

bergabung dengan nervus opticus sisi kontralateral untuk membentuk chiasma.

3. Nervus Oculomotorius (Saraf Otak III)

Nervus oculomotorius mempunyai dua nuklei motorik, yaitu nukleus

motorik utama dan nukleus parasimpatis asesorius (nukleus Edinger-Westphal).

Nervus oculomotorius muncul dari permukaan anterior mesencephalon. Nervus

ini melintas kedepan di antara arteria cerebri posterior dan arteria cerebella

superior. Selanjutnya, nervus ini berjalan ke dalam fossa crania media di dinding

lateral sinus cavernosus. Disini nervus oculomotorius terbagi menjadi ramus

superior dan inferior yang memasuki rongga orbita melalui fisura orbitalis

superior.

N.oculomotorius mempersarafi otot-otot ekstrinsik mata berikut: m.

levator palbebrae superioris, m. rectus medialis, m. rectus inferior, dan m.

obliquus inferior. Melalui cabang ke ganglion ciliare dan serabut parasimpatis

nervi ciliares breves, nervus ini juga mempersarafi otot-otot intrinsik mata

berikut: m. constrictor papillae iris dan m. Ciliaris.

Dengan demikian, nervus oculomotorius bersifat motorik murni dan berfungsi

mengangkat kelopak mata atas; menggerakkan bola mata ke atas, bawah, dan

medial; konstriksi pupil; serta akomodasi mata.

4. Nervus Trochlearis (Saraf Otak IV)

Nervus trochlearis merupakan satu-satunya saraf kranial yang keluar

melalui dorsal batang otak. Nervus trochlearis muncul dari mesencephalon dan

segera menyilang saraf senama sisi yang berlawanan. Nervus trochlearis berjalan

ke depan melalui fossa crania media pada dinding lateral sinus cavernosus dan

masuk rongga orbita melalui fisura orbitalis superior. Saraf ini mempersarafi m.

Lidah Kaku Page 6

Page 7: Makalah neuralgia trigeminal

obliquus superior (untuk menggerakkan mata ke arah bawah- dalam dan abduksi

sedikit. Paralisa otot ini akan menampilkan deviasi mata ke atas dan sedikit ke

dalam yang tampak jelas bila mata melirik ke bawah dan ke dalam.

5. Nervus Trigeminus (Saraf Otak V)

Nervus trigeminus adalah saraf otak motorik dan sensorik. Serabut

motoriknya mempersarafi muskulus maseter, temporalis, pterigoideus internus et

eksternus, tensor timpani, omohioideus dan bagian anterior muskulus

digastrikus.

Inti motoriknya terletak di pons. Serabut-serabut motoriknya bergabung

dengan serabut-serabut sensorik nervus trigeminus yang berasal dari ganglion

Gasseri. Serabut-serabut sensoriknya menghantarkan impuls nyeri, suhu, raba

dan perasaan proprioseptif. Kawasannya ialah wajah dan mukosa lidah dan

rongga mulut serta lidah, dan rongga hidung. Impuls proprioseptif, terutama

berasal dari otot-otot yang dipersarafi oleh cabang mandibular sampai ke

ganglion Gasseri.

Cabang pertama N.V. ialah cabang oftalmikus. Ia menghantarkan impuls

protopatik dari bola mata serta rung orbita, kulit dahi sampai vertex. Impuls

sekretomotorik dihantarkan ke glandula lakrimalis. Serabut-serabut dari dahi

menyusun nervus frontalis. Ia masuk melalui ruang orbita melalui foramen

supraorbitale. Serabut-serabut dari bola mata dan rongga hidung bergabung

menjadi seberkas saraf yang dikenal sebagai nervus nasosiliaris. Berkas saraf

yang menuju ke glandula lakrimalis dikenal sebagai nervus lakrimalis. Ketiga

berkas saraf, yakni nervus frontali, nervus nasosiliaris dan nervus lakrimalis

saling mendekat pada fisura orbitalis superior dan di belakang fisura tersebut

bergabung menjadi cabang I N.V. (nervus oftalmikus). Cabang tersebut

menembus duramater dan melanjutkan perjalanan di dalam dinding sinus

kavernosus. Pada samping prosesus klinoideus posterior ia keluar dari dinding

tersebut dan berakhir di ganglion Gasseri. Di dekatnya terdapat arteri facialis.

Cabang kedua ialah cabang maksilaris yang hanya tersusun oleh serabut-

serabut somatosensorik yang menghantarkan impuls protopatik dari pipi,

kelopak mata bagian bawah, bibir atas, hidung dan sebagian rongga hidung,

geligi rahang atas, ruang nasofarings, sinus maksilaris, palatum molle dan atap

rongga mulut. Serabut-serabut sensorik masuk ke dalam os. maksilaris melalui

Lidah Kaku Page 7

Page 8: Makalah neuralgia trigeminal

foramen infraorbitalis. Berkas saraf ini dinamakan nervus infraorbialis. Saraf-

saraf dari mukosa cavum nasi dan rahang atas serta geligi atas juga bergabung

dalam saraf ini dan setelahnya disebut nervus maksilaris, cabang II N.V. Ia

masuk ke dalam rongga tengkorak melalui foramen rotundum kemudian

menembus duramater untuk berjalan di dalanm dinding sinus kavernosus dan

berakhir di ganglion Gasseri. Cabang maksilar nervus V juga menerima serabut-

serabut sensorik yang berasal dari dura fossa crania media dan fossa

pterigopalatinum.

Cabang mandibularis (cabang III N.V. tersusun oleh serabut somatomotorik dan

sensorik serta sekretomotorik (parasimpatetik). Serabut-serabut somatomotorik

muncul dari daerah lateral pons menggabungkan diri dengan berkas serabut

sensorik yang dinamakan cabang mandibular ganglion gasseri. Secara eferen,

cabang mandibular keluar dari ruang intracranial melalui foramen ovale dan

tiba di fossa infratemporalis. Di situ nervus meningea media (sensorik) yang

mempersarafi meninges menggabungkan diri pada pangkal cabang madibular.

Di bagian depan fossa infratemporalis, cabang III N.V. bercabang dua.

Yang satu terletak lebih belakang dari yang lain. Cabang belakang merupakan

pangkal dari saraf aferen dari kulit daun telinga (nervus aurikulotemporalis),

kulit yang menutupi rahang bawah, mukosa bibir bawah, dua pertiga bagian

depan lidah (nervus lingualis), glandula parotis dan gusi rahang bawah ( nervus

dentalis inferior) dan serabut eferen yang mempersarafi otot-otot omohioideus

dan bagian anterior muskulus digastrikus Cabang anterior dari cabang madibular

terdiri dari serabut aferen yang menghantarkan impuls dari kulit dan mukosa

pipi bagian bawah dan serabut eferen yang mempersyarafi otot-otot temporalis,

masseter, pterigoideus dan tensor timpani. Serabut-serabut aferen sel-sel

ganglion gasseri bersinaps di sepanjang wilayah inti nukleus sensibilis

prinsipalis (untuk raba dan tekan) serta nukleus spinalis nervi trigemini (untuk

rasa nyeri) dan dikenal sebagai tractus spinalis nervi trigemini. dan didekatnya

terdapat arteri a. Alveolaris inferior.

6. Nervus Abducens (Saraf Otak VI)

Nervus abducens adalah saraf motorik kecil yang mempersarafi

musculus rectus lateralis bola mata. Serabut- serabut nervus abducens melintas

ke anterior melalui pons serta muncul di alur antara tepi bawah pons dan

Lidah Kaku Page 8

Page 9: Makalah neuralgia trigeminal

medulla oblongata. Nervus ini akan berjalan ke depan melalui sinus cavernosus

serta terletak di bawah dan lateral a. carotis interna. Selanjutnya, saraf ini masuk

ke orbita melalui fisura orbitalis superior. Nervus abducens berfungsi motorik

murni dan mempersarafi musculus rectus lateralis.

7. Nervus Facialis dan Intermedius (Saraf Otak VII)

Nervus facialis mempunyai dua subdivisi, yaitu saraf yang mengandung

komponen motorik dan menginervasi otot-otot ekspresi wajah, dan n.

intermedius yang mengandung aferen otonom, somatik, dan eferennya.

Nukleus motorik n. facialis di bagian ventrolateral tegmentum pons dekat

medulla oblongata. Pada mulanya, akson neuron pertamanya berjalan menuju

dasar ventrikel IV dekat garis tengah, dan kemudian melingkari nucleus N. VI

terus ke arah sudut serebelopontomedularis tepat di depan N. VIII. Lutut N. VII

akan membentuk kolikulus fasialis pada dasar ventrikel IV tepat di atas stria

medularis horizontalis. N. intermedius keluar di antara N. VII dan N. VIII.

Ketiganya akan berlanjut masuk ke dalam kanalis akustikus internus, dan di

dalamnya, N.VII dan intermedius akan memisahkan diri ke lateral dalam kanalis

fasialis sampai ganglion genikulatum. N. facialis akan meninggalkan tengkorak

melalui foramen stilomastoideus dan kemudian dari sini serabut-serabut

motoriknya akan tersebar di otot-otot wajah (m. orbicularis oculi, buccinators,

digastricus posterior, dan platisma). Gangguan pada nervus fasialis terdiri atas

paralisa perifer, paralisa nuklear, dan paralisa supranuklear.

Nervus intermedius mengandung beberapa komponen aferen dan eferen.

Serabut aferennya menghantarkan impuls dari reseptor kecap dua pertiga depan

lidah. Serabut ini berjalan bersama dengan n. lingualis (cabang n. mandibularis),

khorda timpani, menuju ke ganglion genikulatum serta berakhir pada nukleus

traktus solitarius (di mana serabut kecap n. IX juga berakhir). N. intermedius

juga mengandung serabut eferen parasimpatis yang berasal dari nukleus

salivatorius superior (sebelah bawah medial nucleus n. VII) dan menuju ke

kelenjar lakrimalis, kelenjar-kelenjar di mukosa hidung. Ada sebagian serabut

yang lewat ganglion mandibularis menuju kelenjar sublingual dan

submandibular.

Lidah Kaku Page 9

Page 10: Makalah neuralgia trigeminal

8. Nervus Vestibulocochlearis (Saraf Otak VIII)

Saraf ini terdiri dari dua bagian yang berbeda, yaitu nervus vestibularis

(keseimbangan, posisi, dan gerakan kepala) dan nervus cochlearis (auditorius),

yang berperan untuk transmisi informasi aferen dari telinga dalam menuju

susunan saraf pusat.

Nervus vestibularis mengatur tiga sistem, yaitu keseimbangan sistem

vestibuler, sistem propioseptif dari otot dan sendi serta sistem optik. Sistem

keseimbangan terdiri dari labirin (yang mencakup utrikulus, sakulus, dan kanalis

semisirkularis), n, vestibularis, dan jaras vestibuler sentral. Organ reseptor

keseimbangan adalah macula statika (yang berada di dalam labirin untuk

mengirimkan impuls-impuls statik dan informasi tentang posisi kepala) dan

Krista ampularis (terletak di dalam ampula kanalis semisirkularis sebagai

reseptor kinetic). Impuls yang diterima oleh reseptor ini akan dihantarkan oleh

akson perifer neuron bipolar dari ganglion vestibularis (Scarpa) yang terletak di

meatus akustikus internus, dan kemudian akan menuju ke sentral sebagai n.

vestibularis. Saraf ini berjalan bersama dengan nervus cochlearis melalui

meatikus akustikus internus, ke sudut serebelo-pontin, dan masuk ke batang otak

mencapai nukleus vestibularis yang terletak di dasar ventrikel IV. Kompleks

nucleus vestibularis terdiri dari nucleus vestibularis superior (Bechterew),

nucleus vestibularis lateralis (Deiter), nucleus vestibularis medialis (Schwalbe)

dan nucleus vestibularis inferior (Roller).

9. Nervus Glossopharyngeus (Saraf Otak IX)

Nervus glossopharyngeus memiliki tiga nukleus yakni nukleus motorik

utama, nukleus parasimpatis dan nukleus sensorik. Nervus glossopharyngeus

bersama dengan N. X, dan N. XI meninggalkan cranium melalui foramen

jugularis, yang pada foramen tersebut terdapat dua ganglion yaitu : ganglion

superior intrakranial dan ganglion inferior ekstrakranial. Setelah keluar melalui

foramen ini, N. IX akan berjalan di antara a. carotis interna dan v. jugularis

interna, malalui m. stilomastoideus menuju ke bawah lidah, dan mempersarafi

mukosa farings, tonsil, dan sepertiga posterior lidah.

Saraf ini mempunyai cabang, yakni timpanikus, cabang stilofaringeus,

cabang faringeus, cabang sinus karotikus, dan linguaris.

Lidah Kaku Page 10

Page 11: Makalah neuralgia trigeminal

10. Nervus Vagus (Saraf Otak X)

Saraf vagus mempunyai dua buah ganglia yaitu : ganglion superior

(jugularis) dan ganglion inferior (nodosum). Dari ganglion nodosum (inferior),

saraf ini berjalan ke kaudal sepanjang a. carotis interna dan carotis communis

dan mencapai mediastinum melalui aperture toraks superior. N. X kanan akan

melangkahi a. subklavia, sedangkan yang kiri akan menyilang arkus aorta.

Selanjutnya, keduanya akan menempel di esofagus (kanan di aspek posterior dan

kiri di aspek anterior) membentuk pleksus esofagus. Cabang terminalnya akan

masuk ke kavitas abdomen melalui hiatus esofagus diafragmatika. Dalam

perjalanannya, n. X mempunyai cabang-cabang yang terdiri atas cabang dura,

cabang aurikuler, cabang faringeus, cabang laringeus superior, cabang laringeus

rekuren, cabang kardiak-servikalis superior dan kardiak torasis, cabang

bronkhialis, dan cabang gastrikus (anterior dan posterior).

11. Nervus Accessorius (Saraf Otak XI)

Saraf ini mempunyai dua cabang yaitu cabang kranial dan cabang spinal.

Cabang kranialnya adalah akson-akson neuron nukleus ambigus (yang

sebenarnya merupakan milik N. X) yang mempersarafi otot-otot intrinsik laring.

Cabang spinal merupakan serabut motorik dari bagian lateral kornu anterior

segmen servikal (1-5/6) untuk membantu pernafasan otot trapezius dan

sternokleidomastoideus. Cabang ini menghantarkan impuls volunter melalui

traktus kortiko-spinalis, impuls postural melalui traktus ekstrapiramidalis,

refleks melalui traktus vestibule-spinalis dan traktus tekto-spinalis serta arkus

inter-intra- segmental.

12. Nervus Hypoglossus (Saraf Otak XII)

Nukleus saraf otak XII terletak di medulla oblongata di masing-masing

sisi garis tengah dekat dasar ventrikel IV (trigonum hipoglosi). Masing-masing

nukleus tersusun dari beberapa kelompok motorneuron dan masing-masing

kelompok akan mempersarafi bagian-bagian otot lidah. N. hipoglosus

merupakan saraf eferen somatik di mana aksonnya berjalan ke arah ventral

sulkus lateralis anterior di antara piramis dan oliva inferior dan keluar dari

tengkorak melalui kanalis hipoglosi (yang terletak di tepi lateral foramen

magnum). Di dalam leher nervus berjalan di antara a. karotis interna dan vena

Lidah Kaku Page 11

Page 12: Makalah neuralgia trigeminal

jugularis interna, diiringi oleh serabut-serabut dari tiga servikal atas (ansa

hipoglosi). N. XII mempersarafi otot-otot tulang hyoid (tirohioid, sternohioid,

dan omohioid) dan otot-otot lidah (stiloglosus, hioglosus, dan genioglosus).

Nukleus N. XII menerima impuls bilateral namun sebagian besar dari

traktus kortikonuklearis kontralateral dan ada serabut-serabut (berasal dari

formasio retikularis, nukleus traktus solitaries, otak tengah, nukleus trigeminus)

yang merupakan komponen dari lengkung reflek untuk mengunyah, menelan,

dan mengisap.

2. Definisi Nyeri

Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun

potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. The

International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan ini

menghindari pengkorelasi nyeri dengan suatu rangsangan (stimulus), definisi ini

juga menekankan bahwa nyeri bersifat subjektif dan merupakan suatu masalah

yang membingungkan.

Nyeri digolongkan sebagai gangguan sensorik positif. Pada hakikatnya

nyeri tidak dapat ditafsirkan dan tidak dapat diukur, namun tidak dapat

dipungkiri bahwa nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan bahkan

menyakitkan. Nyeri adalah suatu sensasi yang unik. Keunikannya karena

derajat berat dan ringan nyeri yang dirasakan tidak ditentukan hanya oleh

intensitas stimulus tetapi juga oleh perasaan dan emosi pada saat itu.

Pada dasarnya nyeri adalah reaksi fisiologis karena reaksi protektif untuk

menghindari stimulus yang membahayakan tubuh. Tetapi bila nyeri tetap

berlangsung walaupun stimulus penyebab sudah tidak ada, berarti telah terjadi

perubahan patofisiologis yang justru merugikan tubuh. Sebagai contoh,

nyeri karena pembedahan, masih tetap dirasakan pada masa pasca bedah

ketika pembedahan sudah selesai. Nyeri semacam ini tidak saja menimbulkan

perasaan tidak nyaman, tetapi juga reaksi stres, yaitu rangkaian reaksi fisik

maupun biologis yang dapat menghambat proses penyembuhan. Nyeri

patologis atau nyeri klinik inilah yang membutuhkan terapi.

Lidah Kaku Page 12

Page 13: Makalah neuralgia trigeminal

Derajat nyeri dapat diukur dengan berbagai cara, misalnya tingkah laku pasien

skala verbal dasar / Verbal Rating Scales (VRS), dan yang umum adalah skala

analog visual / Visual Analogue Scales (VAS).

Secara sederhana, nyeri odontektomi pada pasien sadar dapat langsung

ditanyakan pada pasien yang bersangkutan dan VAS biasanya dikategorikan

sebagai :

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat

Penilaian verbal dan numerik dikonfirmasi dengan ekspresi wajah yang

tampak pada saat yang sama.

Gambar 1. Visual Analog Scale (VAS)

Lidah Kaku Page 13

Page 14: Makalah neuralgia trigeminal

3. Mekanisme Nyeri

Nyeri merupakan bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan.

Pengalaman sensorik pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang

diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptik. Sistem ini berjalan mulai dari perifer

melalui medula spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila terjadi

kerusakan jaringan, maka sistem nosiseptik akan bergeser fungsinya dari fungsi

protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak.

4. Klasifikasi Nyeri

Subjektifitas nyeri membuat sulitnya mengkatagorikan nyeri dan mengerti

mekanisme nyeri itu sendiri. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk

mengklasifikasikan nyeri adalah berdasarkan durasi (akut, kronik).

a. Nyeri Akut

Nyeri akut dihubungkan dengan kerusakan jaringan dan durasi yang

terbatas setelah nosiseptor kembali ke ambang batas resting stimulus

istirahat. Nyeri akut ini dapat dialami segera setelah pembedahan sampai

tujuh hari.

b. Nyeri Kronik

Nyeri kronik bisa dikategorikan sebagai malignan atau nonmalignan yang

dialami pasien paling tidak 1 – 6 bulan. Nyeri kronik malignan biasanya

disertai kelainan patologis dan indikasi sebagai penyakit yang life – limiting

disease seperti kangker, end – stage organ dysfunction, atau infeksi HIV.

Nyeri kronik kemungkinan mempunyai elemen nosiseptif dan neuropatik.

Nyeri normalignan (nyeri punggung, migran, artritis, diabetik neuropatik)

sering tidak disertai kelainan patologis yang terdeteksi dan perubahan

neuroplastik yang terjadi pada lokasi sekitar (dorsal hom pada spinal cord)

akan membuat pengobatan menjadi sulit.

Adapula klasifikasi berdasarkan sumber nyeri, maka nyeri dibagi menjadi :

a. Nyeri somatik luar

Lidah Kaku Page 14

Page 15: Makalah neuralgia trigeminal

Nyeri yang stimulusnya berasal dari kulit, jaringan subkutan dan

membran mukosa. Nyeri biasanya dirasakan seperti terbakar, jatam dan

terlokalisasi.

b. Nyeri somatik dalam

Nyeri tumpul (dullness) dan tidak terlokalisasi dengan baik akibat

rangsangan pada otot rangka, tulang, sendi, jaringan ikat.

c. Nyeri viseral

Nyeri karena perangsangan organ viseral atau membran yang

menutupinya (pleura parietalis, perikardium, peritoneum. Nyeri tipe ini

dibagi lagi menjadi nyeri fiseral terlokalisasi, nyeri parietal terlokalisasi,

nyeri alih viseral dan nyeri alih parietal.

5. Patofisiologi Nyeri

Proses rangsangan yang menimbulkan nyeri bersifat destruktif terhadap

jaringan yang dilengkapi dengan serabut saraf penghantar impuls nyeri. Serabut

saraf ini disebut juga serabut nyeri, sedangkan jaringan tersebut disebut

jaringan peka- nyeri. Bagaimana seseorang menghayati nyeri tergantung pada

jenis jaringan yang dirangsang, jenis serta sifat rangsangan, serta pada kondisi

mental dan fisiknya.

Reseptor untuk stimulus nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor adalah

ujung saraf tidak bermielin A delta dan ujung saraf C bermielin. Distribusi

nosiseptor bervariasi di seluruh tubuh dengan jumlah terbesar terdapat di

kulit. Nosiseptor terletak di jaringan subkutis, otot rangka, dan sendi. Nosiseptor

yang terangsang oleh stimulus yang potensial dapat menimbulkan kerusakan

jaringan. Stimulus ini disebut sebagai stimulus noksius. Selanjutnya stimulus

noksius ditransmisikan ke sistem syaraf pusat, yang kemudian menimbulkan

emosi dan perasaan tidak menyenanggan sehingga timbul rasa nyeri dan reaksi

menghindar.

Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif terdapat empat proses

tersendiri : transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.

a. Proses transduksi

Transduksi nyeri adalah rangsang nyeri (noksius) diubah menjadi

depolarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi impuls saraf

Lidah Kaku Page 15

Page 16: Makalah neuralgia trigeminal

reseptor nyeri. Rangsangan ini dapat berupa rangsang fisik (tekanan),

suhu (panas), atau kimia. Adanya rangsang noksius ini menyebabkan

pelepasan asam amino eksitasi glutamat pada saraf afferent nosisepsi

terminal menempati reseptor AMPA (alpha-amino-3-hydroxy-5-

methyl-D-aspartate), akibat penempatan pada reseptor menyebabkan

ion Mg2+ pada saluran Ca2+ terlepas masuk ke dalam sel, demikian

juga ion Ca2+, K+, dan H+. Terjadi aktivasi protein kinase c dan

menghasilkan NO yang akan memicu pelepasan substansi p dan terjadi

hipersensitisasi pada membran kornu dorsalis.

Kerusakan jaringan karena trauma, dalam hal ini odontektomi,

menyebabkan dikeluarkannya berbagai senyawa biokimiawi antara

lain : ion H, K, prostalglandin dari sel yang rusak, bradikinin dari

plasma, histamin dari sel mast, serotonin dari trombosit dan substansi P

dari ujung saraf. Senyawa biokimiawi ini berfungsi sebagai mediator

yang menyebabkan perubahan potensial nosiseptor sehingga terjadi

arus elektrobiokimiawi sepanjang akson.

Kemudian terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-

mediator ini mempengaruhi juga nosiseptor di luar daerah trauma

sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi

perifer yaitu menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena

pengaruh mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH

jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang

sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya rabaan. Sensitisasi

perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu

hipereksitabilitas neuron pada korda spinalis, terpengaruhnya neuron

simpatis, dan perubahan intraselular yang menyebabkan nyeri

dirasakan lebih lama.

b. Proses Transmisi

Transmisi adalah proses penerusan impuls nyeri dari nosiseptor saraf

perifer melewati kornu dorsalis menuju korteks serebri. Saraf sensoris

perifer yang melanjutkan rangsang ke terminal di medula spinalis

disebut neuron aferen primer. Jaringan saraf yang naik dari medula

spinalis ke batang otak dan talamus disebut neuron penerima kedua.

Lidah Kaku Page 16

Page 17: Makalah neuralgia trigeminal

Neuron yang menghubungkan dari talamus ke korteks serebri disebut

neuron penerima ketiga.

c. Proses Modulasi

Proses modulasi adalah proses dimana terjadi interaksi antara sistem

analgesi endogen yang dihasilkan oleh tubuh dengan impuls nyeri yang

masuk ke kornu posterior medula spinalis. Sistem analgesi endogen ini

meliputi enkefalin, endorfin, serotonin, dan noradrenalin memiliki

efek yang dapat menekan inpuls nyeri pada kornu posterior medula

spinaslis. Proses modulasi ini dapat dihambat oleh golongan opioid.

d. Proses Persepsi

Proses persepsi merupakan hasil akhir proses interaksi yang

kompleks dan unik yang dimulai dari proses transduksi, transmisi,

dan modulasi yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan

yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.

6. Definisi Neuralgia Trigeminal

Neuralgia trigeminal merupakan suatu keadaan dengan serangan sakit

paroksismal yang singkat dan hebat serta unilateral yang dipicu oleh rangsang

sensoris lokal.

Neuralgia trigeminal juga merupakan suatu bangkitan nyeri (nyeri paroksismal)

sepanjang salah satu cabang N.V (biasanya ramus II atau III) yang timbul karena

terangsangnya suatu “trigger zone” di sekitar mulut. Sewaktu bangkitan, wajah

penderita di sisi neuralgia berada dalam keadaan kejang sehingga dinamai pula Tic

Douloereux. Biasanya terjadi pada sisi ipsilateral dan sangat jarang terjadi pada sisi

bilateral. Ada dua jenis Trigeminal Neuralgia, yaitu klasik/tipikal dan

simptomatik/atipikal. Neuralgia trigeminal klasik ditandai dengan periode singkat

nyeri tertusuk yang berhubungan dengan area pencetus yang sempit dan mereda

dalam kurun waktu tertentu. Pada jenis atipikal, periode nyeri terbakar terasa lebih

lama, dengan rasa ketidaknyamanan yang konstan antara serangan dan gangguan

sensorik.

A. Epidemiologi

Lidah Kaku Page 17

Page 18: Makalah neuralgia trigeminal

Tidak ada studi sistematik mengenai prevalensi dari neuralgia

trigeminal, namun suatu kutipan yang diperkirakan diterbitkan pada tahun

1968 mengatakan bahwa prevalensi dari neuralgia trigeminal mendekati 15,5

per 100.000 orang di Amerika Serikat. Sumber lain mengatakan bahwa

insiden tahunannya adalah 4-5 per 100.000 orang, dimana menandakan

tingginya prevalensi. Di beberapa tempat, penyakit ini jarang ditemukan.

Onsetnya usia diatas 40 tahun pada 90% penderita. Neuralgia trigeminal

sedikit lebih umum terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya timbul setelah

umur 50 tahun, jarang setelah umur 70 tahun. Insiden familial sedikit lebih

tinggi (2%) dibanding insiden sporadik. Faktor resiko epidemiologis (umur,

ras, kebiasaan merokok dan minum alkohol) diperkirakan penting dalam

hubungannya dengan apakah wajah atas atau wajah bawah yang terkena.

Perbandingan frekuensi antara laki-laki dan perempuan adalah 2 : 3,

sedangkan perkembagan dari neuralgia trigeminal pada usia muda

dihubungkan dengan kemungkinan dari multiple sklerosis. Neuralgia

trigeminal yang idiopatik khas terjadi pada dekade kelima kehidupan, tapi

dapat pula terjadi pada semua umur, sedangkan simptomatik atau neuralgia

trigeminal sekunder cenderung terjadi pada pasien yang lebih muda.

B. Etiologi

Kebanyakan kasus neuralgia trigeminal penyebabnya idiopatik,

meskipun tidak sedikit yang berhubungan dengan kompresi pada saraf

trigeminal. Penyebab-penyebab dari terjadinya neuralgia trigeminal adalah

penekanan mekanik oleh pembuluh darah, malformasi arteri vena

disekitarnya, penekanan oleh lesi atau tumor, sklerosis multipel, kerusakan

secara fisik dari nervus trigeminus oleh karena pembedahan atau infeksi, dan

yang paling sering adalah faktor yang tidak diketahui. Penekanan mekanik

pembuluh darah pada akar nervus ketika masuk ke batang otak yang paling

sering terjadi, sedangkan di atas bagian nervus trigeminus atau portio minor

jarang terjadi.

C. Patofisiologi

Lidah Kaku Page 18

Page 19: Makalah neuralgia trigeminal

Patofisiologi terjadinya suatu neuralgia trigeminal sesuai dengan

penyebab terjadinya penyakit tersebut. Penyebab-penyebab dari terjadinya

neuralgia trigeminal adalah penekanan mekanik oleh pembuluh darah,

malformasi arteri vena disekitarnya, penekanan oleh lesi atau tumor,

sklerosis multiple, kerusakan secara fisik dari nervus trigeminus oleh karena

pembedahan atau infeksi, dan yang paling sering adalah faktor yang tidak

diketahui.

Penekanan mekanik pembuluh darah pada akar nervus ketika masuk

ke brain stem yang paling sering terjadi, sedangkan diatas bagian nervus

trigeminus/portio minor jarang terjadi. Pada orang normal pembuluh darah

tidak bersinggungan dengan nervus trigeminus. Penekanan ini dapat

disebabkan oleh arteri atau vena baik besar maupun kecil yang mungkin

hanya menyentuh atau tertekuk pada nervus trigeminus. Arteri yang sering

menekan akar nervus ini adalah arteri cerebelar superior. Penekanan yang

berulang menyebabkan iritasi dan akan mengakibatkan hilangnya lapisan

mielin (demielinisasi) pada serabut saraf. Sebagai hasilnya terjadi

peningkatan aktivitas aferen serabut saraf dan penghantaran sinyal abnormal

ke nukleus nervus trigeminus dan menimbulkan gejala trigeminal neuralgia.

Teori ini sama dengan patofisiologi terjadinya neuralgia trigeminal oleh

karena suatu lesi atau tumor yang menekan atau menyimpang ke nervus

trigeminus.

Pada kasus sklerosis multiple yaitu penyakit otak dan korda spinalis

yang ditandai dengan hilangnya lapisan mielin yang membungkus saraf, jika

sudah melibatkan sistem nervus trigeminus maka akan menimbulkan gejala

neuralgia trigeminal. Pada tipe ini sering terjadi secara bilateral dan

cenderung terjadi pada usia muda sesuai dengan kecenderungan terjadinya

sclerosis multiple.

Adanya perubahan pada mielin dan akson diperkirakan akan

menimbulkan potensial aksi ektopik berupa letupan spontan pada saraf.

Aktivitas ekstopik ini terutama disebabkan karena terjadinya perubahan

ekspresi dan distribusi saluran ion natrium sehingga menurunnya nilai

ambang membran. Kemungkinan lain adalah adanya hubungan ephaptic

antar neuron, sehingga serabut saraf dengan nilai ambang rendah dapat

Lidah Kaku Page 19

Page 20: Makalah neuralgia trigeminal

mengaktivasi serabut saraf yang lainnya dan timbul pula cross after

discharge.

Selain itu aktivitas aferen menyebabkan dikeluarkannya asam amino

eksitatori glutamat. Glutamat akan bertemu dengan reseptor glutamat alfa-

amino-3-hidroxy-5-methyl-4-isaxole propionic acid (AMPA) di post sinap

sehingga timbul depolarisasi dan potensial aksi. Aktivitas yang meningkat

akan disusul dengan aktifnya reseptor glutamat lain N-Methyl-D-Aspartate

(NMDA) setelah ion magnesium yang menyumbat saluran di reseptor

tersebut tidak ada. Keadaan ini akan menyebabkan saluran ion kalsium

teraktivasi dan terjadi peningkatan kalsium intra seluler. Mekanisme inilah

yang menerangkan terjadinya sensitisasi sentral.

D. Klasifikasi

Neuralgia trigeminal menurut International Headache Society, dibagi atas 2

yaitu idiopatik dan simptomatik.

1. Neuralgia trigeminal klasik : jika dalam pemeriksaan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan neurologis serta pemeriksaan penunjang tidak

ditemukan penyebab dari nyeri wajah.

2. Neuralgia trigeminal simptomatik : penyebab nyeri wajahnya dapat

diketahui dari pemeriksaan penunjang.

Perlu dibedakan antara nyeri pada orofasial lainnya dengan trigeminal

neuralgia. Berikut tabel yang menunjukan klasifikasi nyeri orofasial :

Tabel 1. Klasifikasi Nyeri Orofasial

Lidah Kaku Page 20

Page 21: Makalah neuralgia trigeminal

E. Gejala Klinis

Gejala klinis neuralgia trigeminal adalah nyeri yang sangat hebat, yang

digambarkan oleh sebagian besar penderita sebagai nyeri yang paling buruk

dari semua nyeri yang pernah mereka rasakan, dan pada kasus yang lebih

berat, risiko bunuh diri pada penderita ini meningkat. Nyeri pada neuralgia

trigeminal bersifat paroksismal. Di antara episode nyeri, penderita tidak

merasakan gejala apapun, kecuali perasaan takut akan serangan nyeri yang

berikutnya. Sensasi nyeri yang dirasakan seperti terbakar, seperti petir yang

tiba-tiba menyambar. Serangan nyeri yang bersifat paroksismal ini dapat

berlangsung selama 15 menit atau lebih. Frekuensi serangan bervariasi dari

beberapa kali dalam sehari sampai beberapa kali dalam sebulan. Ketika rasa

sakit menyerang, penderita tidak dapat berbicara, bahkan penderita seringkali

menggosok atau mencubit wajahnya untuk menghilangkan sensasi nyeri

tersebut. Gerakan wajah dan rahang juga dapat menimbulkan rasa nyeri.

Kadang-kadang, terdapat lakrimasi ipsilateral yang prominen. Tidak ada

penurunan sensorik yang ditemukan setelah serangan paroksismal tersebut

terjadi, tetapi penderita bisa saja mengeluhkan suatu hiperestesia fasial.

F. Diagnosis

Pada saat ini belum ada tes yang dapat diandalkan dalam mendiagnosa

neuralgia trigeminal. Diagnosis neuralgia trigeminal dapat ditegakkan dengan

anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik umum dan neurologis, serta

pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Dari anamnesis, informasi yang yang dapat diperoleh pada penderita

neuralgia trigeminal adalah nyeri wajah unilateral yang bersifat

menyayat dan dipicu oleh gerakan mengunyah atau aktivitas yang serupa

atau dengan menyentuh area wajah yang terkena. Neuralgia

trigeminalmengenai bagian kanan wajah lima kali lebih sering

dibandingkan dengan bagian kiri wajah. Beberapa penderita dapat

mengalami sindrom pre-neuralgia trigeminal beberapa minggu sampai

beberapa tahun sebelumnya sebelum benar-benar mengalami neuralgia

trigeminal. Mereka mengeluhkan nyeri pada sinus yang tak kunjung

sembuh atau sakit gigi yang berjam-jam, yang dipicu oleh gerakan

Lidah Kaku Page 21

Page 22: Makalah neuralgia trigeminal

memindahkan rahang atau ketika sedang minum. Sayangnya, penderita

seringkali berkunjung ke dokter gigi untuk pertama kali. Dan beberapa di

antara mereka membaik dengan pengobatan carbamazepin.

Karakteristik gejala neuralgia trigeminaladalah adanya ‘zona

pemicu’, yang mana jika terstimulasi, akan menimbulkan nyeri tipikal

yang paroksismal. Zona-zona ini meliputi area pipi, bibir, atau hidung

yang dapat distimulus oleh gerakan wajah, mengunyah, menerapkan

make up, bercukur atau, rangsangan sentuh. Penderita neuralgia

trigeminal tidak akan melakukan gerakan ekspresi wajah selama

percakapan, tidak makan selama berhari-hari, atau bahkan menghindari

tiupan angin untuk mencegah terjadinya serangan.

Kriteria diagnosis neuralgia trigeminal klasik (menurut IHS) :

a. Serangan nyeri paroksismal yang berlangsung dari hitungan

detik sampai 2 menit, mempengaruhi satu atau lebih divisi dari

nervus trigeminus dan memenuhi kriteria B dan C.

b. Nyeri memiliki setidaknya satu dari karakteristik berikut:

Intens, tajam, superfisial atau menusuk-nusuk.

Diawali dari daerah pemicu atau faktor pemicu.

c. Serangan yang stereotip pada individu pasien.

d. Tidak ada bukti defisit neurologis secara klinis.

e. Tidak berkaitkan dengan penyakit lain.

Kriteria diagnosis neuralgia trigeminal simptomatik (menurut IHS) :

a. Serangan nyeri paroksismal yang berlangsung dari hitungan

detik sampai 2 menit, dengan atau tanpa denyi yang menetap di

antara serangan, mempengaruhi satu atau lebih divisi dari

nervus trigeminus dan memenuhi kriteria B dan C.

b. Nyeri memiliki setidaknya satu dari karakteristik berikut :

Intens, tajam, superfisial atau menusuk-nusuk.

Diawali dari daerah pemicu atau faktor pemicu.

c. Serangan yang stereotip pada individu pasien.

d. Akibat lesi kausatif, selain kompresi vaskular, telah dilakukan

pemeriksaan penunjang dan atau pada eksplorasi fossa

posterior.

2. Pemeriksaan Neurologis

Lidah Kaku Page 22

Page 23: Makalah neuralgia trigeminal

Sensorik dari N.V

Pemeriksaan sensibilitas pada daerah dermatom N.V, yakni daerah V1

oftalmikus, V2 maksilaris, dan V3 mandibularis.

Motorik dari N.V

Ada beberapa permeriksaan, yaitu:

Merapatkan gigi : raba m. masseter dan m. temporalis, bandingkan

kiri dan kanan.

Buka mulut : melihat adanya deviasi rahang dan jika ada trismus.

Menggerakan rahang ke kiri-kanan melawan tahanan pemeriksa

dan menonjolkan rahang : untuk mengetahui sisi yang paresis.

Menggigit tongue spatula dengan geraham: membandingkan

kedalaman bekas gigitan kiri-kanan.

Reflek

Reflek masseter : letakkan satu jari di dagu pasien dan diketuk

dengan palu reflek. Positif bila mulut tertutup akibat kontraksi

m. masseter dan m. temporalis.

Reflek kornea : ada 2, reflek kornea langsung dan konsensuil.

Pasien melirik ke lateral, dengan kapas pemeriksa mengusapkan

ujung kapas pada limbus. Positif atau normalnya pasien

berkedip.

Reflek menetek : bila bibir penderita disentuh dengan pensil,

ada kecenderungan penderita menyedot pensil tersebut.

Reflek bersin : penggelitikan mukosa hidung, positif bila

responnya bersin.

Nyeri Tekan

Perhatikan bila ada nyeri tekan pada daerah keluarnya cabang nervus

trigeminus, yaitu pada foramen supraorbitale, foramen infraorbitale,

dan foramen mentale.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang lebih bertujuan untuk membedakan neuralgia

trigeminal yang idiopatik atau simptomatik. Pemeriksaan darah lengkap

dapat dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi. CT Scan kepala

digunakan untuk melihat keberadaan tumor. Sklerosis multiple dapat

terlihat dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI ini sering

Lidah Kaku Page 23

Page 24: Makalah neuralgia trigeminal

digunakan sebelum tindakan pembedahan untuk melihat kelainan pembuluh

darah. Indikasi pemeriksaan MRI pada pasien neuralgia trigeminal adalah

mereka yang berusia di bawah 60 tahun, terutama untuk meniadakan tumor

sebagai diagnosis banding. Teknologi CT Scan dan MRI sering digunakan

untuk melihat adanya tumor atau abnormalitas lain yang menyebabkan sakit

tersebut. Pemeriksaan MRTA (high-definition MRI angiography) pada

nervus trigeminal dan batang otak dapat menunjukkan daerah nervus yang

tertekan oleh vena atau arteri. Sebagai tambahan, dilakukan pemeriksaan

fisik untuk menentukan stimulus pemicu, dan lokasi pasti dari sakitnya.

Pemeriksaan termasuk inspeksi komea, gusi, lidah dan pipi diperlukan

untuk melihat bagaimana daerah tersebut merespon sentuhan dan perubahan

suhu (panas dan dingin).

G. Penatalaksanaan

1) Medikamentosa

Seperti diketahui terapi dari neuralgia trigeminal ada 2 macam yaitu

terapi medikamentosa dan terapi pembedahan. Penanganan lini pertama

untuk neuralgia trigeminal adalah terapi medikamentosa. Tindakan bedah

hanya dipertimbangkan apabila terapi medikamentosa mengalami

kegagalan.

Sebagai suatu penyakit yang memiliki progresivitas dan rasa sakit

yang makin menjadi berat dan lebih sering, penambahan dosis dan

kombinasi obat-obatan sangatlah dibutuhkan dimana akan menimbulkan

suatu efek samping atau kontrol rasa sakit yang tidak edekuat. Setiap

pasien memiliki toleransi yang berbeda terhadap obat-obatan dan rasa

sakitnya. Untuk itu banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam

pemberian obat anti konvulsi untuk pengobatan trigeminal neuralgia.

Pemberian obat diberikan secara bertahap, diawali dengan dosis minimal,

jika terjadi peningkatan progresivitas rasa sakit maka dosis dinaikkan

sampai dosis maksimal yang dapat ditoleransi tubuh. Pada penggunaan

dosis diatas minimal, dalam pengurangan dosis, juga harus dilakukan

secara bertahap. Pemberian obat umumnya dimulai dengan pemberian 1

jenis. Dosisnya ditambah sesuai dengan kebutuhan dan toleransinya. Jika 1

Lidah Kaku Page 24

Page 25: Makalah neuralgia trigeminal

jenis obat tidak menunjukan efektifitasnya, obat-obatan alternatif lain

dapat dicoba secara tunggal atau kombinasi.

Saat ini obat-obatan yang digunakan untuk terapi adalah obat-obatan

anti konvulsi seperti carbamazepine (tegretol), phenitoin (dilantin),

Oxcarbazepine (trileptal), dan gabapentin (neurontin). Tidak seperti sakit

neuropatik lainnya, neuralgia trigeminal hanya merespon anti konvulsan

dan tidak merespon anti depresan atau opioid. Obat anti konvulsan dapat

mengurangi serangan neuralgia trigeminal dengan menurunkan

hiperaktifitas nukleus nervus trigeminus di dalam brain stem.

Perlu diingatkan bahwa sebagian besar obat yang digunakan pada

penyakit ini mempunyai cukup banyak efek samping. Penyakit ini

terutama menyerang mereka yang sudah lanjut usia. Oleh karena itu,

pemilihan dan pemakaian obat harus diperhatikan secara cermat

kemungkinan timbulnya efek samping. Dasar penggunaan obat pada terapi

neuralgia trigeminal dan neuralgia saraf lain adalah kemampuan obat

untuk menghentikan hantaran impulse afferent yang menimbulkan

serangan nyeri.

1. Carbamazepine

Carbamazepine memperlihatkan efek analgesik yang selektif

misalnya pada tabes dorsalis dan neuropati lainnya yang sukar diatasi

dengan analgesik biasa. Awalnya obat ini hanya dipergunakan untuk

pengobatan trigeminal neuralgia, kemudian ternyata obat ini efektif juga

terhadap bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik seperti

epilepsi. Atas pertimbangan untung rugi penggunaan carbamazepine maka

tidak dianjurkan untuk mengatasi nyeri ringan yang dapat diatasi dengan

analgesik biasa. Sebagian besar penderita neuralgia trigeminal mengalami

penurunan sakit yang berarti dengan menggunakan obat ini.

Karena potensi untuk menimbulkan efek samping sangat luas, khususnya

gangguan darah seperti leukopeni, anemia aplastik dan agranulositosis

maka pasien yang akan diterapi dengan obat ini dianjurkan untuk

melakukan pemeriksaan nilai basal dari darah dan melakukan pemeriksaan

ulang selama pengobatan.

Efek samping yang timbul dalam dosis yang besar yaitu drowsiness,

mental confusion, dizziness, nystagmus, ataxia, diplopia, nausea, dan

Lidah Kaku Page 25

Page 26: Makalah neuralgia trigeminal

anorexia. Terdapat juga reaksi serius yang tidak berhubungan dengan dosis

yaitu allergic skin rash, gangguan darah seperti leukopenia atau

agranulocytosis, atau aplastic anemia, keracunan hati, congestive heart

failure, halusinasi dan gangguan fungsi seksual. Pemberian carbamazepine

dihentikan jika jumlah lekosit abnormal (rendah). Jika efek samping yang

timbul parah, dosis carbamazepine perhari dapat dikurangi 1-3 per hari,

sebelum mencoba menambah dosis per harinya lagi.

Carbamazepine diberikan dengan dosis berkisar 200 – 1600 mg,

dimana hampir 70% memperlihatkan perbaikan gejala. Meta analisa tegretol

yang berisi carbamazepine mempunyai number needed to treat (NNT) 2,6

(2,2 – 3,3). Dosis dimulai dengan dosis minimal 1-2 pil perhari, yang secara

bertahap dapat ditambah hingga rasa sakit hilang atau mulai timbul efek

samping. Selama periode remisi dosis dapat dikurangi secara bertahap.

2. Oxcarbazepine

Oxcarbazepine merupakan ketoderivat karbamasepine dimana

mempunyai efek samping lebih rendah dibanding dengan karbamasepine dan

dapat meredakan nyeri dengan baik. Trileptal atau oxcarbazepine merupakan

suatu bentuk dari trigretol yang efektif untuk beberapa pasien trigeminal

neuralgia.

Dosis umumnya dimulai dengan 2 x 300 mg yang secara bertahap

ditingkatkan untuk mengkontrol rasa sakitnya. Dosis maksimumnya 1200 mg

per hari. Efek samping yang paling sering adalah mual, dizziness, fatique dan

tremor. Efek samping yang jarang timbul yaitu rash, infeksi saluran

pernafasan, pandangan ganda dan perubahan elektrolit darah. Seperti obat

anti-seizure lainnya, penambahan dan pengurangan obat harus secara

bertahap.

3. Phenytoin

Phenitoin merupakan golongan hidantoin dimana gugus fenil atau

aromatik lainnya pada atom C5 penting untuk pengendalian bangkitan tonik-

klonik. Phenitoin berefek anti konvulsi tanpa menyebabkan depresi umum

SSP. Sifat anti konvulsi obat ini berdasarkan pada penghambatan penjalaran

rangsang dari fokus ke bagian lain di otak. Efek stabilisasi membran sel oleh

phenitoin juga terlihat pada syaraf tepi dan membran sel lainnya yang juga

mudah terpacu misalnya sel sistem konduksi di jantung. Phenitoin juga

Lidah Kaku Page 26

Page 27: Makalah neuralgia trigeminal

mempengaruhi perpindahan ion melintasi membran sel, dalam hal ini

khususnya dengan lebih mengaktifkan pompa Na+ neuron. Bangkitan tonik-

klonik dan beberapa bangkitan parsial dapat pulih secara sempurna.

Phenitoin harus hati-hati dalam mengkombinasikan dengan carbamazepine

karena dapat menurunkan dan kadang-kadang menaikkan kadar phenitoin

dalam plasma, sebaiknya dikuti dengan pengukuran kadar obat dalam plasma.

Phenitoin dengan kadar dalam serum 15-25 g/mL pada 25% pasien neuralgia

trigeminal dapat meredakan nyeri. Kadar obat tersebut di atas dipertahankan

selama 3 minggu, jika nyeri tidak berkurang sebaiknya obat dihentikan

karena dosis yang lebih tinggi akan menyebabkan toksisitas.

Phenytoin dapat mengobati lebih dari setengah penderita neuralgia

trigeminal dengan dosis 200-300 mg dibagi dalam 3 dosis perhari. Phenytoin

dapat juga diberikan secara intra vena untuk mengobati kelainan ini dengan

eksaserbasi yang berat. Dosis maksimum tergantung keparahan efek samping

yang ditimbulkannya. Efek samping yang dapat ditimbulkannya adalah

nystagmus, dysarthria, ophthalmoplegia dan juga mengantuk serta

kebingungan. Efek lainnya adalah hiperplasia gingival dan hypertrichosis.

Komplikasi serius tapi jarang terjadi adalah allergic skin rashes, kerusakan

liver dan gangguan darah.

4. Baclofen

Baclofen tidaklah seefektif carbamazepine atau phenytoin, tetapi

dapat dikombinasi dengan obat-obat tersebut. Obat ini berguna pada pasien

yang baru terdiagnosa dengan rasa nyeri relatif ringan, tidak dapat

mentoleransi carbamazepin, dan pada penderita multiple sclerosis. Dosis

awalnya 2 sampai 3 x 5 mg dalam sehari, dan secara bertahap ditingkatkan.

Dosis untuk menghilangkan rasa sakit secara komplit 50-80 mg per hari.

Baclofen memiliki durasi yang pendek sehingga penderita neuralgia

trigeminal yang berat membutuhkan dosis setiap 2-4 jam. Efek samping yang

paling sering timbul karena pemakaian Baclofen adalah mengantuk, pusing,

nausea dan kelemahan kaki. Baclofen tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba

setelah pemakaian lama karena dapat terjadi halusinasi atau serangan

jantung.

5. Gabapentin

Lidah Kaku Page 27

Page 28: Makalah neuralgia trigeminal

Gabapentin dengan struktur seperti neurotransmiter inhibitor gamma-

aminobutyric acid (GABA). Obat ini kemungkinan bekerja dengan

memodulasi saluran kalsium pada alfa-2 delta subunit dari voltage-dependent

calcium channel. Dosis yang dianjurkan 1800-3600 mg/hari. Obat ini hampir

sama efektifnya dengan carbamazepine tetapi efek sampingnya lebih sedikit.

Dosis awal biasanya 3 x 300 mg per hari dan ditambah hingga dosis

maksimal. Reaksi merugikan paling sering adalah somnolen, ataksia, fatique

dan nystagmus. Seperti semua obat, penghentian secara cepat harus dihindari.

2) Non Medikamentosa

Secara umum, bedah saraf dapat membantu penderita neuralgia

trigeminal yang memiliki nyeri yang paroksismal dan pada penderita

neuralgia trigeminalyang mengenai satu cabang atau lebih, bukan neuralgia

trigeminalyang bersifat difus. Tindakan bedah biasanya kurang efektif pada

penderita neuralgia trigeminal yang disebabkan oleh multipel sklerosis.

Indikasi operasi pada penderita neuralgia trigeminal adalah penderita

neuralgia trigeminalyang tidak dapat ditangani lagi dengan medikamentosa,

dan pada mereka yang telah melakukan prosedur operasi sebelumnya

namun gagal.

Tabel 4. Terapi Pembedahan Pada Neuralgia Trigeminal

Lidah Kaku Page 28

Page 29: Makalah neuralgia trigeminal

Terdapat beberapa teknik operasi pada penderita neuralgia trigeminaldewasa ini.

Ablasi lokal nervus preifer dan eksisi luas dari radiks sensorik sudah tidak

diperbolehkan untuk dilakukan lagi. Beberapa teknik operasi yang

direkomendasikan kini adalah sebagai berikut :

a. Prosedur perkutaneus (Percutaneous procedures)

Tiga prosedur perkutaneus untuk neuralgia trigeminal adalah percutaneous

radiofrequency trigeminal gangliolysis (PRTG), percutaneous retrogasserian

glycerol rhizotomy (PRGR), dan percutaneous balloon microcompression

(PBM). Pada setiap prosedur, ahli bedah memasukkan trocar atau jarum ke

bagian lateral sudut mulut, dan dengan tuntunan fluoroskopik, menuju ke

foramen ipsilateral. Ganglion Gasserian segaris dengan lokasi tersebut.

Gambar 3 . Selama prosedur PRTG memberikan aliran panas yangdigunakan untuk menghancurkan rasa sakit yang disebabkan serat saraf.

1) Percutaneous radiofrequency trigeminal gangliolysis (PRTG)

PRTG merupakan suatu prosedur yang dilakukan dengan menempatkan

jarum pada ganglion Gasserian, kemudian mengalirinya dengan arus listrik

yang akan memanasi probe, dan membuat suatu lesi termal pada ganglion.

Melalui prosedur ini, kejadian nyeri yang rekuren dilaporkan sangat

rendah. PRTG, sama halnya dengan PBM, merupakan tindakan yang

relatif tidak mahal dan menggunakan teknik yang mudah diakses, dan

Lidah Kaku Page 29

Page 30: Makalah neuralgia trigeminal

merupakan tindakan minimal invasif, dengan rasio rekurensi nyeri sangat

rendah, meskipun ada literatur yang menyebutkan bahwa tindakan ini

memiliki rekurensi yang tinggi. Selain itu, tindakan ini dapat membuat

wajah penderita menjadi mati rasa pasca dilakukannya tindakan. Saat

melakukan tindakan PRTG, pasien dapat dalam keadaan sadar, cepat

pulih, dan dapat pulang ke rumah sehari setelah operasi dilaksanakan.

Hasil akhirnya sangat tergantung pada keahlian ahli bedah.

2) Percutaneous balloon microcompression (PBM)

Dengan menggunakan teknik PBM, operator akan memasukkan sebuah

balon kateter melalui foramen ovale ke dalam ganglion kemudian

mengembangkannya selama 1-10 menit. Beberapa ahli bedah melaporkan

hasil akhir yang baik sehubungan dengan penggunaan teknk PMB, dan

dapat dibandingkan dengan PRTG.

3) Percutaneous retrogasserian glycerol rhizotomy (PRGR)

Injeksi gliserol ke dalam ganglion Gasserian untuk merusak serabut saraf

yang menghantar nyeri telah digunakan sejak lama. Teknik ini mudah

dilakukan dan memiliki efisiensi yang tinggi, serta memiliki angka

rekurensi yang rendah. Pada teknik PRGR, seperti pada prosedur

perkutaneus lainnya, jarum spinal dimasukkan menembus wajah, masuk

ke cisterna trigeminal, di mana suatu cistenogram diperoleh dengan

menggunakan larutan kontras. Setelah menghilangkan larutan kontras, ahli

bedah akan menginjeksi gliserol anhidrat, kemudian meminta pasien untuk

duduk sekitar 2 jam sampai saraf tersebut terablasi.

b. Gamma Knife Surgery (GKS)

Stereotatic Gamma Knife Surgery (GKS) adalah salah satu teknik terbaru

dalam menangani neuralgia trigeminus. Teknik ini merupakan tindakan yang

minimal invasif dibandingkan semua teknik operasi, dan tidak terlalu

bergantung pada keahlian ahli bedah. Teknik ini lebih efektif dibandingkan

dengan prosedur perkutaneus, tetapi teknik ini membutuhkan waktu

berminggu-minggu sampai berbulan-bulan untuk memperoleh kesembuhan

dan biaya yang dibutuhkan juga lebih besar. GKS terdiri dari beberapa sinar

foton (> 200) yang terkonsenttasi tinggi disertai dengan akurasi yang tinggi

untuk memberikan dosis 70-90 Gy pada target, yaitu radiks nervus trigeminus.

Teknik ini merusak komponen spesifik dari nervus sehingga nervus ini

Lidah Kaku Page 30

Page 31: Makalah neuralgia trigeminal

berhenti mengirim sinyal nyeri ke otak. GKS dapat diindikasikan pada

penderita neuralgia trigeminalyang tidak berhasil dengan pengobatan dan

prosedur yang telah disebutkan di atas.

Gambar 4. Radiasi merusak nervus trigeminus (area yang berwarna) agar nervus tersebut berhenti mengirim sinyal nyeri 14

Dari semua penderita neuralgia trigeminalyang ditangani dengan GKS, 60%

penderita segera terbebas dari nyeri, dan lebih dari 75% penderita terbebas dari

nyeri sekitar 1,5 tahun kemudian. Rekurensi terjadi pada 25% penderita dalam

rentang waktu 1-3 tahun. Angka rekurensi rendah pada penderita yang telah

sembuh sempurna.

c. Dekompresi mikrovaskular

Dekompresi mikrovaskular adalah prosedur bedah yang klasik pada

neuralgia trigeminus, dan merupakan tindakan yang paling efektif. Tindakan

ini berdasarkan hipotesis bahwa kompresi vaskular di sekitar nervus

trigeminus akan mengakibatkan abnormalitas dari fungsi nervus tersebut.

Dekompresi mikrovaskular diindikasikan pada penderita neuralgia trigeminal

yang usianya lebih muda, terutama pada penderita neuralgia trigeminal yang

nyerinya terisolasi pada area oftalmika atau pada seluruh cabang nervus

trigeminus dan pada penderita dengan neuralgia trigeminal sekunder. Kini,

dekompresi mikrovaskular merupakan tindakan bedah yang paling sering

digunakan untuk neuralgia trigeminus. Pada dekompresi mikrovaskular, kulit

di belakang telinga diinsisi dan dibuat kraniotomi sebesar 3 cm. Buka

duramater agar nervus trigeminus terlihat, dan indentifikasi pembuluh darah

Lidah Kaku Page 31

Page 32: Makalah neuralgia trigeminal

yang menekan nervus saat pembuluh darah masuk ke pons. Teflon felt

digunakan untuk mengalasi nervus agar nervus tersebut menjauhi arteri dan

vena.

Gambar 5. Ilustrasi tindakan dekompresi mikrovaskular

Gambar 6. Dekompresi mikrovaskular (Jannetta procedure) yang digunakan untuk menangani neuralgia trigeminus. Arteri cerebellar anteroinferior berkontak dengan nervus

trigeminus

Pasca operasi, penderita harus dirawat di ruang intensif, dan nyeri bekas

sayatan operasi dapat ditangani dengan analgetik. Hanya ada 2 kematian yang

dilaporkan oleh Peter Jannetta pasca operasi ini. Selain nyeri kepala pasca

operasi, mati rasa pada daerah wajah, dan gangguan pendengaran juga dapat

terjadi.

Lidah Kaku Page 32

Page 33: Makalah neuralgia trigeminal

d. Sensory Rhizotomy

Sensory Rhizotomy adalah pemotongan irreversibel dari cabang

nervus trigeminus yang memberikan koneksi pada batang otak. Tekniknya

dengan membuat lubang kecil di belakang tengkorak. Stimulasi probe

digunakan untuk mengidentifikasi cabang saraf motorik. Cabang saraf

motorik dimana berfungsi mengontrol otot pengunyah harus dipertahankan.

Cabang saraf sensorik dimana berfungsi yang mengirimkan sinyal nyeri dari

otak di potong. Pemotongan saraf akan menyebabkan mati rasa pada bagian

wajah secara permanen sehingga harus dipertimbangkan karena adanya nyeri

kambuhan yang tidak berespon dengan pengobatan lain.

Gambar 7. Selama prosedur sensory rhizotomy, cabang saraf sensory dipotong dan cabang saraf motorik tetap dipertahankan. 17

H. Prognosis

Neuralgia trigeminal bukan merupakan suatu ancaman. Tetapi

cenderung menjadi lebih parah semakin hari. Banyak pasien yang berhasil

sembuh dengan tindakan pembedahan. Bahkan beberapa dokter lebih

memilih melakukan tindakan pembedahan pada stadium awal dekompresi

mikrovaskular untuk mencegah kerusakan demyelinisasi. Walaupun hal ini

Lidah Kaku Page 33

Page 34: Makalah neuralgia trigeminal

masih menjadi suatu kontroversi dan penyebab dari neuralgia trigeminal

masih belum jelas.

7. Diagnosis Banding.

Definisi Bell’s Palsy

Bell’s palsy merupakan kelemahan wajah dengan tipe lower motor neuron

yang disebabkan oleh keterlibatan saraf fasialis idiopatik di luar sistem saraf pusat,

tanpa adanya penyakit neurologik lainnya. Sindrom ini pertama sekali

dideskripsikan pada tahun 1821 oleh seorang anatomis dan dokter bedah bernama

Sir Charles Bell.

Insidens sindrom ini sekitar 23 kasus per 100 000 orang setiap tahun.

Manifestasi klinisnya terkadang dianggap sebagai suatu serangan stroke atau

gambaran tu- mor yang menyebabkan separuh tubuh lumpuh atau tampilan distorsi

wajah yang akan bersifat permanen. Oleh karena itu, perlu diketahui mengenai

Bell’s palsy oleh dokter pelayanan primer agar tata laksana yang tepat dapat

diberikan tanpa melupakan diagnosis banding yang mungkin didapatkan.

Etiologi dan Patofisiologi.

Terdapat lima teori yang kemungkinan menyebabkan terjadinya Bell’s palsy,

yaitu iskemik vaskular, virus, bakteri, herediter, dan imunologi. Teori virus lebih

banyak dibahas sebagai etiologi penyakit ini. Burgess et al mengidentifikasi

genom virus herpes simpleks (HSV) di ganglion genikulatum seorang pria usia

lanjut yang meninggal enam minggu setelah mengalami Bell’s palsy.

Manifestasi Klinis

Berdasarkan letak lesi, manifestasi klinis Bell’s palsy dapat berbeda. Bila lesi

di foramen stylomastoid, dapat terjadi gangguan komplit yang menyebabkan

paralisis semua otot ekspresi wajah. Saat menutup kelopak mata, kedua mata

melakukan rotasi ke atas (Bell’s phenomenon). Selain itu, mata dapat terasa berair

karena aliran air mata ke sakus lakrimalis yang dibantu muskulus orbikularis okuli

terganggu. Manifestasi komplit lainnya ditunjukkan dengan makanan yang

tersimpan antara gigi dan pipi akibat gangguan gerakan wajah dan air liur keluar

dari sudut mulut.

Lidah Kaku Page 34

Page 35: Makalah neuralgia trigeminal

Lesi di kanalis fasialis (di atas persimpangan dengan korda timpani tetapi di

bawah ganglion genikulatum) akan menunjuk semua gejala seperti lesi di foramen

stylomastoid ditambah pengecapan menghilang pada dua per tiga ante- rior lidah

pada sisi yang sama.

Bila lesi terdapat di saraf yang menuju ke muskulus stapedius dapat terjadi

hiperakusis (sensitivitas nyeri ter- hadap suara keras). Selain itu, lesi pada ganglion

genikulatum akan menimbulkan lakrimasi dan berkurangnya salivasi serta dapat

melibatkan saraf kedelapan.

Pemeriksaan Fisik

Paralisis fasialis mudah didiagnosis dengan pemeriksaan fisik yang lengkap

untuk menyingkirkan kelainan sepanjang perjalanan saraf dan kemungkinan

penyebab lain. Adapun pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan gerakan

dan ekspresi wajah. Pemeriksaan ini akan mene- mukan kelemahan pada seluruh

wajah sisi yang terkena. Kemudian, pasien diminta menutup mata dan mata pasien

pada sisi yang terkena memutar ke atas.

Bila terdapat hiperakusis, saat stetoskop diletakkan pada telinga pasien maka suara

akan terdengar lebih jelas pada sisi cabang muskulus stapedius yang paralisis.

Tanda klinis yang membedakan Bell’s palsy dengan stroke atau kelainan yang

bersifat sentral lainnya adalah tidak terdapatnya kelainan pemeriksaan saraf

kranialis lain, motorik dan sensorik ekstremitas dalam batas normal, dan pasien

tidak mampu mengangkat alis dan dahi pada sisi yang lumpuh.

8. Pemeriksaan Nervus Trigemil

Nerves trigiminus merupakan nervus cranialis v berfungsi menginervasi

bagian muka dan kepala.nervus ini mempunyai 3 cabang yaitu cabang yang

menginervasi dahi dan mata ( ophaehalmic V1 ), pipi ( maxillary V2 ), dan muka

bagian bawah dan dagu ( mandibular V3 ). Ketiga cabang nervus V ini bertemu pada

satu area yang disebut ganglion gaseri, yang selanjutnya menuju batang otak melalui

pons menuju badan – badan sel nukleus nervi trigemini.

Dari sini informasi yang diterima diolah untuk selanjutnya dikirim ke korteks

serebri untuk menimbulkan kesadaran akan sensasi pasial. Nervus trigeminus

bertanggung jawab terhadap sensasi raba, nyeri dan temperatur pada muka. Selain

Lidah Kaku Page 35

Page 36: Makalah neuralgia trigeminal

nervus ini mengontrol gerakan otot yang berperan dalam mengunyah makanan. Perlu

diingat bahwa kasus ini tidak berperan dalam pengaturan gerakan wajah yang diatur

oleh nervus VII.

Pemeriksaan nervus V meliputi pemeriksaan motorik dan sensorik. Adapun prosedur

pemeriksaannya adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan fungsi motorik :

Meminta penderita untuk menrapatkan gigi sekuat – kuat.

Pemeriksa mengamati muskulus masseter dan muskulus temporalis.

Meminta penderita untuk membuka mulut.

Pemeriksa mengamati apakah dagu tampak simetris dengan acuan gigi seri

atas dan bawah ( apabila ada kelumpuhan, dagu akan terdorong ke arah

lesi ).

Lidah Kaku Page 36

Page 37: Makalah neuralgia trigeminal

2. Pemeriksaan fungsi sensorik :

Melakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan jarum pada daerah dahi,

pipi dan rahang bawah.

Melakukan pemeriksaan sensasi suhu dengan kapas yang dibasahi air

hangat pada daerah dahi, pipi dan rahang bawah.

3. Melakukan pemeriksaan refleks kornea :

Menyentuh kornea dengan ujung kapas ( normal penderita akan menutup

mata / berkedip ).

Menanyakan apakah penderita dapat merasakan sentuhan tersebut.

4. Melakukan pemeriksaan refleks masseter :

Meminta penderita untuk sedikit membuka mulutnya.

Meletakan jari telunjuk kiri pemeriksa di garis tengah dagu penderita.

Mengetok jari telunjuk kiri pemeriksa dengan jari tengah tangan kanan

pemeriksa atau dengan palu refleks.

Mengamati respon yang muncul : kontraksi muskulus masseter dan mulut

akan menutup.

Lidah Kaku Page 37

Page 38: Makalah neuralgia trigeminal

Lidah Kaku Page 38

Page 39: Makalah neuralgia trigeminal

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Terdapat 12 saraf kranial dimana ada : Olfaktorius, Optikus,

Okulomotor, Troklearis, Trigeminus, Abdusen, Fasialis, Vestibulokoklearis,

Glosofaringeal, Vagus, Aksesorius, Hipoglossus. Dimana saraf – saraf ini memiliki

peran tersendiri.

Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan

berkaitan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang

digambarkan dalam bentuk kerusakan.

Nyeri di bagi menjadi dua : Nyeri Akut dan nyeri kronik. Dimana nyeri akut

nyeri akut dihubungkan dengan kerusakan jaringan. Nyeri akut ini dapat dialami

segera setelah pembedahan sampai tujuh hari. Sedangkan nyeri kronik bisa

dikategorikan sebagai malignan atau nonmalignan yang dialami pasien paling tidak

1 – 6 bulan.

Dari skenario ini dimana didapatkan bahwa pasien mengalami neuralgia trigeminal

yaitu merupakan suatu keadaan dengan serangan sakit paroksismal yang singkat dan

hebat serta unilateral yang dipicu oleh rangsang sensoris lokal. nyeri yang timbul

karena terangsangnya suatu “trigger zone” di sekitar mulut.

Lidah Kaku Page 39

Page 40: Makalah neuralgia trigeminal

DAFTAR PUSTAKA

1. Sloane ethel, 2004, Anatomi dan fisiologi untuk pemula, penerbit buku :

kedokteran EGC, Jakarta.

2. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-Proses  Penyakit Edisi 6 Volume 1 dan 2. Jakarta: EGC

3. Prof. Dr. I Gusti Ng. Gd. Ngoerah. Nervi Kranialis. Dalam : Dasar-Dasar

Ilmu Penyakit Saraf. Penerbit Universitas Airlangga. Surabaya. 1990: 52-53;

351.

4. Krafft RM. Trigeminal Neuralgia. American Family Physician. 2008. Volume

77( 9) : 1291-6.

5. Sabirin J. Bell’s Palsy. Dalam : Hadinoto dkk. Gangguan Gerak. Cetakan I.

Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 1990 : 171-81 2.

6. Sidharta P. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Edisi ke-2.Jakarta :

Dian Rakyat, 1985 : 311-17.

Lidah Kaku Page 40