Makalah MCI 2
-
Upload
nunung-ayu-novi -
Category
Documents
-
view
31 -
download
3
description
Transcript of Makalah MCI 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat Rahmat dan Hidayah – Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MIOCARDIUM
INFRACTION“.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali menemukan
kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Mudah-mudahan semua bimbingan, petunjuk dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis akan dapat diterima sebagai suatu amal baik dan
mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan banyak
kekurangannya, walaupun demikian penulis mengharapkan makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada
khususnya.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar
penulis dapat menghasilkan makalah yang lebih baik lagi. Permohonan maaf
penulis ucapkan jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa, para dosen dan pembaca
lainnya
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................................2
C. Metode Penulisan.....................................................................................................3
D. Sistematika penulisan...............................................................................................3
BAB II......................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI PENYAKIT MIOCARDIUM INFRACTION.........................................5
A. Anatomi Fisiologi.......................................................................................................5
B. Pengertian..................................................................................................................7
C. Penyebab....................................................................................................................9
D. Patofisiologi..............................................................................................................10
E. Manifestasi Klinik.....................................................................................................10
F. Komplikasi................................................................................................................12
G. Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................................12
H. Penatalaksanaan Medik..........................................................................................17
1. PENATALAKSANAAN :......................................................................................17
2. REHABILITASI PASIEN DENGAN MCI............................................................18
BAB III...............................................................................................................................22
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................22
A. PENGKAJIAN..........................................................................................................24
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................26
C. Perencanaan/Implementasi....................................................................................26
D. Evaluasi.....................................................................................................................30
BAB IV..................................................................................................................................31
PENUTUP............................................................................................................................31
ii
A. Kesimpulan...............................................................................................................31
B. Saran.........................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Infark Miokard adalah penyumbatan sebagian atau lebih arteri koroner
(dikenal juga seranggan jantung), (Holloway, 2003). Infark Miokard adalah
rusaknya jaringan jantung akibat supllai darah yang tidak adekuat
sehingga aliran darah ke koroner berkurang, (Brunner & Sudarth, 2002).
Infark mioakard adalah suatu keadan ketidakseimbangan antara suplai
& kebutuhan oksigen miokard sehingga jaringan miokard mengalami
kematian. Infark menyebabkan kematian jaringan yang ireversibel.
Sebesar 80-90% kasus MCI disertai adanya trombus, dan berdasarkan
penelitian lepasnya trombus terjadi pada jam 6-siang hari. Infark tidak
statis dan dapat berkembang secara progresif.
MCI apabila tidak segera di tangani atau dirawat dengan cepat dan
tepat dapat menimbulkan komplikasi seperti CHF, disritmia, syok
kardiogenik yang dapat menyebabkan kematian, dan apabila MCI sembuh
akan terbentuk jaringan parut yang menggantikan sel-sel miokardium
yang mati, apabila jaringan parut yang cukup luas maka kontraktilitas
jantung menurun secara permanent, jaringan parut tersebut lemah
sehingga terjadi ruptur miokardium atau anurisma, maka diperlukan
tindakan medis dan tindakan keperawatan yang cepat dan tepat untuk
mencegah komplikasi yang tidak diinginkan.
Hal ini dapat dicapai melalui pelayanan maupun perawatan yang cepat
dan tepat untuk memberikan pelayanan cepat dan tepat diperlukan
pengetahuan, keterampilan yang khusus dalam mengkaji, dan
1
mengevaluasi status kesehatan klien dan diwujudkan dengan pemberian
asuhan keperawatan tanpa melupakan usaha promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
Peran Oksigen pada Miokard Dibutuhkan pada saat aktivitas preload &
afterload.Kontraktilitas miokard Diperlukan jantung untuk berdenyut.
Kelelahan & stres emosional meningkatkan denyut jantung. Hipoksia,
anemia menyebabkan infark.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dari penyusunan makalah ini diharapkan penulis dapat
mengerti, memahami dan memperoleh gambaran tentang penerapan
asuhan keperawatan pada klien Miocardium infraction dengan
menggunakan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah penulisan makalah ini, penulis mampu :
a. Menjelaskan konsep dasar penyakit Miocardium infraction dimulai
dari penjelasan anatomi fisiologi Miocardium infraction, pengertian,
penyebab, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik
sampai dengan penatalaksanaan medik serta komplikasi pada
Miocardium infraction.
b. Melakukan pengkajian data pada klien dengan Miocardium
infraction.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan kepada klien dengan
Miocardium infraction.
2
d. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan Miocardium
infraction.
e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
Miocardium infraction.
f. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Miocardium
infraction.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi
literatur, adapun teknik yang digunakan yaitu studi pustaka dengan
mempelajari buku-buku, browsing internet dan sumber lain untuk
mendapatkan data dalam pembuatan makalah ini.
Adapun metode yang digunakan antara lain adalah :
1. Mengunakan sumber dari perpustakaan yang melengkapi data-data
untuk mempermudah dalam penyelesaian mekalah ini.
2. Mencari data dari internet untuk hasil yang lebih akurat
3. Serta mengunakan karya ilmiah dari penelitian yang telah di buat
berdasarkan hal yang nyata.
D. Sistematika penulisan
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dari penulisan makalah
ini, maka penulis menguraikan secara ringkas yang terbagi 4 bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
3
BAB II : Tinjauan teori, yang terdiri dari anatomi fisiologi, pengertian,
penyebab, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan medik dan komplikasi.
BAB III : Asuhan keperawatan, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan/implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
BAB IV : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI PENYAKIT MIOCARDIUM INFRACTION
A. Anatomi Fisiologi
Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari ronga dada
(toraks) diantara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut
perikardium yang terdiri atas 2 lapisan:
Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada
tulang dada dan selaput paru.
Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu
sendiri yang juga disebut epikardium.
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium
sebagai pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak
jantung saat memompa.
STRUKTUR JANTUNG
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan:
a. Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium.
b. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.
c. Lapisan dalam disebut endokardium.
Arteri koroner kiri memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum
dan atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik
ventrikel kiri, sedikit bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium
5
kanan. Nodus SA lebih sering diperdarahi oleh arteri koroner kanan
daripada kiri. (cabang sirkumfleks). Nodus AV 90% diperdarahi oleh arteri
koroner kanan dan 10% diperdarahi oleh arteri koroner kiri (cabang
sirkumfleks). Dengan demikian, obstruksi arteri koroner kiri sering
menyebabkan infark anterior dan infark inferior disebabkan oleh obstruksi
arteri koroner kanan.
Arteri koroner kiri memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum
dan atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik
ventrikel kiri, sedikit bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium
kanan. Nodus SA lebih sering diperdarahi oleh arteri koroner kanan
daripada kiri. (cabang sirkumfleks). Nodus AV 90% diperdarahi oleh arteri
koroner kanan dan 10% diperdarahi oleh arteri koroner kiri (cabang
sirkumfleks). Dengan demikian, obstruksi arteri koroner kiri sering
menyebabkan infark anterior dan infark inferior disebabkan oleh obstruksi
arteri koroner kanan.
Kebutuhan oksigen miokardium dapat terpenuhi jika terjadi keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen. Penurunan suplai oksigen miokard
dapat membahayakan fungsi miokardium. Penyakit jantung koroner
disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen miokardium. Bila kebutuhan oksigen miokardium meningkat,
maka suplai oksigen juga harus meningkat. Peningkatan kebutuhan
oksigen terjadi pada: takikardia, peningkatan kontraktilitas miokard,
hipertensi, hipertrofi, dan dilatasi ventrikel. Untuk meningkatkan suplai
oksigen dalam jumlah yang memadai aliran pembuluh koroner harus
ditingkatkan.
Empat faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen jantung :
1) Frekuensi denyut jantung
6
2) Daya kontraksi
3) Massa otot
4) Tegangan dinding ventrikel
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dapat
disebabkan :
1) Penyempitan arteri koroner (aterosklerosis), dimana merupakan
penyebab tersering.
2) Penurunan aliran darah (cardiac output).
3) Peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
4) Spasme arteri koroner.
B. Pengertian
Infark Miokard adalah penyumbatan sebagian atau lebih arteri
koroner (dikenal juga seranggan jantung), (Holloway, 2003).
Infark Miokard adalah rusaknya jaringan jantung akibat supllai
darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah ke koroner berkurang.
(Brunner & Sudarth, 2002)
Infark miokardium adalah penyumbatan sebagian atau lebih
arteri koroner (dikenal juga serangan jantung). (Holloway, 2003)
Infark Miokard Akut adalah penyakit jantung yang disebabkan
oleh karena sumbatan arteri koroner (Hudak & Gallo; 1997).
Infark miokardium disebabkan oleh penurunan aliran darah
melalui satu atau lebih arteri koroner, menyebabkan iskemik miokard
dan nekrosis. (Doengus, 2005)
7
Infark Miokard (MCI) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-
tiba terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang
menyebabkan otot jantung (miokardium) mati karena kekurangan
oksigen.
Infark mioakard adalah suatu keadan ketidakseimbangan
antara suplai & kebutuhan oksigen miokard sehingga jaringan miokard
mengalami kematian.
Kesimpulan Infark Miocard adalah proses rusaknya jaringan
jantung karena adanya penyempitan atau sumbatan pada arteri
koroner sehingga suplai darah pada jantung berkurang yang
menimbulkan nyeri yang hebat pada dada.
Ada dua tipe dasar infark miokard akut:
1) Transmural: yang berhubungan dengan aterosklerosis
melibatkan arteri koroner utama. Hal ini dapat subclassified ke
anterior, posterior, atau lebih rendah. infarcts Transmural
memperpanjang melalui seluruh ketebalan otot jantung dan biasanya
akibat dari oklusi lengkap's suplai darah daerah tersebut.
2) Subendocardial: melibatkan sejumlah kecil di dinding
subendocardial dari ventrikel kiri, septum ventrikel, atau otot papiler.
infarcts Subendocardial dianggap akibat dari suplai darah lokal
menurun, mungkin dari penyempitan arteri koroner. Daerah
subendocardial terjauh dari's suplai darah jantung dan lebih rentan
terhadap jenis patologi.
8
Myocardial infarction (MI) atau infark miokard akut (AMI), umumnya
dikenal sebagai serangan jantung, adalah terhentinya suplai darah ke
bagian dari jantung, menyebabkan sel jantung mati. Hal ini paling sering
disebabkan oleh oklusi (penyumbatan) dari arteri koroner setelah
pecahnya plak aterosklerotik yang rentan, yang merupakan koleksi tidak
stabil dari lipid (asam lemak) dan sel-sel darah putih (terutama makrofag )
pada dinding suatu arteri. Yang dihasilkan iskemia (pembatasan pasokan
darah) dan kekurangan oksigen, jika dibiarkan tidak diobati untuk jangka
waktu yang cukup, dapat menyebabkan kerusakan atau kematian (infark )
jaringan otot jantung ( miokardium ).
C. Penyebab
Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada
arteri koroner menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah
ke suatu bagian dari jantung. Jika terputusnya atau berkurangnya
aliran darah ini berlangsung lebih dari beberapa menit, maka jaringan
jantung akan mati.
Kemampuan memompa jantung setelah suatu serangan
jantung secara langsung berhubungan dengan luas dan lokasi
kerusakan jaringan (infark). Jika lebih dari separuh jaringan jantung
mengalami kerusakan, biasanya jantung tidak dapat berfungsi dan
kemungkinan terjadi kematian.
Bahkan walaupun kerusakannya tidak luas, jantung tidak
mampu memompa dengan baik, sehingga terjadi gagal jantung atau
syok. Jantung yang mengalami kerusakan bisa membesar, dan
sebagian merupakan usaha jantung untuk mengkompensasi
kemampuan memompanya yang menurun (karena jantung yang lebih
besar akan berdenyut lebih kuat).
9
Jantung yang membesar juga merupakan gambaran dari
kerusakan otot jantungnya sendiri. Pembesaran jantung setelah suatu
serangan jantung memberikan prognosis yang lebih buruk. Penyebab
lain dari serangan jantung adalah: Suatu bekuan dari bagian
jantungnya sendiri.
Kadang suatu bekuan (embolus) terbentuk di dalam jantung,
lalu pecah dan tersangkut di arteri koroner. Kejang pada arteri koroner
yang menyebabkan terhentinya aliran darah. Kejang ini bisa
disebabkan oleh obat (seperti kokain) atau karena merokok, tetapi
kadang penyebabnya tidak diketahui.
D. Patofisiologi
Penumpukan lemak, karbohidrat dan komponen-komponen
darah pada dinding intima, Penebalan dinding arteri, Kekakuan dinding
arteri, Suplai darah ke jantung menurun dalam waktu yang lama.
Kerusakan jaringan jantung Akibat lanjut Sembuh Disritmia , Jantung
tidak mampu Memompa darah, Syok kardiogenik, Terbentuk jaringan
parut, Kematian jaringan CHF, Jantung melemah, Ruptuk dan
anurisma( Crowing,J, 2000)
E. Manifestasi Klinik
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti
diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat.
Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang
bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama
dari angina pectoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-
kadang, terutama pada pasien diabetes dan orang tua, tidak
10
ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual,
muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope.
Pasien sering tampak ketakutan.
Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi pertama penyakit jantung
koroner namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini sering
sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan angina, perasaan tidak
enak di dada atau epigastrium. Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak
ada yang spesifik dan dapat normal. Dapat ditemui BJ yakni S2 yang
pecah, paradoksal dan irama gallop. Adanya krepitasi basal
menunjukkan adanya bendungan paru-paru. Takikardia, kulit yang
pucat, dingin dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih
berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau
berada di dinding dada pada IMA inferior.
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :
1. Nyeri :
a) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus
tidak mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan
abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
b) Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai
nyeri tidak tertahankan lagi.
c) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat
menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya
lengan kiri).
d) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari,
dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin
(NTG).
11
e) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin,
diaforesis berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual
muntah.
g) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri
yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat
mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman
nyeri).
F. Komplikasi
1) Perluasan infark dan iskemia pasca infark
2) Aritmia
3) Disfungsi otot jantung ( gagal janttung kiri, hipotensi dan syok)
4) Infark ventrikel kanan
5) Defek mekanik
6) Ruptur Miokard
7) Anurisma
8) Perikarditis
9) Thrombus murah
G. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis MCI biasanya berdasar pada riwayat penyakit
sekarang, EKG, dan serangkaian enzim serum. Prognosis tergantung
pada beratnya obstruksi arteri dan dengan sendirinya banyaknya
kerusakan jatung. Pemeriksaan fisik selalu dilakukan, namun hal ini
tidak cukup untuk menegakkan diagnosis.
12
1) Riwayat pasien
Pengambilan riwayat pasien dilakukan dalam dua tahap;
riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu serta
riwayat kesehatan keluarga. Riwayat pasien memberikan data
subjektif. Dokter yang teliti juga akan mencari data malalui
interpretasi EKG dan pemeriksaan rangkain enzim.
2) Elektrokardiogram
EKG memberi informasi mengenai elektrofisiologi jantung.
Melalui pembacaan dari waktu ke waktu, dokter mampu
memantau perkembangan dan resolusi suatu MCI. Lokasi dan
ukuran relative infark juga dapat ditentukan dengan EKG.
Meskipun ada berbagai teknologi baru yang mampu menyajikan
data diagnostik yang sama, namun EKG masih tetap merupakan
instrument diagnostic pilhan pertama karena dapat digunakan di tempat
tidur dan non invasif. Ekokardiogram digunakan untuk evaluasi lebih jauh
mengenai fungsi jantung, khususnya fungsi ventrikel.
Kegunaan EKG adalah :
a) Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)
b) Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial
dan ventrikel)
c) Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung
d) Mengetahui adanya gangguan elektrolit
e) Mengetahui adanya gangguan pericarditis
3) Enzim dan isaoenzim serum
13
Pemeriksaan rangkaian enzim meliputi kinase dan laktat
dehidroginase. Kreatin kinase dengan isoenzimnya (CK dengan CK-
MB) dipandang sebagai indikator yang paling sensitif dan dapat
dipercaya diantara semua enzim jantung dalam menegakkan
diagnosa infark miokardium.
Laktat dehidrogenase (LDH) kurang bisa dipercaya sebagai
sebagai indikator kerusakan jantung akut seperti CK. Tetapi, karena
reaksinya lebih lambat dan meningka lebih lama dari enzim jantung
lainnya, LDH sangat berguna untuk mendiagnosa MCI pada pasien
yang mungkin mengalami MCI akut tetapi terlambat dibawa kerumah
sakit. Ada lima macam isoenzim LDH, tetapi hanya dua yang penting
untuk mendiagnosa MCI akut yaitu dan . dan kadarnya tinggi di
jantung, ginjal dan otak, namun normalnya kadar lebih tinggi
disbanding . Apabila melebihi , maka keadaan ini disebut “terbalik”,
menunjukkan adanya MI akut.
4) Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan
kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi.
5) Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah
IMA berhubungan dengan proses inflamasi.
6) Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI, menunjukkan inflamasi.
7) Kimia
14
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ
akut atau kronis.
8) AGD
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis.
9) Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
10)Foto rontgen dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK
atau aneurisma ventrikuler. Foto rontgen dada sering menunjukkan
bentuk jantung yang normal. Pada pasien hipertensi dapat terlihat
jantung membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi
arkus aorta.
11)Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis
angina pektoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis
infark jantung akut sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT
atau LDH. Enzim tersebut akan meningkat kadarnya pada infark
jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.
Pemeriksaan lipid darah seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida dan
pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko
seperti hiperlipidemia dan/atau diabetes melitus.
12)Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau
dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
15
13)Pemeriksaan pencitraan nuklir
Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel
miocardia missal lokasi atau luasnya IMA
Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
14)Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan
dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
15)Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.
Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan
serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur
tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung
angioplasty atau emergensi.
16)Digital subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan.
17)Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup
ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark
dan bekuan darah.
18)Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering
dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase
penyembuhan.
16
H. Penatalaksanaan Medik
1) Istirahat total.
2) Diet makanan lunak/saring serta rendah garam (bila gagal jantung).
3) Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat
intravena.
4) Atasi nyeri :
a) Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg im, bisa diulang-ulang.
b) Lain-lain : nitrat, antagonis kalsium, dan beta bloker.
c) Oksigen 2-4 liter/menit.
d) Sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral.Pada
insomnia dapat ditambah flurazepam 15-30 mg.
5) Antikoagulan :
1) Heparin 20.000-40.000 U/24 wad iv tiap 4-6 wad atau drip iv
dilakukan atas indikasi.
2) Diteruskan asetakumoral atau warfarin.
3) Streptokinase / trombolisis.
6) Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali
aliran pembuluh darah koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombolisis
dapat diberikan sebelum dibawa ke rumah sakit. Dengan
trombolisis, kematian dapat diturunkan sebesar 40%.
1. PENATALAKSANAAN :
a. Rawat ICCU, puasa 8 jam
b. Tirah baring, posisi semi fowler.
c. Monitor EKG
d. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
e. Oksigen 2 – 4 lt/menit
f. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
17
g. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
h. Bowel care : laksadin
i. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infuse
j. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
k. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
2. REHABILITASI PASIEN DENGAN MCI
Rehabilitasi Medik penyakit jantung adalah suatu ilmu & seni untuk
mengembalikan penderita penyakit jantung pada tingkat aktifitas fisik &
mental yang sesuai dengan kapasitas jantungnya. Penyakit jantung yang
dapat diberi program Rehabilitasi Medik antara lain:
a. Gangguan mekanik jantung: sumbatan atau kebocoran katup jantung.
b. Tekanan perifer yang meningkat akibat hipertensi (tekanan darah
tinggi).
c. Energi yang berkurang: Angina pectoris, myocard infark (jantung
koroner).
Penatalaksanaan:
a. Program Rehabilitasi Medik diberikan segera setelah keadaan krisis
dilewati sampai penderita dapat kembali ke pekerjaan/ kehidupan
semula (idealnya). Atau bila penderita sudah cukup puas terhadap
keterbatasannya dan dapat melakukan aktifitas sehari-hari yang
berarti.
b. Dalam pelaksanaan program Rehabilitasi Medik harus secara terpadu
antara Team Rehabilitasi Medik dan Dokter Ahli Jantung.
18
c. Jenis Rehabilitasi Medik yang diberikan: Rehabilitasi fisik, psikis dan
pekerjaan.
Rehabilitasi Fisik :
Rehabilitasi pada Fase Akut (Program di Rumah Sakit):
Diberikan segera setelah masa krisis dilewati (atas konsul Dokter Ahli
Jantung). Diberikan selama 2-3 minggu:
1. Hari ke 2-7: bed exercise, brething exercise, gentle massage,
latihan pasif/ aktif ringan untuk kelompok otot, & latihan relaksasi.
2. Hari ke 7-10: latihan diatas dilanjutkan, ditambah latihan duduk
ditepi tempat tidur tanpa pertolongan, & latihan berdiri ditepi tempat
tidur.
3. Hari ke 10: latihan seperti diatas, latihan lengan & tungkai secara
gentle, latihan jalan 100 m.
4. Hari ke 15: latihan diatas lanjutkan, ditingkatkan dengan naik
tangga, latihan tubuh & latihan berjalan lebih lama.
5. Minggu ke 3: latihan lebih ditingkatkan, naik tangga 1 lantai/ 1
tingkat rumah, latihan berjalan 400 m/keliling rumah, & home
program.
Latihan dari tahap pertama ke tahap berikutnya tidak boleh diteruskan
bila ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a. Frekuensi nadi meningkat > 30x/ menit dari nadi awal atau turun >
10x/ menit dari nadi awal.
b. Ada gangguan irama jantung yang timbul selama atau sesaat setelah
latihan.
19
c. Sesak nafas, nyeri angina dan kelelahan yang timbul selama atau
setelah latihan.
d. Pucat, keringat dingin, bradikardi, hipotensi, pusing atau syncope.
1. Fase di rumah (4-8 minggu):
a. General exercise: jalan naik tangga, naik sepeda tanpa tahanan,
latihan pernafasan, & latihan relaksasi. Latihan dilakukan 3 kali
seminggu.
b. Health education: Konsultasi dengan Ahli Jantung, Psikolog, Gizi,
masalah pekerjaan, masalah hubungan seksual.
c. Evaluasi Treadmill minggu ke 4 & minggu ke 8.
2. Fase lanjutan (3-6 bulan):
a. Penderita berlatih diluar atau ditempat masing-masing dengan
kontrol ke bagian jantung untuk mengevaluasi dan pengawasan
program yang telah dikerjakan.
b. Pada fase ini penderita sudah bisa bergabung dengan Klub
Jantung Sehat.
c. Fase Pemeliharaan:
d. Usaha-usaha yang dilakukan untuk pencegahan sekunder: latihan
fitness. Program seumur hidup.
Rehabilitasi Psikologi:
Tindakan yang dapat dilakukan berupa memberikan psikoterapi,
menyarankan pada keluarga untuk memberikan suasana yang tenang,
konsultasi dengan Team Rehabilitasi yang lain tentang perkembangan
penyakitnya.
Rehabilitasi Pekerjaan :
20
Untuk menentukan jenis pekerjaan/ aktifitas fisik dikemudian hari
harus dilakukan Exercise Stress Test.
21
BAB III
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
Sebelum melakukan pengkajian, sebaiknya melakukan wawancara
terhadap pasien. Wawancara klinis merupakan salah satu segi yang
terpenting dalam hubungan perawat pasien. Wawancara klinis menciptakan
kualitas hubungan, memberikan informasi yang diperlukan untuk melkukan
pengkajian menyeluruh pada status kesehatan individu, dan mengidentifikasi
landasan untuk membuat diagnosa keprewatan. Perilaku yang teppat untuk
melakukan wawancara dan teknik yang diperlukan untuk memperoleh
informasi yang tepat bukan merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-
hari kita. Perilaku dan teknik tersebut harus dipelajari. Keterampillan
wawancara menuntut perkembangan yang cermat dan diperhalus melalui
praktik dan pengalaman. Dalam wawancara pada kasus ini jika pasien
diterima pertama kali oleh anggota tim kesehatan (kecuali dalam situasi
gawat darurat), maka hal pertama yang paling dibutuhkan adalah data dasar,
data ini biasanya meliputi:
1) Data biografi; meliputi informasi nama, alamat, umur, jenis kelamin,
status pernikahan, pekerjaan.
2) Informan(sumber); informan biasanya bisa dari pasien itu sendiri, dari
keluarga pasien, atau orang lain.
3) Keluhan utama; merupakan penyebab yang mendorong seseorang
untuk mencari pertolongan. Bila ada lebih dari satu masalah yang
dianjurkan, masalah tersebut disusun sesuai prioritas ketika masalah
tersebut dilaporkan.
4) Riwayat penyakit sekarang; meliputi beberapa informasi seperti Gejala
tertentu;seperti nyeri dada retrosternal, apakah seperti diremas-remas,
ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar
22
ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan
epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tak
responsif terhadap nitrogliserin. Tanya apakah Nyeri disertai perasaan
mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau
sinkope.
5) Riwayat kesehatan; riwayat kesehatan yang rinci merupakan komponen
yang sangat berharga dari data dasar. Setelah status umur kesehatan
diperoleh, ajukan pertanyaan apakah pasien pernah memiliki penyakit
yang mendasari timbulnya oenyakit infark miokardium seperti;
hipertensi, adanya penyakit aterosklerosis, dan lain sebagainya yang
dapat memunculkan penyakit miokardium infark.
6) Riwayat keluarga; ditanyakan untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit
yang mungkin diturunkan.
7) Riwayat psikososial spiritual; psiko meliputi reaksi yang dilakukan oleh
pasien setelah mengetahui penyakit yang dideritanya, seperti keadaan
cemas karena ketakutan akan penyakit yang diderita oleh pasien. Sosial
meliputi keadaan kegiatan yang dilakukan diluar rumah atau didalam
rumah baik bersama keluarga ataupun tetangga, apakah keluarga
menerima penyakit yang diderita pasien atau tidak dan bagaimana
kegiatan sosial diluar rumah, apakah masih dapat berinteraksi dengan
baik bersama tetangga sekitar atau bahkan malah mengurung diri
didalam rumah. Spiritual meliputi kegiatan ibadah pasien setelah
mengetahui penyakitnya, apakah keadaan ibadahnya masih seperti
sebelum mengetahui penyakitnya atau bahkan sebaliknya.
8) Gaya hidup; perilaku ini meliputi pola tidur, olahraga, gizi(diet lebih
lemak), kebiasaan merokok dan pengguanaan obat, alkohol dan kafein.
23
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian diawali dari pengumpulan data, analisis data, dan diagnosa
keperawatan bersifat aktual maupun resiko tinggi. Semua data dapat
diperoleh dari klien, keluarga, keperawatan ruangan, anggota tim
kesehatan lain, catatan medis dan catatan keperawatan.
Menurut Doengoes (2000) pengkajian terdiri dari :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan/kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap,
jadwal olahraga tidak teratur.
Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat/aktivitas
2. Sirkulasi
Tanda : tekanan darah meningkat/manurun, penurunan kontraktilitas
ventrikel, edema, distensi vena jugularis, kulit pucat/sianosis.
3. Integritas ego
Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya: ansietas, marah,
ketakutan dan mudah tersinggung.
4. Makanan/cairan
Gejala : mual, kehilangan nafsu makan, nyeri ulu hati
Tanda : turgor kulit buruk (kulit kering atau berkeringat, muntah,
perubahan berat badan.
24
5. Hygiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
6. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada hilang timbul dan dapat menyebar ke bagian lain
seperti abdomen, punggung, leher
Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, menarik diri
7. neurosensori
Gejala : pusing selama tidur atau saat bangun (duduk dan istirahat)
Tanda : Tidak tenang, tidak nyaman, gelisah, kelemahan
8. Pernapasan
Gejala : dispnea
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan, nafas sesak,
pucat/sianosis
9. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan atau
tonus otot
10. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
25
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data manifestasi klinis, riwayat keperawatan,
dan data pengkajian diagnostik, maka diagnose keperawatan utama
pasien mencakup hal berikut:
1. Nyeri dada berhubungan dengan adanya iskemik jaringan
akibat penyempitan arteri koroner.
2. Potensial penurunan cardiac output berhubungan dengan
perubahab irama jantung.
3. Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
turunnya curah jantung.
4. Cemas berhubungan dengan takut akan kematian.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.
C. Perencanaan/Implementasi
Dx I : Nyeri dada berhubungan dengan adanya iskemik jaringan
akibat penyempitan arteri koroner.
Tujuan: klien merasa nyaman, nyeri hilang atau berkurang
Kriteira hasil :
1) Menyatakan nyeri dada berkurang atau hilang
2) Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi
3) Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks, mudah bergerak
Intervensi :
1) Kaji ulang riwayat angina sebelumnya
R : dapat membandingkan nyeri ada dari pola sebelumnya
26
2) Anjurkan klien untuk melaporkan nyeri dengan segera
R : menunda melaporkan nyeri menghambat peredaan atau
memerluukan peningkatan dosis
3) Bantu melakukan relaksasi misal mengajar nafas dalam
R : membantu dslsm penurunan respon atau persepsi nyeri
4) Kolaborasi pemberian obat analgetik
R : dapat menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi dan
mengurangi kerja miokardium
Dx II :Potensial penurunan cardiac output berhubungan dengan
perubahab irama jantung
Tujuan : curah jantung kembali normal
Kriteria hasil :
1) Tekanan darah dalam batas normal
2) Haluaran urine kembali normal
3) Tidak ada atau penurunan disritmia
Intervensi :
1) Auskultasi tekanan darah bandingkan kedua tangan dan ukur dengan
tidur, duduk dan berdiri
R : hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel
2) Evaluasi kesamaan dan kualitas nadi sesuai indikasi
R : penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kelamahan
atau kekuatan nadi
Dx III : Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan turunnya
curah jantung.
27
Tujuan : curah jantung kembali normal
Kriteria hasil :
1) Kulit hangat dan kering
2) Nadi perifer kuat
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal
4) Keseimbangan masukan dan pengeluaran
Intervensi :
1) Pantau pernapasan klien, catat kerja nafas
R : vasokontriksi sistemik diakibatkan karena penurunan curah jantung
2) Pantau pemasukan dan catat haluaran urine
R : penurunan pemasukan terus menerus dapat menurunkan volume
sirkulasi yang berdampak negatif pada perfusi dan fungsi organ
3) Kaji fungsi gastrointestinal
R : penurunan aliran darah kemesentri dapat mengakibatkan disfungsi
gastrointestinal
4) Lihat adanya pucat, sianosis, kulit lembab, dan catat nadi perifer
R : vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung
Dx IV : Cemas berhubungan dengan takut akan kematian
Tujuan : kecemasan klien berkurang
Kriteria hasil :
1) Cemas berkurang atau hilang
2) Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah positif
3) Mengidentifikasi sumber secara tepat
Intervensi :
1) Identifikasi persepsi klien terhadap ansietas
28
R : koping terhadap nyeri sulit, klien dapat takut mati, atau cemas
terhadap lingkungan
2) Berikan periode istirahat
R : penyimpanan energi dan meningkatkan kemampuan klien
3) Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat
R : meningkatkan kepercayaan diri dan menurunkan rasa gagal
Dx V : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi
Tujuan : klien dapat memahami penyakitnya
Kriteria hasil :
1) klien dapat memahami penyakitnya
2) menyebutkan gejala yang memerlukan perhatian cepat
3) mengidentifikasi perubahan pola hidup perlu intervensi keperawatan
intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien atau orang terdekat
R : perlu untuk pemberian rencana intruksi individu, menguatkan
harapan
2) Berikan informasi dalam bentuk belajar
R : penggunaan metode bermacam-macam meningkatkan penyerapan
pemahaman
3) Beri penguatan penjelasan faktor resiko
R : memberikan kesempatan pada klien untuk mencapai informasi
29
D. Evaluasi
1) Nyeri Hilang/Berkurang
2) Klien mampu beraktifitas secara mandiri dengan bantuan minimal
3) Klien tidak cemas
4) Curah jantung normal
5) Perfusi jaringan adekuat
6) Balance cairan seimbang
7) Klien memahami tentang penyakit, perawatan & pengobatannya
30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infark Miocard adalah proses rusaknya jaringan jantung karena adanya
penyempitan atau sumbatan pada arteri koroner sehingga suplai darah
pada jantung berkurang yang menimbulkan nyeri yang hebat pada dada.
Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri
koroner menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke
suatu bagian dari jantung. Jika terputusnya atau berkurangnya aliran
darah ini berlangsung lebih dari beberapa menit, maka jaringan jantung
akan mati.
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas,
ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat.
Diagnosis MCI biasanya dapat di diagnostik berdasar pada riwayat
penyakit sekarang, EKG, dan serangkaian enzim serum. Prognosis
tergantung pada beratnya obstruksi arteri dan dengan sendirinya
banyaknya kerusakan jatung.
B. Saran
Untuk mencapai suatu keberhasilan yang baik dalam pembuatan
Makalah selanjutnya, maka penulis memberikan saran kepada:
31
1. Mahasiswa
Dalam pengumpulan data, penulis mendapatkan berbagai kesulitan.
Dengan usaha yang sungguh-sungguh, sehingga penulis mendapatkan
data untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Pendidikan
Pada Prodi Keperawatan Persahabatan Jakarta, khususnya
perpustakaan. Agar dapat menyediakan buku-buku yang sudah
mengalami perubahan-perubahan yang lebih maju sehingga buku
tersebut bukan saja sebagai sumber ilmu tetapi dapat dijadikan sumber
referensi untuk materi makalah. Khususnya untuk makalah-makalah
yang akan dijadikan makalah selanjutnya.
Dengan adanya makalah ini yang berisikan tentang Asuhan
Keperawatan Miocardium Infraction diharapkan mahasiswa mengetahui,
mengerti, dan memahami akan arti, manfaat serta akibat / dampak dari
apa yang telah dibahas pada makalah tersebut.
Penulis sadar bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan,
jadi penulis pemakalah sangat membutuhkan saran dan kritik dari
pembaca guna untuk pembuatan makalah selanjutnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Dokumentasi & Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.
http://aripurwahyudi.com/modul-belajar/interaktif/serangan-jantung-infark-
miokard/
http://askep-askeb.blogspot.com/2010/02/rahabilitasi-pasien-dengan-mci.html
http://bared18.wordpress.com/2008/09/06/m-c-i/
http://blog.ilmukeperawatan.com
http://clusterzz.wordpress.com/2010/01/28/facts-about-alzheimers-disease/
http://perawattegal.wordpress.com/category/askep-sistem-kardiovaskuler/
http://shidiqwidiyanto.blogspot.com/2010/01/infark-miokard-akut.html
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-
infark.html
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://
en.wikipedia.org/wiki/Myocardial_infarction
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/147_05PenyakitJantungKoroner.pdf/
147_05PenyakitJantungKoroner.html
http://www.infokeperawatan.com/category/asuhan-keperawatan
33