Laporan Sdb14 Fix MCI

74
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Kedokteran Jiwa dan Fungsi Luhur adalah blok keempat belas pada Semester V dari sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning (PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario D mengenai Tn. Joko, 60 tahun, yang datang ke poliklinik saraf RSMP karena sering lupa dengan apa yang baru diucapkan sejak 3 bulan yang lalu. Keluarga mengatakan bahwa pasien sering menanyakan kembali apa yang baru saja ditanyakannya. Aktivitas sehari-hari masih bisa mengerjakan sendiri. Pasien juga mengenali anggota keluarganya. Riwayat hipertensi dan DM tidak ada. 1.2 Maksud dan Tujuan Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 1

description

MCI

Transcript of Laporan Sdb14 Fix MCI

Page 1: Laporan Sdb14 Fix MCI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Kedokteran Jiwa dan Fungsi Luhur adalah blok keempat belas pada

Semester V dari sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu

strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah

Problem Based Learning (PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian dari

metode Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam

kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang

tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario D mengenai

Tn. Joko, 60 tahun, yang datang ke poliklinik saraf RSMP karena sering lupa

dengan apa yang baru diucapkan sejak 3 bulan yang lalu. Keluarga mengatakan

bahwa pasien sering menanyakan kembali apa yang baru saja ditanyakannya.

Aktivitas sehari-hari masih bisa mengerjakan sendiri. Pasien juga mengenali

anggota keluarganya. Riwayat hipertensi dan DM tidak ada.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari

sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan

metode analisis dan pembelajaran studi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari pembelajaran tutorial berdasarkan langkah-

langkah seven jump.

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 1

Page 2: Laporan Sdb14 Fix MCI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Data Tutorial

Tutor : dr. H. Achmad Azhari, DAHK

Moderator : Ahmad Ramadhanu

Sekretaris : Nadia Khoirunnisa Pasaribu

Notulis : Siti Istiqomah

Waktu : Senin, 6 Oktober 2015

Rule tutorial : 1. Dilarang mengaktifkan ponsel.

2. Dilarang makan di dalam ruangan.

3. Dilarang keluar tanpa izin tutor.

4. Boleh menjawab / mengajukan pertanyaan

setelah ditunjuk oleh moderator.

2.2. Skenario Kasus

Tn. Joko, 60 tahun, datang ke poliklinik saraf RSMP karena sering lupa

dengan apa yang baru diucapkan sejak 3 bulan yang lalu. Keluarga

mengatakan bahwa pasien sering menanyakan kembali apa yang baru saja

ditanyakannya. Aktivitas sehari-hari masih bisa mengerjakan sendiri. Pasien

juga mengenali anggota keluarganya. Riwayat hipertensi dan DM tidak ada.

Pemeriksaan Fisik

GCS: 15, TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, T: 36,7oc

Keadaan Spesifik

Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher: tidak ada pembesaran KGB

Thorax: simetris, retraksi tidak ada.

Jantung : iktus kordis tidak tampak, bunyi jantung normal, bising jantung

tidak ada, HR 80 x/menit reguler

Paru : Stem fremitus normal, suara nafas vesikuler normal.

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 2

Page 3: Laporan Sdb14 Fix MCI

Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal.

Ekstremitas: dalam batas normal.

Pemeriksaan Laboratorium

Kolestrol total: 160 mg%, LDL: 80 mg%, HDL: 40 mg%, Trigliserida: 110

mg%

Hasil Neuropsikiatrik Test

MMSE: 23, MoCA-INA: 24

Rontgen thorax: kesan CTR < 50%, CT scan kepala: atrofi lobus fronto-

temporal.

2.3. Klarifikasi Istilah

1. MMSE : Mini Mental State Examination. Alat

ukur fungsi kognitif yang terkait

dengan gangguan neurodegeneratif.

2. CTR : Cardio Thoracic Ratio.

3. GCS : Glasgow Comma Scale.

4. MoCA-INA : Montreal Cognitive Assesment

Indonesian Version.

5. Atrofi lobus fronto-temporal : Pengecilan ukuran organ (serebri)

pada lobus fronto-temporal.

2.4. Identifikasi Masalah

1. Tn. Joko, 60 tahun, datang ke poliklinik saraf RSMP karena sering lupa

dengan apa yang baru diucapkan sejak 3 bulan yang lalu. Keluarga

mengatakan bahwa pasien sering menanyakan kembali apa yang baru

saja ditanyakannya.

2. Aktivitas sehari-hari masih bisa mengerjakan sendiri. Pasien juga

mengenali anggota keluarganya. Riwayat hipertensi dan DM tidak ada.

3. Pemeriksaan Fisik

GCS: 15, TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, T: 36,7oc

Keadaan Spesifik

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 3

Page 4: Laporan Sdb14 Fix MCI

Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher: tidak ada pembesaran KGB

Thorax: simetris, retraksi tidak ada.

Jantung : iktus kordis tidak tampak, bunyi jantung normal, bising

jantung tidak ada, HR 80 x/menit reguler

Paru : Stem fremitus normal, suara nafas vesikuler normal.

Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal.

Ekstremitas: dalam batas normal.

4. Pemeriksaan Laboratorium

Kolestrol total: 160 mg%, LDL: 80 mg%, HDL: 40 mg%, Trigliserida:

110 mg%

5. Hasil Neuropsikiatrik Test

MMSE: 23, MoCA-INA: 24

Rontgen thorax: kesan CTR < 50%, CT scan kepala: atrofi lobus fronto-

temporal.

2.5. Analisis dan Sintesis Masalah

1. Tn. Joko, 60 tahun, datang ke poliklinik saraf RSMP karena sering lupa

dengan apa yang baru diucapkan sejak 3 bulan yang lalu. Keluarga

mengatakan bahwa pasien sering menanyakan kembali apa yang baru

saja ditanyakannya.

a. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus ini?

Jawab:

Keluhan sering lupa dengan apa yang baru diucapkan merupakan

gejala dari gangguan kognitif. Gangguan kognitif meliputi gangguan

mudah lupa (forgetfulness), gangguan kognitif ringan (mild cognitive

impairment) atau MCI dan demensia.

Pada kasus ini, gangguan paling mungkin disebabkan karena MCI.

Prevalensi MCI meningkat seiring dengan peningkatan usia, yaitu 10%

pada usia 70-79 tahun dan 25% pada usia 80-89 tahun.

(Anderson, 2010)

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 4

Page 5: Laporan Sdb14 Fix MCI

Subtipe MCI berkembang menjadi penyakit Alzheimer pada

tingkat yang berbeda. Sebuah studi oleh Roundtree dkk menunjukkan

bahwa tingkat konversi menjadi penyakit Alzheimer dari MCI amnestik

sebesar 56 % dan MCI non-amnestik adalah 52 %. Untuk semua

subtipe MCI, konversi 4 tahun untuk demensia adalah 56 % (14 % per

tahun) dan untuk penyakit Alzheimer sebesar 46 % (11 % per tahun).

Penderita MCI mempunyai kemungkinan berkembang menjadi

penyakit Alzheimer 7 kali lebih besar daripada individu lain yang tidak

menderita gangguan kognitif. Dari seluruh pasien MCI, 80 % akan

berkembang menjadi demensia dalam waktu 6 tahun. Wilson dkk

melaporkan bahwa resiko kematian MCI meningkat sekitar 50% pada

orang Amerika dan Afrika.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa resiko penyakit Alzheimer

secara signifikan lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki, dan

karena itu diduga kemungkinan MCI berkembang lebih besar pada

wanita dibanding pada pria. Tidak ada penelitian yang menunjukkan

bahwa faktor-faktor budaya dan ras mempengaruhi manifestasi klinis

MCI.

(Anderson, 2010)

b. Bagaimana neuroanatomi pada kasus ini?

Jawab:

Setiap bagian dari otak kita bekerja saling terintregasi satu sama lain

menghasilkan fungsi kognisi seperti kesadaran, persepsi, berfikir, dan

memori. Ada sekitar 75 % otak kita terdiri atas jaringan kognitif yang

disebut area asosiasi korteks serebrum

(Saladin, 2003). 

Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1) Cerebrum (otak besar)

2) Cerebellum (otak kecil)

3) Brainstem (batang otak)

4) Limbic system (sistem limbik)

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 5

Page 6: Laporan Sdb14 Fix MCI

Guyton (2008), menjelaskan lebih rinci lagi tentang area asosisi ini

sebagai area yang menerima dan menganalisis sinyal-sinyal secara

bersamaan dari berbagai regio, dari korteks motorik, korteks sensorik,

maupun dari struktu-struktur subkortikol. 

Area asosiasi ini terbagi menjadi tiga area asosiasi korteks serebral,

yaitu : area asosiasi parieto-oksipital temporal, area asosiasi prefrontal,

dan area asosiasi limbik. Kali ini kita akan lebih membahas tentang

fungsi area asosiasi prefrontal. Area asosiasi prefrontal memiliki

banyak hubungan dengan area yang lain seperti talamus, hipotalamus,

sistem limbik, dan serebellum. Maka dari itu, prefrontal korteks

memiliki kaitan fungsi dengan bagian-bagian yang lainnya pada

serebrum, seperti sifat-sifat kepribadian, intelektual, inisiatif, intusi,

merencanakan masa depan, mengembangkan ide yang abstrak,

mengambil keputusan, memberi alasan, perasaan, dan respon sosial.

(Tortora, 2009)

Gambar 1. Area-area asosiasi korteks serebral

Area-area (kortikal) utama

1) Lobus frontalis

Area 4 : (Girus presentralis): korteks motorik primer (utama)

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 6

Page 7: Laporan Sdb14 Fix MCI

Area 6 : Area premotorik (lintasan motorik ekstrapiramidal).

Area 8 : Berkaitan dengan gerakan mata konjugat dan perubahan

pupil.

Area 44, 45 : Area bahasa motorik (Broca)

2) Lobus parietalis

Area 3,1 dan 2: (girus postsentralis) atau areasomatosensorik korteks

sensorik primer (utama)

3) Lobus temporalis

Area 41 : korteks auditorik (pendengaran)

Area 42 : korteks auditorik sekunder (asosiasi).

Area 22 :area bahasa perseptif (Wernicke).

Area 28 : area olfaktorik (pembau)

4) Lobus oksipitalis

Area 17 : (korteks striatum / fisura kalkarina) : korteksvisual

(penglihatan) primer.

Area 18, 19 : korteks asosiasi visual.

(Tortora, 2009).

Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga

disebut dengan nama cerebral cortex, forebrain atau otak depan.

Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan

binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir,

analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan

kemampuan visual.

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 7

Page 8: Laporan Sdb14 Fix MCI

Gambar 2. Anatomi Cerebrum

Cerebrum merupakan bagian terbesar dari otak manusia, dibagi

menjadi dua belahan yaitu hemisfer serebrum kiri dan kanan. Keduanya

dihubungkan satu sama lain oleh corpus callosum, suatu pia tebal yang

mengandung sekitar 300 juta akson saraf yang melintangi kedua

hemisfer.

Setiap hemisfer terdiri dari sebuah lapisan luar yang tipis yaitu

substansia grissea (bahan abu-abu) atau korteks serebri, menutupi

bagian tengah yang lebih tebal yaitu substansia alba (bahan putih). Jauh

di sebelah dalam substansia alba terdapat substansia grissea lain yaitu

nukleus-nukleus basal.

Korteks serebrum terorganisasi menjadi empat pasangan lobus yang

mengalami spesialisasi untuk aktivitas-aktivitas yang berlainan.

Patokan anatomis yang digunakan adalah lipatan-lipatan dalam tertentu

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 8

Page 9: Laporan Sdb14 Fix MCI

yang membagi setiap belahan korteks menjadi empat lobus utama :

lobus oksipitalis, temporalis, parietalis, dan frontalis.

(Sherwood,2011)

Kata limbik berarti batas atau pinggir. Istilah sistem limbik

digunakan secara bebas untuk sekelompok struktur yang terletak di area

perbatasan antara korteks serebri dan hipotalamus. Sebagai hasil

penelitian, saat ini diketahui sistem limbik terlibat dengan berbagai

struktur lain diluar area perbatasan untuk mengendalikan emosi,

perilaku, dan dorongan, sistem ini penting juga untuk memori.

Secara antomi struktur-struktur limbik meliputi gyrus subcallosus,

gyrus cinguli, dan gyrus parahipocampalis, formatio hipocampi,

nucleus amigdala, corpus mammilare, dan nucleus anterior thalami

millothalamicus, dan stria terminalis membentuk jaras-jaras

penghubung sistem ini.

Sistem limbic mengendalikan emosi, mengendalikanhormon,

memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar,seksualitas, pusat rasa

senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.

(Snell, 2006)

Neuroanatomi yang berhubungan dengan memori :

1) Struktur kortikal

a. Lobus frontal

Presental gyrus merupakan area motor kontralateral dari wajah,

lengan, tungkai, batang.

Area Brocca's merupakan pusat bicara motorik pada lobus

dominan.

Suplementari motor area untuk gerakan kontralateral kepala

dan lirikan mata.

Area prefrontal merupakan area untuk kepribadian dan inisiatif.

Lobulus parasental merupakan pusat kontrol inhibisi untuk

miksi dan defikasi.

b. Lobus occipital

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 9

Page 10: Laporan Sdb14 Fix MCI

Lobus ini dikenal sebagai pusat persepsi visual sistem, fungsi

utama dari lobus oksipital adalah penglihatan.

c. Lobus parietal

Berfungsi sebagai: (1) sensasi dan persepsi (2) membangun

sistem koordinat spasial untuk mewakili dunia di sekitar kita.

Serta lobus parietal memberikan kemampuan untuk memusatkan

perhatian pada rangsangan yang berbeda pada saat yang sama.

Gyrus postcentral : merupakan kortek sensoris yang menerima

jaras afferent dari posisi, raba dan gerakan pasif

Gyrus angularis dan supramarginal: hemisfer dominan

merupakan bagian area bahwa Wernic’s, dimana masukkan

auditori dan visual di integrasikan. Lobus non dominan penting

untuk konsep "body image", dan sadar akan lingkungan luar.

d. Lobus temporal

Lobus dalam korteks ini lebih erat berkaitan dengan memori dan

khususnya memori otobiografi. Berfungsi sebagai recognition

memory yang terdiri dari familitiary component dan recollective

component.

Kortek auditori terletak pada permukaan gyrus temporal

superior. Hemisfer dominan penting untuk pendengaran

bahasa, sedang hemisfer non - dominan untuk mendengar

nada, ritme dan musik.

Gyrus temporalis media & inferior berperan dalam fungsi

belajar & memori.

Lobus limbic : terletak pada bagian inferior medial lobus

temporal, termasuk hipokampus & gyrus parahipokampus.

Sensasi olfaktoris melalui jaras ini, juga emosi / sifat efektif.

Serabut olfaktori berakhir di uncus.

Jaras visual melalui bagian dalarn lobus temporal sekitar cornu

posterior ventrikel lateral

2) Struktur subkortikal

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 10

Page 11: Laporan Sdb14 Fix MCI

a. Hippocampus

Fungsi dari hippocampus:

Peta kognitif

Berfungsi untuk encoding kenangan, kerusakan pada

hippocampus dan wilayah sekitarnya dapat menyebabkan

amnesia anterograde yaitu ketidakmampuan untuk membentuk

kenangan baru. Hippocampus juga telibat dalam konsolidasi

memori yaitu proses yang lambat dimana memori diubah dari

pendek ke memori jangka panjang.

b. Cerebellum

Otak kecil berperan dalam pembelajaran memori prosedural, dan

motor belajar, seperti keterampilan yang memerlukan koordinasi

dan pengendalian motorik halus. Sebuah contoh dari suatu

keterampilan yang memerlukan memori prosedural yaitu bermain

alat musik, atau mengendarai mobil atau naik sepeda.

c. Amygdala

Fungsi dari amigdala :

1. Memori ketakutan pengkondisian

Amigdala yang terkait dengan kedua pembelajaran emosional

dan memori, karena kuat untuk menanggapi rangsangan

emosional, terutama rasa takut. Neuron ini membantu dalam

pengkodean ingatan emosional dan meningkatkan mereka.

Nukleus yang sentral dihubungkan dengan tanggapan perilaku

yang bergantung pada reaksi basolateral ketakutan. Pusat

nukleus amigdala juga terhubung dengan emosi dan perilaku

yang didorong oleh makanan dan seks.

2. Memori konsolidasi

Pengalaman emosional dan peristiwa yang agak rapuh dan

mengambil waktu untuk benar-benar ditetapkan ke dalam

memori. Ini proses yang lambat, disebut sebagai konsolidasi,

memungkinkan emosi untuk mempengaruhi cara memori

disimpan. Hal ini mungkin disebabkan oleh amigdala

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 11

Page 12: Laporan Sdb14 Fix MCI

meningkatkan aspek emosional informasi selama encoding,

menyebabkan memori untuk diproses pada tingkat yang lebih

dalam dan karenanya, lebih mungkin untuk menahan lupa.

d. Basal ganglia dan motor memori

Berhubungan dengan kognisi, seperti proses belajar, memori, dan

proses memori tak sadar, seperti keterampilan motorik dan

memori implisit.

(Snell, 2006)

Fisiologi Fungsi Luhur

Hippocampus bagian medial lobus temporalis yang memanjang dan

merupakan sistem limbik. Berperan dalam ingatan jangka pendek yang

melibatkan integrasi berbagai rangsangan terkait serta penting bagi

konsolidasi ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang.

Hippocampus dipercayai menyimpan ingatan jangka panjang baru

hanya sesaat dan kemudian memindahkannya ke bagian korteks lain

untuk penyimpanan yang lebih permanen. Hippocampus dan daerah

sekitarnya berperan sangat penting dalam ingatan deklaratif yaitu

tentang orang, tempat, benda, fakta, dan kejadian spesifik yang sering

terbentuk setelah hanya satu pengalaman dan yang dapat dikemukakan

dalam suatu pernyataan. “Saya melihat tugu Monas tahun lalu”. Ingatan

deklaratif memerlukan pemanggilan kembali secara sadar.

Hippocampus dan struktur temporalis/limbik terkait sangat penting

dalam mempertahankan ingatan tentang kejadian sehari-hari dalam

waktu memadai. Hippocampus diperlukan untuk membentuk memori

baru. Bila hippocmpus rusak maka memori lama masih dapat dipanggil

kembali. Sebaliknya, bila hippocampus utuh tetapi sebagian korteks

serebri mengalami kerusakan, memori baru masih dapat disimpan, akan

tetapi ingatan lama dapat hilang.

Serebelum berperan sebagai ingatan prosedural yang melibatkan

keterampilan motorik yang diperoleh melalui latihan berulang. Contoh

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 12

Page 13: Laporan Sdb14 Fix MCI

gerakan tarian, sedangkan korteks prafrontal sebagai tempat

penyimpanan sementara.

(Sherwood, 2011)

Fungsi Sistem luhur

1) Attention (pemusatan perhatian)

Atensi adalah kemampuan untuk berinteraksi atau memperhatikan

satu stimulus tertentu dengan mampu mengabaikan stimulus lain

yang tidak dibutuhkan. Atensi merupakan hasil hubungan antara

batang otak, aktivitas limbic dan aktifitas korteks sehingga mampu

untuk focus pada stimulus spesifik dan mengabaikan stimulus lain

yang tidak relevan. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk

mempertahankan atensi dalam periode yang lebih lama. Gangguan

atensi dan konsentrasi akan memperngaruhi fungsi kognitif lain

seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif.

2) Language (bahasa)

Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar

yang membangun kemampuan kognitif. Jika terdapat gangguan

bahasa, pemeriksaan kognitif seperti memori verbal, fungsi eksekutif

akan mengalami kesulitan atau tidak dapat dilakukan.

3) Memory (daya ingat)

Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian

informasi, proses penyimpanan serta mengingat. Semua hal yang

berpengaruh dalam ketiga proses tersebut akan mempengaruhi fungsi

memori.

4) Visuopatial (pengenalan ruang)

Kemampuan visuopasial merupakan kemampuan konstruksional

seperti menggambar atau meniru berbagai gambar (misalnya

lingkaran, kubus) dan menyusun balok-balok. Semua lobus berperan

dalam kemampuan konstruksi dan lobus parietal terutama hemisfer

kanan berperan paling dominan.

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 13

Page 14: Laporan Sdb14 Fix MCI

5) Executive function (fungsi eksekutif: fungsi perencanaan,

pengorganisasian dan pelaksanaan)

Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara

berfikir dan kemampuan pemecahan masalah. Fungsi ini dimediasi

oleh korteks prefrontal dorsolateral dan struktur subkortikal yang

berhubungan dengan daerah tersebut. Fungsi eksekutif dibagi

menjadi 4 komponen, yaitu: volition (kemauan), planning

(perencanaan), purposive action (bertujuan), effective performance

(pelaksanaan yang efektif).

(Sherwood, 2011)

c. Apa saja domain fungsi luhur yang terlibat pada kasus ini?

Jawab:

Domain fungsi luhur terdiri dari lima komponen, yaitu:

1) Attention (pemusatan perhatian)

Atensi adalah kemampuan untuk berinteraksi atau memperhatikan

satu stimulus tertentu dengan mampu mengabaikan stimulus lain

yang tidak dibutuhkan. Atensi merupakan hasil hubungan antara

batang otak, aktivitas limbic dan aktifitas korteks sehingga mampu

untuk focus pada stimulus spesifik dan mengabaikan stimulus lain

yang tidak relevan. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk

mempertahankan atensi dalam periode yang lebih lama. Gangguan

atensi dan konsentrasi akan memperngaruhi fungsi kognitif lain

seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif.

2) Language (bahasa)

Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas

dasar yang membangun kemampuan kognitif. Jika terdapat

gangguan bahasa, pemeriksaan kognitif seperti memori verbal,

fungsi eksekutif akan mengalami kesulitan atau tidak dapat

dilakukan.

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 14

Page 15: Laporan Sdb14 Fix MCI

3) Memory (daya ingat)

Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian

informasi, proses penyimpanan serta mengingat. Semua hal yang

berpengaruh dalam ketiga proses tersebut akan mempengaruhi

fungsi memori.

4) Visuopatial (pengenalan ruang)

Kemampuan visuopasial merupakan kemampuan konstruksional

seperti menggambar atau meniru berbagai gambar (misalnya

lingkaran, kubus) dan menyusun balok-balok.Semua lobus

berperan dalam kemampuan konstruksi dan lobus parietal terutama

hemisfer kanan berperan paling dominan.

5) Executive function (fungsi eksekutif: fungsi perencanaan, peng-

organisasian dan pelaksanaan)

Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara

berfikir dan kemampuan pemecahan masalah. Fungsi ini dimediasi

oleh korteks prefrontal dorsolateral dan struktur subkortikal yang

berhubungan dengan daerah tersebut. Fungsi eksekutif dibagi

menjadi 4 komponen, yaitu : volition (kemauan), planning

(perencanaan), purposive action (bertujuan), effective performance

(pelaksanaan yang efektif). Bila terjadi gangguan fungsi eksekutif,

maka gejala yang muncul sesuai dengan komponen di atas.

(Arni, 2010)

Domain fungsi luhur yang terganggu pada kasus ini adalah memori.

Gangguan memori sering merupakan gejala yang pertama timbul pada

demensia dini. Pada tahap awal yang terganggu adalah memori

barunya, yakni cepat lupa apa yang baru saja dikerjakan. Namun lambat

laun memori lama juga dapat terganggu.

(Hartono B, 2002).

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 15

Page 16: Laporan Sdb14 Fix MCI

d. Apa saja kemungkinan penyakit dengan karakteristik sering lupa?

Jawab:

Kemungkinan penyakit dengan karakteristik sering lupa adalah sebagai

berikut.

a) Forgetfullness (mudah lupa)

Mudah lupa masih dianggap normal dan gangguan ini sering

dialami subyek usia lanjut. Frekuensinya meningkat sesuai

peningkatan umur. Lebih kurang 39% pada umur 50-60 tahun dan

angka ini menjadi 85% pada umur di atas 80 tahun. Manifestasi

klinis dari forgetfullness adalah:

a. Proses berfikir melambat kurang menggunakan strategi memori

yang tepat

b. Kesulitan memusatkan perhatian; mudah beralih pada hal yang

kurang perlu

c. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk belajar sesuatu yang

baru

d. Memerlukan lebih banyak petunjuk/isyarat (clue) untuk

mengingat kembali (Kusumoputro, 2003).

Diagnosis harus memenuhi kriteria :

a. Mudah lupa nama benda, nama orang

b. Memanggil kembali memori (recall) terganggu

c. Mengingat kembali memori (retrieval) terganggu

d. Bila diberi petunjuk (cue) bisa mengenal kembali terganggu

e. Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk dari pada

menyebutkan namanya (Kusumoputro, 2003).

b) MCI (Mild Cognitive Impairment)

Mild Cognitive Impairment (MCI) merupakan stadium gangguan

kognitif yang melebihi perubahan normal yang terkait dengan

penambahan usia, akan tetapi aktivitas fungsional masih normal

dan belum memenuhi kriteria demensia. Mild Cognitive

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 16

Page 17: Laporan Sdb14 Fix MCI

Impairment merupakan suatu keadaan transisi antara kognisi pada

proses penuaan yang normal dengan demensia ringan.

Terdapat beberapa subtipe dari MCI. Salah satu klasifikasi yang

umum membedakan MCI menjadi bentuk amnestik dan non-

amnestik. Bentuk amnestik, dimana gangguan memori dominan,

sering menjadi prekursor penyakit Alzheimer. Berbagai jenis

gangguan kognitif dapat terjadi dalam MCI bentuk non-amnestik,

dimana fungsi luhur yang paling sering terganggu. Bentuk non-

amnestik tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit

serebrovaskuler atau mungkin menjadi prekursor dari demensia

frontotemporal (Anderson, 2010)

Diagnosis MCI dapat dibagi atas 4 subtipe klinis.

1. Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan memori

dengan tidak adanya gangguan dari area fungsi kognitif yang

lain seperti atensi, orientasi, bahasa dan visuospatial.

2. Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan memori

ditambah satu atau lebih gangguan dari area fungsi kognitif

yang lainnya.

3. Non Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan pada

satu area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari area

fungsi memori.

4. Non Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan pada

dua atau lebih area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari

area fungsi memori.

Kemungkinan keluarga dan teman-teman akan menjumpai tanda-

tanda sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan yang sama berulang-ulang

b. Menceritakan, cerita yang sama atau memberikan informasi

berulang kali

c. Kurang inisiatif pada awal atau menyelesaikan aktivitas

d. Kesulitan dalam membayar pajak

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 17

Page 18: Laporan Sdb14 Fix MCI

e. Pada waktu melakukan percakapan dan aktivitas kurang

bermanfaat

f. Tidak mampu untuk mengikuti tugas yang rumit MCI sulit

untuk bisa langsung mendiagnosis karena :

g. Tidak ada spesifik test yang dapat digunakan untuk

mendiagnosa MCI

h. Tanda dan Gejala klinis sering tidak seluruhnya dimiliki oleh

pasien

i. Penurunan fungsi memori seringkali timbul secara bertahap

j. Beberapa penyakit lain dapat menimbulkan gejala dan tanda

klinis yang serupa (Poerwadi, 2005).

Diagnosis MCI dapat dibuat dengan kriteria menurut the Quality

Standards Subcommittee of the American Academy of Neurology

sebagai berikut.

1) Keluhan memori, terutama disampaikan oleh orang lain

2) Gangguan memori obyektif

3) Fungsi kognitif umum normal

4) Aktivitas kehidupan sehari-hari intak

5) Tidak ada demensia (Poerwadi, 2005).

c) Demensia

Demensia adalah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala

gangguan daya kognitif global yang tidak disertai gangguan derajat

kesadaran, namun bergandengan dengan perubahan tabiat yang

dapat berkembang secara mendadak atau sedikit demi sedikit pada

tiap orang dari semua golongan usia. (Budi, 2011 dan Mardjono

dkk, 2009).

Demensia pada dasarnya adalah penyakit kaum lansia. Menurut

practice guideline for the treatment of patients with alzheimer’s

disease and other dementians of late life dari The Americans

Psychiatric Association (APA), awitan penyakit ini umumnya

kerap terjadi pada usia 60-an, 70-an,dan 80-an keatas. Namun pada

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 18

Page 19: Laporan Sdb14 Fix MCI

kasus yang jarang gangguan ini muncul pada usia 40-an dan 50-an

(disebut sebagai demensia awitan dini) (Sadock, 2010).

Diagnosis demensia ditegakkan melalui dua tahap, pertama

menegakkan diagnosis demensia, kedua mencari proses vaskular

yang mendasari. Pedoman diagnostik demensia menurut DSM–IV

menggunakan kriteria:

a. Adanya defisit kognitif multipleks yang dicirikan oleh

gangguan memori dan satu atau lebih dari gangguan kognitif

berikut ini:

b. Afasia (gangguan berbahasa)

c. Apraksia (gangguan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas

motorik, sementara fungsi motorik normal)

d. Agnosia (tidak dapat mengenal atau mengidentifikasikan

benda walaupaun fungsi sensoriknya normal)

e. Gangguan dalam fungsi eksekutif (merancang,

mengorganisasikan, daya abstraksi, membuat urutan).

f. Defisit kognitif pada kriteria yang menyebabkan gangguan

fungsi sosial dan okupasional yang jelas.

g. Tanda dan gejala neurologik fokal (refleks fisiologik

meningkat, refleks patologik positif, paralisis pseudobulbar,

gangguan langkah, kelumpuhan anggota gerak) atau bukti

laboratorium dan radiologik yang membuktikan adanya

gangguan peredaran darah otak (GPDO), misal infark

multipleks yang melibatkan korteks dan subkorteks, yang

dapat menjelaskan kaitannya dengan munculnya gangguan.

h. Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium.

(Hadisukanto,2010)

Pedoman diagnostic demensia adalah sebagai berikut.

a. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang

sampai mengganggu kegiatan harian seseorang (Personal

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 19

Page 20: Laporan Sdb14 Fix MCI

Activities of Daily Living) seperti: mandi, berpakaian, makan,

keersihan diri, buang air besar, dan kecil)

b. Tidak ada gangguan kesadaran (Clear Consciousness)

c. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.

d) Subacute amnestic-confusional syndromePada “sub-acute amnestic-confusional syndrome” terdapat juga

gangguan kognitif global, tetapi timbulnya secara berangsur-angsur

dan berlangsung kontinu selama beberapa minggu bahkan bulan

dan tahun. Penderita dengan “sub-acute amnestic-confusional

syndrome” tampak sadar, akan tetapi lupa akan kejadian-kejadian

sebelum ia sakit. Kesadaran akan siapa yang berhadapan dengan

dia (orientasi perorangan), kesadaran akan waktu (orientasi

temporal) dan akan tempat (orientasi spasial) semuanya terganggu.

Dengan kata lain, penderita dengan “sub-acute amnestic-

confusional syndrome” tidak tahu nama atau profesi orang yang

bercakap dengannya. Ia lupa dan tidak mempunyai penafsiran akan

tempat ia tinggal dan jam ketika ia ditanya. Sebelumnya ia normal

dan cerdas, sehingga kemunduran fungsi luhur itu sangat menonjol.

Tetapi lama-kelamaan, gangguan fungsi luhur yang tercakup dalam

“sub-acute amnestic-confusional syndrome” bisa disembuhkan dan

kecerdasan dapat pulih kembali. Maka “sub-acute amnestic-

confusional syndrome”dinamakan juga “reversibel dementia”. .

(Mardjono dkk,2009).

Gambaran esensial gangguan amnesik adalah terganggunya

kemampuan mempelajari dan mengingat informasi baru secara

didapat, disertai ketidakmampuan mengingat pengetahuan yang

telah dipelajari sebelumnya atau peristiwa masa lalu. Gangguan

semacam ini bila sudah berat dapat mempengaruhi fungsi personal,

social dan okupasional. Diagnosis gangguan amnesik tidak

ditegakkan apabila hendaya memori terjadi karena menurunnya

kemampuan mempertahankan dan mengalihkan atensi, seperti yang

dijumpai pada delirium, atau terkait problem fungsional yang

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 20

Page 21: Laporan Sdb14 Fix MCI

signifikan akibat terganggunya kemampuan intelektual multiple,

seperti pada demensia.

Amnesia paling sering ditemukan pada gangguan akibat

penggunaan alkohol dan trauma kepala.

Awitan gejala dapat mendadak, seperti pada trauma, peristiwa

serebrovaskular dan cedera kimiawi neurotoksik atau bertahap,

seperti pada defisiensi gizi dan tumor serebri. Amnesia dapat

berdurasi pendek (digolongkan sementara oleh DSM-IV-TR bila

berlangsung selama 1 bulan atau kurang) atau durasi panjang

(digolongkan persisten oleh DSM-IV-TR bila berlangsung selama

lebih dari 1 bulan). (Sadock,2010)

e. Apa makna Tn. Joko sering lupa dengan apa yang baru diucapkan sejak

3 bulan yang lalu dan sering menanyakan kembali apa yang baru saja

ditanyakannya?

Jawab:

Sering lupa dengan apa yang diucapkan dan sering bertanya berulang-

ulang merupakan pertanda bahwa telah terjadi gangguan pada salah satu

domain fungsi luhur yaitu memori.

A) Berdasarkan jenis materi yang diingat, memori dibagi atas:

1. Memori prosedural

Disebut juga memori implisit. Merupakan bentuk memori yang tidak

dapat dinyatakan atau dibawa ke fikiran melalui penglihatan. Bentuk

memori ini lebih menekankan pada kemahiran dan recall keahlian

kognitif dan motorik setelah suatu prosedur khusus (misal belajar

berjalan, mengendarai sepeda, atau mobil). Daerah yang berperan

adalah neostriatum, serebellum dan korteks sensorimotor.

2. Memori deklaratif

Disebut juga memori eksplisit. Berupa pengetahuan yang dapat

dinyatakan dan dibawa ke dalam fikiran selama penglihatan sadar,

seperti fakta- fakta, kata, nama dan wajah seseorang, yang dapat

dipanggil kembali dari memori, ditempatkan dalam fikiran, dan

dilaporkan. Jenis memori ini sangat erat kaitannya dengan fungsi

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 21

Page 22: Laporan Sdb14 Fix MCI

hipokampus dan struktur lobus temporal mesial lainnya. Terbagi

menjadi memori episodik dan memori semantik. Memori episodik

menunjuk kepada kejadian khusus atau pengalaman seseorang,

misalnya menghadiri acara pernikahan teman dekat. Memori

semantik menunjuk kepada proses belajar dan recall faktafakta dan

pengetahuan umum.

(Kempler, 2005; Tranel dkk, 2009).

B) Berdasarkan modalitas materi yang diingat, terdiri dari:

1. Memori verbal

Berkenaan dengan proses belajar dan recall informasi yang didapat

dari bahasa.

2. Memori non verbal

Berhubungan dengan proses belajar dan recall informasi visual,

melodi, sensasi sentuh dan bau.

(Kempler, 2005; Tranel dkk, 2009).

C) Berdasarkan jangka waktu materi diingat, dibagi menjadi:

1. Immediate memory

Istilah yang digunakan bila memori dipanggil kembali setelah jangka

waktu beberapa detik. Disebut juga immediate recall. Immediate

memory sangat bergantung pada atensi dan konsentrasi. Contoh

memori ini adalah mengingat nama baru yang baru saja didengar.

Daerah yang berperan adalah daerah asosiasi neokorteks dan

prefrontal.

2. Recent Memory

Berkaitan dengan recall memori setelah beberapa menit, jam atau

hari. Memori ini ditingkatkan dengan proses belajar dan

pengulangan. Beberapa peneliti telah menemukan adanya perubahan

pada sinaps, yang disebut dengan long term synaptic potentiation

yang dapat menjelaskan keadaan ini. Contoh dari memori ini adalah

mempelajari materi baru dan memanggil materi itu setelah beberapa

menit, jam, atau hari. Daerah yang berperan adalah lobus temporal

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 22

Page 23: Laporan Sdb14 Fix MCI

medial (hipokampus, amigdala) dan diencephalon (nucleus

dorsomedial thalamus dan corpus mamilare dari hipotalamus).

3. Remote Memory

Merunjuk kepada recall kejadian yang telah terjadi bertahuntahun

sebelumnya, misalnya mengingat nama- nama guru, dan teman-

teman sekolah yang lama, tanggal lahir, dan fakta sejarah. Pada

pasien yang mengalami gangguan pada recent memory, remote

memory menunjuk kepada recall kejadian- kejadian sebelum onset

terjadinya gangguan recent memory. Struktur otak yang terlibat

dalam remote memory adalah korteks asosiasi kanan dan kiri.

(Kempler, 2005).

Dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari klasifikasi memori

berdasarkan jangka waktu, keluhan Tn. Joko yakni sering lupa dengan

apa yang baru diucapkan merupakan gejala dari terdapatnya gangguan

recent memory yang berkaitan dengan recall memori setelah beberapa

menit, jam atau hari.

f. Bagaimana patofisiologi dari keluhan utama?

Jawab:

Degeneratif pembuluh darah cenderung lebih kaku dan kurang

elastis menurunnya daya regang pembuluh darah penurunan

perfusi oksigen ke otak atrofi di jaringan otak atrofi di lobus

temporal gangguan memori.

Penurunan sintesis dan pelepasan neurotransmitter kolinergik

(menurunnya Asetilkolin) gangguan komunikasi di post sinaps

gangguan memori.

(Sadock, 2010)

2. Aktivitas sehari-hari masih bisa mengerjakan sendiri. Pasien juga

mengenali anggota keluarganya. Riwayat hipertensi dan DM tidak ada.

a. Apa makna pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari sendiri

dan masih bisa mengenali anggota keluarganya?

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 23

Page 24: Laporan Sdb14 Fix MCI

Jawab:

Makna Tn. Joko masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari sendiri

menunjukkan bahwa Activity of Daily Living masih baik, dimana pasien

tidak tergantung orang lain untuk melakukan aktivitas kesehariannya

seperti kebersihan diri, mandi, berpakaian, makan, buang air kecil dan

air besar dan berpindah posisi.

Sedangkan pasien masih mengenali anggota keluarganya

menunjukkan bahwa tidak terjadi gangguan pada remote memory.

Tidak adanya gangguan pada aktivitas sehari-hari dan remote

memory juga merupakan petunjuk bahwa Tn. Joko belum memasuki

fase demensia. Hal ini semakin menguatkan dugaan bahwa gangguan

kognitif yang dialami Tn. Joko adalah MCI / Mild Cognitive

Impairment.

(Petersen, 2003)

b. Bagaimana cara menilai aktivitas sehari-hari (Activity of Daily Living)?

Jawab:

Kemampuan dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas

sehari-hari dapat diukur dengan menggunakan indeks Barthel. Indeks

Barthel adalah suatu alat yang cukup sederhana untuk menilai

perawatan diri, dan mengukur harian seseorang berfungsi secara khusus

dalam aktivitas sehari-hari dan mobilitas. Menurut penelitian Agung

(2006), Aktivitas Hidup Sehari-hari Barthel merupakan instrumen ukur

yang andal dan shahih serta dapat digunakan untuk mengukur status

fungsional dasar usia lanjut di Indonesia.

Berdasarkan Indeks Aktivitas Hidup Sehari-hari (Activity Daily

Living) Barthel, tingkat ketergantungan klien terdiri dari mandiri,

ketergantungan ringan, ketergantungan sedang, ketergantungan berat,

dan ketergantungan total. Indeks Barthel terdiri dari sepuluh aktivitas

yaitu meliputi pengendalian rangsang BAB, BAK, membersihkan diri

(sikat gigi, memasang gigi palsu, sisir rambut, bercukur, cuci muka),

penggunaan jamban/toilet, masuk dan keluar WC (melepas, memakai

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 24

Page 25: Laporan Sdb14 Fix MCI

celana, membersihkan/menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi

dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/berjalan, memakai

baju, naik turun tangga dan mandi. Penilaian indeks Barthel

berdasarkan pada pengamatan, wawancara penilai terhadap aktivitas

yang benar-benar dikerjakan oleh responden. Kemudian nilai dari setiap

item akan di jumlahkan untuk mendapatkan skor total dengan skor

maksimum adalah 20.

(Agung, 2006).

Tabel 1. Instrumen Pengkajian Aktivitas Hidup Sehari-hari

dengan Indeks Barthel

No. Aktivitas Kemampuan Skor

1. Mengendalikan

rangsang buang air

besar (BAB)

Tidak terkendali / tidak

teratur

0

Kadang kala tidak terkendali 1

Terkendali teratur 2

2. Mengendalikan

rangsang buang air

kecil (BAK)

Tidak terkendali 0

Kadang kala tidak terkendali 1

Terkendali teratur 2

3. Membersihkan diri

(menyikat gigi,

memasang gigi palsu,

menyisir rambut,

bercukur, cuci muka)

Membutuhkan bantuan orang

lain

0

Mandiri 1

4. Penggunaan jamban /

toilet, masuk dan keluar

wc (melepas, memakai

celana,

membersihkan/menyek

a, menyiram)

Tergantung pertolongan

orang lain

0

Perlu bantuan pada beberapa

aktivitas

1

Mandiri 2

5. Makan Tidak mampu 0

Perlu dibantu memotong 1

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 25

Page 26: Laporan Sdb14 Fix MCI

makanan

Mandiri 2

6. Berpindah posisi dari

tempat tidur ke kursi

dan sebaliknya

Tidak mampu 0

Perlu banyak bantuan untuk

bisa duduk

1

Perlu sedikit bantuan saja 2

Mandiri 3

7. Mobilitas / berjalan Tidak mampu (imobilitas) 0

Bisa pindah / mobilitas

dengan kursi roda

1

Berjalan dengan bantuan 1

orang

2

Mandiri 3

8. Memakai baju/

berpakaian

Tergantung bantuan orang

lain

0

Sebagian dibantu orang lain

(misal mengancing baju,

resleting)

1

Mandiri 2

9. Naik turun tangga Tidak mampu 0

Butuh bantuan orang lain 1

Mandiri 2

10. Mandi Tergantung orang lain 0

Mandiri 1

Interpretasi Nilai Aktivitas Hidup Sehari-hari :

20 : Mandiri

12– 19 : Ketergantungan Ringan

9– 11 : Ketergantungan Sedang

5– 8 : Ketergantungan Berat

0– 4 : Ketergantungan Total

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 26

Page 27: Laporan Sdb14 Fix MCI

c. Apa makna riwayat hipertensi dan DM tidak ada?

Jawab:

Makna riwayat hipertensi dan DM tidak ada menunjukkan bahwa pada

Tn. Joko tidak terdapat faktor resiko untuk mengalami gangguan

kognitif karena penyakit vaskular seperti yang biasa ditemukan pada

demensia vaskuler.

(Abadi, 2013)

3. Pemeriksaan Fisik

GCS: 15, TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, T: 36,7oc

Keadaan Spesifik

Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher: tidak ada pembesaran KGB

Thorax: simetris, retraksi tidak ada.

Jantung : iktus kordis tidak tampak, bunyi jantung normal, bising

jantung tidak ada, HR 80 x/menit reguler

Paru : Stem fremitus normal, suara nafas vesikuler normal.

Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal.

Ekstremitas: dalam batas normal.

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik dan keadaan spesifik?

Jawab:

Pemeriksaan Fisik

& Keadaan

Spesifik

Tn. JokoBatasan nilai

normalInterpretasi

GCS 15 15 Normal

Tanda Vital

TD

Nadi

Suhu

120/80 mmHg

80 x/menit

36,7oc

120/80 mmHg

60-100 x/menit

36,5 – 37,2 oc

Normal

Normal

Normal

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 27

Page 28: Laporan Sdb14 Fix MCI

Keadaan Spesifik

Kepala

Leher

Thorax

Jantung

Paru

Konjungtiva tidak

anemis

Sklera tidak ikterik

Tidak ada pembesar-

an KGB

Simetris

Retraksi tidak ada

Iktus kordis tidak

tampak

Bunyi jantung

normal

Bising jantung

tidak ada

HR 80 x/menit,

regular

Stem fremitus

normal

Suara nafas

vesikuler normal

Konjungtiva tidak

anemis

Sklera tidak ikterik

Tidak ada pembesar-

an KGB

Simetris

Retraksi tidak ada

Iktus kordis tidak

tampak

Bunyi jantung

normal

Bising jantung

tidak ada

HR 80 x/menit,

regular

Stem fremitus

normal

Suara nafas

vesikuler normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Abdomen Datar

Lemas

Nyeri tekan (-)

Bising usus normal

Datar

Lemas

Nyeri tekan (-)

Bising usus normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Ekstremitas Dalam batas normal Dalam batas normal Normal

(Price, 2012)

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 28

Page 29: Laporan Sdb14 Fix MCI

b. Apa makna hasil pemeriksaan fisik dan keadaan spesifik?

Jawab:

Pada pemeriksaan fisik dan keadaan spesifik tidak ditemukan keadaan

yang abormal (patologik) sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada

gangguan organik yang terjadi pada Tn. Joko.

4. Pemeriksaan Laboratorium

Kolestrol total: 160 mg%, LDL: 80 mg%, HDL: 40 mg%, Trigliserida:

110 mg%

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?

Jawab:

Pemeriksaan

LaboratoriumTn. Joko

Batasan nilai

normalInterpretasi

Kolestrol total

LDL

HDL

Trigliserida

160 mg%

80 mg%

40 mg%

110 mg%

< 200 mg%

< 150 mg%

40 - 60 mg%

< 150 mg%

Normal

Normal

Normal

Normal

(Sudoyo, 2009)

b. Apa makna hasil pemeriksaan laboratorium?

Jawab:

Pada temuan laboratorium tidak ditemukan keadaan yang abnormal

(patologik). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor resiko

terhadap timbulnya gangguan kognitif yang disebabkan atau berkaitan

dengan penyakit vaskuler.

Berbagai penelitian mencoba untuk mendapatkan faktor resiko yang

dapat memudahkan seseorang dapat mengalami penurunan fungsi

kognitif baik yang ringan maupun yang berat. Secara garis besar faktor

resiko tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor resiko yang tidak

dapat dimodifikasi dan faktor resiko yang dapat di modifikasi.

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 29

Page 30: Laporan Sdb14 Fix MCI

Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi :

1. Umur/usia lanjut

2. Jenis kelamin (belum dapat dikonfirmasi)

3. Genetik

Faktor resiko yang dapat dimodifikasi :

1. Hipertensi

2. Diabetes melitus

3. Dislipidemia

5. Lain-lain (merokok, obesitas, konsumsi alkhohol)

(Golomb, 2001)

6. Hasil Neuropsikiatrik Test

MMSE: 23, MoCA-INA: 24

Rontgen thorax: kesan CTR < 50%, CT scan kepala: atrofi lobus fronto-

temporal.

a. Bagaimana interpretasi dari hasil neuropsikiatrik test?

Jawab:

Neuropsikiatrik

TestTn. Joko

Batasan nilai

normalInterpretasi

MMSE

MoCA-INA

Rontgen

thorax

CT Scan

kepala

23

24

Kesan CTR <

50%

Atrofi lobus

frontotemporal

Lihat tabel 2

Lihat tabel 3

CTR < 50%

Tidak ada

atrofi lobus

frontotemporal

Abnormal (gangguan

kognitif ringan)

Abnormal (penurunan

kognisi ringan)

Normal

Abnormal

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 30

Page 31: Laporan Sdb14 Fix MCI

Tabel 2. Interpretasi pemeriksaan MMSE

Metode Skor Interpretasi Penilaian cepat < 24 Abnormal Range < 21 Increased odds of

dementia< 25 Decreased odds of

dementiaPendidikan 21 Abnormal untuk tingkat

pendidikan SMP ke bawah

< 23 Abnormal untuk tingkat pendidikan SMA

< 24 Abnormal untuk tingkat pendidikan tinggi (D3/S1/S2/S3)

Tingkat keparahan 24-30 Tidak ada gangguan kognitif

18-23 Gangguan kognitif ringan

0-17 Gangguan kognitif berat

Tabel 3. Interpretasi pemeriksaan MoCA-INA.

Kategori fungsi kognitif Skor MoCA-Ina

Kognisi normal Skor 27-30

Penurunan Kognisi ringan Skor 21-26

Penurunan kognisi sedang Skor 10-20

Penurunan kognisi berat Skor < 10

b. Bagaimana cara pemeriksaan MMSE dan MoCA-INA?

Jawab:

1) Mini Mental Status Examination (MMSE)

Mini Mental Status Examination (MMSE) merupakan suatu skala

terstruktur yang terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi 7

kategori: orientasi terhadap tempat (negara, provinsi, kota, gedung dan

lantai), orientasi terhadap waktu (tahun, musim, bulan, hari dan

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 31

Page 32: Laporan Sdb14 Fix MCI

tanggal), registrasi (mengulang dengan cepat 3 kata), atensi dan

konsentrasi (secara berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka 100,

atau mengeja kata WAHYU secara terbalik), mengingat kembali

(mengingat kembali 3 kata yang telah diulang sebelumnya), bahasa

(memberi nama 2 benda, mengulang kalimat, membaca dengan keras

dan memahami suatu kalimat, menulis kalimat dan mengikuti perintah

3 langkah), dan kontruksi visual (menyalin gambar).

Skor MMSE diberikan berdasarkan jumlah item yang benar

sempurna; skor yang makin rendah mengindikasikan gangguan kognitif

yang makin parah. Skor total berkisar antara 0-30, skor 27-30

menggambarkan kemampuan kognitif sempurna. Skor MMSE 22-26

dicurigai mempunyai kerusakan fungsi kognitif ringan. Selanjutnya

untuk skor MMSE ≤ 21 terdapat kerusakan aspek fungsi kognitif berat

dan nilai yang rendah ini mengidentifikasikan resiko untuk demensia.

MMSE dikelompokkan menjadi:

a. Orientasi tempat dan waktu

Orientasi merupakan kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar

dengan pengalaman lampau. Orientasi terhadap waktu dan tempat

dapat dianggap sebagai ukuran memori jangka pendek, yaitu

kemampuan responden memantau perubahan sekitar yang kontinyu.

Hal tersebut menandakan bahwa Ny. M dan Ny. R telah mengalami

gangguan memori jangka pendek terkait orientasi waktu (Potter,

2006).

b. Atensi

Atensi merupakan kemampuan untuk memusatkan perhatian pada

masalah yang dihadapi. Atensi seseorang dapat dinilai dengan tes

mengulangi angka atau benda.

c. Kalkulasi

Pengenalan dan “manipulasi intelektual” simbol matematik

dipengaruhi oleh integritas girus angularis di hemisfer yang

dominan. Kemampuan ini dapat dinilai dengan meminta pasien

berhitung sederhana. Kemampuan berhitung dipengaruhi juga oleh

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 32

Page 33: Laporan Sdb14 Fix MCI

pendidikan dan pekerjaan. Kesulitan dalam berhitung, mengurangi

dan menambah sederhana disebut diskalkulia. Gagal memanfaatkan

simbol matematik disebut akalkulia. (Potter, 2006)

d. Recall (mengulang kembali)

Termasuk dalam kemampuan memori baru jangka pendek. Memori

baru mengacu kepada kemampuan pasien untuk mengingat kejadian

yang baru terjadi dan memanggil kembali memori tersebut setelah

interval beberapa menit, jam, atau hari. Jadi Ny. M mengalami

gangguan memori jangka pendek terkait dalam hal mengingat

kembali (recall) (Potter, 2006).

e. Bahasa

Bahasa merupakan instrumen dasar bagi komunikasi pada manusia,

dan merupakan dasar dan tulang punggung bagi kemampuan

kognitif. Afasia adalah kesulitan dalam memahami dan atau

memproduksi bahasa yang disebabkan oleh gangguan pada hemisfer

otak (area Broca atau Wernicke). Dalam kemampuan berbahasa

tercakup berbagai kemampuan, yaitu:

- Bicara lancar

Seseorang disebut berbicara lancar bila bicaranya spontan tanpat

tertegun untuk mencari kata yang diinginkan.

- Komprehensi (pemahaman)

Kemampuan komprehensi dapat diperiksa dengan metode

konservasi (mengajak pasien bercakap-cakap), metode suruhan

(menyuruh pasien melakukan sesuatu dari yang sederhana hingga

yang sulit), metode pilihan (memberi pasien pertanyaan dengan

jawaban YA dan TIDAK), serta metode menunjuk (menyuruh

pasien untuk menunjuk sesuatu yang diperintahkan).

- Menamai (Naming)

Kesulitan menemukan kata erat kaitannya dengan kemampuan

menyebut nama dan hal ini disebut anomia.

- Repetisi (mengulang)

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 33

Page 34: Laporan Sdb14 Fix MCI

Kemampuan mengulang dinilai dengan meminta pasien

mengulang mula-mula kata yang sederhana kemudian

ditingkatkan menjadi banyak kata. Orang normal umumnya

mampu mengulang kalimat yang mengandung 19 suku kata.

Umumnya dapat dikatakan bahwa pasien afasia dengan gangguan

kemampuan mengulang mempunyai kelainan patologis yang

melibatkan daerah peri-Sylvian.

- Membaca dan menulis

Membaca dan menulis harus dinilai pula setelah evaluasi bahasa

lisan. Selain itu perlu diperiksa sisi otak mana yang dominan

dengan melihat penggunaan tangan saat menulis (kidal atau

tidak). Pasien yang afasia selalu mengalami agrafia (gangguan

bahasa yang dinyatakan dalam penulisan) dan alexia (kehilangan

kemampuan membaca, yang sebelumnya dimiliki) (Potter, 2006).

f. Konstruksi visual

Kemampuan konstruksi (praksis konstruksional) merupakan

kemampuan untuk menggambar atau membangun gambar atau

bentuk 2 atau 3 dimensi. Fungsi kognitif non-verbal tingkat tinggi ini

merupakan tugas motorik perceptual yang kompleks yang

melibatkan integrasi fungsi lobus oksipital, parietal, dan frontal

(Poerwandari, 2005).

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 34

Page 35: Laporan Sdb14 Fix MCI

Tabel 4. Mini Mental Status Examination (MMSE)

Item Tes Nilai maksimal

Nilai

ORIENTASI

1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa?

5 ---

2. Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar)

5 ---

REGISTRASI

3. Sebutkan 3 buah nama benda ( Apel, Meja, Koin), tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan

3 ---

ATENSI DAN KALKULASI

4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “ WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)

5 ---

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5. Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas

3 ---

BAHASA

6. Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan ( pensil, buku)

2 ---

7. Pasien disuruh mengulang kata-kata:” namun”, “ tanpa”, “ bila”

1 ---

8. Pasien disuruh melakukan perintah: “ Ambil kertas ini dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”.

3 ---

9. Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkanlah mata anda”

1 ---

10. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1 ---

11. Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini

1 ---

Total 30 ---

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 35

Page 36: Laporan Sdb14 Fix MCI

Interpretasi hasil:

Metode Skor Interpretasi Penilaian cepat < 24 Abnormal Range < 21 Increased odds of

dementia< 25 Decreased odds of

dementiaPendidikan 21 Abnormal untuk tingkat

pendidikan SMP ke bawah

< 23 Abnormal untuk tingkat pendidikan SMA

< 24 Abnormal untuk tingkat pendidikan tinggi (D3/S1/S2/S3)

Tingkat keparahan 24-30 Tidak ada gangguan kognitif

18-23 Gangguan kognitif ringan

0-17 Gangguan kognitif berat

2) Montreal Cognitive Assessment (MoCA)

Salah satu tes skrining gangguan fungsi kognitif adalah dengan

menggunakan Montreal Cognitive Assesment (MoCA) yang mulai

dikembangkan pada awal tahun 2000. Tes MoCA dapat menilai

fungsi berbagai domain dalamwaktu sekitar 10 menit.

Untuk mendeteksi penderita Mild Cognitive Impairment (MCI)

dan Early Alzheimer’s diseasedengan mengunakan tes MoCA dan

MMSE (Mini Mental State Examination). Dari penelitian tersebut

dengan mengunakan nilai cutt of point 26 didapatkan hasil untuk

mendeteksi MCI dengan MoCA mempunyai sensitivitas90% dan

spesifisitas 87% dengan subjek 94 orang, sedangkan MMSE

mempunyai sensitivitas 18% dan spesifisitas 100%. Pada tes MoCA

jika subjek mendapat nilai 26 maka dianggap normal.

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 36

Page 37: Laporan Sdb14 Fix MCI

MoCA terdiri dari 30 poin yang dapat dikerjakan kurang lebih

selama 10 menit dan menilai beberapa domain kognitif.

1. Memori: menyebutkan 5 kata benda (5poin) dan menyebutkan

kembali setelah 5 menit (5 poin).

2. Visuospasial: dinilai dengan clock drawing task (3 poin) dan

mengambar kubus tiga dimensi (1 poin).

3. Fungsi eksekutif: dinilai dengan trail-making B(1 poin), phonemic

fluencytask (1 poin), dan two item verbal abstraction (2 poin).

4. Atensi: penilaian kewaspadaan (1 poin), pengurangan berurutan

(3 poin), digits forward and backward (1 poin masing-masing).

5. Bahasa: menyebut 3 nama binatang (singa, unta, badak; 3 poin),

mengulang dua kalimat (2 poin) dan kelancaran berbahasa (1

poin).

Total skor : jumlahkan semua skor sesuai daftar yang ada di sebelah

kanan. Tambahkan 1 poin untuk individu yang memiliki riwayat

pendidikan sampai berumur 12 tahun, poin maksimal berjumlah 30.

Interpretasi hasil:

Kategori fungsi kognitif Skor MoCA-Ina

Kognisi normal Skor 27-30

Penurunan Kognisi ringan Skor 21-26

Penurunan kognisi sedang Skor 10-20

Penurunan kognisi berat Skor < 10

(Poerwandari, 2005)

c. Apa kemungkinan penyebab dari atrofi lobus fronto-temporal?

Jawab:

Perubahan fisik yang terjadi pada otak yang mengalami proses

penuaan berpengaruh terhadap penurunan fungsi kognitif (MCI).

Sebagai contoh, jumlah impuls saraf dan sel-sel saraf menurun sesuai

dengan usia. Selain itu, kadar neurotransmiter seperti serotonin dan

asetilkolin, transmiter utama untuk memori dan belajar, kadarnya

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 37

Page 38: Laporan Sdb14 Fix MCI

menurun. Penurunan kadar asetilkolin ini sudah diketahui sejak 3

dekade yang lalu, menimbulkan teori bahwa penurunan kadar

asetilkolin diikuti dengan penurunan kognitif.

Aliran darah ke otak juga merupakan faktor penting bagi kesehatan

otak. Darah memberikan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk

melakukan fungsi normal. Sayangnya, selama penuaan, aliran darah ke

otak menurun + 20 %. Penurunan aliran darah akibat proses penuaan

dan penyakit-penyakit yang terkait dapat menyebabkan kerusakan sel

saraf otak, yang pada akhirnya berakibat penurunan fungsi kognitif.

(Kusumoputro, 2003)

Selain itu, adapun kaeadaan-keadaan lain yang berpengaruh terhadap

terjadinya atrofi fronto-temporal adalah sebagai berikut.

Inflamasi

Seseorang yang mengalami sindroma metabolik disertai dengan

tingkat inflamasi yang tinggi secara bersamaan akan berpotensi

untuk mengalami gangguan kognitif lebih besar daripada yang tidak

mengalami keduanya. Hal ini berkaitan dengan peningkatan

progresivitas atrofi lobus fronto-temporal pada saat terjadi inflamasi.

Radikal bebas

Radikal bebas merupakan molekul yang sangat stabil bereaksi

dengan molekul lain dalam proses oksidasi. Area tubuh dengan

output energi tinggi seperti otak, sangat rentan terhadap radikal

bebas.

d. Bagaimana patofisiologi terjadinya atrofi lobus fronto-temporal?

Jawab:

Degeneratif Pembuluh darah pada geriatri cenderung kaku dan

kurang elastis menurunnya daya regang pembuluh darah

penurunan perfusi oksigen ke otak atrofi di jaringan otak atrofi di

lobus fronto-temporal.

(Price, 2012)

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 38

Page 39: Laporan Sdb14 Fix MCI

7. Jika semua gejala saling dikaitkan, maka:

a. Bagaimana cara mendiagnosis gangguan pada kasus ini?

Jawab:

Diagnosis MCI dapat dibuat dengan kriteria menurut the Quality

Standards Subcommittee of the American Academy of Neurology

sebagai berikut:

1. Keluhan memori, terutama disampaikan oleh orang lain

2. Gangguan memori obyektif

3. Fungsi kognitif umum normal

4. Aktivitas kehidupan sehari-hari intak

5. Tidak ada demensia (Poerwadi, 2005).

Menurut Petersen (2004) pada MCI terdapat gangguan fungsi

kognitif sebesar 0.5-1 SD dibandingkan orang normal setelah dilakukan

matching terhadap faktor usia dan pendidikan. Diagnosis MCI dapat

dibagi atas 4 subtipe klinis, yaitu:

1. Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan memori dengan

tidak adanya gangguan dari area fungsi kognitif yang lain seperti

atensi, orientasi, bahasa dan visuospatial.

2. Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan memori

ditambah satu atau lebih gangguan dari area fungsi kognitif yang

lainnya.

3. Non Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan pada satu

area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari area fungsi memori.

4. Non Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan pada dua

atau lebih area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari area

fungsi memori.

Keempat subtipe klinis tersebut berbeda dalam hal etiologi dan

outcome nya. Amnestic MCI (single domain lebih baik dari yang

multiple domain) mempunyai kemungkinan yang lebih besar

mengalami progresifitas menjadi penyakit demensia Alzheimer.

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 39

Page 40: Laporan Sdb14 Fix MCI

Sedangkan subtipe non-Amnestic mempunyai kemungkinan mengalami

progresifitas menjadi penyakit demensia non- Alzheimer.

Untuk evaluasi diagnosis dari MCI diperlukan wawancara klinis

terhadap pasien dan informan yang dapat dipercaya seperti pengasuh,

pasangan hidup ataupun rekan kerja. Selain itu dilakukan pemeriksaan

neurologi.

Pemeriksaan status mental, test neuropsikologi, tes laboratorium,

pemeriksaan imaging dan penilaian kondisi komorbid psikiatri seperti

depresi.

Berbagai macam instrumen screening fungsi kognitif dilakukan

untuk untuk menilai individu dengan sangkaan mengalami gangguan

fungsi kognitif, seperti Mini-Mental Status Examination, Mayo Short

Test of Mental Status, Clock Drawing Test, Clinical Dementia Rating

dan tes lainnya.

(Fink, 2004)

b. Gangguan apa yang mungkin terjadi pada kasus ini?

Jawab:

Gejala MCI AlzheimerDemensia

Vaskuler

Demensia + + +

Disorientasi + + +

Gangguan

memori+ + +

Riwayat

hipertensi+ - +

Stroke + + +

Dislipidemia +/- - +

MMSE 23-17 < 18 < 17

Gangguan ADL - + +

(Dewanto, 2009)

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 40

Page 41: Laporan Sdb14 Fix MCI

c. Pemeriksaan tambahan apakah yang diperlukan untuk menegakkan

diagnosis gangguan pada kasus ini?

Jawab:

1) Laboratorium

Fungsi tiroid, vitamin B12, kadar asam folat, serologi sifilis, dan tes

untuk menyingkirkan kemungkinan lain yang bersifat reversible,

seperti kelainan metabolik (uremia atau ensefalopati hepatikum).

2) Pemeriksaan cairan otak

Indikator untuk penyakit Alzheimer dari cairan serebrospinalis

berupa peningkatan kadar protein tau dan menurunnya β-amiloid-42.

3) Pencitraan otak

CT scan secara rutin digunakan untuk mengidentifikasi hematom

subdural, infark, tumor, dan neuropatologis lainnya. MRI otak juga

rutin direkomendasikan untuk menilai berbagai macam kondisi,

karena pemeriksaan MRI dapat membedakan pasien MCI dengan

pasien Alzheimer melalui derajat atropi hipokampus. Volume

hipokampus dan spektroskopi N-asetil aspartat/ keratin adalah

penilaian yang paling sensitif untuk membedakan apakah seseorang

menderita MCI atau penyakit Alzheimer.

4) Skala pemeriksaan rutin

Beberapa skala yang digunakan untuk pemeriksaan rutin antara lain

MMSE, GDS (Geriatric Depression Scale) dan CDR (Clinical

Dementia Rating).

(Dewanto, 2009)

d. Gangguan apa yang paling mungkin terjadi pada kasus ini?

Jawab:

Amnestic Mild Cognitive Impairment-Single Domain

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 41

Page 42: Laporan Sdb14 Fix MCI

e. Bagaimana cara mengatasi gangguan pada kasus ini secara

komprehensif?

Jawab:

Tujuan pengobatan adalah:

Menjaga dan memaksimalkan fungsi yang ada saat ini

Mengurangi gangguan tingkah laku

Meringankan beban pengasuh, dan

Menunda progresivitas ke tingkat yang lebih lanjut.

Saat ini, tidak ada obat MCI atau perawatan lain secara khusus

disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA). Namun demikian,

MCI saat ini merupakan lingkup yang aktif diteliti. Studi klinis saat ini

sedang berjalan untuk menjelaskan lebih lanjut tentang mekanisme

terjadinya gangguan dan untuk menemukan perawatan yang dapat

memperbaiki gejala atau mencegah atau menunda perkembangan MCI

menjadi demensia.

1) Farmakologi

a. Obat Alzheimer

Kolinesterase inhibitor, jenis obat yang disetujui untuk penyakit

Alzheimer, dapat diberikan untuk orang dengan MCI yang

memiliki gejala utama berupa hilangnya memori. Namun,

inhibitor kolinesterase tidak dianjurkan untuk digunakan secara

rutin pada pasien MCI karena efeknya pada pasien tersebut tidak

konsisten.

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 42

Page 43: Laporan Sdb14 Fix MCI

Nama Obat Golongan Indikasi Dosis Efek samping

Donepezil Penghambat

kolinesterase

DA ringan,

sedang

Dosis awal 5 mg/hr bila

perlu, setelah 4-6

minggu menjadi 10

mg/hr

Mual, muntah,

diare,

insomnia

Galantamine Penghambat

kolinesterase

DA ringan,

sedang

Dosis awal 8 mg/ hr

setiap bulan dosis

dinaikkan 8 mg/hr

hingga dosis maksimal

24 mg/ hr

Mual, muntah,

diare,

anoreksia

Rivastigmine Penghambat

kolinesterase

DA ringan,

sedang

Dosis awal 2 x 1,5 mg/

hr setiap bulan dosis

dinaikkan 2 x 1,5 mg/ hr

hingga dosis maksimal 2

x 6 mg/ hr

Mual, muntah,

pusing, diare,

anoreksia

Memantine Penghambat

NMDA

DA sedang,

berat

Dosis awal 5 mg/ hr;

setelah 1 minggu, dosis

dinaikkan menjadi 2x5

mg/ hr dan seterusnya

sehingga dosis

maksimal 2 x 10 mg/ hr

Pusing, nyeri

kepala,

konstipasi

b. Mengobati kondisi lain yang dapat mempengaruhi fungsi mental 

Kondisi umum lainnya, selain MCI, bisa membuat pasien merasa

lupa atau mental kurang tajam dari biasanya. Pengobatan kondisi

tersebut dapat membantu meningkatkan memori dan fungsi

mental secara keseluruhan.

2) Non Farmakologi

Saat ini telah dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah diet, olahraga

atau pilihan gaya hidup sehat dapat mencegah atau memperbaiki

penurunan kognitif. Bagaimanapun juga, olah raga merupakan pilihan

yang sehat untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan

mungkin juga peran dalam memperbaiki kesehatan kognitif.

a. Olahraga teratur diketahui bermanfaat untuk kesehatan jantung dan juga

membantu mencegah penurunan kognitif.

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 43

Page 44: Laporan Sdb14 Fix MCI

b. Diet rendah lemak, kaya buah-buahan, dan sayuran juga merupakan

pilihan yang sehat dan dapat membantu memelihara kesehatan kognitif.

c. Asam lemak  omega-3 juga baik untuk jantung. Sebagian besar

penelitian menunjukkan bahwa asam lemak tersebut juga mungkin

bermanfaat bagi kesehatan kognitif. Konsumsi ikan digunakan sebagai

ukuran jumlah asam lemak omega-3 yang dikonsumsi.

d. Interaksi sosial dan stimulasi intelektual dapat membuat hidup lebih

tenang dan membantu menjaga fungsi mental.

(Petersen, 2003)

f. Apa yang terjadi jika keadaan ini tidak diatasi secara komprehensif?

Jawab:

Orang dengan MCI memiliki risiko yang meningkat secara signifikan –

namun tidak selalu – untuk berkembang menjadi penyakit Alzheimer

atau demensia jenis lainnya. Secara keseluruhan, sekitar 1 sampai 2

persen dari orang dewasa dapat berkembang menjadi demensia dalam

setiap tahunnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara orang

dewasa dengan MCI, 6 hingga 15 persennya dapat dapat berkembang

menjadi demensia dalam setiap tahunnya.

(Petersen, 2003)

g. Bagaimana peluang mengatasi gangguan ini sampai tuntas?

Jawab:

Dengan terapi dini, prognosis akan baik. Terapi yang terlambat atau

tidak adekuat, akan berlanjut menjadi demensia. Boyle melaporkan

bahwa orang dengan MCI memiliki kemungkinan 7x lebih besar untuk

kemudian menderita Alzheimer dibanding orang tua tanpa MCI. Pasien

dengan MCI, 80% dikatakan akan berkembang menjadi demensia

setelah kurang lebih 6 tahun.

MCI yang tidak diobati:

1) Dalam 1 tahun → 12% menjadi demensia

2) Dalam 3 tahun → 30% menjadi demensia

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 44

Page 45: Laporan Sdb14 Fix MCI

3) Dalam 8 tahun → 80% menjadi demensia

MCI memiliki risiko tinggi berkembang menjadi demensia.

Kecepatan transisi MCI menjadi demensia diperkirakan 10-15% dan

mencapai 50% dalam 5 tahun. Transisi biasa nya menjadi demensia

Alzheimer, jarang menjadi demensia vaskuler. Dalam populasi klinik,

kebanyakan pasien dengan diagnosis MCI bertahan dengan gangguan

kognitif ringan atau berkembang menjadi demensia, pada pasien

tersebut terdapat temuan karakteristik penyakit Alzheimer secara

neuropatologi, termasuk plak senilis. Mendapati temuan ini, beberapa

peneliti percaya bahwa MCI merupakan bentuk prodromal penyakit

Alzheimer, bukan suatu diagnostik yang terpisah.

(Rilianto, 2015)

h. Bagaimana kompetensi dokter umum pada kasus ini?

Jawab:

Tingkat Kemampuan 2

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter

(misalnya: pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter

mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan

mampu menindaklanjuti sesudahnya.

(Konsil Kedokteran Indonesia, 2012)

i. Bagaimana pandangan Islam pada kasus ini?

Jawab:

Q.S An Nahl : 70

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 45

Page 46: Laporan Sdb14 Fix MCI

“Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara

kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun),

supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah

diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Kuasa.”

2.5. Kesimpulan

Tn. Joko, 60 tahun sering lupa dengan apa yang baru diucapkan sejak 3

bulan yang lalu serta sering menanyakan kembali apa yang baru saja dikatakannya

tanpa adanya gangguan kognitif lain karena menderita Amnestic Mild Cognitive

Impairment-Single Domain.

2.6. Kerangka Konsep

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 46

Faktor Resiko (Degeneratif)

Atrofi lobus fronto-temporal

Gangguan fungsi kognitif (recent memory) tanpa adanya gangguan ADL dan fungsi kognitif lain

Sering lupa dengan apa yang baru diucapkan

Amnestic MCI

Page 47: Laporan Sdb14 Fix MCI

DAFTAR PUSTAKA

Abadi,K., dkk. 2013. Hipertensi dan Risiko Mild Cognitive Impairment pada

Pasien Usia Lanjut. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No.

3, Hal 119-124

Agung, I. 2006. Uji Keandalan dan Kesahihan Indeks Activity of Daily Living

Barthel untuk Mengukur Status Fungsional Dasar pada Usia Lanjut di

RSCM. Diakses tanggal 14 September 2015 dari http://repository.usu.

ac.id/bitstream/123456789/40401/4/Chapter %20II.pdf

Anderson, Heather. 2010. Mild Cognitive Impairment. Kansas: Department of

Neurology University of Kansas Medical Center

Budi dkk. 2011. Gangguan Gerak dan Fungsi Kognitif pada Wanita Lanjut Usia.

Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011:41-5

Dewanto, George et all. 2009. Diagnosis Tatalaksana Penyakit Saraf, pg: 172-

174, [Diakses pada 7 Oktober 2015]

Dorland, W.A. Newman. 2011. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 28. Jakarta:

EGC

Golomb J et al. 2001. Diagnosis of MCI. In: Clinicians Manual on Mild Cognitive

Impairment. Holland: IOS Press

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Hadisukanto, S. D. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI

Hartono, B. 2002. Konsep dan Pendekatan Masalah Kognitif pada Usia Lanjut:

Terfokus pada Deteksi Dini. Dalam: Cognitive Problem in Elderly. Temu

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 47

Page 48: Laporan Sdb14 Fix MCI

Regional Neurologi Jateng-DIY ke XIX. Semarang 22-23 Mei 2002:

Badan Penerbit UNDIP

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta: Bina Rupa Aksara

Kempler, D. 2005. Neurocognitive disorders in aging. California: Sage

Publications

Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.

Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia

Kusumoputro, Sidiarto. 2003. Mild Cognitive Impairment (MCI). Jakarta:

PERDOSSI.

Fink, V. 2004. Mild Cognitive Impairment Pre Alzheimer’s Disease Provides

Opportunity for Early Detection and Possible Treatment. Health

Patners The Institute for Medical Education Bulletin. Vol.6. p.1-12

Mardjono. 2009. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat

Petersen RC. 2003. Conceptual overview. In: Petersen RC, ed. Mild Cognitive

Impairment:Aging to Alzheimer’s Disease. New York: Oxford University

Press

Price dan Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta: EGC

Rilianto. 2015. Mild Cognitive Impairment (MCI): Transisi dari Penuaan Normal

menjadi Alzheimer. CDK-228 Vol. 42, No. 5. http://www.kalbemed.

com /Portals/6/08_228 CME- Mild%20Cognitive%20Impairment Transisi

%20dari%20Penuaan%20Normal % 20Menjadi%20Alzheimer .pdf

[Diakses tanggal 7 Oktober 2015]

Saladin, K.S. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function.

New York: McGraw-Hill

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 48

Page 49: Laporan Sdb14 Fix MCI

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik. EGC : Jakarta

Sudoyo,Aru. dkk. 2009. Buku Ajar / Ilmu Penyakit Dalam edisi kelima. Jakarta:

FK UI

Poerwandari, E.K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan

pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.

Asia: Wiley

Tranel, D. Denburg, N.L. 2009. Approach to the Patient with Memory

Impairment. In Biller Practical Neurology. 3.rd ed. Pp. 41-43. USA:

Lippincott Williams & Wilkins

Zulsita, Arni. 2010. Gambaran Kognitif Pada Lansia. Medan: FK USU

Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 49