Laporan Sdb14 Fix MCI
description
Transcript of Laporan Sdb14 Fix MCI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Kedokteran Jiwa dan Fungsi Luhur adalah blok keempat belas pada
Semester V dari sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu
strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah
Problem Based Learning (PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian dari
metode Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang
tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario D mengenai
Tn. Joko, 60 tahun, yang datang ke poliklinik saraf RSMP karena sering lupa
dengan apa yang baru diucapkan sejak 3 bulan yang lalu. Keluarga mengatakan
bahwa pasien sering menanyakan kembali apa yang baru saja ditanyakannya.
Aktivitas sehari-hari masih bisa mengerjakan sendiri. Pasien juga mengenali
anggota keluarganya. Riwayat hipertensi dan DM tidak ada.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran studi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari pembelajaran tutorial berdasarkan langkah-
langkah seven jump.
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Data Tutorial
Tutor : dr. H. Achmad Azhari, DAHK
Moderator : Ahmad Ramadhanu
Sekretaris : Nadia Khoirunnisa Pasaribu
Notulis : Siti Istiqomah
Waktu : Senin, 6 Oktober 2015
Rule tutorial : 1. Dilarang mengaktifkan ponsel.
2. Dilarang makan di dalam ruangan.
3. Dilarang keluar tanpa izin tutor.
4. Boleh menjawab / mengajukan pertanyaan
setelah ditunjuk oleh moderator.
2.2. Skenario Kasus
Tn. Joko, 60 tahun, datang ke poliklinik saraf RSMP karena sering lupa
dengan apa yang baru diucapkan sejak 3 bulan yang lalu. Keluarga
mengatakan bahwa pasien sering menanyakan kembali apa yang baru saja
ditanyakannya. Aktivitas sehari-hari masih bisa mengerjakan sendiri. Pasien
juga mengenali anggota keluarganya. Riwayat hipertensi dan DM tidak ada.
Pemeriksaan Fisik
GCS: 15, TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, T: 36,7oc
Keadaan Spesifik
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher: tidak ada pembesaran KGB
Thorax: simetris, retraksi tidak ada.
Jantung : iktus kordis tidak tampak, bunyi jantung normal, bising jantung
tidak ada, HR 80 x/menit reguler
Paru : Stem fremitus normal, suara nafas vesikuler normal.
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 2
Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal.
Ekstremitas: dalam batas normal.
Pemeriksaan Laboratorium
Kolestrol total: 160 mg%, LDL: 80 mg%, HDL: 40 mg%, Trigliserida: 110
mg%
Hasil Neuropsikiatrik Test
MMSE: 23, MoCA-INA: 24
Rontgen thorax: kesan CTR < 50%, CT scan kepala: atrofi lobus fronto-
temporal.
2.3. Klarifikasi Istilah
1. MMSE : Mini Mental State Examination. Alat
ukur fungsi kognitif yang terkait
dengan gangguan neurodegeneratif.
2. CTR : Cardio Thoracic Ratio.
3. GCS : Glasgow Comma Scale.
4. MoCA-INA : Montreal Cognitive Assesment
Indonesian Version.
5. Atrofi lobus fronto-temporal : Pengecilan ukuran organ (serebri)
pada lobus fronto-temporal.
2.4. Identifikasi Masalah
1. Tn. Joko, 60 tahun, datang ke poliklinik saraf RSMP karena sering lupa
dengan apa yang baru diucapkan sejak 3 bulan yang lalu. Keluarga
mengatakan bahwa pasien sering menanyakan kembali apa yang baru
saja ditanyakannya.
2. Aktivitas sehari-hari masih bisa mengerjakan sendiri. Pasien juga
mengenali anggota keluarganya. Riwayat hipertensi dan DM tidak ada.
3. Pemeriksaan Fisik
GCS: 15, TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, T: 36,7oc
Keadaan Spesifik
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 3
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher: tidak ada pembesaran KGB
Thorax: simetris, retraksi tidak ada.
Jantung : iktus kordis tidak tampak, bunyi jantung normal, bising
jantung tidak ada, HR 80 x/menit reguler
Paru : Stem fremitus normal, suara nafas vesikuler normal.
Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal.
Ekstremitas: dalam batas normal.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Kolestrol total: 160 mg%, LDL: 80 mg%, HDL: 40 mg%, Trigliserida:
110 mg%
5. Hasil Neuropsikiatrik Test
MMSE: 23, MoCA-INA: 24
Rontgen thorax: kesan CTR < 50%, CT scan kepala: atrofi lobus fronto-
temporal.
2.5. Analisis dan Sintesis Masalah
1. Tn. Joko, 60 tahun, datang ke poliklinik saraf RSMP karena sering lupa
dengan apa yang baru diucapkan sejak 3 bulan yang lalu. Keluarga
mengatakan bahwa pasien sering menanyakan kembali apa yang baru
saja ditanyakannya.
a. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus ini?
Jawab:
Keluhan sering lupa dengan apa yang baru diucapkan merupakan
gejala dari gangguan kognitif. Gangguan kognitif meliputi gangguan
mudah lupa (forgetfulness), gangguan kognitif ringan (mild cognitive
impairment) atau MCI dan demensia.
Pada kasus ini, gangguan paling mungkin disebabkan karena MCI.
Prevalensi MCI meningkat seiring dengan peningkatan usia, yaitu 10%
pada usia 70-79 tahun dan 25% pada usia 80-89 tahun.
(Anderson, 2010)
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 4
Subtipe MCI berkembang menjadi penyakit Alzheimer pada
tingkat yang berbeda. Sebuah studi oleh Roundtree dkk menunjukkan
bahwa tingkat konversi menjadi penyakit Alzheimer dari MCI amnestik
sebesar 56 % dan MCI non-amnestik adalah 52 %. Untuk semua
subtipe MCI, konversi 4 tahun untuk demensia adalah 56 % (14 % per
tahun) dan untuk penyakit Alzheimer sebesar 46 % (11 % per tahun).
Penderita MCI mempunyai kemungkinan berkembang menjadi
penyakit Alzheimer 7 kali lebih besar daripada individu lain yang tidak
menderita gangguan kognitif. Dari seluruh pasien MCI, 80 % akan
berkembang menjadi demensia dalam waktu 6 tahun. Wilson dkk
melaporkan bahwa resiko kematian MCI meningkat sekitar 50% pada
orang Amerika dan Afrika.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa resiko penyakit Alzheimer
secara signifikan lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki, dan
karena itu diduga kemungkinan MCI berkembang lebih besar pada
wanita dibanding pada pria. Tidak ada penelitian yang menunjukkan
bahwa faktor-faktor budaya dan ras mempengaruhi manifestasi klinis
MCI.
(Anderson, 2010)
b. Bagaimana neuroanatomi pada kasus ini?
Jawab:
Setiap bagian dari otak kita bekerja saling terintregasi satu sama lain
menghasilkan fungsi kognisi seperti kesadaran, persepsi, berfikir, dan
memori. Ada sekitar 75 % otak kita terdiri atas jaringan kognitif yang
disebut area asosiasi korteks serebrum
(Saladin, 2003).
Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1) Cerebrum (otak besar)
2) Cerebellum (otak kecil)
3) Brainstem (batang otak)
4) Limbic system (sistem limbik)
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 5
Guyton (2008), menjelaskan lebih rinci lagi tentang area asosisi ini
sebagai area yang menerima dan menganalisis sinyal-sinyal secara
bersamaan dari berbagai regio, dari korteks motorik, korteks sensorik,
maupun dari struktu-struktur subkortikol.
Area asosiasi ini terbagi menjadi tiga area asosiasi korteks serebral,
yaitu : area asosiasi parieto-oksipital temporal, area asosiasi prefrontal,
dan area asosiasi limbik. Kali ini kita akan lebih membahas tentang
fungsi area asosiasi prefrontal. Area asosiasi prefrontal memiliki
banyak hubungan dengan area yang lain seperti talamus, hipotalamus,
sistem limbik, dan serebellum. Maka dari itu, prefrontal korteks
memiliki kaitan fungsi dengan bagian-bagian yang lainnya pada
serebrum, seperti sifat-sifat kepribadian, intelektual, inisiatif, intusi,
merencanakan masa depan, mengembangkan ide yang abstrak,
mengambil keputusan, memberi alasan, perasaan, dan respon sosial.
(Tortora, 2009)
Gambar 1. Area-area asosiasi korteks serebral
Area-area (kortikal) utama
1) Lobus frontalis
Area 4 : (Girus presentralis): korteks motorik primer (utama)
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 6
Area 6 : Area premotorik (lintasan motorik ekstrapiramidal).
Area 8 : Berkaitan dengan gerakan mata konjugat dan perubahan
pupil.
Area 44, 45 : Area bahasa motorik (Broca)
2) Lobus parietalis
Area 3,1 dan 2: (girus postsentralis) atau areasomatosensorik korteks
sensorik primer (utama)
3) Lobus temporalis
Area 41 : korteks auditorik (pendengaran)
Area 42 : korteks auditorik sekunder (asosiasi).
Area 22 :area bahasa perseptif (Wernicke).
Area 28 : area olfaktorik (pembau)
4) Lobus oksipitalis
Area 17 : (korteks striatum / fisura kalkarina) : korteksvisual
(penglihatan) primer.
Area 18, 19 : korteks asosiasi visual.
(Tortora, 2009).
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga
disebut dengan nama cerebral cortex, forebrain atau otak depan.
Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan
binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir,
analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan
kemampuan visual.
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 7
Gambar 2. Anatomi Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian terbesar dari otak manusia, dibagi
menjadi dua belahan yaitu hemisfer serebrum kiri dan kanan. Keduanya
dihubungkan satu sama lain oleh corpus callosum, suatu pia tebal yang
mengandung sekitar 300 juta akson saraf yang melintangi kedua
hemisfer.
Setiap hemisfer terdiri dari sebuah lapisan luar yang tipis yaitu
substansia grissea (bahan abu-abu) atau korteks serebri, menutupi
bagian tengah yang lebih tebal yaitu substansia alba (bahan putih). Jauh
di sebelah dalam substansia alba terdapat substansia grissea lain yaitu
nukleus-nukleus basal.
Korteks serebrum terorganisasi menjadi empat pasangan lobus yang
mengalami spesialisasi untuk aktivitas-aktivitas yang berlainan.
Patokan anatomis yang digunakan adalah lipatan-lipatan dalam tertentu
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 8
yang membagi setiap belahan korteks menjadi empat lobus utama :
lobus oksipitalis, temporalis, parietalis, dan frontalis.
(Sherwood,2011)
Kata limbik berarti batas atau pinggir. Istilah sistem limbik
digunakan secara bebas untuk sekelompok struktur yang terletak di area
perbatasan antara korteks serebri dan hipotalamus. Sebagai hasil
penelitian, saat ini diketahui sistem limbik terlibat dengan berbagai
struktur lain diluar area perbatasan untuk mengendalikan emosi,
perilaku, dan dorongan, sistem ini penting juga untuk memori.
Secara antomi struktur-struktur limbik meliputi gyrus subcallosus,
gyrus cinguli, dan gyrus parahipocampalis, formatio hipocampi,
nucleus amigdala, corpus mammilare, dan nucleus anterior thalami
millothalamicus, dan stria terminalis membentuk jaras-jaras
penghubung sistem ini.
Sistem limbic mengendalikan emosi, mengendalikanhormon,
memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar,seksualitas, pusat rasa
senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.
(Snell, 2006)
Neuroanatomi yang berhubungan dengan memori :
1) Struktur kortikal
a. Lobus frontal
Presental gyrus merupakan area motor kontralateral dari wajah,
lengan, tungkai, batang.
Area Brocca's merupakan pusat bicara motorik pada lobus
dominan.
Suplementari motor area untuk gerakan kontralateral kepala
dan lirikan mata.
Area prefrontal merupakan area untuk kepribadian dan inisiatif.
Lobulus parasental merupakan pusat kontrol inhibisi untuk
miksi dan defikasi.
b. Lobus occipital
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 9
Lobus ini dikenal sebagai pusat persepsi visual sistem, fungsi
utama dari lobus oksipital adalah penglihatan.
c. Lobus parietal
Berfungsi sebagai: (1) sensasi dan persepsi (2) membangun
sistem koordinat spasial untuk mewakili dunia di sekitar kita.
Serta lobus parietal memberikan kemampuan untuk memusatkan
perhatian pada rangsangan yang berbeda pada saat yang sama.
Gyrus postcentral : merupakan kortek sensoris yang menerima
jaras afferent dari posisi, raba dan gerakan pasif
Gyrus angularis dan supramarginal: hemisfer dominan
merupakan bagian area bahwa Wernic’s, dimana masukkan
auditori dan visual di integrasikan. Lobus non dominan penting
untuk konsep "body image", dan sadar akan lingkungan luar.
d. Lobus temporal
Lobus dalam korteks ini lebih erat berkaitan dengan memori dan
khususnya memori otobiografi. Berfungsi sebagai recognition
memory yang terdiri dari familitiary component dan recollective
component.
Kortek auditori terletak pada permukaan gyrus temporal
superior. Hemisfer dominan penting untuk pendengaran
bahasa, sedang hemisfer non - dominan untuk mendengar
nada, ritme dan musik.
Gyrus temporalis media & inferior berperan dalam fungsi
belajar & memori.
Lobus limbic : terletak pada bagian inferior medial lobus
temporal, termasuk hipokampus & gyrus parahipokampus.
Sensasi olfaktoris melalui jaras ini, juga emosi / sifat efektif.
Serabut olfaktori berakhir di uncus.
Jaras visual melalui bagian dalarn lobus temporal sekitar cornu
posterior ventrikel lateral
2) Struktur subkortikal
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 10
a. Hippocampus
Fungsi dari hippocampus:
Peta kognitif
Berfungsi untuk encoding kenangan, kerusakan pada
hippocampus dan wilayah sekitarnya dapat menyebabkan
amnesia anterograde yaitu ketidakmampuan untuk membentuk
kenangan baru. Hippocampus juga telibat dalam konsolidasi
memori yaitu proses yang lambat dimana memori diubah dari
pendek ke memori jangka panjang.
b. Cerebellum
Otak kecil berperan dalam pembelajaran memori prosedural, dan
motor belajar, seperti keterampilan yang memerlukan koordinasi
dan pengendalian motorik halus. Sebuah contoh dari suatu
keterampilan yang memerlukan memori prosedural yaitu bermain
alat musik, atau mengendarai mobil atau naik sepeda.
c. Amygdala
Fungsi dari amigdala :
1. Memori ketakutan pengkondisian
Amigdala yang terkait dengan kedua pembelajaran emosional
dan memori, karena kuat untuk menanggapi rangsangan
emosional, terutama rasa takut. Neuron ini membantu dalam
pengkodean ingatan emosional dan meningkatkan mereka.
Nukleus yang sentral dihubungkan dengan tanggapan perilaku
yang bergantung pada reaksi basolateral ketakutan. Pusat
nukleus amigdala juga terhubung dengan emosi dan perilaku
yang didorong oleh makanan dan seks.
2. Memori konsolidasi
Pengalaman emosional dan peristiwa yang agak rapuh dan
mengambil waktu untuk benar-benar ditetapkan ke dalam
memori. Ini proses yang lambat, disebut sebagai konsolidasi,
memungkinkan emosi untuk mempengaruhi cara memori
disimpan. Hal ini mungkin disebabkan oleh amigdala
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 11
meningkatkan aspek emosional informasi selama encoding,
menyebabkan memori untuk diproses pada tingkat yang lebih
dalam dan karenanya, lebih mungkin untuk menahan lupa.
d. Basal ganglia dan motor memori
Berhubungan dengan kognisi, seperti proses belajar, memori, dan
proses memori tak sadar, seperti keterampilan motorik dan
memori implisit.
(Snell, 2006)
Fisiologi Fungsi Luhur
Hippocampus bagian medial lobus temporalis yang memanjang dan
merupakan sistem limbik. Berperan dalam ingatan jangka pendek yang
melibatkan integrasi berbagai rangsangan terkait serta penting bagi
konsolidasi ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang.
Hippocampus dipercayai menyimpan ingatan jangka panjang baru
hanya sesaat dan kemudian memindahkannya ke bagian korteks lain
untuk penyimpanan yang lebih permanen. Hippocampus dan daerah
sekitarnya berperan sangat penting dalam ingatan deklaratif yaitu
tentang orang, tempat, benda, fakta, dan kejadian spesifik yang sering
terbentuk setelah hanya satu pengalaman dan yang dapat dikemukakan
dalam suatu pernyataan. “Saya melihat tugu Monas tahun lalu”. Ingatan
deklaratif memerlukan pemanggilan kembali secara sadar.
Hippocampus dan struktur temporalis/limbik terkait sangat penting
dalam mempertahankan ingatan tentang kejadian sehari-hari dalam
waktu memadai. Hippocampus diperlukan untuk membentuk memori
baru. Bila hippocmpus rusak maka memori lama masih dapat dipanggil
kembali. Sebaliknya, bila hippocampus utuh tetapi sebagian korteks
serebri mengalami kerusakan, memori baru masih dapat disimpan, akan
tetapi ingatan lama dapat hilang.
Serebelum berperan sebagai ingatan prosedural yang melibatkan
keterampilan motorik yang diperoleh melalui latihan berulang. Contoh
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 12
gerakan tarian, sedangkan korteks prafrontal sebagai tempat
penyimpanan sementara.
(Sherwood, 2011)
Fungsi Sistem luhur
1) Attention (pemusatan perhatian)
Atensi adalah kemampuan untuk berinteraksi atau memperhatikan
satu stimulus tertentu dengan mampu mengabaikan stimulus lain
yang tidak dibutuhkan. Atensi merupakan hasil hubungan antara
batang otak, aktivitas limbic dan aktifitas korteks sehingga mampu
untuk focus pada stimulus spesifik dan mengabaikan stimulus lain
yang tidak relevan. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk
mempertahankan atensi dalam periode yang lebih lama. Gangguan
atensi dan konsentrasi akan memperngaruhi fungsi kognitif lain
seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif.
2) Language (bahasa)
Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar
yang membangun kemampuan kognitif. Jika terdapat gangguan
bahasa, pemeriksaan kognitif seperti memori verbal, fungsi eksekutif
akan mengalami kesulitan atau tidak dapat dilakukan.
3) Memory (daya ingat)
Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian
informasi, proses penyimpanan serta mengingat. Semua hal yang
berpengaruh dalam ketiga proses tersebut akan mempengaruhi fungsi
memori.
4) Visuopatial (pengenalan ruang)
Kemampuan visuopasial merupakan kemampuan konstruksional
seperti menggambar atau meniru berbagai gambar (misalnya
lingkaran, kubus) dan menyusun balok-balok. Semua lobus berperan
dalam kemampuan konstruksi dan lobus parietal terutama hemisfer
kanan berperan paling dominan.
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 13
5) Executive function (fungsi eksekutif: fungsi perencanaan,
pengorganisasian dan pelaksanaan)
Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara
berfikir dan kemampuan pemecahan masalah. Fungsi ini dimediasi
oleh korteks prefrontal dorsolateral dan struktur subkortikal yang
berhubungan dengan daerah tersebut. Fungsi eksekutif dibagi
menjadi 4 komponen, yaitu: volition (kemauan), planning
(perencanaan), purposive action (bertujuan), effective performance
(pelaksanaan yang efektif).
(Sherwood, 2011)
c. Apa saja domain fungsi luhur yang terlibat pada kasus ini?
Jawab:
Domain fungsi luhur terdiri dari lima komponen, yaitu:
1) Attention (pemusatan perhatian)
Atensi adalah kemampuan untuk berinteraksi atau memperhatikan
satu stimulus tertentu dengan mampu mengabaikan stimulus lain
yang tidak dibutuhkan. Atensi merupakan hasil hubungan antara
batang otak, aktivitas limbic dan aktifitas korteks sehingga mampu
untuk focus pada stimulus spesifik dan mengabaikan stimulus lain
yang tidak relevan. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk
mempertahankan atensi dalam periode yang lebih lama. Gangguan
atensi dan konsentrasi akan memperngaruhi fungsi kognitif lain
seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif.
2) Language (bahasa)
Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas
dasar yang membangun kemampuan kognitif. Jika terdapat
gangguan bahasa, pemeriksaan kognitif seperti memori verbal,
fungsi eksekutif akan mengalami kesulitan atau tidak dapat
dilakukan.
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 14
3) Memory (daya ingat)
Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian
informasi, proses penyimpanan serta mengingat. Semua hal yang
berpengaruh dalam ketiga proses tersebut akan mempengaruhi
fungsi memori.
4) Visuopatial (pengenalan ruang)
Kemampuan visuopasial merupakan kemampuan konstruksional
seperti menggambar atau meniru berbagai gambar (misalnya
lingkaran, kubus) dan menyusun balok-balok.Semua lobus
berperan dalam kemampuan konstruksi dan lobus parietal terutama
hemisfer kanan berperan paling dominan.
5) Executive function (fungsi eksekutif: fungsi perencanaan, peng-
organisasian dan pelaksanaan)
Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara
berfikir dan kemampuan pemecahan masalah. Fungsi ini dimediasi
oleh korteks prefrontal dorsolateral dan struktur subkortikal yang
berhubungan dengan daerah tersebut. Fungsi eksekutif dibagi
menjadi 4 komponen, yaitu : volition (kemauan), planning
(perencanaan), purposive action (bertujuan), effective performance
(pelaksanaan yang efektif). Bila terjadi gangguan fungsi eksekutif,
maka gejala yang muncul sesuai dengan komponen di atas.
(Arni, 2010)
Domain fungsi luhur yang terganggu pada kasus ini adalah memori.
Gangguan memori sering merupakan gejala yang pertama timbul pada
demensia dini. Pada tahap awal yang terganggu adalah memori
barunya, yakni cepat lupa apa yang baru saja dikerjakan. Namun lambat
laun memori lama juga dapat terganggu.
(Hartono B, 2002).
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 15
d. Apa saja kemungkinan penyakit dengan karakteristik sering lupa?
Jawab:
Kemungkinan penyakit dengan karakteristik sering lupa adalah sebagai
berikut.
a) Forgetfullness (mudah lupa)
Mudah lupa masih dianggap normal dan gangguan ini sering
dialami subyek usia lanjut. Frekuensinya meningkat sesuai
peningkatan umur. Lebih kurang 39% pada umur 50-60 tahun dan
angka ini menjadi 85% pada umur di atas 80 tahun. Manifestasi
klinis dari forgetfullness adalah:
a. Proses berfikir melambat kurang menggunakan strategi memori
yang tepat
b. Kesulitan memusatkan perhatian; mudah beralih pada hal yang
kurang perlu
c. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk belajar sesuatu yang
baru
d. Memerlukan lebih banyak petunjuk/isyarat (clue) untuk
mengingat kembali (Kusumoputro, 2003).
Diagnosis harus memenuhi kriteria :
a. Mudah lupa nama benda, nama orang
b. Memanggil kembali memori (recall) terganggu
c. Mengingat kembali memori (retrieval) terganggu
d. Bila diberi petunjuk (cue) bisa mengenal kembali terganggu
e. Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk dari pada
menyebutkan namanya (Kusumoputro, 2003).
b) MCI (Mild Cognitive Impairment)
Mild Cognitive Impairment (MCI) merupakan stadium gangguan
kognitif yang melebihi perubahan normal yang terkait dengan
penambahan usia, akan tetapi aktivitas fungsional masih normal
dan belum memenuhi kriteria demensia. Mild Cognitive
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 16
Impairment merupakan suatu keadaan transisi antara kognisi pada
proses penuaan yang normal dengan demensia ringan.
Terdapat beberapa subtipe dari MCI. Salah satu klasifikasi yang
umum membedakan MCI menjadi bentuk amnestik dan non-
amnestik. Bentuk amnestik, dimana gangguan memori dominan,
sering menjadi prekursor penyakit Alzheimer. Berbagai jenis
gangguan kognitif dapat terjadi dalam MCI bentuk non-amnestik,
dimana fungsi luhur yang paling sering terganggu. Bentuk non-
amnestik tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit
serebrovaskuler atau mungkin menjadi prekursor dari demensia
frontotemporal (Anderson, 2010)
Diagnosis MCI dapat dibagi atas 4 subtipe klinis.
1. Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan memori
dengan tidak adanya gangguan dari area fungsi kognitif yang
lain seperti atensi, orientasi, bahasa dan visuospatial.
2. Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan memori
ditambah satu atau lebih gangguan dari area fungsi kognitif
yang lainnya.
3. Non Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan pada
satu area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari area
fungsi memori.
4. Non Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan pada
dua atau lebih area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari
area fungsi memori.
Kemungkinan keluarga dan teman-teman akan menjumpai tanda-
tanda sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan yang sama berulang-ulang
b. Menceritakan, cerita yang sama atau memberikan informasi
berulang kali
c. Kurang inisiatif pada awal atau menyelesaikan aktivitas
d. Kesulitan dalam membayar pajak
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 17
e. Pada waktu melakukan percakapan dan aktivitas kurang
bermanfaat
f. Tidak mampu untuk mengikuti tugas yang rumit MCI sulit
untuk bisa langsung mendiagnosis karena :
g. Tidak ada spesifik test yang dapat digunakan untuk
mendiagnosa MCI
h. Tanda dan Gejala klinis sering tidak seluruhnya dimiliki oleh
pasien
i. Penurunan fungsi memori seringkali timbul secara bertahap
j. Beberapa penyakit lain dapat menimbulkan gejala dan tanda
klinis yang serupa (Poerwadi, 2005).
Diagnosis MCI dapat dibuat dengan kriteria menurut the Quality
Standards Subcommittee of the American Academy of Neurology
sebagai berikut.
1) Keluhan memori, terutama disampaikan oleh orang lain
2) Gangguan memori obyektif
3) Fungsi kognitif umum normal
4) Aktivitas kehidupan sehari-hari intak
5) Tidak ada demensia (Poerwadi, 2005).
c) Demensia
Demensia adalah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala
gangguan daya kognitif global yang tidak disertai gangguan derajat
kesadaran, namun bergandengan dengan perubahan tabiat yang
dapat berkembang secara mendadak atau sedikit demi sedikit pada
tiap orang dari semua golongan usia. (Budi, 2011 dan Mardjono
dkk, 2009).
Demensia pada dasarnya adalah penyakit kaum lansia. Menurut
practice guideline for the treatment of patients with alzheimer’s
disease and other dementians of late life dari The Americans
Psychiatric Association (APA), awitan penyakit ini umumnya
kerap terjadi pada usia 60-an, 70-an,dan 80-an keatas. Namun pada
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 18
kasus yang jarang gangguan ini muncul pada usia 40-an dan 50-an
(disebut sebagai demensia awitan dini) (Sadock, 2010).
Diagnosis demensia ditegakkan melalui dua tahap, pertama
menegakkan diagnosis demensia, kedua mencari proses vaskular
yang mendasari. Pedoman diagnostik demensia menurut DSM–IV
menggunakan kriteria:
a. Adanya defisit kognitif multipleks yang dicirikan oleh
gangguan memori dan satu atau lebih dari gangguan kognitif
berikut ini:
b. Afasia (gangguan berbahasa)
c. Apraksia (gangguan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas
motorik, sementara fungsi motorik normal)
d. Agnosia (tidak dapat mengenal atau mengidentifikasikan
benda walaupaun fungsi sensoriknya normal)
e. Gangguan dalam fungsi eksekutif (merancang,
mengorganisasikan, daya abstraksi, membuat urutan).
f. Defisit kognitif pada kriteria yang menyebabkan gangguan
fungsi sosial dan okupasional yang jelas.
g. Tanda dan gejala neurologik fokal (refleks fisiologik
meningkat, refleks patologik positif, paralisis pseudobulbar,
gangguan langkah, kelumpuhan anggota gerak) atau bukti
laboratorium dan radiologik yang membuktikan adanya
gangguan peredaran darah otak (GPDO), misal infark
multipleks yang melibatkan korteks dan subkorteks, yang
dapat menjelaskan kaitannya dengan munculnya gangguan.
h. Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium.
(Hadisukanto,2010)
Pedoman diagnostic demensia adalah sebagai berikut.
a. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang
sampai mengganggu kegiatan harian seseorang (Personal
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 19
Activities of Daily Living) seperti: mandi, berpakaian, makan,
keersihan diri, buang air besar, dan kecil)
b. Tidak ada gangguan kesadaran (Clear Consciousness)
c. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.
d) Subacute amnestic-confusional syndromePada “sub-acute amnestic-confusional syndrome” terdapat juga
gangguan kognitif global, tetapi timbulnya secara berangsur-angsur
dan berlangsung kontinu selama beberapa minggu bahkan bulan
dan tahun. Penderita dengan “sub-acute amnestic-confusional
syndrome” tampak sadar, akan tetapi lupa akan kejadian-kejadian
sebelum ia sakit. Kesadaran akan siapa yang berhadapan dengan
dia (orientasi perorangan), kesadaran akan waktu (orientasi
temporal) dan akan tempat (orientasi spasial) semuanya terganggu.
Dengan kata lain, penderita dengan “sub-acute amnestic-
confusional syndrome” tidak tahu nama atau profesi orang yang
bercakap dengannya. Ia lupa dan tidak mempunyai penafsiran akan
tempat ia tinggal dan jam ketika ia ditanya. Sebelumnya ia normal
dan cerdas, sehingga kemunduran fungsi luhur itu sangat menonjol.
Tetapi lama-kelamaan, gangguan fungsi luhur yang tercakup dalam
“sub-acute amnestic-confusional syndrome” bisa disembuhkan dan
kecerdasan dapat pulih kembali. Maka “sub-acute amnestic-
confusional syndrome”dinamakan juga “reversibel dementia”. .
(Mardjono dkk,2009).
Gambaran esensial gangguan amnesik adalah terganggunya
kemampuan mempelajari dan mengingat informasi baru secara
didapat, disertai ketidakmampuan mengingat pengetahuan yang
telah dipelajari sebelumnya atau peristiwa masa lalu. Gangguan
semacam ini bila sudah berat dapat mempengaruhi fungsi personal,
social dan okupasional. Diagnosis gangguan amnesik tidak
ditegakkan apabila hendaya memori terjadi karena menurunnya
kemampuan mempertahankan dan mengalihkan atensi, seperti yang
dijumpai pada delirium, atau terkait problem fungsional yang
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 20
signifikan akibat terganggunya kemampuan intelektual multiple,
seperti pada demensia.
Amnesia paling sering ditemukan pada gangguan akibat
penggunaan alkohol dan trauma kepala.
Awitan gejala dapat mendadak, seperti pada trauma, peristiwa
serebrovaskular dan cedera kimiawi neurotoksik atau bertahap,
seperti pada defisiensi gizi dan tumor serebri. Amnesia dapat
berdurasi pendek (digolongkan sementara oleh DSM-IV-TR bila
berlangsung selama 1 bulan atau kurang) atau durasi panjang
(digolongkan persisten oleh DSM-IV-TR bila berlangsung selama
lebih dari 1 bulan). (Sadock,2010)
e. Apa makna Tn. Joko sering lupa dengan apa yang baru diucapkan sejak
3 bulan yang lalu dan sering menanyakan kembali apa yang baru saja
ditanyakannya?
Jawab:
Sering lupa dengan apa yang diucapkan dan sering bertanya berulang-
ulang merupakan pertanda bahwa telah terjadi gangguan pada salah satu
domain fungsi luhur yaitu memori.
A) Berdasarkan jenis materi yang diingat, memori dibagi atas:
1. Memori prosedural
Disebut juga memori implisit. Merupakan bentuk memori yang tidak
dapat dinyatakan atau dibawa ke fikiran melalui penglihatan. Bentuk
memori ini lebih menekankan pada kemahiran dan recall keahlian
kognitif dan motorik setelah suatu prosedur khusus (misal belajar
berjalan, mengendarai sepeda, atau mobil). Daerah yang berperan
adalah neostriatum, serebellum dan korteks sensorimotor.
2. Memori deklaratif
Disebut juga memori eksplisit. Berupa pengetahuan yang dapat
dinyatakan dan dibawa ke dalam fikiran selama penglihatan sadar,
seperti fakta- fakta, kata, nama dan wajah seseorang, yang dapat
dipanggil kembali dari memori, ditempatkan dalam fikiran, dan
dilaporkan. Jenis memori ini sangat erat kaitannya dengan fungsi
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 21
hipokampus dan struktur lobus temporal mesial lainnya. Terbagi
menjadi memori episodik dan memori semantik. Memori episodik
menunjuk kepada kejadian khusus atau pengalaman seseorang,
misalnya menghadiri acara pernikahan teman dekat. Memori
semantik menunjuk kepada proses belajar dan recall faktafakta dan
pengetahuan umum.
(Kempler, 2005; Tranel dkk, 2009).
B) Berdasarkan modalitas materi yang diingat, terdiri dari:
1. Memori verbal
Berkenaan dengan proses belajar dan recall informasi yang didapat
dari bahasa.
2. Memori non verbal
Berhubungan dengan proses belajar dan recall informasi visual,
melodi, sensasi sentuh dan bau.
(Kempler, 2005; Tranel dkk, 2009).
C) Berdasarkan jangka waktu materi diingat, dibagi menjadi:
1. Immediate memory
Istilah yang digunakan bila memori dipanggil kembali setelah jangka
waktu beberapa detik. Disebut juga immediate recall. Immediate
memory sangat bergantung pada atensi dan konsentrasi. Contoh
memori ini adalah mengingat nama baru yang baru saja didengar.
Daerah yang berperan adalah daerah asosiasi neokorteks dan
prefrontal.
2. Recent Memory
Berkaitan dengan recall memori setelah beberapa menit, jam atau
hari. Memori ini ditingkatkan dengan proses belajar dan
pengulangan. Beberapa peneliti telah menemukan adanya perubahan
pada sinaps, yang disebut dengan long term synaptic potentiation
yang dapat menjelaskan keadaan ini. Contoh dari memori ini adalah
mempelajari materi baru dan memanggil materi itu setelah beberapa
menit, jam, atau hari. Daerah yang berperan adalah lobus temporal
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 22
medial (hipokampus, amigdala) dan diencephalon (nucleus
dorsomedial thalamus dan corpus mamilare dari hipotalamus).
3. Remote Memory
Merunjuk kepada recall kejadian yang telah terjadi bertahuntahun
sebelumnya, misalnya mengingat nama- nama guru, dan teman-
teman sekolah yang lama, tanggal lahir, dan fakta sejarah. Pada
pasien yang mengalami gangguan pada recent memory, remote
memory menunjuk kepada recall kejadian- kejadian sebelum onset
terjadinya gangguan recent memory. Struktur otak yang terlibat
dalam remote memory adalah korteks asosiasi kanan dan kiri.
(Kempler, 2005).
Dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari klasifikasi memori
berdasarkan jangka waktu, keluhan Tn. Joko yakni sering lupa dengan
apa yang baru diucapkan merupakan gejala dari terdapatnya gangguan
recent memory yang berkaitan dengan recall memori setelah beberapa
menit, jam atau hari.
f. Bagaimana patofisiologi dari keluhan utama?
Jawab:
Degeneratif pembuluh darah cenderung lebih kaku dan kurang
elastis menurunnya daya regang pembuluh darah penurunan
perfusi oksigen ke otak atrofi di jaringan otak atrofi di lobus
temporal gangguan memori.
Penurunan sintesis dan pelepasan neurotransmitter kolinergik
(menurunnya Asetilkolin) gangguan komunikasi di post sinaps
gangguan memori.
(Sadock, 2010)
2. Aktivitas sehari-hari masih bisa mengerjakan sendiri. Pasien juga
mengenali anggota keluarganya. Riwayat hipertensi dan DM tidak ada.
a. Apa makna pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari sendiri
dan masih bisa mengenali anggota keluarganya?
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 23
Jawab:
Makna Tn. Joko masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari sendiri
menunjukkan bahwa Activity of Daily Living masih baik, dimana pasien
tidak tergantung orang lain untuk melakukan aktivitas kesehariannya
seperti kebersihan diri, mandi, berpakaian, makan, buang air kecil dan
air besar dan berpindah posisi.
Sedangkan pasien masih mengenali anggota keluarganya
menunjukkan bahwa tidak terjadi gangguan pada remote memory.
Tidak adanya gangguan pada aktivitas sehari-hari dan remote
memory juga merupakan petunjuk bahwa Tn. Joko belum memasuki
fase demensia. Hal ini semakin menguatkan dugaan bahwa gangguan
kognitif yang dialami Tn. Joko adalah MCI / Mild Cognitive
Impairment.
(Petersen, 2003)
b. Bagaimana cara menilai aktivitas sehari-hari (Activity of Daily Living)?
Jawab:
Kemampuan dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari dapat diukur dengan menggunakan indeks Barthel. Indeks
Barthel adalah suatu alat yang cukup sederhana untuk menilai
perawatan diri, dan mengukur harian seseorang berfungsi secara khusus
dalam aktivitas sehari-hari dan mobilitas. Menurut penelitian Agung
(2006), Aktivitas Hidup Sehari-hari Barthel merupakan instrumen ukur
yang andal dan shahih serta dapat digunakan untuk mengukur status
fungsional dasar usia lanjut di Indonesia.
Berdasarkan Indeks Aktivitas Hidup Sehari-hari (Activity Daily
Living) Barthel, tingkat ketergantungan klien terdiri dari mandiri,
ketergantungan ringan, ketergantungan sedang, ketergantungan berat,
dan ketergantungan total. Indeks Barthel terdiri dari sepuluh aktivitas
yaitu meliputi pengendalian rangsang BAB, BAK, membersihkan diri
(sikat gigi, memasang gigi palsu, sisir rambut, bercukur, cuci muka),
penggunaan jamban/toilet, masuk dan keluar WC (melepas, memakai
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 24
celana, membersihkan/menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi
dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/berjalan, memakai
baju, naik turun tangga dan mandi. Penilaian indeks Barthel
berdasarkan pada pengamatan, wawancara penilai terhadap aktivitas
yang benar-benar dikerjakan oleh responden. Kemudian nilai dari setiap
item akan di jumlahkan untuk mendapatkan skor total dengan skor
maksimum adalah 20.
(Agung, 2006).
Tabel 1. Instrumen Pengkajian Aktivitas Hidup Sehari-hari
dengan Indeks Barthel
No. Aktivitas Kemampuan Skor
1. Mengendalikan
rangsang buang air
besar (BAB)
Tidak terkendali / tidak
teratur
0
Kadang kala tidak terkendali 1
Terkendali teratur 2
2. Mengendalikan
rangsang buang air
kecil (BAK)
Tidak terkendali 0
Kadang kala tidak terkendali 1
Terkendali teratur 2
3. Membersihkan diri
(menyikat gigi,
memasang gigi palsu,
menyisir rambut,
bercukur, cuci muka)
Membutuhkan bantuan orang
lain
0
Mandiri 1
4. Penggunaan jamban /
toilet, masuk dan keluar
wc (melepas, memakai
celana,
membersihkan/menyek
a, menyiram)
Tergantung pertolongan
orang lain
0
Perlu bantuan pada beberapa
aktivitas
1
Mandiri 2
5. Makan Tidak mampu 0
Perlu dibantu memotong 1
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 25
makanan
Mandiri 2
6. Berpindah posisi dari
tempat tidur ke kursi
dan sebaliknya
Tidak mampu 0
Perlu banyak bantuan untuk
bisa duduk
1
Perlu sedikit bantuan saja 2
Mandiri 3
7. Mobilitas / berjalan Tidak mampu (imobilitas) 0
Bisa pindah / mobilitas
dengan kursi roda
1
Berjalan dengan bantuan 1
orang
2
Mandiri 3
8. Memakai baju/
berpakaian
Tergantung bantuan orang
lain
0
Sebagian dibantu orang lain
(misal mengancing baju,
resleting)
1
Mandiri 2
9. Naik turun tangga Tidak mampu 0
Butuh bantuan orang lain 1
Mandiri 2
10. Mandi Tergantung orang lain 0
Mandiri 1
Interpretasi Nilai Aktivitas Hidup Sehari-hari :
20 : Mandiri
12– 19 : Ketergantungan Ringan
9– 11 : Ketergantungan Sedang
5– 8 : Ketergantungan Berat
0– 4 : Ketergantungan Total
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 26
c. Apa makna riwayat hipertensi dan DM tidak ada?
Jawab:
Makna riwayat hipertensi dan DM tidak ada menunjukkan bahwa pada
Tn. Joko tidak terdapat faktor resiko untuk mengalami gangguan
kognitif karena penyakit vaskular seperti yang biasa ditemukan pada
demensia vaskuler.
(Abadi, 2013)
3. Pemeriksaan Fisik
GCS: 15, TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, T: 36,7oc
Keadaan Spesifik
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher: tidak ada pembesaran KGB
Thorax: simetris, retraksi tidak ada.
Jantung : iktus kordis tidak tampak, bunyi jantung normal, bising
jantung tidak ada, HR 80 x/menit reguler
Paru : Stem fremitus normal, suara nafas vesikuler normal.
Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal.
Ekstremitas: dalam batas normal.
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik dan keadaan spesifik?
Jawab:
Pemeriksaan Fisik
& Keadaan
Spesifik
Tn. JokoBatasan nilai
normalInterpretasi
GCS 15 15 Normal
Tanda Vital
TD
Nadi
Suhu
120/80 mmHg
80 x/menit
36,7oc
120/80 mmHg
60-100 x/menit
36,5 – 37,2 oc
Normal
Normal
Normal
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 27
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
Thorax
Jantung
Paru
Konjungtiva tidak
anemis
Sklera tidak ikterik
Tidak ada pembesar-
an KGB
Simetris
Retraksi tidak ada
Iktus kordis tidak
tampak
Bunyi jantung
normal
Bising jantung
tidak ada
HR 80 x/menit,
regular
Stem fremitus
normal
Suara nafas
vesikuler normal
Konjungtiva tidak
anemis
Sklera tidak ikterik
Tidak ada pembesar-
an KGB
Simetris
Retraksi tidak ada
Iktus kordis tidak
tampak
Bunyi jantung
normal
Bising jantung
tidak ada
HR 80 x/menit,
regular
Stem fremitus
normal
Suara nafas
vesikuler normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Abdomen Datar
Lemas
Nyeri tekan (-)
Bising usus normal
Datar
Lemas
Nyeri tekan (-)
Bising usus normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Ekstremitas Dalam batas normal Dalam batas normal Normal
(Price, 2012)
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 28
b. Apa makna hasil pemeriksaan fisik dan keadaan spesifik?
Jawab:
Pada pemeriksaan fisik dan keadaan spesifik tidak ditemukan keadaan
yang abormal (patologik) sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada
gangguan organik yang terjadi pada Tn. Joko.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Kolestrol total: 160 mg%, LDL: 80 mg%, HDL: 40 mg%, Trigliserida:
110 mg%
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
Pemeriksaan
LaboratoriumTn. Joko
Batasan nilai
normalInterpretasi
Kolestrol total
LDL
HDL
Trigliserida
160 mg%
80 mg%
40 mg%
110 mg%
< 200 mg%
< 150 mg%
40 - 60 mg%
< 150 mg%
Normal
Normal
Normal
Normal
(Sudoyo, 2009)
b. Apa makna hasil pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
Pada temuan laboratorium tidak ditemukan keadaan yang abnormal
(patologik). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor resiko
terhadap timbulnya gangguan kognitif yang disebabkan atau berkaitan
dengan penyakit vaskuler.
Berbagai penelitian mencoba untuk mendapatkan faktor resiko yang
dapat memudahkan seseorang dapat mengalami penurunan fungsi
kognitif baik yang ringan maupun yang berat. Secara garis besar faktor
resiko tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor resiko yang tidak
dapat dimodifikasi dan faktor resiko yang dapat di modifikasi.
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 29
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi :
1. Umur/usia lanjut
2. Jenis kelamin (belum dapat dikonfirmasi)
3. Genetik
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi :
1. Hipertensi
2. Diabetes melitus
3. Dislipidemia
5. Lain-lain (merokok, obesitas, konsumsi alkhohol)
(Golomb, 2001)
6. Hasil Neuropsikiatrik Test
MMSE: 23, MoCA-INA: 24
Rontgen thorax: kesan CTR < 50%, CT scan kepala: atrofi lobus fronto-
temporal.
a. Bagaimana interpretasi dari hasil neuropsikiatrik test?
Jawab:
Neuropsikiatrik
TestTn. Joko
Batasan nilai
normalInterpretasi
MMSE
MoCA-INA
Rontgen
thorax
CT Scan
kepala
23
24
Kesan CTR <
50%
Atrofi lobus
frontotemporal
Lihat tabel 2
Lihat tabel 3
CTR < 50%
Tidak ada
atrofi lobus
frontotemporal
Abnormal (gangguan
kognitif ringan)
Abnormal (penurunan
kognisi ringan)
Normal
Abnormal
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 30
Tabel 2. Interpretasi pemeriksaan MMSE
Metode Skor Interpretasi Penilaian cepat < 24 Abnormal Range < 21 Increased odds of
dementia< 25 Decreased odds of
dementiaPendidikan 21 Abnormal untuk tingkat
pendidikan SMP ke bawah
< 23 Abnormal untuk tingkat pendidikan SMA
< 24 Abnormal untuk tingkat pendidikan tinggi (D3/S1/S2/S3)
Tingkat keparahan 24-30 Tidak ada gangguan kognitif
18-23 Gangguan kognitif ringan
0-17 Gangguan kognitif berat
Tabel 3. Interpretasi pemeriksaan MoCA-INA.
Kategori fungsi kognitif Skor MoCA-Ina
Kognisi normal Skor 27-30
Penurunan Kognisi ringan Skor 21-26
Penurunan kognisi sedang Skor 10-20
Penurunan kognisi berat Skor < 10
b. Bagaimana cara pemeriksaan MMSE dan MoCA-INA?
Jawab:
1) Mini Mental Status Examination (MMSE)
Mini Mental Status Examination (MMSE) merupakan suatu skala
terstruktur yang terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi 7
kategori: orientasi terhadap tempat (negara, provinsi, kota, gedung dan
lantai), orientasi terhadap waktu (tahun, musim, bulan, hari dan
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 31
tanggal), registrasi (mengulang dengan cepat 3 kata), atensi dan
konsentrasi (secara berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka 100,
atau mengeja kata WAHYU secara terbalik), mengingat kembali
(mengingat kembali 3 kata yang telah diulang sebelumnya), bahasa
(memberi nama 2 benda, mengulang kalimat, membaca dengan keras
dan memahami suatu kalimat, menulis kalimat dan mengikuti perintah
3 langkah), dan kontruksi visual (menyalin gambar).
Skor MMSE diberikan berdasarkan jumlah item yang benar
sempurna; skor yang makin rendah mengindikasikan gangguan kognitif
yang makin parah. Skor total berkisar antara 0-30, skor 27-30
menggambarkan kemampuan kognitif sempurna. Skor MMSE 22-26
dicurigai mempunyai kerusakan fungsi kognitif ringan. Selanjutnya
untuk skor MMSE ≤ 21 terdapat kerusakan aspek fungsi kognitif berat
dan nilai yang rendah ini mengidentifikasikan resiko untuk demensia.
MMSE dikelompokkan menjadi:
a. Orientasi tempat dan waktu
Orientasi merupakan kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar
dengan pengalaman lampau. Orientasi terhadap waktu dan tempat
dapat dianggap sebagai ukuran memori jangka pendek, yaitu
kemampuan responden memantau perubahan sekitar yang kontinyu.
Hal tersebut menandakan bahwa Ny. M dan Ny. R telah mengalami
gangguan memori jangka pendek terkait orientasi waktu (Potter,
2006).
b. Atensi
Atensi merupakan kemampuan untuk memusatkan perhatian pada
masalah yang dihadapi. Atensi seseorang dapat dinilai dengan tes
mengulangi angka atau benda.
c. Kalkulasi
Pengenalan dan “manipulasi intelektual” simbol matematik
dipengaruhi oleh integritas girus angularis di hemisfer yang
dominan. Kemampuan ini dapat dinilai dengan meminta pasien
berhitung sederhana. Kemampuan berhitung dipengaruhi juga oleh
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 32
pendidikan dan pekerjaan. Kesulitan dalam berhitung, mengurangi
dan menambah sederhana disebut diskalkulia. Gagal memanfaatkan
simbol matematik disebut akalkulia. (Potter, 2006)
d. Recall (mengulang kembali)
Termasuk dalam kemampuan memori baru jangka pendek. Memori
baru mengacu kepada kemampuan pasien untuk mengingat kejadian
yang baru terjadi dan memanggil kembali memori tersebut setelah
interval beberapa menit, jam, atau hari. Jadi Ny. M mengalami
gangguan memori jangka pendek terkait dalam hal mengingat
kembali (recall) (Potter, 2006).
e. Bahasa
Bahasa merupakan instrumen dasar bagi komunikasi pada manusia,
dan merupakan dasar dan tulang punggung bagi kemampuan
kognitif. Afasia adalah kesulitan dalam memahami dan atau
memproduksi bahasa yang disebabkan oleh gangguan pada hemisfer
otak (area Broca atau Wernicke). Dalam kemampuan berbahasa
tercakup berbagai kemampuan, yaitu:
- Bicara lancar
Seseorang disebut berbicara lancar bila bicaranya spontan tanpat
tertegun untuk mencari kata yang diinginkan.
- Komprehensi (pemahaman)
Kemampuan komprehensi dapat diperiksa dengan metode
konservasi (mengajak pasien bercakap-cakap), metode suruhan
(menyuruh pasien melakukan sesuatu dari yang sederhana hingga
yang sulit), metode pilihan (memberi pasien pertanyaan dengan
jawaban YA dan TIDAK), serta metode menunjuk (menyuruh
pasien untuk menunjuk sesuatu yang diperintahkan).
- Menamai (Naming)
Kesulitan menemukan kata erat kaitannya dengan kemampuan
menyebut nama dan hal ini disebut anomia.
- Repetisi (mengulang)
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 33
Kemampuan mengulang dinilai dengan meminta pasien
mengulang mula-mula kata yang sederhana kemudian
ditingkatkan menjadi banyak kata. Orang normal umumnya
mampu mengulang kalimat yang mengandung 19 suku kata.
Umumnya dapat dikatakan bahwa pasien afasia dengan gangguan
kemampuan mengulang mempunyai kelainan patologis yang
melibatkan daerah peri-Sylvian.
- Membaca dan menulis
Membaca dan menulis harus dinilai pula setelah evaluasi bahasa
lisan. Selain itu perlu diperiksa sisi otak mana yang dominan
dengan melihat penggunaan tangan saat menulis (kidal atau
tidak). Pasien yang afasia selalu mengalami agrafia (gangguan
bahasa yang dinyatakan dalam penulisan) dan alexia (kehilangan
kemampuan membaca, yang sebelumnya dimiliki) (Potter, 2006).
f. Konstruksi visual
Kemampuan konstruksi (praksis konstruksional) merupakan
kemampuan untuk menggambar atau membangun gambar atau
bentuk 2 atau 3 dimensi. Fungsi kognitif non-verbal tingkat tinggi ini
merupakan tugas motorik perceptual yang kompleks yang
melibatkan integrasi fungsi lobus oksipital, parietal, dan frontal
(Poerwandari, 2005).
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 34
Tabel 4. Mini Mental Status Examination (MMSE)
Item Tes Nilai maksimal
Nilai
ORIENTASI
1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa?
5 ---
2. Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar)
5 ---
REGISTRASI
3. Sebutkan 3 buah nama benda ( Apel, Meja, Koin), tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
3 ---
ATENSI DAN KALKULASI
4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “ WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)
5 ---
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5. Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas
3 ---
BAHASA
6. Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan ( pensil, buku)
2 ---
7. Pasien disuruh mengulang kata-kata:” namun”, “ tanpa”, “ bila”
1 ---
8. Pasien disuruh melakukan perintah: “ Ambil kertas ini dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”.
3 ---
9. Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkanlah mata anda”
1 ---
10. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1 ---
11. Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini
1 ---
Total 30 ---
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 35
Interpretasi hasil:
Metode Skor Interpretasi Penilaian cepat < 24 Abnormal Range < 21 Increased odds of
dementia< 25 Decreased odds of
dementiaPendidikan 21 Abnormal untuk tingkat
pendidikan SMP ke bawah
< 23 Abnormal untuk tingkat pendidikan SMA
< 24 Abnormal untuk tingkat pendidikan tinggi (D3/S1/S2/S3)
Tingkat keparahan 24-30 Tidak ada gangguan kognitif
18-23 Gangguan kognitif ringan
0-17 Gangguan kognitif berat
2) Montreal Cognitive Assessment (MoCA)
Salah satu tes skrining gangguan fungsi kognitif adalah dengan
menggunakan Montreal Cognitive Assesment (MoCA) yang mulai
dikembangkan pada awal tahun 2000. Tes MoCA dapat menilai
fungsi berbagai domain dalamwaktu sekitar 10 menit.
Untuk mendeteksi penderita Mild Cognitive Impairment (MCI)
dan Early Alzheimer’s diseasedengan mengunakan tes MoCA dan
MMSE (Mini Mental State Examination). Dari penelitian tersebut
dengan mengunakan nilai cutt of point 26 didapatkan hasil untuk
mendeteksi MCI dengan MoCA mempunyai sensitivitas90% dan
spesifisitas 87% dengan subjek 94 orang, sedangkan MMSE
mempunyai sensitivitas 18% dan spesifisitas 100%. Pada tes MoCA
jika subjek mendapat nilai 26 maka dianggap normal.
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 36
MoCA terdiri dari 30 poin yang dapat dikerjakan kurang lebih
selama 10 menit dan menilai beberapa domain kognitif.
1. Memori: menyebutkan 5 kata benda (5poin) dan menyebutkan
kembali setelah 5 menit (5 poin).
2. Visuospasial: dinilai dengan clock drawing task (3 poin) dan
mengambar kubus tiga dimensi (1 poin).
3. Fungsi eksekutif: dinilai dengan trail-making B(1 poin), phonemic
fluencytask (1 poin), dan two item verbal abstraction (2 poin).
4. Atensi: penilaian kewaspadaan (1 poin), pengurangan berurutan
(3 poin), digits forward and backward (1 poin masing-masing).
5. Bahasa: menyebut 3 nama binatang (singa, unta, badak; 3 poin),
mengulang dua kalimat (2 poin) dan kelancaran berbahasa (1
poin).
Total skor : jumlahkan semua skor sesuai daftar yang ada di sebelah
kanan. Tambahkan 1 poin untuk individu yang memiliki riwayat
pendidikan sampai berumur 12 tahun, poin maksimal berjumlah 30.
Interpretasi hasil:
Kategori fungsi kognitif Skor MoCA-Ina
Kognisi normal Skor 27-30
Penurunan Kognisi ringan Skor 21-26
Penurunan kognisi sedang Skor 10-20
Penurunan kognisi berat Skor < 10
(Poerwandari, 2005)
c. Apa kemungkinan penyebab dari atrofi lobus fronto-temporal?
Jawab:
Perubahan fisik yang terjadi pada otak yang mengalami proses
penuaan berpengaruh terhadap penurunan fungsi kognitif (MCI).
Sebagai contoh, jumlah impuls saraf dan sel-sel saraf menurun sesuai
dengan usia. Selain itu, kadar neurotransmiter seperti serotonin dan
asetilkolin, transmiter utama untuk memori dan belajar, kadarnya
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 37
menurun. Penurunan kadar asetilkolin ini sudah diketahui sejak 3
dekade yang lalu, menimbulkan teori bahwa penurunan kadar
asetilkolin diikuti dengan penurunan kognitif.
Aliran darah ke otak juga merupakan faktor penting bagi kesehatan
otak. Darah memberikan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk
melakukan fungsi normal. Sayangnya, selama penuaan, aliran darah ke
otak menurun + 20 %. Penurunan aliran darah akibat proses penuaan
dan penyakit-penyakit yang terkait dapat menyebabkan kerusakan sel
saraf otak, yang pada akhirnya berakibat penurunan fungsi kognitif.
(Kusumoputro, 2003)
Selain itu, adapun kaeadaan-keadaan lain yang berpengaruh terhadap
terjadinya atrofi fronto-temporal adalah sebagai berikut.
Inflamasi
Seseorang yang mengalami sindroma metabolik disertai dengan
tingkat inflamasi yang tinggi secara bersamaan akan berpotensi
untuk mengalami gangguan kognitif lebih besar daripada yang tidak
mengalami keduanya. Hal ini berkaitan dengan peningkatan
progresivitas atrofi lobus fronto-temporal pada saat terjadi inflamasi.
Radikal bebas
Radikal bebas merupakan molekul yang sangat stabil bereaksi
dengan molekul lain dalam proses oksidasi. Area tubuh dengan
output energi tinggi seperti otak, sangat rentan terhadap radikal
bebas.
d. Bagaimana patofisiologi terjadinya atrofi lobus fronto-temporal?
Jawab:
Degeneratif Pembuluh darah pada geriatri cenderung kaku dan
kurang elastis menurunnya daya regang pembuluh darah
penurunan perfusi oksigen ke otak atrofi di jaringan otak atrofi di
lobus fronto-temporal.
(Price, 2012)
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 38
7. Jika semua gejala saling dikaitkan, maka:
a. Bagaimana cara mendiagnosis gangguan pada kasus ini?
Jawab:
Diagnosis MCI dapat dibuat dengan kriteria menurut the Quality
Standards Subcommittee of the American Academy of Neurology
sebagai berikut:
1. Keluhan memori, terutama disampaikan oleh orang lain
2. Gangguan memori obyektif
3. Fungsi kognitif umum normal
4. Aktivitas kehidupan sehari-hari intak
5. Tidak ada demensia (Poerwadi, 2005).
Menurut Petersen (2004) pada MCI terdapat gangguan fungsi
kognitif sebesar 0.5-1 SD dibandingkan orang normal setelah dilakukan
matching terhadap faktor usia dan pendidikan. Diagnosis MCI dapat
dibagi atas 4 subtipe klinis, yaitu:
1. Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan memori dengan
tidak adanya gangguan dari area fungsi kognitif yang lain seperti
atensi, orientasi, bahasa dan visuospatial.
2. Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan memori
ditambah satu atau lebih gangguan dari area fungsi kognitif yang
lainnya.
3. Non Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan pada satu
area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari area fungsi memori.
4. Non Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan pada dua
atau lebih area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari area
fungsi memori.
Keempat subtipe klinis tersebut berbeda dalam hal etiologi dan
outcome nya. Amnestic MCI (single domain lebih baik dari yang
multiple domain) mempunyai kemungkinan yang lebih besar
mengalami progresifitas menjadi penyakit demensia Alzheimer.
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 39
Sedangkan subtipe non-Amnestic mempunyai kemungkinan mengalami
progresifitas menjadi penyakit demensia non- Alzheimer.
Untuk evaluasi diagnosis dari MCI diperlukan wawancara klinis
terhadap pasien dan informan yang dapat dipercaya seperti pengasuh,
pasangan hidup ataupun rekan kerja. Selain itu dilakukan pemeriksaan
neurologi.
Pemeriksaan status mental, test neuropsikologi, tes laboratorium,
pemeriksaan imaging dan penilaian kondisi komorbid psikiatri seperti
depresi.
Berbagai macam instrumen screening fungsi kognitif dilakukan
untuk untuk menilai individu dengan sangkaan mengalami gangguan
fungsi kognitif, seperti Mini-Mental Status Examination, Mayo Short
Test of Mental Status, Clock Drawing Test, Clinical Dementia Rating
dan tes lainnya.
(Fink, 2004)
b. Gangguan apa yang mungkin terjadi pada kasus ini?
Jawab:
Gejala MCI AlzheimerDemensia
Vaskuler
Demensia + + +
Disorientasi + + +
Gangguan
memori+ + +
Riwayat
hipertensi+ - +
Stroke + + +
Dislipidemia +/- - +
MMSE 23-17 < 18 < 17
Gangguan ADL - + +
(Dewanto, 2009)
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 40
c. Pemeriksaan tambahan apakah yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis gangguan pada kasus ini?
Jawab:
1) Laboratorium
Fungsi tiroid, vitamin B12, kadar asam folat, serologi sifilis, dan tes
untuk menyingkirkan kemungkinan lain yang bersifat reversible,
seperti kelainan metabolik (uremia atau ensefalopati hepatikum).
2) Pemeriksaan cairan otak
Indikator untuk penyakit Alzheimer dari cairan serebrospinalis
berupa peningkatan kadar protein tau dan menurunnya β-amiloid-42.
3) Pencitraan otak
CT scan secara rutin digunakan untuk mengidentifikasi hematom
subdural, infark, tumor, dan neuropatologis lainnya. MRI otak juga
rutin direkomendasikan untuk menilai berbagai macam kondisi,
karena pemeriksaan MRI dapat membedakan pasien MCI dengan
pasien Alzheimer melalui derajat atropi hipokampus. Volume
hipokampus dan spektroskopi N-asetil aspartat/ keratin adalah
penilaian yang paling sensitif untuk membedakan apakah seseorang
menderita MCI atau penyakit Alzheimer.
4) Skala pemeriksaan rutin
Beberapa skala yang digunakan untuk pemeriksaan rutin antara lain
MMSE, GDS (Geriatric Depression Scale) dan CDR (Clinical
Dementia Rating).
(Dewanto, 2009)
d. Gangguan apa yang paling mungkin terjadi pada kasus ini?
Jawab:
Amnestic Mild Cognitive Impairment-Single Domain
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 41
e. Bagaimana cara mengatasi gangguan pada kasus ini secara
komprehensif?
Jawab:
Tujuan pengobatan adalah:
Menjaga dan memaksimalkan fungsi yang ada saat ini
Mengurangi gangguan tingkah laku
Meringankan beban pengasuh, dan
Menunda progresivitas ke tingkat yang lebih lanjut.
Saat ini, tidak ada obat MCI atau perawatan lain secara khusus
disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA). Namun demikian,
MCI saat ini merupakan lingkup yang aktif diteliti. Studi klinis saat ini
sedang berjalan untuk menjelaskan lebih lanjut tentang mekanisme
terjadinya gangguan dan untuk menemukan perawatan yang dapat
memperbaiki gejala atau mencegah atau menunda perkembangan MCI
menjadi demensia.
1) Farmakologi
a. Obat Alzheimer
Kolinesterase inhibitor, jenis obat yang disetujui untuk penyakit
Alzheimer, dapat diberikan untuk orang dengan MCI yang
memiliki gejala utama berupa hilangnya memori. Namun,
inhibitor kolinesterase tidak dianjurkan untuk digunakan secara
rutin pada pasien MCI karena efeknya pada pasien tersebut tidak
konsisten.
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 42
Nama Obat Golongan Indikasi Dosis Efek samping
Donepezil Penghambat
kolinesterase
DA ringan,
sedang
Dosis awal 5 mg/hr bila
perlu, setelah 4-6
minggu menjadi 10
mg/hr
Mual, muntah,
diare,
insomnia
Galantamine Penghambat
kolinesterase
DA ringan,
sedang
Dosis awal 8 mg/ hr
setiap bulan dosis
dinaikkan 8 mg/hr
hingga dosis maksimal
24 mg/ hr
Mual, muntah,
diare,
anoreksia
Rivastigmine Penghambat
kolinesterase
DA ringan,
sedang
Dosis awal 2 x 1,5 mg/
hr setiap bulan dosis
dinaikkan 2 x 1,5 mg/ hr
hingga dosis maksimal 2
x 6 mg/ hr
Mual, muntah,
pusing, diare,
anoreksia
Memantine Penghambat
NMDA
DA sedang,
berat
Dosis awal 5 mg/ hr;
setelah 1 minggu, dosis
dinaikkan menjadi 2x5
mg/ hr dan seterusnya
sehingga dosis
maksimal 2 x 10 mg/ hr
Pusing, nyeri
kepala,
konstipasi
b. Mengobati kondisi lain yang dapat mempengaruhi fungsi mental
Kondisi umum lainnya, selain MCI, bisa membuat pasien merasa
lupa atau mental kurang tajam dari biasanya. Pengobatan kondisi
tersebut dapat membantu meningkatkan memori dan fungsi
mental secara keseluruhan.
2) Non Farmakologi
Saat ini telah dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah diet, olahraga
atau pilihan gaya hidup sehat dapat mencegah atau memperbaiki
penurunan kognitif. Bagaimanapun juga, olah raga merupakan pilihan
yang sehat untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan
mungkin juga peran dalam memperbaiki kesehatan kognitif.
a. Olahraga teratur diketahui bermanfaat untuk kesehatan jantung dan juga
membantu mencegah penurunan kognitif.
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 43
b. Diet rendah lemak, kaya buah-buahan, dan sayuran juga merupakan
pilihan yang sehat dan dapat membantu memelihara kesehatan kognitif.
c. Asam lemak omega-3 juga baik untuk jantung. Sebagian besar
penelitian menunjukkan bahwa asam lemak tersebut juga mungkin
bermanfaat bagi kesehatan kognitif. Konsumsi ikan digunakan sebagai
ukuran jumlah asam lemak omega-3 yang dikonsumsi.
d. Interaksi sosial dan stimulasi intelektual dapat membuat hidup lebih
tenang dan membantu menjaga fungsi mental.
(Petersen, 2003)
f. Apa yang terjadi jika keadaan ini tidak diatasi secara komprehensif?
Jawab:
Orang dengan MCI memiliki risiko yang meningkat secara signifikan –
namun tidak selalu – untuk berkembang menjadi penyakit Alzheimer
atau demensia jenis lainnya. Secara keseluruhan, sekitar 1 sampai 2
persen dari orang dewasa dapat berkembang menjadi demensia dalam
setiap tahunnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara orang
dewasa dengan MCI, 6 hingga 15 persennya dapat dapat berkembang
menjadi demensia dalam setiap tahunnya.
(Petersen, 2003)
g. Bagaimana peluang mengatasi gangguan ini sampai tuntas?
Jawab:
Dengan terapi dini, prognosis akan baik. Terapi yang terlambat atau
tidak adekuat, akan berlanjut menjadi demensia. Boyle melaporkan
bahwa orang dengan MCI memiliki kemungkinan 7x lebih besar untuk
kemudian menderita Alzheimer dibanding orang tua tanpa MCI. Pasien
dengan MCI, 80% dikatakan akan berkembang menjadi demensia
setelah kurang lebih 6 tahun.
MCI yang tidak diobati:
1) Dalam 1 tahun → 12% menjadi demensia
2) Dalam 3 tahun → 30% menjadi demensia
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 44
3) Dalam 8 tahun → 80% menjadi demensia
MCI memiliki risiko tinggi berkembang menjadi demensia.
Kecepatan transisi MCI menjadi demensia diperkirakan 10-15% dan
mencapai 50% dalam 5 tahun. Transisi biasa nya menjadi demensia
Alzheimer, jarang menjadi demensia vaskuler. Dalam populasi klinik,
kebanyakan pasien dengan diagnosis MCI bertahan dengan gangguan
kognitif ringan atau berkembang menjadi demensia, pada pasien
tersebut terdapat temuan karakteristik penyakit Alzheimer secara
neuropatologi, termasuk plak senilis. Mendapati temuan ini, beberapa
peneliti percaya bahwa MCI merupakan bentuk prodromal penyakit
Alzheimer, bukan suatu diagnostik yang terpisah.
(Rilianto, 2015)
h. Bagaimana kompetensi dokter umum pada kasus ini?
Jawab:
Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter
(misalnya: pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter
mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan
mampu menindaklanjuti sesudahnya.
(Konsil Kedokteran Indonesia, 2012)
i. Bagaimana pandangan Islam pada kasus ini?
Jawab:
Q.S An Nahl : 70
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 45
“Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara
kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun),
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah
diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa.”
2.5. Kesimpulan
Tn. Joko, 60 tahun sering lupa dengan apa yang baru diucapkan sejak 3
bulan yang lalu serta sering menanyakan kembali apa yang baru saja dikatakannya
tanpa adanya gangguan kognitif lain karena menderita Amnestic Mild Cognitive
Impairment-Single Domain.
2.6. Kerangka Konsep
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 46
Faktor Resiko (Degeneratif)
Atrofi lobus fronto-temporal
Gangguan fungsi kognitif (recent memory) tanpa adanya gangguan ADL dan fungsi kognitif lain
Sering lupa dengan apa yang baru diucapkan
Amnestic MCI
DAFTAR PUSTAKA
Abadi,K., dkk. 2013. Hipertensi dan Risiko Mild Cognitive Impairment pada
Pasien Usia Lanjut. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No.
3, Hal 119-124
Agung, I. 2006. Uji Keandalan dan Kesahihan Indeks Activity of Daily Living
Barthel untuk Mengukur Status Fungsional Dasar pada Usia Lanjut di
RSCM. Diakses tanggal 14 September 2015 dari http://repository.usu.
ac.id/bitstream/123456789/40401/4/Chapter %20II.pdf
Anderson, Heather. 2010. Mild Cognitive Impairment. Kansas: Department of
Neurology University of Kansas Medical Center
Budi dkk. 2011. Gangguan Gerak dan Fungsi Kognitif pada Wanita Lanjut Usia.
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011:41-5
Dewanto, George et all. 2009. Diagnosis Tatalaksana Penyakit Saraf, pg: 172-
174, [Diakses pada 7 Oktober 2015]
Dorland, W.A. Newman. 2011. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 28. Jakarta:
EGC
Golomb J et al. 2001. Diagnosis of MCI. In: Clinicians Manual on Mild Cognitive
Impairment. Holland: IOS Press
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hadisukanto, S. D. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI
Hartono, B. 2002. Konsep dan Pendekatan Masalah Kognitif pada Usia Lanjut:
Terfokus pada Deteksi Dini. Dalam: Cognitive Problem in Elderly. Temu
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 47
Regional Neurologi Jateng-DIY ke XIX. Semarang 22-23 Mei 2002:
Badan Penerbit UNDIP
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Kempler, D. 2005. Neurocognitive disorders in aging. California: Sage
Publications
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia
Kusumoputro, Sidiarto. 2003. Mild Cognitive Impairment (MCI). Jakarta:
PERDOSSI.
Fink, V. 2004. Mild Cognitive Impairment Pre Alzheimer’s Disease Provides
Opportunity for Early Detection and Possible Treatment. Health
Patners The Institute for Medical Education Bulletin. Vol.6. p.1-12
Mardjono. 2009. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat
Petersen RC. 2003. Conceptual overview. In: Petersen RC, ed. Mild Cognitive
Impairment:Aging to Alzheimer’s Disease. New York: Oxford University
Press
Price dan Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Rilianto. 2015. Mild Cognitive Impairment (MCI): Transisi dari Penuaan Normal
menjadi Alzheimer. CDK-228 Vol. 42, No. 5. http://www.kalbemed.
com /Portals/6/08_228 CME- Mild%20Cognitive%20Impairment Transisi
%20dari%20Penuaan%20Normal % 20Menjadi%20Alzheimer .pdf
[Diakses tanggal 7 Oktober 2015]
Saladin, K.S. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function.
New York: McGraw-Hill
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 48
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik. EGC : Jakarta
Sudoyo,Aru. dkk. 2009. Buku Ajar / Ilmu Penyakit Dalam edisi kelima. Jakarta:
FK UI
Poerwandari, E.K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan
pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.
Asia: Wiley
Tranel, D. Denburg, N.L. 2009. Approach to the Patient with Memory
Impairment. In Biller Practical Neurology. 3.rd ed. Pp. 41-43. USA:
Lippincott Williams & Wilkins
Zulsita, Arni. 2010. Gambaran Kognitif Pada Lansia. Medan: FK USU
Laporan Tutorial Skenario D Blok XIV 49