makalah manbreed

19
MAKALAH MANAJEMEN BREEDING OUTCROSSING PADA TERNAK Disusun oleh: Kelompok IV / PKH 2012 - C Intan Nabila S. (125130100111041) Hendri Ramdhoni (125130100111045) Adrian Bagus P. (125130100111057) Maya Innaka Arhayu (125130101111037) Linda Febriana (125130101111040) Retno Dwi Rahmawati (125130101111046) Ema Eka Safitri (125130101111049) Ridho Windarsyah (125130107111029) i

Transcript of makalah manbreed

Page 1: makalah manbreed

0

MAKALAH MANAJEMEN BREEDING

OUTCROSSING PADA TERNAK

Disusun oleh:

Kelompok IV / PKH 2012 - C

Intan Nabila S. (125130100111041)

Hendri Ramdhoni (125130100111045)

Adrian Bagus P. (125130100111057)

Maya Innaka Arhayu (125130101111037)

Linda Febriana (125130101111040)

Retno Dwi Rahmawati (125130101111046)

Ema Eka Safitri (125130101111049)

Ridho Windarsyah (125130107111029)

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2013

i

Page 2: makalah manbreed

1

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat

dan hidayahNya penulis bisa tetap bersemangat dan menyelesaikan makalah dengan judul

blablabla. Makalah ini dibuat atas bimbingan dosen rekayasa genetika untuk memperdalam

pengetahuan mahasiswa dalam menempuh mata kuliah manajemen breeding.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen manajemen breeding yang telah

membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih

kepada kolega – kolega mahasiswa yang telah memberi kontribusi baik langsung maupun

tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan ini penulis menemui banyak hambatan dan kendala. Namun,

berkat semangat kerja yang tak kenal lelah serta bantuan dari beberapa pihak, penulis dapat

mengatasi hambatan dan kendala tersebut dengan baik. Ucapan terima kasih patut kami

sampaikan kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun. Akhirnya,

semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan memberi manfaat.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Malang, 22 Desember 2013

Penulis

i

Page 3: makalah manbreed

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang........................................................................................................................1

Perumusan Masalah................................................................................................................1

Tujuan.....................................................................................................................................1

Manfaat...................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

Sejarah dan Definisi Pemulian Ternak...................................................................................3

Outcrossing………….………………………………………................................................4

Mekanisme Outcrossing……………………...…………......................................................6

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan...........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12

ii

Page 4: makalah manbreed

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

RNAi atau RNA Interference adalah salat satu teknologi genetis yang

memanfaatkan informasi genom serta sifat dan fungsi molekul RNA untuk

membungkam atau menonaktifkan fungsi suatu gen dari suatu organisme. RNA

merupakan molekul pembawa pesan genetis di dalam sel. Ketika sebuah gen dalam

DNA atau kromosom suatu makhluk hidup diaktifkan, urutan basa gen ini akan ditulis

ulang dalam bentuk molekul RNA (proses transkripsi). Selanjutnya, ia menjadi

rujukan bagi ribosom untuk diterjemahkan menjadi protein dengan fungsi seluler

tertentu (proses translasi). Jadi, RNA seakan menjadi penghubung antara gen dan

ekspresi fungsinya. Dengan menginterferensi atau menghalangi fungsi RNA maka

fungsi suatu gen akan terganggu atau menjadi non-aktif sama sekali. Di sinilah

teknologi RNAi memainkan perannya. Teknologi RNAi memanfaatkan molekul RNA

dengan urutan yang berkomplemen dengan target RNA dari suatu gen yang akan

dibungkam atau dimatikan fungsinya. RNAi ini dapat dibuat secara alami dengan

mengekspresikan gen dengan urutan DNA yang berkomplemen dengan target gen.

Molekul RNAi yang tersintesis akan berikatan dengan molekul RNA yang menjadi

target di dalam sel. Karena komplementasi ini, terciptalah molekul RNA rantai ganda

yang tidak lagi bisa berfungsi sebagai rujukan bagi ribosom. Karena ribosom tak

memiliki cetakan atau acuan untuk membuat protein maka fungsi dari gen target tak

bisa terekspresikan.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah dan definisi dari RNAi?

2. Bagaimana mekanisme penghambatan ekspresi gen oleh sistem RNAi?

3. Bagaimana aplikasi sistem RNAi pada bidang medis kedokteran?

1.3. Tujuan

1. Mengidentifikasi dan mendiskusikan sejarah serta definisi dari RNAi.

2. Menjelaskan secara skematis bagaimana mekanisme penghambatan ekspresi gen

oleh suatu sistem RNAi.

1

Page 5: makalah manbreed

4

3. Mengidentifikasi dan mendiskusikan mengenai aplikasi – aplikasi sistem RNAi

pada bidang medis kedokteran.

1.4. Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah diharapkan mahasiswa mampu

mengidentifikasi dan mendiskusikan sejarah dan definisi dari pemuliaan ternak dan

outbreeding, menjelaskan secara skematis mengenai mekanisme outbreeding.

2

Page 6: makalah manbreed

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah dan Definisi Pemliaan Ternak

Pemuliaan ternak atau dalam bahasa Inggris disebut Animal Breeding

merupakanaplikasi dari genetika dalam upaya meningkatkan produktivitas

ternak.Performa atau produktivitas ternak dipengaruhi oleh Breeding, Feeding, dan

Manajemen.Pengetahuan ini tentunya berdasarkan atas penelitian-penelitian yang

intensif dankomprehensif dan melibatkan berbagai ilmu yang menunjang seperti

Biologi, Reproduksi,Nutrisi dan Statistika. Keadaan ini tentunya bergeser sesuai

dengan waktu danperkembangan ilmu pengetahuan. Pada saat ini, untuk mencapai

produktivitas danefesiensi produksi, para akhli menambahkan kriteria lain seperti

pengendalian penyakit,pemasaran produk dan pengolahan pasca panen.Sebelum tahun

1800, perbaikan mutu genetik ternak masih mengutamakan seleksi alamdengan

kekuatan daya adaptasi. Para akhli pemuliaan telah mengetahui sebagiankarakteristik

bangsa-bangsa ternak yang berada di dunia. Sebagai contoh: untuk daerahyang panas,

para peternak memilih sapi Brahman, untuk daerah dingin dan basah dipilihsapi

Herdford, Angus, atau Highlander, untuk daerah pegunungan dipilih sapi Charolaisdan

Simental, dan untuk daerah gurun dipakai kambing Anggora.Sekitar tahun 1800,

Robert Bakewell merintis metoda seleksiyang sistematik pada ternak. Beliau mulai

mengembangkanpopulasi ternak superior pada sapi dengan cara menyeleksisifat-sifat

spesifik yang diinginkan, seperti kecepatanpertumbuhan dan efisiensi penggunaan

pakan. RobertBakewell juga mengembangkan populasi tertutup melaluiinbreeding dan

linebreeding untuk memperoleh populasi yangseragam. Robert Bakewell sampai

sekarang dikenal sebagai bapak Pemuliaan Ternak. Pada tahun 1800, negara-negara

Eropa mengadakan ekspansi dan kolonialisasi di benuaAmerika, Asia, Afrika dan

Australia. Keadaan ini menyebabkan bangsa-bangsa ternakdari Eropa menyebar ke

negara-negara koloni mereka. Disana terjadi perkawinan antaraternak-ternak lokal

dengan ternak dari Eropa, yang hasilnya terjadi diservikasi gene pool.Pada tahun

1850an, seorang ilmuwan, Gregor Mendel, merintisteori dasar penurunan sifat yang

sangat memegang perananpenting dalam pengembangan ilmu pemuliaan. Kalau

RobertBakewell lebih mengarah ke pengembangan praktis performaternak dengan

tidak mempelajari alasan penurunan sifatnya, Gregor Mendel berusaha menggali

3

Page 7: makalah manbreed

6

alasan penurunan sifat walau sifat yangdigunakan sangat sederhana, yaitu warna pada

bunga ercis. Tetapiteori yang dirintis Mendel memberi dampak yang sangat luas

padailmu pemuliaan sampai sekarang. Gregor Mendel dikenal sebagai bapak

Genetika. Pada tahun 1900, di Amerika terjadi pergeseran populasi dari desa ke kota

dan diikutioleh banyaknya imigran yang memasuki negara tersebut. Kebanyakan

populasi di kotatidak memproduksi makanan sendiri. Keadaan tersebut memicu

peningkatan danefisiensi produksi baik untuk bidang peternakan ataupun pertanian.

Pengaruh nyata padadunia peternakan adalah banyaknya bangsa-bangsa ternak yang

memasuki Amerika dandipelajari karakteristiknya.

2.2. Outcrossing

Seleksi adalah tindakan untuk memilih ternak yang dianggap mempunyai mutu

genetic untuk dikembangkan lebih lanjut serta memilih ternak yang dianggap kurang

baik untk disingkirkan dan tidak dikembangbiakkan lebih lanjut (Hardjosubroto,

1994). Peningkatan mutu genetic melalui seleksi akan jauh lebih baik hasilnya jika

dilakukan pada populasi ternak dengan genetic yang besar (pallawarukka,1999).

Peningkatan mutu genetic dapat dilakukan melali dua fase:

- Mengestimasi nilai pemuliaan untuk ternak yang memiliki genotype unggul.

- Menggunakan ternak unggul tersebut untuk tujuan pemliaan agar peningkatan mutu

genetic dapat dimaksimalkan.

Nilai heretabilitas ditentukan dari nilai genetic relative dan keragaman nilai

non genetic, dan nilai heritabilitas ini merupakan ukuran keakurasian dari evaluasi

pejantan melalui uji anak betina keturrunannya. Menurut Dalton (1984) nilai

heritabilitas bekisar antara 0 sampai 1 dan jika nilai lebih kecil dari 0,1 termasuk

kategori rendah, nilai 0,1 sampai 0,3 termasuk kategori sedang, dan apabila nilai

heritabilitas sama dengan nol, maka ditimbulkan oleh factor lingkungan atau non

genetic. Perbaikan mutu genetic dilakukan dengan menentukan perkawinan ternak-

ternak yang memiliki genetic unggul didalam suatu sistem perkawinan. Sistem

perkawinan didefinisikan sebagai suatu sistem untuk menghubungkan plasma nuftah.

Individu-individu sedemikian rupa, sehingga distribusi gen diubah dalam tingkat dan

cara-cara berbeda sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan (Pallawarukka, 1999).

4

4

Page 8: makalah manbreed

7

Perkawinan Outcrossing didefinisikan sebagai perkawinan diantara hewan-

hewan yang kurang erat hubungan kekerabatannya dalam bangsa yang sama, sehingga

dapat meningkatkan heterozigositas yang cenderung meningkatkan nilai fenotipe

keturunannya (Diwyanto, 2001). Adapun contoh bangsa sapi baru yang terbentuk

dari crossbreeding :

- Sapi Santa Gertrudis : Hasil perkawinan anatara sapi Brahman dengan sapi

Shorthorn.

- Sapi Brangus : Hasil perkawinan antara sapi Brahman dengan sapi Aberden Angus,

dengan komposisi darahnya adalah 3/8 Brahman dan 5/8.

- Sapi Beef Master : Hasil Persilangan antara sapi Brahman, Shorthorn dan sapi

Hereford, dengan komposisi darah adalah 25% Hereford, 25% Shorthorn dan 50%

Brahman.

- Sapi Charbray : hasil persilangan antara sapi Brahman dengan sapi Charolais,

komposisi darahnya adalah 3/16 Brahman dan 13/16 Charolais. Perkawinan antar

ternak yang tidak berkerabat (outbreeding) yang meliputi:

2.3. Mekanisme Outcrossing

Yang dimaksud perkawinan dengan metode outcrossing adalah jika kita

memasukkan pejantan baru yang nantinya sebagai pembawa variasi genetik baru,

dalam suatu kelompok ternak yang kita miliki. Out crossing ini dapat dimanfaatkan

sebagai crash program dalam suatu upaya untuk perbaikan mutu. Hal ini tergantung

dari berat ringannya out crossing tersebut. Skema dari perkawinan silang outcrossing

5

Page 9: makalah manbreed

8

Tahap pertama: (1) menentukan lokasi/kawasan didasarkan pada ada ternak

kambing/domba dalam jumlah > 300 ekor induk untuk nantinya berperan sebagai

populasi dasar dan peternak yang sudah lama beternak; (2) memilih para peternak

partisipatif yaitu hanyalah yang bersedia bekerjasama untuk melaksanakan perbibitan

yang dipilih; (3) mempertimbangkan kapasitas wilayah; dan (4) mendiskusikan

dengan peternak partisipatif/terpilih tentang garis besar semua

yang akan direncanakan dan dilaksanakan.

Tahap kedua: (1) bersama para peternak partisipatif menentukan target akhir yang

ingin dicapai dalam pelaksanaan pembibitan “yaitu mendapatkan ternak generasi

selanjutnya yang mempunyai pertumbuhan cepat pada umur kurang dari 1,5 tahun

telah mencapai bobot potong” yang diharapkan tergantung pada bangsa/rumpun/galur

kado yang dipilih); (2) bersama peternak menentukan: (a) sistem pemuliaan yang

dipilih yaitu seleksi bibit murni atau persilangan, (b) perbaikan teknik budidaya

terutama sistem pemeliharaan (kandang atau penggembalaan) dan cara penyediaan

pakan dan teknik pemberiannya; (3) kemudian secara bertahap dibangun sistem

perbibitan yang diawali dengan seleksi pejantan (hanya pejantan terbaik yang

dijadikan pemacek maksimal satu tahun dalam tiap kelompok), kemudian digulirkan

ke kelompok pembibit lain dalam kawasan yang sama; (4) semua ternak betina

produktif dipelihara sebagai calon induk/induk untuk dikawinkan dengan pemacek

sampai jumlah ternak yang dipelihara sama dengan kapasitas tampung kawasan,

seleksi pada betina produktif baru dilakukan jika jumlah ternak sudah melebihi

6

Page 10: makalah manbreed

9

kapasitas tampung kawasan; (5) sistem ini dipertahankan sampai ternak dalam

kelompok sudah lebih baik dari ternak lain diluar kelompok (bukan pembibit).

Tahap ketiga: (1) ternak jantan afkiran (tidak layak dijadikan pemacek) dipelihara

sebagai ternak potong demikian juga ternak betina produktif afkiran; (2) perbaikan

penyediaan dan pemberian pakan berjalan secara dinamis sesuai dengan karakteristik

ternak yang terbentuk dan target akhir yang ingin dicapai tetap dipegang teguh; dan

(3) secara bertahap disosialisasikan cara rekording.

Dari skema diatas terlihat bahwa, pada tahap satu kegiatan adalah

penentuan lokasi dan bangsa/rumpun/galur kado yang dapat dipilih untuk

mempercepat pertumbuhan sebagai target akhir produk ternak bibit. Sistem seleksi

ternak murni maupun melalui persilangan tetap akan mendapatkan hasil akhir yang

sama baiknya. Pada prinsipnya sistem seleksi maupun persilangan adalah dengan

mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya ternak lokal yang tersedia di lokasi

terpilih. Yang penting adalah menjaga agar derajat inbreeding tetap berada dibawah

6% dalam populasi ternak bibit. Oleh karena itu, maka sistem perkawinan outcrossing

perlu diterapkan dalam pelaksanaan pembibitan.

7

Page 11: makalah manbreed

10

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

RNAi (RNA interference) dikemukakan oleh Andrew Z. Fire dan Craig C.

Mello pada tahun 1998 dengan mengemukakan suatu mekanisme baru dalam regulasi

aliran formasi genetik dengan melibatkan RNA sebagai pengontrol, yang kemudian

dikenal dengan RNA interference (RNAi).

RNAi atau RNA Interference adalah salat satu teknologi genetis yang

memanfaatkan informasi genom serta sifat dan fungsi molekul RNA untuk

membungkam atau menonaktifkan fungsi suatu gen dari suatu organisme. RNA

merupakan molekul pembawa pesan genetis di dalam sel. Ketika sebuah gen dalam

DNA atau kromosom suatu makhluk hidup diaktifkan, urutan basa gen ini akan ditulis

ulang dalam bentuk molekul RNA (proses transkripsi).

Proses ekspresi suatu gen merupakan hal yang sangat penting dan mendasar

pada mahluk hidup. Pabrik pencetak gen biasanya terdapat dalam chromosome yang

terletak di inti sel, dan ekspresinya akan tampak pada proses selanjutnya yang kita

kenal dengan istilah sintesis protein di sitoplasma. Materi genetik yang

diidentifikasikan sebagai deoxyribonucleic acid (DNA) ditemukan pada tahun 19442

dan struktur double-helix-nya dipecahkan pada tahun 1953. Tiga bentuk lain dari

nucleic acid, single-stranded ribonucleic acid (RNA), diketahui sebagai pembawa

pesan (message) dari bentuk awalnya yaitu DNA untuk dirubah menjadi bentuk akhir

yaitu protein, yang kita kenal sebagai teori central dogma of molecular biology.

Aplikasi dari sistem RNAi ini sudah mulai dikembang dalam dunia medis

seperti Potensi pengobatan RNAi untuk memodifikasi respon host terhadap infeksi

virus respirasi, RNAi untuk kelainan syaraf, strategi antivirus pada jaringan lain, target

penyakit metabolic dan kanker hati, serta miRNAs sebagai target terapi.

138

Page 12: makalah manbreed

11

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Dwi.,dkk. 2011. Peranan RNA Interference pada Embryonic Stem Cell. Jakarta :

Stem Cell and Cancer Institute, Kalbe Pharmaceutical Company.

Davidson, Baverly L., and Paul B. McCray Jr. 2011. Current Prospects for RNA

Interference-Based Therapies. Iowa City, Iowa, USA: University of Iowa.

Malik, Amarila. 2005. RNA Therapeutic, Pendekatan Baru Dalam Terapi Gen. Depok:

Departemen Farmasi FMIPA-UI Depok.

9