Makalah manajemen dan kepemimpinan

22
Manajemen dan kepemimpinan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara). Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya. Motivasi orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu ada faktor di luar diri orang tersebut yang mendorongnya untuk berperi-laku tertentu. Dalam hal semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar. Sedang motivasi intrinsik daya dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri untuk berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki mutu kerjanya. kepemimpinan harus diarahkan agar orang-orang mau berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi perilaku yang ditimbulkan oleh kepemimpinan itu berupa kesediaan orang-orang untuk saling bekerjasama mencapai tujuan organisasi yang disepakati bersama. Dalam implementasinya kepemimpinan yang berhasil adalah yang mampu menumbuhkan kesadaran orang-orang dalam perguruan tinggi untuk melakukan peningkatan- peningkatan mutu kinerja dan terciptanya kerjasama dalam kelompok-kelompok untuk meningkatkan mutu kinerja masing-masing kelompok maupun kinerja perguruan tinggi secara terpadu. Adanya kerjasama-kerjasama kelompok merupakan salah satu kunci keberhasilan.

Transcript of Makalah manajemen dan kepemimpinan

Manajemen dan kepemimpinan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan

tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan

oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai

keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat

orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang

pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,

mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai

tujuan bersama-sama (Panji Anogara).

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau

bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua

pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu

Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi diarahkan

untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti

yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.

Motivasi orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan

motivasi intrinsik. Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu ada faktor di luar diri

orang tersebut yang mendorongnya untuk berperi-laku tertentu. Dalam hal

semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar. Sedang motivasi intrinsik daya

dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal dari dalam diri orang itu sendiri.

Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri untuk berbuat sesuatu, misalnya

memperbaiki mutu kerjanya. kepemimpinan harus diarahkan agar orang-orang

mau berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi perilaku yang

ditimbulkan oleh kepemimpinan itu berupa kesediaan orang-orang untuk saling

bekerjasama mencapai tujuan organisasi yang disepakati bersama. Dalam

implementasinya kepemimpinan yang berhasil adalah yang mampu menumbuhkan

kesadaran orang-orang dalam perguruan tinggi untuk melakukan peningkatan-

peningkatan mutu kinerja dan terciptanya kerjasama dalam kelompok-kelompok

untuk meningkatkan mutu kinerja masing-masing kelompok maupun kinerja

perguruan tinggi secara terpadu. Adanya kerjasama-kerjasama kelompok

merupakan salah satu kunci keberhasilan.

Dalam proses tersebut pimpinan membimbing, memberi pengarahan,

mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta

menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama.

Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam

organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu untuk dapat meningkatkan

mutu kinerjanya.

Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat

penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk

menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi

pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu keharusan yang

mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang akan

tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu. Dalam ilmu pendidikan

ini masuk dalam kawasan affective.

Kepemimpinan yang merupakan faktor eksternal tadi, harus selalu dapat

memotivasi anggota organisasi perguruan tinggi untuk melakukan perbaikan-

perbaikan mutu. Tetapi kalau setiap kali dan dalam setiap hal harus memberi

perintah atau pengarahan, itu akan menimbulkan kesulitan. Kalau setiap

melakukan pekerjaan dengan baik itu harus dengan perintah pimpinan, dan kalau

tidak ada perintah pimpinan tidak dilakukan pekerjaan dengan baik, maka

perbaikan mutu kinerja yang terus menerus akan sulit diwujudkan. Oleh karena

itu agar kepemimpinan itu selain untuk memberi pengarahan atau perintah

tentang hal-hal yang perlu ditingkatkan mutunya, juga perlu digunakan untuk

menumbuhkan motivasi intrinsik, yaitu menumbuhkan kesadaran akan perlunya

setiap orang dalam perguruan tinggi itu selalu berupaya meningkatkan mutu

kinerjanya masing-ma-sing secara individual maupun bersama-sama sebagai

kelompok ataupun sebagai organisasi.

B. TUJUAN

Berdasarkan latar belakang masalah maka makalah ini membahas tentang

• Manajemen kepemimpinan

• Kepemimpinan

• manajemen

• Pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong

perubahan dalam organisasinya

C. MASALAH

• Bagaimanakah sebenarnya manajemen seorang pemimpin

• Apa sajakah yang harus kita ketahui dari manajemen kepemimpinan

• Membahas pentingnya sebuah manajemen bagi seorang manajer

D. BATASAN MASALAH

Makalah ini hanya membahas tentang Manajemen kepemimpinan

BAB II

LANDASAN TEORI

Ketika anda belajar manajemen, anda selalu teringat oleh Henry Fayol. Ia, di

tahun 1916 memperkenalkan konsep manajemen yang berupa merencanakan,

mengorganisasikan, memerintahkan, dan mengawasi. Ketika ada orang bertanya

kepadanya, apa tugas dari seorang dirut? POSDCORB jawabnya. Itu adalah

kepanjangan dari planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting

dan budgeting. Ia mengemukakan istilah itu di tahun 1930. Akronim manajemen

itu ringkas dan mudah diingat.

William Stewart, (Carter-Scott, 1994) seorang alumnus the Naval Academy yang

merupakan veteran perang Vietnam ikut berpendapat tentang manajemen dengan

mengatakan, “Ada perbedaan keahlian yang dituntut di dunia militer. Ketika

keadaan damai, misalnya, anda akan sukses jika anda tahu bagaimana menerapkan

manajemen. Namun ketika perang, anda hanya akan sukses jika anda mampu

memimpin. Keahlian manajemen anda yang efektif, tidak terlalu bisa anda

terapkan dalam perang. Yang diperlukan adalah kemampuan memimpin.” Sekarang

ini Steward sudah menjadi pengacara yang sukses di Amerika Serikat.

Peter Drucker menulis salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan:

"Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation), diterbitkan tahun 1946. Buku

ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang

menugaskan penelitian tentang organisasi.

Berbagai pakar mempunyai pendapat yang bermacam-macam tentang manajemen

dan kepemimpinan itu.. Satu penjelasan yang mudah dipahami adalah dari

Stephen Covey.Andaikata kita ini sedang akan membuka hutan untuk eksplorasi

hasil hutan, maka seorang pemimpin akan mengatakan, “Baik, dari berbagai

informasi dan pertimbangan, saya putuskan hutan di lereng bukit itu yang harus

kita tebang dulu.” Sebagai pemimpin ia menjelaskan bagian mana yang harus

dieksplorasi.Begitu pemimpin itu menjelaskan bagian hutan mana yang harus

dibuka, maka saatnya peran manajemen berlaku. Para manajer akan memikirkan

cara-cara, alat-alat, metoda yang paling efektif untuk membuka hutan itu.

Mungkin mereka akan memakai gergaji listrik, mungkin memakai gergaji panjang

karena medannya sulit, atau bahkan mereka akan melingkar untuk mencari celah

agar mudah membuka bagian hutan itu.Bisakah sekarang anda membedakan

fungsi manajemen dan kepemimpinan? Kepemimpinan adalah yang menentukan

arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi bisa

tercapai.

Manajemen lebih peduli kepada pemilihan metoda, cara-cara agar tujuan itu bisa

tercapai secara efektif. Itu tadi adalah konsep manajemen dan kepemimpinan

dari Covey. Warren Bennis, pakar kepemimpinan dan manajemen terkenal, dengan

cerdas mengatakan, “Pemimpin menaklukkan situasi. Mungkin situasi itu kacau,

membingungkan, mengherankan dan bahkan menantang kita dan bisa

membungkam kita jika kita biarkan situasi itu makin memburuk. Manajer, atau

manajemen? Manajer menyerah atas keadaan itu. Manajemen berarti mengelola,

sedangkan kepemimpinan, menginovasi. Manajer adalah tiruan, sedangkan

pemimpin adalah asli. Manajemen menjaga hal-hal, pemimpin mengembangkan hal-

hal.

H. Dodge, Ronald Fisher, dan Thorton C Fry memperkenalkan teknik statistika ke

dalam manajemen. Pada tahun 1940an, Patrick Blackett mengkombinasikan teori

statistika dengan teori mikroekonomi dan lahirlah ilmu riset operasi. Riset

operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains

untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan

operasi.

BAB III

ANALISA MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN

A. Pengertian manajemen kepemimpinan

Manajemen kita terjemahkan menjadi manajemen, dan leadership menjadi

kepemimpinan.Sebenarnya apaperbedaan “hakiki” antara manajemen dan

kepemimpinan? Silakan baca terus..Berbagai pakar mempunyai pendapat yang

bermacam-macam tentang manajemen dan kepemimpinan itu.. Satu penjelasan

yang mudah dipahami adalah dari Stephen Covey.Andaikata kita ini sedang akan

membuka hutan untuk eksplorasi hasil hutan, maka seorang pemimpin akan

mengatakan, “Baik, dari berbagai informasi dan pertimbangan, saya putuskan

hutan di lereng bukit itu yang harus kita tebang dulu.” Sebagai pemimpin ia

menjelaskan bagian mana yang harus dieksplorasi.Begitu pemimpin itu

menjelaskan bagian hutan mana yang harus dibuka, maka saatnya peran

manajemen berlaku.

Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuna ménagement, yang memiliki arti seni

melaksanakan dan mengatur. Karenanya, manajemen dapat diartikan sebagai ilmu

dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki

untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Manajer/Pemimpin adalah

seorang yang karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh

organisasi untuk memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan

mengembangkan kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.

Para manajer akan memikirkan cara-cara, alat-alat, metoda yang paling efektif

untuk membuka hutan itu. Mungkin mereka akan memakai gergaji listrik, mungkin

memakai gergaji panjang karena medannya sulit, atau bahkan mereka akan

melingkar untuk mencari celah agar mudah membuka bagian hutan itu.Bisakah

sekarang anda membedakan fungsi manajemen dan kepemimpinan? Kepemimpinan

adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan

agar arah tadi bisa tercapai

Manajemen dan kepemimpinan, sebenarnya apa perbedaan mendasar kedua istilah

itu? Dua kata itu, manajemen dan kepemimpinan sangat sering kita dengar.

Kadang kata itu sering kita persamakan artinya. Ketika kita melihat perusahaan

yang sangat berkembang kita sering mengatakan, “manajemen di sana baik.”

Kadang kita berkata, namun kata manajemen begitu melanda dalam kehidupan

sehari-hari.

Ketika anda ingin mengkritik sebuah universitas yang prestasinya buruk, anda

mengatakan "manajemen universitas itu tidak cakap." Ketika anda bicara

pengelolaan pajak yang amburadul, anda mengatakan, "manajemen pajak di negeri

kita payah." Saat ini kita memang hidup penuh dengan berondongan istilah yang

macam-macam, yang semuanya terkait dengan manajemen.. Benchmarking,

balance score card, intrapreneuring, empowerment, business process

reengineering, dan istilah-istilah aneh-aneh (tapi pasti Inggris) begitu melanda

organisasi kita.Celakanya, kita sering begitu “gagah” menggunakan kata-kata

asing itu. Daripada bilang pemberdayaan, kita lebih mantap bicara empowerment.

Daripada bicara hubungan pelanggan yang akrab, kita katakan customer intimacy,

atau malah sekadar customer relationship.

Namun ada fenomena menarik, walau kita sering mengucapkan berbagai istilah

manajemen, kita malah sering tidak tahu arti persis dari kata-kata itu. Seringkali

pula istilah manajemen itu kita dengar dari orang lain, karena terasa gagah, kata

itu kemudian menjadi “kosa kata” kita sehari-hari tanpa kita pernah tahu dari

literatur mana sumber istilah manajemen itu.Ketika kita makin berakrab-akrab

dengan berbagai istilah itu, agar “membumi” kita ganti istilah itu menjadi bahasa

Indonesia.

B. Ruang Lingkup Manajemen

Selain manajemen sebagai ilmu, manajemen juga dianggap sebagai seni. Hal ini

disebabkan oleh kepemiminan memerlukan kharisma, stabilitas emosi,

kewibawaan, kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antaramanusia yang

semuanya itu banyak ditentukan oleh bakat seseorang dan tidak dapat dipelajari

Ilmu manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang disistemisasi,

dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya

metode ilmiah yang dapat digunakan dalam setiap penyelesaian masalah dalam

manajemen. Metode ilmiah pada hakikatnya meliputi urutan kegiatan sebagai

berikut.

1. Mengetahui adanya persoalan.

2. Mendefinisikan persoalan.

3. Mengumpulkan fakta, data dan informasi.

4. Menyusun alternatif penyelesaian.

5. Mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternatif penyelesaian.

6. Melaksanakan keputusan serta tindak lanjut.

C. Kualitas Seorang Pemimpin

Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata,

tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi

pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang

pertama, yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi

pemimpin formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda

kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun

pemimpin yang menjadi simbol perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson

Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih

banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal

menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan

yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.

Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini.

Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena itu

seringkali kami dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal agar

memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill atau

personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan

berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa

kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga

melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada tiga hal penting

dalam metoda kepemimpinan, yaitu:

Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan

sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong

terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun

sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut.

Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear

vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan

dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner,

yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju.

Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau

organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa visi,

kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah

organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam

mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi.

Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role.

Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi

bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi

tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk

mencapai visi itu.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya

dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari

mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari

solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi

orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki

kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya

dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran,

rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-

hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan) Pemimpin sejati bukan sekedar

memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan dalam

metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan

seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard tersebut disebutkan ada empat

perilaku seorang pemimpin, yaitu: Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan

mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa

untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan

Firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap

apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.

Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar

kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat

memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat

penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan

hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan

status dan kekuasaan semata.

Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek,

baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya. Setiap hari

senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen untuk

melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa) dan

scripture (membaca Firman Tuhan).

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut kami

sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa

Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ

the Ultimate Intelligence, salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual adalah

kepemimpinan yang melayani (servant leadership).

Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate

Luderman, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa

perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ

yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas,

terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain

dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki

spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka

sendiri maupun bagi orang lain

D. Prinsip Kepemimpinan

• Seorang yang belajar seumur hidup Tidak hanya melalui pendidikan formal,

tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis,

observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk

sebagai sumber belajar.

• Berorientasi pada pelayanan Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani,

sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan

utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada

pelayanan yang baik.

• Membawa energi yang positifSetiap orang mempunyai energi dan semangat.

Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan

mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk

membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja

untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu,

seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;

• Percaya pada orang lainSeorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk

staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan

pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan

kepedulian.

• Keseimbangan dalam kehidupanSeorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan

tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara

kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang

antara kehidupan dunia dan akherat.

• Melihat kehidupan sebagai tantangan Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan

negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan

segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang

dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman

tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian,

dinamisasi dan kebebasan.

• Sinergi Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis

perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi

adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The

New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja

kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara

perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang

atasan, staf, teman sekerja.

• Latihan mengembangkan diri sendiri Seorang pemimpin harus dapat

memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia

tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri

dari beberapa komponen yang berhubungan dengan:

Pemahaman materi;

Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman;

Mengajar materi kepada orang lain;

Mengaplikasikan prinsip-prinsip;

Memonitoring hasil;

Merefleksikan kepada hasil;

Menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi;

Pemahaman baru; dan

Kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa

kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: kemauan dan keinginan sepihak;

kebanggaan dan penolakan; dan ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut,

memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman

sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai

dasar dalam pengambilan keputusan.

Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi.

Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding

perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai

keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam

kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar.

Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang

lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah

bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong.

Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti

dengan memenuhi keinginan orang.

E. Tingkat dan Keterampilan Seorang Pemimpin

1. Keterampilan Konseptual

Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat

konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Keterampilan ini sering

disebut sebagai keterampilan kosepsional (conceptional skill). Gagasan atau ide

serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana

kegiatan untuk menciptakan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide

menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses

perencanaan. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan

keterampilan untuk membuat rencana kerja.

2. Keterampilan Komunikasi atau Kemanusiaan

Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan

keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang laion

yang disebut juga keterampilan kemanusiaan (human skill). Komunikasi yang

persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang

dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan

membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap

terbutka kepada atasan. Keterampilan kberkomunikasi diperlukan, baik pada

tingkatan manajemen atas, menengah maupun bawah.

3. Keterampilan Teknis

Keterampilan terakhir yang merupakan bekal bagi seorang manajer adalah

keterampilan teknis (technical skill). Keterampilan ini apda umumnya merupakan

bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini

merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya

memperbaiki mesin, membuat kursi, merangkai bunga dan keterampilan teknis

yang lain.

F. Prinsip dan Fungsi Manajemen

Prinsip dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan fundamental atau

kebenaran umum yang merupakan sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak.

Prinsip merupakan dasar, namun tidak bersifat mutlak karena prinsip bukanlah

umum. Dalam hubungannya dengan manajemen prinsip-prinsip bersifat fleksibel

dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus

dan situasi-sitauasi yang berubah.

Prinsip-prinsip umum manajemen (general principle of management) teridir dari:

1. Pembagian kerja

Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga

pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan personal

harus menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja

harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar

like and dislike.

Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan memberikan jaminan

terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. Pembagian kerja yang baik

merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. kecerobohan dalam pembagian kerja

akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam

penyelenggaraan pekerjaan, oleh karena itu, seorang manajer/pemimpin yang

berpengalaman akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang

akan menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip lainnya.

2. Wewenang dan Tanggung jawab

Setiap Pengurus dalam organisasi dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan

pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban.

Wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat

memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu,

makin kecil wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula

sebaliknya.

Tanggung jawab terbesar terletak pada manajer puncak. Kegagalan suatu

program bukan terletak pada personil pelaksana, tetapi terletak pada puncak

pimpinannya karena yang mempunyai wewenang terbesar adalah manajer puncak.

oleh karena itu, apabila manajer puncak tidak mempunyai keahlian dan

kepemimpinan, maka wewenang yang ada padanya merupakan bumerang.

3. Disiplin

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi

tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila

wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Oleh

karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap

dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai

dengan weweanng yang ada padanya.

4. Kesatuan perintah

Dalam melakasanakan program, Pengurus sebuah organisasi harus sangat

memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat

dijalankan dengan baik. Pengurus harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung

jawab sesui dengan wewenang yang diperolehnya.

5. Kesatuan pengarahan

Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, pengurus perlu

diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat dengan

pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan

perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua perintah

sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu, perlu alur yang

jelas dari mana seseorang mendapat wewenang untuk melaksanakan pekerjaan

dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya

agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of

directiion) tidak dapat terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung

jawab, disiplin, serta kesatuan perintah.

6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri

Setiap pengurus harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada kepentingan

organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang sangat penting agar

setiap kegiatan berjalan dengan lancar sehingga tujuan dapat tercapai dengan

baik

Setian pengurus dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan

organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya

tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi. Prinsip pengabdian

kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi dapat terwujud, apabila

setiap pengurus merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin yang

tinggi.

7. Penghargaan dan Kontraprestasi

Penghargaan dan kontraprestasi merupakan kompensasi yang menentukan

terwujudnya kelancaran dalam berorganisasi. Pengurus yang diliputi perasaan

cemas dan kekurangan akan sulit berkonsentrasi terhadap tugas dan

kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam bekerja.

Oleh karena itu, dalam hal ini kita harus memagang prisip more pay for more

prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), tentu dalam rangka perlakuan adil

kepada seluruh pengurus.

8. Pemusatan

Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu

kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang

tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk

menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiuran wewenang

dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas

pelimpahan wewenang (delegation of authority)

9. Tingkatan

Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja

ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. Hirarki diukur dari

wewenang terbesar yang berada pada pimpinan/manajer puncak dan seterusnya

berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap pengurus akan

mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat

perintah.

10. Ketertiban

Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada

dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang.

Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh pengurus

mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat

dibutuhkan dalam mencapai tujuan.

11. Keadilan dan Kejujuran

Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral pengurus dan

tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari

pimpinan karena atasan memiliki wewenang yang paling besar. Manajer yang adil

dan jujur akan menggunakan wewenangnya dengan sebaik-baiknya untuk

melakukan keadilan dan kejujuran pada bawahannya.

12. Stabilitas kondisi karyawan

Dalam setiap kegiatan kestabilan personil harus dijaga sebaik-baiknya agar

segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan pengurus terwujud karena

adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan. Manusia

sebagai makhluk sosial yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan pikiran.

Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau

akan menimbulkan goncangan dalam bekerja.

13. Inisiative

Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa

menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian

pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Jadi dalam prakarsa terhimpun kehendak,

perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, setiap

prakarsa yang datang dari pengurus harus dihargai. Prakarsa (inisiatif)

mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh

penghargaan. Setiap penolakan terhadap prakarsa pengurus merupakan salah

satu langkah untuk menolak gairah kerja.

14. Semangat Kesatuan

Setiap pengurus harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib

sepenanggyungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik.

semangat kesatuan akan lahir apabila setiap pengurus mempunyai kesadaran

bahwa setiap pengurus berarti bagi pengurus lain dalam sebuah organisasi..

Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan

(esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang

kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa

bencana

G. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat

di dalam

proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer /pemimpin dalam

melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Manajer Mengelola fungsi-fungsi

1. Perencanaan

Kegiatan seorang manajer/pemimpin adalah menyusun rencana. Menyusun rencana

berarti memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Agar

dapat membuat rencana secara teratur dan logis, sebelumnya harus ada

keputusan terlebih dahulu sebagai petunjuk langkah-langkah selanjutnya.

2. Pengorganisian

Pengorganisasian atau organizing berarti menciptakan suatu struktur dengan

bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan antarbagian-

bagian satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan

struktur tersebut.

Pengorganisasian bertujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-

kegiatan yang lebih kecil. Selain itu, mempermudah manajer dalam melakukan

pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-

tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.

3. Menggerakkan

Menggerakkan atau Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar

semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan

perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya

adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau

penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki

secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).

4. Pengawasan

Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk menilai dan

mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya tujuan

yang telah ditetapkan

H. Sarana Manajemen

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools).

Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools

tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan

markets.

1. Manajemen SDM. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling

menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan

proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab

pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul

karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

2. Uang. Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang

merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar kecilnya suatu kegiatan juga

bias diliat dengan indikasi dana/uang yang diperlukan atau justru dihasilkan

dalam suatu kegiatan.

3. Bahan. Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.

Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli

dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai

salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa

materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

4. Mesin. Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin

akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta

menciptakan efesiensi kerja.

5. Metode. Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu

tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode

daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan

memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-

fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan suatu

program. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang

melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya

tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap

manusianya sendiri.

6. Sasaran. Dalam rangka suksesi suatu program maka kita harus melihat sasaran

dari program secara utuh/holistic.Perumusan Visi Organisasi : Banyak organisasi

yang tidak dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. Nanti setelah berjalan

selama bertahun- tahun, -karena pengaruh berbagai tekanan yang kerapkali

menimbulkan konflik- barulah secara bertahap mereka mulai mendefinisikan

kembali tugas- tugasnya.. Visi akan menuntun mereka untuk mengetahui cara

paling efektif untuk mencapainya, yang biasa disebut misi. Lalu dibutuhkan

strategi dan aktivitas guna mencapai misi tersebut.

Pendekatan partisipatif mampu menguatkan visi, misi dan strategi sebuah

organisasi. Semua anggota organisasi harus mengetahui visi dan misi serta

sepakat dengan strategi yang akan dijalankan. Hal ini akan mewarnai kerja rutin

dan meningkatkan motivasi serta kepuasan kerja mereka. Cara terbaik untuk

memastikan bahwa visi dan misi menjadi milik bersama adalah melibatkan orang

sebanyak mungkin dalam proses perumusannya.

Perumusan visi dan misi ini diawali dengan berdiskusi bersama pengguna

pelayanan atau kelompok lain yang menerima manfaat dari organisasi ini. Peluang

melibatkan banyak orang bisa diperoleh melalui pertemuan formal dan informal

serta lokakarya dan seminar. Untuk mencari dan mendalami isu-isu tertentu bisa

dibentuk kelompok kerja. Selain itu studi tour dan kunjungan pertukaran ke

organisasi lain yang melakukan pekerjaan serupa bisa menstimulas lahirnya ide-

ide bermanfaat. Hal lain yang penting adalah pertemuan dan diskusi dengan

organisasi lain yang bekerja di wilayah yang sama atau organisasi mitra. Dan

untuk memastikan semua orang mengetahui apa yang sedang berlangsung dan

mampu memberikan konstribusi secara efektif maka dibutuhkan sistem

komunikasi internal yang baik.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESEIMPULAN

Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha

untuk mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai. Manajemen lebih peduli kepada

pemilihan metoda, cara-cara agar tujuan itu bisa tercapai secara efektif. Itu

tadi adalah konsep manajemen dan kepemimpinan dari Covey. Warren Bennis,

pakar kepemimpinan dan manajemen terkenal, dengan cerdas mengatakan,

“Pemimpin menaklukkan situasi. Mungkin situasi itu kacau, membingungkan,

mengherankan dan bahkan menantang kita dan bisa membungkam kita jika kita

biarkan situasi itu makin memburuk. Manajer, atau manajemen? Manajer

menyerah atas keadaan itu. Manajemen berarti mengelola, sedangkan

kepemimpinan, menginovasi. Manajer adalah tiruan, sedangkan pemimpin adalah

asli. Manajemen menjaga hal-hal, pemimpin mengembangkan hal-hal. Manajemen

berfokus pada sistem dan struktur sedangkan kepemimpinan berfokus pada

orang-orang

Kepemimpinan merupakan suatu proses dimana sang pemimpin mampu

mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam

memimpin, tentu setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan tersendiri yang

merupakan cerminan ciri khas kepemimpinannya.

Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuna ménagement, yang memiliki arti seni

melaksanakan dan mengatur. Karenanya, manajemen dapat diartikan sebagai ilmu

dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki

untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Manajer/Pemimpin adalah

seorang yang karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh

organisasi untuk memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan

mengembangkan kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.

Kemampuan intelektualnya yang tinggi, telah membentuk gaya kepemimpinan

gagasan, organisasi adalah hanyalah alat atau instrumen dari sebuah pemikiran

yang diusung bersama sama, dipahami, dan disepakati bersama sama. Adalah hal

yang susah mensintesiskan pribadi seseorang baik atau buruk dalam soal

kepemimpinan, tergantung paradigma berpikir seseorang. Untuk menjadi

pemimpin yang benar bukan hal yang mudah.

B. SARAN

Kepemimpinan dikatakan sukses jika orang-orang itu kemudian bergerak, maju

dan menganggap tujuan tadi milik mereka yang harus mereka perjuangkan dan

capai. Pengaruh kepada lingkungannya, Manajemen kepemimpinen sangat

berpengaruh keberadaannya, mendorong perubahan dalam organisasi. Bisakah

sekarang kita membedakan fungsi manajemen dan kepemimpinan?” Pendapat saya

sendiri? Kunci dari kepemimpinan adalah pengaruh. Ia berbuat, bertindak,

bekerja untuk mempengaruhi orang agar mau bergerak menuju arah yang sudah

dicanangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardian Syam, Konsep Manajemen, Author, Http://www.pembelejar.com.

Purwanto, Yadi, 2001, makalah: Manajemen PT. Cendekia Informatika, Jakarta

W. Brown steven, 1998, manajemen kepemipinan, Jakarta: Profesional Books