Makalah Kepemimpinan Pengajaran

43
KEPEMIMPINAN PENGAJARAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Supervisi Pendidikan”

description

atacoy

Transcript of Makalah Kepemimpinan Pengajaran

Page 1: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

KEPEMIMPINAN PENGAJARAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah“Supervisi Pendidikan”

Page 2: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrokhiim

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul Kepemimpinan Pengajaran sebagai tugas mata kuliah Manajemen Sumber

Daya Pendidikan.

Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah menunjukkan jalan yang benar, yaitu agam Islam.

Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada:

1. Yang terhormat Dr. M.Pd, selaku dosen pembimbing kami yang telah

memberikan pengarahan yang sangat berarti bagi penyusunan makalah ini.

2. Semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena

itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat saya harapkan demi

perbaikan dan pengembangan makalah ini.

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya

dan kita semua pada umumnya.

Amin Ya Robbal Alamiin

Banda Aceh, 09 April 2011

Penyusun

i

Page 3: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2. Identifikasi Masalah........................................................................................ 2

1.3. Prosedur Pemecahan Masalah........................................................................ 3

1.4. Sistematika Uraian.......................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 5

2.1. Kepemimpinan Pengajaran............................................................................. 5

1.Konsep Kepemimpinan Pengajar............................................................... 5

2.Jenis Kepemimpinan.................................................................................. 6

3.Syarat-syarat untuk menjadi pemimpin sekolah yang sukses.................... 7

2.2. Supervisi......................................................................................................... 8

1.Konsep Supervisi kepemimpinan Pembelajaran........................................ 8

2.Prinsip-Prinsip kepemimpinan Kepengajaran............................................ 10

3.Prosedur kepemimpinan kepengajaran...................................................... 11

4.Tehnik-tehnik kepemimpinan Kepengajaran............................................. 16

2.3. Motivasi Guru................................................................................................. 18

1.Motivasi kerja guru.................................................................................... 20

2.Pembinaan Motivasi Kerja Guru................................................................ 22

BAB III PENUTUP..................................................................................................... 24

A. Kesimpulan .............................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 26

ii

Page 4: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keefektifan  suatu sekolah dalam menggapai visi, mengemban misi, dan

menjalankan aktivitas pendidikan mempersyaratkan adanya seorang Pemimpin

Pengajaran yang efektif, yaitu seorang kepala sekolah dan Pengajara yang

mampu mengelola sumber daya manusia maupun non-manusia secara efektif dan

efisien. Lebih-lebih, dalam beberapa tahun terakhir ini pemerintah

memperkenalkan dan menggalakkan  manajemen peningkatan mutu berbasis

sekolah (School Based Quality Improvement),  yang lebih dikenal dengan 

manajemen berbasis sekolah (School Based Management), kehadiran kepala

sekolah yang efektif merupakan komponen organik, sebab bagaimanapun

banyaknya sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sekolah, betapapun

besarnya dana yang tersedia bagi pembiayaan operasional sekolah, dan betapapun

banyaknya sumber daya manusia yang tersedia untuk mengoperasikan kegiatan

sekolah, semuanya akan sia-sia belaka bilamana tidak dikelola secara profesional

oleh kepala sekolah yang efektif dan efisien.

Ada banyak kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepemimpinan

sekolah dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai manajer atau

pengelola sekolah dan Pengajar. Diantarannya adalah  seorang kepala sekolah dan

pengajara yang harus memiliki kompetensi, mampu memotivasi, mendorong,

menggalang, mengarahkan, membimbing, mensuprvisi seluruh pendidik dan

tenaga kependidikan yang menjadi tanggung jawabnya dalam satu kesatuan

’nawaitu” menggapai visi, mengemban misi, dan melaksanakan program aksi

yang telah direncanakan dengan melibatkan seluruh stakeholder. Oleh karena itu

1

Page 5: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

seorang Pemimpin Pengajaran sekolah dipandang perlu memiliki konsep dan

strategi kepemimpinan, supervisi pembelajaran, dan motivasi guru.

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam

proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar

dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan

pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas

membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap,

aktif, kreatif, dan mandiri. Djamarah berpendapat bahwa baik mengajar maupun

mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional.

Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat

dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi.

Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk itu

mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang

dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Menurut Aqib guru adalah

faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan

sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar3. Lebih lanjut dinyatakan bahwa

guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu

pendidikan di sekolah4. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi

profesional dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan.

1.2. Identifikasi Masalah

Masalah yang muncul berkenaan dengan hubungan kepemimpinan

Kepengajaran dan sikap guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional

guru, diidentifikasikan sebagai berikut:

1) Apakah kepemimpinan kepengajaran sekolah memiliki hubungan dengan

konsep kepemimpinan guru.

2) Apakah jenis-jenis kepemimpinan pengajaran di sekolah.

2

Page 6: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

3) Apakah kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan

berhubungan dengan kompetensi profesional guru.

4) Apakah kompetensi profesional kepemimpinan kepengajaran guru dapat

ditingkatkan melalui kepemimpinan kepala sekolah.

5) Apakah kompetensi profesional kepemimpinan kepengajaran guru dapat

ditingkatkan melalui sikap guru terhadap pekerjaan guru.

6) Apakah para guru telah mempunyai tingkat kompetensi profesional yang

tinggi.

7) Apakah kepala sekolah telah menerapkan kepemimpinan yang efektif dan

relevan dengan kondisi sekolah.

8) Apakah para guru telah memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya.

9) Apakah kepemimpinan kepala sekolah yang semakin positif akan diiringi

dengan semakin positifnya kompetensi profesional guru. Dan Apakah

sikap guru terhadap pekerjaan yang positif akan diiringi dengan semakin

positifnya kompetensi profesional guru.

1.3. Prosedur Pemecahan Masalah

Prosedur pemecahan masalah dilakukan agar penyusunan lebih terarah,

terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok permasalahan. Oleh karena

itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang

dibatasi dalam konteks permasalahan yang terdiri dari :

1) Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi

kepemimpinan kepengajaran guru.

2) Hubungan antara sikap guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi

kepemimpinan kepengajaran guru.

3

Page 7: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

3) Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kepemimpinan

kepengajaran guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional

guru.

1.4. Sistematika Uraian.

Sistematika Uraian merupakan langkah yang paling penting dalam

penyusunan karya ilmiah. Sistematika uraian berguna untuk mengatasi kerancuan

dalam pelaksanaan penyusunan karya ilmiah atau makalah.

4

Page 8: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

BAB II

PEMABAHASAN

2.1. Kepemimpinan Pengajaran

1. Konsep Kepemimpinan Pengajaran

Secara sederhana kepemimpinan kepengajaran  dapat didefinisikan

sebagai keseluruhan proses mempengaruhi, mendorong,  mengajak,

menggerakkan, dan menuntun orang  lain dalam proses kerja agar berfikir,

bersikap, dan bertindak sesuai  dengan  aturan yang berlaku dalam  rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hakikat kepemimpinan adalah kegiatan

seseorang menggerakkan orang lain, agar orang  lain itu  berkenan melaksanakan

tugas-tugasnya.

Menurut Moh.Uzer Usman mengatakan sebagai kepemimpinan pengajaran

memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam

bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru

sebagaimana yang dikatakan oleh Uzer Usman yaitu : “Tugas bidang profesi,

tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan”

Menurut Kanwil Dikbud Selain dari tugas sebagai kepemimpinan

pengajaran, seorang pengajar juga memiliki peranan yang sangat penting dimana

peranan guru adalah “terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan

yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan

perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya”

Dalam rangka memperoleh gambaran yang sederhana tentang

kepemimpinan, perlu didistribusikan berikut ini dengan pengalaman praktis, yang

pernah dirasakan di dalam proses kehidupan kelompok. Proses kepemimpinan

seseorang dapat muncul dalam bentuk usaha mempengaruhi orang lain agar

bertindak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Marilah kita amati di

lingkungan sekolah, kepala sekolah berusaha mempengaruhi para guru kelas, guru

5

Page 9: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

mata pelajaran pesuruh sekolah, pustakawan sekolah. Agar mereka mau

melakukan tugasnya masing-masing demi tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan. Berdasarkan definisi dan ilustrasi kepemimpinan tersebut, proses

kepemimpinan pada hakikatnya dapat muncul kapan dan dimanapun, apabila ada

unsur-unsur :

1) Orang yang memimpin.

2) Orang-orang yang dipimpin.

3) Kegiatan atau tindakan penggerakkan untuk mencapai tujuan.

4) Tujuan yang ingin dicapai bersama.

Keberhasilan suatu institusi dalam menjalankan program yang telah

direncanakan atau diorganisasikan perlu didukung dengan sebuah kepemimpinan

yang efektif. Segenap sumber daya yang ada harus dikerahkan sedemikian rupa.

Semua sumber daya manusia perlu dikerahkan  secara efektif. Kehadiran

kepemimpinan sangat esensial, mengingat kepemimpinan merupakan motor

penggerak bagi sumber daya yang dimiliki lembaga. Karena itu, kepemimpinan

disebut sebagai fungsi organik dalam proses manajemen.

2. Jenis Kepempimpinan

Sepanjang sejarah perkembangan teori kepemimpinan, ditemukan banyak

jenis kepemimpinan pengajaran, tergantung dari mana memandangnya. Pertama,

bilamana ditinjau dari status hukum, maka dua jenis kemimpinan pengajaran,

yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Seseorang yang  secara

resmi diberi tugas dan tanggung jawab sebagai pemimpin disebut pemimpin

formal atau pemimpin resmi (formal leader atau structural leader). Seseorang

yang secara resmi tidak ditunjuk sebagai pemimpin,  namun dalam kesehariannya

6

Page 10: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

ia  selalu mampu mendorong, memotivasi, atau menggerakkan  orang  lain, maka

orang tersebut dinamakan pemimpin tidak resmi atau pemimpin informal 

(informal leader atau  fuctional leader).  Orang-orang yang digerakkan atau

didorong berarti orang-orang yang dipimpin.

Ditinjau dari karakteristik pemimpin, lahir tiga jenis kepemimpinan, yaitu

kepemimpinan simbolik, kepemimpinan formal, dan kepemimpinan fungsional.

Pemimpin simbolik adalah pemimpin yang ramah, jujur, bersemangat, kreatif,

tabah, bijaksana, cerdas, humoris, lemah-lembut. Pemimpin formal adalah

pemimpin yang memiliki posisi, gelar, jabatan, puncak hierarkhi, kuasa.

Sedangkan Pemimpin fungsional adalah pemimpin yang lahir dari peranan, fungsi

dan kemanfaatannya bagi kelompok.

Sedangkan ditinjau dari tipenya, kepemimpinan dapat dibagi menjadi

empat tipe, yaitu kepemimpinan otoriter, kepemimpin laizess-fire, kepemimpinan

demokratis; dan kepemimpinan pseudo-demokratis.  Kepemimpinan otoriter

diwarnai dengan  serba tergantungan kepada  pemimpin. Kepemimpinan leizess-

faire adalah kepemimpinan yang semuanya bergantung bawahan; kepemimpinan

Demokratis diwarnai dengan tindakan kerjasama pemimpin dan bawahan.

Sedangkan kepemimpinan pseudo-demokratis merupakan kepemimpinan yang

secara supervisial tampak, namun sebenarnya otoriter atau demi kepentingan

kelompok kecil/klik; semu, manipulatif.

3. Syarat-syarat untuk Menjedi Pemimpinan Sekolah yang Sukses

Telah ditegaskan di muka bahwa kepemimpinan merupakan fungsi

organik dalam proses manajemen. Konsekuensinya, siapapun yang menjadi

pemimpin sekolah harus memenuhi syarat-syarat kepemimpinan agar sukses

dalam kepempimpinnya di sekolah, baik kepribadian, pengetahuan, dan

ketrampilan, sebagaimana diuraikan berikut ini:

7

Page 11: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

1) Seorang pemimpin harus dapat memiliki sifat-sifat pribadi yang terpuji, antara

lain ramah, periang, antusias, berani, murah hati, spontan, percaya diri, dan

memiliki kepekaan sosial yang tinggi, menerima pendapat orang lain.

2) Seorang pemimpin harus dapat memikirkan, merumuskan tujuan visi, misi,

kondisi, dan aksi yang ingin dicapai, dan menginformasikannya kepada staf

agar mereka sepenuhnya memahami yang ingin dicapai bersama.

3) Seorang pemimpin harus memiliki ketrampilan dalam bidang yang

dipimpinnya. Pemimpin pendidikan harus terampil dalam bidang pendidikan.

Dengan keterampilan tersebut diharapkan pemimpin dapat membantu stafnya

dalam mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapi.

2.2. Supervisi

Beberapa  kenyataan menunjukkan bahwa para pelaksana supervisi

pendidikan cenderung mempersepsikan supervisi pembelajaran adalah sama

dengan penilaian dan inspeksi. Realita pelaksanaan supervisi pembelajaran

cenderung menilai dan mengawasi. Realita pelaksanaan supervisi pembelajaran

cenderung pada aspek teknis administratif. Padahal supervisi pembelajaran

bukanlah penilaian dan inspeksi.

1. Konsep Supervisi Kepemimpinan Pembelajaran

Sering dijumpai adanya seorang supervisor dalam melaksanakan supervisi

pembelajaran hanya datang ke sekolah dengan membawa instrumen pengukuran

performa guru. Kemudian masuk ke kelas melakukan pengukuran terhadap

performa guru yang sedang mengajar. Setelah itu, selesailah tugasnya, seakan-

akan supervisi pembelajaran sama dengan penilaian-penilaian performa mengajar

guru, padahal secara teoritik tidaklah demikian.

8

Page 12: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

Perilaku supervisi pembelajaran sebagaimana digambarkan di atas

merupakan salah satu contoh perilaku supervisi pembelajaran yang salah. Perilaku

supervisi pembelajaran yang demikian sama sekali tidak akan memberikan

pengaruh terhadap peningkatan kualitas perfoma guru dalam mengelola proses

pembelajaran. Seandainya memberikan pengaruh, pengaruhnya sangat kecil

artinya bagi peningkatan kualitas performa guru dalam mengelola proses belajar-

mengajar. Supervisi pembelajaran sama sekali bukan penilaian performa guru.

Secara konseptual, sebagaimana ditegaskan Glickman (1981), supervisi

pembelajaran adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan

kemampuannya mengelola proses belajar-mengajar demi pencapaian tujuan

pembelajaran. Supervisi pembelajaran merujpakan upaya membantu guru-guru

mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989).

Dengan demikian, berarti, esensial supervisi pembelajaran itu sama sekali bukan

menilai performa guru dalam mengelola proses belajar-mengajar, melainkan

membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.

Meskipun demikian, supervisi pembelajaran tidak bisa terlepas dari

penilaian performa guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Apabila di atas

dikatakan, bahwa supervisi pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan

membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar-

mengajar, maka menilai performa guru dalam mengelola proses belajar-mengajar

merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya

(Sergiovanni, 1987). Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis

penilaian performa guru dalam supervisi pembelajaran adalah melihat realita

kondisi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti berikut.

1) Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?

2) Apa yang sebenarnya dilakukan oleh kepemimpinan dan pengajar dan murid-

murid di dalam kelas?

9

Page 13: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

3) Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang

berarti bagi kepemimpinan dan pengajar dan murid?

4) Apa yang telah dilakukan oleh kepemimpinan dan pengajar dalam mencapai

tujuan pembelajaran?

5) Apa kelebihan dan kekurangan kepemimpinan dan pengajar dan bagaimana

cara mengembangkannya?

       

2. Prinsip-prinsip kepemimpinan kepengajaran

Konsep dan tujuan kepemimpian kepengajaran, sebagaimana dikemukakan

oleh para teoritikus supervisi pembelajaran di muka, memang tampak idealis bagi

para praktisi supervisi pembelajaran. Akan tetapi, memang demikianlah

seharusnya kenyataan normatif konsep dasarnya. Para kepala sekolah baik suka

maupun tidak suka harus siap menghadapi problema dan kendala dalam

melaksanakan kepemimpian kepengajaran. Adanya problema dan kendala tersebut

sedikit banyak bisa diatasi apabila dalam pelaksanaan kepemimpian kepengajaran

kepala sekolah menerapkan prinsip-prinsip kepemimpian kepengajaran.

Semua ini merupakan prinsip-prinsip kepemimpian kepengajaran modern

yang harus direalisasikan pada setiap proses kepemimpian kepengajaran di

sekolah-sekolah. Selain tersebut di atas, berikut ini ada beberapa prinsip lain yang

harus diperhatikan dan direalisasikan oleh supervisor dalam melaksanakan

kepemimpian kepengajaran, yaitu sebagai berikut.

1) kepemimpian kepengajaran harus mampu menciptakan hubungan

kemanusiaan yang harmonis.

2) kepemimpian kepengajaran harus dilakukan secara berkesinambungan.

Ketiga, supervisi pembelajaran harus demokratis.

10

Page 14: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

3) program kepemimpian kepengajaran harus integral dengan program

pendidikan.

4) kepemimpian kepengajaran harus komprehensif.

5) kepemimpian kepengajaran harus konstruktif.

6) kepemimpian kepengajaran harus obyektif.

3. Prosedur  kepemimpian kepengajaran

Esensial kepemimpian kepengajaran adalah membantu guru

mengembangkan kemampuan, pengetahuannya sehingga ia semakin mampu

memfasilisasikan belajar bagi murid-muridnya. Pertanyaannya sekarang

bagaimana sebaiknya melaksanakan pembinaan keterampilan pembelajaran guru.

Menurut Marks, Stoops dan Stoops (1985) ada lima fase dalam melaksanakan

pembinaan keterampilan. Kelima fase tersebut meliputi: (1) menciptakan

hubungan-hubungan yang harmonis; (2) analisis kebutuhan; (3) mengembangkan

strategi dan media; dan (4) menilai dan revisi

Langkah 1: Menciptakan Hubungan yang Harmonis. Langkah pertama

dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru adalah menciptakan hubungan

yang harmonis antara supervisor dan guru, serta semua pihak yang terkait dengan

program pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Dalam upaya melaksanakan

kepemimpian kepengajaran memang diperlukan kejelasan informasi antar

personil yang terkait. Tanpa kejelasan informasi, guru akan kebingungan, tidak

tahu yang diharapkan supervisor, dan meyakini bahwa tujuan pokok dalam

pengukuran kemampuan guru, sebagai langkah awal setiap pembinaan

keterampilan pembelajaran melalui supervisi pembelajaran, adalah hanya untuk

mengidentifikasi guru yang baik dan yang jelek dalam mengajar. Padahal

seandainya ada kejelasan informasi, tentu tidak akan terjadi guru yang demikian.

Ada sejumlah prinsip komunikasi yang harus diterapkan oleh supervisor,

sebagaimana dikemukakan oleh Marks, Stoops dan Stoops, sebagai berikut.

11

Page 15: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

a. Berbicaralah sebijaksana dan sebaik mungkin

b. Ikutilah pembicaraan orang lain secara saksama

c. Ciptakan hubungan interpersonal antar personil

d. Berpikirlah sebelum berbicara

e. Ikutilah norma-norma yang berlaku pada latar sekolah

f. Usahakanlah untuk memahami pendapat orang lain

g. Konsentrasikan pada pesanmu, bukan pada dirimu sendiri

h. Kumpulkan materi untuk mengadakan diskusi bila perlu

i. Persingkat pembicaraan

j. Ciptakan ketidaksanggupan

k. Bersemangatlah

l. Raihlah sikap orang lain untuk membantu program

m. Berkomunikasilah dengan “eye communication”

n. Selalu mencoba

o. Jadilah pendengar yang baik

p. Ketahuilah kapan sebaiknya berhenti berkomunikasi

Langkah II: Analisis Kebutuhan. Sebagai langkah kedua dalam pembinaan

keterampilan pembelajaran guru adalah analisis kebutuhan (needs assessment).

Secara hakiki, analisis kebutuhan merupakan upaya menentukan perbedaan antara

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan dan yang secara nyata

12

Page 16: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

dimiliki. Prinsip supervisi pembelajaran yang ketujuh, sebagaimana telah

dikemukakan di muka, adalah obyektif, artinya dalam penyusunan program

supervisi pembelajaran harus didasarkan pada kebutuhan nyata pengembangan

profesional guru. Dalam upaya memenuhi prinsip ini diperlukan analisis

kebutuhan tentang keterampilan pembelajaran guru yang harus dikembangkan

melalui supervisi pembelajaran. Adapun langkah-langkah menganalisis kebutuhan

sebagai berikut;

1. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pendidikan –

perbedaan (gap) apa saja yang ada antara pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang nyata dimiliki guru dan yang seharusnya dimiliki guru? Perbedaan

di kelompok, disintesiskan, dan diklasifikasi.

2. Mengidentifikasi lingkungan dan hambatan-hambatannya.

3. Menetapkan tujuan umum jangka panjang.

4. Mengidentifikasi tugas-tugas manajemen yang dibutuhkan fase ini, seperti

keuangan, sumber-sumber, perlengkapan dan media.

5. Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi tambahan

tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki guru.

Pergunakanlah teknik-teknik tertentu, seperti mengundang konsultan dari luar

sekolah, wawancara, dan kuesioner.

6. Mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan-kebutuhan khusus pembinaan

keterampilan pembelajaran guru. Pergunakanlah kata-kata perilaku atau

performansi.

7. Menetapkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan pembelajaran

guru yang bisa dibina melalui teknik dan media selain  pendidikan.

8. Mencatat dan memberi kode kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan

pembelajaran guru yang akan dibina melalui cara-cara lainnya.

13

Page 17: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

Langkah III: Fase Pelaksanaan – Pengembangan Strategi dan Media.

Setelah tujuan-tujuan pembinaan keterampilan pembelajaran berdasarkan

kebutuhan-kebutuhan pembinaan yang diperoleh melalui analisis kebutuhan di

atas, supervisor menganalisis setiap tujuan untuk menentukan bentuk-bentuk

teknik dan media supervisi pembelajaran yang akan digunakan. Menurut Gwynn

(1961), teknik-teknik supervisi bila dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu

teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Tujuan pengembangan

strategi dan media supervisi pembelajaran ini adalah;

1. untuk mendaftar pembinaan-pembinaan keterampilan pembelajaran yang akan

dilakukan dengan menggunakan teknik supervisi individual.

2. untuk mendaftar pembinaan keterampilan pembelajaran yang akan dilakukan

melalui teknik supervisi kelompok dan

3. untuk mengidentifikasi dan memilih teknik dan media supervisi yang siap

digunakan untuk membina keterampilan pembelajaran guru yang diperlukan.

Setelah mengembangkan teknik dan media supervisi pembelajaran,

mulailah dilakukan pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan

menggunakan teknik dan media tertentu sebagaimana telah dikembangkan.

Mengenai teknik-teknik supervisi, baik yang individual maupun kelompok, dan

medianya akan diuraikan secara khusus pada akhir bab ini.

Langkah IV: Penilaian, Penilaian merupakan proses sistematik untuk

menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai. Dalam konteks supervisi

pembelajaran, penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat

keberhasilan yang dicapai dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru.

Tujuan penilaian pembinaan keterampilan pembelajaran, yaitu.

Langkah V: Revisi. Sebagai langkah terakhir dalam pembinaan

keterampilan pembelajaran guru adalah merevisi program pembinaan. Revisi ini

14

Page 18: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

dilakukan seperlunya, sesuai dengan hasil penilaian yang telah dilakukan.

Langkah-langkahnya sebagai berikut ;

1. me-review rangkuman hasil penilaian

2. apabila ternyata tujuan pembinaan keterampilan pembelajaran guru tidak

dicapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan,

keterampilan dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan

3. apabila ternyata memang tujuannya belum tercapaim maka mulailah

merancang kembali program pembinaan keterampilan pembelajaran guru, dan

4. mengimplementasikan program pembinaan yang telah dirancang kembali.

Dalam proses supervisi klinik perilaku supervisor menentukan

keberhasilan dalam membantu mengembangkan guru. Menurut Glickman (1981),

perilaku supervisor dalam proses supervisi pengajaran meliputi; (1)

mendengarkan, (2) mengklarifikasi, (3) mendorong, (4) mengpresentasikan, (5)

memecahkan masalah, (6) bernegosiasi, (7) mendemonstrasikan, (8) memastikan,

(9) standarisasi, dan (10) menguatkan.

Mendapatkan (listening) berarti supervisor mendengarkan segala apa yang

dikemukakan (kelemahan-kelemahan, kesulitan-kesulitan, dan masalah-masalah)

oleh guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Mengklarifikasi (clarifying)

berarti supervisor mempertegas apa yang dikemukakan oleh guru. Misalnya

kepada guru supervisor bertanya apa yang kamu maksudkan dengan …. ?”. Murid

mana yang kamu maksudkan ?” Mendorong (encounraging) berarti supervisor

mendorong guru agar bersedia mengemukakan kembali, apabila dirasa belum

jelas. Mempresentasikan (presenting) berarti supervisor mengemukakan persepsi

dan pemikirannya terhadap apa saja yang dikemukakan persepsi dan

pemikirannya terhadap apa saja yang dikemukakan oleh guru. Peran supervisor

bersama guru memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru. Peran

supervisor disini adalah “memancing” guru untuk memecahkan masalahnya

15

Page 19: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

sendiri. Bernegosiasi (negotiating) berarti supervisor membuat kesepakatan

pembagian tugas bersama guru. Mendemonstrasikan performasi tertentu, sebagai

contoh untuk diikuti guru. Memastikan (directing) berarti supervisor memastikan

kepada guru yang seharusnya dilakukan oleh guru. Standarisasi (standardization)

berarti bahwa supervisor mengadakan penyesuaian bentuk pengajaran bersama-

sama dengan guru. Sedangkan menguatkan (renforcing) berarti supervisor

menggambarkan kondisi-kondisi menguntungkan bagi pembinaan guru.

5.   Teknik-teknik kepemimpian kepengajaran

Ada bermacam-macam teknik supervisi pembelajaran dalam upaya

pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Menurut “The Twelfth Yearbook of

the Departement of Supervisor and Director of Instruction” ada sejumlah teknik

supervisi yang sangat bermanfaat bagi pembinaan guru, sebagaimana dikutip oleh

Marks, Stoops, dan Stoops. Dalam hal ini meliputi pertemuan-pertemuan staf

kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional, laboratorium

kurikulum, penilaian guru, demonstrasi mengajar, pengembangan kurikulum,

pengambangan petunjuk pembelajaran, darmawisata, lokakarya, kunjuungan

antarkelas, bacaan profesional, dan survei masyarakat-sekolah.

Sedangkan menurut Gwyn, teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan

menjadi dua kelompok, yaitu: (1) teknik supervisi individual, dan (2) teknik

supervisi kelompok.

1. Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang

diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat

perorangan. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang

dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang

dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi

kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri.

16

Page 20: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

2. Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi

yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai

dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-

kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi

satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi

sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut

Gwynn, ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut: (1)

kepanitiaan-kepanitiaan; (2) kerja kelompok; (3) laboratorium kurikulum; (4)

baca terpimpin; (5) demonstrasi pembelajaran; (6) darmawisata; (7)

kuliah/studi; (8) diskusi panel; (9) perpustakaan jabatan; (10) organisasi

profesional; (11) buletin supervisi; (12) pertemuan guru; (13) lokakarya atau

konferensi kelompok.

satu hal yang penulis ingin tekankan di sini bahwa tidak ada satupun di

antara teknik-teknik supervisi kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan

untuk semua pembinaan dan guru di sekolah. Artinya, akan ditemui oleh

supervisor adanya satu teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk membina

seorang guru tetapi tidak cocok diterapkan pada guru lain. Oleh sebab itu, seorang

supervisor harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu

membina keterampilan pembelajaran seorang guru.

Menetapkan teknik-teknik supervisi pembelajaran yang tepat tidaklah

mudah. Seorang supervisor, selain harus mengetahui aspek atau bidang

keterampilan yang akan dibinakan, juga harus mengetahui karakteristik setiap

teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan

betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi

pembelajaran. Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979)

menyarankan agar supervisor mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru,

yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan

sifat-sifat somatic guru.

17

Page 21: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

2.3. Motivasi Guru

Pada dasarnya supervisi pembelajaran itu merupakan upaya profesionalisasi

guru. Supervisi pembelajaran itu dapat dikatakan baik apabila keberadaannya

Seseorang akan bekerja secara profesional apabila ia memiliki kemampuan

(ability) dan motivasi (motivation). Maksudnya adalah seseorang akan bekerja

secara profesional apabila ia memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan

kesungguhan atau motivasi untuk mengerjakannya dengan sebaik-baiknya.

menurut Glickman (1981) ada dua apek pada guru yang harus dipertimbangkan

oleh supervisor  sebelum menentukan orientasinya, yaitu (1)komitmen guru

(teacher’s commitment) dan (2) kemampuan berpikir guru secara abstrak

(teacher’s ability to think abstractly).

Aspek pertama yang harus dipertimbangkan dalam menentukan orientasi

perilaku supervisi pengajaran adalah  tingkat komitmen guru. Komitmen lebih

luas daripada “Consern” sebab komitmen itu mencakup waktu dan usaha. Tingkat

komitmen guru terbentang dalam satu garis kontinum, bergerak dari yang paling

rendah ke yang paling tinggi (Glickman 1981). Gambar 4.8 menunjukkan hal ini.

Seorang guru yang tidak atau kurang memiliki komitmen biasanya bekerja

semata-mata memandang dirinya sendiri, kurang mau berusaha mengembangkan

diri.

1. sedikit sekali perhatiannya terhadap murid-murid,

2. waktunya yang disediakan untuk mengembangkan kerjanya sangat sedikit

dan

3. perhatiannya hanya mempertahankan jabatannya.

Seorang guru yang komitmennya tinggi cenderung sebagai berikut :

1. Perhatiannya tinggi terhadap murid-murid dan guru-guru lainnya,

2. Waktu dan tenaganya yang disediakan banyak sekali, dan perhatian

utamanya adalah bekerja sebanyak mungkin bagi kepentingan orang lain.

18

Page 22: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

Aspek kedua yang harus dipertimbangkan dalam menentukan orientasi

perilaku supervisi pengajaran adalah tingkat abstraksi guru. Tingkat abstraksi guru

yang dimaksudkan di sini adalah tingkat kemampuan guru mengelola pengajaran,

mengklarifikasi masalah-masalah pengajarannya (pengelolaan, disiplin,

pengorganisasian dan minat murid), menentukan alternatif pemecahan masalah,

dan kemudian merencanakan tindakan-tindakannya. Hasil penelitian Harvey

(1966) dan Hunt dan Joyce (1967) menunjukkan bahwa guru-guru tingkat

perkembangan kognitif tinggi, dimana pemikiran abstrak atau simboliknya sangat

dominan mampu berfungsi dengan  lebih kompleksitas di dalam kelas.

Menurut Glickman (1981) tingkat abstraksi guru terbentang dalam satu

garis kontinum, mulai dari rendah, menengah dan tinggi, sebagaimana terlihat

pada gambar 2. Guru-guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah

tidak merasa bahwa mereka memiliki masalah-masalah pengajaran, atau apabila

mereka merasakannya mereka sangat bingung tentang masalahnya. Mereka tidak

tahu apa yang bisa dikerjakan. Guru-guru yang memiliki kemampuan berpikir

abstrak menengah biasanya bisa mendefinisikan masalah berdasarkan bagaimana

mereka melihatnya. Mereka bisa memikirkan satu atau dua kemungkinan

tindakan, tetapi mereka mengalami kesulitan dalam memikirkan rencana yang

komprehensif. Guru-guru yang memiliki kemampuan abstrak tingkat tinggi bisa

memandang masalah-masalah pengajaran dari banyak perspektif (diri sendiri,

murid, orang tua, administrator, dan alat pelajaran), dan mengumpulkan banyak

rencana alternatif. Selanjutnya mereka bisa memilih satu rencana dan memikirkan

langkah-langkah pelaksanaan.

Komitmen sangat berhubungan dengan motivasi kerja guru dalam

mengelola proses belajar mengajar. Dalam bab ini akan dibahas motivasi kerja

guru dan bagaimana cara supervisor membinanya sehingga selain memiliki

kemampuan, ia juga memiliki kemauan mengelola proses belajar mengajar.

Motivasi kerja merupakan salah satu variabel yang sangat mempengaruhi

kuantitas dan kualitas performansi kerja seseorang. Para teoritisi banyak

menekankan pentingnya pembinaan motivasi kerja guru sebagai upaya

19

Page 23: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

meningkatkan kualitas performansi kerjanya, dalam mengelola proses belajar

mengajar.

1. Motivasi Kerja Guru  

Sekarang ini telah banyak teoritisi psikologi yang telah mengemukakan

teori-teorinya tentang kebutuhan dasar manusia. Teori-teori ini didasarkan pada

hasil-hasil penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun, diantaranya teori

kebutuhan yang sangat dikenal adalah teori hierarki kebutuhan (The hierarchy of

need theory), yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow, teori

kebutuhan manusia ERG (ERG theory of needs), teori kebutuhan manusia

menurut Herbert A. Carroll dan David C. McClelland.

Pertanyaan yang muncul sekarang adalah, kebutuhan apa saja yang

mendorong guru bekerja? atau, apa yang diinginkan guru melalui kerjanya? Untuk

menjawab ini tidak bisa terlepas dari teori-teori kebutuhan dasar manusia.

Sejumlah teori kebutuhan manusia, seperti teori hierarki kebutuhan, teori

kebutuhan ERG, teori dua faktor, sebagaimana telah diuraikan di muka, maupun

teori-teori kebutuhan manusia lainnya, bisa berlaku pada diri guru sebab guru

adalah manusia. Apabila kita mengikuti teori hierarki kebutuhan Maslow, maka

setiap guru memiliki kebutuhan seperti fisiologis, rasa aman, sosial, harga diri,

dan aktualisasi diri. Apabila menganut teori kebutuhan ERG, maka setiap guru

memiliki kebutuhan, seperti eksistensi, relasi, dan pertumbuhan. Konsisten

dengan kedua teori ini, setiap kebutuhan menjadi pendorong bagi guru dalam

bekerja. Sedangkan apabila menganut teori dua faktor Herzberg, maka ada

sejumlah faktor (kebutuhan) guru yang menjadi penyehat dan sejumlah faktor

(kebutuhan) guru yang menjadi pendorong bagi guru. Adapun faktor-faktor yang

menjadi pendorong bagi guru adalah prestasi, pengakuan, tanggung jawab,

promosi, kerja itu sendiri dan pertumbuhan.

Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan yang mendorong guru bekerja

atau apa saja yang dinginkan guru melalui kerjanya. Wiles (1955)

mengidentifikasi delapan kebutuhan guru, yaitu ;

20

Page 24: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

1. Rasa aman dan hidup layak

2. Kondisi kerja yang menyenangkan

3. Rasa diikutsertakan

4. Perlakuan yang jujur dan wajar

5. Rasa mampu

6. Pengakuan dan penghargaan

7. Ikut ambil bagian dalam pembuatan kebijakan sekolah, dan

8. Kesempatan mengembangkan self respect

Galloway dan kawan-kawannya (1985) pernah melakukan penelitian

tentang sumber-sumber kepuasan dan ketidakpuasan (Sources of satisfaction and

dissatisfaction) bagi guru-guru Sekolah Dasar New Zealand. Berdasarkan hasil

penelitian ini D. Galloway dan kawan-kawannya berhasil mengklasifikasikan

aspek-aspek di mana sebagian besar guru merasa sangat puas, yaitu ;

1. Hubungan dengan murid

2. Hubungan dengan guru-guru lain

3. Kebebasan memilih metoda pengajaran

4. Jadwal aktivitas atau program

5. Kebebasan memilih materi pelajaran

6. Jumlah mengajar setiap minggu

7. Hubungan dengan staf senior di sekolah

8. Tingkat prestasi murid di kelasnya

21

Page 25: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

9. Pengalokasian guru untuk mengajar unit, kelas khusus, dan

10. Perilaku umum murid-murid di kelasnya.

2.   Pembinaan Motivasi Kerja Guru

Motivasi kerja guru bisa rendah bisa tinggi. Seorang guru yang memiliki

motivasi kerja tinggi akan memiliki kemauan yang keras atau kesungguhan hati

untuk mengerjakan tugas-tugasnya, dan akibatnya produktivitasnya akan

meningkat. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki kerja yang rendah akan

kurang memiliki kemauan keras untuk mengerjakan tugas-tugasnya, dan

akibatnya produktivitasnya menurun.

Konsisten dengan konsep motivasi dan teori kebutuhan yang telah

diuraikan di muka, seorang guru akan memiliki motivasi kerja yang tinggi apabila

ia merasa bahwa segala kebutuhannya terpenuhi melalui kerjanya. Apabila ia

merasa bahwa pekerjaan yang dilakukannya tidak akan mampu memenuhi

kebutuhannya, maka, menurut Argyris (1957), ia akan kurang bersemangat, penuh

rasa ragu akan masa depannya, bahkan kemungkinan besar akan meninggalkan

pekerjaan tersebut untuk mencari pekerjaan lain yang sekiranya dapat memenuhi

kebutuhannya. Ini berarti, juga ditegaskan oleh Certo (1985) dan Owens (1987)

bahwa pada dasarnya memotivasi kerja guru itu tidak lain adalah upaya pemuasan

atau pemenuhan segala kebutuhan guru. Menurut Huse dan Bowditch (1973), ada

tiga model memotivasi kerja seseorang, yaitu (1) model kekuatan dan ancaman;

(2) model ekonomik/mesin; (3) model pertumbuhan-sistem terbuka

          Secara manajerial seorang kepala sekolah atau supervisor terlebih dahulu

harus menentukan seberapa tinggi tingkat kepuasan kerja guru. Dengan kata lain,

ada dua langkah pokok dalam membina motivasi kerja guru, yaitu;

1. Mengukur tingkat kepuasan kerja guru,

22

Page 26: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

2. Menentukan alternatif manajerial yang akan ditempuh untuk membina

motivasi kerja guru

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

23

Page 27: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

Sebagaimana telah ditegaskan, bahwa keefektifan  suatu sekolah dalam

menggapai visi, mengemban misi, dan menjalankan aktivitas pendidikan

mempersyaratkan adanya seorang kepala sekolah yang efektif, yaitu seorang

kepala sekolah yang mampu memimpin, melakukan supervisi, dan memotivasi

guru. Oleh karena itu seorang kepala sekolah dipandang perlu memiliki konsep

dan strategi kepemimpinan, supervisi pembelajaran, dan motivasi guru. Hal-hal

penting yang perlu digarisbawahi terkait dengan kepemimpinan, supervisi

pembelajaran, dan motivasi guru sebagai berikut:

1. Seorang kepala sekolah / kepemimpian kepengajaran tidak hanya memjadi

pemimpin formal, tetapi juga sebagai pemimpin informal (fungsional). Dalam

rangka itu, seorang kepala sekolah perlu memiliki memiliki sifat-sifat pribadi

yang terpuji, mampu  memikirkan, merumuskan tujuan visi, misi, kondisi, dan

aksi yang ingin dicapai, dan menginformasikannya kepada staf agar mereka

sepenuhnya memahami yang ingin dicapai bersam, dan memiliki ketrampilan

dalam bidang yang dipimpinnya.

2. Secara konseptual, supervisi pembelajaran adalah serangkaian kegiatan

membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar-

mengajar demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi pembelajaran

merujpakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya

mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, berarti, esensial supervisi

pembelajaran itu sama sekali bukan menilai performa guru dalam mengelola

proses belajar-mengajar, melainkan membantu guru mengembangkan

kemampuan profesionalismenya.

3. Menetapkan teknik-teknik supervisi pembelajaran yang tepat tidaklah mudah.

Seorang supervisor, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan

yang akan dibinakan, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas

dan sifat atau kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan betul-betul

sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi pembelajaran.

Sehubungan dengan kepribadian guru, disarankan agar supervisor

24

Page 28: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru,

minat guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic

guru.

4. Pada dasarnya supervisi pembelajaran itu merupakan upaya profesionalisasi

guru. Supervisi pembelajaran itu dapat dikatakan baik apabila keberadaannya

Seseorang akan bekerja secara profesional apabila ia memiliki kemampuan

(ability) dan motivasi (motivation). Maksudnya adalah seseorang akan bekerja

secara profesional apabila ia memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan

kesungguhan atau motivasi untuk mengerjakannya dengan sebaik-baiknya.

menurut Glickman (1981) ada dua apek pada guru yang harus

dipertimbangkan oleh supervisor  sebelum menentukan orientasinya, yaitu

(1)komitmen guru (teacher’s commitment) dan (2) kemampuan berpikir guru

secara abstrak (teacher’s ability to think abstractly).

5. Komitmen sangat berhubungan dengan motivasi kerja guru dalam mengelola

proses belajar mengajar. Dalam bab ini akan dibahas motivasi kerja guru dan

bagaimana cara supervisor membinanya sehingga selain memiliki

kemampuan, ia juga memiliki kemauan mengelola proses belajar mengajar.

Motivasi kerja merupakan salah satu variabel yang sangat mempengaruhi

kuantitas dan kualitas performansi kerja seseorang. Para teoritisi banyak

menekankan pentingnya pembinaan motivasi kerja guru sebagai upaya

meningkatkan kualitas performansi kerjanya, dalam mengelola proses belajar

mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang : Bumi Aksara, 1994).

25

Page 29: Makalah Kepemimpinan Pengajaran

Moh.Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. (Bandung : Edisi Kedua. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.6

Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999) h. 253.

Kanwil Dikbud, Management Kelas dan Metode Mengajar. (Bandung : PLN, 1997), hlm. 77

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995

http://d4uthabsi.typepad.com/blog/2010/01/makalah-kepemimpinan

http://endang965.wordpress.com/thesis/3-kepemimpinan-ks-sikap-guru/bab-1-pendahuluan/

http://munzaro.blogspot.com/2010/09/kepemimpinan-dalam-pendidikan.html

26